Anda di halaman 1dari 15

Economics and Digital Business Review / Volume 3 Issue 2 (2022) 298

Volume 3 Issue 2 (2022) Pages 289 - 312


Economics and Digital Business Review
ISSN : 2774-2563 (Online)

Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kejenuhan Kerja (Burnout)


Operator Divisi Welding Production PT Futaba Industrial
Indonesia

Athira Setira Adil1 Atiqah Zahra Fadilah2 Yosminaldi3


1,2,3 Politeknik Ketenagakerjaan

Abstrak
Pemangkasan karyawan pada pandemi Covid 19 berdampak pada perubahan waktu dan
beban kerja yang dimiliki oleh tiap pekerja. Hasil observasi dan survei awal menunjukkan
bahwa 62% karyawan divisi Welding Production merasa kelelahan secara fisik dan psikis
akibat beban kerja yang tinggi. Oleh karena itu, peneliti lebih jauh ingin mencari tahu
hubungan beban kerja terhadap kejenuhan kerja (burnout) pada operator Welding Production
PT Futaba Industrial Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif
dan metode pengumpulan data menggunakan kuesioner melalui Google Form yang
dibagikan kepada 89 orang operator. Dari hasil olah data, diperoleh t hitung sebesar 2.430
lebih besar dari nilai t tabel yang berarti beban kerja (X) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kejenuhan kerja (burnout).

Kata Kunci: Beban Kerja, Kejenuhan Kerja, Burnout

Abstract
Cutting employees during the Covid-19 pandemic has an impact on changes in the time and
workload of each worker. The results of observations and preliminary surveys show that 62%
of the Welding Production division employees feel physically and psychologically exhausted
due to their high workload. Therefore, further researchers want to find out the relationship
between workload and burnout at the Welding Production operator PT Futaba Industrial
Indonesia. This study uses quantitative research methods and data collection methods using
questionnaires through Google Form which are distributed to 89 operators. From the results of
data processing, obtained t count of 2,430 which is greater than the value of t table which means
workload (X) has a positive and significant effect on work saturation (burnout).

Keywords: Workload, Work Burnout, Burnout

Copyright (c) 2022 Athira Setira Adil


 Corresponding author : Athira Setira Adil
Email Address : athirasetira@gmail.com

PENDAHULUAN
Peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional tidak dapat terlepas dari salah
satu sektor andalan Indonesia melalui capaian ekspornya, yaitu Industri otomotif.
Berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, disebutkan dengan jelas bahwa industri
otomotif ialah satu dari lima sektor manufaktur yang mendapatkan prioritas

Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kejenuhan Kerja (Burnout) Operator Divisi...


Economics and Digital Business Review / Volume 3 Issue 2 (2022) 299

pengembangan, untuk dapat menghasilkan produk yang mampu bersaing dalam


skala multinasional dan menjadi salah satu cara dalam mempersiapkan masuknya
Indonesia pada era industri 4.0.
Dapat diketahui bersama bahwa pertumbuhan industri otomotif di Indonesia
terhitung sangatlah pesat, sehingga terjadi persaingan antara produsen otomotif guna
dapat memenuhi kebutuhan konsumennya. Persaingan yang ketat dan permintaan
pasar yang tinggi menyebabkan para produsen otomotif kewalahan, terutama saat
pandemi Covid19 baru-baru muncul. Banyak perusahaan yang melakukan
pemangkasan karyawan dengan alasan menghindari penularan Covid19. Tetapi, hal
ini berdampak pada perubahan waktu dan beban kerja yang dimiliki oleh tiap
pekerja. Tak terkecuali pada operator di PT Futaba Industrial Indonesia yang
merupakan sebuah perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) asal Jepang,
khususnya di divisi Welding Production.
Dalam penjelasan Pasal 78 ayat (1) UU Nomor 13 Tahun 2003
mempersyaratkan kembali bahwa “Mempekerjakan lebih dari waktu kerja sedapat
mungkin harus dihindarkan karena pekerja/buruh harus mempunyai waktu yang
cukup untuk istirahat dan memulihkan kebugarannya. Namun, dalam hal-hal
tertentu terdapat kebutuhan yang mendesak yang harus diselesaikan segera dan
tidak dapat dihindari sehingga pekerja/buruh harus bekerja melebihi waktu kerja”.
PT Futaba berusaha untuk mematuhi aturan tersebut dengan membatasi
waktu kerja lembur di hari kerja normal yaitu tiga jam, dan maksimal delapan jam
pada hari libur. Dalam waku kerja lembur tersebut, karyawan diberikan waktu
istirahat sekitar 15 menit selama dua sampai tiga kali tergantung shift. Hal ini
tercantum pada aturan perusahaan dan diterapkan pada semua divisi yang ada.
Perencanaan lembur karyawan dilakukan berdasarkan forecast planning dari customer
yang berisi jumlah permintaan produk dalam satu bulan. Apabila permintaan produk
naik, maka jumlah jam kerja lembur juga naik. Untuk memperjelas gambaran
mengenai total jam kerja lembur 89 operator, dapat dilihat melalui grafik dibawah.

Gambar 1. Total Overtime Dept Welding tahun 2019


Sumber : PT Futaba Industrial Indonesia (2019)

Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kejenuhan Kerja (Burnout) Operator Divisi...


Economics and Digital Business Review / Volume 3 Issue 2 (2022) 300

Grafik fluktuatif diatas menggambarkan data total jam lembur pada tahun
2019. Terdapat kenaikan pada bulan Februari dan disusul bulan Maret sebanyak 1.200
sampai 1.800 produk dan penurunan dibulan berikutnya sejumlah 700 produk.
Perubahan ini terjadi hingga akhir tahun dengan jumlah yang beragam.

Gambar 2. Total Overtime Dept Welding tahun 2020


Sumber : PT Futaba Industrial Indonesia (2020)

Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa terdapat penurunan jumlah jam kerja
lembur terutama pada bulan Mei sampai dengan Agustus periode tahun 2020. Hal ini
dikarenakan penyebaran virus Covid 19 di Indonesia merebak sehingga banyak
sektor yang aktivitas bisnisnya tersendat. Pada periode bulan Mei hingga Agustus,
terdapat penurunan permintaan produk dari customer sehingga menyebabkan
penurunan drastis pada jumlah jam kerja lembur.
Pada bulan September terjadi kenaikan jam kerja lembur karena sedikit demi
sedikit customer mulai meningkatkan permintaan produk untuk kebutuhan ekspor.
Sehingga PT Futaba berusaha untuk dapat memenuhi permintaan tersebut dengan
memulai aktivitas produksi seperti biasa sebelum adanya pandemi.
Salah satu masalah terbesar dalam hal kejenuhan adalah banyak orang merasa
malu untuk meminta bantuan, seringkali karena lingkungan kerja mereka tidak
mendukung. Banyak dari kita yang kerap menyamakan gejala kejenuhan kerja
(burnout) dengan gejala lain seperti flu. Banyak yang percaya bahwa satu hari istirahat
akan membuat kondisi mereka lebih baik.
Orang dengan gejala kelelahan mungkin takut bahwa mengambil cuti dari
pekerjaan membuat mereka "lemah”. Jika tidak ditangani, kelelahan dapat
menyebabkan orang menjadi depresi, cemas, dan terganggu, yang tidak hanya

Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kejenuhan Kerja (Burnout) Operator Divisi...


Economics and Digital Business Review / Volume 3 Issue 2 (2022) 301

berdampak pada hubungan kerja mereka, tetapi juga interaksi pribadi mereka(Fatma
et al., 2020). Ketika stres mencapai titik tertinggi, lebih sulit untuk mengatur emosi
seperti kesedihan, kemarahan, dan rasa bersalah, yang dapat menyebabkan serangan
panik, ledakan kemarahan, bahkan hingga penggunaan narkoba.
Salah satu tujuan WHO mengubah definisi kejenuhan kerja (burnout) agar
dapat membantu mengubah pandangan masyarakat yang menganggap bahwa
kejenuhan kerja (burnout) bukanlah sesuatu yang penting. Hal ini juga dapat
membantu menghilangkan asumsi yang salah bahwa pekerja yang memiliki gejala
kejenuhan kerja (burnout) tidak memerlukan dukungan dari organisasi tempat ia
bekerja.
Hasil kuesioner yang sebelumnya penulis lakukan kepada 29 karyawan di
divisi Welding Production, sebanyak 44.8% karyawan menganggap bahwa beban kerja
di PT Futaba tinggi, 51.7% menyatakan dalam seminggu dapat lembur sebanyak lima
kali atau lebih, 62% menyatakan bahwa mereka kelelahan secara fisik dan psikis
akibat beban kerja yang tinggi, 44.8% menyatakan bahwa beban kerja yang tinggi dan
perintah lembur mempengaruhi kesehatan mereka. Uraian latar belakang diatas yang
mendasari penulis melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Pengaruh Beban
Kerja terhadap Kejenuhan Kerja (Burnout) Karyawan Divisi Welding Production PT
Futaba Industrial Indonesia”.

TINJAUAN PUSTAKA
Beban Kerja
Sandra G. Hart dari NASA-Ames Research Center dan Lowell E. Staveland dari
San Jose State University mengembangkan metode untuk menganalisis beban kerja
mental yang dihadapi oleh pekerja yang harus melaksanakan berbagai aktivitas dan
pekerjaannya. Metode ini dikembangkan pada tahun 1981 dan disebut dengan
metode NASA TLX (National Aeronautics and Space Administration Task Load Index).
Dalam metode ini, Hart dan Staveland membagi 6 dimensi ukuran beban kerja fisik,
meliputi physical demand dan effort. Untuk ukuran beban kerja mental meliputi mental
demand, temporal demand, performance, dan frustration level. Berikut penjelasannya :
1. Physical demand, yaitu besarnya aktivitas fisik yang dibutuhkan dalam melakukan
tugas (contoh: mendorong, menarik, memutar, mengontrol, menjalankan dan
lainnya)
2. Effort, yaitu adalah usaha yang dikeluarkan secara fisik dan mental yang
dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan
3. Mental demand, yaitu merupakan besaran aktivitas perseptual seperti melihat,
mengingat, dan mencari. Hingga sifat pekerjaan yang dikategorikan sederhana
atau rumit.
4. Temporal demand, ialah jumlah tekanan yang berkaitan dengan waktu selama
pekerjaan berlangsung. Contohnya, apakah pekerjaan tersebut dapat dikerjakan

Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kejenuhan Kerja (Burnout) Operator Divisi...


Economics and Digital Business Review / Volume 3 Issue 2 (2022) 302

dengan santai dan waktu yang lama atau harus dik-erjakan dengan cepat dan
melelahkan.
5. Frustration level, ialah perasaan pekerja yang dialami dalam melakkan pekerjaan.
Seperti tidak nyaman, putus asa, dan rasa kepuasan terhadap pekerjaan.
6. Performance, merupakan bentuk dari keberhasilan seseorang dalam pekerjaannya
dan seberapa puas dirinya dan atasan dengan hasil kerja tersebut.
Burnout
Menurut Maslach, C., Schaufeli, W. B., & Leiter, M. P. (2001) dalam Job burnout
: Annual Review of Psychology, burnout mempunyai tiga dimensi, yang biasa disebut
dengan Maslach Burnout Inventory (MBI) yaitu:
1. Kelelahan Emosional (Emotional exhaustion)
Kelelahan emosional merupakan kondisi dimana pekerja merasa energinya
seperti terkuras habis dan adanya perasaan “kosong” walaupun sudah melakukan
pekerjaan dengan baik dan istirahat cukup.
2. Depersonalisasi (Depersonalization)
Hal ini berupa sikap sinis terhadap rekan kerja dan memiliki kecenderungan
untuk menarik diri serta mengurangi keterlibatan social dengan lingkungan
pekerajan.
3. Penurunan Pencapaian Prestasi Pribadi (Reduced Personal Accomplishment)
Ditandai dengan munculnya rasa tidak puas terhadap kinerja diri ataupun
pekerjaan yang dimiliki. Pekerja dapat merasa dirinya tidak memenuhi
kualifikasi, dan merasa kurang puas dengan prestasi dan pencapaian, bahkan
merasa gagal dalam melakukan pekerjaan(Hardiyono et al., 2020).
Model Analisis
Beban Kerja (X) Kejenuhan Kerja
Metode NASA TLX (Hart (Y)
dan Staveland 1988) Maslach Burnout Inventory
1. Physical demand (Maslach & Leiter 2001)
2. Effort
3. Mental demand 1. Emotional exhaustion
4. Temporal demand 2. Depersonalization
5. Frustration level 3. Reduced Personal Accomplishment
6 P f
Gambar 3. Model Analisis
Hipotesis
Darmawan (2013) menjelaskan hipotesis adalah jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian. Hipotesis dikatakan sementara karena jawaban yang
diberikan hanya didasarkan pada teoriteori yang relevan dengan penelitian ini,

Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kejenuhan Kerja (Burnout) Operator Divisi...


Economics and Digital Business Review / Volume 3 Issue 2 (2022) 303

belum didasarkan pada faktafakta yang didapatkan melalui pengumpulan data.


Adapun rumusan hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0 : Tidak ada pengaruh secara signifikan antara beban kerja terhadap kejenuhan
kerja (burnout)
H1: Ada pengaruh secara signifikan antara beban kerja terhadap kejenuhan kerja
(burnout)

METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan karakteristik
penelitian eksplanatori dimana peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
dalam kegiatannya. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik sensus, atau
penggunaan sampel jenuh dimana seluruh populasi (89 operator) dijadikan sampel.
Selain itu, data dikumpulkan melalui Google Form dan dihitung menggunakan
perangkat lunak SPSS 26.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Asumsi Dasar
Uji Normalitas
Uji statistik dalam pengujian ini menggunakan KolmogorovSmirnov dengan
dasar pengambilan keputusan menitik beratkan pada nilai signifikansi lebih dari %
atau 0.05. Jika data yang diolah melebihi nilai signifikansi, maka data tersebut
dinyatakan berdistribusi normal, begitu pula sebaliknya.
Tabel 1. Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 89
Normal Mean .0000000
Parametersa,b
Std. 6.37040862
Deviation
Most Extreme Absolute .059
Differences
Positive .040
Negative -.059
Test Statistic .059
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kejenuhan Kerja (Burnout) Operator Divisi...


Economics and Digital Business Review / Volume 3 Issue 2 (2022) 306

c. Lilliefors Significance Correction.


d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber : Data Primer yang diolah Penulis, 2021
Diketahui bahwa nilai signifikansi 0.200 > 0.05, maka disimpulkan nilai
residual berdistribusi normal.
Uji Linearitas
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas
dan variabel terikat bersifat linier atau tidak. Hasil uji linearitas menggunakan
deviation from linearity sebagai berikut.
Tabel 2. Hasil Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Burnout * Between (Combined) 408,341 16 25,521 ,974 ,493
Beban_Kerj Groups
A Linearity 17,759 1 17,759 ,678 ,413
Deviation 390,582 15 26,039 ,994 ,471
from
Linearity
Within Groups 1885,90 72 26,193

Total 2294,24 88

Sumber: Data primer yang diolah, 2021


Berdasarkan ouput diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
linear antara variable bebas (beban kerja) dengan variable terikat (kejenuhan kerja).
Karena nilai sig. yang didapat adalah 0.471, yang mana nilai tersebut lebih besar dari
0.05.
Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas Metode yang digunakan untuk mendeteksi ada atau
tidaknya heteroskedastisitas yaitu melalui pengujian dengan menggunakan Scatter
Plot. Dibawah ini adalah output hasil uji heteroskeditas dengan Scatter Plot:

Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kejenuhan Kerja (Burnout) Operator Divisi...


Economics and Digital Business Review / Volume 3 Issue 2 (2022) 307

Gambar 1 Hasil Uji Heteroskedastisitas


Sumber: Data primer yang diolah, 2021
Berdasarkan output Scatter Plot di atas, terlihat bahwa titik-titk menyebar dan
tidak membentuk pola tertentu yang jelas serta titik-titik data menyebar di atas dan
di bawah atau disekitar angka 0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi masalah heteroskedastisitas.
Analisis Regresi Linear Sederhana
Penelitian ini menggunakan regresi linear sederhana untuk mengukur
besarnya pengaruh variabel bebas (Beban Kerja) terhadap variabel terikat (Burnout).
Analisis ini menggunakan data berdasarkan kuesioner yang dibagikan. Perhitungan
uji ini dilakukan dengan bantuan SPSS. Adapun hasil dari uji analisis regresi linear
sederhana dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana


Coefficientsa
Model Unstandardized Standa t Sig
Coefficients rdized .
Coefficients
B Std. Beta
Error
1 (Const 18.408 6.071 3.0 .00
ant) 32 3
Beban .339 .139 .252 2.4 .01
_Kerja 30 7
a. Dependent Variabel: Burnout

Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kejenuhan Kerja (Burnout) Operator Divisi...


Economics and Digital Business Review / Volume 3 Issue 2 (2022) 308

Sumber : Data Primer yang diolah Penulis, 2021


Hasil dari tabel diatas menunjukkan hasil yang diperoleh nilai konstan (a)
sebesar 18.408, sedangkan nilai koefesien regresi (b) diatas dapat dilihat pada kolom
Total, yaitu sebesar 0.339. Dari hasil tersebut dapat dimasukkan dalam persamaan
regresinya sebagai berikut:
Y= a + bX+e
Y= 18.408 + 0.339X
Persamaan diatas jika diterjemahkan maka berarti konstanta sebesar 18.408
bermakna nilai konsistensi variabel Y (burnout) sebesar 18.408. Koefisien regresi X
sebesar 0.339 sehingga dinyatakan untuk setiap penambahan 1% nilai beban kerja
maka nilai kejenuhan kerja (burnout) akan bertambah sebanyak 0,339. Koefisien
regresi tersebut bernilai positif, maka arah pengaruh beban kerja (X) terhadap
kejenuhan kerja atau burnout (Y) bernilai positif.
Jika melihat nilai signifikansi yang diperoleh dari tabel diatas, yaitu sebesar
0,000 maka disimpulkan bahwa beban kerja (variabel bebas) berpengaruh terhadap
kejenuhan kerja atau burnout (variabel terikat).
Uji Hipotesis
Uji Parsial (Uji t)
Uji t yaitu metode pengujian dengn fungsi menguji berapa besar pengaruh
semua variabel independent berpengaruh parsial terhadap variabel dependen. Uji t
menggunakan taraf signifikansi 2 sisi sebesar 5% atau 0,05.
Tabel 4. Hasil Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardi t Sig.
Coefficients zed
Coefficie
nts
B Std. Beta
Error
(Constant) 18.408 6.071 3.032 .003
Beban_Ker .339 .139 .252 2.430 .017
ja
a. Dependent Variabel: Burnout
Sumber : Data Primer yang diolah Penulis, 2021
Nilai t hitung 2.430 dan bernilai lebih besar daripada nilai t tabel yaitu 1.986.
Dan nilai signifikan bernilai lebih kecil dari 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.

Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kejenuhan Kerja (Burnout) Operator Divisi...


Economics and Digital Business Review / Volume 3 Issue 2 (2022) 309

Sehingga disim-pulkan bahwa beban kerja berpengaruh secara signifikan terhadap


kejenuhan kerja (burnout).
Koefisien Korelasi (r)
Tabel 5 Hasil Uji Koefisien Korelasi (r)
Model Summaryb
Model R R Adjusted R Std. Error
Square Square of the
Estimate
1 .252a .064 .053 6.407
a. Predictors: (Constant), Beban_Kerja
b. Dependent Variabel: Burnout
Sumber : Data Primer yang diolah Penulis, 2021
Tabel diatas menjelaskan bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0.252.
Karena nilai koefisien korelasi bernilai positif, maka variabel beban kerja dengan
variabel kejenuhan kerja (burnout) mempunyai hubungan searah. Sebagai bahan
penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan besar atau kecil, maka dapat
berpedoman pada ketentuan berikut ini:
Tabel 6. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0.00 - 0.199 Sangat Rendah
0.20 - 0.399 Rendah
0.40 - 0.599 Sedang
0.60 - 0.799 Kuat
0.80 - 1.000 Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono (2013)
Dapat disimpulkan, koefisien korelasi penelitian ini masuk ke dalam kategori
korelasi rendah, karena berada pada interval 0.20-0.399.

a. Koefisien Determinasi (R2)


1. Tabel 7 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb

Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kejenuhan Kerja (Burnout) Operator Divisi...


Economics and Digital Business Review / Volume 3 Issue 2 (2022) 310

M R R Adjusted R Std. Error of


odel Square Square the Estimate
1 .252a .064 .053 6.407

a. Predictors: (Constant), Beban_Kerja


b. Dependent Variabel: Burnout
Sumber : Data Primer yang diolah Penulis, 2021
Tabel tersebut menunjukkan, nilai koefisien determinasi atau R Square sebesar
0.64 atau sama dengan 64%. Angka tersebut mengandung arti bahwa, variabel beban
kerja (X) berpengaruh terhadap variabel kejenuhan kerja (burnout) sebesar 64%.
Sedangkan sisanya, 36% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini.
Analisis Stratistik Deskriptif
Berdasarkan hasil skoring rata-rata dan Tingkat Capaian Responden, diketahui
variabel usaha (effort) memiliki nilai mean tertinggi, yaitu sebesar 13. se-dangkan
variabel kebutuhan fisik (physical demand) menjadi vari-abel dengan nilai tertinggi
ke-2 dengan nilai sebesar 8.3. Kinerja (Performance) menjadi variabel dengan nilai
mean tertinggi ke-3 dengan jumlah 7.4.
Sementara itu, hasil skoring rata-rata dan Tingkat Capaian Responden
terhadap 9 butir pernyataan kuesioner pada indikator kejenuhan kerja (burnout)
diakumulasi dan didapatkan bahwa variabel kelelahan emosional (emotional ex-
haustion) merupakan variabel dengan nilai mean tertinggi yaitu sebesar 7.2.
Kemudian nilai variabel tertinggi kedua ada pada var-iabel penurunan pencapaian
prestasi pribadi (reduced personal accomplishment) dengan jumlah mean sebesar 7.0
dan variabel depresi (depersonalization) dengan nilai mean sebesar 6.6 men-jadi
variabel dengan nilai terendah.
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Isnia Prijayanti dengan judul “Pengaruh Beban
Kerja dan Dukungan Sosial terhadap Burnout pada karyawan PT X”. Bahwa hasil
pengujian hipotesis mendapatkan pengaruh yang signifikan dari variabel physical
demand, effort, mental demand, temporal demand, performance, frustration level,
dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan
persahabatan terhadap burnout. Besar pengaruh seluruh Variabel bebas terhadap
burnout sebesar 15.8%, dan 84.2% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
diteliti

SIMPULAN

Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kejenuhan Kerja (Burnout) Operator Divisi...


Economics and Digital Business Review / Volume 3 Issue 2 (2022) 311

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh beban kerja


terhadap kejenuhan kerja (burnout) maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh secara positif dan signifikan antara beban kerja terhadap
kejenuhan kerja (burnout). Hal ini didukung oleh persamaan Y= 18.408 + 0.339X.
Dan berdasarkan nilai signifikansi yang diperoleh yaitu sebesar 0,000 lebih kecil
dari nilai probabilitas 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas
(beban kerja) berpengaruh terhadap variabel terikat (kejenuhan kerja).
2. Pada Uji Parsial (Uji t), didapatkan nilai t hitung sebesar 2.430 lebih besar dari nilai
t tabel yaitu 1.986. Dapat disimpulkan bahwa beban kerja (X) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kejenuhan kerja (burnout) karena nilai t hitung > t tabel
dan nilai Signifikan lebih kecil dari 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.
3. Berdasarkan nilai koefisien korelasi yang didapat sebesar 0.252 maka masuk ke
dalam kategori korelasi sedang. Untuk nilai korelasi determinasi sebesar 0.64 atau
sama dengan 64%. Variabel beban kerja (X) berpengaruh terhadap variabel
kejenuhan kerja (burnout) sebesar 64%. sedangkan sisanya 36% dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak diteliti

Referensi :
Azeem, Syed Mohammad. 2010. Personality Hardiness, Job Involvement, And Job Burnout Among
Teachers. International Journal of Vocational and Technical Education Vol. 2 No. 3 pp.36-40.
Fatma, N., Finatry, I., Hardiyono, & Furwanti, R. (2020). Pengaruh Gaya Kepemimpinan,
Disiplin Kerja Dan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Perdagangan Dan
Perindustrian Kabupaten Gowa. Jurnal GeoEkonomi ISSN-Elektronik, 11(1), 90–101.
HARDIYONO, H., AIYUL, I., IFAH, F., WAHDANIAH, W., & RENI, F. (2020). Effect Covid-
19: Burnout on nurse. Espacios, 41(42), 11–18. https://doi.org/10.48082/espacios-
a20v41n42p02
Hart, S.G. dan Staveland,L.E., 1988. Development of NASA Task Load Index (TLX): Results of
Empirical and Theoritical Research, NASA-Ames Research, California.
JDIH Kemnaker. 2021. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2021
Tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja Dan Waktu Istirahat,
Dan Pemutusan Hubungan Kerja
https://jdih.kemnaker.go.id/data_puu/PP352021.pdf diakses pada 8 Februari 2021.
JDIH Kemnaker. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No.13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan https://jdih.kemnaker.go.id/data_puu/peraturan_file_13.pdf
Kurniawan, Agung dan Zarah Puspitaningtyas. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif.
Yogyakarta: Pandiva Buku
Raihan. 2017. Metodologi Penelitian. Jakarta: Universitas Islam Jakarta.
Leither, M. & Maslach, C. (2005), Vanishing Burnout : Six Strategies For ImprovingYour
Relationship With Work, United States of America : Jossey-Bass
Maslach, C., Schaufeli, W. B., & Leiter, M. P. 2001. Job Burnout. Annual Review Of Psychology.
Psychology Jurnal Vol. 52 No. 397.
Pramanik, Selma Mutia Dwi dan Hendro Prakoso. 2018. Pengaruh Beban Kerja Terhadap

Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kejenuhan Kerja (Burnout) Operator Divisi...


Economics and Digital Business Review / Volume 3 Issue 2 (2022) 312

Kinerja Pada Wartawan PT Bandung Media Grafika. Prosiding Psikologi Vo. 4 No. 1.
Prijayanti, Isnia. 2015. Pengaruh Beban Kerja Dan Dukungan Sosial Terhadap Burnout Pada
Karyawan PT X.Skripsi. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Purnawati, Yulia. 2019. Analisa Beban Kerja, Safety Climate Dan Stres Kerja Terhadap Burnout
Syndrome Pada Perawat Pelaksana Di Instalasi Rawat Inap (Studi Kasus Di Rsu Haji Dan Rsi
Jemursari Surabaya). Skripsi. Surabaya : Universitas Airlangga.
Sari, Ni Luh Putu Dian Yunita. 2015. Hubungan Beban Kerja Terhadap Burnout Syndrome
Pada Perawat Pelaksana Ruang Intermediet Rsup Sanglah. Jurnal Dunia Kesehatan
STIKES Bina Usada Bali.
Siaran Pers Kemenperin. 2019. Industri Otomotif Dibidik Jadi Sektor Primadona Ekspor
Nasional. https://kemenperin.go.id/artikel/20965/Industri-Otomotif-Dibidik-Jadi-
Sektor-Primadona-Ekspor-Nasional
Siaran Pers Kemenperin. 2020. Industri Otomotif Semakin Kompetitif, Laju Kinerjanya Terus
Dipacu https://kemenperin.go.id/artikel/22063/Industri-Otomotif-Semakin-
Kompetitif,-Laju-Kinerjanya-Terus-Dipacu
Sulistyowati, Arini dan Imam Muazansyah. 2018. Pengaruh Beban Kerja Dan Kesejahteraan
Dosen Terhadap Kepuasan Kerja Dan Burnout. Jurnal Administrasi Perkantoran. Vo. 4
No. 1.
Terranova, Dinantiantie Nilla Taurita. 2014. Menentukan Jumlah Optimal Karyawan Dengan
Metode Nasa-Tlx (Studi Kasus: Departemen Perencanaan & Gudang Material, PT
Petrokimia Gresik).Skripsi. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Thomas, H. R., and Raynar, K. A. 1997. Schedule overtime and labor productivity:
Quantitative analysis. J. Constr. Eng. Manage, 123(2)181–188.
Yogasara, Thedy Dan Diana Charles Evelin. 2006. Pengukuran Beban Kerja Mental Dengan
Menggunakan Metode Subjective Workload Assessment Technique (SWAT) (Studi Kasus Di
PT Balai Iklan, Bandung). Bandung : Universitas Katolik Parahyangan. Prosiding
Seminar Nasional Ergonomi dan K3 2006.

Wardhani, D.T. (2012). “Burnout di Kalangan Guru Pendidikan Luar Biasa di Kota Bandung”.
Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Semarang, Vol. 11, No.1, 73-82.

World Health Organization. 2019. Burn-out an "occupational phenomenon": International


Classification of Diseases.

Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kejenuhan Kerja (Burnout) Operator Divisi...


Economics and Digital Business Review / Volume 3 Issue 2 (2022) 214

Pertumbuhan Ekonomi Ditinjau Dari Kredit Perbankan Dan Belanja Daerah....

Anda mungkin juga menyukai