Anda di halaman 1dari 31

HUKUM PRANATA

Nama Kelompok :
Royke Ferdinan_023
Supriyadi_010
Zahra Artanti_011

Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda


Kalimantan Timur
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang mana telah memberikan kita
berkah dan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan sebuah laporan ini
dengan tepat waktu.
Dengan ini kami mempersembahkan laporan ini dengan penuh terima kasih dan
semoga Allah SWT memberkahi laporan ini.
1. Pemanfaatan bangunan TK terhadap fungsi bangunan
a. Fungsi Bangunan TK
Taman Kanak Kanak yang di sebut juga dengan TK adalah salah satu
bentuk satuan PAUD pada jalur pendidikan formal menyelenggarakan
program pendidikan bagi anak berusia 4 tahun sampai dengan 6 tahun
dengan prioritas usua 5 tahun.
Kita harus memperhatikan standar bangunan dan ukuran ruangnya, secara
teknis edukatif juga masih banyak bangunan dan sarana pembelajaran
yang belum memenuhi syarat dan ketentuan undang-undang yang
berlaku, maka pengembangan standar bangunan sangat penting agar
fungsinya sebagai wadah pendidikan anak usia dini dapat di jalankan
dengan sebagaik baiknnya.
b. Pemanfaatan setiap ruang dalam bangunan
Analisis kebutuhan dan persyaratan teknis bangunan Taman Kanak-
Kanak mengikuti ketentuan yang berlaku tentang
(1) Aspek wilayah dan kawasan yang mengacu pada : Undang- Undang
No 24 tahun 1992 tentang penataan ruang, SNI 03-1728-1989 tentang
tata cara pelaksanaan mendirikan bangunan gedung
(2) Aspek arsitektur/Konstruksi dan keselamatan yang mengacu pada
(a) SNI 03-1730-1989 tentang tata cara perencanaan gedung
(b) Keputusan mentri pekerja umum No. 441/KPTS/M/1998 tentang
persyaratan teknis bangunan gedung
(c) Keputusan mentri pemukiman dan prasarana wilayah No.
332/KPTS/M/2002 tanggal 21 agustus No 2002 tentang pendoman
teknis pembangunan bangunan Gedung Negara
(d) SNI 03-1735-1989 tentang tata cara perencanaan bangunan dan
lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran
(e) SNI 04-0225-1987 tentang peraturan umum instalasi listrik
(f) SNI 03-1726-1989 tentang pendoman perencanaan ketahanan
gedung rumah dan gedung
(g) SNI 03-1734-1989 tentang tata cara perencanaan beton bertulang
untuk rumah dan gedung.
(h) SNI 03-3528-1994 tentang pengawetan kayu untuk perumahan dan
gedung.
(i) SNI 03-3990-1995 tentang tata cara intalasi penangkalan petir
untuk bangunan, serta
(j) Peraturan daerah setempat tentang bangunan.
c. Pemanfaatan setiap ruang dalam bangunan
 Standar Ruang Kelas
Fungsi ruang kelas TK adalah tempat belajar seraya bermain atau bermain
sambil belajar dengan suasana yang aman, nyaman, dan menyenangkan. Ruang
kelas harus mempunyai akses langsung terhadap ruang-ruang pendukung belajar
lainnya dengan kriteria penempatan ruang kelas yang tenang dan terhindar dari
semua bentuk aktivitas aktif yang dapat menimbulkan gangguan suara. Kriteria
perencanaannya adalah sebagai berikut:
a. Luas ruang: 8  8 m2 = 64 m2 .
b. Ruang kelas untuk daya tampung maksimum 25 anak.
c. Ketinggian langit-langit ruangan maksimum 3,50 m.
d. Jendela minimum 20% luas lantai ruangan untuk mendapatkan pencahayaan
alami yang baik.
e. Luas ventilasi udara minimum 7% dari luas lantai ruang.
f. Pintu, jendela, dan kusen dibuat dari bahan berkualitas baik.
g. Pintu terdiri dari 2 daun membuka keluar dengan lebar minimum 150 cm dan
tersedia pintu penghubung antar ruang (connecting door) dengan lebar
minimum 90 cm.
h. Dilengkapi tata letak (layout) perabot yang terdiri dari: meja dan kursi anak
didik, meja dan kursi guru, papan tulis, papan penempelan hasil karya anak
didik, lemari, book shelves/ office cabinet, dan loker.
i. Di depan ruang kelas terdapat tempat cuci tangan dan kaki.
j. Dihindari penggunaan jenis bahan lantai yang licin.
k. Dilengkapi dengan lampu penerangan yang cukup dan minimal terdapat 2
stopkontak.
 Standar Ruang Kepala Taman Kanak-Kanak
Ruang kepala TK dipergunakan sebagai ruang kerja. Kriteria perancangannya
adalah sebagai berikut: a. Ukuran luas ruang: 5  4 m2 = 20 m2.
b. Tata letak ruang dekat dengan ruang tata usaha, ruang guru, dan area pintu
masuk utama.
c. Mudah dicapai dari pintu masuk utama sekolah.
d. Ruang dilengkapi dengan penerangan lampu dan stopkontak yang cukup.
e. Terdapat jaringan telepon.
 Standar Ruang Guru
Ruang guru berfungsi sebagai ruang kerja guru untuk mempersiapkan bahan
mengajar. Kriteria perancangannya adalah sebagai berikut:
a. Luas ruang: 6  4 m 2 = 24 m2.
b. Tata letak ruang dekat dengan ruang kepala TK dan ruang tata usaha.
c. Mudah dicapai dari area pintu masuk utama sekolah.
d. Ruangan dilengkapi dengan penerangan lampu dan stopkontak yang cukup. e.
Terdapat jaringan telepon.
 Standar Ruang Tata Usaha
Ruang tata usaha berfungsi sebagai ruang kerja tenaga tata usaha untuk
melaksanakan tugas administratif yang berkaitan dengan pelaksanaan
pendidikan dan anak didik. Kriteria perancangannya adalah sebagai berikut:
a. Luas ruang: 5  4 m 2 = 20 m2.
b. Tata letak ruang dekat dengan ruang kepala TK dan ruang guru.
c. Terdapat kursi dan meja kerja, filling cabinet, komputer dan/atau mesin ketik.
d. Ruangan dilengkapi dengan penerangan lampu dan stopkontak yang cukup.
 Standar Ruang UKS
Ruang kesehatan sekolah berfungsi sebagai ruang pelayanan kesehatan bagi
anak didik, baik yang dilakukan sekolah maupun instansi kesehatan lainnya.
Kriteria perancangannya adalah sebagai berikut:
a. Luas ruang: 4 x 4 m2 = 16 m2.
b. Tata letak ruang mudah dijangkau dari pintu masuk utama dan dari ruang
lainnya.
c. Terdapat kursi dan meja tenaga medis, dua tempat tidur, wastafel, filling
cabinet, dan lemari obat yang dapat dikunci.
 Standar Ruang Gudang
Gudang TK berfungsi sebagai ruang penyimpanan barang sekolah.
Jumlah gudang untuk TK sebanyak 1 ruang dengan ukuran 4  4 m2 = 16 m2.
 Standar Kamar Penjaga
Kamar penjaga berfungsi sebagai tempat istirahat bagi penjaga, baik siang
maupun malam, untuk menjaga keamanan TK. Kriteria perancangannya adalah:
a. Luas ruang: 4  4 m2 = 16 m2.
b. Tata letak ruang dekat dengan gudang atau terletak di belakang/samping
gedung TK.
c. Ruangan dilengkapi dengan penerangan lampu dan stopkontak yang cukup.
 Standar Kamar Mandi/Toilet Guru (Orang Dewasa)
KM/WC sebanyak 1 ruang untuk kepala TK, 1 ruang untuk guru dan staf
dengan luas masing-masing 2  2 m2 = 4 m2. Setiap KM/WC dilengkapi
dengan kloset, bak air, 1 wastafel, dan cermin.
 Standar Kamar Mandi/Toilet Anak
Kriteria perancangannya adalah sebagai berikut: a. Jumlah KM/WC 6 buah,
yang terdiri dari:
satu KM/WC laki-laki seluas 4 m2, satu KM/WC perempuan seluas 4 m2, dan
empat WC seluas 16 m2 yang masing-masing dilengkapi dengan kloset dan bak
air.
b. Ukuran ketinggian dari kelengkapan KM/WC disesuaikan dengan ukuran
fisik anak.
c. Tata letak mudah dijangkau dari ruang kelas dengan tujuan untuk
memudahkan dalam pengawasan dan pemeliharaan.
d. Ruang dilengkapi dengan lampu penerangan yang cukup.
e. Jenis keramik lantai tidak licin.
f. Luas ventilasi yang cukup untuk sirkulasi udara.
g. Pintu kamar mandi dari bahan kedap air.
No Nama ruang Fungsi ruang Dimensi Aktivitas Zona
ruang m2
1. Gudang Penyimpanan 4 x 4 m2 Menaruh Privat
barang barang
2. Kamar penjaga Tempat 4 x 4 m2 Istirahat Privat
istirahat bagi
penjaga
3. Wc guru Buang air 2 x 2 m2 BAB/BAK Publik
4. Wc anak Buang air 4 x 4 m2 BAB/BAK Publik
5. Ruang kelas (a) Tempat 8 x 8 m2 Belajar/bermain Publik
belajar
6. Ruang kelas (b) Tempat 8 x 8 m2 Belajar/bermain Publik
belajar
7. Ruang bermain Tempat 8 x 8 m2 Bermain Publik
bermain
8. Ruang guru Tempat 6 x 4 m2 Mempersiapkan Semi
bekerja bahan mengajar privat
9. Ruang tata Tempat 5 x 4 m2 Melaksanakan Semi
usaha bekerja tugas privat
administratif
10. Ruang Tempat 4 x 4 m2 Mengobati Semi
kesehatan pelayanan pasien privat
(UKS) kesehatan
11. Dapur Tempat 4 x 4 m2 Memasak Semi
membuat privat
makanan

Pada keterangan table diatas total luas ruangan dalam bangunan yaitu; 304 m2.
d. Pemanfaatan ruang pada luar persil bangunan

No Jenis pemanfaatan Dimensi Posisi Matrial


ruang
1. Taman bermain 12 x 10 m2 Di depan bangunan Rumput
gedung gajah mini,
pasir,
pohon
ketapang
2. Ruang tunggu terbuka 4 x 4 m2 Di depan bangunan Keramik
gedung kasar.

Sesuai dengan lokasi bangunan yang akan kami bangun terletak di jl.kahoi
no.11 di daerah pemukiman dengan kepadatan rendah sehingga kami dapat
menyesuaikan KDB dan KDH sesuia dengan peraturan pp no.16 thn 2021
sesuai dengan peraturan di atas, bisa menghitung KDB dan KDH dapat di
jelaskan pada berikut ini:
Luas lahan = KDB + KDH (100%= 40+60%) kepadatan penduduk rendah
790 = 304 + 486 m2
KDB = 304 m2
KDH = 486 m2
(Tertuang pada pp no. 21 thn 2021tentang penataan ruang, ruang hijau. Permen
ART/BPN no. 17 thn 2017 tentang audit tata ruang).

2. Intensitas bangunan gedung


Peraturan mentri pekerjaan umum no. 29/PRT/M/2006 tentang
persyaratan bangunan gedung.
Acuan perencanaan untuk menentukan atau mengetahui GSP dan GSB
semua perencanaan yang telah di ataur pada site.
a. Luas total lantai bangunan gedung
b. Jumlah lantai bangunan (1 lantai)
c. Ketinggian bangunan gedung (+3,75)
d. Luas daerah hijau dalam persil (486 m2)
e. Jarak sepadan bangunan gedung terhadap jalan (16 m)
f. Jarak bangunan gedung dengan batas persil (4 m)
g. Jarak antar bangunan gedung (6 m)
3. Persyaratan arsitektur bangunan gudang
a. Penampilan bangunan gedung
 Bentuk bangunan gedung
Bentuk bangunan gedung di bentuk sedemikian rupa sehingga setiap
ruang di mungkinkan mencakup konsep banguan gedung TK

 Bentuk denah bangunan gedung


 Tampak bangunan

 Bentuk dan penutup atap bangunan gedung


 Profil, detail, matrial, dan warna bangunan

b. Tata ruang dalam bangunan gedung


Ruang ruang di desain dalam konsep yang sesuai dengan kebutuhan yang
di perlukan saat sedang melakukan aktifitas dalam bangunan.

 Kebutuhan ruang utama


1.Ruang kelas
2.Ruang bermain didalam

4. Pemenuhan persyaratan pengendalian dampak lingkungan

Peruntukan lahan yang akan di guanakan harus jelas dengan mengacu


pada rencana detail tata ruang kota yang di keluarkan oleh pemerintah
daerah setempat. Syarat-syarat peruntukan lahan di sesuaikan dengan
peraturan-peraturan yang memuat :
1.) ketentuan penataan bangunan, yaitu koefisien dasar bangunan (KDB),
koefisien lantai bangunan (KLB), koefisien daerah hijau (KDH), garis
sempadan bangunan(GSB),dan rencana jalan.
2.) Peta lokasi tanah atau lahan.
3.) Data tanah, dan;
4.) Peruntukan.

Lahan dilengkapi surat keterangan dari intansi terkait setempat yang di


jelaskan bahwa lokasi tanah tersebut sesuai dengan rencana detail tata
ruang kota dan dapat di bangun bangunan gedung sekolah.
Topografi tapak harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Permukaan tanah relative cukup datar.
b. Lahan tidak dekat dengan lereng sungai.
c. Dalam lokasi tidak terdapat tebing curam.
d. Permukaan tanah emungkinkan hidupnya vegetasi.
e. Tapak tidak merupakan hutan lindung.
f. Tapak tidak merupakan daerah resapan air.
g. Tapak tidak merupakan daerah kuburan.
h. Tapak tidak boleh di daerah keramat.
Bentuk tapak ideal adalah berbentuk segiempat atau empat persegi
panjang atau bentuk lain yang mendekati, dengan ukuran panjangdan
lebar yang proporsional. Luas tapak disesuaikan dengan Taman Kanak-
kanak (TK) yang akan di bangun, dengan mengantisipasi rencana
pengembang. Ruang terbuka dapat di fungsikan sebagai lapangan
upacara,tempat bermain dan kegiatan belajar di luar kelas.

Kondisi tanah,meliputi:
1.) Tapak yang ideal berupa tanah darat atau tanah bekas kebun/lading
2.) Tapak yang berupa sawah atau tanah rawa atau bekas rawa harus siap
di bangun tanpa perlakuan khusus
3.) Tapak tidak berupa tanah bekas timbunan sawah atau bekas limbah
kimia
4.) Kondisi yang memungkinkan hidupnya vegetasi untuk epentingan
pembelajaran, kenyamanan, dan keindahan, serta
5.) Nilai dukung tanah mencukupi seperti jenis tanah berupa batuan,
kerikil, pasir, dan tanah lempeng keras.

Sarana dan prasarana permukiman dengan mempertimbangkan :


1.) Keberadaan sarana penunjang untuk keamanan masyarakat sekitar
seperti pos kamling, pos hansip, atau pos polisi
2.) Keberadaan saran pemerintahan, pendidikan, perdagangan, dan
penghidupan seperti kantor desa/kelurahan, pasar, puskesmas dan
rumah ibadah
3.) Kemudahan sumber air (termasuk air minum) dari pdam/air tanah/air
permukaan(air hujan)
4.) Kemudhan drainase untuk saluran pembuangan air hujan,saluran
pengembuangan air hujan, saluran pembuangan dari air kotor/limbah
berkapasitas cukup
5.) Kemudahan penyambungan jaringan listrik PLN tegangan menengah
dari lingkungan ke lokasi
6.) Memungkinkan penyambungan jaringan telekomunikasi
7.) Kemungkinan ketersediaan sarana olah raga untuk lapangan sepakbola
renang.

Pertimbangan pencapaian lokasi, meliputi :


1.) Keberadaan jalan (termasuk angkutan matrial) menuju lokasi melalui
darat (dapat di lalui kendaraan roda 4) atau melalui sungai (dapat di
lalui perahu bermotor)
2.) Kemungkinan rencana perkerasan jalan lingkungan atau perkerasan
jalan setapak menuju lokasi
3.) Sedapat mungkin dapat di tempuh dengan berjalan kaki, bersepeda,
berperahu, atau berkuda
4.) Keberadaan angkutan menuju lokasi seperti bus, kereta api, angkutan
kota, perahu, becak, ojek, atau kuda.

Lokasi juga terhindar dari gangguan alam, antara lain:


1.) Lahan terhindar dari gangguan binatang buas seperti harimau, singa,
buaya,dan lain lain.
2.) Lahan berada di atas peil banjir dan merupakan daerah yang aman dari
banjir periode 50 tahunan
3.) Lahan tidak termasuk daerah atau lingkungan yang sering dilanda
anging puyuh atau angina topan
4.) Lahan tidak merupakan tanah labil yang kemungkinan dapat
menimbulkan longsor
5.) Lahan tidak termasuk dalm radius daerah rawan gempa yang dapat
menimpulkan patahan.
Lokasi juga harus terhindar dari gangguan lingkungan, meliputi:
1.) Lokasi jauh dari gangguan atau sumber bunyi seperti bengkel berisik,
jalan tol, dan sebagainya
2.) Lokasi jauh dari gangguan sumber keramaian (radius minimal 1km)
seperti pusat perbelanjaan, pasar, bioskop, dan terminal atau
persimpangan jalan padat
3.) Lokasi jauh dari sumber bau(radius -5km) seperti tempat penimbunan
sampah atau limbah, tempat pengolahan limbah dan industry kimia
4.) Lokasi jauh dari gangguan sumber bahaya kesehatan seperti jaringan
listrik, tegangan tinggi atau rumah sakit jiwa(radius minimal 0,5km),
tempat perawatan penyakit menular, dan industri berat (radius
minimal 5km)
5.) Lokasi jauh dari gangguan sumber negative (radius minimal 10km),
seperti daerah lokalisasi, pemandian umum, dan tempat hiburan
malam seperti diskotik
6.) Lokasi jauh dari gangguan sumber asap dan gas beracun (radius
minimal 5km), asap pabrik, dan asap pembakaran
sampah/mayat/bangkai
7.) Kemudahan pencegahan, perlindungan, dan pemadaman terhadap
bahaya kebakaran yang mungkin timbul

5. Persyaratan keselamatan bangunan gedung


a. Pembebanan pada bangunan gedung
1. Analisis struktur harus dilakukan pemeriksaan respon struktur yang
mungkin bekerja selama umum kelayanan struktur, termasuk beban
tetap, beban sementara (angina,gempa) dan beban khusus.
2. Penentuan mengenai jenis, intensitas dan cara bekerja nya beban
harus mengikuti
a) SNI 03- 1726-2002 tata cara perencanaan ketahanan gempa
untuk rumah dan gedung, atau edisi terbaru; dan
b) SNI 03 1727-1989 Tata cara perencanaan pembebanan untuk
rumah dan gedung, atau edisi terbaru
b. sistem struktur bangunan
 Pondasi

Sebagaimana telah di atur dalam SNI 2836-2008 tentang pondasi


bangunan 1 lantai.

 Kolom
Sebagaimana telah di tentukan dalam SNI 2847-2019 tentang kolom
bangunan 1 lantai.
c. Struktuur atas bangunan gedung
1. Kontruksi beton
Perencanaan konstruksi beton harus mengikuti
a) SNI 03-1734 1989 Tata cara perencanaan beton dan struktur
dinding bertulang untuk rumah dan gedung atau edisi terbaru
b) SNI 03-2847-1992 Tata cara perhitungan struktur beton untuk
bangunan gedung, atau edisi terbaru
c) SNI- 03 3430 Tata cara perencanaan dinding struktur pasangan
blok beton berongga bertulang untuk bangunan rumah adan
gedung atau edisi terbaru
d) SNI 03-3976-1995 Tata cara pengadukan pengecoran beton atau
edisi terbaru
e) SNI 03 2834-2000 Tata cara pembuatan rencana campuran
beton normal, atau edisi terbaru
f) SNI 03-3449-2002 Tata cara rencana pembuatan camouran
beton ringan dengan agregat ringan, atau edisi terbaru
Sedangkan untuk perencanaan dan pelaksanaan konstruksi beton
pracetak dan prategang harus mengikuti :
1) Tata cara perencanaan dan pelaksanaan konsruksi beton
praacetak dan prategang untuk bangunan gedung
2) Metode pengujian dan bantuan parameter perencanaan tahan
gempa konstruksi beton praacetak dan praategang untuk
bangunan gedung dan
3) Spesifikasi sistem dan matrial konstruksi beton pracetak dan
prategang untuk bangunan gedung

d. Kontruksi baja
Perencanaan konstruksi baja mengikuti
a) SNI 03-1729-2002 Tata cara perenncanaan banguanan baja untuk
gedung atau edisi terbaru

e. Sistem proteksi kebakaran

Berdasarkan peraturan mentri pekerjaan umum nomor 25 tahun 2008


tentang pendoman teknis penyusunan rencanan induk sistem proteksi
kebakaran bangunan gedung dan lingkungan bab 2 persyaratan teknis
pasal 3 nomor 1
Persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan
lingkungan meliputi :
a. Ketentuan umum
b. Akses dan pasokan air untuk pemadam kebakaran
c. Sarana penyelamatan
d. Sistem proteksi kebakran pasif
e. Sistem proteksi kebakaran aktif
f. Ultilitas bangunan gedung
g. Pencegahan kebakaran pada bangunan gedung
h. Pengelolaan sistem proteksi kebakaran pada banagunan gedung dan
i. Pengawasan dan pengendalian.
Sistem proteksi yang di terapkan pada bangunan gedung
Akses dan pasokan air untuk pemadam kebakran, terdapan keran air pada
bagian depan bangunan dan terdapat akses jalan yang mudah di lalui oleh
pemadam kebakaran
Sarana penyelamatan
Menurut SNI 03-1746-2000 yang mengacu ke NFPA 101 life safety code,
sebuah gedung harus memiliki jumlah minimum jalan keluar sebanyak 3
buah jika beban hunian lebih dari 500 orang. Batasan minimum tersebut
didasari oleh beban hunian (capacity load) yang ada dalam gedung
tersebut adalah waktu yang di capai untuk menyelamat kan diri. Biasanya
dalam sebuah gedung seperti sekolah, saran jalan keluarnya berupa pintu
dan tangga.
Sarana penyelamatan bangunan TK ini berupa pintu, menurut SNI-03-
1746-2000 yang mengacu ke NFPA 101 life safety code, bukaan pintu
minimal memiliki lebar 80cm. Bila di gunakan pasangan daun pintu maka
sedikitnya salah satu daun pintu memiliki lebar bersih minimal 80cm
juga.

Sistem proteksi pasif harus mengikuti


SNI 03-1736-2000 Tata cara perrencanaan sistem proteksi pasif untuk
pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung ; atau edisi
terbaru.
SNI 03- 1746-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sarabna jalan
keluar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan
gedung, atau edisii terbaru
Berdasarkan peraturan mentri pekerjaan umum tahun 26 tahun 2008
tentang Sistem proteksi kebakaran pasif yang di terapkan pada bangunan
TK ini antara lain :
 Memasang pintu dan jendela yang mampu menahan api
 Menggunakan bahan pelapis interior
 Partisi penghalang asap
 Memasang penghalang api di ruang tertutup

Dan sistem proteksi kebakaran aktif yang di terapkan pada bangunan


antara lain :
 Detector asap
 Alarm kebakaran otomatis maupun manual
 Tabung pemadam / APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
 Sistem springkler

Utilitas bangunan gedung

Pencegahan kebakaran pada bangunan gedung


 Mengadakannya program rencana oprasi
 Mengadakan latihan perencanaan pra-kebakaran
 Pemeriksaan bangunan gedung untuk pencegahan bahaya kebakaran
 Edukasi public
 Penyediaan kebutuhan sarana dan prasarana pencegah kebakaran
6. Persyaratan kesehatan bangunan gedung
Tidak hanya mengutamakan sistem keselamatan, bangunan juga harus
memenuhi syarat kesehatan melalui UU RI no 28 Thn 2002 mengenai
aspek keandalan bangunan.
a. Sistem penghawaan
 Ventilsi alami dan/atau mekanis
Persyaratan teknik sistem ventilasi, kebutuhan ventilasi, harus mengikuti:
1. SNI 03-6390-2000 konservasi energy sistem tata udara pada bangunan
gedung, atau edisi terbaru
2. SNI 03-6572-2001 tata cara perancangan sistem ventilasi dan
pengkondisian udara pada bangunan gedung, atau edisi terbaru.
b. Persyaratan sistem pencahayaan alami
 Pencahayaan alami untuk mendapatkan cahaya matahari yang cukup
tanpa gangguan panas dan silau yang diatasi dengan penentuan ukuran
dan penempatan jendela serta keadaan luar (bangunan atau pohon).
Beberapa cara untuk mendapatkan kecukupan cahaya tersebut adalah
sebagai berikut:
a) Langit dapat dilihat dari orang yang duduk di dekat jendela.
b) Luas jendela dan bovenlicht kurang lebih 20% luas lantai.
c) Ambang bawah jendela 1,20 m, dan ambang bawah jendela
dekat selasar 1,5 m.
d) Tinggi langit-langit ruang belajar minimal 3,00 m.
e) Bukaan jendela pada bagian selasar tidak mengganggu
sirkulasi.
 Penerangan buatan yang diperlukan Ketika pencahayaan alami berkurang,
diperlukan lampu yang tidak menyilaukan, dengan ketentuan sebagai
berikut:
a) Ruang kelas 215 lux atau setara 6240 watt.
b) Ruang baca atau perpustakaan 215 lux atau setara 72 x40
watt
c) Ruang kantor atau ruang guru 215 lux atau setara 10140
watt.
 Pencahayaan alami harus optimal, disesuaikan dengan fungsi bangunan
gedung dan fungsii masing-masing ruang di dalam bangunan gedung
 Pencahayaan buatan harus di rencanakan berdasar kan tingkat iluminasi
yang di persyaratkan sesuai fungsi ruuang dalam bangunan gedung
dengan mempertimbangkan efisiensi, penghemtan energy, dan
penempatannya tidak menimbulkan efek silau atau pantulan.
 Pencahayaan alami dan buatan di terapkan pada ruangan baik didalam
bangunan maupun di luar bangunan gedung.
 Persyaratan pencahayaan harus mengikuti:
1. SNI 03-6197-2000 konservaasi energy sistem pencahayaan
buatan pada bangunan gedung, atau edisi terbaru
2. SNI 03-2396-2001tata cara perancangan sistem pencahyaan
alami pada bangunan gedung,atau edisi terbaru
3. SNI 03-6575-2001 tata cara perancangan sistem pencahayaan
buatan pada bangunan gedung, atau edisi terbaru.
c. Sistem utilitas
Berdasarknan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
1992 tentang Kesehatan Sekolah
 Pengelolaan Air Bersih Air bersih adalah air yang digunakan untuk
kebutuhan sehari-hari termasuk untuk keperluan pemeliharaan
kebersihan pribadi seperti mandi, sikat gigi, cuci tangan dan cuci
peralatan makan. Sumber air bersih yang layak di satuan PAUD berasal
dari, antara lain:
1. Perusahaan daerah air minum (PDAM) atau sistem jaringan;
2. Mata air atau sumur terlindungi;
3. Penampungan air hujan
Air bersih yang layak digunakan adalah air yang tidak berasa, tidak
berbau dan tidak berwarna. Air perlu tersedia air minimal 15
liter/orang/hari. Apabila dilakukan penyimpanan air bersih, tempat
penyimpanan air harus tertutup. Air bersih di sekolah sebaiknya tersedia
sepanjang waktu. Artinya air tidak kering pada musim kemarau.
a. Sumber air PDAM

b. Sumber air sumur atau mata air


c. Sumber air hujan

 Sistem pembuangan air limbah

Pembuangan air limbah atau air kotor harus di rencanakan dan dipasang
dengan mempertimbangkan jenis dan tingkat bahayanya. Air limbah yang
mengandung air beracun dan berbahaya (B3) harus di proses sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
 Air limbah yang domestic sebelum di buang kesaluran terbuka harus di
proses sesuai dengan pedoman dan standar teknis yang berlaku
 Persyaratan teknis air limbah mengikuti:
1.) SNI 03-6481-2000 sistem plambing 2000,atau edisi terbaru
2.) SNI 03-2398-2002 tata cara perancanaan tangki safety dengan sistem
resapan, atau edisi terbaru
3.) SNI 03-6379-2000 spesifikasi dengan pemasangan perangkap bau,
edisi terbaru.

 Pembuangan kotoran dan sampah


Setiap kelas memiliki tempat sampah tertutup, terpilah organik dan
anorganik. Pembina dan pengajar satuan PAUD membiasakan peserta
didik untuk melakukan 3R (Reduce, Reuse, Recycle).
Peserta didik dapat melakukan pengurangan (reduce) sampah dengan
membawa kotak makan dari rumah dan botol minum. Pendidik PAUD
mengajarkan peserta didik untuk dapat memanfaatkan (reuse) sampah
menjadi barang lainnya yang berguna.
Untuk mendaur ulang (recycle) maka sampah dapat dipilah menjadi
sampah organik dan sampah anorganik.
Untuk sampah organik satuan PAUD dapat melakukan pengomposan.
Untuk sampah anorganik, satuan PAUD dapat mengirimkan ke
pemulung/ pelapak atau bekerjasama dengan bank sampah terdekat.

Menurut Undang undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan


Sampah, sampah didefinisikan sebagai sisa kegiatan manusia atau proses
alam yang berbentuk padat. Oleh karena sifat, konsentrasi dan
volumenya, maka perlu dilakukan pengelolaan sampah secara khusus
agar dapat dimanfaatkan sebagai pupuk dan sejenisnya.

7. Persyaratan kenyamanan bangunan gedung


 Ruang gerak dalam bangunan
1. Standar untuk Taman Kanak-Kanak TK/RA/BA dan sejenisnya dengan
persyaratan, meliputi:
a. Memiliki luas lahan minimal 300 m2 (untuk bangunan dan halaman).
b. Memiliki ruang kegiatan anak yang aman dan sehat dengan rasio
minimal 3 m2 per-anak dan tersedia fasilitas cuci tangan dengan air
bersih.
Untuk mendapatkan kenyamanan ruang gerak dalam bangunan gedung,
harus mempertimbangkan :
 Fungsi ruang, jumlah pengguna, perabot/perlatan, aksesbilitas ruang,
didalam bangunan gedung.

 Pengaturan Bangku pada Ruangan Kelas


Pengaturan bangku mempunyai peranan penting dalam konsentrasi
belajar siswa. Pengaturan bangku dapat dilakukan secara fleksibel
dengan memosisikan sedemikian rupa, sesuai dengan kebutuhan
pengajaran yang efektif dan efisien. Hal ini dilakukan agar semua
siswa mampu menangkap pelajaran yang diberikan dengan merata,
seksama, menarik, tidak monoton, dan mempunyai sudut pandang
bervariasi terhadap pelajaran yang tengah dikuti.

 Standar Ukuran Furniture Anak


Berdasarkan hasil perhitungan athopometri terhadap anak-anak usia 4-
6 tahun kemudian dimasukkan kedalam rumus sehingga ditemukan
angka untuk standar ukuran furniture anak sebagai berikut:
1. Meja

Berdasarkan gambar diatas, untuk standar ukuran tinggi meja anak


adalah 550mm. Sedangkan untuk panjang meja adalah 430mm dan
lebarnya adalah 475mm.

2. Kursi

Berdasarkan gambar diatas, untuk standar ukuran tinggi kursi anak


adalah 266mm. Sedangkan untuk panjang dudukan adalah 286mm dan
lebarnya adalah 279mm.
3. Wastafel
Berdasarkan gambar diatas, untuk standar ukuran tinggi wastafel anak
adalah 593mm. Sedangkan untuk kedalamannya adalah 358mm.
4. Kloset

Berdasarkan gambar diatas, untuk standar ukuran tinggi kloset anak


adalah 266mm. Sedangkan untuk panjang dudukan adalah 289mm dan
lebarnya adalah 187mm.
5. coat hanger dan rak

Berdasarkan gambar diatas, untuk tinggi coat hanger maksimal adalah


1094mm sedangkan untuk rak adalah 912mm dengan ukuran panjang
dan lebar yang disesuaikan.
 Sirkulasi antar ruang horizontal dan vertical
Hubungan antar ruang dipengaruhi oleh struktur organisasi
pengelolaan sekolah, jarak pencapaian antar ruang atau bangunan,
keterkaitan hubungan antar ruang atau bangunan, persyaratan jarak
dan gangguan kebisingan, serta jenis, jumlah, dan fungsi tiap ruang.
 Persyaratan keselamatan
Ukuran ruang dan dimensi ruang bermain sanngat berpengaruh
terhadap kenyamanan,karena berpengaruh dengan kapasits ruang dan
ketersediaan alat permainan. Bila kapasitas ruang lebih kecil
dibandingkan jumlah pengguna, tentu akan berpengaruh terhadaap
kebebasan ruang gerak pengguna dalam bermain. Rasa bebas itu
sendiri berate anka tidak sulit dalam bergerak dan beraaktivitas di
dalam ruang tersebut, karena dengan anak memiliki kebebasan dalam
beraktivitas, baik untuk perkembangan psikologis anak
Ruang yang dapat menunjang kenyamanan dalam beraktivits anak-
anak adalah ruang yang memiliki enam dimensi kekontrasan, antara
lain :
 Dalam atau luar
Sebuah ruang memiliki kesan “di dalam” dengan adanya dinding di
sekelilingnya

 Persyaratan kenyamanan kondisi udara dalam ruang


Orientasi Terhadap Matahari dan Angin Orientasi terhadap matahari dan
anginharus diperhatikan, dengan pertimbangan:
a. Orientasi terhadap matahari untuk mencegah masuknya sinar matahari
langsung (arah bangunan timur-barat).
b. Orientasi terhadap angin dimaksudkan untuk mendapatkan tegak lurus
arah angin yang dominan.
c. Bila orientasi matahari dan angin tidak sama, maka diambil orientasi
kompromi yang dapat menopang keduanya.
Untuk kenyamanan thermal dalam ruang di dalam bangunan gedung
harus mempertimbangkan temperature kelembaban udara.
Persyaaratan kenyamanan thermal dalam ruang mengikuti :
1) SNI 03-6389-2000 konservasi energy selubung bangunan pada
bangunan gedung, atau edisi tebaru
2) SNI 03-6190-2000 konservasi energy sistem tata udara pada bangunan
gedung, atau edisi terbaru
3) SNI 03-6196-2000 prosedur audit energy pada bangunan gedung,atau
edisi terbaru
4) SNI 04-6572-2001 Tata cara perancangan sistem ventilasi dan
pengkondisian udara pada bangunan gedung, atau edisi terbaru
 Kajian tentang Permainan Anak
Menurut Wikipedia, mainan anak-anak (toy) merupakan suatu obyek
untuk dimainkan. Bermain (play) sendiri dapat diartikan sebagai interaksi
dengan orang, hewan, atau barang (mainan) dalam konteks pembelajaran
(learning) atau rekreasi. Mainan dan bermain merupakan bagian penting
dalam proses pembelajaran bagi anak-anak untuk mengenal dunia dan
tumbuh dewasa. Seorang anak menggunakan mainan untuk menemukan
identitas, mempelajari sebab dan akibat, mengembangkan hubungan, dan
mempraktekkan kemampuan mereka. Mainan tidak skedar alat untuk
bermain, lebih dari sekedar bersenang-senang, karena mainan dapat
berpengaruh terhadap aspek kehidupan.
Mainan anak dapat didefinisikan sebagai setiap produk atau material yang
dirancang atau dengan jelas diperuntukkan untuk anak dengan usia 14
tahun kebawah untuk bermain, baik penggunaan normal maupun
kemungkinan penggunaan yang tidak wajar sesuai dengan kebiasaan
anak. Mainan yang dimaksud terbuat dari bahan dasar dan zat yang
ditambahkan serta harus memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan,
keamanan dan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Terdapat berbagai
kriteria pengelompokan mainan anak. Pengelompokan mainan anak
berdasarkan umur penggunanya adalah:
1. Mainan anak untuk usia 0-18 bulan
2. Mainan anak untuk usia 18-36 bulan
3. Mainan anak untuk usia 36-96 bulan
4. Mainan anak tanpa klasifikasi usia Sementara itu,
pengelompokan berdasarkan bentuk fisik adalah:
1. Soft toys (mainan yang terbuat dari bahan yang lunak)
2. Hard toys (mainan dari bahan yang keras seperti kayu, plastik, metal,
dll)
3. Mainan elektrikal (mainan yang digerakkan dengan listrik/baterai)
Pengelompokan lainnya, berdasarkan fungsi dan penggunaannya ialah:
1. Mainan rakitan (seperti Lego dan Lincoln Logs)
2. Miniatur dari boneka, hewan, kendaraan
3. Puzzle (seperti Rubik)
4. Mainan yang melibatkan aktivitas fisik
5. Mainan koleksi Selain itu, mainan anak juga bisa dikelompokkan
berdasarkan kriteria bahan baku utama yang digunakan, misalya: kain,
karet, plastik, logam, kayu, batu, kulit, kertas, atau serat gelas.
 Persyaratan kenyamanan pandangan
Penting untuk dipahami bahwa seorang anak belum mempunyai persepsi
yang utuh mengenai ruangan. Ia mengamati detai-detai dari bagian
ruangan yang disenangi, apakah itu furniture, warna-warna pada dinding
sekolah atau unsur-unsur ruangan lainnya, kemudian anak mencoba
menangkap suasana yang diciptakan untuk ruangan kelas tersebut secara
menyeluruh. Jadi dalam menciptakan suasana di dalam suatu ruangan
sekolah taman kanak-kanak lebih dipentingkan penampilan dari tiap-tiap
unsur ruang secara maksimal. Dengan demikian dapat merangsang
keinginan anak untuk tinggal dalam ruangan, sedangkan penciptaan
suasana yang ingin dicapai di dalam ruangan tersebut merupakan hal
yang kedua. Warna adalah salah satu sarana kita untuk melatih keutuhan
persepsi mereka terhadap ruang, karena berbagai kombinasinya dapat
menghasilkan sejumlah petunjuk bagi anak-anak untuk memperkirakan
jarak dan kedalaman. Dengan demikian prosesnya harus dibalik. Jangan
dimulai dari apa yang kita inginkan untuk anak-anak, melainkan apa yang
sebaiknya diberikan kepada anak-anak. Misalnya apabila kita ingin
mencegah anak terlalu jauh satu arah tertentu dalam ruang, maka dinding
di arah tersebut kita beri warna yang tidak menarik mereka kesitu.
Demikian pula sebaliknya. Penggunaan warna yang tepat dapat
meningkatkan proses belajar mengajar. Suatu lingkungan yang dirancang
dengan baik bukan hanya memberi kemudahan belajar tetapi juga dapat
mengurangi masalah-masalah perilaku yang negatif. Hal ini disebabkan
warna menimbulkan kesan-kesan tertentu dalam menciptakan suasana
ruang dan warna dapat menimbulkan pengaruh terhadap jiwa anak-anak,
baik secara langsung maupun tidak langsung, misalnya perasaan gelisah,
nyaman, panas, dan sebagainya. Karena hal-hal tersebut perlu diketahui
pengaruh warna-warna tertentu terhadap anak-anak, dengan demikian
dapat memperkecil bahkan mencegah terjadinya kesalahan dalam
menempatkan warna-warna yang mempunyai pengaruh negatif,
khususnya terhadap perkembangan fisik dan mental anak. Peran warna
dalam mendukung program belajar mengajar di taman kanak-kanak tidak
hanya dalam hal menciptakan suasana emosional saja, akan tetapi dalam
banyak hal warna dapat berperan, antara lain:
1. Stimuli, warna berperan sebagai stimuli (rangsangan), dengan
menggunakan warna-warna cerah yang disukai anak dan menarik
perhatian seperti merah, kuning, orange dan pada sarana pembelajaran
akan merangsang anak untuk beraktivitas dan berimajinasi.
2. Evaluasi perkembangan anak, warna merupakan sebuah elemen
penting untuk mengevaluasi perkembangan anak, misalnya anak-anak
diberi benda-benda dengan bentuk sama tetapi warna berbeda atau
sebaliknya, puzzles, berbagai figur, dan lain lain.
3. Memfokuskan dan mengalihkan perhatian, bila ingin memfokuskan
anak pada sesuatu, berilah warna yang menarik perhatian dan sebaliknya
bila ingin mengalihkan perhatian, berikan warna-warna yang tidak
menarik perhatian seperti warna coklat, putih, abu-abu.
4. Mengatur ruang agar tampak lebih luas atau mengecil, warna dingin
bila digunakan untuk mewarnai ruangan akan memberikan ilusi jarak,
akan terasa mundur. Sebaliknya warna hangat, terutama keluarga merah
akan terasa seolah-olah maju, memberikan kesan jarak yang lebih
pendek. Warna-warna cerah membuat objek terlihat lebih besar dan
ringan daripada sesungguhnya. Sementara warna gelap membuat mereka
lebih kecil dan berat.
5. Menciptakan rasa hangat, dingin, tenang dan riang, sebagai contoh
penggunaan komposisi warna-warna cerah dan warna-warna kontras pada
ruang akan menciptakan suasana gembira atau riang.

8. Sistem Hubungan Horisontal dalam Taman kanak-kanak (TK).

Umum.

 Kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan taman kanak-


kanak (TK) meliputi tersedianya fasilitas dan aksesibilitas yang mudah,
aman, dan nyaman bagi Anak-anak seumuran TK
 Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas harus mempertimbangkan
tersedianya hubungan horizontal antar ruang dalam bangunan TK, akses
evakuasi, termasuk bagi para Guru dan Murid.
 Kelengkapan prasarana disesuaikan dengan fungsi TK.

Persyaratan Teknis.

 Setiap bangunan rumah TK harus memenuhi persyaratan kemudahan


hubungan horizontal berupa tersedianya pintu dan/atau koridor yang
memadai untuk terselenggaranya fungsi bangunan rumah TK tersebut.
 Jumlah, ukuran, dan jenis pintu, dalam suatu ruangan dipertimbangkan
berdasarkan besaran ruang, fungsi ruang, dan jumlah pengguna ruang.
 Arah bukaan daun pintu dalam suatu ruangan dipertimbangkan
berdasarkan fungsi ruang dan aspek keselamatan Anak murid TK.
 Ukuran koridor sebagai akses horizontal antar ruang dipertimbangkan
berdasarkan fungsi koridor, fungsi ruang, dan jumlah pengguna.
Sistem Hubungan (Transportasi) Vertikal dalam Taman Kanak-kanak
(TK).

Umum.

Setiap bangunan TK bertingkat harus menyediakan sarana hubungan vertikal


antar lantai yang memadai untuk terselenggaranya fungsi bangunan TK tersebut
berupa tersedianya pengaman separti matras atau tikar empuk di ruang bermain
dan kelas

Persyaratan Teknis.

 Jumlah, ukuran, dan konstruksi sarana hubungan vertikal harus


berdasarkan fungsi bangunan TK , luas bangunan, dan jumlah pengguna
ruang, serta keselamatan pengguna Gedung yaitu anak-anak dan Guru.
 Setiap bangunan TK dengan Area bermain harus menyediakan sarana
hubungan vertikal berupa matras, cctv, dan kemanan yang lain agar
terhindar dari kelalaian.
 Bangunan TK yang fungsinya untuk kepentingan pengembangan pola
pikir anak, baik berupa fungsi keagamaan, fungsi kecerdasan, maupun
fungsi sosial dan budaya harus menyediakan fasilitas dan kelengkapan
sarana hubungan vertikal bagi seluruh murid tanpa terkecuali.

Anda mungkin juga menyukai