Anda di halaman 1dari 8

BAB II METODOLOGI

2.1 Tatacara Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data penulis melakukan analisis dan pengamatan di Jl. Chairil Anwar
D No.3, RT.008/RW.008, Margahayu, Kec. Bekasi Tim., Kota Bks, Jawa Barat 17113 lebih
tepatnya pada simpang Cut Mutia Unisma,pada tanggal 19 Oktober 2023.
Peralatan Survei
1. Papan clip board
2. Kamera
3. Alat tulis
Untuk tata cara survey surveyor mendatangi lokasi yang telah ditentukan yaitu di Simpang
Cut Mutia Unisma dengan mengamati rambu dan marka di tiap tiap kaki simpang dengan
melakukan dokumentasi menggunakan aplikasi time stamp sehingga terdapat titik koordinat
di gambar yang telah di ambil.Selanjutnya surveyor melakukan analisis data kondisi rambu
dan marka .
2.2 KAJIAN PUSTAKA
Rambu adalah bagian dari perlengkapan jalan yang memuat lambang, huruf, angka,
kalimat dan/atau perpaduan di antaranya, yang digunakan untuk memberikan peringatan,
larangan, perintah dan petunjuk bagi pemakai jalan. Rambu lalu lintas diatur menurut
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 13 tahun 2014.Marka jalan adalah suatu tanda
yang berada di permukaan jalan atau di atas permukaan jalan yang meliputi peralatan atau
tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong, serta lambang
yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan
lalu lintas.
Pemanfaatan rambu dan marka akan lebih efektif apabila menggunakan konsep perambuan yang
baik, yaitu:
1.Conspicuous (mencolok)
Rambu harus dapat dilihat dengan jelas (jika sebuah rambu yang diletakkan di belakang pilar
jembatan, tidak terlihat).
2. Clear (terang)
Bentuk dan warna dari rambu seperti legenda, simbol harus mudah dibaca dengan jelas.
3. Comprehensible (mudah dipahami)
Rambu harus dapat dimengerti (misal rambu yang ditulis dengan bahasa asing, tidak dapat
dimengerti).
4. Credible (dapat dipercaya)
Pesan yang dibawa/disampaikan oleh rambu/marka harus dapat dipercaya oleh pengemudi jika
tidak, akan cenderung diabaikan.
5. Consistent (tetap, konsekuen)
Situasi lalu lintas yang sama, harus dikelola dengan menggunakan rambu yang sama, dengan
demikian mengurangi waktu pengemudi untuk bereaksi dan memperbaiki pemahaman
pengemudiAgar rambu dapat terlihat baik siang ataupun malam atau pada waktu hujan maka bahan
harus terbuat dari material retro-reflektif.
2.2.1 SPESIFIKASI TEKNIS RAMBU
1. BAHAN DAN UKURAN Persyaratan teknis daun rambu sebagai berikut :
a) Bahan Bahan komposit alumunium (ACP) dengan ketebalan minimal 3,0 mm;
b. Ukuran Daun rambu yang dipakai mempunyai Diameter 60 Cm.
2. LEMBARAN REFLEKTIF
Lembaran retroflektif memiliki ketentuan sebagai berikut :

Dengan demikian persyaratan teknis lembaran reflektif rambu lalu lintas sebagai berikut:
Rambu Lalu Lintas Standar
1) memiliki nilai koefisien retroreflektif (RA) minimal sesuai dengan pembagian jenis
material retroreflektif ASTM tipe II berdasarkan tabel sebelumnya;
2) permukaan lembaran reflektif rata dan halus serta bagian belakang dilengkapi dengan
perekat;
3. TIANG RAMBU
a. Bahan Tiang Rambu bahan logam dengan syarat :
a) berbentuk pipa bulat;
b) tahan terhadap proses korosi dan oksidasi, dengan atau tanpa lapisan anti karat
pencegah korosi dan oksidasi, termasuk bagian berlubang untuk sambungan baut;
c) harus berbentuk batangan utuh tanpa sambungan.
b. Jenis konstruksi tiang rambu dengan bahan logam terdiri dari:
Tiang Tunggal
1) Jenis dan Ukuran :
a) Pipa bulat diameter minimal 55 mm (2”), dengan tebal minimal 1.8mm,
b) Besi siku.
2) Pipa bulat dapat diisi cor beton praktis 1 : 2 : 3 (sesuai standar konstruksi Indonesia)
3) Angkur bawah terdiri dari minimal 2 batang besi siku 3x30x30 mm yang dilas pada tiang
rambu dengan bersilang atau besi beton yang masuk menyilang ke pipa.
4) Rangka rambu tempat menempelkan daun rambu:
Menggunakan besi strip minimal 4x30 mm yang dilas pada tiang rambu melingkar
menyesuaikan bentuk profil tiang rambu atau besi siku yang satu sisinya vertikal menghadap
ke depan, dan sisi lainya horizontal masuk ke tiang dan dilas rapat.
5) Ketinggian rambu (dari bagian daun rambu paling bawah sampai ke permukaan aspal)
minimal 2,1m dan tidak terpengaruh oleh kerataan (countur) permukaan tanah. Bentuk dan
ukuran rambu standar sebagaimana gambar terlampir.
4. TATA CARA PENEMPATAN
1. Daerah
Daerah tempat dipasangnya rambu dihitung dengan cara mengaitkan jarak kebebasan
pandangan terhadap waktu alih gerak (manuver) kendaraan yang diperlukan. Kecepatan yang
digunakan dapat berupa kecepatan rencana, batas kecepatan atau jika suatu masalah yang
bersifat praktis telah diidentifikasikan maka berdasarkan survai dapat ditetapkan kecepatan
setempat atas dasar presentile ke 85.
2. Penempatan
Rambu ditempatkan di sebelah kiri menurut arah lalu lintas, di luar jarak tertentu dari tepi
paling luar bahu jalan atau jalur lalu lintas kendaraan dan tidak merintangi lalu lintas
kendaraan atau pejalan kaki serta dapat dilihat dengan jelas oleh pemakai jalan. Dalam
keadaan tertentu dengan mempertimbangkan lokasi dan kondisi lalu lintas, rambu dapat
ditempatkan di sebelah kanan atau di atas daerah manfaat jalan. Jarak penempatan antara
rambu yang terdekat dengan bagian tepi paling luar bahu jalan atau jalur lalu lintas kendaraan
minimal 0,60 meter, sedangkan rambu yang dipasang pada pemisah jalan (median)
ditempatkan dengan jarak 0,30 m dari bagian paling luar dari pemisah jalan. Penempatan
rambu di sebelah kanan jalan atau di atas daerah manfaat jalan harus mempertimbangkan
faktor – faktor antara lain geografis, geometris jalan, kondisi lalu lintas, jarak pandang dan
kecepatan rencana.
3. Tinggi
Bagian sisi rambu yang paling rendah harus minimal 1,75 m dan tinggi maksimum 2,65 m
diatas titik pada sisi jalan yang tingginya diukur dari permukaan jalan sampai dengan sisi
daun rambu bagian bawah atau papan tambahan bagian bawah apabila rambu dilengkapi
dengan papan tambahan, sedangkan rambu yang dipasang pada fasilitas pejalan kaki tinggi
minimum 2,00 m dan maksimum 2,65 m dari sisi daun rambu yang paling bawah atau papan
tambahan. Khusus untuk rambu peringatan ditempatkan dengan ketinggian 1,20 m dan rambu
yang ditempatkan di atas daerah manfaat jalan minimum 5,00 m.
4. Orientasi
Pemasangan rambu lalu lintas jalan berorientasi (mengarah) tegak lurus terhadap arah
perjalanan (sumbu jalan) untuk jalan yang melengkung/belok ke kanan. Untuk jalan yang
lurus atau melengkung/belok ke kiri pemasangan posisi rambu harus digeser minimal 30
searah jarum jam dari posisi tegak lurus sumbu jalan kecuali rambu petunjuk seperti tempat
penyeberangan, tempat pemberhentian bis, tempat parkir dan petunjuk fasilitas, pemasangan
rambu sejajar dengan bahu (tepi) jalan, dan arah dari rambu harus mengarah kepada arah
yang tepat. Posisi rambu tidak boleh terhalang oleh bangunan, pepohonan dan atau benda–
benda lain yang dapat mengakibatkan mengurangi atau menghilangkan arti rambu yang
terpasang.
5. Khusus RPPJ yang menunjukkan lokasi/tempat (warna dasar hijau huruf putih) harus
memperhatikan hal-hal berikut :
1) menunjuk lokasi yang umum dan perlu bagi masyarakat seperti bandara, rumah sakit,
nama kota, situs, dan lain-lain yang sejenis;
2) lokasi yang ditunjuk bersifat tetap atau tidak berubah-ubah dalam waktu panjang;
3) untuk RPPJ yang menunjuk 2 (dua) atau lebih tempat/kota yang letaknya berurut berlaku
ketentuan tempat/kota yang paling dekat dituliskan paling atas diikuti tempat/kota yang lebih
jauh dibawahnya dan yang paling jauh dibawahnya lagi.
5. TATA CARA PEMASANGAN
Pemasangan rambu lalu lintas jalan dilakukan dengan :
a. Peletakan daun rambu pada tiang rambu :
Daun rambu yang telah dilapisi dengan lembaran reflektif, diletakan pada tiang rambu
dengan menggunakan baut yang dikencangkan.
b. Pembuatan pondasi dan peletakan rambu untuk rambu tiang tunggal dengan syarat :
1) ukuran pondasi rambu dibentuk dengan papan untuk bekesting dan setiap tiang masing-
masing berukuran :
a) pengecoran di luar
 Sisi bagian atas : 250 mm
 Sisi bagian bawah : 400 mm
 Kedalaman : 600 mm
b) pengecoran setempat
 Sisi bagian atas : 250 mm
 Sisi bagian bawah : 500 mm
 Kedalaman : 500 mm
2) bagian tiang rambu yang terbenam pada pondasi sedalam 600 mm;
3) bagian dasar galian pondasi diberi lapisan pasir yang dipadatkan dengan ketebalan 100
mm;
4) mutu pondasi beton K-175;
5) bagian pondasi diatas permukaan tanah setinggi 100 mm.
6. PEMELIHARAAN
Pemeliharaan rambu lalu lintas dilakukan dengan :
1. menghilangkan atau menyingkirkan segala benda – benda yang ada di sekitar rambu lalu
lintas yang dapat mengakibatkan berkurangya arti dan fungsi;
2. membersihkan sehingga tampak jelas;
3. meluruskan kembali rambu lalu lintas yang bengkok;
4. mengganti atau memperbaiki rambu lalu lintas yang hilang atau rusak.
7. LAIN – LAIN
Pelaksana pekerjaan Rambu Lalu Lintas Jalan harus melampirkan surat pernyataan jaminan
spesifikasi bahan yang digunakan sesuai dengan spesifikasi yang tertuang dalam RKS dan
sesuai dengan ketentuan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK.7234 /
AJ.401 / DRJD / 2013 tentang Petunjuk Teknis Perlengkapan Jalan. Pada bagian belakang
dibubuhi stiker perlengkapan jalan tulisan sumber pendanaan, tahun anggaran dan isi pasal
275 UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, contoh
2.2.2 MARKA
Dasar hukum ;
1. PM 34 Tahun 2014 Tentang Marka Jalan.
2. PM 67 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan
NO. PM 34 TAHUN 2014.
3. KP.106/AJ.501/DRJD/2019 Tentang Petunjuk Teknis Marka Jalan
Marka jalan memiliki fungsi yang penting dalam menyediakan petunjuk dan informasi untuk
pengguna jalan. Pada beberapa kondisi, marka jalan digunakan sebagai unsur untuk
melengkapi perlengkapan jalan lainnya, misalnya rambu atau marka lainnya. Pada kondisi
yang lain, marka jalan digunakan sendiri untuk, secara efektif, menyampaikan peraturan,
petunjuk atau peringatan.
Marka jalan dapat berwarna putih, di mana pengguna jalan wajib mengikuti perintah atau
larangan sesuai bentuknya, warna kuning, di mana pengguna jalan dilarang berhenti pada
area tersebut, warna merah, di mana menyatakan keperluan atau tanda khusus, dan warna
lainnya (hijau atau coklat), di mana menyatakan daerah kepentingan khusus yang harus
dilengkapi dengan rambu dan/atau petunjuk.
Marka Jalan harus terbuat dari bahan yang tidak licin, dan harus mampu memantulkan
cahaya (retroreflective) dan memenuhi persyaratan teknis sesuai spesifikasi teknik marka
jalan serta memiliki ketebalan paling rendah 2 (dua) milimeter dan paling tinggi 30 (tiga
puluh) milimeter di atas permukaan jalan.
Marka Jalan dibuat dengan menggunakan bahan berupa:
• cat;
• termoplastic;
• coldplastic; atau
• prefabricated marking.
Marka jalan dapat berupa : peralatan atau tanda.
3 Marka jalan berupa peralatan meliputi: paku jalan, alat pengarah lalu lintas dan
pembagi lajur atau jalur.
4 Marka jalan berupa tanda meliputi: marka-marka membujur, melintang, serong,
lambang, kotak kuning dan lainnya.
a. Marka Membujur
Berwarna putih, terdiri atas: garis utuh, garis putus- putus, garis ganda (garis utuh dan putus-
putus atau 2 garis utuh). Marka membujur mempunyai lebar sedikitnya 10 cm, disarankan
12 cm. Bila berfungsi sebagai tanda tepi jalur lalu lintas jalan tol, sedikitnya 15 cm.
Marka membujur garis utuh berfungsi sebagai:
1. Larangan bagi kendaraan melintasi garis tsb.
2. Pembatas dan pembagi jalur.
Marka membujur berupa garis utuh ditempatkan pada:
a. Saat mendekati persimpangan sebagai pengganti garis putus-putus pemisah jalur.
b. Bagian tengah jalan yang berfungsi sebagai pemisah jalur atau median.
c. Bagian tepi jalur lalu lintas yang berfungsi sebagai tanda batas tepi jalur lalu lintas.
d. Jika jarak pandang terbatas, seperti di tikungan atau jalan sempit, untuk melarang
kendaraan mendahului kendaraan lain.
Marka membujur garis putus-putus berfungsi sebagai:
1. Pembatas dan pembagi lajur
2. Pengarah lalu lintas dan/atau
3. Peringatan akan adanya marka membujur garis utuh di depan.

Marka membujur garis putus-putus mempunyai panjang:


1. 3 meter dan berjarak 5 meter untuk kecepatan rencana < 60 km/j.
2. 5 meter dan berjarak 8 meter untuk kecepatan rencana ≥ 60 km/j.

Marka membujur garis ganda yaitu garis utuh dan garis putus-putus untuk menyatakan:
a. Lalu lintas di sisi garis putus-putus dapat melintasi garis ganda tersebut
b. Lalu lintas di sisi garis utuh dilarang melintasi garis ganda tersebut.
c. Marka membujur garis ganda yang terdiri dari 2 garis utuh untuk menyatakan lalu lintas pada
kedua sisi garis ganda dilarang melintasi garis ganda tersebut.
d. Jarak antar 2 marka garis ganda adalah antara 10 – 18 cm.

b. Marka Melintang
Marka melintang berwarna putih dan berupa garis utuh dan garis putus-putus.
Marka melintang garis utuh menyatakan batas berhenti kendaraan yang diwajibkan berhenti oleh
APILL, rambu stop, tempat penyeberangan, atau zebra cross.
Marka melintang garis utuh mempunyai lebar 20 – 30 cm.Marka melintang garis putus-putus
menyatakan batas yang tidak dapat dilampaui kendaraan sewaktu memberi kesempatan kepada
kendaraan yang mendapat prioritas pada persimpangan dan mempunyai panjang sedikitnya 60 cm
dan lebar sedikitnya 20 cm serta jarak antar marka 30 cm.
c. Marka Serong
Berwarna putih dan berupa garis utuh yang dibatasi dengan rangka garis utuh atau garis utuh yang
dibatasi dengan rangka garis putus putus.
Marka serong garis utuh yang dibatasi dengan rangka garis utuh, untuk menyatakan:
o Daerah yang tidak boleh dimasuki kendaraan.
o Pemberitahuan awal akan melalui pulau lalu lintas atau median.
o Pemberitahuan awal akan ada pemisahan atau percabangan jalan. Larangan bagi
kendaraan untuk melintasi.
Marka serong garis utuh yang dibatasi dengan rangka garis putus putus, menyatakan kendaraan tidak
boleh memasuki daerah tersebut sampai mendapat kepastian selamat.

Marka serong garis utuh yang dibatasi dengan rangka garis utuh berpola chevron menghadap arah
lalu lintas, untuk menyatakan:

1) Daerah yang tidak boleh dimasuki kendaraan pada lalu lintas satu arah.

2) Pemberitahuan awal akan melalui pulau lalu lintas atau median pada lalu lintas satu
arah.

3) Pemberitahuan awal akan ada pemisahan atau percabangan jalan pada lalu lintas
satu arah, atau

4) Larangan bagi kendaraan untuk melintasi pada lalu lintas satu arah.

d. Marka Lambang

Marka lambang berupa: panah, gambar, segitiga atau tulisan, yang berwarna putih dan digunakan
untuk mengulangi maksud rambu atau memberitahu pengguna jalan yang tidak dapat
dinyatakan dengan rambu. Marka lambang panah memiliki panjang:

1) sedikitnya 5 meter untuk kecepatan rencana < 60 km/j.

2) 7,5 meter untuk kecepatan rencana ≥ 60 km/j.

e. Marka Kotak Kuning

Marka kotak kuning berbentuk segi empat dengan 2 garis diagonal berpotongan, berwarna kuning
dan berfungsi untuk melarang kendaraan berhenti di area. Ukuran marka disesuaikan dengan
kondisi simpang atau kondisi lokasi akses jalan keluar masuk kendaraan menuju area tersebut.
Memiliki lebar garis sedikitnya 10 cm.

f. Marka Lainnya

Marka lainnya terdiri atas:

1) Marka tempat penyeberangan

2) Marka larangan parkir atau berhenti di jalan

3) Marka peringatan perlintasan sebidang, antara jalan dan jalan rel

4) Marka lajur sepeda, marka lajur khusus bus, marka lajur sepeda motor

5) Marka jalan keluar masuk lokasi pariwisata

6) Marka jalan keluar masuk pada lokasi gedung dan pusat kegiatan yang
digunakan untuk jalur evakuasi
7) Marka kewaspadaan dengan efek kejut.

Anda mungkin juga menyukai