Zuraini Mahyiddin - UNSYIAH
Zuraini Mahyiddin - UNSYIAH
Oleh:
Zuraini Mahyiddin*
ABSTRACT
This research tries to investigate how is the ability of school principals in applying
situational leadership at skill schools in Banda Aceh. In this research the writer applied
descriptive method and qualitative approach. The instruments used for the data collecting
were interview, observation, and documentation studies. The sample of this research
consists of school principals and teachers of skill schools in Banda Aceh. The sample was
taken by using purposive sampling. The result of the research shows that (1) the
principals are not able to identify the maturity of his/her teachers before using the style of
his/her leadership, (2) the principals only use their leaderships based on the habit which
means personal characteristics and the institution, (3) the use of authority to rule is only to
the referenced authority followed by legitimating and punishing and (4) The leadership
style of skill schools principals in Bnada Aceh tend to put emphasis on the implementation
of official duty rather than build the relationship among teachers.
* PKK/JPTK/FKIP UNSYIAH
2043
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional
tugas kepala sekolah adalah adalah karena tekanan utama teori ini adalah
mempengaruhi, menggerakkan, perilaku pemimpin dalam hubungannya
mengarahkan dan mengendalikan guru- dengan bawahannya (Thoha, 2000:255)
guru agar tugas-tugas yang Dalam pelaksanaan tugas sebagai
dilaksanakan terarah kepada pencapaian pemimpin, seseorang memiliki gaya
tujuan pendidikan. Dengan demikian, kepemimpinan tersendiri. Gaya
seorang kepala sekolah (technical skill), kepemimpinan dimaksud adalah refleksi
keterampilan manusiawi (human skill) kepribadian yang dibedakan dengan
dan keterampilan konseptual (conceptual perilaku (Elizabeth, 2001:63) yang
skill). menyediakan motivasi dalam berbagai
Di samping memiliki keterampilan situasi interpersonal (Robbins, 1989:203;
seperti disebutkan diatas, seorang Hoy dan Miskel, 1991:274). Oleh karena
kepala sekolah juga harus memiliki itu, gaya kepemimpinan seseorang bukan
beberapa persyaratan. Syarat-syarat merupakan pencerminan perilakunya,
tersebut sebagaimana disebutkan melainkan merupakan kombinasi antara
Engkoswara (1986:36) terdiri atas (1) perilaku tugas dan perilaku hubungan
wawasan pendidikan yang luas dan yang merupakan pula adaptasi dari istilah
mendalam, (2) mampu berkomunikasi inisiasi dan konsiderasi.
dan bekerja sama dengan berbagai Keberhasilan suatu kepemimpinan
pihak, (3) mewujudkan kepemimpinan situasional sangat ditentukan oleh
Pancasila : ing ngarso sung tuludo, ing kesesuaian antara gaya kepemimpinan
madya mangun karso, dan tut wuri seorang pemimpin dan tingkat
handayani, dan (4) memiliki pendidikan kematangan atau perkembangan orang
dan pengalaman kependidikan yang yang dipimpinnya.(Rogers, 1993:173).
memadai. Sebagaimana halnya gaya kepemimpinan
Berdasarkan teori kepemimpinan, kepala sekolah sangat menentukan
Hersey dan Blanchard (1995) keberlangsungan yang berlangsung di
mengemukakan dua pendekatan pokok sekolah. Hal ini karena kepemimpinan
studi kepemimpinan, yakni pendekatan kepala sekolah, seperti disebutkan oleh
sifat-sifat dan pendekatan situasional. Mulyasa (2003:159), berpengaruh
Pendekatan sifat-sifat lebih terhadap kinerja tenaga kependidikan di
memfokuskan perhatian pada sifat-sifat sekolah untuk meningkatkan produktivitas
yang dimiliki seseorang. Seseorang kerja demi mencapai tujuan dan
dapat menjadi pemimpin apabila memiliki mewujudkan visi menjadi aksi.
karakteristik tertentu sebagai pemimpin. Penelitian ini memfokuskan kajian
Karakteristik itu merupakan kualitas pada kepemimpinan situasional.
pribadi seseorang yang dibawa sejak Kepemimpinan situasional yang dikaji
lahir. Sebaliknya, kepemimpinan adalah kepemimpinan situasional yang
situasional lebih memfokuskan pada dilaksanakan oleh kepala sekolah pada
perilaku pemimpin yang dapat diamati sekolah kejuruan yang ada di Banda Aceh.
dalam situasi kepemimpinan dan bukan Dipilih kepala sekolah dalam penelitian ini
pada sifat-sifat pribadi pemimpin. Selain didasarkan pada asumsi bahwa kepala
itu, pendekatan ini meyakini bahwa sekolah sudah dilatih dengan
peningkatan efektivitas kepemimpinan kepemimpinan situasional tersebut.
dapat dilakukan melalui pendidikan, Dengan demikian, judul penelitian ini
pelatihan, dan pengembangan. adalah
Kepemimpinan situasional Masalah yang dikaji dalam penelitian
mendasarkan pada hubungan tiga faktor, ini adalah ” bagaimanakah kemampuan
yakni perilaku tugas (task behaviour), kepala sekolah dalam menerapkan
perilaku hubungan (relationship kepemimpinan situasional pada Sekolah
behaviour) dan kematangan (maturity). Kejuruan Kota Banda Aceh? Masalah ini
Dari ketiga faktor tersebut, tingkat difokuskan pada empat submasalah, yakni
kematangan (maturity) bawahan (a) pemahaman kepala sekolah tentang
merupakan faktor yang paling dominan konsep kepemimpinan situasional, (b)
2044
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional
2045
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional
kebutuhan tenaga guru untuk lima yang digunakan sesuai dengan tingkat
tahun yang akan datang. kematangan. Para responden dalam hal
2. display data, pada tahap ini peneliti ini tampaknya belum memahami betul,
merangkum temuan penelitian baik istilah tingkat kematangan maupun
secara sistematis sehingga cara cara mengidentifikasinya. Akan tetapi,
kepala sekolah menerapkan mereka mengetahui dan memahami
kepemimpinan situasional mudah kemampuan guru. Sebelum mereka
diketahui. Dalam kaitan ini juga memberikan suatu tugas dan berhadapan
dilakukan pemaknaan terhadap data. dengan guru, mereka melihat watak,
3. verifikasi data, yakni peneliti menguji sikap, wawasan, dan kemampuan masing-
simpulan yang telah dibuat dan masing guru. Setelah itu, mereka barulah
dibandingkan dengan teori-teori yang memberikan suatu tugas.
relevan serta petunjuk Di sini dapat dikatakan bahwa
pelaksanaannya. kemampuan kepala sekolah
mengidentifikasi dan mendiagnosis tingkat
HASIL DAN PEMBAHASAN kematangan guru masih belum memadai.
Berdasarkan wawancara yang Semestinya kepala sekolah mempunyai
dilakukan dengan kepala sekolah konsep terhadap masing-masing guru,
menunjukkan bahwa kepala sekolah yaitu menentukan posisi masing-masing
SMK di kota Banda Aceh mengetahui guru dalam level (tingkat) kematangannya.
dan memahami tentang konsep Posisi tersebut memuat ”siapa” guru yang
kepemimpinan situasional. Pemahaman masih memerlukan banyak bimbingan
itu diperoleh melalui pelatihan, lokakarya atau pengarahan (M1) dalam pelaksanaan
dan referensi lainnya. Menurut mereka, tugasnya, tetapi mereka sudah berangsur-
manajemen kepemimpinan situasional angsur meningkat kemauan dan
dapat dijadikan dasar dalam pengelolaan kemampuannya dalam melaksanakan
sekolah secara profesional. Hal ini tugas (M2), ”siapa” guru yang sudah
dikaitkan dengan kematangan guru-guru memiliki kemauan dan kemampuan dalam
disekolah yang heterogen. Heterogenitas melaksanakan tugas yang diberikan (M3),
itu terutama dalam hal pengalaman dan ”siapa” guru yang tidak memerlukan
mereka bekerja sebagai guru yang bimbingan atau arahan lagi atau mereka
teraktualisasi dalam bentuk kematangan sudah memiliki kemauan dan kemampuan
bekerja. Perbedaan inilah yang harus yang tinggi untuk dapat menyelesaikan
dibaca oleh kepala sekolah dalam tugasnya. Konsep tentang masing-masing
konteks kepemimpinannya. Oleh karena guru ini dapat diaktualisasikan dalam
itu, konsep kepemimpinan situasional suatu daftar tingkat kematangan guru.
merupakan satu cara untuk mengelola Dengan demikian, kepala sekolah memiliki
heterogenitas tersebut. peta kematangan guru dan dengan
Uraian diatas menggambarkan sendirinya akan mudah menghadapinya.
bahwa pemahaman kepala sekolah Hasil penelitian mengindikasikan
tentang konsep kepemimpinan bahwa dalam hal pemilihan dan
situasional merupakan salah satu modal penggunaan gaya kepemimpinann oleh
bagi kepala sekolah dalam mengelola kepala sekolah masih pada tahap
sumber daya yang ada disekolah. ”memberitahukan”. Responden pada
Pengelolaan sumber daya tersebut umumnya mengungkapkan, mula-mula
terutama dalam hal menyelaraskan ”memberitahukan” kepada guru-guru cara
persepsi diantara orang-orang yang mengerjakan suatu tugas, kemudian para
terlibat dalam penyelenggaraan guru ”diikutsertakan” dalam penyelesaian
pendidikan demi terwujudnya perbaikan tugas tersebut. Jika guru mengalami
mutu pendidikan secara berkelanjutan. kendala dalam pelaksanaan tugas, kepala
Dalam kepemimpinan situasional, sekolah mengarahkan, memberikan
sebelum digunakan gaya kepemimpinan, petunjuk dan memberitahukan cara
terlebih dahulu bisa didentifikasi tingkat penyelesaian tugas tersebut.
kematangan perilaku(guru) agar gaya Kecenderungan penggunaan gaya
2046
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional
2047
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional
2048
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional
merupakan perilaku pemimpin yang lebih bahwa penekanan para kepala sekolah
mengutamakan setiap tugas masing- adalah pada pelaksanaan tugas-tugas
masing orang terlaksana dengan baik guru dalam kaitannya kedinasan di
(concern for individual relationship). Jika samping pemeliharaan hubungan baik
kepala sekolah mampu memperhatikan yang bersifat kekeluargaan dengan para
kedua dimensi perilaku kepemimpinan guru.
tersebut, ia dapat dikategorikan sebagai
pemimpin yang efektif, seperti KESIMPULAN DAN SARAN
dikemukakan oleh Bolees dan Vanpart Kesimpulan
(1983:102), ”pemimpin yang tinggi dalam 1. kepala sekolah mengidentifikasi tingkat
kedua dimensi kepemimpinan adalah kematangan guru-guru sebelum
pemimpin yang efektif.” menggunakan gaya
Berdasarkan wawancara yang kepemimpinannya.
dilakukan dengan kepala sekolah dapat 2. penggunaan gaya kepemimpinan oleh
diketahui bahwa pengaturan perilaku kepala sekolah lebih didasarkan pada
kepemimpinan oleh mereka cukup kebiasaa, yakni sesuai dengan
bervariasi. Menurut RKS III dan RKS VI, karakteristik pribadi dan intuisinya.
ia memberikan perhatian terhadap 3. penggunaan kuasa sebagai potensi
perilaku hubungan. Alasannya adalah untuk memimpin terbatas pada kuasa
suatu program yang telah dibuat tidak referensi disusul dengan kuasa
akan terlaksana dengan baik jika legitimasi dan ganjaran.
keduanya tidak dipelihara dan 4. kecenderungan perilaku
dipertahankan. Dalam kaitan ini, kepemimpinan Kepala SMK Negeri
sebelum memberikan suatu tugas Kota Banda Aceh ditekankan pada
kepada guru, terlebih dahulu perlu pelaksanaan tugas kedinasan
dipelihara hubungan baik agar guru yang dibandingkan dengan membina
bersangkutan melaksanakan tugasnya hubungan dengan guru.
tanpa merasa ada tekanan dari kepala
sekolah. Kecenderungan perilaku Saran
kepemimpinan kepala sekolah itu 1. peningkatan kualitas kepemimpinan
menurut guru RG I, RG IV, RG V, dan kepala sekolah perlu ditingkat melalui
RG VI antara keduanya seimbang. pelatihan-pelatihan khusus berkaitan
Menurut mereka, terlihat dari perilakunya dengan kepemimpinan situasional
sehari-hari bahwa kepala sekolah selalu sehingga menciptakan iklim
menuntut hasil pekerjaan yang optimal kepemimpinan yang baik dan serasi
dari para guru, disamping juga selalu disekolah.
memperhatikan keadaan guru secara 2. pengawasan dan tindak lanjut
individual dengan menanyakan keadaan terhadap pelaksanaan kepemimpinan
guru dan keluarganya. situasional disekolah, khususnya SMK,
RKS V mengungkapkan bahwa perlu dilaksanakan secara
penekanan kepala sekolah lebih berat berkesinambungan agar tercipta pola
terhadap pelaksanaan tugas kepemimpinan yang sesuai dengan
dibandingkan dengan pemeliharaan situasi sekolah.
hubungan dengan guru. Akan tetapi, 3. Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh
dilain pihak, kepala sekolah juga tetap khususnya dan Dinas Pendidikan NAD
menjaga/memelihara hubungan baik umumnya hendaknya meningkatkan
dengan guru. Kenyataan yang kemampuan kepala sekolah dalam
disebutkan terakhir teramati melalui pelaksanaan kepemimpinan
observasi yang dilaksanakan peneliti. situasional.
Hasil observasi juga dapat disimpulkan
2049
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional
2050