Anda di halaman 1dari 2

LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara berkembang dan memiliki bermacam-macam jenis perindustrian,


diantaranya industri otomotif, industri makanan dan minuman industri tekstil, industri furniture dan
masih banyak lainnya. Direktori perusahaan industri manufaktur mencatat jumlah perusahaan
industri manufaktur dari skala menengah hingga besar pada tahun 2022 mencapai kurang lebih 29
ribu usaha atau perusahaan. Industri adalah suatu kegiatan atau bidang ekonomi yang berhubungan
dengan proses pengolahan atau pembuatan bahan baku atau bahan setengah jadi di pabrik dengan
menggunakan keterampilan dan tenaga kerja untuk menghasilkan sebuah barang atau jasa.
Banyaknya perusahaan yang ada dapat menjadikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan
mengurangi angka pengangguran. Setiap perusahaan pasti menginginkan karyawannya memberikan
hasil yang terbaik dan meningkatkan kinerjanya, karena karyawan adalah salah satu aset utama yang
dimiliki oleh perusahaan. Tercapainya tujuan suatu perusahaan atau organisasi tidak hanya
bergantung pada peralatan modern, sarana dan prasarana yang lengkap, akan tetapi lebih
bergantung pada manusia yang melaksanakan pekerjaan tersebut. Karyawan yang berkualitas yaitu
karyawan yang mampu melaksanakan pekerjaannya dan memberikan hasil kerja yang terbaik atau
mempunyai prestasi kerja yang tinggi yang dimana hal itu sangat dibutuhkan oleh perusahaan atau
organisasi untuk mencapai tujuannya(Aldi and Susanti, 2019). Tenaga kerja (karyawan) harus selalu
dijaga, dipertahankan, dan dikembangkan. Dengan demikian perusahaan seharusnya memberikan
perhatian yang lebih terhadap karyawannya, dengan begitu karyawan pasti juga akan merasa
nyaman dan akan berdampak pada kinerja mereka. Menurut Mangkunegara (2004) kinerja
merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Untuk
mendapatkan kualitas dan kuantitas seperti yang diharapkan oleh perusahaan tentunya karyawan
harus bekerja dengan maksimal, maka dari itu karyawan memerlukan dorongan yang kuat agar
dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik sesuai dengan standar yang telah di
tetapkan oleh perusahaan.

Mangkunegara (2004) mengatakan ada beberapa karakteristik karyawan yaitu: (1) Memiliki
tanggung jawab pribadi yang tinggi; (2) Berani mengambil dan menanggung resiko yang dihadapi; (3)
Memiliki tujuan yang realistis; (4) Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk
merealisasi tujuannya; (5) Memanfaatkan umpan balik (feed back) yang konkrit dalam seluruh
kegiatan kerja yang dilakukannya; (6) Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah
diprogramkan. Lebih lanjut Mangkunegara (2004) juga mengatakan bahwa ada beberapa indikator
kinerja yaitu : (1) Kualitas pekerjaan; (2) Kuantitas pekerjaan; (3) Ketepatan waktu bekerja; (4)
Kerjasama dengan rekan kerja (Sugiarto and Nanda, 2020). Yuli (2004) berpendapat tuntutan akan
kinerja karyawan yang tinggi memang sudah menjadi bagian dari semua perusahaan. Namun fakta
yang ada di lapangan memperlihatkan bahwa belum semua karyawan memiliki kinerja yang tinggi
sesuai dengan harapan perusahaan. Masih banyak terdapat karyawan yang memiliki kinerja yang
rendah. Berdasarkan peringkat indeks kinerja yang telah dilakukan World Investment Report (WIR)
tahun 2003, indeks kinerja Indonesia menempati urutan ke 138 dari 140 negara. Peringkat ini
dengan memperhatikan indikator tingkat kehadiran, kualitas pekerjaan (profesionalisme dalam
bekerja), dan kuantitas pekerjaan karyawan Indonesia yang masih tergolong rendah (Zuhroh, Aini
and Aini, 2019).

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan salah satunya adalah beban kerja.
Karyawan selalu dituntut untuk dapat memenuhi target yang sudah ditetapkan oleh perusahaan.
Bukan hanya beban kerja saja yang berkaitan dengan kualitas dan kuantitas suatu produk yang
dihasilkan oleh masing-masing karyawan akan tetapi dengan melakukan analisis beban kerja juga
mencegah stress atau tekanan kerja yang berlebihan. Apabila beban kerja yang diberikan kepada
karyawan terlalu berat akan berdampak pada kinerja karyawan pada organisasi atau perusahaan
tersebut. Begitu juga sebaliknya, apabila beban kerja yang diberikan perusahaan kepada
karyawannya terlalu ringan akan berdampak tidak efisiennya terhadap perusahaan tersebut
(Qoyyimah, Abrianto and Chamidah, 2020). Selain beban kerja stress kerja dapat ditimbulkan akibat
lingkungan di sekitar tempat pekerjaan hal ini juga dapat menjadi alasan turunnya produktivitas
pekerja. Stres adalah segala aksi dari tubuh manusia terhadap segala rangsangan baik yang berasal
dari luar maupun dari dalam tubuh itu sendiri yang dapat menimbulkan bermacam-macam dampak
yang merugikan mulai dari menurunnya kesehatan sampai pada dideritanya suatu penyakit. Dalam
kaitannya dengan pekerjaan, semua dampak dari stres tersebut akan menjurus pada menurunya
performansi, efisiensi dan produktivitas kerka yang bersangkutan(Amir and Wahyuni, 2019).

Studi lain di Amerika menemukan 78% dari responden menyatakan bahwa pekerjaan adalah sumber
stres mereka yang utama dan hanya 35% mengatakan bahwa mereka merasa senang dan puas
terhadap pekerjaan mereka dan setengah dari mereka merasa mengalami tekanan hidup yang
semakin meningkat selama 10 tahun terakhir. Pengakuan terhadap adanya stres kerja tidak hanya
merupakan sebuah fenomena di Amerika Serikat, WHO menganggapnya sebagai ”penyakit abad dua
puluhan” mengindikasikan bahwa stres kerja menjadi lebih banyak di hampir setiap pekerjaan
diseluruh dunia dan telah menjadi epidemik global (Greenberg, 2002). Di Indonesia sendiri memiliki
jumlah angkatan kerja mencapai 120,4 juta orang pada tahun 2012, atau bertambah sebesar 1,0 juta
orang dibandingkan tahun 2011, ,memiliki potensi kerugian yang sangat besar sebagai dampak dari
stres kerja. Dalam lingkungan ketenagakerjaan, stres kerja merupakan masalah bagi kesehatan kerja,
berpotensi meningkatkan resiko kecelakaan kerja yang akan menimbulkan benyak kerugian materi,
dan mampu menurunkan produktivitas kerja secara keseluruhan.

Stres kerja dapat berakibat positif (eustress) yang dibutuhkan guna menghasilkan prestasi yang
tinggi, namun seringkali stres kerja lebih banyak menyebabkan kerugian pegawai ataupun
perusahaan (Munandar, 2008: 374). Dampak negatif (Distress) yang disebabkan oleh stres kerja
dapat berupa gejala fisik, maupun psikis (Aldi and Susanti, 2019).

Ardana, dkk (2009) dalam Faliza (2011: 32) menyatakan bahwa salah satu alasan mengapa stres
perlu untuk dipahami adalah stres berhubungan erat dengan produktvitas. Karyawan yang
mengalami stres kerja tidak dapat bekerja secara optimal sehingga akan memberi dampak yang
negatif pada hasil kerjanya atau dengan kata lain karyawan tidak dapat mengoptimalkan hasil
kerjanya(Harrisma and Witjaksono, no date)

Demikian juga yang terjadi pada pabrik “X” di kudus jawa tengah didapatkan informasi bahwa
berbagai tekanan dari pekerjaan seperti kelelahan, gaji yang tidak sepadan dengan tingginya
kebutuhan hidup, beban kerja yang semakin tinggi saat pekerjaan tak kunjung selesai, rasa bosan
terhadap pekerjaan yang monoton dan segala sesuatu yang ada kaitannya dengan pekerjaan dapat
menyebabkan mereka mengalami stres bekerja sehingga dapat memicu terjadinya penurunan
produktivitas kerja, seperti gagalnya hasil produksi yang tidak sesuai harapan, keterlambatan,
hilangnya gairah kerja, kejenuhan dalam bekerja serta angka kehadiran pekerja <100%. Berbagai
alasan yang telah didapatkan dari hasil wawancara tersebut maka peneliti ingin mengembangkan
penelitian dengan judul “Relevansi Antara Stres Bekerja dengan produktivitas karyawan di pabrik “X”
di Kudus Jawa Tengah.

Anda mungkin juga menyukai