Tugas Kajian Fisika 1 Analisis PISA (Anna Farhiya Ulfah NIM.1706609)
Tugas Kajian Fisika 1 Analisis PISA (Anna Farhiya Ulfah NIM.1706609)
Disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kajian IPA Fisika
Dosen : Dr. Didi Teguh Chandra, M.Si
Oleh
Anna Farhiya Ulfah
1706609
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Analisis Materi Pisa Fisika
Tahun 2015”. Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan,
dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari mungkin dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
yang perlu disempurnakan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis menyampaikan harapan
semoga makalah ini bermanfaat serta dapat memberikan sumbangan untuk peningkatan
mutu dan kualitas pendidikan nantinya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Hasil Capaian Matematika tahun 2007 dan 2011 ......................................... 5
Gambar 2.2 Hasil Capaian Membaca tahun 2007 dan 2011 ............................................ 5
Gambar 2.3 Hasil Capaian Sains 2007 dan 2011 ............................................................. 6
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, tidak dapat
dihindari lagi. Masyarakat lebih mudah mengakses segala bidang kebutuhan dengan sangat
leluasa. Indonesia sebagai negara berkembang juga secara aktif mengikuti berbagai kegiatan
yang berskala internasional. Hal ini diperuntukkan agar masyarakat di Indonesia bisa
menjadi masyarakat yang mandiri dalam bidang ekonomi dan teknologi serta tidak kalah
dalam persaingan global. Salah satu kegiatan yang diikuti Indonesia dini ini adalah kegiata
masyarakat ekonomi asean atau yang disingkat dengan (MEA) 2016. Indonesia sebagai
negara berkembang juga tampil dan ikut serta dalam berbagai aktivitas internasional, mulai
dari APEC (Asia Pacific Economic Community), AFTA (ASEAN Free Trade Area), World
Trade Organization (WTO), Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan yang terbaru
AEC (ASEAN Economic Community) atau MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) yang baru
saja dimulai tahun 2016.
Seiring pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka dunia pendidikan
juga dituntut untuk mempersiapkan siswa yang cakap guna menghadapi persaingan yang
semakin kompetitif. Siswa hendaknya memiliki kemajuan kemampuan-kemampuan dasar
seperti berbahasa, matematika, dan sains agar mereka dapat bertahan dalam kehidupan era
global seperti sekarang. Untuk mencapai kemajuan tersebut perlu adanya peningkatan
pengajaran sains di sekolah. 30 negara maju dalam bidang ekonomi yang tergabung dalam
Organization of Economic Cooperation and Development (OECD) membentuk suatu
penilaian, yaitu Programme for International Student Assessment (PISA). PISA bertujuan
untuk meneliti secara berkala kemampuan siswa usia 15 tahun (kelas III SMP dan/atau Kelas
I SMA) dalam membaca (reading literacy), matematika (mathematics literacy), dan sains
(scientific literacy). PISA mengukur kemampuan siswa pada akhir usia wajib belajar untuk
mengetahui kesiapan siswa menghadapi tantangan masyarakat berpengetahuan (knowledge
society) dewasa ini. PISA telah menetapkan tiga dimensi besar literasi sains dalam
pengukurannya, yakni proses sains, konten sains, dan konteks aplikasi sains.
Hasil pencapaian PISA ini penting untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa
Indonesia dibandingkan dengan Negara-negara lainnya. Sehingga dapat menjadi tolak ukur
untuk membuat langkah-langkah dalam mengejar ketertinggalan. Perlu diketahui bahwa
pada PISA 2012, Indonesia berada pada peringkat dua terakhir yaitu posisi 64 dari 65 negara.
Hal ini menunjukkan pencapaian pembelajaran IPA yang seharusnya mewujudkan literasi
sains siswa masih kurang.
Ketertinggalan capaian literasi sains siswa pada asesmen internasional seperti PISA
melatar belakangi pergantian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun
2006 menjadi Kurikulum 2013 di Indonesia. Sebagaimana telah diketahui bahwa kurikulum
merupakan seperangkat rencana dan pengaturan digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan (UU No 20
tahun 2003) maka kurikulum bersifat dinamis. Perubahan, pengembangan dan
penyempurnaan kurikulum seyogyanya dapat mengikuti perkembangan dan tatanan zaman
yang dilakukan secara sistematis dan terarah.
Maka berdasarkan hal ini penulis akan menganalisis capaian umum siswa Indonesia di
PISA tahun 2015. Kemudian juga menelaah muatan materi dan soal IPA fisika yang terdapat
pada PISA periode tersebut disebabkan materi fisika sebagai salah satu komponen dari
pengetahuan IPA.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana deskripsi PISA 2015 ?
2. Bagaimana pencapaian literasi sains siswa Indonesia pada PISA 2015 ?
3. Bagaimana muatan materi dan soal IPA Fisika pada PISA 2015 dihubungkan
dengan kompetensi dasar kurikulum 2013 ?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan PISA 2015.
2. Menganalisis pencapaian literasi sains siswa Indonesia pada PISA 2015.
3. Menganalisis muatan materi dan soal fisika pada PISA 2015.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
PISA merupakan salah satu asesmen international yang diadakan oleh organisasi OECD
(Organization for Economic Cooperation and Development) secara berkala selama empat
tahun sekali. OECD merupakan organisasi yang terdiri dari beberapa negara anggota yang
berkedudukan di paris, Perancis. Teknis penyelenggaraan PISA ini melalui konsorsium
international yang diketuai oleh lembaga penelitian Australian Council for Educational
Research yang berkedudukan di Melbourne, Australia. Adapun konsorsium ini terdiri dari
beberapa lembaga penelitian dunia kainnya seperti The Netherlands National Institute for
Educational Measurement (CITO), Belanda; Educational Testing Service (ETS), Amerika
Serikat; Westat Amerika Serikat; dan National Institute for Educational Research (NIER).
PISA bertujuan untuk meneliti secara berkala kemampuan siswa usia 15 tahun (kelas III
SMP dan/atau Kelas I SMA) dalam membaca (reading literacy), matematika (mathematics
literacy), dan sains (scientific literacy). Studi PISA menghasilkan profil kemampuan siswa
berusia 15 tahun dalam membaca, matematika, sains, dan problem solving, termasuk
indikator “trend” yang menunjukkan perubahan kemampuan siswa dari waktu ke waktu
PISA telah menetapkan tiga dimensi besar literasi sains dalam pengukurannya, yakni
proses sains, konten sains, dan konteks aplikasi sains. Fokus dari PISA setiap tahun berbeda
beda. Dalam setiap periode, diujikan tiga domain (membaca, matematika, dan sains) yang
penekanannya berbeda dalam setiap periode. Pada tahun 2000/2001 lebih menekankan pada
kemampuan literasi membaca, tahun 2003 kemampuan literasi matematika, dan pada tahun
2006 kemampuan literasi sains.
Indonesia telah berpratisipasi pada PISA mulai tahun 2000 dan pertama kali diikuti oleh
43 negara peserta. Pelaksanaan PISA sampai saat ini meliputi enam periode, yaitu PISA
2000, PISA 2003, PISA 2006, PISA 2009, PISA 2012 dan PISA 2015.
B. Literasi Sains
Literasi sains terbentuk dari 2 kata yaitu literasi dan sains. Secara harfiah berasal dari
kata literacy yang berarti melek huruf atau pemberantasan buta huruf (Echols & Hasan,
2000). Sedangkan sains berasal dari bahasa inggris berasal dari kata science yang berarti
ilmu pengetahuan. Literasi sains juga didefinisikan sebagai pengetahuan dan pemahaman
dari konsep serta proses ilmiah yang dibutuhkan oleh seseorang dalam membuat keputusan,
partisipasi dalam masyarakat, urusan kebudayaan, dan produktivitas ekonomi (NRC, 1996:
22; Preczewski dkk, 2009: 248). Literasi sains dalam PISA 2003 didefinisikan sebagai
kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan, dan
menarik kesimpulan berdasarkan fakta dalam rangka memahami alam semesta dan
perubahan yang terjadi karena aktivitas manusia (Hayat dan Suhendra, 2011: 315).
Literasi sains memiliki kerangka kerja (framework) paling umum adalah framework
PISA yang dikeluarkan oleh OECD. Framework terbaru adalah framework PISA pada tahun
2015 terdiri dari empat komponen yaitu
1. Konteks (Contexts)
Konteks adalah isu-isu personal, lokal, nasional, dan global baik yang terbaru dan lawas,
yang membutuhkan pemahaman sains dan teknologi.
2. Pengetahuan (Knowledge)
3
Pengetahuan merupakan sebuah pemahaman akan fakta utama, konsep, dan penjelasan
teori yang membentuk basis pengetahuan saintifik. Terdapat beberapa pengetahuan
mencakup pengetahuan tentang dunia kealaman dan artefak teknologi (pengetahuan
konten), pengetahuan tentang bagaimana pengetahuan diproduksi (pengetahuan
prosedural), dan pemahaman tentang merasionalisasi prosedur-prosedur tersebut serta
menentukan penggunaannya (pengetahuan epistemik).
3. Kompetensi (Competencies)
Kompetensi merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan fenomena secara
saintifik, mengevaluasi dan mendesain pertanyaan ilmiah serta menafsirkan data dan
bukti secara saintifik.
4. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan kumpulan dari beberapa karakter berdasarkan sains yang ditandai
dengan ketertarikan terhadap sains dan teknologi, menilai pendekatan saintifik menjadi
pertanyaan, kecocokan, dan persepsi tentang kewaspadaan akan isu- isu lingkungan.
Area dalam mengases sikap terdiri dari:
a. Ketertarikan terhadap sains
1) Rasa ingin tahu terhadap sains dan isu terkait sains serta rasa ingin mencoba
2) Keinginan untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan sains tambahan,
menggunakan berbagai jenis sumber dan metode
3) Keberlangsungan ketertarikan dalam sains, termasuk pertimbangan akan karir
yang terkait sains.
b. Menilai pendekatan saintifik menjadi pertanyaan
1) Berkomitmen kepada suatu bukti sebagai basis kepercayaan untuk menjelaskan
materi tentang dunia.
2) Berkomitmen untuk kembali kepada pendekatan saintifik bilamana ada
persoalan jika dibutuhkan
3) Menganggap bahwa kritikan itu adalah jalan melahirkan validitas dari suatu ide.
c. Kesadaran lingkungan
1) Kegelisahan terhadap lingkungan dan kehidupan berkelanjutan
2) Kecenderungan untuk turut ambil bagian dan mempromosikan perilaku sadar
lingkungan yang berkelanjutan.
Istilah Pengetahuan ilmiah terminologi PISA digunakan kerangka untuk merujuk
pengetahuan sains dan pengetahuan tentang sains. Pengetahuan sains mengacu pada
pengetahuan dunia tentang fisika, kimia, ilmu biologi, Bumi dan ilmu ruang, dan teknologi
berbasis ilmu pengetahuan. pengetahuan tentang ilmu mengacu pada pengetahuan tentang
cara ( "penyelidikan ilmiah") dan tujuan ( "penjelasan ilmiah") ilmu (OEDC, 2015:99).
Soal-soal literasi IPA dalam PISA memiliki beberapa karakteristik antara lain:
Pertama, soal-soal berisi konsep yang tidak terkait langsung dengan konsep IPA yang ada
dalam kurikulum. Kedua, soal-soal literasi IPA dalam PISA menyediakan sejumlah
informasi atau data dalam berbagai bentuk penyajian (gambar, grafik, tabel, wacana), untuk
diolah siswa. Ketiga, soal-soal literasi IPA dalam PISA meminta siswa menghubung-
hubungkan informasi dalam soal. Keempat, pernyataan yang menyertai pertanyaan dalam
soal perlu dianalisis dan diberi alasan saat menjawabnya. Kelima, soal-soal disajikan dalam
bentuk bervariasi (pilihan ganda, isian singkat, esai). Keenam, soal-soal PISA mencakup
konteks aplikasi yang kaya.
Penilaian ilmu PISA terdiri pengetahuan sains secara berlanjut dan kemampuan kognitif
yang terkait dengan penyelidikan ilmiah, menggabungkan beberapa dimensi, dan membahas
hubungan antara ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini memberikan penilaian literasi sains
4
siswa dengan menilai kemampuan mereka untuk menggunakan pengetahuan ilmiah
(Bybee,1997b; Fensham, 2000; Hukum, 2002; Mayer dan Kumano, 2002).
C. Kurikulum 2013
Kurikulum merupakan pedoman atau pegangan yang digunakan dalam proses kegiatan
belajar mengajar (Nana syaodih, 2009: 63). Kurikulum 2013 (K-13) adalah kurikulum yang
berlaku dalam Sistem Pendidikan Indonesia. Kurikulum ini merupakan kurikulum yang
ditetapkan oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum 2006 yang sering disebut
sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang telah berlaku selama kurang
lebih 6 tahun. Tujuan dikembangkannya kurikulum 2013 sendiri adalah untuk menghadapai
tantangan masa depan yang mencakup tuntutan globalisasi, masalah lingkungan hidup,
kemajuan teknologi informasi, ekonomi yang berbasis pengetahuan, mutu investasi dan
transformasi pada sektor pendidikan. Selain itu, penyebab perlunya pengembangan
kurikulum 2013 juga dilatar belakangi oleh beberapa hasil riset internasional yang dilakukan
oleh Global Institue and Programe for International Student Assesment (PISA) menurujuk
pada simpulan bahwa orestasi siswa Indonesia masih tertinggal(Mulyasa, 2013: 60)
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis karakter dan kompetensi
(Mulyasa, 2013: 163). Kurikulum 2013 tidak hanya menekankan kepada penguasaan
kompetensi siswa, tetapi juga membentuk karakter siswa itu sendiri. Hal tersebut sesuai
dengan Kompetensi Inti (KI) yang tealah ditentukan oleh Kemendikbud, dimana KI-1 dan
KI-2 berisi muatan pembentukan karakter siswa sedangkan KI-3 dan KI-4 berkaitan dengan
penguasaan kompetensi siswa.
Berdasarkan hasil survei capaian kemampuan Matematika, kemampuan membaca, dan
kemampuan sains diperoleh hasil sebagai berikut:
5
Gambar 2.2 Hasil Capaian Membaca tahun 2007 dan 2011
6
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Standar isi dalam soal PISA 2015 merupakan subtansi tujuan pendidikan nasional yang
didalamnya terdapat domain koginitif, Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan
berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi,
menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif terdapat
enam aspek atau jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang
yang paling tinggi, diantara enam aspek tersebut yaitu:
1. Pengetahuan (knowledge) ialah kemampuan seseorang untuk mengingat-ngingat
kembali atau mengenali kembali tentang nama, ide, istilah, rumus-rumus dan
sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan
atau ingatan disebut sebagai proses berpikir yang paling rendah.
2. Pemahaman (comprehension) ialah kemampuan seseorang untuk mengerti atau
memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat.
3. Aplikasi (application) kemampuan seseoerang menerapkan materi yang sudah dipelajari
pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip.
4. Analisis (analysis) ialah kemampuan seseorang untuk menguraikan suatu bahan
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara
faktor-faktot yang satu dengan faktor-faktor yang lainnya.
7
5. Sintesis (synthesis) ialah kemampuan seseorang untuk berfikir yang merupakan suatu
proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur yang logis, sehingga
berbentuk pola yang baru.
Evaluasi (evaluation) merupakan jenjang berpikir yang paling tinggi dalam ranah
kognitif taksonomi bloom. Penilaian atau evaluasi disini merupakan kemampuan untuk
membuat suatu keputusan.
Indonesia berada diatas Brazil dengan selisih 2 poin dan berada dibawah Jordan dengan
selisih 6 poin. Terlihat pada tabel menunjukkan Indonesia secara signifikan jauh lebih baik
dari skor rata rata literasi sains pada tahun sebelumnya (2012). Pada tahun 2012 skor yang
didapatkan Indonesia sebesar 382 poin sedangkan pada tahun 2015 pencapaian Indonesia
naik menjadi 403 poin. Pencapaian sebesar 21 poin ini memberikan dorongan optimis
terhadap perbaikan pendidikan dan pengajaran yang telah di canangkan pemerintah.
Meskipun pencapaian tersebut masih rendah dibandingkan dengan rerata OECD. Jika
Indonesia mampu meningkatkan mutu pembelajaran dan kinerja guru dalam memberikan
8
materi, maka tidak menutup kemungkinan Indonesia mampu menyamai rerata OECD
ditahun 2020.
Jika dibandingkan dengan PISA yang sebelumnya (PISA 2012), materi pada PISA 2015
menambahkan 1 komponen Bumi dan Antariksa, yaitu Sejarah dan skala alam semesta dan
menghilangkan komponen materi sistem teknologi. Penulis juga menganalisis soal literasi
sains PISA dan mengaitkan dengan KD IPA kurikulum yang digunakan saat itu.
Tabel 3.3 Analisis kesesuaian KD IPA kurikulum 2013 dengan soal PISA 2015
No KD Kurikulum Contoh soal Kompetensi
PISA
1 3.6 Mengenal Soal nomor 1 Menginterpretas
konsep energi, ikan data
berbagai sumber danfakta-fakta
energi, energi dari secara ilmiah
makanan,
transformasi
energi, respirasi,
sistem pencernaan
makanan, dan
fotosintesis
9
berbagai sumber fakta-fakta
energi, energi dari secara ilmiah
makanan,
transformasi
energi, respirasi,
sistem percernaan
makanan, dan
fotosintesis
10
3.6 Mengenal Soalnomor 2 : Menginterpretas
konsep energi, i data dan fakta
berbagai sumber secara ilmiah
energi, energi dari
makanan, Menjelaskan
transformasi fenomena
energi, respirasi, secarai lmiah
sistem pencernaan
makanan, dan
fotosintesis
3.6 Mengenal
konsep energi, Soalnomor 3 : Menginterpretas
berbagai sumber i data dan fakta
energi, energi dari secara ilmiah
makanan,
transformasi
energi, respirasi,
sistem pencernaan
makanan, dan
fotosintesis
11
3 3.11 Soal nomor 1 Menjelaskan
Mendeskripsik fenomena
an sifat-sifat secara ilmiah
cahaya,
pembentukan
bayangan ,
serta
aplikasinya
untuk
menjelaskan
penglihatan
manusia, dan
prinsip kerja
alat optik
12
pembentukan Menginterpretas
bayangan , i data dan fakta
serta secara ilmiah
aplikasinya
untuk
menjelaskan
penglihatan
manusia, dan
prinsip kerja
alat optik
3.12 Menginterpretas
Mendeskripsikan i data dan bukti
struktur bumi secara ilmiah
untuk
menjelaskan
fenomena gempa
bumi dan gunung
api, serta tindakan
yang diperlukan
untuk mengurangi
resiko bencana
13
3.12 Menginterpretas
Mendeskripsikan i data dan bukti
struktur bumi secara ilmiah
untuk
menjelaskan
fenomena gempa
bumi dan gunung
api, serta tindakan
yang diperlukan
untuk mengurangi
resiko bencana
3.12 Menjelaskan
Mendeskripsikan fenomena
struktur bumi secara ilmiah
untuk
menjelaskan
fenomena gempa
bumi dan gunung
api, serta tindakan
yang diperlukan
untuk mengurangi
resiko bencana.
3.12 Menginterpretas
Mendeskripsikan i data dan bukti
struktur bumi secara ilmiah
untuk
menjelaskan
fenomena gempa
bumi dan gunung
api, serta tindakan
yang diperlukan
untuk mengurangi
resiko bencana.
3.12 Menjelaskan
Mendeskripsikan fenomena
struktur bumi secara ilmiah
untuk
menjelaskan
fenomena gempa
bumi dan gunung
api, serta tindakan
yang diperlukan
untuk mengurangi
resiko bencana.
14
3.12 Menjelaskan
Mendeskripsikan fenomena
struktur bumi secara ilmiah
untuk
menjelaskan
fenomena gempa
bumi dan gunung
api, serta tindakan
yang diperlukan
untuk mengurangi
resiko bencana.
Pada PISA 2015 materi tentang struktur bumi dan energi lebih dominan dibandingkan
dengan materi lainnya yaitu sebanyak 7 soal. Jika dikaitkan dengan kompetensi dasar maka
soal fisika yang paling banyak yaitu di kompetensi dasar 3.6 “Mengenal konsep energi,
berbagai sumber energi, energi dari makanan, transformasi energi, respirasi, sistem
pencernaan makanan, dan fotosintesis”. Pada PISA 2015 ini materi yang disajikan cenderung
lebih sedikit dibandingkan dengan soal pada PISA sebelumnya (2012) yang lebih banyak,
namun soal dari tiap materi di PISA 2015 lebih banyak dibandingkan soal tiap materi dari
PISA 2012.
15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai PISA 2015 dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pada penyelanggaraan PISA 2015 lebih fokus pada literasi sains disamping literasi
matematika, membaca dan finansial. Adapun cakupan kompetensi PISA 2015 sendiri
meliputi: Menjelaskan fenomena sains, mengevaluasi dan mendesign penyelidikan
ilmiah, menginterpretasikan data dan bukti secara imiah.
2. Pencapaian literasi sains siswa Indonesia pada PISA 2015 lebih baik dibandingkan
PISA sebelumnya (2012) yaitu naik sebesar 21 poin dari 382 poin pada tahun 2012.
Pencapaian skor Indonesia menempati urutan ke 68 dengan poin 403.
3. Pada PISA 2015 materi tentang struktur bumi dan energi lebih dominan dibandingkan
dengan materi lainnya yaitu sebanyak 7 soal. Jika dikaitkan dengan kompetensi dasar
kurikulum 2013 maka soal fisika yang paling banyak, yaitu di kompetensi dasar 3.6
“Mengenal konsep energi, berbagai sumber energi, energi dari makanan,
transformasi energi, respirasi, sistem pencernaan makanan, dan fotosintesis”.
B. Saran
1. Kurikulum 2013 yang telah dicanangkan pemerintah sedikit banyak berpengaruh
dalam peningkatan skor PISA 2015 Indonesia, untuk memenuhi standar rerata OECD
hendaknya pihak pemerintah juga memperhatikan kesesuaian kopetensi standar
kurikulum 2013 dengan standar Internasional.
2. Guru sebagai pengajar dan pendidik di sekolah diharapkan lebih mampu memahami
tren global dini ini. Sehingga siswa Indonesia tidak terpaku pada kemampuan
menghafal dan memahami saja. Tapi juga mampu mengembangkan kecakapan
literasi sains yang dimiliki.
16
DAFTAR PUSTAKA
Bybee, R.., McCrae, B., Laurie, R. (2009). PISA 2006: An Assesment of Scientific Literacy.
Journal of Research in Science Teaching, 46(8), 865-883.
Echols, John M & Hassan Shadily. (2000). Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT.Gramedia
Pustaka Utama.
Preczewski, P.J. et al. (2009). Perspectives of German and US Students as They Make
Meaning of Science in Their Everyday Lives. International Journal of Environmental
& Science Education, 4(3), 247-258.
Hayat, Bahrul dan Suhendra Yusuf. (2011). Mutu Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
OECD. 2016. “PISA 2015 Assesment and Analytical Framework”. (http://www. oecd.
org/pisa.).
17
Lampiran 1.1 Daftar pencapaian skor setiap negara
18
19