Anda di halaman 1dari 109

PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN SINGLE LEG HOPS

DAN STANDING JUMP TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT


TUNGKAI DI SASANA HAN ACADEMY SOLO TAHUN 2021

SKRIPSI

Oleh :
ALFIANDI
D0218163

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TUNAS PEMBANGUNAN
SURAKARTA
2022
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN SINGLE LEG HOPS
DAN STANDING JUMP TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT
TUNGKAI DI SASANA HAN ACADEMY SOLO TAHUN 2021

Oleh :
ALFIANDI
D0218163

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olaharaga

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TUNAS PEMBANGUNAN
SURAKARTA
2022

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini dengan judul “Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Single Leg
Hops Dan Standing Jump Terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai di Sasana
Han Academy Solo Tahun 2021”, karya:
Nama : Alfiandi
NIM : D0218163
Prodi : Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tunas Pembangunan
Surakarta.

Disetujui:
Surakarta, Juni 2022

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Agus Supriyoko, S.Pd, M.Or Kodrad Budiyono, S.Pd, M.Or


NIDN. 0616088003 NIDN. 0619068401

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Single Leg


Hops Dan Standing Jump Terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai di Sasana
Han Academy Solo Tahun 2021”, karya:
Nama : Alfiandi
NIM : D0218163
Prodi : Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tunas Pembangunan Surakarta dan
diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Kamis
Tanggal : 21 Juli 2022
Dewan Penguji Skripsi:
(Nama Terang) Tanda Tangan

Ketua : Dr. Shodiq Hutomono, M.Kes ................................................

Sekretaris : Rustam Yuliyanto, S.Pd, M.Or ................................................

Anggota I : Agus Supriyoko, S.Pd, M.Or ..............................................

Anggota II : Kodrad Budiyono, S.Pd, M.Or ................................................

Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tunas Pembangunan
Dekan,

Dr. Joko Sulistyono, M.Pd


NIDK. 8800201019

iv
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini
benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain atau
kutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku,
baik sebagian atau keseluruhannya. Pendapat atau teman orang lain yang terdapat
dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Atas
pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan apabila
ditemukan adanya pelanggaran terdahap etika keilmuan dalam karya ini.

Surakarta, 27 Mei 2022


Yang menyatakan.

Alfiandi
NIM.D0218163

v
MOTTO

"Dia yang tidak cukup berani untuk mengambil risiko, tidak akan mencapai apa-
apa dalam hidup."
(Muhammad Ali )

"Saya benci setiap menit latihan, tetapi saya berkata, 'jangan berhenti, menderita
sekarang dan jalani sisa hidupmu sebagai juara".
(Muhammad Ali )

"Kurangnya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan, dan


saya percaya pada diri sendiri."
(Muhammad Ali )

vi
PERSEMBAHAN

Pertama-tama saya ucapkan alhamdulilah dan terima kasih kepada allah swt, yang
telah memberikan kesempatan, kesehatan sehingga saya bisa menyelesaikan tugas
akhir saya dengan baik.

Karya ini saya persembahkan untuk

1. Kedua orang tuaku yang tercinta, yang telah membesarkan saya dan selalu
support terhadap apa yang saya impikan serta memberikan banyak kebaikan .
2. Saudara/i kakak dan adik tersayang yang telah memberikan dukungan,
semangat, dan motivasi.
3. Teman teman saya di kelas 8C yang senantiasa selalu membantu dan
memberikan semangat untuk menjalani perkuliahan.
4. Bapak/Ibu Dosen, yang telah membimbing saya selama menempuh
perkuliahan sampai akhir perkuliahan.
5. Almamater saya PKO FKIP UNIVERSITAS TUNAS PEMBANGUNAN
SURAKARTA.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Allah Yang Maha Esa, karena ataa
rahmat dan karunia-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan untuk memenuhi sebagai
persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Tunas
Pembangunan Surakarta.
Hambatan dan tantangan yang dihadapi serta menimbulkan kesulitan
dalam menyelesaikan skripsi ini dapat diatasi dengan bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu atas segala bentuk bantuan selama penelitian dan penyelesaian skripsi
ini disampaikan banyak terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dr. Joko Sulistyono, M.Pd Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Tunas Pembangunan Surakarta.
2. Kodrad Budiyono, S.Pd, M.Or Selaku Kaprodi Pendidikan Kepelatihan
Olahraga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tunas
Pembangunan Surakarta.
3. Agus Supriyko, S.Pd., M.Or sebagai Dosen Pembimbing I yang telah banyak
membantu selama penyusunan skripsi ini.
4. Kodrad Budiyono, S.Pd, M.Or sebagai Dosen Pembimbing II yang telah
banyak membantu selama penyusunan skripsi ini.
5. Pengurus, Pelatih dan Atlet Han Academy Solo Tahun 2021 yang telah
membantu dalam penelitian dan pengumpulan data untuk skripsi ini.
6. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu dan telah memberikan
bantuan dan dorongan selama penyusunan skripsi ini.
Semoga amal dan kebaikan semua pihak tersebut mendapat imbalan dari
Allah Yang Maha Kuasa. Disadari dalam skripsi ini masih banyak
kekurangannya, namun demikian diharapkan skripsi ini bisa dimanfaatkan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta, 27 Mei 2022


A

viii
ABSTRAK

Alfiandi. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Single Leg Hops Dan Standing
Jump Terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai Di Sasana Han Academy Solo
Tahun 2021. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tunas Pembangunan, Mei 2022.

Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan pengaruh metode latihan


single leg hops dan standing jump terhadap peningkatan Power Otot Tungkai Di
Sasana Han Academy Solo Tahun 2021, dan jika ada perbedaan maka untuk
mengetahui mana yang lebih baik antara metode latihan single leg hops dan
standing jump terhadap peningkatan Power Otot Tungkai Di Sasana Han
Academy Solo Tahun 2021.
Sampel penelitian adalah Pada Atlet Han Academy Solo dengan jumlah 30
siswa. Pengambilan sampel menggunakan teknik porpusive sampling. Variabel
penelitian ini yaitu hasil peningkatan power otot tungkai dengan latihan single leg
hops dan standing jump sebagai variabel bebas serta hasil peningkatan power otot
tungkai variabel terikat. Rancangan penelitian menggunakan pretest-posttest
design. Tes untuk mengetahui peningkatan power otot tungkai menggunakan tes
peningkatan power otot tungkai menggunakan petunjuk pelaksanaan tes dari Nur
Hasan (2001: 157). Metode analisis data penelitian menggunakan rumus t-test
yang diperhitungkan menggunakan rumus pendek.
Hasil analisis data maka simpulan diperoleh: (1) Ada perbedaan pengaruh
yang signifikan antara metode single leg hops dan standing jump terhadap
peningkatan Power Otot Tungkai Di Sasana Han Academy Solo Tahun 2021. Hal
ini dibuktikan dari hasil penghitungan tes akhir masing-masing kelompok yaitu
thitung = 4.56 lebih kecil dari pada ttabel = 2,145 dengan taraf signifikasi 5%. (2)
Latihan metode single leg hops lebih baik pengaruhnya daripada metode standing
jump terhadap peningkatan Power Otot Tungkai Di Sasana Han Academy Solo
Tahun 2021. Berdasarkan persentase peningkatan power otot tungkai
menunjukkan bahwa kelompok 1 (kelompok yang mendapat perlakuan dengan
metode single leg hops) adalah 0.92% > kelompok 2 (kelompok yang mendapat
standing jump) adalah 0.86%.

Kata Kunci : Single Leg Hops, Standing Jump, Power Otot Tungkai

ix
ABSTRACT
Alfiandi. Differences in the Effect of Single Leg Hops and Standing Jump
Exercise Methods on Increasing Leg Muscle Power at Sasana Han Academy Solo
in 2021. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, Tunas
Pembangunan University, May 2022.
The purpose of the study was to determine the difference in the effect of the
single leg hops and standing jump exercise methods on increasing the Power of
the Legs at the Sasana Han Academy Solo in 2021, and if there was a difference,
then to find out which one is better between the single leg hops and standing jump
training methods for increasing Power. Limb Muscles in Sasana Han Academy
Solo in 2021.
The research sample is the Athlete Han Academy Solo with a total of 30
students. Sampling using a porpusive sampling technique. The variables of this
study are the results of increasing leg muscle power with single leg hops and
standing jump exercises as independent variables and the results of increasing leg
muscle power in the dependent variable. The research design used a pretest-
posttest design. The test to determine the increase in leg muscle power used an
increase in leg muscle power test using the test implementation instructions from
Nur Hasan (2001: 157). The research data analysis method used the t-test
formula which was calculated using a short formula.
The results of data analysis, the conclusions obtained are: (1) There is a
significant difference in the effect of the single leg hops and standing jump
methods on increasing the Power of Limb Muscles at Sasana Han Academy Solo
in 2021. This is evidenced from the results of the final test calculation for each
group, namely tcount = 4.56 smaller than t table = 2.145 with a significance level
of 5%. (2) The practice of the single leg hops method has a better effect than the
standing jump method on increasing Leg Muscle Power at Sasana Han Academy
Solo in 2021. hops) is 0.92% > group 2 (the group that gets a standing jump) is
0.86%.

Keywords: Single Leg Hops, Standing Jump, Power of the Legs

x
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL.............................................................................................................. i
PENGAJUAN................................................................................................... ii
PERSETUJUAN............................................................................................... iii
PENGESAHAN................................................................................................ iv
PERNYATAAN............................................................................................... v
MOTTO............................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR...................................................................................... viii
ABSTRAK........................................................................................................ ix
ABTRACT......................................................................................................... x
DAFTAR ISI.................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................ 6
D. Perumusan Masalah ................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ................................................................... 7
BAB II. LANDASAN TEORI....................................................................... 8
A. Tinjuan Pustaka......................................................................... 8
1. Hakikat Olahraga............................................................... 8
2. Hakikat Power Otot Tungkai................................................. 18
3. Hakikat Latihan.................................................................. 23
4. Hakikat Latihan Single Leg Hops...................................... 27
5. Hakikat Latihan Standing Jump......................................... 31
B. Penelitian Yang Relevan........................................................... 34

xi
C. Kerangka Berpikir..................................................................... 35
D. Pengajuan Hipotesis.................................................................. 36
BAB III. METODE PENELITIAN................................................................. 37
A. Tempat dan Waktu Penelitian................................................... 37
B. Rancangan/Desain Penelitian.................................................... 37
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling.................................... 38
D. Pengumpulan Data.................................................................... 40
E. Analisis Data............................................................................. 41
BAB IV. HASIL PENELITIAN...................................................................... 44
A. Deskripsi Data........................................................................... 44
B. Uji Reliabilitas.......................................................................... 45
C. Pengujian Persyaratan Analisis................................................. 45
D. Hasil Analisis Data.................................................................... 47
E. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan....................................... 49
F. Pembahasan Hasil Analisis Data............................................... 51
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN....................................... 54
A. Simpulan................................................................................... 54
B. Implikasi.................................................................................... 54
C. Saran.......................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 56
LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 58

xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Otot tungkai.................................................................................... 22
Gambar 2. Single Leg Hop................................................................................ 30
Gambar 3. Plyometric Standing Jump.............................................................. 34
Gambar 4. Two Group Pretest-Post-test Design.............................................. 37
Gambar 5. Bagan Pengelompokan dengan Ordinal Pairing............................ 38
Gambar 6. Sasaran Tes Vertical Jump.............................................................. 59

xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Tes kelompok 1 dan 2 ................................... 44
Tabel 2 Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data tes awal................................ 45
Tabel 3 Range Reliabilitas ........................................................................... 45
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data ........................................... 46
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data ....................................... 46
Tabel 6. Rangkuman Hasil uji perbedaan tes awal pada kelompok 1 dan 2 . 47
Tabel 7. Rangkuman Hasil uji perbedaan tes awal dan akhir
pada kelompok 1.............................................................................. 47
Tabel 8. Rangkuman Hasil uji perbedaan tes awal dan akhir
pada kelompok 2 ............................................................................. 48
Tabel 9. Rangkuman Hasil uji perbedaan tes akhir
pada kelompok 1 dan 2 .................................................................. 48

xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Tes Peningkatan Power Otot Tungkai ........................................ 58
Lampiran 2. Program Latihan Power Otot Tungkai ....................................... 59
Lampiran 3. Data Hasil Tes Awal dan Tes Akhir............................................ 62
Lampiran 4. Rekapitulasi Data Hasil Tes Awal Dan Tes Akhir....................... 64
Lampiran 5. Menghitung Reliabilitas Dengan Anava...................................... 70
Lampiran 6. Tabel Kerja Untuk Menghitung Perbedaan Peningkatan
Hasil Power Otot Tungkai .......................................................... 76
Lampiran 7. Uji Normalitas Data Dengan Metode Lilliefors........................... 77
Lampiran 8. Uji Homogenitas.......................................................................... 79
Lampiran 9. Menghitung Standar Deviasi Kuadrat Pada Tiap Kelompok....... 80
Lampiran 10. Menghitung Nilai Peningkatan Power Otot Tungkai dalam
Olahraga Wushu Dalam Persen Pada Kelompok 1 Dan
Kelompok 2................................................................................ 83
Lampiran 11. Distribusi Nilai t table................................................................ 84
Lampiran 12. Tabel Lilliefors........................................................................... 85
Lampiran 13. Tabel F....................................................................................... 86
Lampiran 14. Dokumentasi.............................................................................. 89
Lampiran 15. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 16. Surat Balasan Penelitian

xv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Olahraga prestasi merupakan olahraga yang lebih menekankan pada
peningkatan prestasi seorang atlet pada cabang olahraga tertentu. Prestasi olahraga
suatu negara menjadi tolak ukur kemajuan bangsa dan negara dan melalui prestasi
olahraga pula lagu kebangsaan dan bendera negara dapat dikumandangkan dan
dikibarkan di negara lain. Proses pelatihan dan pembinaan yang ada terjadi
belakang ini sering terjadi tidak secara berkesinambungan. Pembinaan seringkali
dilakukan dilakukan hanya pada saat akan menghadapi suatu even olahraga, jadi
sepintas selalu terlihat ada suatu proses pembinaan yang terputus, padahal baiknya
pembinaan harus dilakukan terus menerus dan berkesinambungan.
UU Nomor 3 Tahun 2005 pembinaan olahraga prestasi diselenggarakan
oleh Pemerintah yang diwakili oleh Kemenpora dan dibantu pelaksanaannya oleh
KONI. Prestasi yang baik tidak dapat diraih dengan mudah melainkan harus
dengan usaha pelatihan dan pembinaan yang berkesinambungan mulai dari tingkat
yang paling rendah. peranan ilmu pengetahuan dan teknologi, sumber daya
manusia dan sumber daya alam mempengaruhi pencapaian prestasi. Pelatihan
pencapaian prestasi secara maksimal tidak lepas dari aspek fisik, teknik, taktik dan
mental.
Cabang olahraga memiliki kebutuhan akan pencapaian minimal unsur
kondisi fisik, seperti dalam gulat yang dominan menggunakan unsur kekuatan,
maka parameter kekuatannya tentu akan berbeda dengan cabang olahraga yang
lain. Gulat sendiri, unsur yang lebih dibutuhkan yaitu unsur kekuatan, daya tahan
otot, power, kelenturan dan daya tahan umum kardiovascular hal itu lah yang
menjadi parameter keberhasilan seperti yang disajikan dalam kumpulan materi
pelatihan kondisi fisik. Juhanis (2016: 2) menyatakan Ada 4 (empat) elemen dasar
yang mendukung dalam olahraga gulat, yaitu (1) Kondisi fisik, yang bertujuan
agar kemampuan fisik atlet meningkat pada kondisi puncak yang berguna untuk
melakukan aktivitas olahraga dalam pencapaian prestasi. (2) Mental, merupakan

1
2

daya penggerak dan pendorong untuk menjalankan kemampuan fisik, teknik dan
taktik dalam melakukan aktivitas olahraga. (3) Teknik, merupakan suatu gerakan
dan pembuktian pada praktek dengan sebaik mungkin untuk penyelesaian yang
pasti dalam cabang olahraga. (4) Taktik, merupakan siasat akal yang digunakan
pada saat pertandingan untuk mencari kemenangan secara sportif”.
Untuk mendapatkan atlet olahraga yang berprestasi, disamping proses
latihan yang terprogram dan terencana dengan menerapkan prinsip-prinsip latihan,
juga harus memperhatikan asupan gizi para atlet, selain itu harus pula di barengi
dengan pengadaan kompetisi-kompetisi secara rutin agar atlet dapat menerapkan
teknik dan taktik yang diperoleh selama pelatihan di arena sesungguhnya dan itu
dapat mengasah mental para atlet itu sendiri dalam menghadapi kompetisi yang
sesungguhnya. Semakin banyak jam terbang atlet dalam suatu kompetisi maka
akan semakin berpengalaman pula atlet itu dalam megnhadapi situasi yang
berubah-ubah dalam pertandingan. Pembinaan olahraga prestasi bertujuan untuk
mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan
melalui kompetisi untuk mencapai yang prestasi yang tinggi dengan dukungan
ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. Keterbatasan dari pemerintah
menuntut cabang- cabang olahraga lain yang belum menjadi prioritas pendanaan
pemerintah, perlu menggalang dana kolektif dari masyarakat dan swasta.
Pembinaan olahraga prestasi berbentuk segitiga atau sering disebut pola
piramida adan berporos pada proses pembinaan yang berkelanjutan. Dikatakan
berkelanjutan karena pola itu harus didasari cara pandang yang utuh dalam
memaknai program pemassalan dan pembibitan dengan program pembinaan
prestasinya. Program tersebut memandang arti penting pemassalan dan
pembibitan yang bisa jadi berlangsung dalam program pendidikan jasmani yang
baik, diperkuat dengan program pengembangannya dalam kegiatan klub olahraga
sekolah, dimatangkan dalam berbagai aktivitas kompetisi intramural dan idealnya
tergodok dalam program kompetisi intersklastik, serta dimantapkan melalui
pemuncakan prestasi dalam bentuk training camp bagi para bibit atlet yang
terbukti berbakat.
3

Menurut V. Yoyok Suryadi menyatakan melakukan tendangan diperlukan


kecepatan, kekuatan, dan yang lebih utama keseimbangan yang prima, selain itu
diperlukan juga penguasaan jarak, dan waktu yang tepat agar tendangan tersebut
menjadi efektif. Tendangan yang keluar tidak hanya sebatas mengenai sasaran
badan lawan saja, tetapi juga harus memiliki tenaga sebab jika tendangan atau
pukulan kita tidak ada tenaganya maka tidak akan menghasilkan poin dalam
Wushu sanda. Dalam rangka menciptakan penguasaan teknik tendangan secara
sempurna dan berlanjut pada peningkatan prestasi Wushu sanda untuk mencapai
prestasi yang maksimal, serta memberlakukan sistem pembinaan dengan konsep
ilmiah dalam mengembangkan peningkatan power otot tungkai Pada Atlet Han
Academy Solo Tahun 2021 maka perlu diadakan suatu penelitian.
Latihan yang dilakukan untuk meningkatkan power otot tungkai harus
melibatkan otot-otot yang akan dikembangkan, yaitu otot tungkai serta sesuai
dengan sistem energi yang digunakan dalam aktivitas tersebut. Tuntutan terhadap
metode latihan yang efektif dan efisien didorong oleh kenyataan atau gejala-gejala
yang timbul dalam pelatihan. Prinsip dan asas latihan yang penting dipahami oleh
pelatih, salah satunya yaitu intensitas latihan (Stanton & Reaburn, 2014).
Intesitas latihan harus dilatih melalui suatu program secara intensif dan
dilandaskan pada prinsip beban lebih yang secara progresif menambahkan beban
kerja, jumlah pengulangan gerakan, serta kadar intensitas dari repetisi tersebut.
Semakin tinggi intensitas latihan, semakin tinggi tingkat melakukan pekerjaan,
yang sesuai dengan pengeluaran energi yang lebih tinggi (Kenney, et al, 2015:
39). Faktorfaktor dasar latihan meliputi persiapan fisik, teknik, taktik, dan psikis
(mental), faktor-faktor lain tersebut saling berhubugan dan disusun dalam
program latihan dan merupakan bagian penting dari setiap program latihan (Allen,
et al, 2013: 185).
Latihan yang baik tidak cukup hanya memberikan teknik saja, akan tetapi
dengan meningkatkan kualitas power dengan pendekatan teknik. Di lapangan
masih ada pelatih yang belum mengetahui bentuk latihan power di cabang Wushu
sanda. Harsono (2015: 113) menyatakan bahwa: “Training harus direncanakan
dan disesuaikan bagi setiap individu agar dengan demikian latihan tersebut dapat
4

menghasilkan hasil yang terbaik (the best result) bagi individu tersebut”. Pada
penelitian ini akan dititikberatkan pada latihan pliometrik latihan single leg hops
dan standing jump. Latihan pliometrik mengacu pada latihan-latihan yang ditandai
dengan kontraksi otot yang kuat sebagai respon terhadap pembebanan yang cepat
dan dinamis. Slimani et al (2016: 232) menyatakan bahwa “plyometrics, juga
dikenal sebagai "latihan lompat" atau "plyos", adalah latihan yang didasarkan
pada produksi kekuatan otot maksimum dalam waktu sesingkat mungkin untuk
meningkatkan kecepatan dan tenaga”.
Single leg hop adalah pemerupakan program latihan fisioterapi dimana
latihan ini dilakukan dengan cara berlari menggunakan satu kaki dengan loncatan
semaksimal mungkin. Latihan ini dilakukan secara berulang-ulang dan dilakukan
dengan cara yang tepat untuk mendapatkan hasil kekuatan kontraksi otot yang
baik. Latihan single leg hop mengembangkan daya ledak untuk otot-otot tungkai
dan pinggul, khususnya otot-otot gluteals, hamstrings, quadriceps dan
gastrocnemius dengan kecepatan yang tinggi dan penuh tenaga. Single leg hop
sangat bermanfaat untuk mengembangkan daya ledak otot tungkai. Melalui
latihan single leg hop, maka daya ledak otot tungkai berkembang lebih maksimal,
sehingga akan mendukung kegiatan olahraga yang membutuhkan daya ledak otot
tungkai pelatihan single leg hop memberikan peningkatan yang bermakna
terhadap daya ledak otot tungkai.
Latihan standing jump yaitu dimulai dengan berdiri pada dua kaki selebar
bahu, kemudian melakukan loncatan ke depan dengan melewati penghalang
dengan kaki ditekuk dan mendarat pada dua kaki. Badan harus tetap pada garis
lurus dan secepatnya dilompatkan lagi ke depan dengan jumlah ulangan yang
sudah ditentukan. Latihan ini merangsang otot untuk selalu berkontraksi baik saat
memanjang (eccentric) maupun saat memendek (concentric). Dilihat dari bentuk
latihanya, latihan ini cocok untuk meningkatkan tinggi loncatan.
Power tungkai seseorang dipengaruhi salah satunya oleh kekuatan otot
tungkai. Kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk
melakukan satu kali kontraksi secara maksimal melawan tahanan atau beban.
Kekuatan otot sangat penting bagi setiap orang ataupun atlet. Kekuatan otot ini
5

untuk memperkuat atlet dalam melakukan gerak pada olahraga apapun


(Suchomel, et al., 2018: 765; Suchomel, et al., 2016: 1419). Seseorang yang
mempunyai kekuatan otot baik dapat melakukan dan memikul pekerjaan yang
berat dalam waktu yang lama. Orang yang fisiknya segar akan mempunyai otot
yang kuat dan mampu bekerja secara efisien.
Oleh sebab itu diperlukan bentuk latihan yang tepat dan sesuai kebutuhan
masing masing. Begitu pula dengan cabang olahraga menentukan bentuk latihan
yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan terutama di Sasana Han Academy solo
Tahun 2021, sehingga latihan yang dijalani benar-benar dapat meningkatkan
power otot tungkai.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian tentang metode latihan single
leg hops dan standing jump terhadap peningkatan power otot tungkai. Dalam
kesempatan ini ingin dilakukan penelitian yang berjudul “Perbedaan Pengaruh
Metode Latihan Single Leg Hops Dan Standing Jump Terhadap Peningkatan
Power Otot Tungkai Di Sasana Han Academy Solo Tahun 2021”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Teknik dasar olahraga di Sasana Han Academy Solo Tahun 2021 perlu
ditingkatkan.
2. Belum ditelusuri faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan power otot
tungkai di Sasana Han Academy Solo Tahun 2021.
3. Power otot tungkai Atlet di Sasana Han Academy Solo Tahun 2021 seringkali
cidera.
4. Belum diketahui perbedaan pengaruh metode latihan single leg hops dan
standing jump terhadap peningkatan power otot tungkai di Sasana Han
Academy Solo Tahun 2021.

C. Pembatasan Masalah
6

Banyaknya masalah yang muncul, maka perlu dibatasi agar tidak


menyimpang dari permasalahan. Pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Perbedaan pengaruh metode latihan single leg hops terhadap peningkatan
power otot tungkai di Sasana Han Academy Solo tahun 2021 belum
diketahui.
2. Perbedaan pengaruh metode latihan standing jump terhadap peningkatan
power otot tungkai di Sasana Han Academy Solo tahun 2021 belum
diketahui.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, masalah
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan pengaruh metode latihan single leg hops dan standing
jump terhadap peningkatan power otot tungkai di Sasana Han Academy Solo
tahun 2021?
2. Manakah yang lebih baik pengaruhnya antara metode latihan single leg hops
dan standing jump terhadap peningkatan power otot tungkai di Sasana Han
Academy Solo tahun 2021?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini
mempunyai tujuan untuk mengetahui:
1. Ada Tidaknya perbedaan pengaruh metode latihan single leg hops dan
standing jump terhadap peningkatan power otot tungkai di Sasana Han
Academy Solo tahun 2021.
2. Latihan mana yang lebih baik pengaruhnya antara metode latihan single leg
hops dan standing jump terhadap peningkatan power otot tungkai di Sasana
Han Academy Solo tahun 2021.

F. Manfaat Penelitian
7

Masalah dalam penelitian ini penting untuk diteliti dengan harapan dapat
memberi manfaat antara lain:
1. Dapat membantu Atlet Han Academy Solo Tahun 2021 untuk meningkatkan
power otot tungkai menjadi lebih baik.
2. Dapat dijadikan sebagai masukan dan pedoman bagi Atlet Han Academy
Solo Tahun 2021 pentingnya bentuk metode latihan single leg hops dan
standing jump terhadap peningkatan power otot tungkai dalam olahraga.
3. Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menentukan dan memilih bentuk
metode latihan single leg hops dan standing jump terhadap peningkatan
power otot tungkai di Sasana Han Academy Solo tahun 2021untuk siswanya.
4. Dapat menambah wawasan pengetahuan tentang karya ilmiah untuk
dikembangkan lebih lanjut.
BAB II
KERANGKA TEORITIS

A. Landasan Teori
1. Olahraga
a. Hakekat Olahraga
Saat ini, masalah kesehatan pada individu sedang meningkat
karena kurang olahraga dan aktivitas fisik, seperti mesin melakukan
sebagian besar pekerjaan, yang membuat aktivitas tubuh penting secara
individual. Di sisi lain, lewat acara olahraga, banyak orang terlibat
dengan olahraga secara langsung atau tidak langsung, baik dengan aktif
tampil atau dengan menonton olahraga. Secara umum, olahraga
membantu individu menjaga kesehatan fisik dan mental mereka dan
menjadi sumber kesenangan dan hiburan. Dari hal inilah bahwa dengan
melakukan aktifitas fisik atau dengan kita berolahraga akan memberikan
berbagai manfaat bagi tubuh kita (Suleyman Yildiz, 2012: 689).
Olahraga saat ini menjadi sebuah trend atau gaya hidup bagi
sebagian masyarakat umum, bahkan hingga menjadi sebuah kebutuhan
mendasar dalam hidup. Olahraga menjadi kebutuhan yang sangat penting
karena tidak terlepas dari kebutuhan mendasar dalam melaksanakan
aktivitas gerak sehari-hari. Olahraga itu sendiri pada dasarnya merupakan
serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara dan
meningkatkan kemampuan gerak, serta bertujuan untuk
mempertahankan, dan meningkatkan kualitas hidup seseorang. Hal
tersebut sejalan dengan yang diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem
Keolahragaan Nasional Nomor 3 Tahun 2005 bahwa, “olahraga adalah
segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta
mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial”.
Secara sederhana olahraga dapat dilakukan oleh siapapun,
kapanpun, dimanapun, tanpa memandang dan membedakan jenis
kelamin, suku, ras, dan lain sebagainya. Toho Cholik Mutohir (2007: 23)

8
9

menjelaskan bahwa, hakekat olahraga adalah sebagai refleksi kehidupan


masyarakat suatu bangsa. Di dalam olahraga tergambar aspirasi serta
nilai-nilai luhur suatu masyarakat, yang terpantul melalui hasrat
mewujudkan diri melalui prestasi olahraga. Kita sering mendengar kata-
kata bahwa kemajuan suatu bangsa salah satunya dapat tercermin dari
prestasi olahraganya. Harapannya adalah olahraga di Indonesia dijadikan
alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan manusia
unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu
membentuk manusia seutuhnya.
Menurut Giriwijoyo (2005: 30) mengatakan bahwa olahraga
adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan
orang dengan sadar untuk meningkatkan kemampuan fungsionalnya.
Kusmaedi (2002: 1) menyatakan bahwa kata olahraga berasal dari:
1) Disport, yaitu bergerak dari satu tempat ke tempat lain.
2) Field Sport, kegiatan yang dilakukan oleh para bangsawan yang
terdiri dari kegiatan menembak dan berburu
3) Desporter, membuang lelah
4) Sport, pemuasan atau hobi
5) Olahraga, latihan gerak badan untuk menguatkan badan, seperti
berenang, main bola, agar tumbuh menjadi sehat.

Berdasarkan penjelasan menurut para ahli di atas, dapat


disimpulkan bahwa olahraga merupakan suatu kegiatan yang bersifat
fisik mengandung unsur-unsur permainan serta berisi perjuangan dengan
diri sendiri dengan orang lain yang terkait dengan interaksi lingkungan
atau unsur alam yang terbuka bagi seluruh lapisan masyarakat sesuai
dengan kemampuan dan kesenangan. Kegiatan olahraga tergantung dari
sikap sesorang dari mana dia memaknainya, karena beragam definisi
olahraga disebabkan oleh karakteristik olahraga itu sendiri yang semakin
berkembang, semakin lama semakin berubah dan semakin kompleks baik
dari jenis kegiatannya, dan juga penekanan motif yang ingin dicapai
ataupun konteks lingkungan sosial budaya tempat pelaksanaannya.
10

b. Ruang Lingkup Olahraga


Mengacu pada Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional
Nomor 3 tahun 2005 Bab II pasal 4 menetapakan bahwa keolahragaan
nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan, kebugaran,
prestasi, kualaitas manusia, menanmkan nilai moral dan akhlak mulia,
sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan
bangsa, memperkokoh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat,
martabat, dan kehormatan bangsa.
Selanjutnya pada Bab VI pasal 17 menetapkan ruang lingkup
olahraga itu sendiri mencakup tiga pilar, yaitu: olahraga pendidikan,
olahraga prestasi, dan olahraga rekreasi. Ketiga pilar olahraga tersebut
dilaksanakan melalui pembinaan dan pengembangan olahraga secara
terencana, sistematik, berjenjang, dan berkelanjutan, yang dimulai dari
pembudayaan dengan pengenalan gerak pada usia dini, pemassalan
dengan menjadikan olahraga sebagai gaya hidup, pembibitan dengan
penelusuran bakat dan pemberdayaan sentra-sentra olahraga, serta
peningkatan prestasi dengan pembinnaan olahraga unggulan nasional
sehingga olahragawan andalan dapat meraih puncak pencapaian prestasi.
Adapun ruang lingkup dari ketiga pilar olahraga dapat dijabarkan sebagi
berikut:
1) Olahraga Pendidikan
Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga
yang dilaksanakan sebagai proses pendidikan yang teratur dan
berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan kepribadian,
keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani. Olahraga
pendidikan sebagai bagian dari proses pendidikan secara umum yang
dilaksanakan oleh satuan pendidikan baik satuan pendidikan formal
maupun non formal, biasanya dilakukan oleh satuan pendidikan pada
setiap jenjang pendidikan, guru pendidikan jasmani dengan dibantu
oleh tenaga olahraga membimbing terselenggaranya kegiatan
keolahragaan. Menurut Barrie Houlihan (2016: 171) dalam
11

meningkatkan prestasi olahraga, salah satunya adalah melalui


jenjang sekolah dan juga sistem pendidikan yang baik. Kebijakan
olahraga di dalam dunia pendidikan sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan prestasi olahraga. Sehingga sangatlah penting dalam
mempertimbangkan bagaimana perumusan dan kebijakan olahraga
dalam dunia pendidikan, karena sekolah merupakan elemen yang
penting dalam pembangunan olahraga di masa depan.
Di Indonesia lebih dikenal dengan nama Pendidikan Jasmani,
Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes), hal tersebut sesuai dengan
yang diamanatkan dalam Standar Nasional Pendidikan (PP RI No.
19 Tahun 2005 pasal 7 ayat 8). Selanjutnya dijelaskan bahwa
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan didalamnya
terkandung 3 (tiga) komponen isi yang seharusnya ada, yaitu:
Pendidikan Jasmani; Pendidikan Olahraga; dan Pendidikan
Kesehatan.
a) Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani memiliki kajian tersendiri namun
sebenarnya merupakan satu kesatuan dalam konsep Penjasorkes.
Definisi Pendidikan Jasmani menurut Sugiyanto (2012: 16)
menyatakan “Pendidikan Jasmani, suatu bagian integral dari
proses pendidikan total, adalah suatu bidang upaya yang
bertujuan mengembangkan warga negara yang segar (fit) secara
fisik, mental, emosi dan sosial melalui medium aktivitas fisik
yang dipilih sesuai sudut pandang perealisasian tujuan tersebut.
Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang
melibatkan aktivitas fisik dengan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan. Tujuan yang ingin dicapai bersifat menyeluruh,
mencakup aspek fisik, intelektual, emosional, sosial, dan moral.
Berkenaan dengan aspek fisik, tujuan utama pendidikan jasmani
adalah untuk memperkaya perbendaharaan gerak dasar anak-
12

anak dengan aktivitas fisik, sesuai dengan tingkat perkembangan


dan pertumbuhannya.
b) Pendidikan Olahraga
Pendidikan olahraga merupakan sebuah konsep hasil
pengembangan dari Penjasorkes diamana memiliki tujuan yang
lebig spesifik yaitu mengarah pada prestasi olahraga peserta
didik. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sugiyanto (2012:
34) yang berpendapat bahwa,” model pendidikan olahraga
dinilai memiliki tujuan yang lebih ambisius dibanding dengan
program olahraga di dalam pendidikan jasmani.
Pendidikan olahraga berusaha mendidik murid untuk
menjadi olahragawan yang kompeten, cerdas dan antusias.
Selanjutnya dijelaskan bahwa olahraga yang kompeten berarti
memiliki keterampilan yang memadai untuk berpartisispasi
dalam pertandingan, memahami dan dapat melakasanakan
strategi sesuai dengan kompleksitas permainan dan sebagai
pemain yang berpengetahuan. Olahragawan yang cerdas berarti
mudah untuk memahami peraturan, tatacara dan tradisi dalam
olahraga serta dapat membedakan anatara praktek olahraga yang
baik dan yang buruk, baik pada anak-anak maupun olahragawan
profesional. Olahragawan yang antusias berarti berpartisipasi
dan berperilaku dalam cara memelihara, melindungi dan
mempertinggi budaya olahraga. Sebagai anggota kelompok
olahraga turut mengembangkan olahraga pada tingkat lokal,
nasional dan internasional.
c) Pendidikan Kesehatan
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap
aktivitas kehidupan dimana kesehatan harus selalu dijaga dan
ditingkatkan. Untuk menjaga kesehatan adalah dengan
berolahraga dan menjaga pola hidup sehat. Slogan yang
berbunyi “kesehatan merupakan harta yang paling berharga”
13

adalah benar adanya. Banyak orang yang tidak perduli akan


kesehatan bahkan tidak mementingkan kesehatan untuk dirinya
sendiri. Ketidaktahuan akan cara yang benar untuk menjaga
kesehatan menjadi salah satu faktor penyebabnya. Kehidupan
sekolah yang terlalu membebankan kepada tugas-tugas
berkombinasi pula dengan kehidupan di rumah yang tidak
menekankan pentingnya hidup sehat akan berdampak buruk
pada kesehatan itu sendiri. Kemajuan teknologi yang semakin
tidak terkendali akan memberikan efek yang buruk jika tidak
diimbangi dengan kemawasan diri akan pentingnya hidup sehat
sehingga anak-anak akan terfokus pada kemajuan teknologi dan
tidak menyediakan waktu luang untuk berolahraga. Hal
ini dapat menyebabkan kebugaran tubuh anak-anak sekarang
akan cenderung semakin rendah.
Seiring semakin rendahnya kesegaran jasmani, kian
meningkat kemalasan seseorang dalam melakukan gerak tubuh,
lambat laun hal ini dapat menimbulkan gejala penyakit yang
diakibatkan oleh kekurangan gerak (hipokinetik) seperti
kegemukan, tekanan darah tinggi, kencing manis, nyeri
pinggang bagian bawah. Selain itu penyakit jantung yang
biasanya menyerang manusia pada saat dewasa bisa saja beralih
menyerang pada masa kanak-kanak.
Sejalan dengan itu, pengetahuan dan kebiasaan makan
yang tidak sehatpun semakin memperburuk masalah kesehatan
anak-anak. Dengan pola gizi yang tidak seimbang, mereka
menhadapkan diri mereka sendiri pada resiko penyakit
degenerative (menurunnya fungsi organ) yang semakin besar.
Sangat penting untuk menjaga kesehatan baik jasmani maupun
rohani oleh karena itu pendidikan kesehatan menjadi krusial
khsusunya untuk pelajar di sekolah. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Giriwijoyo dan Sidik (2012: 28) bahwa “ olahraga
14

kesehatan meningkatkan derajat sehat dinamis (sehat dalam


gerak), pasti juga sehat statis (sehat dikala diam), tetapi tidak
pasti sebaliknya, gemar berolahraga: mencegah penyakit, hidup
sehat dan nikmat. Malas berolahraga: mengundang penyakit.
Tidak berolahraga: menelantarkan diri”.
Sugiyanto (2013: 34) menyatakan bahwa, “pendidikan
kesehatan pada dasarnya merupakan kajian yang bersifat multi
disiplin”. Isinya diambil dari banyak bidang ilmu lain
kedokteran, kesehatan masyarakat, kejasmanian, psikologi,
biologi dan sosiologi. Lingkup kajiannya pun luas yang
mencakup antara lain hakekat sehat dan penyakit, kegizian,
pencegahan cedera, pertolongan pertama pada kecelakaan,
pencegahan penggunaan narkotika dan obat-obat terlarang,
hakekat perilaku dan kebiasaan hidup sehat dan pemeliharaan
kesehatan. Aspek layanan yang termasuk di dalamnya meliputi
penanganan kehidupan sekolah yang sehat melalui pembelajaran
pendidikan kesehatan dan diaplikasikan dalam bentuk organisasi
UKS dan PMR.
2) Olahraga Prestasi
Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan
mengembangkan olahragawan secara khusus dengan cara,
terprogram, berjenjang dan berkelanjutan melalui kompetisi yang
dilakukan selanjutnya para olahragawan yang memiliki potensi
untuk dapat ditingkatakan prestasinya akan dimasukan kedalam
asrama maupun tempat pelatihan khusus agar dapat dibina lebih
lanjut guna mendapatkan prestasi yang lebih tinggi dan dengan
didukung bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan
yang lebih modern. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
keolahragaan adalah peningkatan kualitas maupun kuantitas
pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaedah
dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk
15

peningkatan fungsi, manfaat dan aplikasi ilmu pengetahuan dan


teknologi yang telah ada atau menghasilkan teknologi baru bagi
kegiatan keolahragaan.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Kristiyanto (2012: 12)
yang menyatakan bahwa, “Dalam lingkup olahraga prestasi,
tujuannya adalah untuk menciptakan prestasi yang setinggi-
tingginya. Artinya bahwa berbagai pihak seharusnya berupaya untuk
mensinergikan hal-hal dominan yang berpengaruh terhadap
peningkatan prestasi di bidang olahraga.
Untuk mendapatkan atlet olahraga yang berprestasi,
disamping proses latihan yang terprogram dan terencana dengan
menerapkan prinsip-prinsip latihan, juga harus memperhatikan
asupan gizi para atlet, selain itu harus pula di barengi dengan
pengadaan kompetisi-kompetisi secara rutin agar atlet dapat
menerapkan teknik dan taktik yang diperoleh selama pelatihan di
arena sesungguhnya dan itu dapat mengasah mental para atlet itu
sendiri dalam menghadapi kompetisi yang sesungguhnya. Semakin
banyak jam terbang atlet dalam suatu kompetisi maka akan semakin
berpengalaman pula atlet itu dalam megnhadapi situasi yang
berubah-ubah dalam pertandingan. Pembinaan olahraga prestasi
bertujuan untuk mengembangkan olahragawan secara terencana,
berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai
yang prestasi yang tinggi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan
teknologi keolahragaan. Keterbatasan dari pemerintah menuntut
cabang- cabang olahraga lain yang belum menjadi prioritas
pendanaan pemerintah, perlu menggalang dana kolektif dari
masyarakat dan swasta. Para pemerhati olahraga di Indonesia perlu
menyatukan suara guna membangun kejayaan olahraga. Salah
satunya dengan menetapkan sebuah badan yang benar-benar
independen dan hanya berfokus pada pembangunan olahraga di
Indonesia serta bebas dari segala kepentingan politik di dalamnya.
16

Pembinaan olahraga prestasi berbentuk segitiga atau sering


disebut pola piramida adan berporos pada proses pembinaan yang
berkelanjutan. Dikatakan berkelanjutan karena pola itu harus
didasari cara pandang yang utuh dalam memaknai program
pemassalan dan pembibitan dengan program pembinaan prestasinya.
Program tersebut memandang arti penting pemassalan dan
pembibitan yang bisa jadi berlangsung dalam program pendidikan
jasmani yang baik, diperkuat dengan program pengembangannya
dalam kegiatan klub olahraga sekolah, dimatangkan dalam berbagai
aktivitas kompetisi intramural dan idealnya tergodok dalam program
kompetisi intersklastik, serta dimantapkan melalui pemuncakan
prestasi dalam bentuk training camp bagi para bibit atlet yang
terbukti berbakat.
Membangun strategi pembinaan olahraga secara nasional
memerlukan waktu dan penataan sistem secara terpadu. Pemerintah
dalam hal ini adalah Kementerian Pemuda dan Olahraga tidak dapat
bekerja sendiri tanpa sinergi dalam kelembagaan lain yang terkait
dengan pembinaan sistem keolahragaan secara nasional. Penataan
olahraga prestasi harus dimulai dari pemassalan olahraga
dimasyarakat yang diharapkan memunculkan bibit-bibit atlet
berpotensi dan ini akan didapat pada atlet yang dimulai dari usia
sekolah. Pembinaan olahraga prestasi harus berjangka waktu
kehidupan atlet, dimulai pada saat merekrut seorang anak untuk
dikembangkan menjadi seorang atlet. Dalam merekrut calon atlet,
postur dan struktur tubuhnya harus dilihat apakah tubuh (termasuk
kemampuan jantung dan paru-paru) calon atlet itu bisa dibentuk
dengan latihan-latihan untuk menjadi kuat, cepat dan punya
endurance atau daya tahan.
Untuk dapat menggerakan pembinaan olahraga harus
diselenggarakan dengan berbagai cara yang dapat mengikutsertakan
atau memberi kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk
17

berpartisipasi dalam kegiatan olahraga secara aktif,


berkesinambungan, dan penuh kesadaran akan tujuan olahraga yang
sebenarnya. Pembinaan olahraga seperti ini hanya dapat
terselenggara apabila ada suatu sistem pengelolaan keolahragaan
nasional yang terencana, terpadu, dan berkesinambungan dalam
semangat kebersamaan dari seluruh lapisan masyarakat. Pembinaan
atlet usia pelajar sering kali tidak terjadi kesinambungan dengan
pembinaan cabang olahraga prioritas.
Hal ini bisa dilihat dari berbagai cabang olahraga yang
merupakan andalan untuk meraih medali emas tidak dibina secara
berjenjang. Untuk itu perlu dilakukan penyusunan program
pembibitan atlet usia dini dengan cabang olahraga yang menjadi
prioritas. Sebagai langkah berikutnya perlu melakukan kerja sama
antara Menteri Pemuda dan Olahraga dengan Komite Olahraga
Nasional Indonesia Pusat serta induk organisasi cabang olahraga
untuk membicarakan cabang-cabang olahraga yang menjadi prioritas
utama baik didaerah, nasional maupun internasional.
3) Olahraga Rekreasi
Olahraga rekreasi adalah olahraga yang dilakukan oleh
masyarakat dengan kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan
berkembang sesuai dengan kondisi dan nilai budaya masyarakat
setempat untuk kesehatan, kebugaran dan kegembiraan. Hal ini
sejalan dengan pasal 19 Bab VI UU Nomor 3 Tahun 2005
dinyatakan bahwa “olahraga rekreasi bertujuan untuk memperoleh
kesehatan, kebugaran jasmani dan kegembiraan, membangun
hubungan sosial dan atau melestarikan dan meningkatkan kekayaan
budaya daerah dan nasional”. Selanjutnya dinyatakan bahwa
pemerintah daerah dan masyarakat berkewajiban menggali,
mengembangkan dan memajukan olahraga rekreasi.
Menurut Kristiyanto (2012: 6) berpendapat bahwa “olahraga
rekreasi terkait erat dengan aktivitas waktu luang dimana orang
18

bebas dari pekerjaan rutin. Waktu luang merupakan waktu yang


ridak diwajibkan dan terbebas dari berbagai keperluan psikis dan
sosial yang telah menjadi komitmennya”. Kegiatan yang umum
dilakukan untuk rekreasi adalah pariwisata, olahraga, permainan, dan
hobi dan kegiatan rekreasi umumnya dilakukan pada akhir pekan.
Beragam jenis olahraga rekreasi yang merupakan kekayaan
asli dan jati diri bangsa Indonesia perlu dilestarikan, dipelihara dan
diperkenalkan kepada generasi muda penerus, serta
didokumentasikan dengan serius dan cermat, sehingga aset budaya
dan jati diri bangsa Indonesia tidak hilang atau diakui oleh bangsa
lain. Disamping itu, gerakan sport for all, yang menjadikan olahraga
sebagai bagian dari upaya mendukung pembangunan kualitas sumber
daya manusia, pendidikan, kesehatan dan kebugaran masayarakat
serta aspek lain yang dibutuhkan oleh pembentukan karakter dan jati
diri suatu bangsa, menjadikannya sebagai kekuatan yang ampuh
dalam upaya memepersatukan bangsa Indonesia dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Hakikat Power Otot Tungkai


a. Pengertian Power Otot Tungkai
Kondisi fisik seorang atlet memegang peranan yang sangat
penting. Dengan tunjangan kondisi fisik yang baik akan meningkatkan
kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh
sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi
yang lebih baik. Menurut Bafirman, (2008:82) Dalam kegiatan
berolahraga power merupakan suatu komponen biomotorik yang sangat
penting karena power akan menentukan seberapa keras orang dapat
memukul, seberapa keras orang dapat menendang, seberapa cepat orang
dapat berlari, serta seberapa jauh orang dapat melakukan tolakan dan lain
sebagainya.
19

Selanjutnya menurut Wafan dalam Santosa, (2015 :3) Power


adalah salah satu unsur kondisi fisik yang dibutuhkan untuk hampir
semua cabang olahraga termasuk didalamnya permainan futsal. Hal ini
dapat dipahami karena daya ledak (power) tersebut mengandung unsur
gerak eksplosif, sedangkan gerakan ini dibutuhkan dalam aktivitas
olahraga berprestasi. Menurut Irawadi ( 2011 : 96 ) power merupakan
gabungan beberapa unsur fisik yaitu unsur kekuatan dan unsur kecepatan,
artinya kemampuan power otot dapat dilihat dari hasil suatu untuk kerja
yang dilakukan dengan menggunakan kekuatan dan kecepatan.
selanjutnya menurut Harsono (2001: 24), power adalah produk dari
kekuatan dan kecepatan. Power adalah kemampuan otot untuk
mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang amat singkat.
Berdasarkan kutipan di atas maka power merupakan pengerahan
gaya otot maksimum dengan kecepatan maksimal. Sesuai dengan
gerakan eksplosif power yang kuat dan cepat maka power sering menjadi
ciri khas pola bermain yang digunakan dalam suatu olahraga seperti pada
olhraga Wushu. Kemampuan yang kuat dan cepat diperlukan terutama
bagi tindakan yang membutuhkan tenaga secara maksimal misalkan pada
saat melakukan lompatan dan tendangan.
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa power otot tungkai
adalah kemampuan otot untuk mengatasi beban dan tahanan dengan
kecepatan kontraksi yang sangat tinggi dimana Power merupakan
gabungan dari dua kemampuan yaitu kekuatan dan kecepatan, dimana
kekuatan dan kecepatan dikerahkan maksimum dalam waktu yang sangat
cepat dan singkat. Sesuai dari penjelasan Ismaryati, (2006:59) Power
menyangkut kekuatan dan kecepatan kontraksi otot yang dinamis dan
eksplosif serta melibatkan pengeluaran kekuatan otot yang maksimal
dalam waktu yang secepat- cepatnya. Power otot tungkai terjadi akibat
saling memendek dan memanjang otot tungkai atas dan bawah yang
didukung oleh dorongan otot kaki dengan kekuatan dan kecepatan
maksimum.
20

Dalam olahraga Wushu sangat diperlukan power otot tungkai,


terutama saat melakukan lompatan dan tendangan. Otot tungkai adalah
gabungan dari kekuatan otot tungkai paha atas dan otot tungkai bawah
saat berkontraksi hingga relaksasi yang diperlukan dalam melakukan
tendangan dan lompatan secepat mungkin. Oleh karena itu, dalam
permainan Wushu seorang pemain dituntut memiliki power yang baik,
karena hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap prestasi yang akan
dirasih oleh tim yang dibela oleh pemain tersebut.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Power Otot Tungkai


Daya ledak otot merupakan kemampuan otot tubuh. Berbicara
tentang kekuatan berarti memberi keberadaan otot tubuh secara
menyeluruh. Dengan demikian berarti bahwa semua jenis atau macam
kekuatan yang telah dibicarakan di atas di tentukan kemampuan oleh
kapasitas otot tubuh secara menyeluruh.
Menurut Irawadi (2011:98) faktor yang mempengaruhi power otot
tungkai sebagai berikut : 1).Jenis serabut otot, 2). Panjang otot, 3).
Kekuatan otot, 4). Suhu otot, 5). Jenis kelamin, 6). Kelelahan, 7).
Koordinasi intermuskuler, 8). Koordinasi antarmuskular, 9). Reaksi
otot terhadap rangsangan saraf dan 10). sudut sendi.

Selanjutya Nossek dalam Bafirman, (2008:85) menyatakan


bahwa, faktor yang mempengaruhi daya ledak adalah kekuatan dan
kecepatan kontraksi.
1) Kekuatan
Kekuatan otot menggambarkan kontraksi maksimal yang
dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot. Dilihat dari segi latihan,
kekuatan dibagi menjadi tiga macam: (a) Kekuatan maksimal, (b)
Kekuatan daya ledak, (c) Kekuatan daya tahan. Syafruddin
(2013:72). Disamping itu faktor yang mempengaruhi kekuatan otot
sebagai unsur daya ledak adalah jenis serabut otot, luas otot rangka,
jumlah cross bridge, system metabolisme energi, sudut sendi dan
aspek psikoligis.
21

2) Kecepatan
Menurut Irawadi,(2011:62). Kecepatan adalah suatu
kemampuan seseorang dalam berpindah tempat dari satu titik ke titik
yang lainnya dalam waktu yang sesingkat – singkatnya. Berdasarkan
dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan power merupakan
perpaduan antara unsur kekuatan dan kecepatan, baik kecepatan
rangsangan syaraf maupun kecepatan reaksi otot. Secara umum dari
penjelasan tentang power di atas, terlihat jelas bahwa power sangat
menentukan sekali terhadap kualitas permainan futsal, dimana setiap
gerakan teknik dasar dalam futsal secara keseluruhan memerlukan
power yang baik.
c. Batasan Otot Tungkai
Otot tungkai adalah otot gerak bagian bawah yang terdiri
sebagian otot serat lintang atau otot rangka. Menurut Setiadi (2007:272)
menyatakan bahwa: Otot tungkai adalah otot yang terdapat pada kedua
tungkai antara lain otot tungkai bagian bawah: Otot tabialis anterior,
extendon digitarium longus, porenius longus, gastrokneumius, soleus,
sedangkan otot tungkai atas adalah: tensor fasiolata, abduktor sartorius,
rectus femoris, vastus leteralis dan vastus medialis. Selanjutnya menurut
Jonath dan krempel dalam syafruddin (2013:83), Faktor yang membatasi
kemampuan kekuatan otot manusia secara manusia secra umum antara
lain :
Penampang serabut otot, jumlah serabut otot, struktur dan bentuk
otot, panjang otot, kecepatan kontraksi otot, tingkat peregangan
otot, tonus otot, koordinansi otot ( koordinasi didalam otot),
koordinasi otot inter (koordinasi antara otot-otot tubuh yang
bekerjasama pada suatu gerakan yang diberikan, motivasi, usia dan
jenis kelamin). Setiap orang atau manusia mempunyai sistem otot
yang tidak sama, yang terlihat dari salah satunya adalah besar atau
kecinya otot seseorang.

Sebagaimana kita ketahui, bahwa tubuh kita dibungkus oleh


jaringanjaringan otot atau gumpalan daging. Jaringan – jaringan otot
berfungsi sebagai penggerak tubuh dalam melakukan gerakan. Otot
22

tungkai termasuk kedalam otot yang berada pada anggota gerak bagian
bawah. Otot-otot anggota gerak bawah dapat dibedakan atas otot pangkal
paha, hampir semua terentang antara gelang panggul dan tungkai atas
yang menggerakkan serta menggungkung tungkai atas disendi paha.
Sebagian dari otot tungkai dapat dibagi atas otot-otot kedang yang
terletak pada bidang belakang (separuh selaput, otot separuh urat, otot
bisep paha). Otot tungkai bagian bawah sebagaimana dijelaskan oleh
Setiadi, (2007:273) terdiri dari :
1) Otot tulang kering depan muskulus tibialis anterior, fungsinya
mengangkat pinggir kaki sebelah tengah dan membengkokan kaki
2) Muskulus ekstensor talangus longus, yang fungsinya meluruskan jari
telunjuk ketengah jari, jari manis dan kelingking jari.
3) Otot kedang jempol, fungsinya dapat meluruskan ibu jari kaki.
4) Urat arkiles, ( tendo arkhiles ), yang fuungsinya meluruskan kaki di
sendi tumit dan membengkokan tungkai bawah lutut.
5) Otot ketul empu kaki panjang ( muskulus falangus longus ),
fungsinya membengkokan empu kaki.
6) Otot tulang betis belakang ( muskulus tibialis posterior), fungsinya
dapat membengkokan kaki disendi tumit dan telapak kaki sebelah ke
dalam.
7) Otot kedang jari bersama, fungsinya dapat meluruskan jari kaki
( muskulus ekstensor falangus 1-5 )

Mengenai otot tungkai yang lebih dominan dalam Wushu, untuk


lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Otot tungkai (Setiadi, 2007:274)


23

Dari gambar diatas maka penjelasan otot yang berperan dalam


gerakan Wushu ialah :
1) Pengerak Utama (Musculus quadriceps femoris, biceps femoris dan
musculus tibialis anterior, tibialis posterior, dipakai dalam gerakan
menendang dan Musculus bicep femoris, dipakai pada saat lompat
dan tendangan).
2) Penggerak Antagonis pada pergerkan otot Musculus bicep femoris,
dan musculus quadriceps femoris, terjadi pemendekan otot pada
muschulus bicep femoris dan pemanjangan otot pada musculus
quadriceps femoris.
3) Pegerak Stabilitas
Musculus tensor fascia latae, Musculus gastrocnemius, Musculus tibialis
anterior dan tibialis posterior

3. Hakikat Latihan
a. Pengertian Latihan
Salah satu ciri dari latihan, baik yang berasal dari kata practice,
exercises, maupun training adalah adanya beban latihan. Oleh karena
diperlukannya beban latihan selama proses berlatih melatih agar hasil
latihan dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas fisik, psikis,
sikap, dan sosial atlet, sehingga puncak prestasi dapat dicapai dalam
waktu yang singkat dan dapat bertahan relatif lebih lama. Khusus latihan
yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas fisik atlet secara
keseluruhan dapat dilakukan dengan cara latihan dan pembebanan, yang
dirumuskan. Adapun sasaran utama dari latihan fisik adalah untuk
meningkatkan kualitas kebugaran energi (energy fitness) dan kebugaran
otot (muscular fitness). Kebugaran energi meliputi peningkatan
kemampuan aerobik intensitas rendah intensitas sedang, maupun
intensitas tinggi dan anerobik baik alaktik maupun yang menimbulkan
laktik (Emral, 2017: 10).
24

Latihan adalah upaya seseorang mempersiapkan dirinya untuk


tujuan tertentu bompa dalam budiwanto,(2004: 4). Latihan merupakan
suatu proses yang di sengaja dengan tujuan guna menguasai suatu jenis
ketrampilan dan kondisi.latihan adalah proses yang sistematis dari
berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian
hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaan. Dengan
sistematis yang di maksud adalah terencana, menurut jadwal, menurut
pola dan standart tertentu, metodis, dari mudah ke sungkar, latihan yang
teratur, dari yang sederhana ke yang lebih kompleks. Lebih lanjut
menurut janusul hairy (2009: 67) menjelaskan bahwa salah satu yang
paling penting dari latihan, harus di lakukan secara berulangulang, dan
meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot yang di perlukan untuk
pekerjaannya.
Sedangkan menurut sukadiyanto (2011: 7) menjelaskan beberapa
ciri-ciri dari latihan adalah sebagai berikut:
(a) suatu proses untuk mencapai tinkat kemampuan yang lebih baik
dalam berolahraga, yang memerlukan waktu tertentu (pentahapan), serta
memerlukan perencanaan yang tepat dan cermat, (b) proses latihan harus
teratur dan progresif. Teratur maksudnya latihan harus di lakukan secara
ajeg, maju, dan berkelanjutan. Sedangkan bersifat progresif maksudnya
materi latihan diberikan dari yang mudah ke yang sungkar, dari yang
sederhana ke yang lebih sulit, dari yang ringan ke yang berat, (c) pada
setiap kali tatap muka harus memiliki tujuan dan sasaran, (d) materi
latihan harus berisikan materi teori dan praktek, agar pemahaman dan
penguasaan ketrampilan menjadi relatif permanen, (e) menggunakan
metode tertentu , yaitu cara paling efektif yang di rencanakan secara
bertahap dengan memperhitungkan faktor kesulitan, kompleksitas gerak,
dan penekanan pada sasaran latihan. Berdasarkan berbagai pengertian di
atas dapat di simpulkan bahwa latihan adalah suatu proses
mengoptimalkan atau penjagaan kondisi kualitas dari berbagai segi yang
keterkaitannya dengan yang di latihkan agar memperoleh hasil yang lebih
baik.

Latihan merupakan suatu proses dalam aktivitas olahraga untuk


mengembangkan potensi yang ada pada atlet terutama pada kemampuan
dan keterampilan yang dimiliki secara sistematis dan dilakukan sesuai
jangka waktu yang telah ditentukan (Busch et al., 2013: 1). Lumintuarso
25

(2013: 21) menjelaskan latihan adalah proses yang sistematik dan


berkelanjutan untuk meningkatkan kondisi kebugaran sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Pendapat lainnya menyatakan bahwa latihan
merupakan suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik yaitu
meningkatkan kualitas fisik, kemampuan fungsional peralatan tubuh dan
kualitas psikis latihan (Khan et al., 2012: 60). Budiwanto (2013: 16)
menyatakan, “latihan adalah proses yang pelan dan halus, tidak bisa
menghasilkan dengan cepat. Dilakukan dengan tepat, latihan menuntut
timbulnya perubahan dalam jaringan dan sistem, perubahan yang
berkaitan dengan perkembangan kemampuan dalam olahraga.
Latihan adalah proses dimana seorang atlet dipersiapkan untuk
performa tertinggi (Carden, et al., 2017: 1). Irianto (2018: 11)
menyatakan latihan adalah proses mempersiapkan organisme atlet secara
sistematis untuk mencapai mutu prestasi maksimal dengan diberi beban
fisik dan mental yang teratur, terarah, meningkat dan berulang-ulang
waktunya. Pertandingan merupakan puncak dari proses berlatih melatih
dalam olahraga, dengan harapan agar atlet dapat berprestasi optimal.
Untuk mendapatkan prestasi yang optimal, seorang atlet tidak terlepas
dari proses latihan.
b. Tujuan Latihan
Tujuan latihan merupakan tujuan untuk memperbaiki prestasi
tingkat terampil maupun kinerja atlet, dan diarahkan oleh pelatihnya
untuk mencapai tujuan umum latihan bompa dalam budiwanto, (20004:
5). Tujuan latihan merupakan suatu proses dimana atlet melakukan
latihan guna memperbaiki kinerja atlet yang dibina oleh seseorang atau
pelatih untuk menjadikan atlet menguasai suatu teknik yang diharapkan,
sehingga atlet mengalami peningkatan dalam latihan sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Menurut suharjana (2013: 40) secara tujuan
khusus dari latihan adalah untuk:
1) Meningkatkan kebugaran kadiorespirasi,
2) Meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot,
26

3) Menurunkan berat badan,


4) Membentuk tubuh,
5) Meningkatkan berat badan,
6) Mengembangkan komponen kebugaran secara terpadu, baik
kebugran motorik maupun kebugaran kesehatan.
Kemudian proses latihan merupakan suatu perjalanan latihan dari
awal hingga seterusnya yang kemudian nanti mendapat hasil latihan,
latihan juga merupakan proses kesinambungan antara atlet dengan si
pelatih itu sendiri untuk mencapai tujuan latihan. Pelatih harus
menggunakan program latihan sebagai acuan dalam melakukan proses
latihan agar saat latihan dapat terarah dengan baik dan mempunyai tujuan
yang jelas saat berlatih, latihan yang menggunakan program latihan akan
mendapatkan latihan yang tersusun sescara sistematis yang menjadi kan
prioderisasi sebagai pertimbangan dan tersusun atas siklus mikro maupun
makro, yang kemudian pelaksanaan program latihan akan terbagi
terhadap sesi-sesi latihan serta mempunyai tujuan umum dan khusus.
c. Prinsip Latihan
Prinsip-prinsip latihan memilki peranan penting terhadap aspek
fisiologis dan psikologis olahragawan, prinsip-prinsip latihan yang
menjadi pedoman agar tujuan latihan dapat tercapai, antara lain:
1) Prinsip kesiapan,
2) Individual,
3) Adaptasi,
4) Beban lebih,
5) Progresif,
6) Spesifik,
7) Variasi,
8) Pemanasan dan pendinginan,
9) Latihan jangka panjang,
10) Prinsip berkebalikan,
11) Tidak berlebihan,
27

12) Sistematik.
Menurut sukadiyanto, (2011: 13)menyatakan bahwa ada beberapa
prinsip latihan yang harus di taati dalam latihan yaitu:
1) Prinsip aktif dan kesungguhan dalam mengikuti latihan,
2) Prinsip pengembangan menyeluruh,
3) Prinsip spesialisasi,
4) Prinsip individualisme,
5) Prinsip variasi,
6) Prinsip model dalam latihan, dan
7) Prinsip penambahan beban secara progresif.

Dari para pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa prinsip-


prinsip latihan adalah sesuatu pedoman yang harus di jalankan atau di
perhatikan agar latihan dapat berjalan dengan sesuai prosedur latihan dan
latihan dapat terkena sasaran latihannya yang nantinya dapat mencapai
target yang maksimal.

4. Hakikat Latihan Single Leg Hops


a. Pengertian Single Leg Hops
Salah satu bentuk latihan untuk meningkatkan power adalah
single leg hops. Latihan single leg hops (melompat dengan satu kaki)
adalah bentuk latihan plyometrics dengan melompat menggunakan satu
kaki. “Latihan melompat dengan satu kaki bertujuan mengubah gerakan
lari menjadi suatu hop yang rendah menurut suatu lintasan, dengan
sedapat mungkin tetap mempertahankan kecepatan horisontal”
(Sugarwanto & Okilanda, 2020: 86). Latihan single leg speed hop adalah
gerakan meloncat dengan satu tungkai untuk mencapai ketingiian
maksimum dan kecepatan maksimum gerakan kaki (Oktaviani, dkk.
2019: 88). Lompatan satu kaki, sseorang mencapai lebih dari setengah
tinggi lompatan yang dicapai dalam lompatan dua kaki (Sado, et al. 2020:
2). Lompat satu kaki umumnya didahului dengan pendekatan dan lepas
landas dengan satu kaki, yang mirip dengan lompat jauh dan lompat
tinggi. Karenanya, kemampuan lompat satu kaki penting untuk
28

meningkatkan performa di bidang olahraga (Tai, et al. 2020: 1). Selain


itu, lompatan satu kaki memiliki hubungan kekuatan-kecepatan otot yang
lebih unggul dibandingkan dengan lompatan dua kaki, yang dilakukan
pada kecepatan kontraktil otot yang lebih besar. Pemeriksaan ini
menjelaskan pengurangan tenaga ekstensor tungkai / tenaga kerja dalam
lompatan dua kaki. Selain itu, gerakan frontal panggul dalam lompatan
satu kaki dapat menyebabkan defisit bilateral dalam lompatan. Manusia
dapat memutar panggulnya di bidang frontal hanya dengan lompatan satu
kaki, yang menggerakkan kaki bebas dan tubuh bagian atas secara
vertikal (Sado, et al. 2018: 4).
Widnyana, dkk., (2020:4) menyatakan pelatihan single leg hop
memberikan peningkatan yang bermakna terhadap daya ledak otot
tungkai. Latihan plyometric single leg hop mengembangkan daya ledak
untuk otot-otot tungkai dan pinggul, khususnya otot-otot gluteals,
hamstrings, quadriceps dan gastrocnemius dengan kecepatan yang tinggi
dan penuh tenaga. Latihan ini membutuhkan beban lebih untuk otot
pinggul, tungkai dan punggung bagian bawah, dan juga melibatkan otot-
otot yang menyeimbangkan lutut dan ankle. Hal ini terjadi karena dalam
pelaksanaannya hanya menggunakan satu tungkai dimana beban dalam
latihan hanya ditopang oleh satu tungkai saja, sehingga diperlukan juga
peran dari otot-otot penyeimbang lutut dan ankle untuk menjaga
keseimbangan saat latihan agar tidak jatuh saat mendarat.
Latihan single leg speed hop merupakan bentuk latihan
plaiometrik. Latihan plyometric merupakan bentukbentuk latihan yang
menekankan pada pola gerak tubuh bagian bawah. Artinya latihan
plyometric merupakan salah satu bentuk latihan yang berguna untuk
meningkatkan atau mengoptimalkan kinerja power tungkai. Single leg
hop merupakan salah satu latihan plyometric jenis hopping. Plyometric
adalah latihan untuk meningkatan power dan speed atlet (Chu & Mayer,
2013: 48). Single leg hop merupakan suatu latihan yang menggunakan
system energy anaerob yang memiliki ciri khusus, yaitu kontraksi otot
29

yang kuat yang merupakan respon dari pembebanan dinamis yang cepat
dari otototot yang terlibat. Dengan adanya pembebanan pada otot-otot
tungkai, maka akan mengakibatkan terjadinya peningkatan tonus otot,
massa otot, dan serabut otot tungkai (Budiarsa et al., 2014: 3). Single leg
hop dilakukan dengan posisi berdiri menggunakan satu kaki dalam posisi
ditekuk, punggung lurus, pandangan ke depan, dan bahu sedikit condong
ke depan, kemudian mulailah melompat ke atas dengan cepat hingga
posisi kaki kembali seperti sebelumnya (Dewi, 2014: 2).
Pelatihan single leg speed hop adalah pelatihan yang dilakukan
dengan cara berdiri yang relaks, punggung lurus, pandangan kedepan,
dan bahu agak condong ke depan dengan menggunakan satu tungkai
dalam posisi ditekuk, kemudian mulailah meloncat ke atas depan dengan
cepat hingga posisi kaki di bawah pantat Setelah mendarat, loncatlah ke
atas dengan cepat dengan gerakan tungkai yang sama, selanjutnya
mendarat dengan satu tungkai. Jika tumpuan atau tolakan menggunakan
kaki kanan, maka pada saat mendarat juga menggunakan kaki kanan.
Latihan single-leg speed hop adalah bentuk latihan utama untuk
mengembangkan ledakan, reaktif dan yang berhubungan dengan gerakan
putaran pada saat berlari menggunakan satu kaki (John & Sidik, 2017: 4).
Latihan single leg speed hop adalah gerakan meloncat dengan
satu tungkai untuk mencapai ketinggian maksimum dan kecepatan
maksimum gerakan kaki. Latihan ini bermanfaat untuk mengembangkan
kecepatan dan daya ledak yang diperlukan pada saat berlari. Latihan ini
membutuhkan beban lebih untuk otot pinggul, tungkai dan pinggul
bagian bawah, dan juga otot-otot yang menyeimbangkan lutut dan ankle.
Funken et al., (2019:717) menemukan bahwa torsi lumbosakral dan
pinggul besar yang mengangkat sisi kaki bebas panggul di bidang frontal
diperlukan selama lepas landas dalam menjalankan lompatan satu kaki
dan mereka memberikan kerja positif yang substansial. Elevasi panggul
menghasilkan tinggi CoM dalam lompatan satu kaki, dan ini merupakan
keuntungan substansial dari lompatan satu kaki dibandingkan lompat
30

kaki ganda. Selain itu, adaptasi osteologis panggul manusia telah


menyebabkan beberapa adaptasi otot, termasuk otot penculik pinggul
yang berkembang dengan baik pada manusia modern untuk menghindari
miringnya panggul yang berlebihan selama posisi satu kaki (Hogervorst
& Vereecke, 2015: 4).
b. Kelebihan Dan Kekurangan Latihan Power Otot Tungkai Metode Single
Leg Hop
Pelaksanaan latihan single leg hop, dapat diidentifikasikan
kelebihannya sebagai berikut : 1) Efektif untuk meningkatkan kecepatan
dan kemampuan tubuh bagian bawah secara keseluruhan karena latihan
ini memerlukan kontraksi berirama dari kelompok- kelompok otot besar
dari tungkai untuk memindahkan seluruh berat badan, 2) Efektif
meningkatkan langkah pada saat melakukan latihan, dan 3) Koordinasi,
konsentrasi dan keseimbangan akan lebih baik, karena latihan ini
berusaha melompat melewati rintangan atau penghalang lain dengan
sempurna. Kekurangan latihan single leg hop antara lain: 1) Dapat
menimbulkan rasa bosan atau jenuh karena gerakan pada latihan ini
hanya melompat-lompat, 2) Kaki rentan menyentuh rintangan atau
penghalang dan akan sering terjadi kesalahan teknik lompatan jika terlalu
lelah (Chu & Mayer, 2013: 179)

Gambar 2. Single Leg Hop


Sumber. (John & Sidik, 2017: 4).
31

5. Hakikat Latihan Standing Jump


a. Pengertian Standing Jump
Plyometric berasal dari kata “plyethyein” (Yunani) yang berarti
untuk meningkatkan, atau dapat pula diartikan dari kata “plio” dan
“metric” yang artinya more and measure, respectively yang artinya
penguluran (Radcliffe and Farentinos, 1985: 3). Plyometric merupakan
suatu metode untuk mengembangkan explosive power, yang merupakan
komponen penting dalam pencapaian prestasi sebagian atlet (Radcliffe
and Farentinos, 1985:1). Latihan plyometric akan menghasilkan
pergerakan otot isometrik dan menyebabkan refleks regangan dalam otot.
Latihan plyometric dilakukan serangkaian latihan power yang didesain
secara khusus untuk membantu otot mencapai tingkat potensial
maksimalnya dalam waktu yang sesingkat mungkin.
Plyometric adalah latihan yang tepat bagi orang-orang yang
dikondisikan dan dikhususkan untuk menjadi atlet dalam meningkatkan
dan mengembangkan loncatan, kecepatan, dan kekuatan maksimal. Chu
(1992) menjelaskan bahwa plyometric adalah suatu metode latihan yang
menitikberatkan gerakan-gerakan dengan kecepatan tinggi, plyometric
melatih untuk mengaplikasikan kecepatan pada kekuatan.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
latihan plyometric adalah bentuk latihan explosive power dengan
karakteristik menggunakan kontraksi otot yang sangat kuat dan cepat,
yaitu otot selalu berkontraksi baik saat memanjang (eccentric) maupun
saat memendek (concentric) dalam waktu cepat, sehingga selama bekerja
otot tidak ada waktu relaksasi. Bentuk latihan plyometric yang akan
digunakan dalam penelitian ini standing jump. Latihan ini mempunyai
kelebihan penekanan pada daya ledak otot tungkai yang sangat
diperlukan oleh atlet cabang olahraga Wushu untuk meningkatkan
kemampuannya dalam melakukan loncatan vertical.
Latihan standing jump dalam pelaksanaannya mempunyai aturan
sendiri. Johansyah Lubis (2009:3) mengatakan standing jump adalah
32

latihan yang dilakukan pada permukaan yang rata dan berpegas seperti
rumput, matras atau keset. Latihan ini dilakukan dalam suatu rangkaian
gerakan lompat dan loncat yang berulang-ulang atau latihan reflek
regangan dari otot-otot yang terlibat untuk menghasilkan reaksi yang
eksplosif secara cepat dan dinamis sebelum otot berkontraksi kembali.
Otot-otot yang ditingkatkan dalam latihan standing jump adalah :
1) flexsors pinggul dan paha.
2) Gastrocnemius.
3) Gluteals.
4) Quadriceps.
5) hamstring.
Petunjuk pelaksanaan latihan daya ledak otot tungkai
menggunakan standing jump adalah sebagai berberikut :
1) Posisi awal
Ambil sikap berdiri tegak lurus dan letakkan atau tempatkan
kedua lengan tangan di samping badan dan telapak tangan
menyentuh paha.
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan latihan standing jump dimulai dengan posisi
quarter-squad,pada posisi ini otot yang berperan adalah otot
quadriceps dan gluteals.
a) kemudian lompat dan loncat ke atas ke depan dengan cepat dan
berulang- ulang. Pada posisi ini otot yang berperan adalah flexor
paha,gastrocnemius dan hamstring.
b) gerakan lutut ke atas sampai rata-rata air di depan dada. badan
harus tetap pada garis lurus. Otot yang berperan dalam posisi ini
adalah flexor pinggul, dan quadriceps.
Latihan ini merangsang otot untuk selalu berkontraksi baik saat
memanjang (eccentric) maupun saat memendek (concentric). Gerakan ini
dilakukan 3-5 set dengan ulangan 8-12 kali dan waktu istirahat tiap set 1-
2 menit. Latihan ini merangsang otot untuk selalu berkontraksi baik saat
33

memanjang (eccentric) maupun saat memendek (concentric). Gerakan ini


dilakukan 3-5 set dengan ulangan 8-12 kali dan waktu istirahat tiap set 1-
2 menit.
Keterampilan tetutup lebih mudah daripada yang terbuka karena
dipengaruhi oleh kemampuan individu, sehingga faktor lain di luar gerak
tidak mempengaruhi. Jadi, latihan metode drill akan sangat berguna dan
diharapkan dengan penggunaan metode ini dapat dilakukan teknik
gerakan smash yang efisien dan sempurna. Jika dilihat dari karakteristik
metode tersebut, yang menjadi faktor penyebab kurang efektifnya metode
ini adalah rasa bosan.
b. Kelebihan Dan Kekurangan Latihan Power Otot Tungkai Metode
Standing Jump
Kelebihan latihan power otot tungkai metode standing jump
sebagai Berikut:
1) Peserta didik memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam
melakukan sesuatu sesuai dengan yang dipelajarinya.
2) Menimbulkan rasa percaya diri peserta didik yang berhasil dalam
belajar, karena telah memiliki suatu keterampilan khusus yang
berguna kelak dikemudian hari.
3) Guru lebih mudah mengontrol dan membedakan mana peserta didik
yang disiplin dalam belajarnya dan mana yang kurang disiplin,
dengan memperhatikan tindakan dan perbuatan peserta didik saat
berlangsungnya pembelajaran.
Selain kelebihan tersebut, latihan power otot tungkai dengan
metode standing jump memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan latihan
power otot tungkai dengan metode standing jump antara lain:
1) Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih
banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan pada jauh dari
pengertian.
2) Membentuk kebiasaan yang kaku artinya seolah-olah peserta didik
melakukan sesuatu secara mekanis dalam memberikan stimulus
34

peserta didik bertindak secara otomatis.


3) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan, dimana
peserta didik menyelesaikan tugas secara statis sesuai dengan apa
yang diinginkan oleh guru.

Gambar 3. Plyometric Standing Jump


Sumber. Johansyah Lubis (2009: 3)

B. Penelitian yang Relevan


Manfaat dari penelitian yang relevan yaitu sebagai acuan agar penelitian
yang sedang dilakukan menjadi lebih jelas. Beberapa penelitian yang relevan
dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil penelitian Bayu Adhitya Bagaskara (2018) yang berjudul “Pengaruh
Latihan Plyometric Box Jump dan Plyometric Standing Jump Terhadap
Kemampuan Vertical Jump pada atlet Klub Bola Voli Putra Ganevo Usia 14-
17 Tahun” penelitian ini adalah experiment dengan desain penelitian yang
digunakan adalah “two groups pretest-posttest design”. Instrumen dalam
penelitian ini tes vertical jump dengan reliabilitas 0,99 dan validitas 0,989.
Subjek dalam penelitian adalah atlet Klub Bola Voli Putra Ganevo Usia 14-17
Tahun yang berjumlah 24 atlet. Teknik analisis data menggunakan uji t
dengan taraf signifikansi 5 %. Hasil penelitian menyimpulkan: (1) ada
pengaruh latihan plyometric box jump terhadap vertical jump Klub Bola Voli
Putra Ganevo Usia 14-17 Tahun, dengan t hitung (8,660) > t table (2,201),
dan nilai signifikansi (0,000) < dari (0,05), (2) ada pengaruh latihan
35

plyometric standing jump terhadap vertical jump atlet Klub Bola Voli Putra
Ganevo Usia 14-17 Tahun, dengan t hitung (3,522) > t table (2,201), dan nilai
signifikansi (0,005) < dari (0,05), (3) latihan plyometric standing jump lebih
baik untuk meningkatkan vertical jump atlet Klub Bola Voli Putra Ganevo
Usia 14-17 Tahun, dengan t hitung (2,133) > t table (1,720), dan nilai
signifikansi (0,026) < dari (0,05). Selisih posstest sebesar 1,75 cm.
2. Hasil penelitian Sukarman (2006), yang berjudul : “Hubungan antara
kecepatan lari 50 meter dan panjang tungkai dengan prestasi lompat tinggi
gaya guling sisi pada siswa putra kelas V, VI SD Cubung Cabang Dinas P
dan K Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul Semester I Tahun Pelajaran
2005/2006. Hasil penelitian dengan jumlah n sebanyak 35 sampel 27
menunjukkan bahwa ada hubungan antara kecepatan lari 50 meter dengan
prestasi lompat tinggi gaya guling sisi dengan nilai r sebesar 0,744 dengan
sumbangan efektif sebesar 39,58% dan hubungan antara panjang tungkai
dengan prestasi lompat tinggi gaya guling sisi dengan nilai r sebesar 0,725
dengan sumbangan efektif sebesar 36,13%.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teroritis di atas Wushu dapat dipengaruhi oleh banyak
faktor. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi para atlit, diantaranya adalah
faktor biologis yang meliputi usia, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan.
Serta faktor lingkungan, yaitu stimulasi fisik, gizi, latihan dan manajemen latihan
yang baik. Power otot tungkai dapat dikembangkan dan ditingkatkan melalui
latihan-latihan yang mengarah pada hasil lompatan. Meningkatkan otot tungkai,
power dan daya tahan otot adalah latihan-latihan yang membentuk kontraksi
isotonik, kontraksi isometrik dan kontraksi isokinetis. Selain itu ada beberapa
prinsip latihan yang meningkatkan otot tungkai, seperti berjalan dan berlari
sedangkan power dan daya tahan otot yaitu penambahan beban, berulang-ulang,
frekuensi latihan dan lama latihan. Panjang tungkai dan power otot tungkai
merupakan dua faktor yang bisa digabungkan dalam melakukan olahraga Wushu.
Sukadiyanto (2010: 146) bahwa tenaga ledak otot (power) adalah kualitas yang
memungkinkan otot atau sekelompok otot untuk menghasilkan kerja fisik secara
36

eksplosive. Ketika faktor tersebut dapat terpenuhi maka akan menghasilkan


prestasi yang bagus.
Seorang atlet harus mempunyai stamina yang tinggi untuk menyerang
dengan pukulan dan tendangan lawan yang secara langsung akan sangat
mengurangi energi. Jika staminanya rendah, maka ia akan dengan mudah
dijatuhkan lawan, dan kalah karena tidak punya energi untuk menyeimbangkan
tubuhnya setelah terkena pukulan atau tendangan lawan. Yang harus kita pahami
yaitu mengenai pusat kekuatan manusia yang tak lain adalah perut, dan pada poin
inilah aliran tenaga dimulai dan dari sinilah tenaga mulai bergerak, mengitari
tubuh dan menjalar keanggota badan lainya. Jadi konsentrasi intergrasi kekuatan,
kecepatan dan koordinasi otot–otot merupakan inti dari segala teknik. Dengan
adanya latihan single leg hops dan standing jump dapat membantu peningkatan
otot tungkai di sasana Atlet Han Academy Solo Tahun 2021.
Dari uraian diatas, dan dengan memperhatikan segala kelebihan dan
kekurangan masing-masing metode latihan tersebut. Maka dapat diduga bahwa
antara kedua metode latihan tersebut maka dapat diduga bahwa antara kedua
metode latihan yaitu metode latihan single leg hops dan standing jump akan
memberikan pengaruh yang berbeda Terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai
di Sasana Han Academy Solo Tahun 2021.
D. Hipotesis
Menurut Suharsimi Arikunto (2010:110) “Hipotesis merupakan jawaban
sementara dalam permasalahan penelitian. sampai terbukti melalui data yang
terkumpul”
Berdasarkan kajian kerangka berpikir dapat di tarik hipotesis sebagai berikut:
1. Adanya perbedaan pengaruh metode latihan single leg hops dan standing
jump terhadap peningkatan power otot tungkai di Sasana Han Academy Solo
tahun 2021.
2. Latihan power otot tungkai dengan metode latihan single leg hops lebih baik
dari pada latihan metode standing jump terhadap peningkatan power otot
tungkai di Sasana Han Academy Solo tahun 2021.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di Wushu Han Academy Solo Tahun 2021
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian selama satu setengah bulan dari bulan november
sampai dengan desember bulan 2021, dengan tiga kali latihan dalam satu
minggu.
B. Metode Penelitian
Metode adalah cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan.
Penggunaan metode yang akan dipakai dalam suatu penelitian tergantung pada
tujuan yang hendak akan dicapai. Dengan kata lain metode harus dilihat dari sudut
sejauh mana pengaruh, efisiensi dan relevansi terhadap masalah yang akan diteliti.
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Tujuan penelitian eksperimen adalah meneliti ada tidaknya hubungan sebab –
akibat serta besarnya hubungan tersebut dengan cara memberikan perlakuan
terhadap kelompok eksperimen yang hasilnya dibandingkan dengan hasil
kelompok yang diberikan perlakuan yang berbeda.
Menurut Arikunto (2006:272) penelitian eksperimen merupakan penelitian
yang dimaksudkan untuk mengetahui adanya akibat atau tidak terhadap subjek
yang dikenai perlakuan. Desain penelitian yang digunakan adalah” two groups
pretest-post-test design”, yaitu desain penelitian yang terdapat pretest sebelum
diberi perlakuan dan post-test setelah diberi perlakuan, dengan demikian dapat
diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan diadakan sebelum
diberi perlakuan (Sugiyono, 2007:64). Adapun desain penelitian sebagai berikut:

Treatment A
S Pretest MSOP
Post-ttest
Treatment B

Gambar 4. Two Group Pretest-Post-test Design (Sugiyono, 2007:32)

37
38

Keterangan:
S : Subjek
Pretest : Tes Awal Peningkatan Power Otot Tungkai
MSOP : Matched Subjek Ordinal Pairing
Treatment A : Latihan Single Leg Hops
Treatment B : Latihan Standing Jump
Post-test : Tes Akhir Peningkatan Power Otot Tungkai
Untuk menyeimbangkan kedua kelompok dalam penelitian ini
menggunakan cara ordinal pairing berdasar hasil tes awal Peningkatan Power
Otot Tungkai yaitu atlet yang keterampilannya seimbang dipasangkan ke dalam
kelompok 1 dan kelompok 2. Kemudian anggota tiap–tiap pasang dipisahkan pada
grup eksperimen. Pembagian kelompok langkah awal adalah melakukan tes awal
kemudian diranking, dibagi dan dimasukkan dalam kelompok (1) perlakuan
dengan latihan single leg hops. kelompok (2) perlakuan dengan latihan standing
jump. Dengan demikian kelompok tersebut sebelum diberi perlakuan kemampuan
yang sama. Diharapkan pada akhir perlakuan terdapat perbedaan yang benar–
benar hanya dikarenakan pengaruh dari perlakuan yang diberikan.
Menurut Sutrisno Hadi (2015) mengemukakan bahwa “Pada dasarnya ada
tiga cara pairing yaitu nominal pairing, ordinal pairing dan kombinasinya”.
Dalam penelitian ini menggunakan ordinal pairing yaitu dengan mengelompokan
siswa berdasarkan hasil nilai dari poole forehand clear test yang telah dirangking.
Siswa rangking satu dikelompok kiri, siswa rangking dua dikelompok kanan,
siswa rangking tiga dikelompok kanan, selanjutnya siswa rangking empat
dikelompok kiri dan seterusnya. Menurut Sutrisno Hadi (2015), siswa yang
mempunyai prestasi awal setara dipasang-pasangkan ke dalam kelompok
eksperimen 1 (k-1) dan eksperimen 2 (k-2) sebagai berikut:

K1 K2

Gambar 5. Bagan Pengelompokan dengan Ordinal Pairing (Sutrisno Hadi, 2015)


39

Setelah terbentuk dua kelompok eksperimen kemudian masing-masing


dilihat hasil test awal dari kedua kelompok tersebut dan hasilnya dicatat baik
untuk hasil tes awal kelompok eksperimen 1 maupun untuk hasil tes awal
kelompok eksperimen 2 dan selanjutnya diberikan perlakuan yang berbeda,
kelompok pertama (K1) diberikan perlakuan selama 16 kali pertemuan dengan
model perlakuannya latihan single leg hops. Secara terus menerus dengan benar
(X1). Sedangkan kelompok kedua (K2) diberikan perlakuan selama 16 kali
pertemuan dengan model perlakuannya latihan standing jump secara terus
menerus dengan benar (X2). Pada akhir perlakuan diadakan test akhir dari kedua
kelompok tersebut dan hasilnya dicatat baik untuk hasil test akhir kelompok
eksperimen 1 (o2e1) maupun hasil tes akhir kelompok eksperimen 2 (o2e2).
C. Populasi, Sample, dan Teknik Sampling
1. Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2009:61) menyatakan bahwa: “Populasi
merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang
mempunyai kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulanya”. “suatu populasi” menunjukan kepada
sekelompok subjek yang menjadi objek sasaran penelitian. (Soekidjo
Notoatmojo, 2012:117).
Dari pengertian diatas terkandung makna bahwa populasi sebagai
objek suatu penelitian adalah atlit 50 yang mengikuti latihan di Han Academy
Solo Tahun 2021.
2. Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2008:116) sampel adalah sebagian dari
karakterisitik yang dimiliki oleh populasi. Teknik sampling yang digunakan
yaitu purposive sampling. Menurut Sugiyono (2008:218) purposive sampling
adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu
yakni sumber data dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan,
sehingga mempermudah peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang
sedang diteliti. Dari pernyataan tersebut peneliti menggunakan 30 sampel
Atlet Han Academy Solo Tahun 2021.
40

3. Teknik Sampling
Menurut Suharsimi Arikunto (2010:174) menyatakan bahwa:
“Sampling adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. “Teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini” yang dimaksud adalah
porposive sample atau sampling bertujuan yang dilakukan berdasarkan subjek
bukan berdasarkan strata, random, atau daerah tetapi didsarkan atas tujuan
tertentu. (Suharsimi Arikunto, 2010:183).
Menurut Sugiyono (2009:68) berpendapat bahwa: “Porposive samplin
g adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Peneliti
dapat menentukan sampel sesuai dengan tujuan tertentu, tetapi terdapat syarat
yang harus dipenuhi antara lain:
a. Penentuan sampling harus berdasar kan ciri-ciri, karakteristik tertentu,
yang merupakan ciri pokok populas.
b. Subjek yang diambil merupakan subjek yang mengandung ciri-ciri yang
terdapat dalam populasi.
c. Dalam penentuan karakteristik dapat dilakukan dengan cermat didalam
studi pendahuluan.
Dari syarat diatas tersebut peneliti mengambil beberapa kesamaan
sifat untuk sampling yaitu:
a. Atlet aktif mengikuti latihan di Han Academy Solo Tahun 2021.
b. Atlet Hana Academy Solo Tahun 2021 yang latihan Wushu.
c. Atlet yang sudah bisa, atau menguasai teknik Wushu
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Menurut Suharsimi Arikuto (2006: 118) variabel adalah obyek
penelitian atau apa saja yang menjadi titik perhatian dari suatu penelitian. ada
dua macam variabel dalam penelitian yaitu variabel yang diuji cobakan terdiri
dari variabel bebas dan terikat. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan latihan antara latihan single leg hops. Dengan latihan
standing jump terhadap peningkatan power otot tungkai di Sasana Han
Academy Solo Tahun 2021. Serta mengetahui model latihan yang efektif.
41

a. Variabel bebas
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat
(Sugiyono, 2010:4). Dalam penelitian ini adalah latihan single leg hops
(x1) dan latihan standing jump (x2).
b. Variabel terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010:4).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil peningkatan power otot
tungkai di Sasana Han Academy Solo Tahun 2021.
2. Instrumen Penelitian
“Instrumen penelitian” yang dimaksud adalah alat-alat atau fasilitas
yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih
mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan
sistematis lebih mudah diolah. (Suharsimi Arikunto, 2006:160). Pengambilan
data dilakukan dengan mengambil hasil peningkatan power otot tungkai Pada
Atlet Han Academy Solo Tahun 2021. Data diambil pada saat pre test dan
post test setelah pemberian perlakuan telah selesai diberikan oleh peneliti.
Untuk memperoleh data penelitian, peneliti menggunakan instrument tes
peningkatan power otot tungkai (vertical jump) laveage menurut
Kemendiknas, (2010 : 165-167) (Terlampir)

E. Teknik Analisis Data


Analisis data penelitian ini terdiri dari uji reliabilitas, uji prasyarat analisi
dan uji perbedaan Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka perlu dilakukan
uji reliabilitas, uji prasyarat anaslisis data. Pengujian data hasil pengukuran yang
berhubungan dengan hasil penelitian bertujuan untuk membantu analisis agar
menjadi lebih baik. Untuk itu dalam penelitian ini akan di uji reliabilitas, uji
normalitas dan uji homogenitas data.
Analisis data penelitian ini terdiri dari uji reliabilitas, uji prasyarat analisi
dan uji perbedaan. Berikut ini tahapan uji analisis data sebagai berikut:
42

1. Mencari Reliabilitas
Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan korelasi intraklas
dari Mulyono B. (2010: 42) dengan rumus sebagai berikut:
MSA – MSW
R =
MSA
Keterangan:
R = Koefisien reliabilitas
MSA = Jumlah rata-rata dalam kelompok
MSW = Jumlah rata-rata antar kelompok
2. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas.
Langkah-langkah-langkah analisis data sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode
Lilliefors dari Sudjana (2002: 466). Prosedur pengujian normalitas
tersebut sebagai berikut:
1) Pengamatan x1, x2,.....xn dijadikan bilangan baku z1, z2,...... zn dengan
menggunakan rumus :
Xi - X
zi =
S
Keterangan :
Xi = Dari variabel masing-masing sampel
X = Rata-rata
S = Simpangan baku
2) Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal
baku, kemudian dihitung peluang F(zi) = P(zzi).
3) Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2,......zn yang lebih kecil atau sama
dengan zi. Jika proporsi dinyatakan oleh S(zi).
banyaknya z1, z2,......zn yang zi
maka S(zi) =
n
4) Hitung selisih F(zi) - S(zi) kemudian ditentukan harga mutlaknya.
5) Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih
tersebut.
43

b. Uji Homogenitas
Dalam uji homogenitas dilakukan dengan cara membagi varians
yang lebih besar dengan varians yang lebih kecil. Menurut Sutrismo
Hadi (2004: 312) rumusnya rumus uji homogenitas sebagai berikut:
SD2bs
Fdbvb:dbvk =
SD2kt
Keterangan :
Fdbvb : dbvk = Derajat kebebasan KE1 dan KE2
2
SD bs = Standart deviasi KE1
2
SD kt = Standart deviasi KE2
3. Uji Perbedaan
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan uji perbedaan dari
Sutrisno Hadi (2004: 457) sebagai berikut:
Md
t=
 d2
N (N-1)
Keterangan :
t = Nilai uji perbedaan
Md = Mean perbedaan dari pasangan
d2 = Jumlah deviasi kuadrat tiap sampel dari mean perbedaan
N = Jumlah pasangan
Untuk mencari mean deviasi digunakan rumus sebagai berikut:
D
Md =
N
Keterangan :
D = Perbedaan masing-masing subjek
N = Jumlah pasangan
Untuk menghitung prosentase terhadap peningkatan power otot
tungkai antara latihan single leg hops dan standing jump menggunakan rumus
sebagai berikut:
Mean different
Prosentase peningkatan = X 100%
Mean pretest
Mean different = mean posttest – mean pretest
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data
Pencapaian tujuan yang diinginkan dalam penelitian ini dilakukan tes
peningkatan power otot tungkai. Data yang dikumpulkan terdiri dari tes awal
secara keseluruhan, kemudian dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok 1 dengan metode single leg hops dan kelompok 2 dengan metode
standing jump, serta data tes akhir masing-masing kelompok. Data tersebut
kemudian dianalisis dengan statistik t-test seperti terlihat pada lampiran.
Rangkuman hasil analisis data secara keseluruhan disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Tes peningkatan power otot tungkai pada
Kelompok 1 dan Kelompok 2
Kelompok Tes N Hasil Hasil Mean SD
Terendah Tertinggi
Awal 15 213 223 217.47 2.47
Kelompok 1
Akhir 15 215 223 219.47 2.10
Awal 15 213 221 217.80 2.60
Kelompok 2
Akhir 15 216 223 219.67 2.06

Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa sebelum diberikan perlakuan kelompok


1 memiliki rata-rata peningkatan power otot tungkai sebesar 217.47, sedangkan
setelah mendapatkan perlakuan memiliki rata-rata peningkatan power otot tungkai
sebesar 219.47. Adapun rata-rata nilai peningkatan power otot tungkai pada
kelompok 2 sebelum diberi perlakuan adalah sebesar 217.80, sedangkan setelah
mendapatkan perlakuan memiliki rata-rata nilai peningkatan power otot tungkai
sebesar 219.67.

44
45

B. Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui tingkat reliabilitas hasil tes peningkatan power otot
tungkai dari hasil tes awal dilakukan uji reliabilitas. Hasil uji reliabilitas tes awal
peningkatan power otot tungkai adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Awal
Hasil Tes Reliabilitas Kategori
Data tes awal lompatan Blocking 0,880 Tinggi
Data tes akhir lompatan Blocking 0,996 Tinggi Sekali

Adapun dalam pengertian kategori koefisien reliabilitas tes tersebut


menggunakan pedoman tabel koefisien korelasi dari Book Walter seperti dikutip
Mulyono B. (2010: 15) yaitu:
Tabel 3. Range Kategori Reliabilitas
Kategori Validitas Reliabilitas Obyektivitas
Tinggi Sekali 0,80 – 1,00 0,90 – 1,00 0,95 – 1,00
Tinggi 0,70 – 0,79 0,80 – 0,89 0,85 – 0,94
Cukup 0,50 – 0,69 0,60 – 0,79 0,70 – 0,84
Kurang 0,30 – 0,49 0,40 – 0,59 0,50 – 0,69
Tidak Signifikan 0,00 – 0,39 0,00 – 0,39 0,00 – 0,49

C. Pengujian Persyaratan Analisis


Sebelum dilakukan analisis data, perlu dilakukan pengujian persyaratan
analisis. Pengujian persyaratan analisis yang dilakukan terdiri dari uji normalitas
dan uji homogenitas.
1. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis data diuji distribusi kenormalanya dari
data tes awal peningkatan power otot tungkai. Uji normalitas data dalam
penelitian ini digunakan metode liliefors. Hasil uji normalitas data yang
dilakukan terhadap hasil tes awal pada kelompok 1 dan kelompok 2 adalah
sebagai berikut:
46

Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data


Kelompo N Mean SD Lhitung Ltabel 5%
k
K1 15 2.000 3.047 0.163 0.220
K2 15 1.867 3.420 0.144 0.220

Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada kelompok 1 (K 1)


diperoleh nilai Lhitung = 0.163 dimana nilai tes tersebut lebih kecil dari pada
angka batas penolakan pada taraf signifikasi 5% yaitu 0,220. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa data pada kelompok 1 (K1) termasuk
berdistribusi normal. Sedangkan dari hasil uji normalaitas yang dilakukan
pada kelompok 2 (K2) diperoleh nilai Lhitung = 0.144, ternyata juga lebih kecil
dari angka batas penolakan hipotesis nol pada taraf signifikasi 5% yaitu
0,220. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada data kelompok 2 (K 2)
termasuk berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan varians
dari kedua kelompok. Jika kedua kelompok tersebut memiliki kesamaan
varians, maka perbedaan tersebut dikarenakan oleh perbedaan rata-rata
kemampuan. Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1 dan kelompok 2
adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data
Kelompo N SD2 Fhitung Ftabel 5%
k
K1 15 9.29
1.26 2,48
K2 15 11.70

Dari hasil ujin homogenitas yang dilakukan diperoleh nilai F hitung =


1.26. Sedangkan dengan db = 14 lawan 14, angka Ftabel 5% = 2,48, yang
ternyata nilai Fhitung = 1.26 lebih kecil dari pada Ftabel 5% = 2,48, karena Fhitung <
Ftabel , maka hipotesis nol diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan
5%
47

bahwa kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2) memiliki varians yang


homogen.
D. Hasil Analisis Data
Setelah diberi perlakuan yang berbeda yaitu, kelompok 1 diberi perlakuan
dengan metode single leg hops dan kelompok 2 diberi perlakuan standing jump,
kemudian dilakukan uji perbedaan. Uji peerbedaan yang dilakukan dalam
penelitian ini hasilnya adalah sebagai berikut:
1. Hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 yaitu:
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada
Kelompok 1 (K1)
Kelompo N Mean thitung t tabel 5%
k
Tes Awal 15 217.467
2.10 2,145
Tes Akhir 15 219.467

Dari pengujian perbedaan dengan analisis statistik t-test dihasilkan


nilai thitung pada kelompok 1 antara hasil tes awal dan tes akhir sebesar 2.10
yang ternyata lebih besar dari pada nilai ttabel dengan N = 15, db = 15 - 1 = 14
dengan taraf signifikasi 5% adalah sebesar 2,145, sehingga dapat disimpulkan
bahwa H0 ditolak, maka antara tes awal dan tes akhir pada kelompok 1
terdapat perbedaan yang signifikan setelah diberi perlakuan.

2. Hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada kelompok 2 yaitu:
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada
Kelompok 2 (K2)
Kelompo N Mean thitung t tabel 5%
k
Tes Awal 15 217.800
1.84 2,145
Tes Akhir 15 219.667

Dari pengujian perbedaan dengan analisis statistik t-test dihasilkan


nilai thitung pada kelompok 2 antara hasil tes awal dan tes akhir sebesar 1.84
48

yang ternyata lebih besar dari pada nilai ttabel dengan N = 15, db = 15 - 1 = 14
dengan taraf signifikasi 5% adalah sebesar 2,145, sehingga dapat disimpulkan
bahwa H0 ditolak, maka antara tes awal dan tes akhir pada kelompok 2
terdapat perbedaan yang signifikan setelah diberi perlakuan.
3. Hasil uji perbedaan tes akhir antara kelompok 1 dan kelompok 2 yaitu:
Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir pada Kelompok 1 (K1)
dan Kelompok 2 (K2)
Kelompo N Mean thitung ttabel 5%
k
K1 15 217.467
K2 15 217.800 4.56 2,145

Dari pengujian perbedaan dengan analisis statistik t-test dihasilkan


nilai thitung hasil tes akhir antara kelompok 1 dan kelompok 2 sebesar 4.56
yang ternyata lebih besar dari pada nilai dan ttabel dengan N = 15, db = 15 - 1 =
14 dengan taraf signifikasi 5% adalah sebesar 2,145, sehingga dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak, maka hasil tes akhir pada kelompok 1 dan
kelompok 2 terdapat perbedaan yang signifikan setelah diberi perlakuan.

4. Perbedaan persentase peningkatan


Untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki persentase hasil
peningkatan power otot tungkai yang lebih baik, diadakan perhitungan
persentase peningkatan tiap-tiap kelompok. Adapun nilai perbedaan
peningkatan power otot tungkai dalam persen pada kelompok 1 dan
kelompok 2 adalah:
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir pada Kelompok 1 (K1)
dan Kelompok 2 (K2)
Kelompok N Mean Mean Mean Persentase
Pretest Posttest Different Peningkatan (%)
Kelompok 1 15 219.800 219.467 217.800 0.92%
Kelompok 2 15 221.667 221.600 217.467 0.86%
49

Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa kelompok 1 memiliki


persentase peningkatan power otot tungkai sebesar 0.92%, angka kelompok 2
memiliki persentase peningkatan power otot tungkai sebesar 0.86%. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 2 memiliki persentase
peningkatan power otot tungkai yang lebih besar dari pada kelompok 1.

E. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan


1. Perbedaan Pengaruh Metode Single Leg Hops dan Standing Jump
Terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai .
Nilai t antara tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 = 2.10,
sedangkan ttabel = 2,145. Ternyata t yang diperoleh > dalam tabel, yang berarti
hipotesis nol ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok
1. Berarti kelompok 1 memiliki peningkatan power otot tungkai yang
disebabkan oleh metode yang diberikan, yaitu dengan metode single leg hops.
Dalam metode ini atlet memerlukan kontraksi berirama dari kelompok-
kelompok otot besar dari tungkai untuk memindahkan seluruh berat badan
selain itu, Koordinasi, konsentrasi dan keseimbangan akan lebih baik, karena
latihan ini berusaha melompat melewati rintangan atau penghalang lain
dengan sempurna, sehingga menyebabkan peningkatan power otot tungkai
menjadi lebih baik.
Nilai t antara tes awal dan tes akhir pada kelompok 2 = 1.84,
sedangkan ttabel = 2,145. Ternyata t yang diperoleh > t dalam tabel, yang
berarti hipotesis nol ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada
kelompok 2. Berarti kelompok 2 memiliki peningkatan power otot tungkai
perbedaan yang disebabkan oleh metode yang diberikan, standing jump.
Dalam metode ini pemain mempelajari gerakan yang menekankan pada daya
ledak otot tungkai melalui latihan dengan menggunakan kedua kaki secara
bersamaan melakukan lompatan sesuai rintangan dan latihan ini sangat
50

diperlukan oleh atlet, sehingga dapat menyebabkan hasil peningkatan power


otot tungkai menjadi baik.
Dari hasil uji perbedaan yang dilakukan terhadap tes akhir pada
kelompok 1 dan 2, diperoleh nilai t sebesar 4.56. Sedangkan ttabel = 2,145.
Ternyata t yang diperoleh < t dalam tabel, yang berarti hipotesis nol ditolak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setelah diberikan perlakuan
selam 6 minggu, terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan
tes akhir pada kelompok 1 dan kelompok 2. karena sebelum diberikan
perlakuan kedua kelompok berangkat dari titik tolak yang sama, maka
perbedaan tersebut adalah karena pengaruh dari metode yang diberikan.
Dalam pelaksanaan Metode latihan bahwa pengaruh metode yang
digunakan adalah bersifat khusus, sehingga perbedaan karakteristik metode
dapat menghasilkan pengaruh yang berbeda pula. Oleh karena itu, kelompok
yang diberikan perlakuan metode single leg hops dan standing jump,
memiliki pengaruh yang berbeda terhadap hasil peningkatan power otot
tungkai . Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa ada perbedaan
pengaruh setelah diberikan perlakuan antara metode single leg hops dan
standing jump terhadap peningkatan power otot tungkai , dapat diterima
kebenarannya.

2. Latihan Metode Single Leg Hops Lebih Baik Pengaruhnya Terhadap


Peningkatan Power Otot Tungkai .
Kelompok 1 memiliki nilai persentase peningkatan power otot tungkai
sebesar 0.92%, sedangkan kelompok 2 memiliki peningkatan power otot
tungkai sebesar 0.86%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kelompok 1 memiliki persentase peningkatan power otot tungkai yang lebih
besar dari kelompok 2.
Kelompok 1 (kelompok yang mendapat perlakuan dengan metode
single leg hops), ternyata memiliki peningkatan power otot tungkai yang
lebih besar dari pada kelompok 2 (kelompok yang mendapat perlakuan
dengan metode standing jump). Hal ini karena metode single leg hops sangat
51

efektif untuk peningkatan power otot tungkai . Metode dengan metode single
leg hops atlet memerlukan kontraksi berirama dari kelompok- kelompok otot
besar dari tungkai untuk memindahkan seluruh berat badan selain itu,
Koordinasi, konsentrasi dan keseimbangan akan lebih baik, karena latihan ini
berusaha melompat melewati rintangan atau penghalang lain dengan
sempurna, inilah faktor utama keberhasilan latihan untuk peningkatan power
otot tungkai yang lebih optimal. Sedangkan metode standing jump atlet
mempelajari gerakan yang menekankan pada daya ledak otot tungkai melalui
latihan dengan menggunakan kedua kaki secara bersamaan melakukan
lompatan sesuai rintangan dan latihan ini sangat diperlukan oleh atlet
sehingga memungkinkan peningkatan power otot tungkai, sedang dalam
pengulangan gerakan yang dimaksud ini diarahkan jauh dari pengertian,
padahal teknik penggabungan ini sangat mempengaruhi hasil yang akan
dicapai. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa metode single
leg hops lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan power otot tungkai ,
dapat diterima kebenarannya.

F. Pembahasan Hasil Analisis Data


Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan uji perbedaan nilai t antara
tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 (kelompok yang mendapat metode single
leg hops) = 2.10, sedangkan ttabel = 2,145. Ternyata t yang diperoleh > ttabel, yang
berarti hipotesis nol ditolak. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok 1. Kelompok 1
memiliki peningkatan power otot tungkai yang disebabkan oleh metode yang
diberikan, yaitu metode single leg hops.
Pada analisa data yang didapat antara tes awal dan tes akhir pada
kelompok 2 (kelompok yang mendapat standing jump = 1.84, sedangkan ttabel =
2,145. Ternyata t yang diperoleh > ttabel, yang berarti hipotesis nol ditolak. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok 2. Berarti kelompok 2 memiliki
52

peningkatan power otot tungkai yang disebabkan oleh metode yang diberikan,
yaitu standing jump.
Pada analisa data yang lain yaitu pada hasil uji perbedaan yang dilakukan
terhadap tes akhir pada kelompok 1 dan 2, diperoleh nilai t sebesar
4.56,Sedangkan ttabel = 2,145. Ternyata t yang diperoleh t < ttabel, yang berarti
hipotesis nol ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa setelah diberikan perlakuan
selama 6 minggu, terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes
akhir pada kelompok 1 dan kelompok 2. Kelompok 1 dan kelompok 2 diberikan
perlakuan (treathment) dengan Metode latihan yang berbeda.
Perbedaan metode yang diberikan selama proses latihan, akan mendapat
respon yang berbeda pula dari subjek, sehingga dapat memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap pembentukan kemampuan pada subjek penelitian. Oleh karena
itu, kelompok yang diberikan perlakuan metode dengan metode single leg hops
dan standing jump memiliki pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan power
otot tungkai .
Adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok 1 dan kelompok 2
maka dilakukan penghitungan nilai perbedaan peningkatan power otot tungkai
dalam persen pada kelompok 1 dan kelompok 2. Kelompok 1 memiliki nilai
persentase peningkatan power otot tungkai sebesar 0.92%, sedangkan kelompok 2
memiliki nilai persentase peningkatan power otot tungkai sebesar 0.86%. Hal ini
menunjukkan kelompok 1 memiliki peningkatan power otot tungkai yang lebih
baik dari pada kelompok 2, karena metode single leg hops sangat efektif untuk
peningkatan power otot tungkai . Dalam metode ini atlet memerlukan kontraksi
berirama dari kelompok- kelompok otot besar dari tungkai untuk memindahkan
seluruh berat badan selain itu, Koordinasi, konsentrasi dan keseimbangan akan
lebih baik, karena latihan ini berusaha melompat melewati rintangan atau
penghalang lain dengan sempurna, sehingga menyebabkan peningkatan power
otot tungkai menjadi lebih optimal. Hal inilah yang menjadi faktor utama
terbentuknya peningkatan power otot tungkai. Dengan peningkatan power otot
tungkai yang baik, maka akan mendukung peningkatan power otot tungkai .
Dengan peningkatan power otot tungkai yang lebih optimal. Dari salah satu sisi
53

dalam metode standing jump atlet mempelajari gerakan yang menekankan pada
daya ledak otot tungkai melalui latihan dengan menggunakan kedua kaki secara
bersamaan melakukan lompatan sesuai rintangan dan latihan ini sangat diperlukan
oleh atlet sehingga memungkinkan peningkatan power otot tungkai, sedang dalam
pengulangan gerakan yang dimaksud ini diarahkan jauh dari pengertian, padahal
teknik penggabungan ini sangat mempengaruhi hasil yang akan dicapai, maka
dengan menggunakan metode standing jump dalam upaya peningkatan power otot
tungkai tidak meningkat secara optimal.
Dari hasil analisis uji perbedaan, dapat diuraikan hal-hal pokok sebagai
hasil dari penelitian ini yaitu:
1. Metode single leg hops dan standing jump berpengaruh terhadap peningkatan
power otot tungkai .
2. Latihan metode single leg hops lebih baik pengaruhnya daripada standing
jump terhadap peningkatan power otot tungkai .
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan,
dapat diperoleh simpulan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode single leg hops dan
standing jump terhadap peningkatan power otot tungkai Pada Atlet Sasana
Han Academy Solo Tahun 2021. Hal ini dibuktikan dari hasil penghitungan
tes akhir masing-masing kelompok yaitu thitung = 4.56 lebih besar dari pada ttabel
= 2,145 dengan taraf signifikasi 5%.
2. Latihan metode single leg hops lebih baik pengaruhnya daripada metode
standing jump terhadap peningkatan power otot tungkai Pada Atlet Sasana
Han Academy Solo Tahun 2021. Berdasarkan persentase peningkatan power
otot tungkai menunjukkan bahwa kelompok 1 (kelompok yang mendapat
perlakuan dengan metode single leg hops) adalah 0.92% > kelompok 2
(kelompok yang mendapat standing jump) adalah 0.86%.

B. Implikasi
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dengan latihan metode single
leg hops memiliki hasil yang lebih baik dari pada metode standing jump perlakuan
dengan terhadap peningkatan power otot tungkai .
Implikasi teoritik dari hasil penelitian ini adalah, setiap metode standing
jump memiliki efektifitas yang berbeda dalam peningkatan power otot tungkai
Pada Atlet Sasana Han Academy Solo Tahun 2021. Oleh karena itu, dalam
menerapkan metode single leg hops yang bertujuan untuk mengembangkan atau
peningkatan power otot tungkai Pada Atlet Sasana Han Academy Solo Tahun
2021, harus menggunakan Metode latihan yang tepat dan sesuai dengan keadaan
Pada Atlet Sasana Han Academy Solo Tahun 2021. Hasil penelitian ini juga
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih dan menentukan

54
55

metode single leg hops yang tepat, khususnya untuk peningkatan power otot
tungkai .

C. Saran
Sehubungan dengan kesimpulan yang telah diambil dan implikasi yang
ditimbulkan, maka kepada para pelatih, disarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Upaya untuk peningkatan power otot tungkai, hendaknya pelatih harus
memiliki kreatifitas dan mampu menerapkan metode yang tepat agar
diperoleh hasil latihan yang optimal.
2. Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman untuk menentukan dan
memilih metode single leg hops terhadap peningkatan power otot tungkai
Pada Atlet Sasana Han Academy Solo Tahun 2021.
3. Untuk peningkatan power otot tungkai Pada Atlet Sasana Han Academy Solo
Tahun 2021, pelatih dapat menerapkan metode single leg hops dan standing
jump bagi para pemain.
DAFTAR PUSTAKA

Allen, M. S., Greenlees, I., & Jones, M. 2013. “Personality in sport: A


comprehensive review”. International Review of Sport and Exercise
Psychology, 6(1), 184-208.

Budiwanto. 2004. Kebugaran Jasmani Atlet. Semarang: Depdikbud.

_________. 2013. Metodologi Latihan Olahraga. Malang: Fakultas Ilmu


Keolahragaan Universitas Negeri Malang

Emral. 2017. Pengantar Teori dan Metodologi Pelatihan Fisik. Depok: Kencana.

Harsono. 2001. Latihan Kondisi Fisik. Bandung : Buku Ajar FPOK UPI.

_______. 2015. Kepelatihan Olahraga. (teori dan metodologi). Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Hendri Irawadi. 2011. Kondisi Fisik dan Pengukuran. Padang : UNP Press

Ismaryati. 2006. Tes dan Pengukuran Olahraga. Surakarta: Sebelas Maret.


University Press.

Juhanis. 2016. “Dings skill waist in wrestling sport, Journal of Indonesia Physical
Education and Sport”, 2(2). 53

Junusul Hairy. 2009. Fisiologi Olahraga Jilid 3. Jakarta : Depdikbud Proyek


Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Materi PLPG Pendalaman Materi


Bidang Studi Penjaskes. Surakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.

Kenney, W. L., Wilmore, J. H., & Costil, D. L. 2015. Physiology of sport and
exercise. Sixth edition. USA: In Human Kinetics.

Koes Irianto. 2018. Gizi Seimbang dalam Kesehatan Reproduksi (Balanced


Nutrition in Reproductive Health).Bandung:ALFABETA

Landreth. 2013. Penerapan terapi bermain bagi anak penyandang cacat (artikel).
http://klinis.wordpress.com/penerapan-terapi-bermain-bagipenyandang-
autisme-1/. Diunduh 27 Januari 2018

Mulyono Biyakto Atmojo. 2010. Tes dan Pengukuran Pendidikan Jasmani/.


Olahraga.Surakarta: UNS Press.

Nossek, Y. 1995. Teori umum latihan. Alih Bahasa M. Furqon.: Pan African Press
Ltc. (Buku asli diterbitkan tahun 1992) : Surakarta. UNS Press

56
57

Sado, N., Yoshioka, S., & Fukashiro, S. 2020. Free-leg side elevation of pelvis in
single-leg jump is a substantial advantage over double-leg jump for
jumping height generation. Journal of Biomechanics, 104. 3
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Cetakan Pertama.
Graha. Ilmu: Yogyakarta.
Singgih Santoso. 2015. Menguasai Statistik Multivariat. Jakarta : PT Elex Media
Komputindo.
Slimani, M., Chamari, K., Miarka, B., Fabricio B. Del Vecchio, & Chéour, F.
2016. “Effects of plyometric training on physical fitness in team sport
athletes: a systematic review”. Journal of Human Kinetics, 53, 231-247.
Stanton, R., & Reaburn, P. 2014. Exercise and the treatment of depression: A
review of the exercise program variables. Journal of Science and
Medicine in Sport, 17(2), 177-182.
Suchomel, T. J., Nimphius, S., Bellon, C. R., & Stone, M. H. 2016. The
importance of muscular strength in athletic performance. Sports
Medicine, 46(10): 1419- 49
________________________________________________________.2018. The
importance of muscular strength: training considerations. Sports
Medicine, 48(4), 765-785.
Sugarwanto & Okilanda, A. 2020. “Pengaruh latihan single leg hops terhadap
hasil lompat jangkit atlet SMP 1 Sungai Lilin”. Kinestetik: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Jasmani, 4 (1). 41
Suharjana. 2013. Kebugaran jasmani. Yogyakarta: Jogja Global Media
Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur penelitian; suatu pendekatan praktik. (Edisi
revisi) Jakarta: Rineka Cipta.
Sukadiyanto. 2011. Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. Bandung:
Lubuk Agung.
Syafruddin. 2013. Ilmu Kepelatihan Olahraga. Padang : UNP Press
Tai, W., Peng, H., Lin, J., Lo, S., Yu, H., & Huang, J. 2020. Biomechanical
characteristics of single leg jump in collegiate basketball players based
on approach technique. Appl. Sci, 10, 309.
Widnyana, W., Nurmawan, P. H., & Tianing, N. W. 2020. Plyometric exercise
single leg speed hop dan double leg speed hop meningkatkan daya ledak
otot tungkai pada atlet sepak bola physio team. Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana, Majalah Ilmiah Fisiologi, 1(1). 33
58

Lampiran 1

PETUNJUK PELAKSANAN TES POWER OTOT TUNGKAI DENGAN


MENGUNAKAN ISTRUMEN TES VERTICAL JUMP
Sumber: Kemendiknas, (2010 : 165-167)

TES SERVIS
a. Tujuan : Menilai Jumping Dengan Mengunakan Istrumen Tes
Vertical Jump
b. Perlengkapan : Papan berskala centimeter, warna gelap, ukuran 30 x 150 cm,
dipasang pada dinding yang rata atau tiang, jarak antara
lantai dengan angka 0 (nol) pada skala yaitu 150 cm, serbuk
kapur, alat penghapus papan vertical jump, alat tulis
c. Prosedur :
1) Sikap permulaan terlebih dahulu ujung jari tangan peserta diolesi
dengan serbuk kapur atau magnesium karbonat.
2) Peserta berdiri tegak dekat dinding, kaki rapat, papan skala
berada disamping kiri atau kanannya. Kemudian tangan yang
dekat dinding diangkat lurus ke atas, telapak tangan ditempelkan
pada papan berskala, sehingga meninggalkan bekas raihan
jarinya.
3) Peserta mengambil awalan dengan sikap menekukkan lutut dan
kedua lengan diayun kebelakang. Kemudian peserta meloncat
setinggi mungkin sambil menepuk papan dengan tangan yang
terdekat dengan dinding papan skala sehingga menimbulkan
bekas.
4) Ulangi loncatan ini sampai 3 kali berturut-turut.
d. Penilaian :
1) Selisih raihan loncatan dikurangi raihan tegak
2) Ketiga hasil selisih dicatat
3) Masukan hasil selisih yang paling besar
4) Nilai yang diperoleh adalah skor total dari 5 kali servis yang
dilakukan
59

Gambar 6. Sasaran Tes Vertical Jump


Sumber. Kemendiknas, (2010 : 165-167)
60

Lampiran 2
PROGRAM LATIHAN POWER OTOT TUNGKAI METODE LATIHAN
SINGLE LEG HOPS
Minggu Hari Repetisi Set Recovery antar set
Tes awal power otot tungkai dengan mengunakan istrumen tes vertical jump
Selasa 3 1 menit
I Kamis 12,5 3 1 menit
Sabtu 3 1 menit
Selasa 3 1 menit
II Kamis 15 3 1 menit
Sabtu 3 1 menit
Selasa 3 1 menit
III Kamis 17 3 1 menit
Sabtu 3 1 menit
Selasa 3 1 menit
IV Kamis 20 3 1 menit
Sabtu 3 1 menit
Selasa 3 1 menit
V Kamis 22,5 3 1 menit
Sabtu 3 1 menit
Selasa 3 1 menit
VI Kamis 25 3 1 menit
Sabtu 3 1 menit
Tes akhir power otot tungkai dengan mengunakan istrumen tes vertical jump
Keterangan :
1. Pre-test atau tes awal power otot tungkai dengan mengunakan istrumen tes
vertical jump.
2. Untuk menentukan beban latihan didasarkan pada hasil try out peningkatan
power otot tungkai sampai sampel merasa lelah untuk mengetahui
kemampuan maksimal. Setelah diketahui kemampuan maksimal peningkatan
power otot tungkai, selanjutnya dirata-rata dan diambil 50% sebagai beban
latihan single leg hops.
3. Latihan dilaksanakan selama 6 mingu atau satu setengah bulan dengan tiga
kali latihan dalam satu minggu. Beban latihan ditingkatkan setelah 1 minggu
atau tiga kali latihan sebanyak 10%.
4. Istirahat antar set 1-2 menit per set
5. Post-test atau tes akhir power otot tungkai mengunakan istrumen tes vertical
jump.
61

PROGRAM LATIHAN POWER OTOT TUNGKAI SMASH METODE


LATIHAN STANDING JUMP
Minggu Hari Repetisi Set Recovery antar set
Tes awal power otot tungkai dengan mengunakan istrumen tes vertical jump
Selasa 3 1 menit
I Kamis 10,5 3 1 menit
Sabtu 3 1 menit
Selasa 3 1 menit
II Kamis 12,6 3 1 menit
Sabtu 3 1 menit
Selasa 3 1 menit
III Kamis 14,7 3 1 menit
Sabtu 3 1 menit
Selasa 3 1 menit
IV Kamis 16,8 3 1 menit
Sabtu 3 1 menit
Selasa 3 1 menit
V Kamis 18,9 3 1 menit
Sabtu 3 1 menit
Selasa 3 1 menit
VI Kamis 21 3 1 menit
Sabtu 3 1 menit
Tes akhir power otot tungkai dengan mengunakan istrumen tes vertical jump
Keterangan :
1. Pre-test atau tes awal power otot tungkai dengan mengunakan istrumen tes
vertical jump.
2. Untuk menentukan beban latihan didasarkan pada hasil try out peningkatan
power otot tungkai sampai sampel merasa lelah untuk mengetahui
kemampuan maksimal. Setelah diketahui kemampuan maksimal peningkatan
power otot tungkai, selanjutnya dirata-rata dan diambil 50% sebagai beban
latihan Standing Jump.
3. Latihan dilaksanakan selama 6 mingu atau satu setengah bulan dengan tiga
kali latihan dalam satu minggu. Beban latihan ditingkatkan setelah 1 minggu
atau tiga kali latihan sebanyak 10%.
4. Istirahat antar set 1-2 menit per set
5. Post-test atau tes akhir power otot tungkai dengan mengunakan istrumen tes
vertical jump.
62

Lampiran 3
DATA HASIL TES AWAL POWER OTOT TUNGKAI
Power Otot Tungkai
NO NAMA Terbaik
1 2
1 Firman Muh 218 216 218
2 Panca Julian 215 217 217
3 Roso Nugroho 214 216 216
4 Jalu Aji Darma 218 218 218
5 Fikhi Setya 219 219 219
6 Aziz Calim 220 221 221
7 Fajar Madhani 216 214 216
8 Kevin Febrianto 217 217 217
9 Afif Akbar 215 217 217
10 Krisna Prakoso 220 219 220
11 Ghufron Wardhana 218 217 218
12 Gibran Alfarizi 215 218 218
13 Lintang Damar L 217 219 219
14 Brilly Prima 218 217 218
15 Verdian Fahri N 215 215 215
16 Ade Mulyono 218 219 219
17 Prasetyo Budi 219 217 219
18 Charles Ebu 213 214 214
19 Rendi Prayoga 220 221 221
20 Ocha 218 216 218
21 Gadink Chandra 221 223 223
22 Dwi Ani Retno W 218 221 221
23 Alden Ersa Nathan 219 220 220
24 Rikky Yolanda 215 214 215
25 Muaf 215 215 215
26 Sherly Veika 218 219 219
27 Richa Claramita 212 213 213
28 Yulian Duriska 214 214 214
29 Agripa Gadis K 213 213 213
30 Santi Apriyani S 217 218 218
63

DATA HASIL TES AKHIR POWER OTOT TUNGKAI


Power Otot Tungkai
NO NAMA Terbaik
1 2
1 Firman Muh 215 218 218
2 Panca Julian 223 220 223
3 Roso Nugroho 221 221 221
4 Jalu Aji Darma 217 221 221
5 Fikhi Setya 216 218 218
6 Aziz Calim 220 219 220
7 Fajar Madhani 217 219 219
8 Kevin Febrianto 222 223 223
9 Afif Akbar 218 218 218
10 Krisna Prakoso 217 220 220
11 Ghufron Wardhana 219 221 221
12 Gibran Alfarizi 222 221 222
13 Lintang Damar L 220 219 220
14 Brilly Prima 220 221 221
15 Verdian Fahri N 221 219 221
16 Ade Mulyono 220 217 220
17 Prasetyo Budi 218 217 218
18 Charles Ebu 220 218 220
19 Rendi Prayoga 222 221 222
20 Ocha 217 216 217
21 Gadink Chandra 219 220 220
22 Dwi Ani Retno W 217 216 217
23 Alden Ersa Nathan 217 217 217
24 Rikky Yolanda 220 219 220
25 Muaf 219 221 221
26 Sherly Veika 216 216 216
27 Richa Claramita 217 215 217
28 Yulian Duriska 221 221 221
29 Agripa Gadis K 215 215 215
30 Santi Apriyani S 219 220 220
64

Lampiran 4
REKAPITULASI DATA HASIL TES AWAL DAN TES AKHIR POWER
OTOT TUNGKAI
Power Otot Tungkai
No Nama
Tes Awal Test Akhir
1 Firman Muh 218 218
2 Panca Julian 217 223
3 Roso Nugroho 216 221
4 Jalu Aji Darma 218 221
5 Fikhi Setya 219 218
6 Aziz Calim 221 220
7 Fajar Madhani 216 219
8 Kevin Febrianto 217 223
9 Afif Akbar 217 218
10 Krisna Prakoso 220 220
11 Ghufron Wardhana 218 221
12 Gibran Alfarizi 218 222
13 Lintang Damar L 219 220
14 Brilly Prima 218 221
15 Verdian Fahri N 215 221
16 Ade Mulyono 219 220
17 Prasetyo Budi 219 218
18 Charles Ebu 214 220
19 Rendi Prayoga 221 222
20 Ocha 218 217
21 Gadink Chandra 223 220
22 Dwi Ani Retno W 221 217
23 Alden Ersa Nathan 220 217
24 Rikky Yolanda 215 220
25 Muaf 215 221
26 Sherly Veika 219 216
27 Richa Claramita 213 217
28 Yulian Duriska 214 221
29 Agripa Gadis K 213 215
30 Santi Apriyani S 218 220
Jumlah 6529 6587
Mean 217,63 219,57
SD 2,50 2,05
Hasil Tertinggi 223 223
Hasil Terendah 213 215
65

Kelompok 1

No Nama Tes Awal No Nama Tes Akhir

1 Firman Muh 218 1 Firman Muh 218


2 Jalu Aji Darma 218 2 Jalu Aji Darma 221
3 Fikhi Setya 219 3 Fikhi Setya 218
4 Kevin Febrianto 217 4 Kevin Febrianto 223
5 Afif Akbar 217 5 Afif Akbar 218
6 Gibran Alfarizi 218 6 Gibran Alfarizi 222
7 Lintang Damar L 219 7 Lintang Damar L 220
8 Ade Mulyono 219 8 Ade Mulyono 220
9 Prasetyo Budi 219 9 Prasetyo Budi 218
10 Ocha 218 10 Ocha 217
11 Gadink Chandra 223 11 Gadink Chandra 220
12 Rikky Yolanda 215 12 Rikky Yolanda 220
13 Muaf 215 13 Muaf 221
14 Yulian Duriska 214 14 Yulian Duriska 221
15 Agripa Gadis K 213 15 Agripa Gadis K 215
Jumlah 3262 Jumlah 3292
Mean 217,47 Mean 219,47
SD 2,47 SD 2,10
HT 223 HT 223
HR 213 HR 215
66

Kelompok 2
N
Nama Tes Awal No Nama Tes Akhir
o

1 Panca Julian 217 1 Panca Julian 223


2 Roso Nugroho 216 2 Roso Nugroho 221
3 Aziz Calim 221 3 Aziz Calim 220
4 Fajar Madhani 216 4 Fajar Madhani 219
5 Krisna Prakoso 220 5 Krisna Prakoso 220
Ghufron Ghufron
6 218 6 221
Wardhana Wardhana
7 Brilly Prima 218 7 Brilly Prima 221
8 Verdian Fahri N 215 8 Verdian Fahri N 221
9 Charles Ebu 214 9 Charles Ebu 220
10 Rendi Prayoga 221 10 Rendi Prayoga 222
Dwi Ani Retno Dwi Ani Retno
11 221 11 217
W W
Alden Ersa Alden Ersa
12 220 12 217
Nathan Nathan
13 Sherly Veika 219 13 Sherly Veika 216
14 Richa Claramita 213 14 Richa Claramita 217
15 Santi Apriyani S 218 15 Santi Apriyani S 220
Jumlah 3267 Jumlah 3295
Mean 217,80 Mean 219,67
SD 2,60 SD 2,06
HT 221 HT 223
HR 213 HR 216
67

REKAPITULASI HASIL TES AWAL DAN TES AKHIR PADA


KELOMPOK 1

No Nama Tes Awal Tes Akhir Peningkatan

1 Firman Muh 218,0 218,0 0,0


2 Jalu Aji Darma 218,0 221,0 3,0
3 Fikhi Setya 219,0 218,0 -1,0
4 Kevin Febrianto 217,0 223,0 6,0
5 Afif Akbar 217,0 218,0 1,0
6 Gibran Alfarizi 218,0 222,0 4,0
7 Lintang Damar L 219,0 220,0 1,0
8 Ade Mulyono 219,0 220,0 1,0
9 Prasetyo Budi 219,0 218,0 -1,0
10 Ocha 218,0 217,0 -1,0
11 Gadink Chandra 223,0 220,0 -3,0
12 Rikky Yolanda 215,0 220,0 5,0
13 Muaf 215,0 221,0 6,0
14 Yulian Duriska 214,0 221,0 7,0
15 Agripa Gadis K 213,0 215,0 2,0
Jumlah 3262 3292 30
Mean 217,467 219,467 2,000
SD 2,475 2,100 3,047
68

REKAPITULASI HASIL TES AWAL DAN TES AKHIR PADA


KELOMPOK 2

No Nama Tes Awal Tes Akhir Peningkatan

1 Panca Julian 217,0 223,0 6,0


2 Roso Nugroho 216,0 221,0 5,0
3 Aziz Calim 221,0 220,0 -1,0
4 Fajar Madhani 216,0 219,0 3,0
5 Krisna Prakoso 220,0 220,0 0,0
6 Ghufron Wardhana 218,0 221,0 3,0
7 Brilly Prima 218,0 221,0 3,0
8 Verdian Fahri N 215,0 221,0 6,0
9 Charles Ebu 214,0 220,0 6,0
10 Rendi Prayoga 221,0 222,0 1,0
11 Dwi Ani Retno W 221,0 217,0 -4,0
12 Alden Ersa Nathan 220,0 217,0 -3,0
13 Sherly Veika 219,0 216,0 -3,0
14 Richa Claramita 213,0 217,0 4,0
15 Santi Apriyani S 218,0 220,0 2,0
Jumlah 3267,0 3295,0 28,0
Mean 217,800 219,667 1,867
SD 2,597 2,059 3,420
69

REKAPITULASI HASIL TES AWAL SHOOTING PADA KELOMPOK 1


DAN 2.

No Nama Klpk Klpk Peningkatan


1 2
1 Panca Julian 218,0 217,0 -1,0
2 Roso Nugroho 218,0 216,0 -2,0
3 Aziz Calim 219,0 221,0 2,0
4 Fajar Madhani 217,0 216,0 -1,0
5 Krisna Prakoso 217,0 220,0 3,0
6 Ghufron Wardhana 218,0 218,0 0,0
7 Brilly Prima 219,0 218,0 -1,0
8 Verdian Fahri N 219,0 215,0 -4,0
9 Charles Ebu 219,0 214,0 -5,0
10 Rendi Prayoga 218,0 221,0 3,0
11 Dwi Ani Retno W 223,0 221,0 -2,0
12 Alden Ersa Nathan 215,0 220,0 5,0
13 Sherly Veika 215,0 219,0 4,0
14 Richa Claramita 214,0 213,0 -1,0
15 Santi Apriyani S 213,0 218,0 5,0
Jumlah 3262,0 3267,0 5,0
Mean 217,467 217,800 0,333
SD 2,475 2,597 3,155
70

Lampiran 5
MENGHITUNG RELIABILITAS DENGAN ANAVA
Langkah I.
Tabel kerja untuk menghitung reliabilitas hasil tes awal Power Otot Tungkai
No I II
X1 X2 Ti X12 X22 Ti 2
1 218 216 434 47524 46656 188356
2 215 217 432 46225 47089 186624
3 214 216 430 45796 46656 184900
4 218 218 436 47524 47524 190096
5 219 219 438 47961 47961 191844
6 220 221 441 48400 48841 194481
7 216 214 430 46656 45796 184900
8 217 217 434 47089 47089 188356
9 215 217 432 46225 47089 186624
10 220 219 439 48400 47961 192721
11 218 217 435 47524 47089 189225
12 215 218 433 46225 47524 187489
13 217 219 436 47089 47961 190096
14 218 217 435 47524 47089 189225
15 215 215 430 46225 46225 184900
16 218 219 437 47524 47961 190969
17 219 217 436 47961 47089 190096
18 213 214 427 45369 45796 182329
19 220 221 441 48400 48841 194481
20 218 216 434 47524 46656 188356
21 221 223 444 48841 49729 197136
22 218 221 439 47524 48841 192721
23 219 220 439 47961 48400 192721
24 215 214 429 46225 45796 184041
25 215 215 430 46225 46225 184900
26 218 219 437 47524 47961 190969
27 212 213 425 44944 45369 180625
28 214 214 428 45796 45796 183184
29 213 213 426 45369 45369 181476
30 217 218 435 47089 47524 189225
Jm 14106 141590 565306
l 6505 6517 13022 63 3 6
ΣX1 ΣX1 ΣTi ΣX12 ΣX22 ΣTi2
71

Langkah II.
Dari hasil penghitungan diperoleh:
ΣX = 13022
2
ΣX = 1410663 + 1415903 = 2826566

Langkah III.
Σ(T
i)2 5653066 = 2826533
=
k 2

Σ(T 650 651


j)2 5 2
+ 7 2
2826210,
= 3 = 5
n 0

Maka,
(ΣX)2
SST = ΣX2 -
nk

13022 2
= 2826566 - = 2826566 - 2826208,07 = 357,933
30 X 2

Σ(Ti)2 (ΣX)2
SSs = -
k nk

= 2826533 - 2826208,07 = 324,933

Σ(Tj)2 (ΣX)2
SSt = -
n nk

= 2826210,47 - 2826208,07 = 2,4

(ΣX)2 Σ(Ti)2 Σ(Tj)2


SSI = ΣX2 + - -
nk k n

= 2826566 + 2826208,07 - 2826533 - 2826210,47 = 31

SSS = 324,933
SSt = 2,400
SSI = 30,600
SST = 357,933
72

Langkah IV.
Tabel ringkasan Anava untuk menghitung reliabilita
Sumber
df SS MS
Variasi
Diantara n-1
Subjek 29 324,933 11,205
Diantara k-1
Trial 1 2,400 2,400
nk - 1
Total
59 327,333

Rumus reliabilita:
MSs -
R = MSw
MSs

MS SSt + SSI
=
w MSs

11,205 - 2,400
R = = 0,786
11,205

Koefisien r ganjil genap hasil tes awal Power Otot Tungkai yaitu : 0,786

Dimasukkan ke dalam formula Spearman Brown:


2(R")
r =
1 + R"

2 X 0,786
= = 0,88
1 + 0,786

Jadi nilai reliabilita hasil tes awal Power Otot Tungkai yaitu : 0,88
73

Langkah I.
Tabel kerja untuk menghitung reliabilitas hasil tes akhir Power Otot Tungkai
No I II
X1 X2 Ti X12 X22 Ti 2
1 215 218 433 46225 47524 187489
2 223 220 443 49729 48400 196249
3 221 221 442 48841 48841 195364
4 217 221 438 47089 48841 191844
5 216 218 434 46656 47524 188356
6 220 219 439 48400 47961 192721
7 217 219 436 47089 47961 190096
8 222 223 445 49284 49729 198025
9 218 218 436 47524 47524 190096
10 217 220 437 47089 48400 190969
11 219 221 440 47961 48841 193600
12 222 221 443 49284 48841 196249
13 220 219 439 48400 47961 192721
14 220 221 441 48400 48841 194481
15 221 219 440 48841 47961 193600
16 220 217 437 48400 47089 190969
17 218 217 435 47524 47089 189225
18 220 218 438 48400 47524 191844
19 222 221 443 49284 48841 196249
20 217 216 433 47089 46656 187489
21 219 220 439 47961 48400 192721
22 217 216 433 47089 46656 187489
23 217 217 434 47089 47089 188356
24 220 219 439 48400 47961 192721
25 219 221 440 47961 48841 193600
26 216 216 432 46656 46656 186624
27 217 215 432 47089 46225 186624
28 221 221 442 48841 48841 195364
29 215 215 430 46225 46225 184900
30 219 220 439 47961 48400 192721
Jm 14367 143764 574875
l 6565 6567 13132 81 3 6
ΣX1 ΣX1 ΣTi ΣX12 ΣX22 ΣTi2
74

Langkah II.
Dari hasil penghitungan diperoleh:
ΣX = 13132
ΣX2 = 1436781 + 1437643 = 2874424

Langkah III.
Σ(T
i)2 5748756 = 2874378
=
k 2

Σ(T 656 656


j)2 5 2
+ 7 2
2874157,
= 3 = 1
n 0

Maka,
(ΣX)2
SST = ΣX2 -
nk

13132 2
= 2874424 - = 2874424 - 2874157,07 = 266,933
30 X 2

Σ(Ti)2 (ΣX)2
SSs = -
k nk

= 2874378 - 2874157,07 = 220,933

Σ(Tj)2 (ΣX)2
SSt = -
n nk

= 2874157,13 - 2874157,07 = 0,067

(ΣX)2 Σ(Ti)2 Σ(Tj)2


SSI = ΣX2 + - -
nk k n

= 2874424 + 2874157,07 - 2874378 - 2874157,13 = 45,933

SSS = 220,933
SSt = 0,067
SSI = 45,933
SST = 266,933
75

Langkah IV.
Tabel ringkasan Anava untuk menghitung reliabilitas
Sumber
df SS MS
Variasi
Diantara n-1
Subjek 29 220,933 7,618
Diantara k-1
Trial 1 0,067 0,067
nk - 1
Total
59 221,000

Rumus reliabilita:
MSs -
R = MSw
MSs

MS SSt + SSI
=
w MSs

7,618 - 0,067
R = = 0,991
7,618

Koefisien r ganjil genap hasil tes akhir Power Otot Tungkai yaitu : 0,991

Dimasukkan ke dalam formula Spearman Brown:


2(R")
r =
1 + R"

2 X 0,991
= = 1,00
1 + 0,991

Jadi nilai reliabilitas hasil tes akhir Power Otot Tungkai yaitu : 1,00
76

Lampiran 6
TABEL KERJA UNTUK MENGHITUNG PERBEDAAN PENINGKATAN
HASIL POWER OTOT TUNGKAI

Kelompok 1 Kelompok 2
No
2 2
X1 X1 - X1 (Xi - X1 ) X2 X2 - X2 (X2 - X2 )
1 0.0 -2.0 4.0 6.0 4.13 17.08
2 3.0 1.0 1.0 5.0 3.13 9.82
3 -1.0 -3.0 9.0 -1.0 -2.87 8.22
4 6.0 4.0 16.0 3.0 1.13 1.28
5 1.0 -1.0 1.0 0.0 -1.87 3.48
6 4.0 2.0 4.0 3.0 1.13 1.28
7 1.0 -1.0 1.0 3.0 1.13 1.28
8 1.0 -1.0 1.0 6.0 4.13 17.08
9 -1.0 -3.0 9.0 6.0 4.13 17.08
10 -1.0 -3.0 9.0 1.0 -0.87 0.75
11 -3.0 -5.0 25.0 -4.0 -5.87 34.42
12 5.0 3.0 9.0 -3.0 -4.87 23.68
13 6.0 4.0 16.0 -3.0 -4.87 23.68
14 7.0 5.0 25.0 4.0 2.13 4.55
15 2.0 0.0 0.0 2.0 0.13 0.02
Jumlah 30.0 130.0 28.0 163.73
Mean 2.00 1.87
SD 3.05 3.42
77

Lampiran 7
UJI NORMALITAS DATA DENGAN METODE LILLIEFORS
1. Uji normalitas data pada tes awal.
Dari penghitungan data diperoleh:
M = 2,000
SD = 3,047

Data disusun dalam tabel sebagai berikut:


Xi Zi F(Zi) S(Zi) |F(Zi)-S(Zi)|
0,0 -0,66 0,03 0,07 0,04
3,0 0,33 0,11 0,13 0,02
-1,0 -0,98 0,24 0,20 0,04
6,0 1,31 0,24 0,27 0,03
1,0 -0,33 0,24 0,33 0,10
4,0 0,66 0,32 0,40 0,08
1,0 -0,33 0,32 0,47 0,15
1,0 -0,33 0,50 0,53 0,03
-1,0 -0,98 0,69 0,60 0,09
-1,0 -0,98 0,77 0,67 0,10
-3,0 -1,64 0,77 0,73 0,04
5,0 0,98 0,77 0,80 0,03
6,0 1,31 0,77 0,87 0,10
7,0 1,64 0,77 0,93 0,16
2,0 0,00 0,98 1,00 0,02

Kesimpulan :
Dari penghitungan di atas diperoleh Lhitung = 0,1629. Dengan n = 15 dan
taraf signifikansi 5%. nilai Ltabel = 0,220. Ternyata nilai Lhitung lebih kecil dari
Ltabel. Dengan demikian hipotesis nol diterima. Yang berarti data termasuk
berdistribusi normal.
78

2. Uji normalitas data pada tes akhir


Dari penghitungan data diperoleh:
M = 1,867
SD = 3,420

Data disusun dalam tabel sebagai berikut:


Xi Zi F(Zi) S(Zi) |F(Zi)-S(Zi)|
6,0 1,21 0,07 0,07 0,01
5,0 0,92 0,16 0,13 0,03
-1,0 -0,84 0,16 0,20 0,04
3,0 0,33 0,16 0,27 0,11
0,0 -0,55 0,22 0,33 0,12
3,0 0,33 0,37 0,40 0,03
3,0 0,33 0,46 0,47 0,01
6,0 1,21 0,46 0,53 0,08
6,0 1,21 0,46 0,60 0,14
1,0 -0,25 0,63 0,67 0,03
-4,0 -1,72 0,78 0,73 0,05
-3,0 -1,42 0,78 0,80 0,02
-3,0 -1,42 0,78 0,87 0,08
4,0 0,62 0,93 0,93 0,01
2,0 0,04 0,98 1,00 0,02

Kesimpulan :
Dari penghitungan di atas diperoleh Lhitung = 0,1438. Dengan n = 15 dan
taraf signifikansi 5%. nilai Ltabel = 0,220. Ternyata nilai Lhitung lebih kecil dari
Ltabel. Dengan demikian hipotesis nol diterima. Yang berarti data termasuk
berdistribusi normal.
79

Lampiran 8
UJI HOMOGENITAS
Menghitung Homogenitas Data Peningkatan Power Otot Tungkai Antara
Kelompok 1 Dengan Kelompok 2.
a. Menghitung standar deviasi kuadrat pada kelompok 1.

SD2X1 = Σ(X2 - X1)2


N-1

130,00
= = 9,29
15 - 1

b. Menghitung standar deviasi kuadrat pada kelompok 2.

SD2X2 = Σ(X2 - X2)2


N-1

163,73
= = 11,70
15 - 1

c. Menghitung nilai homogenitas


SD2bs
F dbvb:dbvk =
SD2kt

11,695
F 14;14 = = 1,26
9,286

Kesimpulan :
Dengan db = (N1 - 1) lawan (N2 - 1) = 14 lawan 14 dan taraf signifikansi
5%, angka Ftabel 5% = 2,48. Sedangkan nilai Fhitung adalah sebesar 1,26.
Ternyata lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol. Dengan demikian
hipotesis nol diterima, yang berarti bahwa data peningkatan Power Otot Tungkai
pada kelompok 1 dan kelompok 2 homogen.
80

Lampiran 9
MENGHITUNG STANDAR DEVIASI KUADRAT PADA TIAP
KELOMPOK
a. Menghitung standar deviasi kuadrat pada kelompok 1.
| Md |
t = 2
Σd
N (N-1)

| 2.00 |
=
190
15 (15-1)

| 2 |
=
190
210

t = 2.10

Kesimpulan :
Dengan db = N - 1 = 15 - 1 = 14 dan taraf signifikansi 5%, angka batas
penolakan hipotesis nol dalam tabel t adalah 2,145. Sedangkan nilai t yang
diperoleh adalah sebesar 2,10. Ternyata lebih besar dari angka batas penolakan
hipotesis nol. Dengan demikian hipotesis nol ditolak, yang berarti bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara peningkatan Power Otot Tungkai pada
kelompok 1.
81

b. Menghitung standar deviasi kuadrat pada kelompok 2.


| Md |
t =
2
Σd
N (N-1)

| 1.8667 |
=
216
15 (15-1)

| 1.87 |
=
216
210

t = 1.84

Kesimpulan :
Dengan db = N - 1 = 15 - 1 = 14 dan taraf signifikansi 5%, angka batas
penolakan hipotesis nol dalam tabel t adalah 2,145. Sedangkan nilai t yang
diperoleh adalah sebesar 1,84. Ternyata lebih besar dari angka batas penolakan
hipotesis nol. Dengan demikian hipotesis nol ditolak, yang berarti bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara peningkatan Power Otot Tungkai pada
kelompok 2.
82

Menghitung perbedaan peningkatan Power Otot Tungkai antara kelompok 1


dengan kelompok 2.
| Md |
t =
2
| Σd |
N (N-1)

| 3.73 |
=
141
15 (15-1)

| 3.733 |
=
141
210

t = 4.56

Kesimpulan :
Dengan db = N - 1 = 15 - 1 = 14 dan taraf signifikansi 5%, angka batas
penolakan hipotesis nol dalam tabel t adalah 2,145. Sedangkan nilai t yang
diperoleh adalah sebesar 4,56. Ternyata lebih kecil dari angka batas penolakan
hipotesis nol. Dengan demikian hipotesis nol ditolak, yang berarti bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara peningkatan Power Otot Tungkai pada
kelompok 1 dan kelompok 2.
83

Lampiran 10
MENGHITUNG NILAI PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI
DALAM PERSEN PADA KELOMPOK 1 DAN KELOMPOK 2.
1. Hasil penghitungan pada kelompok 1.
Mean tes awal = 217,467
Mean tes akhir = 219,467
Mean different = 2,000

Mean different
Prosentase peningkatan = X 100%
Mean tes awal

2,000
= X 100% = 0,92%
217,467

2. Hasil penghitungan pada kelompok 2.


Mean tes awal = 217,800
Mean tes akhir = 219,667
Mean different = 1,867

Mean different
Prosentase peningkatan = X 100%
Mean tes awal

1,867
= X 100% = 0,86%
217,800

Kesimpulan :
Dari penghitungan tersebut dapat diketahui bahwa peningkatan Power
Otot Tungkai pada kelompok 1 adalah sebesar 0,92%. Sedangkan peningkatan
Power Otot Tungkai pada kelompok 2 adalah sebesar 0,86%. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa ternyata kelompok 1 memiliki peningkatan Power Otot
Tungkai yang lebih baik daripada kelompok 2.
84

Lampiran 11
Distribusi Nilai t tabel
85

Lampiran 12
Tabel Lilliefors
86

Lampiran 13. Tabel F


87
88
89

Lampiran 14
Dokumentasi Penelitian

(Gambar : Pengarahan tes vertikal jump)

(gambar : Pengarahan tes vertikal jump)


90

1. Tes awal

( Gambar : Tes Vertikal Jump )

( Gambar : Tes Vertikal Jump )


91

2. Treatmen metode latihan single leg hops

( Gambar : Treatmen Single Leg Hops)

( Gambar : Treatmen Single Leg Hops)


92

3. Treatmen metode latihan standing jump

(gambar : treatmen standing jump)

(gambar : treatmen standing jump)


93

4. Tes akhir

( Gambar : Tes Vertikal Jump )


94

(Gambar : Bersama atlet dan pengurus sasana Han academy solo)

(Gambar : Bersama pengurus dan ketua pelatih Han Academy solo)

Anda mungkin juga menyukai