Anda di halaman 1dari 27

PEMBUATAN

JAMBAN KELUARGA

I. DESKRIPSI SINGKAT

Jamban atau kakus merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia.


Pembuatan jamban merupakan usaha manusia untuk memelihara kesehatan
dengan membuat lingkungan tempat hidup yang sehat. Dalam pembuatan
jamban sedapat mungkin harus diusahakan agar jemban tidak menimbulkan
bau yang tidak sedap. Selain itu, kontruksi yang kokoh dan biaya yang terjangkau
perlu dipikirkan dalam membuat jamban.

Untuk itu menangani persoalan-persoalan diatas, setidaknya untuk


mengurangi dampak negatif bagi kesehatan manusia, dibidang penyediaan air
bersih, sarana jamban keluarga dan pengelolaan sampah, Bapelkes
Lemahabang sebagai Centra Diklat Kesling berupaya mencoba memberikan
solusi dengan menerapkan Teknologi Tepat Guna.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum:

Setelah mengikuti materi pelatihan ini, peserta mampu


mempraktikkan metode pembuatan jamban keluarga tepat guna sesuai dengan
kondisi wilayah.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus :

Setelah mengikuti materi pelatihan ini, peserta mampu :

1. Menjelaskan metode pembuatan jamban keluarga (JAGA) sesuai


dengan kondisi wilayah.
2. Mempraktikan metode pembuatan jamban keluarga (JAGA) sesuai
dengan kondisi wilayah.
III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok
bahasan, dengan uraian sebagai berikut:

Pokok Bahasan 1. JAGA sederhana metode Kakus Cemplung

Sub Pokok Bahasan:

a. Pendahuluan

b. Uraian Singkat

c. Bahan

d. Peralatan

e. Pembuatan

f. Penggunaan

g. Pemeliharaan

h. Keuntungan

i. Kerugian

Pokok Bahasan 2. JAGA sederhana metode Kakus Leher Angsa

Sub Pokok Bahasan:

a. Uraian Singkat
b. Bahan

c. Peralatan

d. Pembuatan

e. Penggunaan

f. Pemeliharaan

g. Keuntungan

i. Kerugian

Pokok Bahasan 3. JAGA sederhana metode Kakus dengan Septik Tank


Ganda Sub Pokok Bahasan:

a. Uraian Singkat

b. Bahan

c. Peralatan

d. Pembuatan

e. Penggunaan

f. Pemeliharaan

g. Keuntungan

h. Kerugian

IV. BAHAN BELAJAR

1. Kepmenkes no. 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi


2. Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
3. Power point materi Pembuatan Jamban Keluarga
4. Alat peraga Jamban Keluarga
5. Modul Pembuatan Jamban Keluarga
6. Alat dan bahan praktik

V. LANGKAH LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses


pembelajaran materi ini.

Langkah 1

Pengkondisian

1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hanga. Apabila belum


pernah menyampaikan sesi di kelas ini, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja, dan materi yang akan disampaikan.
2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang
akan disampaikan, sebaiknya menggunakan bahan tayang.

Langkah 2

Diskusi Singkat tentang Topik (brain storming)

Fasilitator berusaha menggali pendapat/pemahaman peserta dengan


mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta terkait dengan materi yang
akan disampaikan, sehingga dapat diketahui sejauh mana pengetahuan
peserta terhadap materi yang akan disampaikan. Sebaiknya tuliskan kata kunci
pendapat mereka pada kertas flipchart atau metaplan.

Langkah 3
Penyampaina Materi

1. Fasilitator menyampaikan paparan materi sesuai urutan pokok


bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
Kaitkan juga dengan pendapat atau pemahaman yang dikemukakan
oleh peserta agar mereka merasa dihargai.
2. Sebelum melanjutkan pokok bahasan berikutnya, fasilitator akan
menanyakan apakah peserta memahami pokok bahasan yang baru
saja disampaikan dan memberi kesempatan untuk tanya jawab.
3. Memberi demonstrasi peralatan dan bahan yang akan digunakan.

Langkah 4

Praktek

1. Fasilitator mengajak seluruh peserta untuk melakukan praktek


pembuatan JAGA sederhana ini di ruang workshop yang telah
disediakan oleh Bapelkes Lemahabang.
2. Peserta akan dibimbing dalam melakukan praktek sesuai dengan materi
yang di praktekkan di workshop.

Langkah 5

Implementasi

1. Fasilitator atau Tim Pembimbing akan mengajak seluruh peserta ke


Lapangan untuk mengimplementasikan JAGA sederhana yang sudah
dibuat dan dipraktekkan dalam materi pelatihan.
2. Peserta akan dipandu oleh Tim dalam melakukan implementasi di
lapangan sesuai dengan pengaturan jadwal dan lokasi oleh Tim
Koordinasi lapangan.
Langkah 6

Refleksi dan Rangkuman

1. Fasilitator mengajak seluruh peserta untuk melakukan refleksi


bersama tentang pembahasan materi ini. Apakah tujuan pembelajaran
yang ditetapkan sudah tercapai ?
2. Dilanjutkan dengan menutup sesi ini dengan memberikan apresiasi
keterlibatan aktif seluruh peserta

VI. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1. JAGA sederhana metode Kakus Cemplung.

a. Pendahuluan

Jamban atau kakus merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia.


Pembuatan jamban merupakan usaha manusia untuk memelihara kesehatan
dengan membuat lingkungan tempat hidup yang sehat. Dalam pembuatan
jamban sedapat mungkin harus diusahakan agar jemban tidak
menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, kontruksi yang kokoh dan
biaya yang terjangkau perlu dipikirkan dalam membuat jamban.

Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jamban adalah


sabagai berikut:

1) Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber-sumber air minum,


dan permukaan tanah yang ada disekitar jamban;
2) Menghindarkan berkembangbiaknya/tersebarnya cacing tambang pada
permukaan tanah;
3) Tidak memungkinkan berkembang biaknya lalat dan serangga lain;
4) Menghindarkan atau mencegah timbulnya bau dan pemandangan yang
tidak menyedapkan;
5) Mengusahakan kontruksi yang sederhana, kuat dan murah;
6) Mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima
7) masyarakat setempat.

Dalam penentuan letak kakus ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu jarak
terhadap sumber air dan kakus. Penentuan jarak tergantung pada :

1) Keadaan daerah datar atau lereng;


2) Keadaan permukaan air tanah dangkal atau dalam;
3) Sifat, macam dan susunan tanah berpori atau padat, pasir, tanah liat
atau kapur.

Faktor tersebut di atas merupakan faktor yang mempengaruhi daya


peresapan tanah. Di Indonesia pada umumnya jarak yang berlaku antara
sumber air dan lokasi jamban berkisar antara 8 s/d 15 meter atau rata-rata 10
meter.

Dalam penentuan letak jamban ada tiga hal yang perlu diperhatikan :

1) Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus dibuat di sebelah


bawah dari letak sumber air. Andaikata tidak mungkin dan terpaksa di
atasnya, maka jarak tidak boleh kurang dari 15 meter dan letak harus
agak ke kanan atau kekiri dari letak sumur.
2) Bila daerahnya datar, kakus sedapat mungkin harus di luar lokasi
yang sering digenangi banjir. Andaikata tidak mungkin, maka
hendaknya lantai jamban (diatas lobang) dibuat lebih tinggidari
permukaan air yang tertinggi pada waktu banjir.
3) Mudah dan tidaknya memperoleh air. Dalam bab ini ada 5 cara
pembuatan jamban/kakus yang memenuhi persyaratan tersebut di atas,
yaitu :
1) kakus/jamban sistem cemplung atau galian
2) Jamban sistem leher angsa
3) Jamban septik tank ganda
4) Kakus Vietnam
5) Kakus sopa sandas

b. Uraian Singkat

Kakus atau jamban jemplung sesuai untuk daerah yang tanahnya


mudah menyerap air serta sulit dalam pengadaan air bersih. Kontruksinya
cukup sederhana. Kakus dibuat dengan cara menggali tanah sebagai lubang
penampungan. Lalu diperkuat dengan bahan penguat, biasanya bronjong atau
anyaman bambu, serta diatasnya dibuat bangunan penutup yang dapat
dipindahkan bila lubang telah penuh. Untuk menghindari bau yang timbul,
lubang pembuangan ditutup serta dilengkapi pipa pembuangan gas.

c. Bahan

1) Bambu

2) Kayu

3) Bahan atap atau genteng

4) Bahan dinding/penutup

5) Paku

d. Peralatan

1) Cangkul/alat penggali tanah

2) Gergaji

3) Golok
4) Palu Alat pertukangan lain

e. Pembuatan

1. Gali tanah selebar 1-1,5 m, dalam 3 m atau lebih, tergantung


kebutuhan.
2. Paku bronjong (anyaman bambu) tau bahan penguat lainnya pada dinding
lobang untuk menahan longsor.
3. Tutup lubang dengan lantai yang berlubang dan bangunan penutup
seperti pada Gambar.
4. Lubang khusus pembuangan kotoran perlu ditutup dengan penutup
yang dapat diangkat.
5. Untuk menghindari bau yang tidak sedap, lubang septik tank perlu
dilengkapi dengan saluran pembuangan gas.
6. Bangunan jambang perlu diusahakan agar cukup ventilasi udara dan
sinar masuk.
7. Bangunan diusahakan dari bahan yang ringan agar mudah
dipindahkan.
8. Lokasi dianjurkan agak jauh dari tempat kediaman atau perumahan.
f. Penggunaan

Pemakai langsung membuang kotorannya dari atas lubang yang telah disediakan
pada banguan penutup dengan tata cara :

1) Tutup lubang dibuka


2) Jongkok tepat diatas lubang
3) Diusahakan kotoran tidak menyentuh dinding lubang Setelah selesai
lubang ditutup kembali

g. Pemeliharaan

1) Untuk mencegah penyebaran penyakit atau bau, lantai perlu


dibersihkan secara teratur.
2) Untuk menjaga agar bangunan tahan lama, bahan-bahan harus
diresidu atau dikapur lebih dahulu sebelum dipasang.

h. Keuntungan

1) Kontruksi bangunan cukup sederhana dan mudah dilaksanakan sendiri


tanpa memerlukan persyaratan khusus.
2) Biaya yang diperlukan tidak terlalu tinggi atau cukup terjangkau oleh
masyarakat.
3) Daerah bekas lokasi jamban menjadi subur
4) Bangunan bisa dipindahkan

i. Kerugian

1) Lubang tinja bila penuh tidak bisa dimanfaatkan kembali karena


kontruksinya tidak tetap.
2) Sulit untuk memperhitungkan ketahanan kekuatan kontruksi
penguat lubang dan bangunan jamban.
3) Kurang nyaman
4) Dari segi kesehatan, jamban sistem ini dianggap kurang higinis
karena berbau serta memungkinkan timbulnya lalat dan serangga
lain.
5) Kurang aman untuk anak-anak.
Pokok Bahasan 2. JAGA sederhana metode Kakus Leher Angsa.

a. Pendahuluan

Jamban atau kakus merupakan salah satu kebutuhan pokok


manusia. Pembuatan jamban merupakan usaha manusia untuk memelihara
kesehatan dengan membuat lingkungan tempat hidup yang sehat. Dalam
pembuatan jamban sedapat mungkin harus diusahakan agar jemban tidak
menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, kontruksi yang kokoh dan
biaya yang terjangkau perlu dipikirkan dalam membuat jamban.

Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jamban adalah


sabagai berikut :

1) Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber-sumber air minum,


dan permukaan tanah yang ada disekitar jamban;
2) Menghindarkan berkembangbiaknya/tersebarnya cacing tambang pada
permukaan tanah;
3) Tidak memungkinkan berkembang biaknya lalat dan serangga
4) lain;
5) Menghindarkan atau mencegah timbulnya bau dan pemandangan yang
tidak menyedapkan;
6) Mengusahakan kontruksi yang sederhana, kuat dan murah;
7) Mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima masyarakat
setempat.

Dalam penetuan letak kakus ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu jarak
terhadap sumber air dan kakus. Penentuan jarak tergantung pada :

1) Keadaan daerah datar atau lereng;


2) Keadaan permukaan air tanah dangkal atau dalam;
3) Sifat, macam dan susunan tanah berpori atau padat, pasir, tanah liat
atau kapur.
Faktor tersebut di atas merupakan faktor yang mempengaruhi daya
peresapan tanah. Di Indonesia pada umumnya jarak yang berlaku antara
sumber air dan lokasi jamban berkisar antara 8 s/d 15 meter atau rata-rata 10
meter.

Dalam penentuan letak jamban ada tiga hal yang perlu diperhatikan :

1) Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus dibuat di sebelah


bawah dari letak sumber air. Andaikata tidak mungkin dan terpaksa di
atasnya, maka jarak tidak boleh kurang dari 15 meter dan letak harus
agak ke kanan atau kekiri dari letak sumur.
2) Bila daerahnya datar, kakus sedapat mungkin harus di luar lokasi
yang sering digenangi banjir. Andaikata tidak mungkin, maka
hendaknya lantai jamban (diatas lobang) dibuat lebih tinggidari
permukaan air yang tertinggi pada waktu banjir.
3) Mudah dan tidaknya memperoleh air. Dalam bab ini ada 5 cara
pembuatan jamban/kakus yang memenuhi persyaratan tersebut di atas,
yaitu :

1) kakus/jamban sistem cemplung atau galian

2) Jamban sistem leher angsa

3) Jamban septik tank ganda

4) Kakus Vietnam

5) Kakus sopa sandas

b. Uraian Singkat

Sistem ini sesuai untuk daerah yang mudah mendapatkan air bersih.
Pada jamban leher angsa tinja tidak langsung jatuh ke lubang penampungan
kotoran. Lubang pembuangan kotoran dilengkapi dengan mangkokan seprti
leher angsa. Bila pada mangkokan tersebut dituangi air, pada bagian leher
angsa akan tertinggal air yang menggenang yang berfungsi sebagai penutup
lubang.

c. Bahan

1) Batako/batu bata

2) Mangkokan leher angsa atau kloset pasir

3) Bahan atap

4) Semen

5) Kayu

6) Papan atau bahan dinding batu kali dan kerikil

7) Pipa pralon besar dan kecil

8) Ijuk

d. Peralatan

1) Gergaji

2) Alat pertukangan kayu dan batu

e. Pembuatan

Kontruksi kakus sistem leher angsa ada 3 macam :

1) Bak penampungan kotoran langsung di bawah lubang pembuangan.


2) Bak penampungan kotoran di samping bawah lubang pembuangan
dengan penghubung pipa saluran dan bak resapan.
3) Seperti 2 dimana bak resapan sebagai penyaring.
4) Bentuk kloset yang dipakai dapat dipilih sistem jongkok atau sistem
duduk.
f. Penggunaan

1) Siramkan air pada mangkokan leher angsa supaya tidak lengket


2) Jongkok atau duduk diatas kloset untuk melaksanakan hajat.
3) Setelah selesai guyur dengan air secukupnya sampai kotoran bersih

g. Pemeliharaan

1) Pakailah karbol pada saat membersihkan lantai agar bebas penyakit.


2) Hindarkan menyiram air sabun ke dalam bak pembuangan/atau ke
dalam kloset agar bakteri pembusuk tetap berperan aktif.
3) Lantai, kloset jamban harus selalu dalam keadaan bersih.
4) Jangan menggunakan alat pembersih yang keras agar kloset tidak cepat
rusak.
5) Jangan membuang kotoran yang tidak mudah larut ke dalam air misal :
kertas, kain bekas, dll.
h. Keuntungan

1) Lebih sehat, bersih dan punya nilai keleluasaan pribadi yang tinggi.
2) Karena proses pembusukan dan sistem resapan, bak tidak cepat penuh.
3) Timbulnya bau dapat dicegah oleh genangan air dalam leher angsa.
4) Dapat dipasang di luar atau di dalam rumah.
5) Dapat dipakai secara aman bagi anak-anak.
6) Bila penuh dapat dikuras/dikosongkan.

i. Kerugian

1) Selalu menguras bila bak penampung penuh lumpur.


2) Biayanya cukup mahal dan perlu keahlian teknis.
3) Bagi masyarakat yang belum biasa menggunakan perlu bimbingan.
Pokok Bahasan 3. JAGA sederhana metode Septic Tank Ganda.

a. Pendahuluan

Jamban atau kakus merupakan salah satu kebutuhan pokok


manusia. Pembuatan jamban merupakan usaha manusia untuk
memelihara kesehatan dengan membuat lingkungan tempat hidup yang
sehat. Dalam pembuatan jamban sedapat mungkin harus diusahakan agar
jemban tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, kontruksi
yang kokoh dan biaya yang terjangkau perlu dipikirkan dalam membuat
jamban.

Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jamban

adalah sabagai berikut :

1) Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber-sumber air minum,


dan permukaan tanah yang ada disekitar jamban;
2) Menghindarkan berkembangbiaknya/tersebarnya cacing tambang pada
permukaan tanah
3) Tidak memungkinkan berkembang biaknya lalat dan serangga lain;
4) Menghindarkan atau mencegah timbulnya bau dan pemandangan yang
tidak menyedapkan;
5) Mengusahakan kontruksi yang sederhana, kuat dan murah;
6) Mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima masyarakat
setempat.

Dalam penetuan letak kakus ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu
jarak terhadap sumber air dan kakus. Penentuan jarak tergantung pada :

1) Keadaan daerah datar atau lereng;

2) Keadaan permukaan air tanah dangkal atau dalam;


3) Sifat, macam dan susunan tanah berpori atau padat, pasir, tanah liat
atau kapur.

Faktor tersebut di atas merupakan faktor yang mempengaruhi daya


peresapan tanah. Di Indonesia pada umumnya jarak yang berlaku antara
sumber air dan lokasi jamban berkisar antara 8 s/d 15 meter atau rata-rata 10
meter.

Dalam penentuan letak jamban ada tiga hal yang perlu diperhatikan :

1) Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus dibuat di sebelah


bawah dari letak sumber air. Andaikata tidak mungkin dan terpaksa
di atasnya, maka jarak tidak boleh kurang dari 15 meter dan letak
harus agak ke kanan atau kekiri dari letak sumur.
2) Bila daerahnya datar, kakus sedapat mungkin harus di luar lokasi
yang sering digenangi banjir. Andaikata tidak mungkin, maka hendaknya
lantai jamban (diatas lobang) dibuat lebih tinggidari permukaan air
yang tertinggi pada waktu banjir.
3) Mudah dan tidaknya memperoleh air. Dalam bab ini ada 5 cara
pembuatan jamban/kakus yang memenuhi persyaratan tersebut di atas,
yaitu :

1) kakus/jamban sistem cemplung atau galian

2) Jamban sistem leher angsa

3) Jamban septik tank ganda

4) Kakus Vietnam

5) Kakus sopa sandas


b. Uraian Singkat

Jamban ini sama dengan jamban sistem resapan. Perbedaanya terletak


pada jumlah septik tank dan cara pembuangannya. Jumlah septik tank
ganda mempunyai dua atau lebih lubang penampung kotoran. Cara
pemakaian dilakukan bergilir setelah salah satu bak penampung terisi penuh.
Bak penampung yang telah penuh ditutup dan didiamkan beberapa lama
supaya kotoran dapat dijadikan kompos atau pupuk.

Saluran pembuangan dapat dipindahkan dengan menutup/membuka


lubang saluran yang dikehendaki pada bak pengontrol. Ukuran lubang dan
bangunan jamban tergantung pada kebutuhan dan persediaan lahan. Kotoran
yang telah berubah menjadi kompos dapat diambil dan dimanfaatkan sebagai
pupuk. Bak penampung yang telah dikosongkan dapat dimanfaatkan kembali.

c. Bahan

1) Bata ko/batu bata

2) Kayu/bambu

3) Papan atau bahan dinding

4) Pasir

5) Bahan atap (seng, genteng)

6) Semen

7) Pipa plastik/ pralon besar dan kecil

8) Batu kali dan kerikil

9) Kawat

10) Tali
11) Kloset atau mangkokan leher angsa.

d. Peralatan

1) Cangkul/alat penggali

2) Alat pertukangan kayu dan batu

e. Pembuatan

1) Pilih satu model bak penampung pada Gambar 1.

Gambar 1. Model Bak Penampung

2) Tentukan jarak dari sumber air menurut kondisi tanah seperti

dalam gambar 2.
Gambar 2. Jarak Sumber Air dan Kakus

4) Bangunlah konstruksi seperti Gambar 3.

Gambar 3. Konstruksi Kakus.

5) Isilah sekeliling bak dengan bahan porous (kerikil, ijuk, batu, dll) seperti
Gambar 4.
Gambar 4. Pengisian Bahan Proses

5) Buat penutup bak dan letakkan di atas bak seperti Gambar 5.

Gambar 5. Penutup bak

6) Jamban siap dipakai, apabila sudah penuh arah pembuangan kotoran


diubahmelalui bak kontrol (Gambar 6)
Gambar 6. Jamban Siap Pakai

7) Kotoran yang sudah menjadi kompos dimanfaatkan menjadi pupuk


(Gambar 7)

f. Penggunaan
1) Tutup lubang pembuangan dibuka
2) Jongkok/duduk diatas kloset untuk melaksanakan hajat besar
3) Setelah selesai membuang kotoran diguyur dengan air secukupnya.
g. Pemeliharaan
1) Jangan menggunakan benda keras pada waktu membongkar
pupuk (untuk menghindari dinding bak).
2) Selalu diperbaiki apabila ada konstruksi yang rusak.
3) Lubang-lubang kotoran perlu ditutup rapat guna menghindari
serangga dan bau.

h. Keuntungan
1) Tak perlu membuat bak penampung berpindah-pindah
2) Kotoran dapat dimanfaatkan kembali sebagai pupuk kompos
(setelah 2 tahun) tanpa efek kesehatan.
3) Tanah di sekitar bak penampung menjadi subur.
4) Lebih rapi, aman bila dibandingkan kakus cemplung
(gangguan, serangga, bau).

i. Kerugian
1) Kurang sesuai untuk daerah yang sumber airnya dangkal.
2) Relatif lebih mahal biaya konstruksinya.
VII. REFERENSI

LIPI (1991), Buku Panduan Air dan Sanitasi. Pusat Informasi wanita dalam
pembangunan PDII – LIPI, Jakarta.

Udin Jabu, Dkk. Pedoman Bidang Studi Pembuangan Tinja Dan Air Limbah
Pada Institusi Pendidikan Sanitasi/Kesehatan Lingkungan, Pusdiknakes,
Jakarta

Warsito, Sidik (1988) Kakus Sederhana Bagi Masyarakat Desa, Direktorat


Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai