Anda di halaman 1dari 23

T u g a s

Ke l o m p o
• Kelompok Biologi •
Anggota Kelompok 2

April (4)
Keysya (17)
Mia (19)
Puspa (12)

W
Deksri (25)
Sistem Koordinas
Tubuh manusia tersusun atas berbagai sistem organ ya
oleh sistem suatu sistem luar biasa yang disebut sistem k
Fungsi sistem koordinasi adalah melancarkan geraka
Fungsi sistem koordinasi di sini adalah mengendalik
mengoordinasikan kerja masing-masing bagian agar ger
dihasilkan menjadi halus dan tepat sasaran.
Sistem Saraf
Sistem saraf adalah kumpulan jaringan yang berfung
untuk mengoordinasikan seluruh aktivitas tubuh, di
antaranya adalah berjalan, berbicara, menelan, berpik
merespons keadaan darurat, dan mengingat. Sistem sa
manusia bekerja dengan menerima informasi atau
rangsangan dari tubuh serta lingkungan luar.
BAGIAN - BAGIAN
SISTEM SARAF
Bagian sistem saraf dibagi
menjadi dua jenis, yaitu :

•sistem saraf pusat


• sistem saraf tepi. Saraf pusat terdiri atas otak dan
sumsum tulang belakang, sedangkan saraf tepi
meliputi saraf somatik (sadar) dan otonom (tidak
sadar)
Pengertian Sistem Saraf Pusat & Sistem Saraf Te
• •Sistem saraf pusat merupakan suatu sistem yang berfungsi untuk m
dan menerjemahkan informasi, Saraf pusat terdiri atas otak dan sum
tulang belakang. Sedangkan saraf tepi meliputi saraf somatik (sadar
otonom (tidak sadar
• Sistem saraf tepi atau sistem saraf perifer adalah bagian dari sistem
di dalam sarafnya terdiri dari sel-sel yang membawa informasi ke d
sistem saraf tepi, yang terletak di luar otak dan sumsum tulang bela
tepi meliputi saraf somatik (sadar) dan otonom (tidak sadar).
Sistem Saraf Tepi
Sistem saraf tepi atau sistem saraf perifer adalah
bagian dari sistem saraf yang di dalam sarafnya
terdiri dari sel-sel yang membawa informasi ke d
dari sistem saraf tepi, yang terletak di luar otak d
sumsum tulang belakang
Sistem saraf tepi terbagi lagi menjadi dua
komponen, yaitu :

1 Somatik

2 Otonom
• Sistem somatik
Saraf ini terdiri atas serabut saraf perifer. Serabut saraf ini bertugas menga
informasi sensorik atau sensasi dari organ perifer seperti kulit.
Nantinya, informasi akan dibawa ke sistem saraf pusat.
Selain serabut saraf perifer, sistem saraf somatik juga terdiri dari serabut s
yang menjulur keluar dari otak.
Serabut saraf motorik berfungsi membawa pesan untuk menggerakkan tub

• Saraf otonom
• Sistem saraf otonom adalah jaringan sel kompleks yang mengontrol kea
internal tubuh.
Ada dua bagian dari saraf otonom, yaitu simpatik dan parasimpati
ini perbedaannya:

•Sistem simpatik bertugas membuat respons perlawanan dari dalam tubu


ketika ada ancaman dalam waktu cepat. Misalnya, ketika kamu sedang
merasa takut atau gugup, saraf simpatik akan memicu respons dengan
mempercepat detak jantung, memproduksi kelenjar keringat, meningkatk
pernapasan, dan lain-lain.

•Sistem parasimpatik bertugas membuat respons dan bertanggung jawab


menjaga fungsi tubuh agar tetap berjalan normal setelah munculnya ancam
Jadi, ketika ancaman sudah berlalu, sistem ini mulai bekerja untuk
memperlambat detak jantung, memperlambat pernapasan, mengurangi alir
darah ke otot dan lain-lain.
Gangguan Sistem Saraf

Penyakit saraf adalah gangguan atau kerusakan yang terja


sistem saraf manusia. Kondisi ini dapat memengaruhi kem
tubuh dalam mengatur serta mengoordinasikan seluruh ak
tubuh, mulai dari kemampuan fungsi kognitif, koordinasi
hingga suasana hati.
Terdapat berbagai macam penyakit saraf yang perlu
diwaspadai, di antaranya adalah :

•Alzheimer
•cerebral palsy
•bell’s palsy
•multiple sclerosis
•meningitis
•epilepsi
• Parkinson
•stroke.
1. Penyakit Alzheimer
Penyakit Alzheimer adalah gangguan pada sistem saraf manusia yang
menyebabkan penurunan daya ingat, kemampuan berpikir, serta perubahan
suasana hati. Penyakit Alzheimer merupakan salah satu penyakit
neurodegeneratif. Artinya, kondisi ini disebabkan oleh penurunan fungsi otak
yang dapat terjadi seiring dengan pertambahan usia.

Hingga saat ini, masih belum ditemukan metode pengobatan yang dapat menye
penyakit Alzheimer secara total. Namun, tindakan medis tetap diperlukan untu
memperlambat perkembangan penyakit, meringankan gejala, serta meningkatk
hidup penderitanya.

Adapun metode pengobatan yang dapat dilakukan untuk menangani penyakit A


adalah:
Konsumsi obat-obatan seperti penghambat kolinesterase untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi antar sel saraf (neuron) sehingga dapat membantu me
gejala-gejala penurunan fungsi kognitif.
Psikoterapi.
2. Cerebral Palsy
Cerebral palsy adalah penyakit saraf yang terjadi pada anak-anak dan dapat
memengaruhi kemampuan motorik serta koordinasi tubuh. Selain itu,
penderita cerebral palsy juga biasanya memiliki kecacatan intelektual,
masalah dalam penglihatan, pendengaran, dan pengucapan, serta masalah
dalam persendian dan tulang belakang.

Kondisi cerebral palsy ini disebabkan oleh masalah dalam perkembangan otak
anak masih berada di dalam kandungan.
Cerebral palsy adalah kondisi yang belum bisa disembuhkan dan akan berlang
seumur hidup. Namun, pengidap cerebral palsy dapat menjalani terapi yang da
membantu meningkatkan kualitas hidupnya, seperti terapi wicara, fisioterapi, s
rekreasi.
3. Bell’s Palsy
Bell's palsy merupakan kondisi medis berupa kelemahan atau kelumpuhan
pada otot-otot wajah. Kondisi ini diduga disebabkan oleh peradangan pada
saraf fasialis atau saraf ketujuh dari 12 pasang saraf kranial manusia. Adapun
beberapa kondisi yang dapat menyebabkan peradangan pada saraf fasialis dan
memicu terjadinya bell’s palsy adalah infeksi virus, infeksi telinga tengah
(otitis media), hingga paparan udara dingin.
4. Multiple Sclerosis
Multiple sclerosis adalah penyakit yang disebabkan oleh gangguan autoimun
yang mengakibatkan gangguan pada otak dan sumsum tulang belakang.
Kondisi ini dapat terjadi karena sistem imun tubuh secara keliru menyerang
mielin atau lapisan lemak yang melindungi serabut saraf pada tubuh.

Multiple sclerosis dapat menimbulkan gejala berupa mati rasa pada bagian
tubuh tertentu, kesulitan menjaga keseimbangan tubuh, hingga gangguan
penglihatan. Apabila tidak segera ditangani dengan tepat, multiple sclerosis
berisiko menimbulkan komplikasi serius, seperti kelumpuhan, gangguan
keseimbangan tubuh, gangguan penglihatan, depresi, epilepsi, hingga
kehilangan kontrol usus atau kandung
5. Meningitis
Meningitis adalah peradangan pada selaput pelindung otak dan saraf tulang
belakang (meninges). Kondisi ini dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri,
ataupun jamur yang berasal dari sinus, telinga, tenggorokan, dan rongga
mulut. Selain itu, pada beberapa kasus yang jarang terjadi, meningitis juga
dapat dipicu oleh operasi otak, penyakit autoimun, atau penggunaan obat-
obatan tertentu.

Apabila tidak segera ditangani dengan tepat, meningitis dapat menyebabkan


beberapa komplikasi serius, seperti hilangnya fungsi indra pendengaran,
epilepsi, gangguan daya ingat dan konsentrasi, gangguan pergerakan,
koordinasi, keseimbangan tubuh, dan gangguan penglihatan.
6. Epilepsi
Epilepsi adalah salah satu penyakit saraf yang terjadi akibat adanya aktivitas
listrik berlebihan di dalam otak. Kondisi ini dapat menyebabkan penderitanya
mengalami kejang berulang tanpa disertai pemicu yang jelas. Penyebab
epilepsi masih belum diketahui secara pasti. Namun, terdapat dugaan bahwa
epilepsi bisa dipicu oleh faktor genetik, cedera kepala, serta konsumsi
minuman beralkohol secara berlebihan.

7. Penyakit Parkinson
Penyakit Parkinson merupakan penyakit degenerasi saraf yang dapat
memengaruhi kemampuan tubuh dalam mengendalikan gerakan dan
keseimbangan tubuh. Penderita penyakit Parkinson biasanya akan mengalami
gejala berupa tremor, kaku otot, gerakan tubuh lambat, dan gangguan
koordinasi tubuh.
8. Stroke
Stroke adalah kondisi medis yang terjadi akibat penyumbatan atau pecahnya
pembuluh darah di sekitar otak yang menyebabkan terganggunya suplai darah
dan oksigen ke otak. Kondisi ini perlu mendapatkan penanganan medis
sesegera mungkin karena berisiko menyebabkan kerusakan otak permanen,
penurunan kesadaran, hingga kematian mendadak.

9. Neuropati Perifer
Neuropati perifer merupakan kerusakan pada saraf tepi atau saraf perifer yang
dapat menimbulkan gejala berupa kelemahan, nyeri, mati rasa pada kaki atau
tangan.
Adapun beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang
mengalami neuropati perifer adalah:
Cedera.
Obesitas.
Tekanan darah tinggi (hipertensi).
Diabetes.
Infeksi virus atau bakteri.
Penyakit autoimun, seperti lupus, sindrom Guillain-Barre, atau rheumat
arthritis.
Hipotiroidisme.
Penyakit ginjal.
Penyakit liver.

Kekurangan vitamin B1, vitamin B6, vitamin B12, atau vitamin E.


Merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
Beberapa jenis kanker seperti limfoma dan multiple myeloma.
Ada Pertanyaan?
T e r i m a
K a s i h

Anda mungkin juga menyukai