Anda di halaman 1dari 8

SEMINAR INTERNASIONAL

Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional

OPTIMASI PENDIDIKAN DALAM PENERAPAN KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DI


SEKOLAH KEJURUAN
(Principals Ability to Applied Situational Leadership in Skill School At Banda
Aceh City)

Oleh:
Zuraini Mahyiddin*

ABSTRACT

This research tries to investigate how is the ability of school principals in applying
situational leadership at skill schools in Banda Aceh. In this research the writer applied
descriptive method and qualitative approach. The instruments used for the data collecting
were interview, observation, and documentation studies. The sample of this research
consists of school principals and teachers of skill schools in Banda Aceh. The sample was
taken by using purposive sampling. The result of the research shows that (1) the
principals are not able to identify the maturity of his/her teachers before using the style of
his/her leadership, (2) the principals only use their leaderships based on the habit which
means personal characteristics and the institution, (3) the use of authority to rule is only to
the referenced authority followed by legitimating and punishing and (4) The leadership
style of skill schools principals in Bnada Aceh tend to put emphasis on the implementation
of official duty rather than build the relationship among teachers.

Key words : Principals ability, situational leadership

* PKK/JPTK/FKIP UNSYIAH

PENDAHULUAN berlaku untuk mencapai tujuan sekolah.


Dalam beberapa tahun terakhir Sebagai seorang eksekutif, kepala sekolah
Sekolah Kejuruan (selanjutnya disebut dianggap sebagai suatu kekuatan
SMK) dihadapkan dengan berbagai stabilisasi. Sedangkan pada dimensi
masalah dalam pengelolaannya, baik kepemimpinan, kepala sekolah dilihat
yang berhubungan dengan bidang sebagai orang yang melakukan
edukatif maupun yang berhubungan perubahan.
dengan bidang administrative. Masalah Kepala sekolah adalah pemimpin
yang paling banyak disoroti oleh para tertinggi di sekolah. Pola kepemimpinan
pakar adalah mengenai pengelolaan seorang kepala sekolah akan sangat
pendidikan, mutu pendidikan, mutu guru berpengaruh bahkan sangat menentukan
dan mutu kepala sekolah. Berkaitan terhadap kemajuan sekolah yang
dengan pengelolaan pendidikan, dipimpinnya. Dengan demikian dalam
khususnya SMK tidak terlepas dari peran pendidikan modern, kepemimpinan kepala
kepala sekolah sebagai pengelola dan sekolah perlu mendapat perhatian serius.
orang yang berkewajiban meningkatkan Kepala sekolah bertugas sebagai
mutu guru. Kenyataan ini sebagaimana administrator, supervisor dan pemimpin.
disebutkan oleh Sutrisna (1985:331) Dalam kaitan ini tugas kepala sekolah
bahwa : adalah merencanakan,
Posisi Kepala Sekolah sebagai mengorganisasikan, melaksanakan dan
suatu kedudukan administratif yang mengawasi pelaksanaan kegiatan pada
tercakup ke dalam dua dimensi pokok, setiap substansi adminisdtrasi sekolah.
yaitu (1) dimensi eksekutif, dan (2) Sebagai supervisor kepala sekolah
dimensi kepemimpinan. Pada dimensi bertugas melaksanakan fungsi pembinaan
eksekutif, Kepala Sekolah harus dapat profesional terhadap guru-guru agar dapat
menggunakan dan memelihara struktur- melaksanakan pembelajaran secara
struktur dan prosedur-prosedur yang efektif. Selanjutnya, sebagai pemimpin

2043
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional

tugas kepala sekolah adalah adalah karena tekanan utama teori ini adalah
mempengaruhi, menggerakkan, perilaku pemimpin dalam hubungannya
mengarahkan dan mengendalikan guru- dengan bawahannya (Thoha, 2000:255)
guru agar tugas-tugas yang Dalam pelaksanaan tugas sebagai
dilaksanakan terarah kepada pencapaian pemimpin, seseorang memiliki gaya
tujuan pendidikan. Dengan demikian, kepemimpinan tersendiri. Gaya
seorang kepala sekolah (technical skill), kepemimpinan dimaksud adalah refleksi
keterampilan manusiawi (human skill) kepribadian yang dibedakan dengan
dan keterampilan konseptual (conceptual perilaku (Elizabeth, 2001:63) yang
skill). menyediakan motivasi dalam berbagai
Di samping memiliki keterampilan situasi interpersonal (Robbins, 1989:203;
seperti disebutkan diatas, seorang Hoy dan Miskel, 1991:274). Oleh karena
kepala sekolah juga harus memiliki itu, gaya kepemimpinan seseorang bukan
beberapa persyaratan. Syarat-syarat merupakan pencerminan perilakunya,
tersebut sebagaimana disebutkan melainkan merupakan kombinasi antara
Engkoswara (1986:36) terdiri atas (1) perilaku tugas dan perilaku hubungan
wawasan pendidikan yang luas dan yang merupakan pula adaptasi dari istilah
mendalam, (2) mampu berkomunikasi inisiasi dan konsiderasi.
dan bekerja sama dengan berbagai Keberhasilan suatu kepemimpinan
pihak, (3) mewujudkan kepemimpinan situasional sangat ditentukan oleh
Pancasila : ing ngarso sung tuludo, ing kesesuaian antara gaya kepemimpinan
madya mangun karso, dan tut wuri seorang pemimpin dan tingkat
handayani, dan (4) memiliki pendidikan kematangan atau perkembangan orang
dan pengalaman kependidikan yang yang dipimpinnya.(Rogers, 1993:173).
memadai. Sebagaimana halnya gaya kepemimpinan
Berdasarkan teori kepemimpinan, kepala sekolah sangat menentukan
Hersey dan Blanchard (1995) keberlangsungan yang berlangsung di
mengemukakan dua pendekatan pokok sekolah. Hal ini karena kepemimpinan
studi kepemimpinan, yakni pendekatan kepala sekolah, seperti disebutkan oleh
sifat-sifat dan pendekatan situasional. Mulyasa (2003:159), berpengaruh
Pendekatan sifat-sifat lebih terhadap kinerja tenaga kependidikan di
memfokuskan perhatian pada sifat-sifat sekolah untuk meningkatkan produktivitas
yang dimiliki seseorang. Seseorang kerja demi mencapai tujuan dan
dapat menjadi pemimpin apabila memiliki mewujudkan visi menjadi aksi.
karakteristik tertentu sebagai pemimpin. Penelitian ini memfokuskan kajian
Karakteristik itu merupakan kualitas pada kepemimpinan situasional.
pribadi seseorang yang dibawa sejak Kepemimpinan situasional yang dikaji
lahir. Sebaliknya, kepemimpinan adalah kepemimpinan situasional yang
situasional lebih memfokuskan pada dilaksanakan oleh kepala sekolah pada
perilaku pemimpin yang dapat diamati sekolah kejuruan yang ada di Banda Aceh.
dalam situasi kepemimpinan dan bukan Dipilih kepala sekolah dalam penelitian ini
pada sifat-sifat pribadi pemimpin. Selain didasarkan pada asumsi bahwa kepala
itu, pendekatan ini meyakini bahwa sekolah sudah dilatih dengan
peningkatan efektivitas kepemimpinan kepemimpinan situasional tersebut.
dapat dilakukan melalui pendidikan, Dengan demikian, judul penelitian ini
pelatihan, dan pengembangan. adalah
Kepemimpinan situasional Masalah yang dikaji dalam penelitian
mendasarkan pada hubungan tiga faktor, ini adalah ” bagaimanakah kemampuan
yakni perilaku tugas (task behaviour), kepala sekolah dalam menerapkan
perilaku hubungan (relationship kepemimpinan situasional pada Sekolah
behaviour) dan kematangan (maturity). Kejuruan Kota Banda Aceh? Masalah ini
Dari ketiga faktor tersebut, tingkat difokuskan pada empat submasalah, yakni
kematangan (maturity) bawahan (a) pemahaman kepala sekolah tentang
merupakan faktor yang paling dominan konsep kepemimpinan situasional, (b)

2044
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional

kemampuan menggunakan gaya catatan-catatan atau peristiwa-peristiwa


kepemimpinan yang sesuai dengan yang telah terekam yang ada
tingkat kematangan guru, (c) hubungannya dengan kepemimpinan
kemampuan menggunakan kuasa kepala sekolah. Data yang diperoleh
sebagai potensi untuk memimpin dan (d) melalui dokumentasi merupakan
kecenderungan perilaku kepemimpinan. pelengkap data yang diperoleh melalui
Tujuan yang ingin dicapai dari observasi dan wawancara.
penelitian ini adalah mendeskripsikan Dalam pelaksanaan pengumpulan
kemampuan Kepala sekolah kejuruan data, peneliti juga dilengkapi dengan buku
Kota Banda Aceh menerapkan catatan, alat tulis, tape recorder, dan
kepemimpinan situasional. Cakupannya kamera. Penggunaan perangkat tersebut
meliputi (a) pemahaman kepala sekolah digunakan untuk merekam baik berupa
tentang konsep kepemimpinan informasi verbal maupun berupa informasi
situasional, (b) kemampuan nonverbal. Unit analisis penelitian ini
menggunakan gaya kepemimpinan yang adalah bersifat institusional, yakni fokus
sesuai dengan tingkat kematangan guru, kajiannya adalah organisasi atau lembaga
(c) kemampuan menggunakan kuasa pendidikan. Penetapan sampel ditetapkan
sebagai potensi untuk memimpin dan (d) secara purposive sampling. Dengan
kecenderungan perilaku kepemimpinan. demikian, sampel ditetapkan sebanyak 6
orang sekolah ditambah 2 orang guru
METODE PENELITIAN pada masing-masing sekolah.
Metode yang digunakan dalam Analisis data dilakukan secara
penelitian ini adalah metode deskriptif berkesinambungan, yakni dimulai dari
dengan pendekatan kuantitatif. awal pengumpulan data sampai berakhir
Penggunaan metode diatas dianggap pengumpulan data. Untuk menentukan
sesuai bentuk penelitian ini karena kemapuan kepala sekolah menerapkan
penelitian ini bermaksud kepemimpinan situasional, indikator yang
mendeskripsikan informasi-informasi digunakan adalah sebagai berikut :
yang diperoleh dilapangan berdasarkan 1. penggunaan gaya kepemimpinan yang
natural setting. Hal ini juga sesuai tepat sesuai dengan tingkat
dengan yang dikemukakan oleh Bodgan kematangan guru
dan Taylor bahwa metode kulitatif 2. penggunaan sumber kuasa sesuai
merupakan prosedur penelitian yang dengan tingkat kematangan guru
menghasilkan data deskriptif berupa 3. kecenderungan perilaku
kata-kata tertulis atau lisan dari orang- kepemimpinan
orang dan perilaku yang dapat diamati 4. kesediaan guru bekerja sama dan
(Moleong, 2001:3). menghormati kepala sekolah
Data dikumpulkan dengan 5. adanya rasa senang/puas antara guru
menggunakan observasi, wawancara dan kepala sekolah.
dan dokumentasi. Observasi digunakan Adapun tahapan pengolahan dan
untuk mengungkap data tentang penafsiran data dilakukan melalui tahap-
kemampuan kepala sekolah menerapkan tahap sebagai berikut :
kepemimpinan situasional (terutama 1. reduksi data. Pada tahap ini data yang
berkaitan dengan kecenderungan sudah terkumpul dirangkum dan
perilaku kepemimpinan, kemampuan diorganisasikan sesuai dengan fokus
menggunakan gaya kepemimpinan, penelitian. Selanjutnya, data tentang
kemampuan menggunakan kuasa kemampuan kepala sekolah
sebagai potensi untuk memimpin. menerapkan kepemimpinan situasional
Wawancara digunakan untuk diolah dengan tujuan menemukan
mengumpulkan data mengenai jumlah kebutuhan tenaga guru dan
pemahaman/tanggapan kepala sekolah sistem penugasannya baik pada
terhadap materi kepemimpinan tingkat sekolah maupun pada tingkat
situasional. Dokumentasi digunakan kabupaten, serta memprediksikan
untuk mengumpulkan data mengenai

2045
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional

kebutuhan tenaga guru untuk lima yang digunakan sesuai dengan tingkat
tahun yang akan datang. kematangan. Para responden dalam hal
2. display data, pada tahap ini peneliti ini tampaknya belum memahami betul,
merangkum temuan penelitian baik istilah tingkat kematangan maupun
secara sistematis sehingga cara cara mengidentifikasinya. Akan tetapi,
kepala sekolah menerapkan mereka mengetahui dan memahami
kepemimpinan situasional mudah kemampuan guru. Sebelum mereka
diketahui. Dalam kaitan ini juga memberikan suatu tugas dan berhadapan
dilakukan pemaknaan terhadap data. dengan guru, mereka melihat watak,
3. verifikasi data, yakni peneliti menguji sikap, wawasan, dan kemampuan masing-
simpulan yang telah dibuat dan masing guru. Setelah itu, mereka barulah
dibandingkan dengan teori-teori yang memberikan suatu tugas.
relevan serta petunjuk Di sini dapat dikatakan bahwa
pelaksanaannya. kemampuan kepala sekolah
mengidentifikasi dan mendiagnosis tingkat
HASIL DAN PEMBAHASAN kematangan guru masih belum memadai.
Berdasarkan wawancara yang Semestinya kepala sekolah mempunyai
dilakukan dengan kepala sekolah konsep terhadap masing-masing guru,
menunjukkan bahwa kepala sekolah yaitu menentukan posisi masing-masing
SMK di kota Banda Aceh mengetahui guru dalam level (tingkat) kematangannya.
dan memahami tentang konsep Posisi tersebut memuat ”siapa” guru yang
kepemimpinan situasional. Pemahaman masih memerlukan banyak bimbingan
itu diperoleh melalui pelatihan, lokakarya atau pengarahan (M1) dalam pelaksanaan
dan referensi lainnya. Menurut mereka, tugasnya, tetapi mereka sudah berangsur-
manajemen kepemimpinan situasional angsur meningkat kemauan dan
dapat dijadikan dasar dalam pengelolaan kemampuannya dalam melaksanakan
sekolah secara profesional. Hal ini tugas (M2), ”siapa” guru yang sudah
dikaitkan dengan kematangan guru-guru memiliki kemauan dan kemampuan dalam
disekolah yang heterogen. Heterogenitas melaksanakan tugas yang diberikan (M3),
itu terutama dalam hal pengalaman dan ”siapa” guru yang tidak memerlukan
mereka bekerja sebagai guru yang bimbingan atau arahan lagi atau mereka
teraktualisasi dalam bentuk kematangan sudah memiliki kemauan dan kemampuan
bekerja. Perbedaan inilah yang harus yang tinggi untuk dapat menyelesaikan
dibaca oleh kepala sekolah dalam tugasnya. Konsep tentang masing-masing
konteks kepemimpinannya. Oleh karena guru ini dapat diaktualisasikan dalam
itu, konsep kepemimpinan situasional suatu daftar tingkat kematangan guru.
merupakan satu cara untuk mengelola Dengan demikian, kepala sekolah memiliki
heterogenitas tersebut. peta kematangan guru dan dengan
Uraian diatas menggambarkan sendirinya akan mudah menghadapinya.
bahwa pemahaman kepala sekolah Hasil penelitian mengindikasikan
tentang konsep kepemimpinan bahwa dalam hal pemilihan dan
situasional merupakan salah satu modal penggunaan gaya kepemimpinann oleh
bagi kepala sekolah dalam mengelola kepala sekolah masih pada tahap
sumber daya yang ada disekolah. ”memberitahukan”. Responden pada
Pengelolaan sumber daya tersebut umumnya mengungkapkan, mula-mula
terutama dalam hal menyelaraskan ”memberitahukan” kepada guru-guru cara
persepsi diantara orang-orang yang mengerjakan suatu tugas, kemudian para
terlibat dalam penyelenggaraan guru ”diikutsertakan” dalam penyelesaian
pendidikan demi terwujudnya perbaikan tugas tersebut. Jika guru mengalami
mutu pendidikan secara berkelanjutan. kendala dalam pelaksanaan tugas, kepala
Dalam kepemimpinan situasional, sekolah mengarahkan, memberikan
sebelum digunakan gaya kepemimpinan, petunjuk dan memberitahukan cara
terlebih dahulu bisa didentifikasi tingkat penyelesaian tugas tersebut.
kematangan perilaku(guru) agar gaya Kecenderungan penggunaan gaya

2046
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional

”memberitahukan” adalah yang paling konsekuensinya adalah penggunaan gaya


umum dipilih dibandingkan dengan gaya kepemimpinan oleh kepala sekolah tidak
lainnya. sesuai dengan tingkat kematangan guru.
Bersumber dari informasi yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
diberikan responden, baik oleh kepala penggunaan gaya kepemimpinan tersebut
sekolah maupun oleh guru, dapat saling berganti, bolak-balik, berulang-
diketahui bahwa penggunaan gaya ulang, meloncat-loncat dan hanya berkisar
kepemimpinan oleh kepala sekolah pada G1 (memberitahukan), G2
belum mengikuti kurve preskriptif melalui (memasarkan/mengkonsultasikan) dan G3
keempat kuadran gaya kepemimpinan, (mengikutsertakan). Gaya yang lebih
yaitu mulai dari dominan (paling sering digunakan) adalah
memberitahukan,memasarkan/mengkon memberitahukan/mengarahkan (telling)
sultasikan, mengikutsertakan, dan sebagai gaya utama yang diikuti oleh gaya
mendelegasikan. Di antara keempat memasarkan/mengkonsultasikan (selling)
gaya kepemimpinan tersebut terlihat sebagai gaya kedua. Penggunaan gaya
bahwa gaya ”mendelegasikan” jarang kepemimpinan oleh kepala sekolah lebih
digunakan. didasarkan pada kebiasaan (sesuai
Frekuensi atau tingkat keseringan dengan karakteristik pribadinya) dan intuisi
penggunaan keempat gaya saja. Satu gaya kepemimpinan digunakan
kepemimpinan oleh kepala sekolah hampir merata untuk setiap guru, apapun
dapat dijelaskan bahwa gaya tingkat kematangannya dan
memberitahukan/mengarahkan/memberi bagaimanapun perkembangan tingkat
petunjuk (telling) paling sering kematangannya (progresif atau regresif).
digunakan. Gaya ini dapat dikatakan Dalam hal ini penggunaan kuasa
sebagai gaya kepemimpinan utama sebagai potensi dalam memimpin,
(favorit) kepala sekolah karena gaya ini seorang pemimpin dapat menggunakan
merupakan perilaku yang paling sering berbagai jenis kuasa. Jenis kuasa itu
muncul atau diterapkan kepala sekolah meliputi kuasa paksaan, kuasa keahlian,
tatkala mempengaruhi aktivitas guru kuasa legitimasi, kuasa referen, kuasa
disekolah. ganjaran, kuasa informasi dan kuasa
Berdasarkan kenyataan diatas koneksi. Kuasa paksaan rata-rata dimiliki
dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah oleh setiap kepala sekolah. Kuasa ini
belum memiliki kemampuan untuk sering muncul apabila ada suatu masalah
mengidentifikasi tingkat kematangan yang perlu diselesaikan atau dalam
guru sebelum menggunakan gaya pengambilan keputusan. Di sini kepala
kepemimpinan. Para kepala sekolah sekolah menonjolkan kemauannya dengan
belum dapat menempatkan masing- cara memaksakan kemauan dan
masing guru sesuai dengan tingkat kehendaknya itu kepada guru supaya
kematangannya, yaitu M1, M2, M3, dan diterima bersama. Cara lain adalah
M4. sebelum memberikan tugas kepada dengan cara kekerasan. Jika seorang guru
guru, hal yang mereka perhatikan juga telah berkali-kali diberi teguran, tetapi tidak
adalah watak, sikap, dan wawasan guru. ada kemajuan, cara yang digunakan
Di samping itu, hal yang diperhatikan adalah cara kekerasan. Selain itu,
juga adalah pengalaman guru selama ini, pemaksaan terlihat melalui pemberian
yakni kemampuan menyelesaikan tugas- tugas yang bertumpuk-tumpuk kepada
tugas yang dibebankan kepada mereka. guru dan harus dilaksanakan dalam waktu
Walaupun para kepala sekolah setiap bersamaan. Tugas yang diberikan
hari berhadapan dengan guru, mereka tersebut, menurut pertimbangan kepala
tidak memiliki konsep tentang posisi sekolah akan sulit dikerjakan oleh guru
masing-masing guru sesuai dengan dan sekaligus menjadi hukuman bagi guru
tingkat kematangannya. yang bersangkutan.
Dengan tidak diidentifikasi terhadap Penggunaan kuasa legistimasi
tingkat kematangan guru sebelum muncul jika ada suatu masalah dengan
digunakan gaya kepemimpinan, para guru, yang menurut kepala sekolah,

2047
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional

para guru mempertanyakan keberadaan menerjemahkan keinginan atasannya.


kepala sekolah. Hal ini terjadi karena Sebaliknya, kekuasaan informasi
kepala sekolah menugasi guru dan tugas memberikan informasi yang baik
itu perlu diselesaikan dalam jangka bagaimana langkah kerja dan bagaimana
waktu yang ditentukannya. Jika pada mendiskusikan serta mengevaluasi
batas waktu yang ditentukan belum bersama tim sejawat.
diselesaikan oleh guru, apapun alasan Berdasarkan uraian diatas dapat
yang diberikan guru sulit diterima oleh disimpulkan bahwa penggunaan kuasa
kepala sekolah. Selanjutnya, muncullah sebagai potensi untuk memimpin terbatas
kekuasaan legitimasi, yakni kepala pada kuasa referen, kuasa legitimasi,
sekolah sebagai atasan harus dituruti kuasa paksaan, dan kuasa ganjaran.
dan ditaati perintahnya. Dilihat dari keempat jenis kuasa tersebut,
Penggunaan kekuasaan referen kuasa referen merupakan jenis kuasa
oleh kepala sekolah lebih banyak muncul yang paling tinggi frekuensinya karena
melalui kekuatan dan kemampuan paling sering digunakan oleh kepala
pribadinya mempengaruhi guru sehingga sekolah untuk mendapatkan pengakuan
menimbulkan kewibawaan. Hal yang dari para guru. Selain itu, jenis kuasa yang
tampak menonjol dalam penggunaan lain yang digunakan dapat disebutkan
kuasa referen adalah melalui tindakan secara berturut-turut adalah kuasa
atau perbuatan menurut para guru lebih legitimasi, kuasa ganjaran dan kuasa
banyak melalui tindakan mendisiplinkan paksaan. Sebagaimana halnya dengan
dirinya sendiri, terutama dalam gaya kepemimpinan, penggunaan kuasa
memenuhi peraturan dan norma-norma juga didasarkan pada kemauan,
yang ada disekolah. Selain itu, kuasa kebiasaan dan intuisi para pemimpin. Di
ganjaran juga muncul melalui perilaku pihak guru, diantara jenis kuasa yang
atau upaya kepala sekolah dan disebutkan diatas, jenis kuasa yang
ucapannya. Kuasa ganjaran yang sangat disenangi para guru adalah kuasa
muncul melalui upaya kepemimpinan referen dan kuasa ganjaran, terutama
terlihat melalui cara kepala sekolah disenangi oleh para guru senior. Para guru
dalam memenuhi kebutuhan guru bersedia menyelesaikan tugas dengan
sebatas kemampuannya sebagai kepala baik atau memperoleh potensi yang
sekolah. Kuasa ganjaran juga dapat membanggakan, mereka lebih menyukai
terlihat melalui ucapan kepala sekolah, apabila kepala sekolah memberikan
seperti pemberian pujian apabila guru ganjaran, teruatama dalam bentuk
mempunyai prestasi yang menonjol. pengakuan (recognition) dari kepala
sekolah atas eksistensinya sebagai guru.
Dari keempat jenis kuasa yang telah Akan tetapi, para guru tidak senang
disebutkan diatas, jenis kuasa yang bekerja jika kepala sekolah mengandalkan
sering digunakan oleh kepala sekolah kekuasaan formalnya sebagai kepala
adalah kuasa legitimasi (legitimate sekolah dalam hal penyelesaian suatu
power) yakni jenis kuasa yang sering tugas.
digunakan untuk memperoleh Dalam hal penggunaan gaya
pengakuan dari guru. Selain itu, kepala kepemimpinan dan kuasa memperlihatkan
sekolah juga menggunakan jenis kuasa bahwa keenam kepala SMK yang
referen (referent power), kuasa paksaan dijadikan responden penelitian ini
(coercive power) dan kuasa tampaknya belum aktif. Akan tetapi,
ganjaran(reward power). mereka mampu mendapatkan dukungan
Kekuasaan referensi, menurut yang penuh dari para guru sehingga
beberapa kepala sekolah, seperti RKS II pelaksanaan tugasnya dapat dikatakan
dan RKS I, mengungkapkan bahwa berhasil.
kekuasaan referen memberikan contoh Berkaitan dengan perilaku
merujuk kepada orang yang mampu, kepemimpinan, ada dua pola perilaku
nalar yang tinggi. Jika tidak demikian, kepemimpinan, yakni perilaku tugas dan
orang tersebut tidak mampu perilaku hubungan. Perilaku tugas

2048
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional

merupakan perilaku pemimpin yang lebih bahwa penekanan para kepala sekolah
mengutamakan setiap tugas masing- adalah pada pelaksanaan tugas-tugas
masing orang terlaksana dengan baik guru dalam kaitannya kedinasan di
(concern for individual relationship). Jika samping pemeliharaan hubungan baik
kepala sekolah mampu memperhatikan yang bersifat kekeluargaan dengan para
kedua dimensi perilaku kepemimpinan guru.
tersebut, ia dapat dikategorikan sebagai
pemimpin yang efektif, seperti KESIMPULAN DAN SARAN
dikemukakan oleh Bolees dan Vanpart Kesimpulan
(1983:102), ”pemimpin yang tinggi dalam 1. kepala sekolah mengidentifikasi tingkat
kedua dimensi kepemimpinan adalah kematangan guru-guru sebelum
pemimpin yang efektif.” menggunakan gaya
Berdasarkan wawancara yang kepemimpinannya.
dilakukan dengan kepala sekolah dapat 2. penggunaan gaya kepemimpinan oleh
diketahui bahwa pengaturan perilaku kepala sekolah lebih didasarkan pada
kepemimpinan oleh mereka cukup kebiasaa, yakni sesuai dengan
bervariasi. Menurut RKS III dan RKS VI, karakteristik pribadi dan intuisinya.
ia memberikan perhatian terhadap 3. penggunaan kuasa sebagai potensi
perilaku hubungan. Alasannya adalah untuk memimpin terbatas pada kuasa
suatu program yang telah dibuat tidak referensi disusul dengan kuasa
akan terlaksana dengan baik jika legitimasi dan ganjaran.
keduanya tidak dipelihara dan 4. kecenderungan perilaku
dipertahankan. Dalam kaitan ini, kepemimpinan Kepala SMK Negeri
sebelum memberikan suatu tugas Kota Banda Aceh ditekankan pada
kepada guru, terlebih dahulu perlu pelaksanaan tugas kedinasan
dipelihara hubungan baik agar guru yang dibandingkan dengan membina
bersangkutan melaksanakan tugasnya hubungan dengan guru.
tanpa merasa ada tekanan dari kepala
sekolah. Kecenderungan perilaku Saran
kepemimpinan kepala sekolah itu 1. peningkatan kualitas kepemimpinan
menurut guru RG I, RG IV, RG V, dan kepala sekolah perlu ditingkat melalui
RG VI antara keduanya seimbang. pelatihan-pelatihan khusus berkaitan
Menurut mereka, terlihat dari perilakunya dengan kepemimpinan situasional
sehari-hari bahwa kepala sekolah selalu sehingga menciptakan iklim
menuntut hasil pekerjaan yang optimal kepemimpinan yang baik dan serasi
dari para guru, disamping juga selalu disekolah.
memperhatikan keadaan guru secara 2. pengawasan dan tindak lanjut
individual dengan menanyakan keadaan terhadap pelaksanaan kepemimpinan
guru dan keluarganya. situasional disekolah, khususnya SMK,
RKS V mengungkapkan bahwa perlu dilaksanakan secara
penekanan kepala sekolah lebih berat berkesinambungan agar tercipta pola
terhadap pelaksanaan tugas kepemimpinan yang sesuai dengan
dibandingkan dengan pemeliharaan situasi sekolah.
hubungan dengan guru. Akan tetapi, 3. Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh
dilain pihak, kepala sekolah juga tetap khususnya dan Dinas Pendidikan NAD
menjaga/memelihara hubungan baik umumnya hendaknya meningkatkan
dengan guru. Kenyataan yang kemampuan kepala sekolah dalam
disebutkan terakhir teramati melalui pelaksanaan kepemimpinan
observasi yang dilaksanakan peneliti. situasional.
Hasil observasi juga dapat disimpulkan

2049
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional

DAFTAR PUSTAKA Hoy, Weyne k, dan Miskel, (1991),


Bolees, Harold W dan James A. Vanpart, Educational Administration Theory
(1983), Introductional to Educational: Research Practice, Singapore :
An Leadership. Lanhom University McGraw-Hill Inc.
Press of America Inc. Moleong, Lexy J, (2001), Metodologi
Elizabeth, O, Leary, (2001), Penelitian Kualitatif, Bandung :
Kepemimpinan, Yogyakarta : Rosda Karya.
Penerbit Andi. Mulyasa, (2003), Menjadi Kepala
Engkoswara, (1986), Manajemen Sekolah Profesional. Bandung: PT
Lembaga Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdya Karya.
Patragading. Robbins, S.P., (1989), Perilaku
Handoko, T. Hani, (1999), Manajemen: Organisasi, Jakarta: Preuhalindo.
Tentang Tugas dan Tanggung Jawab Rogers, (1993), Supervisory Behavior in
Pendidikan Sekolah, Yogyakarta : Education, New Jersey: Prentoce-
BPFE. Hall Inc.
Hersey , P. & Natameyer K.H. Sutisna, Oteng, (1985), administrasi
Blanchard, (1995), Management of Pendidikan: Dasar Teoritis untuk
Organizational Praktek Profesional, Bandung:
Beha-vior, Utilizing Human Research Angkasa.
New Jersey. New Jersey: Prentice
Hall Inc.

2050

Anda mungkin juga menyukai