Anda di halaman 1dari 3

Jenis Penyakit

1. Meningitis
Meningitis atau radang selaput otak adalah salah satu jenis penyakit saraf yang kerap dialami
seseorang, terutama pada bayi, anak-anak, dan remaja. Peradangan pada selaput otak ini
umumnya disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, tetapi bisa juga terjadi akibat penyakit
non-infeksi, seperti alergi obat atau sarkiodosis. Penderita meningitis biasanya mengalami
beberapa gejala seperti sakit kepala yang hebat, demam tinggi, dan leher kaku. Apabila
penyakit ini tidak ditangani dengan cepat dan tepat, meningitis bisa mengakibatkan kerusakan
permanen pada otak dan memicu komplikasi seperti kejang dan gagal ginjal.
2. Stroke
Stroke merupakan salah satu penyakit tidak menular penyebab kematian terbesar di dunia,
termasuk di Indonesia. Penyakit saraf ini terjadi karena terganggunya pasokan darah ke otak
akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah. Kondisi ini menyebabkan jaringan otak
tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi yang cukup untuk menjalankan fungsinya dengan
baik. Ketika sel-sel otak mulai rusak, penderita stroke dapat mengalami beberapa gejala,
seperti mati rasa pada wajah, kesulitan dalam berbicara, berjalan, dan melihat, sakit kepala
yang hebat, bahkan kelumpuhan.
3. Multiple Sclerosis
Penyakit sklerosis ganda atau multiple sclerosis adalah jenis penyakit saraf yang berisiko
tinggi mengenai otak dan sumsum tulang belakang. Faktanya, penyakit saraf ini merupakan
penyebab kecacatan paling umum pada orang-orang berusia 20–30 tahun. Multiple sclerosis
bisa memengaruhi penglihatan, gerakan lengan atau kaki, dan keseimbangan tubuh
penderitanya. Gejala awal yang dirasakan adalah kelelahan, kesemutan, mati rasa,
penglihatan kabur, dan otot kaku. Penyebab multiple sclerosis sejauh ini belum diketahui
secara pasti. Namun, penyakit ini diduga terjadi akibat penyakit autoimun. Dalam kasus ini,
sistem kekebalan tubuh menyerang zat lemak yang melapisi saraf di otak dan sumsum tulang
belakang.
4. Epilepsi
Epilepsi atau yang biasa disebut dengan ayan adalah penyakit saraf akibat aktivitas listrik
otak yang tidak normal. Penyakit ini bisa menyebabkan penderita mengalami kejang yang
berulang tanpa pemicu yang jelas. Kelainan pada aktivitas listrik otak bisa terjadi karena
beberapa hal, antara lain trauma di kepala, gula darah yang sangat rendah, demam tinggi, dan
pengaruh alkohol. Gejala kejang yang dialami penderita epilepsi biasanya berupa gerakan
tangan dan kaki yang tak terkendali atau aneh dan berulang, kehilangan kesadaran, serta
kebingungan.
5. Bell’s Palsy
Bell’s palsy adalah penyakit saraf yang menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan sementara
pada otot-otot di wajah. Kondisi ini terjadi ketika saraf perifer yang mengontrol otot wajah
mengalami peradangan, pembengkakan, atau penekanan. Pada Bell’s palsy, satu sisi wajah
penderitanya akan menjadi kaku, sehingga ia kesulitan tersenyum atau menutup mata. Dalam
sebagian besar kasus, gejala bersifat sementara dan akan hilang setelah beberapa minggu.
Cara Kerja sistem Saraf

1. Fungsi sensorik, Bagian ini bekerja untuk menerima setiap rangsangan luar atau impuls,
baik yang dari maupun dalam tubuh. Rangsangan yang diterima berupa cahaya, suhu, bau,
suara, Sentuhan, tekanan.
2. Fungsi motorik, Bagian motorik berperan untuk memberikan tanggapan atau reaksi tubuh
terhadap rangsangan yang disuguhkan oleh sistem saraf pusat. Ketika terkena gangguan,
misalnya karena penyakit saraf motorik, maka tubuh tidak dapat bergerak dengan normal atau
bahkan tidak dapat bergerak sama sekali.
3. Fungsi somatik,Selain kedua fungsi tersebut, sistem saraf tepi juga mengelola respons
semua kegiatan yang tidak disadari, seperti respons flight-or-fight dan kebalikannya.
Contohnya, ketika mengalami ancaman, tubuh akan merespons keadaan tersebut dengan
menilai denyut nadi, meningkatkan frekuensi pernapasan, serta meningkatkan aliran darah.
Setelah keadaan dirasa sudah teratasi, tubuh akan mengembalikan respons ke kondisi normal.
Beberapa penyakit tertentu, seperti gegar otak, meningitis, penyakit Alzheimer, penyakit
Parkinson, multiple sclerosis, dan kanker otak, dapat menyebabkan terganggunya fungsi
sistem saraf pusat.
Sistem pusat mengendalikan seluruh pengaturan dan pengolahan rangsangan, mulai dari
mengatur pikiran, gerakan, pernapasan, jantung, jantung, suhu tubuh, hingga koordinasi
seluruh sel saraf untuk melakukan fungsi pengaturan di dalam tubuh.
Sistem saraf terdiri dari semua sel saraf di tubuh. Melalui sistem saraf kita berkomunikasi
dengan dunia luar dan, pada saat yang sama, banyak mekanisme di dalam tubuh kita
dikendalikan. Sistem saraf menerima informasi melalui indera kita, memproses informasi
tersebut dan memicu reaksi, seperti membuat otot bergerak atau menyebabkan kita
merasakan sakit. Misalnya, jika menyentuh piring panas, maka secara refleks kita menarik
kembali tangan dan saraf akan secara bersamaan mengirimkan sinyal rasa sakit ke otak.
Proses metabolisme juga dikendalikan oleh sistem saraf.
Ada miliaran sel saraf, juga disebut neuron, di sistem saraf. Otak sendiri memiliki sekitar 100
miliar neuron di dalamnya. Setiap neuron memiliki badan sel dan berbagai ekstensi. Ekstensi
yang lebih pendek (disebut dendrit) bertindak seperti antena: mereka menerima sinyal,
misalnya, dari neuron lain dan meneruskannya ke badan sel. Sinyal tersebut kemudian
diteruskan melalui perpanjangan panjang (akson), yang panjangnya bisa mencapai satu meter.
Sistem saraf mempunyai dua bagian yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi karena
letaknya di dalam tubuh. Sistem saraf pusat (SSP) meliputi saraf di otak dan sumsum tulang
belakang. Itu terkandung dengan aman di dalam tengkorak dan saluran tulang belakang.
Semua saraf lain di tubuh adalah bagian dari sistem saraf tepi (PNS).
Terlepas dari di mana mereka berada di dalam tubuh, perbedaan juga dapat dibuat antara
sistem saraf yang disengaja dan tidak disengaja. Sistem saraf sukarela (sistem saraf somatik)
mengendalikan semua hal yang kita sadari dan dapat kita pengaruhi secara sadar, seperti
menggerakkan lengan, kaki, dan bagian tubuh lainnya.
Sistem saraf tak sadar (sistem saraf vegetatif atau otonom) mengatur proses-proses dalam
tubuh yang tidak dapat kita pengaruhi secara sadar. Ia terus aktif, mengatur hal-hal seperti
pernapasan, detak jantung, dan proses metabolisme. Hal ini dilakukan dengan menerima
sinyal dari otak dan meneruskannya ke tubuh. Hal ini juga dapat mengirimkan sinyal ke arah
lain – dari tubuh ke otak – memberikan otak informasi tentang seberapa penuh kandung
kemih atau seberapa cepat jantung berdetak, misalnya. Sistem saraf yang tidak disengaja
dapat bereaksi dengan cepat terhadap perubahan, mengubah proses dalam tubuh untuk
beradaptasi. Misalnya, jika tubuh menjadi terlalu panas, sistem saraf yang tidak di sadari akan
meningkatkan sirkulasi darah ke kulit dan membuat berkeringat lebih banyak untuk
mendinginkan tubuh kembali. Baik sistem saraf pusat maupun perifer memiliki bagian sadar
dan tidak sadar. Namun, meskipun kedua bagian ini terkait erat di sistem saraf pusat,
keduanya biasanya terpisah di area lain di tubuh.
Sistem saraf tak sadar terdiri dari tiga bagian:
Sistem saraf simpatik
Sistem Saraf Parasimpatik
Sistem saraf enterik (gastrointestinal).
Sistem saraf simpatis dan parasimpatis biasanya melakukan hal yang berlawanan di dalam
tubuh. Sistem saraf simpatik mempersiapkan tubuh untuk aktivitas fisik dan mental. Itu
membuat jantung berdetak lebih cepat dan kuat, membuka saluran udara sehingga bisa
bernapas lebih mudah, dan menghambat pencernaan. Sistem saraf parasimpatis bertanggung
jawab atas fungsi tubuh saat kita istirahat: sistem ini merangsang pencernaan, mengaktifkan
berbagai proses metabolisme, dan membantu kita rileks. Namun sistem saraf simpatis dan
parasimpatis tidak selalu bekerja berlawanan arah; mereka terkadang saling melengkapi juga
Sistem saraf enterik adalah sistem saraf terpisah untuk usus, yang sebagian besar mengatur
motilitas usus dalam pencernaan secara otonom.

Anda mungkin juga menyukai