Anda di halaman 1dari 3

GEREJA YANG MEMPERBARUI DIRI

A. TUGAS GEREJA DI MASA MODERN

Tugas Gereja dari zaman Para Rasul (Gereja Mula-Mula) sampai zaman modern ini tetap
sama. Gereja bertugas menyampaikan kasih Tuhan kepada umat. Janji tetang keselamatan yang
diberikan Tuhan kepada umat manusia adalah tugas utama gereja.

Sejalan dengan perjalanan perkembangan zaman dewasa ini. Umat-umat Kristen


khususnya semakin pintar, cerdas, dan kreatif., untuk menjawab semua petanyaan itu Gereja harus
selalu wajib menyelidiki tanda-tanda zaman dan menafsirkannya dalam cahaya Injil. Gereja percaya,
bahwa kunci, pusat dan tujuan seluruh sejarah manusia terdapat pada Tuhan. Selain itu Gereja menyatakan,
bahwa dibalik segala perubahan ada banyak hal yang tidak berubah, dan yang mempunyai dasarnya
yang terdalam pada diri Kristus, Dia yang tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai
selama-lamanya.

B. TANTANGAN GEREJA DI MASA MODERN


Secara garis besar ada 3 tantangan yang dihadapi gereja pada masa kini.
1. Tantangan secara Eksternal

Adanya zaman postmodern pada era baru yang memunculkan moralitas baru dengan
standar pribadi, seperti
LGBT, homoseksual dan poligami. Standar pribadi tersebut telah menjadi agama baru
menggantikan kekristenan. Hal ini bertentangan dengan rancangan Tuhan dalam penciptaan
Manusia (Kejadian 2:18).
Isu-isu radikalisme agama, seperti propaganda, terorisme dan berbagai gerakan yang
dilakukan oleh sekelompok orang yang tega bertindak ekstrim. Hal ini seolah-olah menyudutkan
setiap gereja. Tidak hanya itu, hal ini juga memunculkan gejala intoleransi dan fanatisme agama
serta ekslusivisme yang berlebihan dalam hubungan sosial keagamaan di masyarakat. Saat ini,
banyak pemuda – pemudi Kristen mudah terjebak pada kesesatan informasi, provokasi, dan berita
palsu yang menjadi viral di media sosial. Sehingga mereka dapat menjadi sasaran utama
rekrutmen kelompok radikal yang mengembangkan jaringan

 Maraknya berbagai ajaran sesat dan bidat yang memiliki aliran-aliran sesat, seperti Gnostik,
Mormonisme, Christian Science, Saksi Yehova dan sebagainya. Hal ini bertentangan dengan
peringatan Yesus terhadap murid-muridNya (Matius 24:3-14; 1 Timotius 1:3; Roma 16:17).
 Penganiayaan terhadap orang-orang Kristen dianggap sebagai antisosial dan penyebab
kerusuhan. Seperti yang dikisahkan tentang penganaiyaan terhadap Stefanus (martir Kristen)
dan sejumlah jemaat Yerusalem (Kisah Para Rasul 7:54-8:3).
 Manusia yang semakin pandai dan hidup merasa seakan-akan tidak lagi membutuhkan Tuhan.
Hal ini bertentangan dengan kehendak Allah (Roma 12:16 “tetapi arahkanlah dirimu kepada
perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!”).
 Kehampaan hidup seringkali terjadi, meski diisi dengan berbagai kecanggihan peradaban
dunia. Contohnya adalah banyak gereja mencerminkan dunia dengan secara pragmatis
menghalalkan segala cara. Hal tersebut bertentangan dengan jemaat di Sardis telah menjaga
reputasi mereka dengan cara kompromi (Wahyu 3:4-6).

2. Tantangan secara Internal


Perpecahan gereja karena masalah uang, beda penafsiran, perbedaan kepentingan
kelompok dan sebagainya (1 Korintus 3: 3). Perpecahan harus terjadi untuk melihat siapakah
yang tahan uji. Tetapi, jangan sampai kitalah yang menjadi sumber perpecahan itu. Kita harus
ingat sebenarnya Yesus tidak menghendaki perpecahan (Matius 12:25).

3. Tantangan Individualisme
Manusia super sibuk dengan dunianya masing-masing. Contohnya adalah generasi
millennial sering bergantung pada alat gadget tercanggih. Sehingga gadget sudah menjadi alat
‘berhala’ model baru. Terlihat dari setiap jemaat jarang membawa printed bible sebab Alkitabnya
sudah menjadi digital bible di HP atau Ipad. Bahkan lebih menyedihkan selama kebaktian
berlangsung, mereka tetap bermain media sosial, seperti Facebook, Instagram, dan sebagainya.
Inilah permulaan hedonisme dan materialisme yang sering dilakukan oleh orang Kristen
(Yakobus 4:1 – 5:6; 1 Yohanes 2 : 15-17).
Tidak ada kasih persaudaraan yang mempengaruhi persaingan individu bahkan antar
bangsa. Contohnya adalah perzinahan dan perceraian. Banyak yang tidak peduli terhadap sesama
dan tidak berkomitmen untuk memprioritaskan Alkitab sebagai pedoman utama dalam hidup
mereka.

C. GEREJA HARUS TERUS MEMPERBARUI DIRI

Kita sebagai anak Tuhan harus melakukan transformasi hati yang sesuai dengan pandangan John
Stott yang berisi “The heart of human problem is the problem of the human heart”. Caranya untuk
melakukan transformasi hati, diantaranya:

1. Perlu kerelaan hati untuk kembali dibentuk oleh Tuhan walaupun prosesnya tidak
mudah. Kita perlu berdiam diri di hadapan Tuhan untuk meminta Tuhan mengubah hati
kita. Meskipun kita sebagai gereja memiliki cacatnya, namun kita akan dibentuk kembali
oleh Roh Kudus pada saat kita datang kepada Tuhan. Harus mengejar apa yang
mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun (Roma 14:19).
2. Memberitakan Injil kepada siapa saja yang belum percaya. Memberitakan Injl adalah
sebuah keharusan dan kewajiban bagi orang percaya untuk kemuliaan Tuhan bukan untuk
kemegahan diri (1 Korintus 9:16) supaya kita bisa mengerti maksud dan rencana Tuhan
(Matius 28: 19).
3. Harus bersatu dan sehati sepikir dengan sesame umat Tuhan (1 Korintus 1:10-17; 1
Korintus 3:9). Tetapi pergunakanlah karunia yang ada pada kita untuk membangun tubuh
kristus. Untuk membangun jemaat, kita adalah tubuh Kristus dan Kristus adalah kepalanya
(1 Korintus 12:27; Efesus 5:30; 2 Timotius 2:24).

Gereja harus tidak pernah bosan untuk terus mengingatkan jemaatnya dimana setiap manuasi harus
berperilaku yang benar atas gadget, yaitu secara regular dan indah jika kita menyingkirkan gadget
dan berkomunikasi verbal dengan keluarga kita di rumah atau dengan sesama di tempat lain.
Walaupun kesulitan dan tantangan yang sering dihadapi, kita harus tetap setia menjalankan perintah-
Nya dengan memiliki hati yang peka terhadap sesama dan memiliki jiwa yang tulus agar siapa saja
ingin bertobat dan diselamatkan kemudian mendapatkan keselamatan, yang merupakan anugerah
Tuhan (Yohanes 3:16; 1 Timotius 2:4; 2 Petrus 3:9).

Anda mungkin juga menyukai