Anda di halaman 1dari 7

Nama : Thania Manusama

NIM:01501210210

Tugas: pre tugas week 1 FNA lecture

A. Sistem saraf pusat (Anatomi )

Sistem saraf pusat (SSP) meliputi otak (bahasa Latin: 'ensephalon') dan sumsum tulang belakang (bahasa
Latin: 'medulla spinalis'). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat
penting maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3
lapisan selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang disebut
meningitis.

Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:

 Durameter; terdiri dari dua lapisan, yang terluar bersatu dengan tengkorak sebagai endostium, dan
lapisan lain sebagai duramater yang mudah dilepaskan dari tulang kepala. Di antara tulang kepala
dengan duramater terdapat rongga epidural.
 Arachnoidea mater; disebut demikian karena bentuknya seperti sarang labah-labah. Di dalamnya
terdapat cairan yang disebut liquor cerebrospinalis; semacam cairan limfa yang mengisi sela sela
membran araknoid. Fungsi selaput arachnoidea adalah sebagai bantalan untuk melindungi otak
dari bahaya kerusakan mekanik.
 Piameter. Lapisan terdalam yang mempunyai bentuk disesuaikan dengan lipatan-lipatan
permukaan otak.

Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:

 badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)


 serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)
 sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam sistem saraf
pusat

Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya berbeda. Pada
otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian putih terletak di tengah.
Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan
bagian korteks berupa materi putih.

1. Otak

Otak adalah mesin pengendali utama dari segala fungsi tubuh. Seperti yang disebutkan di atas, organ ini
merupakan bagian dalam sistem saraf pusat manusia. Jika saraf pusat merupakan pusat kontrol tubuh,
maka otak adalah markas besarnya.

Otak terbagi ke dalam beberapa bagian dengan fungsinya masing-masing. Secara umum, bagian otak
terdiri dari otak besar, otak kecil, batang otak, serta bagian-bagian otak lainnya. Bagian-bagian ini
dilindungi oleh tengkorak dan selaput otak (meninges) dan dikelilingi oleh cairan serebrospinal untuk
menghindari terjadinya cedera otak.
 Otak besar (serebrum)

Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental, yaitu yang berkaitan dengan
kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan.

Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun
ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks otak besar yang berwarna kelabu terdapat
bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi
mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang
menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan,
membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah bagian yang
mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berpikir
(yaitu mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian
belakang.

 Otak tengah (mesensefalon)

Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat talamus dan
kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah
merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga
merupakan pusat pendengaran.

 Otak kecil (serebelum)

Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar,
keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan
sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.

 Sumsum sambung (medulla oblongata)

Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke otak.
Sumsum sambung juga memengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah,
volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan.

Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.

 Jembatan varol (pons varoli)

Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga
menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.

2. Sumsum tulang belakang (medula spinalis)

Sama dengan otak, sumsum tulang belakang juga merupakan bagian dari susunan saraf pusat. Sumsum
tulang belakang langsung terhubung ke otak melalui batang otak dan kemudian mengalir sepanjang ruas
tulang belakang.Saraf tulang belakang berperan dalam aktivitas sehari-hari dengan mengirimkan sinyal
dari otak ke bagian lain dari tubuh dan memerintahkan otot untuk bergerak. Selain itu, sumsum tulang
belakang juga menerima masukan sensorik dari tubuh, memprosesnya, dan mengirimkan informasi
tersebut ke otak.Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar berwarna putih,
sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna kelabu. Pada penampang melintang sumsum
tulang belakang ada bagian seperti sayap yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap
bawah disebut tanduk ventral. Impuls sensori dari reseptor dihantar masuk ke sumsum tulang belakang
melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum tulang belakang melalui tanduk ventral
menuju efektor. Pada tanduk dorsal terdapat badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang akan
menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan menghantarkannya ke saraf motor.

B. Sistem saraf tepi

Secara garis besar, fungsi saraf tepi adalah menghubungkan respon sistem saraf pusat ke organ tubuh dan
bagian lainnya di tubuh Anda. Saraf ini meluas dari saraf pusat ke area terluar tubuh sebagai jalur
penerimaan dan pengiriman rangsangan dari dan ke otak.

Masing-masing susunan saraf tepi, yaitu somatik dan otonom, memiliki fungsi yang berbeda. Berikut
adalah penjelasan mengenai fungsi dari bagian-bagian sistem saraf tepi:

 Sistem saraf somatik

Sistem saraf somatik bekerja dengan mengontrol semua hal yang Anda sadari dan secara sadar
memengaruhi respon tubuh, seperti menggerakkan lengan, kaki, dan bagian tubuh lainnya. Fungsi saraf
ini menyampaikan informasi sensorik dari kulit, organ indera, atau otot ke sistem saraf pusat. Selain itu,
saraf somatik juga membawa respons keluar dari otak untuk menghasilkan respon berupa gerakan.

 Sistem saraf otonom

Sebaliknya, sistem saraf otonom mengontrol aktivitas yang Anda lakukan secara tak sadar atau tanpa
perlu memikirkannya. Sistem ini terus menerus aktif untuk mengatur berbagai aktivitas, seperti bernapas,
detak jantung, dan proses metabolisme tubuh.

1. Nervus kranialis adalah 12 pasang saraf pada manusia yang mencuat dari otak, berbeda dari
saraf spinal yang mencuat dari sumsum tulang belakang. Saraf kranial merupakan bagian dari
sistem saraf sadar. Saraf kranial sendiri merupakan bagian dari sistem saraf tepi namun berlokasi
di dekat sistem saraf pusat yakni kranium/tengkorak. Sehingga sering kali mereka disalah
klasifikasikan.Saraf-saraf ini terhubung utamanya dengan struktur yang ada di kepala dan leher
manusia seperti mata, hidung, telinga, mulut dan lidah. Pasangan I dan II mencuat dari otak besar,
sementara yang lainnya mencuat dari batang otak.
2. Sistem saraf tepi atau sistem saraf perifer adalah bagian dari sistem saraf yang di dalam sarafnya
terdiri dari sel-sel yang membawa informasi ke (sel saraf sensorik) dan dari (sel saraf motorik)
sistem saraf pusat (SSP), yang terletak di luar otak dan sumsum tulang belakang.Sel-sel sistem
saraf sensorik mengirimkan informasi ke Sistem saraf pusat dari organ-organ internal atau dari
rangsangan eksternal. Sel-sel sistem saraf motorik tersebut membawa informasi dari SSP ke
organ, otot, dan kelenjar. Sistem saraf tepi dibagai menjadi dua cabang yaitu sistem saraf somatik
dan sistem saraf otonom. Sistem saraf somatik terutama merupakan sistem motorik, yang semua
sistem saraf ke otot, sedangkan sistem otonom merupakan adalah sistem saraf yang mewakili
persarafan motorik dari otot polos, otot jantung dan sel-sel kelenjar. Sistem otonom ini terdiri dari
dua komponen fisiologis dan anatomis yang berbeda, yang saling bertentangan yaitu sistem
simpatik dan parasimpatik.

Pemeriksaan refleks fisiologis merupakan suatu prosedur diagnostik yang rutin dilakukan untuk
menilai mengevaluasi fungsi sensorimotor pada tubuh. Pemeriksaan ini tergabung pada pemeriksaan
neurologi lengkap. Pemeriksaan yang dilakukan untuk menemukan lesi pada lower motor neuron
(LMN) seperti cauda equina syndrome atau Guillain-Barre syndrome. Maupun lesi pada Upper motor
neuron (UMN) seperti traumatic brain injury maupun stroke. Pemeriksaan ini merupakan
pemeriksaan yang sederhana, namun dapat memberikan informasi untuk membantu menegakkan
diagnosa adanya gangguan pada sistem saraf..Pada gangguan saraf, hasil pemeriksaan refleks dapat
memberikan hasil normal, meningkat (hiperrefleks), menurun (hiporefleks) atau tidak ada refleks
sama sekali. Jika hasil pemeriksaan menunjukan refleks menurun, perlu dicurigai bahwa terjadi
gangguan pada lengkung refleks (serabut saraf sensorik, materi abu-abu pada sumsum tulang
belakang, maupun serabut saraf motorik). Serabut saraf motorik (sel tanduk anterior dan akson
motoriknya yang melalui akar ventral dan saraf tepi) disebut sebagai LMN yang dapat memberi hasil
penurunan refleks. Sementara itu, lengkung motorik yang menurun dari korteks serebral dan batang
otak disebut sebagai UMN yang menghasilkan adanya peningkatan refleks di sumsum tulang
belakang dengan mengurangi hambatan tonik pada segmen sumsum tulang belakang . Hasil
interpretasi refleks fisiologis dapat ditemukan adanya suatu patologi, seperti:

 Hiperrefleks menandakan adanya lesi pada UMN, beberapa penyakit yang berkaitan adalah
multiple sclerosis, tumor kepala, stroke, defisiensi vitamin B12, amyotrophic lateral sclerosis
 Hiporefleks menandakan adanya lesi pada LMN, beberapa penyakit yang berkaitan adalah
neuropati perifer, poliomielitis, amyotrophic lateral sclerosis

C. Refleks spinal: refleks tendon dalam


Pada pemeriksaan refleks superfisial, perangsangan dilakukan pada area kulit atau membran
mukosa dengan rangsangan sentuhan. Dengan pengecualian pada pemeriksaan refleks cahaya
pupil, dimana stimulasi menggunakan cahaya yang disinarkan ke pupil mata. Refleks superfisial
yang dimediasi oleh saraf kranial memiliki karakteristik konsensual, dengan respon bilateral
terhadap stimulus unilateral.Bila dibandingkan dengan pemeriksaan-pemeriksaan lain, seperti
misalnya pada pemeriksaan sensibilitas, pemeriksaan refleks kurang bergantung pada kerjasama
pasien, karena dapat dilakukan pula pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran, bayi,
anak, pasien yang memiliki intelegensi rendah dan pada pasien yang gelisah. Hal ini menunjukan
bahwa pemeriksaan refleks penting nilainya dan bersifat objektif. Pemeriksaan refleks turut
berkontribusi dalam menegakkan diagnosis berbagai kasus gangguan neuromuskular, dengan
memberikan informasi diagnostik yang terlokalisir sehingga membantu memutuskan apakah
memerlukan rujukan kepada spesialis saraf, bedah saraf, dan ortopedi. Pemeriksaan refleks
fisiologis terbagi menjadi refleks dalam, disebut juga sebagai refleks regang otot, refleks tendon,
refleks periostal, refleks miotatik dan refleks fisiologis, serta refleks superfisial. Untuk
melakukan pemeriksaan refleks diperlukan alat pemeriksaan khusus yaitu palu refleks, yang akan
digunakan untuk mengetuk tendon dari tiap refleks yang akan diperiksa. Tendon (juga disebut
sinew atau urat) adalah sekumpulan jaringan ikat berserat kuat yang menghubungkan jaringan
otot dengan tulang. Jaringan ini cukup kuat untuk menahan tegangan. Jaringan tendon sangat
mirip dengan ligamen dan fascia; ketiganya terbuat dari kolagen. Ligamen menghubungkan
tulang dengan tulang lain; fasciae menghubungkan otot dengan otot. Tendon dan otot bekerja
sama untuk menggerakkan kerangka tubuh.
D. Lintasan motoric
Saraf motorik merupakan kumpulan saraf di otak, tulang belakang, dan jaringan otot yang
mengatur fungsi pergerakan otot tubuh. Kerja saraf motorik memungkinkan tubuh seseorang
untuk melakukan berbagai aktivitas. Saraf motorik atas berfungsi mengirim sinyal dari otak ke
sumsum tulang belakang, sedangkan saraf motorik bawah melanjutkan sinyal yang dikirim dari
otak ke seluruh saraf-saraf pada otot.Sinyal yang dikirim tadi berfungsi untuk mengatur gerakan
otot, mulai dari berjalan, berbicara, menggenggam, menelan sampai bernapas. Jika fungsi saraf
motorik ini terganggu, maka penderita akan kesulitan dalam melakukan aktivitas
tersebut.Penyebab Penyakit Saraf Motorik:
 Amyotrophic lateral sclerosis (ALS)
ALS atau Lou Gehrig’s disease adalah jenis penyakit saraf motorik yang menyerang saraf
motorik atas dan bawah. Belum diketahui apa yang menyebabkan ALS, tetapi ada dugaan
kondisi ini terkait dengan faktor genetik, keturunan, dan lingkungan.
 Primary lateral sclerosis (PLS)
PLS adalah jenis penyakit saraf motorik yang menyerang saraf motorik atas. Belum
diketahui apa yang menyebabkan PLS pada orang dewasa. Namun, pada anak-anak,
penyakit ini disebabkan oleh mutasi pada gen ALS2, yaitu gen penghasil protein yang
dibutuhkan sel saraf motorik atas agar dapat bekerja dengan baik.
 Progressive muscular atrophy (PMA)
PMA menyerang saraf motorik bawah dan sampai saat ini belum diketahui penyebabnya.
Penyakit ini lebih sering terjadi pada pria.
 Spinal muscular atrophy (SMA)
SMA disebabkan oleh kelainan pada gen SMN1, yaitu gen penghasil protein yang
penting bagi kelangsungan hidup sel saraf motorik. SMA merupakan penyakit saraf
motorik yang menyerang saraf motorik bawah.
 Progressive bulbar palsy (PBP)
PBP menyerang saraf motorik bawah yang terhubung dengan batang otak. Belum
diketahui apa yang menyebabkan progressive bulbar palsy pada orang dewasa, tetapi
pada anak-anak, PBP disebabkan oleh mutasi pada gen SLC52A.
SLC52A sendiri merupakan gen yang memberikan instruksi ke tubuh untuk
memproduksi protein yang dibutuhkan saraf motorik bawah untuk bisa berfungsi dengan
baik.
 Pseudobulbar palsy
Pseudobulbar palsy disebabkan oleh gangguan pada saraf yang membawa sinyal dari
cerebral cortex ke area batang otak bagian bawah.
 Penyakit Kennedy

Penyakit Kennedy merupakan jenis penyakit saraf motorik yang menyerang saraf
motorik bawah. Penyakit ini disebabkan oleh mutasi gen AR di kromosom X yang diturunkan
dari orang tua.
 Sindrom pascapolio

Sindrom pascapoliso terjadi ketika sel saraf yang sudah lemah akibat penyakit polio
menjadi rusak akibat proses penuaan atau penyakit lain.

perkembangan motorik diartikan sebagai perkembangan dari unsur kematangan pengendalian gerak tubuh
dan otak sebagai pusat gerak. Gerak ini secara jelas dibedakan menjadi gerak kasar dan halus.

E. Lintasan sensorik
Pengertian sensorik yaitu kecakapan atau kemampuan sensorik merupakan suatu keterampilan
yang berhubungan dengan fungsi pada semua indra di dalam tubuh.Sementara sel saraf sensorik
sendiri ialah sebuah sel saraf yang berguna untuk menerima rangsangan dari reseptor atau
penerima rangsangan yakni panca indra. Sedangkan sel saraf motorik merupakan sel saraf yang
memiliki fungsi untuk menghantar rangsangan ke efektor seperti kelenjar dan otot, rangsangan ini
bersumber sumsum tulang belakang dan otak.Dan sel saraf sensorik ini masuk dalam sistem saraf
tepi. Pada sistem saraf pusat ini berada di dalam sumsum tulang belakang dan otak, keberadaan
sistem saraf tepi ini sendiri ada di luar lokasi itu.
 Sensorik atau reseptor yaitu suatu organ atau sel yang berguna untuk menerima stimulus
atau rangsang. Dengan menggunakan alat ini sistem saraf mengenali perubahan dari
beragam bentuk energi, baik itu pada lingkungan sekitar di dalam ataupun luar. Tiap
sensoris mampu deteksi mentranduksi dan stimulus serta fisik ke saraf.
 – Exteroceptor yakni sebuah perasaan tubuh pada permukaan kulit, berupa sensasi raba,
nyeri, dan suhu.
– Proprioseptor merupakan suatu perasaan tubuh bagian dalam, yakni di tendo, otot, dan
sendi.
– Interoseptor adalah perasaan badan di alat viscera atau alat-alat bagian dalam, misalnya
usus, jantung, lambung, dan organ lainnya.
 Photoreceptor : Organisme penerima sensorik ini dapat mendeteksi adanya perubahan
cahaya yang dilakukan oleh sel photoreceptor di bagian retina mata.
Mekanoreseptor :Sebuah kelompok reseptor sensorik untuk menemukan sebuah
perubahan tekanan, alat pendeteksi sentuhan atau rasa raba atau sentuhan, mengamati
tegangan di pembuluh darah. Lokasi Mekanoreseptor ada di otot rangka, kulit, persendian
dan di organ visceral. Misalnya;
– Corpus Meissner reseptor ini untuk sentuhan atau rasa raba yang ringan.

– Corpus Merkel dan badan Paccini reseptor untuk sentuhan tekanan dan kasar.

Thermoreceptor:Sementara penerima sensorik ini untuk menemukan perubahan suhu.


Contoh, pada bulbus Krause untuk mendeteksi suhu dingin dan akhiran Ruffini untuk
deteksi suhu panas.
Nociseptor:Pendeteksian oleh reseptor sensorik ini dapat merasakan nyeri dan merespon
tekanan yang diciptakan oleh kerusakan jaringan yang disebabkan trauma kimia ataupun
fisik. Contoh untuk rasa nyeri reseptornya adalah akhiran saraf bebas dan untuk tekanan
ada pada corpusculum Golgi.
Chemoreseptor :Jenis reseptor Kemoreseptor ini akan mendeteksi sebuah rangsang
kimia, seperti bau-bauan yang diterima hidung oleh sel reseptor olfaktorius, rasa
makanan yang dikecap lidah, reseptor kimiawi untuk mendeteksi oksigen dalam
pembuluh darah, untuk mendeteksi perubahan osmolalitas cairan darah ada pada
osmoreseptor, dan menemukan perubahan kadar gula darah yakni gluco reseptor di
hipotalamus.
 Adapun fungsi dari saraf sensorik ialah untuk membawa sebuah sinyal dari suatu
organ yang memberi respon terhadap rangsangan menuju sumsum tulang belakang dan
juga otak. Informasi yang berjalan dari satu poin ke poin lain ini disampaikan
menggunakan sistem saraf pusat.Semua sel saraf yang terkait dalam pembentukan saraf
sensorik umumnya diketahui sebagai neuron sensorik. Dan hal ini adalah neuron tertentu
atau salah satu neuron dari tiga jenis neuron yang terdeteksi pada tubuh. Sedangkan
kedua neuron lain yang disebut dengan intermediet atau neuron relay dan saraf motorik.
Neuron relay akan membawa pesan dari bagian dalam sistem saraf pusat yang lain,
kemudian neuron motorik membawa sinyal yang berasal dari sistem saraf pusat ke
efektor, dimana organ ini memiliki efek tertentu pada saat dirangsang.
Pesan atau rasa raba yang disampaikan selama proses umumnya dinamakan dengan
impuls dan impuls ini dikirim sepanjang rute neuron dengan muatan listrik yang melaju
melintasi membran pada sel saraf.

References

Referensi: Christopher & Dana Reeve Foundation. 2020. Brain Injury Association. 202. Brain Injury
Overview. Accessed October 27, 2020. The University of Queensland. 2020. Peripheral nervous system.
The University of Queensland. 2020. The spinal cord. Science Olympiad. 2020. The Nervous System.
"Sistem Saraf Parifer dalam Kamus Kesahatan". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-08-20. Diakses
tanggal 18 Juni 2014. 12 Pasang saraf kranial". Diakses tanggal 18 Juni 2014. Lees A, Hurwitz B. Testing
The Reflexes, 2019, The British Medical Journal; 366:14830. Akinrodoye, M.A. & Lui, F. NCBI Bookshelf
(2020). Neuroanatomy, Somatic Nervous System. Ludwig, P.E., Reddy, V., & Varacallo, M. NCBI
Bookshelf (2020). Neuroanatomy, Central Nervous System (CNS).

Grabler, et al. (2018). Death Anxiety and Depression in Amyotrophic Lateral Sclerosis Patients and Their
Primary Caregivers. Frontiers in Neurology, 9, pp. 1035. Shing, et al. (2019). Post-polio Syndrome: More
Than Just a Lower Motor Neuron Disease. Frontiers in Neurology, 10(773), pp. 1–14. Pressman, P.
Verywell Health (2020). Types of Motor Neuron Diseases.WebMD (2018). What Are Motor Neuron
Diseases?. Teresa. (2016). Child Development And Education. Boston. Pearson Education.

Anda mungkin juga menyukai