Kelompok : VIII
MAKALAH
PEMBELAJARAN TERPADU
Analisis Produk Tesis Buku Teks IPA Terpadu SMP/MTs Tema Gunung
Meletus Dengan Tipe Fragmented Berbasis Creative Problem Solving untuk
Meningkatkan Kesiapsiagaan Peserta Didik
OLEH :
KELOMPOK
DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Asrizal, M.Si
Dr. Usmeldi, M.Pd
Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyusun tugas ini dengan judul “Analisis Produk
Tesis Buku Teks IPA Terpadu SMP/MTs Tema Gunung Meletus Dengan
Tipe Fragmented Berbasis Creative Problem Solving untuk Meningkatkan
Kesiapsiagaan Peserta Didik”
Tulisan ini disusun oleh tim penulis dan diperuntukan sebagai tugas mata
kuliah Pengembangan Terpadu diharapkan tulisan pada makalah ini dapat
memperkaya wawasan mahasiswa mengenai bahan ajar baik secara teoritis
maupun praktis.
Tim penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata
kuliah Pengembangan Terpadu, Bapak Dr. Asrizal, M.Si dan Dr. Usmeldi, M.Pd
yang telah membantu, sehingga makalah ini dapat selesai sesuai harapan penulis.
Pada penyelesaian makalah ini penulis banyak menemui kendala. Namun
berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Tim penulis senantiasa menantikan saran dan kritik yang bersifat
konstruktif dari berbagai pihak untuk bahan perbaikan dan penyempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 9
C. Tujuan ................................................................................................... 10
D. Manfaat ................................................................................................... 10
BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................. 11
A. Pembelajaran IPA Terpadu ........................................................................ 11
B. Pembelajaran Terpadu Model Fragmented ................................................. 15
C. Model Pembelajaran Creative Problem Solving ........................................ 17
BAB III PEMBAHASAN.................................................................................. 21
A. Analisis Tesis Buku Teks IPA Terpadu SMP/MTs Tema Gunung
Meletus Dengan Tipe Fragmented Berbasis Creative Problem Solving
untuk Meningkatkan Kesiapsiagaan Peserta Didik .................................... 21
B. Analisis Buku Teks IPA Terpadu SMP/MTs Tema Gunung Meletus
Dengan Tipe Fragmented Berbasis Creative Problem Solving untuk
Meningkatkan Kesiapsiagaan Peserta Didik .............................................. 49
BAB IV PENUTUP.......................................................................................... 53
A. Kesimpulan ............................................................................................. 53
B. Saran ........................................................................................................ 54
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 55
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Fire). Hal ini disebabkan karena wilayah Indonesia terletak di pertemuan lempeng
Indo-Australia dengan lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik. Subduksi antara dua
berapi adalah tumpukan material yang menumpuk di permukaan bumi akibat dari
adanya letusan yang keluar dari sebuah kepundan atau lubang tempat keluarnya
Jumlah gunung api di Indonesia mencapai 129 atau setara 13% dari jumlah
gunung api yang ada di dunia. Gunung api tersebut tersebar di Pulau Sumatera,
Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Papua (Lampiran 1).
sangat berpotensi adanya letusan gunung berapi (Bagpem, 2014). Dampak negatif
tahun 2010 hingga 2014 Indonesia mengalami 36 kali kejadian gunung meletus
dengan jumlah korban jiwa 432 orang dan korban luka 2217 orang. Data ini
1
Jika kita tidak bisa mencegah dan mengurangi risiko bencana, kerusakan
akibat gunung meletus akan menjadi bencana besar bagi kehidupan (Hariyono,
2016). Bencana gunung meletus dapat terjadi kapan saja dengan sedikit atau tanpa
Pengetahuan yang dimiliki dapat memengaruhi sikap untuk siap siaga dalam
mengacu pada empat elemen penting yaitu standar kompetensi lulusan, standar isi,
Nomor 79 Tahun 2014 menjelaskan bahwa konteks lokal berisi muatan dan proses
2
Berdasarkan analisis konteks tentang bencana gunung meletus di Sumatera
Barat diketahui bahwa terdapat salah satu gunung berapi yang masih aktif hingga
saat ini yaitu Gunung Talang di Kabupaten Solok. Konsekuensinya adalah daerah
fenomena alam yang dapat diajarkan melalui pembelajaran IPA. Hal ini sesuai
dengan prinsip Kurikulum 2013 yaitu pembelajaran IPA harus disesuaikan dengan
maka konteks lokal diintegrasikan pada sumber belajar IPA. Untuk menghasilkan
sumber belajar IPA yang sesuai dengan pengembangan dan pelaksanaan Kurikulum
yang berlaku, maka dilakukan investigasi awal di salah satu SMP di Kabupaten
dan sumber belajar dengan kategori cukup baik. Hal ini dikarenakan kurangnya
IPA. Selain itu, buku teks sebagai sumber belajar utama untuk mencapai
3
Lebih lanjut dilakukan observasi terhadap buku teks IPA yang digunakan
beberapa kekurangan yaitu buku teks IPA belum tematik dan terintegrasi konteks
yang kontekstual untuk memadukan beberapa mata pelajaran. Selain itu, materi IPA
di dalam buku teks juga belum terintegrasi konteks lokal. Hal ini tidak sesuai
konteks lokal.
4
Kekurangan lainnya terdapat pada struktur buku teks IPA. Struktur buku
teks yang digunakan belum sesuai dengan struktur buku teks yang ideal. Dari daftar
isi diketahui bahwa buku teks IPA belum memuat informasi kompetensi dan peta
Gambar 2 menunjukkan daftar keseluruhan isi buku teks IPA yang tidak
5
Peta konsep akan membantu peserta didik memahami hubungan konsep-
konsep yang terdapat dalam satu topik pembelajaran. Sejalan dengan penelitian
Yunita (2014) yang menyatakan bahwa salah satu strategi pembelajaran yang dapat
karena itu, struktur buku teks seharusnya memuat kulit buku, kata pengantar,
pendahuluan, bagian daftar, judul bab atau subtema, kompetensi, peta konsep,
Selanjunya, kekurangan juga terdapat pada struktur lembar kerja buku teks.
Struktur buku teks IPA belum sesuai dengan struktur lembar kerja yang ideal.
6
Gambar 3 menunjukkan bentuk lembar kegiatan eksperimen yang belum
memuat tujuan eksperimen. Hal ini belum sesuai dengan ketentuan struktur lembar
kerja ideal. Lembar kerja terdiri dari judul, tujuan, alat dan bahan, prosedur kerja,
tabel data, dan bahan diskusi (Katriani, 2014). Lembar kegiatan peserta didik
Berdasarkan hasil observasi terhadap buku teks IPA di SMP Negeri 1 Solok
dapat disimpulkan bahwa buku teks IPA tersebut masih terdapat beberapa
lokal, dan struktur buku teks yang belum sesuai dengan struktur ideal. Oleh karena
itu dilakukan pengembangan agar buku teks IPA sesuai dengan kebutuhan dan
Terkait pengintegrasian konteks lokal pada buku teks IPA tema gunung
menghadapi gunung meletus. Oleh karena itu, pengembangan buku teks IPA harus
7
Pengembangan buku teks IPA terpadu tema gunung meletus dilakukan
concept fitting technique adalah mendeskripsikan materi IPA dan materi gunung
dan materi gunung meletus. Dari keterkaitan tersebut diperoleh materi yang sesuai
yaitu klasifikasi materi, suhu dan kalor, pencemaran lingkungan, serta lapisan bumi.
dan KD yang ditetapkan. KI 3 pada kurikulum 2013 mengacu pada tiga hal yaitu
diketahui bahwa 43,90% materi IPA yang relevan didominasi oleh pengetahuan
penalaran. Peserta didik harus mampu berpikir kreatif dan aktif dalam pemecahan
8
Selanjutnya, agar memperoleh pemahaman yang utuh tentang tema gunung
meletus, maka materi pada buku teks IPA disajikan secara terpadu dengan model
keterpaduan di dalam satu displin ilmu yang mengkaji bidang-bidang ilmu tertentu
secara terpisah. Model terpadu ini menggali pengetahuan lebih dalam tentang
gunung meletus dari setiap bidang ilmu IPA agar peserta didik lebih terfokus dan
karena itu, model terpadu fragmented digunakan sebagai model pemaduan materi
buku teks Fisika materi bencana gunung meletus di SMA. Untuk buku teks IPA
terpadu tema gunung meletus di SMP belum pernah penulis temukan. Oleh karena
itu dilakukanlah pengembangan terhadap buku teks IPA terpadu SMP/MTs tema
gunung meletus dengan tipe fragmented berbasis creative problem solving. Buku
B. Rumusan Masalah
9
4. Review produk tesis tentang implementasi pembelajaran terpadu tipe
Fragmented. Buku Teks IPA Terpadu SMP/MTs Tema Gunung Meletus
dengan Tipe Fragmented Berbasis Creative Problem Solving untuk
meningkatkan kesiapsiagaan peserta didik
C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan makalah ini adalah:
untuk mengetahui:
1. Untuk mengetahui pengertian pembelajara terpadu Tipe Fragmented.
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan pembelajaran terpadu Tipe
Fragmented.
3. Untuk mengetahui Model Pembelajaran Creative Problem Solving
4. Untuk mengetahui review produk tesis tentang implementasi pembelajaran
terpadu tipe Fragmented dalam buku teks IPA terpadu SMP/MTs Tema
Gunung Meletus dengan Tipe Fragmented Berbasis Creative Problem
Solving untuk meningkatkan kesiapsiagaan peserta didik.
D. Manfaat
Manfaat dalam pembuatan makalah ini antara lain:
1. Penambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dan pembaca mengenai
Bahan ajar terpadu tipe Fragmented
2. Bagi penulis sebagai modal untuk menulis tesis dan melakukan penelitian
ilmiah dalam pengembangan bahan ajar terpadu.
10
BAB II
KAJIAN TEORI
berawal dari sifat dasar manusia yang penuh dengan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu
penjelasan yang paling sederhana namun akurat dan konsisten untuk menjelaskan
yang lebih rinci dan lebih kompleks. Kegiatan penyelidikan ini memerlukan
teknologi yang tersedia yang pada akhirnya akan mengasilkan teknologi terbaru. Di
lain pihak, dari kegiatan penyelidikan pada akhirnya dihasilkan teknologi yang
lebih baru.
menerus pada diri siswa. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan kompetensi IPA
11
Tabel 1. Aspek Kompetensi IPA
Pengetahuan Keterampilan Sikap Ilmiah
a. Fakta, konsep, a. Mengamati a. Kreatif
prosedur, b. Membandingkan b. Jujur
b. dan metakognitif c. Mengelompokkan c. Teliti
c. Kerja Ilmiah dan d. Menggunakan berbagai d. Tekun
d. keselamatan kerja e. alat dan bahan e. Disiplin
e. Makhluk hidup dan f. Mengomunikasikan f. Objektif
proses kehidupan g. Mengasosiasi g. Toleran
(tumbuhan, hewan, dan h. Memprediksi h. Kerjasama
manusia) i. Menganalisis i. Terbuka
f. Energi dan j. Membuat kesimpulan j. Bertanggung
perubahannya k. Mengevaluasi jawab
g. Zat dan sifatnya l. Menyelesaikan masalah k. Peduli
h. Bumi dan antariksa m. Membuat keputusan lingkungan
i. Sains, lingkungan, n. Melakukan percobaan
teknologi, dan
masyarakat
IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-
fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga
12
Secara umum IPA di SMP/MTs, meliputi bidang kajian tekanan zat, bumi
antariksa, makhluk hidup dan proses kehidupan, dan materi dan sifatnya yang
fenomena alam termasuk peristiwa gunung meletus. Dengan demikian, IPA layak
dijadikan sebagai wahana untuk menumbuhkan dan menguatkan sikap siaga peserta
didik dalam menghadapi bencana alam. IPA merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu
pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan
ciri: objektif, metodik, sistimatis, universal, dan tentatif. IPA merupakan ilmu yang
dalam IPA dapat dikemas dengan Tema/Topik/Materi Ajar tentang suatu wacana
yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah
dipahami dan dikenal peserta didik. Dalam pembelajaran IPA secara terpadu, suatu
konsep dibahas dari berbagai aspek bidang kajian dalam bidang kajian IPA.
Misalnya konsep tekanan zat di kelas VII dibahas dari sudut sumber-sumber energi,
energi dalam makanan, transformasi energi dalam sel, metabolisme sel, respirasi,
relevan untuk dijadikan topik/materi ajar tidak perlu dibahas berulang kali dalam
lebih efisien dan pencapaian tujuan pembelajaran diharapkan akan lebih efektif.
13
a. Substansi materi yang akan diramu ke dalam pembelajaran terpadu diangkat
terkait.
b. Antar konsep kunci yang dimaksud memiliki keterkaitan makna dan fungsi,
yang apabila diramu ke dalam satu konteks tertentu (peristiwa, isu, masalah,
atau tema) masih memiliki makna asal, selain memiliki makna yang
terpadu dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus untuk memahami suatu
di dalam kehidupannya.
inkuiri. Peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang
14
B. Model Terpadu Fragmented
aktif mencari, menggali, menemukan konsep serta prinsip keilmuwan secara holistik,
bermakna, dan otentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi jika kejadian yang wajar
mempelajari materi ajar dan proses pembelajaran beberapa bidang studi dalam waktu
yang bersamaan. Pernyataan tersebut jelas bahwa sebagai pemacu dalam pelaksanaan
diseputar tema kemudian baru membahas masalah konsep-konsep pokok yang terkait
dalam tema.
15
Terdapat beberapa kelebihan model terpadu fragmented menurut Soenarko
Model fragmented berguna apabila diterapkan pada sekolah menengah yang peserta
didiknya memiliki berbagai macam karakter yang berbeda dengan berbagai macam bidang ilmu
yang ada yang nantinya peserta didik akan didorong untuk memilih jurusan yang paling
mereka sukai. Menurut Muhsina (2015) model ini sangat bermanfaat pada tingkat menengah
dan universitas di mana masing-masing peserta didik akan kita dorong untuk menentukan dan
mengkhususkan bidang keahlian yeng meraka miliki melalui serangkaian aktivitas seperti
Model fragmented juga sangat berguna untuk guru yang ingin lebih spesifik
dalam keahliannya di bidang ilmu tertentu dan menggembangkan kurikulum yang ada
a. Menjaga agar suatu mata pelajaran terjaga keaslian dan kemurniannya, tidak
ditempatkan sebagai seorang sumber belajar, peserta didik sebagai pencari ilmu
yang berbeda.
16
C. Model Pembelajaran Creative Problem Solving
variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam
(2011) menegaskan model creative problem solving adalah suatu model pembelajaran
adalah salah satu model yang dapat membantu siswa memecahkan sebuah masalah
dan mengatur perubahannya secara kreatif. Model ini dapat membantu siswa untuk
problematik maksudnya segala cara yang dikerahkan oleh seseorang dalam berpikir
pemecahan masalah.
adalah salah satu model pembelajaran dengan gagasan kreatif untuk memecahakan
suatu permasalahan. Sintaksnya adalah mulai dari fakta aktual sesuai dengan materi
bahan ajar melalui tanya jawab lisan, identifikasi permasalahan dan fokus-pilih,
17
Tabel 2. Langkah-Langkah Pembelajaran Model CPS
Fase Penjelasan
Fase 1 Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan
Klarifikasi Masalah masalah oleh guru kepada peserta didik tentang masalah
yang diajukan agar peserta didik dapat memahami
tentang penyelesaian seperti apa yang diharapkan.
Fase 2 Pada tahap ini, peserta didik dibebaskan untuk menggali
Pengungkapan dan mengungkapkan pendapat-pendapatnya tentang
Pendapat berbagai macam strategi penyelesaian masalah, tidak
ada sanggahan dalam mengungkapkan ide atau gagasan
satu sama lain.
Fase 3 Pada tahap ini, dengan bimbingan guru setiap
Evaluasi dan kelompok mendiskusikan pendapat-pendapat atau
Seleksi strategi-strategi mana yang cocok untuk
menyelesaikan masalah. Sehingga diperoleh suatu
strategi yang optimal dan tepat.
Pada tahap ini, peserta didik menentukan strategi mana
Fase 4 yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah
Implementasi kemudian menerapkannya sampai menemukan
penyelesaian dari masalah tersebut.
Sumber: Pepkin (2004)
pembelajaran IPA dari tahap awal hingga penutup dijabarkan sebagai berikut.
a. Tahap Awal
sebagai prasyarat pada materi saat ini. Kemudian guru menjelaskan langkah- langkah
model pembelajaran CPS serta guru memberi motivasi kepada peserta didik akan
18
b. Tahapan Inti
Tiap kelompok terdiri atas 4-6 anak yang ditentukan guru dan kelompok ini bersifat
permanen. Peserta didik memecahkan permasalahan yang terdapat dalam bahan ajar
peserta didik dengan langkah CPS. Peserta didik mendapat bimbingan dan arahan dari
guru dalam memecahkan permasalahan. Peranan guru dalam hal ini menciptakan
c. Tahap Penutup
yang diberikan guru dan memberikan nilai bagi peserta didik yang mampu
kegiatan pembelajaran.
19
Menurut Ningsih (2014), kurikulum 2013 mengisyaratkan perlunya
kemampuan kreatif pada diri seorang guru sehingga pengembangan bahan ajar
khususnya Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang berbasis pemecahan masalah secara
kreatif perlu dilakukan. LKS berbasis CPS dapat melatih siswa dalam memecahkan
20
BAB III
PEMBAHASAN
A. Analisis Tesis Buku Teks IPA Terpadu SMP/MTs Tema Gunung Meletus Dengan Tipe Fragmented Berbasis Creative
Problem Solving untuk Meningkatkan Kesiapsiagaan Peserta Didik
Tabel 3 . Analisis Tesis
Indikator Hasil Analisis Tesis
Judul Pengembangan Buku Teks IPA Terpadu SMP/MTS Tema Gunung Meletus Dengan Tipe Fragmented Berbasis
Creative Problem Solving untuk Meningkatkan Kesiapsiagaan Peserta Didik
Latar 1. Jumlah gunung api di Indonesia mencapai 129 atau setara 13% dari jumlah gunung api yang ada di dunia.
Belakang Gunung api tersebut tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan
Masalah Papua (Lampiran 1). Mengingat banyaknya gunung api yang terdapat di Indonesia, maka Indonesia sangat
berpotensi adanya letusan gunung berapi (Bagpem, 2014).
2. Pengetahuan tentang bencana gunung meletus dapat diberikan sejak dini melalui pendidikan di sekolah.
Bencana gunung meletus merupakan fenomena alam yang dapat diajarkan melalui pembelajaran IPA. Hal ini
sesuai dengan prinsip Kurikulum 2013 yaitu pembelajaran IPA harus disesuaikan dengan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya.
3. Peneliti melakukan investigasi awal di SMP N 1 Solok untuk mengetahui sumber belajar IPA yang
digunakan serta pelaksanaan kurikulum 2013. Dari hasil analisis didapatkan bahwa masih kurangnya
penggunaan model pembelajaran berbasis masalah pada pembelajaran IPA, buku teks yang digunakan belum
kontekstual dengan lingkungan peserta didik.
4. Lebih lanjut, peneliti melakukan observasi terhadap buku teks IPA terbitan Kemendikbud revisi 2016. Hasil
observasi menunjukkan
a) buku Teks ipa belum tematik dan terintegrasi konteks lokal
b) buku teks ipa belum memuat informasi kompetensi dasar, indicator, tujuan pembelajaran. Serta buku
teks ipa juga tidak memuat konsep-konsep yang dihubungkan dengan kata-kata dalam suatu unit
semantik.
c) Struktur buku teks IPA belum sesuai dengan struktur lembar kerja yang ideal
5. Oleh karena itu, peneliti melakukan pengembangan agar buku teks IPA sesuai dengan kebutuhan dan
21
pengimplementasian kurikulum 2013. Tema yang ditentukan pada buku teks ipa adalah gunung meletus. Tema
gunung meletus juga dikaitkan dengan pemahaman peserta didik mengenai kesiapsiagaan dalam menghadapi
gunung meletus.
6. Pengembangan buku teks IPA terpadu tema gunung meletus dilakukan dengan menganalisis keterkaitan materi
IPA di SMP/MTs dengan materi gunung meletus menggunakan concept fitting technique (Hamdi, 2014).
Tahap-tahap concept fitting technique adalah mendeskripsikan materi IPA dan materi gunung meletus,
menentukan KD yang relevan, dan menentukan kesesuaian materi IPA dan materi gunung meletus. Dari
keterkaitan tersebut diperoleh materi yang sesuai yaitu klasifikasi materi, suhu dan kalor, pencemaran
lingkungan, serta lapisan bumi
Rumusan Mengembangkan buku teks IPA Terpadu SMP/MTs Tema Gunung Meletus Dengan Tipe Fragmented Berbasis
dan Tujuan Creative Promblem Solving untuk Meningkatkan kesiapsiagaan Peserta Didik dilihat dari segi valid, praktis, dan
Penelitian efektif
Spesifikasi 1. Buku teks yang dikembangkan adalah buku teks IPA terpadu SMP/MTs tema gunung meletus.
Produk 2. Materi IPA terkait materi gunung meletus dari bidang ilmu Fisika, Kimia, atau Biologi dipadukan dengan
model terpadu fragmented.
3. Model pembelajaran creative problem solving dimuat dalam lembar kegiatan peserta didik.
4. Materi buku teks IPA disusun berdasarkan keterkaitan materi IPA dengan materi gunung meletus yaitu
materi dari Kompetensi Dasar (KD) kelas VII yaitu KD 3.3 menjelaskan konsep campuran dan zat tunggal,
sifat fisika dan kimia, perubahan fisika dan kimia dalam kehidupan sehari-hari; KD 3.4 menganalisis konsep
suhu, pemuaian, kalor, perpindahan kalor; KD 3.8 menganalisis terjadinya pencemaran lingkungan dan
dampaknya bagi ekosistem; serta KD 3.10 menjelaskan lapisan bumi, gunung api, gempa bumi, dan tindakan
pengurangan risiko sebelum, pada saat, dan pasca bencana sesuai ancaman bencana di daerahnya.
5. Struktur buku teks IPA memuat kulit buku, kata pengantar, bagian daftar, pendahuluan, judul subtema,
kompetensi, peta konsep, pengantar, uraian materi, lembar kegiatan, rangkuman, dan evaluasi.
6. Terdapat informasi-informasi mengenai keterkaitan materi IPA dengan sikap siaga dalam menghadapi
gunung meletus, sehingga buku teks IPA dengan tema gunung meletus dapat meningkatkan kesiapsiagaan
peserta didik.
Batasan Materinya ditinjau dari Kompetensi Dasar (KD) pada kelas VII yaitu
Penelitian a) KD 3.3 menjelaskan konsep campuran dan zat tunggal, sifat fisika dan kimia, perubahan fisika dan kimia
dalam kehidupan sehari-hari;
b) KD 3.4 menganalisis konsep suhu, pemuaian, kalor, perpindahan kalor;
c) KD 3.8 menganalisis terjadinya pencemaran lingkungan dan dampaknya bagi ekosistem, dan
d) KD 3.10 menjelaskan lapisan bumi, gunung api, gempa bumi, dan tindakan pengurangan risiko sebelum,
22
pada saat, dan pasca bencana sesuai ancaman bencana di daerahnya.
2. Pembelajaran IPA
Berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016, pembelajaran terpadu dalam IPA dapat dikemas
dengan Tema/Topik/Materi Ajar tentang suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau
disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal peserta didik.
3. Model terpadu fragmented
Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit tematisnya, Fogarty (1991)
menjelaskan sepuluh cara atau model dalam merencanakan pembelajaran terpadu. Model terpadu yang
digunakan pada buku teks yang dikembangkan adalah model fragmented. Menurut Fogarty (1991), model
terpadu fragmented menunjukkan keterpaduan di dalam satu displin ilmu yang mengkaji bidang-bidang ilmu
tertentu secara terpisah. Misalnya dalam mata pelajaran IPA pengkajian ilmu Kimia, Fisika, dan Biologi
23
4. Model pembelajaran creative problem solving
Adapun implementasi dari model pembelajaran CPS dalam kegiatan pembelajaran IPA dari tahap awal
hingga penutup dijabarkan sebagai berikut.
a. Tahap Awal
Guru menanyakan kesiapan peserta didik selama pembelajaran berlangsung dengan mengulang
kembali materi sebelumnya mengenai materi yang dijadikan sebagai prasyarat pada materi saat ini.
Kemudian guru menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran CPS serta guru memberi motivasi
kepada peserta didik akan pentingnya pembahasan materi melalui pembelajaran CPS. Kemudian guru
menyampaikan materi pelajaran.
b. Tahapan Inti
Peserta didik membentuk kelompok kecil untuk melakukan small discussion. Tiap kelompok terdiri
atas 4-6 anak yang ditentukan guru dan kelompok ini bersifat permanen. Peserta didik memecahkan
permasalahan yang terdapat dalam bahan ajar peserta didik dengan langkah CPS. Peserta didik mendapat
bimbingan dan arahan dari guru dalam memecahkan permasalahan. Peranan guru dalam hal ini
menciptakan situasi yang dapat memudahkan munculnya pertanyaan dan mengarahkan pada
pengungkapan pendapat serta menumbuhkan situasi dan kondisi lingkungan yang dihasilkan atas dasar
ketertarikan peserta didik.
c. Tahap Penutup
Sebagai pemantapan materi, secara individu peserta didik mengerjakan soal yang diberikan guru dan
memberikan nilai bagi peserta didik yang mampu memecahkannya sebagai upaya motivasi siswa dalam
mengerjakan soal-soal.
7. Materi IPA
Untuk keterpaduan antar materi IPA, peneliti memilih lingkup materi klasifikasi materi dan perubahannya;
suhu dan kalor; pencemaran lingkungan; serta lapisan bumi.
Aspek Uraian Materi
Faktual a. Besi, emas, dan seng merupakan benda berwujud padat.
b. Air, minyak, dan bensin merupakan benda berwujud cair.
c. udara, asap, dan uap air merupakan benda berwujud gas.
Konseptual a. Unsur adalah zat tunggal/murni yang tidak dapat diuraikan
menjadi zat-zat lain yang lebih sederhana dengan cara kimia.
Senyawa adalah zat tunggal/murni yang dapat diuraikan secara
kimia menjadi dua zat atau lebih. Campuran adalah suatu materi
yang terdiri atas dua zat atau lebih dan masih mempunyai sifat zat
asalnya dengan tidak mempunyai komposisi yang tetap.
b. Prinsip pemisahan campuran didasarkan pada perbedaan sifat-
sifat fisis zat penyusunnya, seperti wujud zat, ukuran partikel,
titik leleh, titik didih, sifat magnetik, dan kelarutan.
c. Perubahan fisika adalah perubahan zat yang tidak disertai dengan
terbentuknya zat baru. Perubahan kimia adalah perubahan zat
yang dapat menghasilkan zat baru dengan sifat kimia yang
berbeda dengan zat asalnya.
25
Prosedural a. Melakukan penyelidikan karakteristik zat (padat, cair, dan gas)
serta mengumpulkan informasi mengenai unsur, senyawa, dan
campuran dengan model CPS.
b. Melakukan penyelidikan asam, basa, dan garam menggunakan
indikator dengan model CPS
c. Melakukan percobaan teknik pemisahan campuran, misalnya
melalui penyulingan, kromatografi, atau penyubliman dengan model
CPS.
d. Menyajikan hasil penyelidikan sifat fisika dan kimia dalam
kehidupan sehari-hari dengan model CPS.
26
perubahan suhu dengan model CPS
d. Melakukan percobaan untuk menyelidiki pengaruh kalor terhadap
wujud benda dengan model CPS
e. Melakukan percobaan untuk menyelidiki perpindahan kalor
secara konduksi, konveksi, dan radiasi dengan model CPS
27
Prosedural a. Mengumpulkan informasi mengenai lapisan bumi dengan model
CPS
b. Mengumpulkan informasi mengenai mekanisme terjadinya
letusan gunung berapi dengan model CPS
c. Mengumpulkan informasi mengenai mekanisme terjadinya gempa
bumi dengan model CPS
d. Menyajikan hasil studi literatur tentang penanggulangan risiko
melalui kesiapsiagaan dan dampak bencana alam dalam bentuk
presentasi dengan model CPS
e. Berlatih tindakan penyelamatan diri pada saat terjadi bencana
alam dengan model CPS
28
letusan gunung berapi dengan model CPS
d. Menyajikan hasil studi literatur tentang kesiapsiagaan
menghadapi bencana gunung meletus dengan model CPS
e. Menyajikan hasil studi literatur tentang dampak bencana gunung
meletus dalam bentuk presentasi dengan model CPS
Untuk keterpaduan materi IPA dengan materi gunung Meletus sudah terintegrasi dengan baik. Hal ini
terlihat dari materi yang terdapat pada masing-masing bidang IPA yaitu kimia, fisika, dan biologi. Integrasi
bencana gunung Meletus ke dalam materi klasifikasi, integrase bencana gunung Meletus ke dalam materi
suhu dan kalor, integrase bencana gunung Meletus ke dalam materi pencemaran lingkungan, dan integrase
29
2 Pencemaran Pengetahuan tentang konsep Pencemaran dan dampak akibat
Lingkungan bencana gunung meletus peristiwa gunung meletus
sebagai Dampak Pengetahuan tentang tanda- Pencemaran udara yang terjadi
Peristiwa Gunung tanda terjadinya bencana sebelum peristiwa gunung
Meletus gunung meletus meletus
Pengetahuan tentang Tindakan kesiapsigaan
tindakan apa yang perlu berdasarkan tingkatan status
dilakukan jika berpotensi gunung meletus
terjadi bencana gunung
meletus
3 Peristiwa Gunung Pengetahuan tentang konsep Gunung meletus terjadi pada
Meletus pada bencana gunung meletus lapisan padat bumi
Lapisan Bumi
Pengetahuan tentang Pergerakan lempeng-lempeng di
penyebab terjadinya bencana lapisan bumi dapat menyebabkan
gunung meletus
Pengetahuan tentang tanda- Gunung meletus terjadi akibat
tanda terjadinya bencana banyaknya gunung api akibat
gunung meletus pergerakan lempeng
Pengetahuan tentang Tindakan kesiapsigaan
tindakan apa yang perlu berdasarkan tingkatan status
dilakukan jika berpotensi gunung meletus
terjadi bencana gunung
meletus
4 Tekanan Zat pada Pengetahuan tentang konsep Gunung meletus terjadi pada
Peristiwa Gunung bencana gunung meletus karena adanya tekanan yang
Meletus tinggi didalam perut bumi
Pengetahuan tentang Arus konveksi yang terjadi
penyebab terjadinya bencana menyebabkan tekanan pada
lempeng bumi
Pengetahuan tentang Tindakan kesiapsigaan
tindakan apa yang perlu berdasarkan tingkatan status
dilakukan jika berpotensi gunung meletus
terjadi bencana gunung
meletus
30
Tabel 10. Indikator Kesiapsiagaan Parameter Sikap
No. Subtema Aspek Sikap Indikator
1 Kalsifikasi Menerima - Kesedian mempelajari risiko
Materi dan bencana gunung meletus
Prubahannya Merespon - Merespon terhadap berita gunung
Peristiwa meletus
Gunung - Merespon status gunung berapi
Meletus berupa tindakan antisipasi yang
harus di lakukan
Bertanggung Jawab - Memiliki tanggung jawab atas
keselamatan diri berupa persiapan
kebutuhan evakuasi
2 Suhu dan Menerima - Kesedian mempelajari risiko
Kalor pada bencana gunung meletus
Peristiwa Merespon - Merespon terhadap berita gunung
Gunung meletus
Meletus - Merespon status gunung berapi
berupa tindakan antisipasi yang
harus di lakukan
Bertanggung Jawab - Memiliki tanggung jawab atas
keselamatan diri berupa persiapan
kebutuhan evakuasi
3 Pencemaran Menerima - Kesedian mempelajari risiko
Lingkungan bencana gunung meletus
sebagai Merespon - Merespon terhadap berita gunung
Dampak meletus
Peristiwa - Merespon status gunung berapi
Gunung berupa tindakan antisipasi yang
Meletus harus di lakukan
Bertanggung Jawab - Memiliki tanggung jawab atas
keselamatan diri berupa persiapan
kebutuhan evakuasi
4 Peristiwa Gunung Menerima - Kesedian mempelajari risiko
Meletus pada bencana gunung meletus
Lapisan Bumi Merespon - Merespon terhadap berita gunung
31
meletus
- Merespon status gunung berapi
berupa tindakan antisipasi yang
harus di lakukan
Menghargai - Memiliki keinginan untuk ikut
serta dalam kegiatan penyuluhan
tentang tindakan pengurangan
risiko bencana gunung meletus
Bertanggung Jawab - Memiliki tanggung jawab atas
keselamatan diri berupa persiapan
kebutuhan evakuasi
Jenis dan Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Peneliti
Model menggunakan model pengembangan Plomp yang terdiri atas 3 tahap, investigasi awal (preliminary research),
Penelitian tahap pengembangan (prototyping phase) dan tahap penilaian (assessment phase).
32
Sumber: Plomp (2013)
Penelitian Peneliti hanya memaparkan kelebihan atau keunggulan dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
yang terdahulu, alangkah baiknya jika peneliti juga memaparkan kekurangan dari penelitian terkait yang telah
relevan dilakukan sehingga perbaikan nya siginifikan di masa mendatang
Instrumen Instrument yang digunakan oleh peneliti sudah lengkap, mulai dari instrument untuk menganalisis analisis
kegiatan pembelajaran, analisis materi, analisis kesiapsiagaan peserta didik, serta analisis konteks berupa analisis
SWOT. Kemudian untuk mengukur kelayakan buku teks ipa yang dihasilkan digunakan instrument validitas,
praktikalitas, dan efektivitas.
34
Tabel . Hasil Analisis Konteks
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
a. Instalasi yang dapat mendukung a. Belum optimalnya koordinasi dari
informasi mengenai bencana alam berbagai pihak (institusi dan pakar)
seperti BMKG, perguruan tinggi, dan dalam pengelolaan bencana.
lain-lain. b. Belum terlaksananya pembelajaran
b. Para ahli sesuai bidang ilmunya yang terintegrasi bencana gunung
seperti ahli geofisika, geologi, dan meletus.
lain-lain. c. Belum banyak masyarakat yang
c. Pembangunan yang berada di jarak mengetahui tindakan kesiapsiagaan.
aman bencana gunung meletus. d. Belum adanya penyuluhan tentang
d. Mitigasi bencana gunung meletus. jarak aman pembangunan di sekitar
gunung meletus
Strategi:
Optimalisasi keberadaan instansi termasuk instansi pendidikan dan SDM yang ahli
vvvvv
dibidangnya untuk penanggulangan bencana gunung meletus.
Peluang (Opportunities) Ancaman (Threat)
a. PP No. 79 tahun 2014 menyatakan a. Sumatera Barat memiliki dua gunung
bahwa pelaksanaa kurikulum 2013 api yaitu gunung talang dan gunung
dikembangkan disesuaikan dengan merapi. Keduanya berpotensi
konteks lokal. mengalami letusan.
b. Kerjasama Badan Nasional b. Pada tanggal 12 April 2005, gunung
Penanggulangan bencana (BNPB) talang meletus dan menyemburkan
dengan lembaga sosial pendidikan abu vulkanik hingga ke daerah Padang
serta media masa. Panjang, Sumatera Barat.
c. Permen No. 3 tahun 2008 menyatakan
bahwa rancangan pembelajaran
haruslah membentuk kesiapsiagaan
bencana.
Strategi:
Pengintegrasian konteks lokal melalui pendidikan diimplementasikan pada buku teks
IPA dengan tema gunung meletus.
35
Tabel . Hasil Analisis Kesiapsiagaan Peserta Didik
No. Parameter Kesiapsiagaan Rata-Rata Nilai Kategori
1 Pengetahuan 48,28 Kurang Siap
2 Sikap 75,40 Siap
100
80
Nilai (%)
60
43.9
40 31.7
24.39
20
0
Faktual Konseptual Prosedural
Aspek Pengetahuan
36
Tabel . Hasil Evaluasi Peserta Didik Kelompok Kecil
No Aspek Nilai Kategori
1 Mudah dipahami 84,17 Sangat Praktis
2 Menarik 86,15 Sangat Praktis
3 Efisien 82,50 Sangat Praktis
Rata-rata 84,37 Sangat Praktis
37
100
80
37.5
40
20
0 0 0
0
Tidak Siap Kurang Siap Hampir siap Siap Sangat Siap
Kategori Kesiapsiagaan
100
78.13
80
Peserta Ddiki (%)
60
40
21.87
20
0 0 0
0
Tidak Siap Kurang Siap Hampir siap Siap Sangat Siap
Kategori Kesiapsiagaan
38
Gambar 27. Grafik Penilaian Kesiapsiagaan Peserta Didik
pada Parameter: (a) Pengetahuan dan (b) Sikap
100
89.77
75.78 77.53
80
60
48.28
Nilai
40
20
0
Pre-test Post-test
Pengetahuan Sikap
Kesimpulan 1. Buku teks yang dikembangkan telah valid, praktis dan efektif. Oleh karena itu, buku teks ini dapat digunakan sebagai
dan Saran sumber belajar dalam pembelajaran IPA di sekolah.
2. Pengembangan buku teks IPA Terpadu SMP/MTs Tema gunung meletus dengan tipe fragmented berbasis CPS yang
telah dilakukan dapat dijadikan pedoman bagi pendidik untuk mengembangkan buku teks dengan berbagai tema yang
sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Peneliti lain disarankan melakukan uji coba dalam lingkup yang lebih luas agar diperoleh buku teks yang
berkualitas tinggi guna meningkatkan kompetensi peserta didik.
39
40
Analisis 1. Aspek kompetensi IPA pada kajian teori yang dipaparkan peneliti sebaiknya mencantumkan sumber
Kajian referensi.
Teori 2. Karakteristik pembelajaran terpadu adalah sebagai berikut (Karli, 2002:35).
a. Holistik, suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu dikaji dari beberapa
bidang studi sekaligus untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi.
b. Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep yang
dipelajari dan diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-
masalah nyata di dalam kehidupannya.
c. Aktif, pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan diskoveri- inkuiri. Peserta didik terlibat
secara aktif dalam proses pembelajaran yang secara tidak langsung dapat memotivasi anak untuk
belajar.
3. Pembelajaran terpadu melibatkan tiga kegiatan utama yaitu : perancangan, pelaksanaan pembelajaran, dan
penilaian, untuk penomoran pada materi ini terjadi kesalahan sebaiknya diperhatikan kembali karena tidak
sesuai dengan penomoran yang benar dalam tesis.
4. Menurut Fogarty (1991), model terpadu fragmented menunjukkan keterpaduan di dalam satu displin ilmu
yang mengkaji bidang-bidang ilmu tertentu secara terpisah
41
Fase Penjelasan
Fase 1 Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan
Klarifikasi Masalah masalah oleh guru kepada peserta didik tentang masalah
yang diajukan agar peserta didik dapat memahami
tentang penyelesaian seperti apa yang diharapkan.
Fase 2 Pada tahap ini, peserta didik dibebaskan untuk menggali
Pengungkapan dan mengungkapkan pendapat-pendapatnya tentang
Pendapat berbagai macam strategi penyelesaian masalah, tidak
ada sanggahan dalam mengungkapkan ide atau gagasan
satu sama lain.
Fase 3 Pada tahap ini, dengan bimbingan guru setiap kelompok
Evaluasi dan Seleksi mendiskusikan pendapat-pendapat atau strategi-strategi
mana yang cocok untuk menyelesaikan masalah.
Sehingga diperoleh suatu strategi yang optimal dan
tepat.
Fase 4 Pada tahap ini, peserta didik menentukan strategi mana
Implementasi yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah
kemudian menerapkannya sampai menemukan
penyelesaian dari masalah tersebut.
Sumber: Pepkin (2004)
42
7. Buku teks yang layak digunakan satuan pendidikan harus memenuhi kriteria menurut Permendikbud Nomor 8
Tahun 2016 yaitu adanya kulit buku, bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir dari buku. Komponen-
komponen buku siswa yang disusun yaitu: (1) kulit buku terdapat kulit depan, kulit belakang, dan kulit
punggung; (2) bagian awal buku terdapat halaman judul, halaman penerbitan, halaman kata pengantar,
halaman daftar isi, halaman daftar gambar, halaman tabel, dan penomoran halaman; (3) bagian isi buku
terdapat aspek materi, aspek kebahasaan, aspek penyajian materi, dan aspek kegrafisan dan; (4) bagian akhir
buku terdapat informasi penulis, glosarium, daftar pustaka, indeks, dan lampiran
8. Kemdikbud (2014:51) menyatakan bahwa buku sebagai sumber belajar peserta didik harus memuat judul
bab, informasi kompetensi dasar yang sesuai dengan topik pada setiap bab, peta konsep, pengantar, kegiatan
peserta didik berupa lembar kerja, rangkuman, latihan soal, evaluasi, dan tugas.
9. Analisis kebutuhan dan konteks, Sebelum melakukan pengembangan sebuah buku teks, perlu dilakukan
analisis kebutuhan buku teks. Analisis kebutuhan dalam model pengembangan Plomp merupakan salah satu
langkah awal untuk memulai pengembangan buku teks yaitu pada tahap investigasi awal (preliminary
research). Menurut Rangkuti (2015), tahap preliminary research model Plomp (2013), terdiri dari analisis
kebutuhan dan konteks. Analisis kebutuhan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Analisis Kegiatan Pembelajaran, Permendiknas Nomor 22 Tahun 2016 menjelaskan bahwa pelaksanaan
pembelajaran merupakan implementasi dari RPP yang meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.
b. Kegiatan Pendahuluan, Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan
pembelajaran yang ditujukan untuk memberikan apersepsi dan motivasi dan penyampaian informasi
kompetensi tujuan pembelajaran dan cakupan materi.
c. Kegiatan Inti, Kegiatan inti menggunakan model, metode, dan media pembelajaran, serta sumber belajar
yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik
dan/atau tematik terpadu dan/atau saintifik disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang
pendidikan. Menurut Su’udiah (2016) sumber belajar kontekstual membantu siswa menghubungkan
konten yang dipelajarinya dengan konteks kehidupan nyata.
d. Kegiatan Penutup, Dalam kegiatan penutup, guru bersama peserta didik baik secara individual maupun
kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi. Rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengakhiri aktivitas pembelajaran meliputi penarikan kesimpulan atau membuat rangkuman, umpan
balik dan tindak lanjut.
e. Analisis Konteks, Menurut Kemdikbud (2014), konsekuensi dari implementasi Kurikulum 2013 di
Indonesia yaitu adanya pengintegrasian konteks lokal ke dalam pembelajaran IPA. Daerah Sumatera
43
Barat merupakan salah satu daerah yang rentan akan terjadinya bencana alam. Untuk itu perlu adanya
analisis konteks lokal yang berkaitan dengan bencana. Analisis konteks daerah dilakukan dengan analisis
SWOT yang merupakan singkatan dari strengths (kekuatan), weakneasses (kelemahan), oppurtinities
(peluang), dan threats (ancaman) terhadap suatu bencana.
10. Analisis Kesiapsiagaan Peserta Didik, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 mendefenisikan
kesiapsiagaan sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
11. Analisis Materi, Analisis keterkaitan materi IPA dan materi gunung meletus dilakukan dengan menggunakan
concept fitting technique (Hamdi, 2014). Tahap-tahap concept fitting technique adalah mendeskripsikan
materi gunung meletus dan materi IPA, menentukan KD yang relevan, dan menentukan keterkaitan materi
IPA dan materi gunung meletus. KI 3 pada kurikulum 2013 mengacu pada tiga hal yaitu sebagai berikut.
a. Faktual : pengetahuan teknis dan spesifik tingkat sederhana tentang istilah, nama orang, nama benda,
angka, tahun, dan hal yang terkait secara khusus dengan suatu mata pelajaran.
b. Konseptual : Pengetahuan istilah dan klasifikasi, kategori, prinsip, generalisasi, dan teori.
c. Prosedural : Pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu atau kegiatan yang terkait dengan pengetahuan
teknis, spesifik, algoritma, dan metode tingkat sederhana. Menurut Undang-Undang Nomor 58 tahun
2014 tentang Kurikulum 2013 SMP/MTs, pengetahuan prosedural dilakukan dengan penerapan
pembelajaran berbasis pemecahan masalah.
12. Kajian materi IPA dengan materi gunung meletus : Integrasi Bencana Gunung Meletus ke dalam Materi
Klasifikasi Materi, Integrasi Bencana Gunung Meletus ke dalam Materi Suhu dan Kalor, Integrasi Bencana
Gunung Meletus ke dalam Materi Pencemaran Lingkungan, Integrasi Bencana Gunung Meletus ke dalam
Materi Lapisan Bumi
13. Indikator kesiapsiagaan parameter pengetahuan
No. Subtema Aspek Pengetahuan Indikator
1 Klasifikasi Pengetahuan tentang Materi yang dikeluarkan saat
Materi dan konsep bencana gunung terjadi gunung meletus
Perubahannya Meletus
pada Peristiwa Pengetahuan tentang Perubahan materi pada gunung api
Gunung Meletus penyebab bencana menyebabkan gunung meletus
gunung meletus
Pengetahuan tentang Tindakan kesiapsigaan
tindakan apa yang perlu berdasarkan tingkatan status
dilakukan jika gunung meletus
berpotensi terjadi
bencana gunung meletus
44
2 Pencemaran Pengetahuan tentang Pencemaran dan dampak akibat
Lingkungan konsep bencana gunung peristiwa gunung meletus
sebagai Dampak Meletus
Peristiwa Pengetahuan tentang Pencemaran udara yang terjadi
Gunung Meletus tanda-tanda terjadinya sebelum peristiwa gunung
bencana gunung meletus Meletus
Pengetahuan tentang Tindakan kesiapsigaan
tindakan apa yang perlu berdasarkan tingkatan status
dilakukan jika gunung meletus
berpotensi terjadi
bencana gunung meletus
3 Peristiwa Pengetahuan tentang Gunung meletus terjadi pada
Gunung Meletus konsep bencana gunung lapisan padat bumi
pada Lapisan meletus
Bumi Pengetahuan tentang Pergerakan lempeng-lempeng di
penyebab terjadinya lapisan bumi dapat menyebabkan
bencana gunung meletus
Pengetahuan tentang Gunung meletus terjadi akibat
tanda-tanda terjadinya banyaknya gunung api akibat
bencana gunung meletus pergerakan lempeng
Pengetahuan tentang Tindakan kesiapsigaan
tindakan apa yang perlu berdasarkan tingkatan status
dilakukan jika gunung meletus
berpotensi terjadi
bencana gunung meletus
4 Tekanan Zat Pengetahuan tentang Gunung meletus terjadi pada
pada Peristiwa konsep bencana gunung karena adanya tekanan yang tinggi
Gunung Meletus meletus didalam perut bumi
Pengetahuan tentang Arus konveksi yang terjadi
penyebab terjadinya menyebabkan tekanan pada
bencana lempeng bumi
Pengetahuan tentang Tindakan kesiapsigaan
tindakan apa yang perlu berdasarkan tingkatan status
dilakukan jika gunung meletus
berpotensi terjadi
bencana gunung meletus
45
14. Indikator Kesiapsiagaan Parameter Sikap
No. Subtema Aspek Sikap Indikator
1 Kalsifikasi Menerima - Kesedian mempelajari Risik
Materi dan bencana gunung meletus o
Prubahannya Merespon - Merespon terhadap berita gunung
Peristiwa meletus
Gunung Meletus - Merespon status gunung berapi
berupa tindakan antisipasi yang
harus di lakukan
Bertanggung Jawab - Memiliki tanggung jawab atas
keselamatan diri berupa persiapan
kebutuhan evakuasi
2 Suhu dan Kalor Menerima - Kesedian mempelajari Risik
pada Peristiwa bencana gunung meletus o
Gunung Meletus Merespon - Merespon terhadap berita gunung
meletus
- Merespon status gunung berapi
berupa tindakan antisipasi yang
harus di lakukan
Bertanggung Jawab - Memiliki tanggung jawab atas
keselamatan diri berupa persiapan
kebutuhan evakuasi
3 Pencemaran Menerima - Kesedian mempelajari Risik
Lingkungan bencana gunung meletus o
sebagai Dampak Merespon - Merespon terhadap berita gunung
Peristiwa meletus
Gunung Meletus - Merespon status gunung berapi
berupa tindakan antisipasi yang
harus di lakukan
Bertanggung Jawab - Memiliki tanggung jawab atas
keselamatan diri berupa persiapan
kebutuhan evakuasi
4 Peristiwa Menerima - Kesedian mempelajari Risik
Gunung Meletus bencana gunung meletus o
46
pada Lapisan Merespon - Merespon terhadap berita gunung
Bumi meletus
- Merespon status gunung berapi
berupa tindakan antisipasi yang
harus di lakukan
Menghargai - Memiliki keinginan untuk ikut serta
dalam kegiatan penyuluhan tentang
tindakan pengurangan risiko
bencana gunung meletus
Bertanggung Jawab - Memiliki tanggung jawab atas
keselamatan diri berupa persiapan
kebutuhan evakuasi
15. Kualitas Pengembangan Buku Teks, Setelah melakukan pengembangan buku teks perlu dilakukan evaluasi
yang berfungsi untuk mengetahui apakah buku teks layak digunakan atau perlu dilakukan perbaikan. Kualitas
pengembangan buku teks pelajaran dilihat dari 3 aspek yaitu : valid, praktis dan efektif.
1) Komponen yang dinilai dalam uji validitas menurut BSNP (2014) : Kelayakan isi, Kelayakan penyajian,
Kelayakan kebahasaan, Kelayakan kegrafikan.
2) Menurut Rochmad (2012), tingkat kepraktisan dapat dilihat dari apakah guru (dan pakar-pakar lainnya)
mempertimbangkan bahwa materi yang disajikan mudah dan dapat digunakan oleh guru dan peserta didik.
Menurut Rahim (2016), praktikalitas buku teks diukur berdasarkan aspek-aspek berikut :
Mudah dipahami : buku teks menuntun untuk memahami fenomena alam sekitar, isi buku teks jelas dan
mudah dipahami.
Menarik : buku teks menarik, dapat menambah wawasan, dan pengetahuan.
Efisien : buku teks tidak membutuhkan waktu yang lama untuk memahaminya dan dapat digunakan
kapan saja.
3) Menurut (Satrio, 2008), efektivitas merupakan tingkat pengaruh atau dampak yang merupakan hasil dari
kebijakan atau langkah yang diambil, yang tentunya diambil dari keinginan-keinginan untuk mencapai
target dengan melihat kenyataan yang ada di lapangan. Instrumen yang digunakan untuk mengukur aspek
pengetahuan berupa lembar tes objektif dan esai. Instrumen yang digunakan untuk mengukur aspek sikap
berupa lembar penilaian diri. Kedua instrumen diterapkan sebelum dan sesudah penggunaan buku teks
yang telah dikembangkan.
16. Penelitian yang relevan :
a. Rahim (2016) menjelaskan bahwa pengembangaan buku teks Fisika SMA harus memenuhi kriteria valid,
47
praktis, dan efektif. Kurniawati (2013) juga menyatakan bahwa bahan ajar IPA terpadu tema letusan
gunung berapi layak digunakan dalam proses pembelajaran apabila telah memenuhi kriteria kelayakan
materi penyajian, bahasa, dan komponen bahan ajar.
b. Zulaiha (2014), pembelajaran terpadu tema gunung meletus menurut a new taxonomy for science
education mampu meningkatan hasil belajar peserta didik. Husna (2015) mengatakan bahwa bahan ajar
berbasis pembelajaran IPA terpadu dengan tema gunung berapi harus mengintegrasikan berbagai disiplin
ilmu yaitu Fisika, Kimia, dan Biologi.
c. Su’udiah (2016) mengatakan bahwa buku teks yang digunakan dalam pembelajaran hendaknya
kontekstual dengan karakteristik dan lingkungan peserta didik. Menurut Muhsina (2015) urutan pemberian
materi pembelajaran (sequenced) dengan model fragmented dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
konsep vektor di SMA Negeri 1 Palu.
d. Astuti (2015) mengatakan bahwa penting ditumbuhkan kesadaran dan pembudayaan risiko bencana.
Pengurangan risiko bencana dapat dilakukan melalui pendidikan siaga bencana dalam sekolah. Dodon
(2014) menjelaskan bahwa tingkat kesiapsiagaan masyarakat terhadap bahaya bencana lebih rendah
dibandingkan kesiapsiagaan masyarakat saat bencana dan setelah masyarakat. Oleh karena itu diperlukan
pembelajaran tentang tindakan pengurangan risiko bencana melalui kesiapsigaan menghadapi bencana.
e. Sakaningsih (2014) mengatakan bahwa model pembelajaran creative problem solving berpengaruh
terhadap peningkatan hasil belajar Kelas V SD N 18 Dangin Puri. Heleni (2014) juga menyatakan bahwa
penerapan model Creative Problem Solving (CPS) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
48
17. Kerangka Berpikir
49
B. Analisis Buku Teks IPA Terpadu SMP/MTs Tema Gunung Meletus dengan Tipe Fragmented Berbasis Creative Problem
Solving untuk meningkatkan kesiapsiagaan peserta didik.
50
wujud zat, ukuran partikel, titik leleh, titik didih, sifat mengakibat terjadinya gunung
magnetik, dan kelarutan. meletus
c. Perubahan fisika adalah perubahan zat yang tidak d. Tindakan kesiapsiagaan dapat
disertai dengan terbentuknya zat baru. Perubahan mengurangi risiko bencana
kimia adalah perubahan zat yang dapat menghasilkan
zat baru
dengan sifat kimia yang berbeda dengan zat asalnya.
51
a. Lapisan bumi terdiri dari lapisan atmosfer,
litosfer, hidrosfer
b. Gunung berapi terbentuk akibat pergerakan
lempeng
c. Gempa bumi terjadi akibat pergerakan lempeng
d. Tindakan siaga bencana dapat mengurangi
risiko bencana
Prosedural a. Melakukan penyelidikan karakteristik zat a. Mengumpulkan informasi 4.3 Menyajikan hasil
(padat, cair, dan gas) serta mengumpulkan mengenai proses penyelidikan atau karya
informasi mengenai unsur, senyawa, dan pembentukan gunung tentang sifat larutan, perubahan
berapi fisika dan perubahan kimia,
campuran
b. Mengumpulkan informasi atau pemisahan campuran
b. Melakukan penyelidikan asam, basa, dan garam mengenai fator-faktor 4.4 Melakukan percobaan
menggunakan indikator yang dapat menyebabkan untuk menyelidiki pengaruh
c. Melakukan percobaan teknik pemisahan terjadinya letusan gunung kalor terhadap suhu dan wujud
campuran, misalnya melalui penyulingan, berapi benda serta perpindahan kalor.
kromatografi, atau penyubliman c. Mengumpulkan informasi 4.8 Membuat tulisan tentang
d. Menyajikan hasil penyelidikan sifat fisika dan mengenai gagasan penyelesaian masalah
kimia mekanisme terjadinya pencemaran di lingkungannya
letusan gunung berapi berdasarkan hasil pengamatan
dalam kehidupan sehari-hari
d. Menyajikan hasil studi 4.10 Mengomunikasikan
a. Melakukan percobaan pengukuran suhu benda
literatur tentang upaya pengurangan
b. Melakukan percobaan untuk menyelidiki
kesiapsiagaan menghadapi resiko dan dampak bencana
pemuaian pada benda padat, cair, dan gas
bencana gunung meletus alam serta
c. Melakukan percobaan untuk menyelidiki
dalam bentuk presentasi tindakan penyelamatan
pengaruh kalor terhadap perubahan suhu
e. Menyajikan hasil studi diri pada saat terjadi bencana
d. Melakukan percobaan untuk menyelidiki
literatur tentang dampak sesuai dengan
pengaruh kalor terhadap wujud benda
bencana gunung meletus jenis ancaman bencana
e. Melakukan percobaan untuk menyelidiki
dalam bentuk presentasi di daerahnya
perpindahan kalor secara konduksi, konveksi,
dan radiasi
a. Mengumpulkan informasi serta menganalisis
penyebab dan dampak pencemaran udara bagi
ekosistem
b. Mengumpulkan informasi serta menganalisis
penyebab dan dampak pencemaran air bagi
ekosistem
52
c. Mengumpulkan informasi serta menganalisis penyebab
dan dampak pencemaran tanah bagi ekosistem
d. Membuat laporan tentang penyelesaian masalah
pencemaran yang terjadi di lingkungan sekitar
a. Mengumpulkan informasi mengenai lapisan bumi
b. Mengumpulkan informasi mengenai mekanisme
terjadinya letusan gunung berapi
c. Mengumpulkan informasi mengenai mekanisme
terjadinya gempa bumi, dan tsunami
d. Menyajikan hasil studi literatur tentang
penanggulangan risiko melalui kesiapsiagaan dan
dampak bencana alam dalam bentuk presentasi
e. Berlatih tindakan penyelamatan diri pada saat terjadi
bencana alam
53
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
dan penggunaan sumber belajar berupa buku teks masih lemah. Implikasinya
penggunaan tema gunung meletus pada buku teks. Pengintegrasian tema gunung
Karena peserta didik belum siapsiaga, maka buku teks tema gunung meletus
2. Hasil uji validitas pengembangan buku teks IPA terpadu SMP/MTs tema gunung
kesiapsiagaan peserta didik telah memenuhi kriteria valid baik oleh ahli maupun
praktisi pada aspek kelayakan isi, kelayakan bahasa, kelayakan kegrafikan, dan
IPA.
53
B. Saran
Penulis mengetahui bahwa makalah ini belum sempurna, untuk itu
diharapkan kepada dosen pembimbing serta pembaca ikut memberikan saran agar
makalah ini lebih baik dan melaksanakan pembelajaran terpadu dalam berbagai mata
pelajaran khususnya pada mata pelajaran fisika. Model pembelajaran model connected ini
sangat cocok sebagai langkah awal belajar menggunakan pembelajaran terpadu dalam
pembelajaran fisika di kelas.
54
DAFTAR PUSTAKA
55
Goodstein, et al. (1993). Applied Strategic Planning: A Comprehensive Guide.
McGraw-Hill, Inc. USA.
Gregg, C. E., Houghton, B. F., Johnston, D. M., Paton, D., and Swanson, D. A.
(2004). The Perception of Volcanic Risk in Kona Communities from Mauna
Loa and Hualalai Volcanoes, Hawaiki. Journal of Volcanology and
Geothermal Research, 130, 179-196.
56
Kurniawati, Amaliya. (2013). Pengembangan Bahan Ajar IPA Terpadu Tema
Letusan Gunung Berapi Kelas VII di SMP Negeri 1 Kamal. Jurnal
Pendidikan Sains e-Pensa Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013, 42-46.
Ningsih, Yusi Surya. (2014). Validitas LKS Berbasis CPS Materi Perubahan
Lingkungan dan Daur Ulang Limbah Kelas X. BioEdu Vol.3 No. 3 2014.
Nofira, Heni. (2017). Pengembangan Buku Guru Fisika SMA Terintegrasi Materi
Bencana Gunung Meletus dengan Model Pembelajaran Creative problem
Solving. Padang: Universitas Negeri Padang.
57
Nur, M.A. (2016). Pengaruh Perhatian Orang Tua, Konsep Diri, Persepsi tentang
Matematika terhadap Hasil Belajar Matematika melalui Motivasi Belajar
Siswa Kelas VII SMP Negeri di Kecamatan Ujung Loe Kabupaten
Bulukumba. Sulawesi Selatan: STMIK Bina Adinata Bulukumba.
Rahmawati, Nur Faizah. (2016). Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi pada Siswa
SMP Siaga Bencana di Kabupaten Bantul (SMP Negeri 2 Imogiri).
Yogyakarta: UNY.
58
Rangkuti, Ahmad Nizar. (2015). Developing a Learning Trajectory on Fraction
Topics by Using Realistic Mathematics Education Approach In Primary
School. IOSR Journal of Research & Method in Education (IOSR-JRME)
PP 13-16. North Sumatera: State Institute of Islamic Studies (IAIN)
Padangsidimpuan.
59
Susanti, Rina. (2014). Hubungan Kebijakan, Sarana dan Prasarana dengan Kesiapsiagaan
Komunitas Sekolah Siaga Bencana Banda Aceh. Jurnal Ilmu Kebencanaan (JIKA),
Volume 1, No. 1, Agustus 2014.
Sutton dan Tierny. (2006). Disaster Preparedness: Concepts, Guidance, and Research.
Colorado: University of Colorado.
Uno, Hamzah. (2011). Belajar dengan Pendekatan PAILKEM: Pembelajaran Aktif, Inovatif,
Lingkungan, Kreatif, Efektif dan Menarik. Jakarta: Bumi Aksara.
Uno, Hamzah. (2011). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
60