Anda di halaman 1dari 67

Hari/Tanggal: Kamis, 19 November 2020

Kelompok : VIII

MAKALAH
PEMBELAJARAN TERPADU
Analisis Produk Tesis Buku Teks IPA Terpadu SMP/MTs Tema Gunung
Meletus Dengan Tipe Fragmented Berbasis Creative Problem Solving untuk
Meningkatkan Kesiapsiagaan Peserta Didik

OLEH :
KELOMPOK

SILVIA AGUSTIN (20175015)


YUNITA SYAFITRI (20175025)

DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Asrizal, M.Si
Dr. Usmeldi, M.Pd

JURUSAN PENDIDIKA FISIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyusun tugas ini dengan judul “Analisis Produk
Tesis Buku Teks IPA Terpadu SMP/MTs Tema Gunung Meletus Dengan
Tipe Fragmented Berbasis Creative Problem Solving untuk Meningkatkan
Kesiapsiagaan Peserta Didik”
Tulisan ini disusun oleh tim penulis dan diperuntukan sebagai tugas mata
kuliah Pengembangan Terpadu diharapkan tulisan pada makalah ini dapat
memperkaya wawasan mahasiswa mengenai bahan ajar baik secara teoritis
maupun praktis.
Tim penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata
kuliah Pengembangan Terpadu, Bapak Dr. Asrizal, M.Si dan Dr. Usmeldi, M.Pd
yang telah membantu, sehingga makalah ini dapat selesai sesuai harapan penulis.
Pada penyelesaian makalah ini penulis banyak menemui kendala. Namun
berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Tim penulis senantiasa menantikan saran dan kritik yang bersifat
konstruktif dari berbagai pihak untuk bahan perbaikan dan penyempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Padang, November 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 9
C. Tujuan ................................................................................................... 10
D. Manfaat ................................................................................................... 10
BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................. 11
A. Pembelajaran IPA Terpadu ........................................................................ 11
B. Pembelajaran Terpadu Model Fragmented ................................................. 15
C. Model Pembelajaran Creative Problem Solving ........................................ 17
BAB III PEMBAHASAN.................................................................................. 21
A. Analisis Tesis Buku Teks IPA Terpadu SMP/MTs Tema Gunung
Meletus Dengan Tipe Fragmented Berbasis Creative Problem Solving
untuk Meningkatkan Kesiapsiagaan Peserta Didik .................................... 21
B. Analisis Buku Teks IPA Terpadu SMP/MTs Tema Gunung Meletus
Dengan Tipe Fragmented Berbasis Creative Problem Solving untuk
Meningkatkan Kesiapsiagaan Peserta Didik .............................................. 49
BAB IV PENUTUP.......................................................................................... 53
A. Kesimpulan ............................................................................................. 53
B. Saran ........................................................................................................ 54
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 55

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Aspek Kompetensi IPA ................................................................. .....12


Tabel 2 . Langkah-Langkah Pembelajaran Model CPS ..................................... 18
Tabel 3. Analisis Tesis ..................................................................................... 21
Tabel 4. Analisis Buku Teks ............................................................................49

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Buku Teks IPA Belum memuat Tema ............................................... ..5


Gambar 2. Komponen Daftar Isi yang Belum Memuat Informasi Kompetensi dan
Peta Konsep ...................................................................................... 6
Gambar 3. Struktur LKPD yang Belum Ideal ...................................................... 7
Gambar 4. Pola Model Fragmented ..................................................................... 15

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik (Pasific Ring of

Fire). Hal ini disebabkan karena wilayah Indonesia terletak di pertemuan lempeng

Indo-Australia dengan lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik. Subduksi antara dua

lempeng tersebut menyebabkan terbentuknya deretan gunung berapi. Gunung

berapi adalah tumpukan material yang menumpuk di permukaan bumi akibat dari

adanya letusan yang keluar dari sebuah kepundan atau lubang tempat keluarnya

batuan cair (magma) dan gas ke permukaan bumi (Rahim, 2016:53).

Jumlah gunung api di Indonesia mencapai 129 atau setara 13% dari jumlah

gunung api yang ada di dunia. Gunung api tersebut tersebar di Pulau Sumatera,

Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Papua (Lampiran 1).

Mengingat banyaknya gunung api yang terdapat di Indonesia, maka Indonesia

sangat berpotensi adanya letusan gunung berapi (Bagpem, 2014). Dampak negatif

akibat letusan gunung berapi adalah terganggunya kehidupan masyarakat seperti

kerusakan lingkungan, hilangnya harta benda, hingga adanya korban jiwa.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) mencatat dari

tahun 2010 hingga 2014 Indonesia mengalami 36 kali kejadian gunung meletus

dengan jumlah korban jiwa 432 orang dan korban luka 2217 orang. Data ini

menggambarkan kurangnya kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana.

1
Jika kita tidak bisa mencegah dan mengurangi risiko bencana, kerusakan

akibat gunung meletus akan menjadi bencana besar bagi kehidupan (Hariyono,

2016). Bencana gunung meletus dapat terjadi kapan saja dengan sedikit atau tanpa

peringatan, maka penting adanya tindakan berupa kesiapsiagaan menghadapi

bencana yang di lingkungan sekitar kita.

Kesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat

guna dan berdaya guna (Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007). Kesiapsiagaan

merupakan salah satu kegiatan penanggulangan bencana yang dilakukan sebelum

terjadinya suatu bencana. Faktor utama kesiapsiagaan adalah pengetahuan.

Pengetahuan yang dimiliki dapat memengaruhi sikap untuk siap siaga dalam

mengantisipasi bencana (LIPI, 2006).

Pengetahuan tentang bencana gunung meletus dapat diberikan sejak dini

melalui pendidikan di sekolah. Pendidikan yang berlaku di Indonesia saat ini

diselenggarakan berdasarkan Kurikulum 2013. Implementasi Kurikulum 2013

mengacu pada empat elemen penting yaitu standar kompetensi lulusan, standar isi,

standar proses, dan standar penilaian.

Konsekuensi dari pengimplementasian Kurikulum 2013 mengharuskan

adanya pengintegrasian konteks lokal ke dalam pembelajaran. Permendikbud

Nomor 79 Tahun 2014 menjelaskan bahwa konteks lokal berisi muatan dan proses

pembelajaran tentang konteks daerah. Sudah dijelaskan sebelumnya, salah satu

konteks lokal di Indonesia adalah potensi akan terjadinya gunung meletus.

2
Berdasarkan analisis konteks tentang bencana gunung meletus di Sumatera

Barat diketahui bahwa terdapat salah satu gunung berapi yang masih aktif hingga

saat ini yaitu Gunung Talang di Kabupaten Solok. Konsekuensinya adalah daerah

Solok berpotensi mengalami gunung meletus. Bencana gunung meletus merupakan

fenomena alam yang dapat diajarkan melalui pembelajaran IPA. Hal ini sesuai

dengan prinsip Kurikulum 2013 yaitu pembelajaran IPA harus disesuaikan dengan

kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

Berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016, proses pembelajaran

IPA SMP/MTs dilakukan melalui pembelajaran tematik terpadu. Karena proses

pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan sumber belajar,

maka konteks lokal diintegrasikan pada sumber belajar IPA. Untuk menghasilkan

sumber belajar IPA yang sesuai dengan pengembangan dan pelaksanaan Kurikulum

yang berlaku, maka dilakukan investigasi awal di salah satu SMP di Kabupaten

Solok yaitu SMP Negeri 1 Solok.

Investigasi awal bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan atau

permasalahan di lapangan yang kemungkinan membutuhkan perbaikan dan inovasi.

Investigasi awal yang dilakukan berupa analisis kegiatan pembelajaran. Hasil

analisis menunjukkan bahwa adanya permasalahan pada aspek model pembelajaran

dan sumber belajar dengan kategori cukup baik. Hal ini dikarenakan kurangnya

penggunaan model pembelajaran berbasis masalah pada kegiatan pembelajaran

IPA. Selain itu, buku teks sebagai sumber belajar utama untuk mencapai

kompetensi belum kontekstual dengan lingkungan peserta didik sehingga kurang

memberikan pengalaman bermakna dalam pembelajaran IPA.

3
Lebih lanjut dilakukan observasi terhadap buku teks IPA yang digunakan

yaitu buku terbitan Kemdikbud revisi 2016. Hasil observasi menunjukkan

beberapa kekurangan yaitu buku teks IPA belum tematik dan terintegrasi konteks

lokal seperti yang terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Buku Teks IPA Belum Memuat Tema


Sumber: Widodo (2016)

Gambar 1 menunjukkan bahwa buku teks IPA belum menggunakan tema

yang kontekstual untuk memadukan beberapa mata pelajaran. Selain itu, materi IPA

di dalam buku teks juga belum terintegrasi konteks lokal. Hal ini tidak sesuai

dengan pengembangan dan pelaksanaan Kurikulum 2013 yaitu pembelajaran IPA

di SMP/MTs dilakukan melalui pembelajaran tematik terpadu dan terintegrasi

konteks lokal.

4
Kekurangan lainnya terdapat pada struktur buku teks IPA. Struktur buku

teks yang digunakan belum sesuai dengan struktur buku teks yang ideal. Dari daftar

isi diketahui bahwa buku teks IPA belum memuat informasi kompetensi dan peta

konsep seperti yang terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Komponen Daftar Isi yang Belum Memuat


Informasi Kompetensi dan Peta Konsep
Sumber: Widodo (2016)

Gambar 2 menunjukkan daftar keseluruhan isi buku teks IPA yang tidak

memuat informasi kompetensi dan peta konsep. Informasi kompetensi memuat

kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran, sedangkan peta konsep

memuat konsep-konsep yang dihubungkan dengan kata-kata dalam suatu unit

semantik (Dahar, 1994).

5
Peta konsep akan membantu peserta didik memahami hubungan konsep-

konsep yang terdapat dalam satu topik pembelajaran. Sejalan dengan penelitian

Yunita (2014) yang menyatakan bahwa salah satu strategi pembelajaran yang dapat

meningkatkan pemahaman peserta didik adalah penggunaan peta konsep. Oleh

karena itu, struktur buku teks seharusnya memuat kulit buku, kata pengantar,

pendahuluan, bagian daftar, judul bab atau subtema, kompetensi, peta konsep,

pengantar, isi materi, lembar kegiatan, rangkuman, serta evaluasi (Permendikbud,

2016; Kemdikbud, 2014; dan Prastowo, 2011).

Selanjunya, kekurangan juga terdapat pada struktur lembar kerja buku teks.

Struktur buku teks IPA belum sesuai dengan struktur lembar kerja yang ideal.

Lembar kerja peserta didik yang digunakan terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Struktur Lembar Kegiatan


Peserta Didik yang Belum Ideal
Sumber: Widodo (2016)

6
Gambar 3 menunjukkan bentuk lembar kegiatan eksperimen yang belum

memuat tujuan eksperimen. Hal ini belum sesuai dengan ketentuan struktur lembar

kerja ideal. Lembar kerja terdiri dari judul, tujuan, alat dan bahan, prosedur kerja,

tabel data, dan bahan diskusi (Katriani, 2014). Lembar kegiatan peserta didik

dirancang untuk mencapai kompetensi sehingga harus dirancang sesuai dengan

struktur lembar kerja yang baik (Sungkono, 2009).

Berdasarkan hasil observasi terhadap buku teks IPA di SMP Negeri 1 Solok

dapat disimpulkan bahwa buku teks IPA tersebut masih terdapat beberapa

kekurangan diantaranya yaitu belum terdapat tema, belum terintegrasi konteks

lokal, dan struktur buku teks yang belum sesuai dengan struktur ideal. Oleh karena

itu dilakukan pengembangan agar buku teks IPA sesuai dengan kebutuhan dan

pengimplementasian kurikulum yang berlaku. Penentuan tema dalam buku teks

IPA terpadu yang akan dikembangkan dijembatani dengan pengintegrasian konteks

lokal yaitu tema gunung meletus.

Terkait pengintegrasian konteks lokal pada buku teks IPA tema gunung

meletus, maka peserta didik juga harus memiliki pemahaman mengenai

kesiapsiagaan dalam menghadapi gunung meletus. Oleh karena itu dilakukan

analisis kesiapsiagaan. Hasil analisis menunjukkan bahwa kesiapsigaan peserta

didik pada parameter pengetahuan dikategorikan kurang. Hal ini dikarenakan

kurangnya pengetahuan peserta didik tentang kebencanaan dan rencana

menghadapi gunung meletus. Oleh karena itu, pengembangan buku teks IPA harus

memuat informasi tentang kesiapsiagaan bencana gunung meletus.

7
Pengembangan buku teks IPA terpadu tema gunung meletus dilakukan

dengan menganalisis keterkaitan materi IPA di SMP/MTs dengan materi gunung

meletus menggunakan concept fitting technique (Hamdi, 2014). Tahap-tahap

concept fitting technique adalah mendeskripsikan materi IPA dan materi gunung

meletus, menentukan KD yang relevan, dan menentukan kesesuaian materi IPA

dan materi gunung meletus. Dari keterkaitan tersebut diperoleh materi yang sesuai

yaitu klasifikasi materi, suhu dan kalor, pencemaran lingkungan, serta lapisan bumi.

Materi yang disajikan mencakup semua materi yang terkandung dalam KI 3

dan KD yang ditetapkan. KI 3 pada kurikulum 2013 mengacu pada tiga hal yaitu

pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural. Berdasarkan analisis juga

diketahui bahwa 43,90% materi IPA yang relevan didominasi oleh pengetahuan

prosedural. Menurut UU Nomor 58 Tahun 2014, pengetahuan prosedural

diajarkan dengan model pembelajaran berbasis pemecahan masalah.

Daties (2010) menjelaskan bahwa pembelajaran IPA saat ini menuntut

peserta didik terlibat aktif untuk mengkonstruksi pemahamannya melalui

penalaran. Peserta didik harus mampu berpikir kreatif dan aktif dalam pemecahan

suatu masalah. Dengan berfikir kreatif, peserta didik akan membangun

pengetahuan-pengetahuan baru yang diharapkan dapat melatih kesiapsiagaannya

menghadapi gunung meletus. Oleh karena itu, digunakanlah model pembelajaran

creative problem solving (CPS). Model CPS merupakan model pembelajaran

pemecahan masalah dengan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu

permasalahan (Pepkin, 2004).

8
Selanjutnya, agar memperoleh pemahaman yang utuh tentang tema gunung

meletus, maka materi pada buku teks IPA disajikan secara terpadu dengan model

fragmented. Menurut Fogarty (1991), model terpadu fragmented menunjukkan

keterpaduan di dalam satu displin ilmu yang mengkaji bidang-bidang ilmu tertentu

secara terpisah. Model terpadu ini menggali pengetahuan lebih dalam tentang

gunung meletus dari setiap bidang ilmu IPA agar peserta didik lebih terfokus dan

terbimbing dalam memahami peristiwa gunung meletus (Soenarko, 2011). Oleh

karena itu, model terpadu fragmented digunakan sebagai model pemaduan materi

pada buku teks IPA tema gunung meletus.

Berdasarkan hasil investigasi awal yang telah diuraikan, peneliti

menemukan penelitian yang relevan oleh Rahim (2016) tentang pengembangaan

buku teks Fisika materi bencana gunung meletus di SMA. Untuk buku teks IPA

terpadu tema gunung meletus di SMP belum pernah penulis temukan. Oleh karena

itu dilakukanlah pengembangan terhadap buku teks IPA terpadu SMP/MTs tema

gunung meletus dengan tipe fragmented berbasis creative problem solving. Buku

ini diharapkan dapat meningkatkan kesiapsiagaan peserta didik dalam menghadapi

bencana gunung meletus.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, penulis


mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Apa Pengertian pembelajaran terpadu Tipe Fragmented?
2. Apa saja kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran terpadu tipe
Fragmented?
3. Apa itu Model Pembelajaran Creative Problem Solving

9
4. Review produk tesis tentang implementasi pembelajaran terpadu tipe
Fragmented. Buku Teks IPA Terpadu SMP/MTs Tema Gunung Meletus
dengan Tipe Fragmented Berbasis Creative Problem Solving untuk
meningkatkan kesiapsiagaan peserta didik
C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan makalah ini adalah:
untuk mengetahui:
1. Untuk mengetahui pengertian pembelajara terpadu Tipe Fragmented.
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan pembelajaran terpadu Tipe
Fragmented.
3. Untuk mengetahui Model Pembelajaran Creative Problem Solving
4. Untuk mengetahui review produk tesis tentang implementasi pembelajaran
terpadu tipe Fragmented dalam buku teks IPA terpadu SMP/MTs Tema
Gunung Meletus dengan Tipe Fragmented Berbasis Creative Problem
Solving untuk meningkatkan kesiapsiagaan peserta didik.
D. Manfaat
Manfaat dalam pembuatan makalah ini antara lain:
1. Penambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dan pembaca mengenai
Bahan ajar terpadu tipe Fragmented
2. Bagi penulis sebagai modal untuk menulis tesis dan melakukan penelitian
ilmiah dalam pengembangan bahan ajar terpadu.

10
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran IPA Terpadu

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah upaya sistematis untuk menciptakan,

membangun, dan mengorganisasikan pengetahuan tentang gejala alam. Upaya ini

berawal dari sifat dasar manusia yang penuh dengan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu

ini kemudian ditindak lanjuti dengan penyelidikan dalam rangka mencari

penjelasan yang paling sederhana namun akurat dan konsisten untuk menjelaskan

dan memprediksi gejala-gejala alam.

Hasil dari penyelidikan ini umumnya membawa ke pertanyaan lanjutan

yang lebih rinci dan lebih kompleks. Kegiatan penyelidikan ini memerlukan

teknologi yang tersedia yang pada akhirnya akan mengasilkan teknologi terbaru. Di

lain pihak, dari kegiatan penyelidikan pada akhirnya dihasilkan teknologi yang

lebih baru.

Dengan demikian, IPA layak dijadikan sebagai wahana untuk

menumbuhkan dan menguatkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terus

menerus pada diri siswa. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan kompetensi IPA

SMP/MTs yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap ilmiah.

11
Tabel 1. Aspek Kompetensi IPA
Pengetahuan Keterampilan Sikap Ilmiah
a. Fakta, konsep, a. Mengamati a. Kreatif
prosedur, b. Membandingkan b. Jujur
b. dan metakognitif c. Mengelompokkan c. Teliti
c. Kerja Ilmiah dan d. Menggunakan berbagai d. Tekun
d. keselamatan kerja e. alat dan bahan e. Disiplin
e. Makhluk hidup dan f. Mengomunikasikan f. Objektif
proses kehidupan g. Mengasosiasi g. Toleran
(tumbuhan, hewan, dan h. Memprediksi h. Kerjasama
manusia) i. Menganalisis i. Terbuka
f. Energi dan j. Membuat kesimpulan j. Bertanggung
perubahannya k. Mengevaluasi jawab
g. Zat dan sifatnya l. Menyelesaikan masalah k. Peduli
h. Bumi dan antariksa m. Membuat keputusan lingkungan
i. Sains, lingkungan, n. Melakukan percobaan
teknologi, dan
masyarakat

IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-

fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik

untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih

lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman

langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam

sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga

dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih

mendalam tentang alam sekitar.

12
Secara umum IPA di SMP/MTs, meliputi bidang kajian tekanan zat, bumi

antariksa, makhluk hidup dan proses kehidupan, dan materi dan sifatnya yang

sebenarnya sangat berperan dalam membantu peserta didik untuk memahami

fenomena alam termasuk peristiwa gunung meletus. Dengan demikian, IPA layak

dijadikan sebagai wahana untuk menumbuhkan dan menguatkan sikap siaga peserta

didik dalam menghadapi bencana alam. IPA merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu

pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan

ciri: objektif, metodik, sistimatis, universal, dan tentatif. IPA merupakan ilmu yang

pokok bahasannya adalah alam dan segala isinya.

Berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016, pembelajaran terpadu

dalam IPA dapat dikemas dengan Tema/Topik/Materi Ajar tentang suatu wacana

yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah

dipahami dan dikenal peserta didik. Dalam pembelajaran IPA secara terpadu, suatu

konsep dibahas dari berbagai aspek bidang kajian dalam bidang kajian IPA.

Misalnya konsep tekanan zat di kelas VII dibahas dari sudut sumber-sumber energi,

energi dalam makanan, transformasi energi dalam sel, metabolisme sel, respirasi,

sistem pencernaan makanan dan fotosintesis.

Dengan demikian melalui pembelajaran terpadu ini beberapa konsep yang

relevan untuk dijadikan topik/materi ajar tidak perlu dibahas berulang kali dalam

bidang kajian yang berbeda, sehingga penggunaan waktu untuk pembahasannya

lebih efisien dan pencapaian tujuan pembelajaran diharapkan akan lebih efektif.

Di dalam perancangan pembelajaran terpadu ada beberapa prinsip-prinsip

yang harus diperhatikan yaitu:

13
a. Substansi materi yang akan diramu ke dalam pembelajaran terpadu diangkat

dari konsep-konsep kunci yang terkandung dalam aspek-aspek perkembangan

terkait.

b. Antar konsep kunci yang dimaksud memiliki keterkaitan makna dan fungsi,

yang apabila diramu ke dalam satu konteks tertentu (peristiwa, isu, masalah,

atau tema) masih memiliki makna asal, selain memiliki makna yang

berkembang dalam konteks yang dimaksud.

c. Aktivitas belajar yang hendak dirancang dalam pembelajaran terpadu

mencakup aspek perkembangan anak.

Karakteristik pembelajaran terpadu adalah sebagai berikut (Karli, 2002:35).

a. Holistik, suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran

terpadu dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus untuk memahami suatu

fenomena dari segala sisi.

b. Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah

kebermaknaan konsep yang dipelajari dan diharapkan anak mampu

menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah nyata

di dalam kehidupannya.

c. Aktif, pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan diskoveri-

inkuiri. Peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang

secara tidak langsung dapat memotivasi anak untuk belajar.

14
B. Model Terpadu Fragmented

Menurut Trianto (2010) pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem

pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok,

aktif mencari, menggali, menemukan konsep serta prinsip keilmuwan secara holistik,

bermakna, dan otentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi jika kejadian yang wajar

atau eksplorasi suatu topik merupakan inti dalam pengembangan kurikulum.

Berperan secara aktif di dalam eksplorasi tersebut, peserta didik akan

mempelajari materi ajar dan proses pembelajaran beberapa bidang studi dalam waktu

yang bersamaan. Pernyataan tersebut jelas bahwa sebagai pemacu dalam pelaksanaan

pembelajaran terpadu adalah melalui eksplorasi topik. Berdasarkan eksplorasi topik

tersebut diangkatlah suatu tema tertentu. Kegiatan pembelajaran berlangsung

diseputar tema kemudian baru membahas masalah konsep-konsep pokok yang terkait

dalam tema.

Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit


tematisnya, Fogarty (1991) menjelaskan sepuluh cara atau model dalam
merencanakan pembelajaran terpadu. Model terpadu yang digunakan pada buku teks
yang dikembangkan adalah model fragmented. Menurut Fogarty (1991), model terpadu
fragmented menunjukkan keterpaduan di dalam satu displin ilmu yang mengkaji
bidang-bidang ilmu tertentu secara terpisah. Misalnya dalam mata pelajaran IPA
pengkajian ilmu Kimia, Fisika, dan Biologi dilakukan secara terpisah namun
dipadukan oleh tema. Pola model ini ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 4. Pola Model Fragmented


Sumber: Fogarty (1991)

15
Terdapat beberapa kelebihan model terpadu fragmented menurut Soenarko

(2011) yaitu sebagai berikut.

a. Peserta didik akan terfokus dan terbimbing dalam belajar.

b. Sederhana, mudah direncanakan, dan dilaksanakan.

c. Materi pelajaran merupakan bentuk yang murni dari setiap ilmu.

d. Menggali pengetahuan lebih dalam dari setiap mata pelajaran.

Model fragmented berguna apabila diterapkan pada sekolah menengah yang peserta

didiknya memiliki berbagai macam karakter yang berbeda dengan berbagai macam bidang ilmu

yang ada yang nantinya peserta didik akan didorong untuk memilih jurusan yang paling

mereka sukai. Menurut Muhsina (2015) model ini sangat bermanfaat pada tingkat menengah

dan universitas di mana masing-masing peserta didik akan kita dorong untuk menentukan dan

mengkhususkan bidang keahlian yeng meraka miliki melalui serangkaian aktivitas seperti

monitoring, pelatihan, serta kerja sama belajar.

Model fragmented juga sangat berguna untuk guru yang ingin lebih spesifik

dalam keahliannya di bidang ilmu tertentu dan menggembangkan kurikulum yang ada

dalam proses pembelajaran di kelas. Terdapat beberapa fungsi model fragmented

menurut Soenarko (2011) diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Menjaga agar suatu mata pelajaran terjaga keaslian dan kemurniannya, tidak

tercampuri oleh mata pelajaran yang lainnya.

b. Memberikan kenyamanan bagi seluruh peserta didik. Artinya guru akan

ditempatkan sebagai seorang sumber belajar, peserta didik sebagai pencari ilmu

yang berbeda.

16
C. Model Pembelajaran Creative Problem Solving

Suyatno (2009) menyatakan bahwa creative problem solving merupakan

variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam

mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Uno

(2011) menegaskan model creative problem solving adalah suatu model pembelajaran

yang melakukan pemusatan pada pembelajaran dan keterampilan pemecahan masalah,

yang diikuti dengan penguatan keterampilan. ketika dihadapkan dengan suatu

pernyataan, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk

memilih dan mengembangkan tanggapannya.

Treffinger (2003) juga menyatakan bahwa pemecahan masalah secara kreatif

adalah salah satu model yang dapat membantu siswa memecahkan sebuah masalah

dan mengatur perubahannya secara kreatif. Model ini dapat membantu siswa untuk

merealisasikan tujuan atau imajinasinya menjadi kenyataan.

Menurut Sakaningsih (2014), pemecahan masalah kreatif dalam penyelesaian

problematik maksudnya segala cara yang dikerahkan oleh seseorang dalam berpikir

kreatif, dengan tujuan menyelesaikan suatu permasalahan secara kreatif. Dalam

implementasinya, creative problem solving dilakukan melalui solusi kreatif dalam

pemecahan masalah.

Model pembelajaran creative problem solving (CPS) menurut Pepkin (2004)

adalah salah satu model pembelajaran dengan gagasan kreatif untuk memecahakan

suatu permasalahan. Sintaksnya adalah mulai dari fakta aktual sesuai dengan materi

bahan ajar melalui tanya jawab lisan, identifikasi permasalahan dan fokus-pilih,

mengolah pikiran sehingga muncul gagasan orisinil untuk menentukan solusi,

presentasi, dan diskusi. Langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran CPS dapat

dilihat pada Tabel 2.

17
Tabel 2. Langkah-Langkah Pembelajaran Model CPS
Fase Penjelasan
Fase 1 Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan
Klarifikasi Masalah masalah oleh guru kepada peserta didik tentang masalah
yang diajukan agar peserta didik dapat memahami
tentang penyelesaian seperti apa yang diharapkan.
Fase 2 Pada tahap ini, peserta didik dibebaskan untuk menggali
Pengungkapan dan mengungkapkan pendapat-pendapatnya tentang
Pendapat berbagai macam strategi penyelesaian masalah, tidak
ada sanggahan dalam mengungkapkan ide atau gagasan
satu sama lain.
Fase 3 Pada tahap ini, dengan bimbingan guru setiap
Evaluasi dan kelompok mendiskusikan pendapat-pendapat atau
Seleksi strategi-strategi mana yang cocok untuk
menyelesaikan masalah. Sehingga diperoleh suatu
strategi yang optimal dan tepat.
Pada tahap ini, peserta didik menentukan strategi mana
Fase 4 yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah
Implementasi kemudian menerapkannya sampai menemukan
penyelesaian dari masalah tersebut.
Sumber: Pepkin (2004)

Adapun implementasi dari model pembelajaran CPS dalam kegiatan

pembelajaran IPA dari tahap awal hingga penutup dijabarkan sebagai berikut.

a. Tahap Awal

Guru menanyakan kesiapan peserta didik selama pembelajaran berlangsung

dengan mengulang kembali materi sebelumnya mengenai materi yang dijadikan

sebagai prasyarat pada materi saat ini. Kemudian guru menjelaskan langkah- langkah

model pembelajaran CPS serta guru memberi motivasi kepada peserta didik akan

pentingnya pembahasan materi melalui pembelajaran CPS. Kemudian guru

menyampaikan materi pelajaran.

18
b. Tahapan Inti

Peserta didik membentuk kelompok kecil untuk melakukan small discussion.

Tiap kelompok terdiri atas 4-6 anak yang ditentukan guru dan kelompok ini bersifat

permanen. Peserta didik memecahkan permasalahan yang terdapat dalam bahan ajar

peserta didik dengan langkah CPS. Peserta didik mendapat bimbingan dan arahan dari

guru dalam memecahkan permasalahan. Peranan guru dalam hal ini menciptakan

situasi yang dapat memudahkan munculnya pertanyaan dan mengarahkan pada

pengungkapan pendapat serta menumbuhkan situasi dan kondisi lingkungan yang

dihasilkan atas dasar ketertarikan peserta didik.

c. Tahap Penutup

Sebagai pemantapan materi, secara individu peserta didik mengerjakan soal

yang diberikan guru dan memberikan nilai bagi peserta didik yang mampu

memecahkannya sebagai upaya motivasi siswa dalam mengerjakan soal-soal.

Sakaningsih (2014) mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan

model pembelajaran creative problem solving memiliki beberapa keunggulan

diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Peran sebagai fasilitator yaitu pendidik membantu memberikan kemudahan siswa

dalam proses pembelajaran.

b. Sebagai motivator, pendidik berperan memotivasi peserta didik dalam melakukan

kegiatan pembelajaran.

c. Sebagai dinamisator, pendidik berusaha memberikan rangsangan (stimulans)

dalam mencari, mengumpulkan dan menentukan informasi untuk pemecahan

masalah berupa kondisi problematik dalam bentuk memberikan tugas dan

memberikan umpan balik dalam pemecahan masalah.

19
Menurut Ningsih (2014), kurikulum 2013 mengisyaratkan perlunya

kemampuan kreatif pada diri seorang guru sehingga pengembangan bahan ajar

khususnya Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang berbasis pemecahan masalah secara

kreatif perlu dilakukan. LKS berbasis CPS dapat melatih siswa dalam memecahkan

masalah secara kreatif.

20
BAB III
PEMBAHASAN

A. Analisis Tesis Buku Teks IPA Terpadu SMP/MTs Tema Gunung Meletus Dengan Tipe Fragmented Berbasis Creative
Problem Solving untuk Meningkatkan Kesiapsiagaan Peserta Didik
Tabel 3 . Analisis Tesis
Indikator Hasil Analisis Tesis
Judul Pengembangan Buku Teks IPA Terpadu SMP/MTS Tema Gunung Meletus Dengan Tipe Fragmented Berbasis
Creative Problem Solving untuk Meningkatkan Kesiapsiagaan Peserta Didik
Latar 1. Jumlah gunung api di Indonesia mencapai 129 atau setara 13% dari jumlah gunung api yang ada di dunia.
Belakang Gunung api tersebut tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan
Masalah Papua (Lampiran 1). Mengingat banyaknya gunung api yang terdapat di Indonesia, maka Indonesia sangat
berpotensi adanya letusan gunung berapi (Bagpem, 2014).
2. Pengetahuan tentang bencana gunung meletus dapat diberikan sejak dini melalui pendidikan di sekolah.
Bencana gunung meletus merupakan fenomena alam yang dapat diajarkan melalui pembelajaran IPA. Hal ini
sesuai dengan prinsip Kurikulum 2013 yaitu pembelajaran IPA harus disesuaikan dengan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya.
3. Peneliti melakukan investigasi awal di SMP N 1 Solok untuk mengetahui sumber belajar IPA yang
digunakan serta pelaksanaan kurikulum 2013. Dari hasil analisis didapatkan bahwa masih kurangnya
penggunaan model pembelajaran berbasis masalah pada pembelajaran IPA, buku teks yang digunakan belum
kontekstual dengan lingkungan peserta didik.
4. Lebih lanjut, peneliti melakukan observasi terhadap buku teks IPA terbitan Kemendikbud revisi 2016. Hasil
observasi menunjukkan
a) buku Teks ipa belum tematik dan terintegrasi konteks lokal
b) buku teks ipa belum memuat informasi kompetensi dasar, indicator, tujuan pembelajaran. Serta buku
teks ipa juga tidak memuat konsep-konsep yang dihubungkan dengan kata-kata dalam suatu unit
semantik.
c) Struktur buku teks IPA belum sesuai dengan struktur lembar kerja yang ideal
5. Oleh karena itu, peneliti melakukan pengembangan agar buku teks IPA sesuai dengan kebutuhan dan
21
pengimplementasian kurikulum 2013. Tema yang ditentukan pada buku teks ipa adalah gunung meletus. Tema
gunung meletus juga dikaitkan dengan pemahaman peserta didik mengenai kesiapsiagaan dalam menghadapi
gunung meletus.
6. Pengembangan buku teks IPA terpadu tema gunung meletus dilakukan dengan menganalisis keterkaitan materi
IPA di SMP/MTs dengan materi gunung meletus menggunakan concept fitting technique (Hamdi, 2014).
Tahap-tahap concept fitting technique adalah mendeskripsikan materi IPA dan materi gunung meletus,
menentukan KD yang relevan, dan menentukan kesesuaian materi IPA dan materi gunung meletus. Dari
keterkaitan tersebut diperoleh materi yang sesuai yaitu klasifikasi materi, suhu dan kalor, pencemaran
lingkungan, serta lapisan bumi
Rumusan Mengembangkan buku teks IPA Terpadu SMP/MTs Tema Gunung Meletus Dengan Tipe Fragmented Berbasis
dan Tujuan Creative Promblem Solving untuk Meningkatkan kesiapsiagaan Peserta Didik dilihat dari segi valid, praktis, dan
Penelitian efektif
Spesifikasi 1. Buku teks yang dikembangkan adalah buku teks IPA terpadu SMP/MTs tema gunung meletus.
Produk 2. Materi IPA terkait materi gunung meletus dari bidang ilmu Fisika, Kimia, atau Biologi dipadukan dengan
model terpadu fragmented.
3. Model pembelajaran creative problem solving dimuat dalam lembar kegiatan peserta didik.
4. Materi buku teks IPA disusun berdasarkan keterkaitan materi IPA dengan materi gunung meletus yaitu
materi dari Kompetensi Dasar (KD) kelas VII yaitu KD 3.3 menjelaskan konsep campuran dan zat tunggal,
sifat fisika dan kimia, perubahan fisika dan kimia dalam kehidupan sehari-hari; KD 3.4 menganalisis konsep
suhu, pemuaian, kalor, perpindahan kalor; KD 3.8 menganalisis terjadinya pencemaran lingkungan dan
dampaknya bagi ekosistem; serta KD 3.10 menjelaskan lapisan bumi, gunung api, gempa bumi, dan tindakan
pengurangan risiko sebelum, pada saat, dan pasca bencana sesuai ancaman bencana di daerahnya.
5. Struktur buku teks IPA memuat kulit buku, kata pengantar, bagian daftar, pendahuluan, judul subtema,
kompetensi, peta konsep, pengantar, uraian materi, lembar kegiatan, rangkuman, dan evaluasi.
6. Terdapat informasi-informasi mengenai keterkaitan materi IPA dengan sikap siaga dalam menghadapi
gunung meletus, sehingga buku teks IPA dengan tema gunung meletus dapat meningkatkan kesiapsiagaan
peserta didik.

Batasan Materinya ditinjau dari Kompetensi Dasar (KD) pada kelas VII yaitu
Penelitian a) KD 3.3 menjelaskan konsep campuran dan zat tunggal, sifat fisika dan kimia, perubahan fisika dan kimia
dalam kehidupan sehari-hari;
b) KD 3.4 menganalisis konsep suhu, pemuaian, kalor, perpindahan kalor;
c) KD 3.8 menganalisis terjadinya pencemaran lingkungan dan dampaknya bagi ekosistem, dan
d) KD 3.10 menjelaskan lapisan bumi, gunung api, gempa bumi, dan tindakan pengurangan risiko sebelum,
22
pada saat, dan pasca bencana sesuai ancaman bencana di daerahnya.

Analisis Kajian teori yang terdapat pada penelitian ini adalah


Kajian 1. Kurikulum 2013
Teori Pada satuan Pendidikan menengah (SMP/MTs) perumusan standar kelulusan terdapat pada permendikbud
nomor 20 tahun 2016, mencakup tiga dimensi yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar isi
meliputi kompetensi inti yaitu sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan, yang diatur dalam
permendikbud nomor 21 tahun 2016. Elemen standar proses diperbarui dalam Permendikbud Nomor 22
Tahun 2016. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik.

2. Pembelajaran IPA
Berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016, pembelajaran terpadu dalam IPA dapat dikemas
dengan Tema/Topik/Materi Ajar tentang suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau
disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal peserta didik.
3. Model terpadu fragmented
Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit tematisnya, Fogarty (1991)
menjelaskan sepuluh cara atau model dalam merencanakan pembelajaran terpadu. Model terpadu yang
digunakan pada buku teks yang dikembangkan adalah model fragmented. Menurut Fogarty (1991), model
terpadu fragmented menunjukkan keterpaduan di dalam satu displin ilmu yang mengkaji bidang-bidang ilmu
tertentu secara terpisah. Misalnya dalam mata pelajaran IPA pengkajian ilmu Kimia, Fisika, dan Biologi

Pola Model Fragmented


Sumber: Fogarty (1991)

23
4. Model pembelajaran creative problem solving
Adapun implementasi dari model pembelajaran CPS dalam kegiatan pembelajaran IPA dari tahap awal
hingga penutup dijabarkan sebagai berikut.
a. Tahap Awal
Guru menanyakan kesiapan peserta didik selama pembelajaran berlangsung dengan mengulang
kembali materi sebelumnya mengenai materi yang dijadikan sebagai prasyarat pada materi saat ini.
Kemudian guru menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran CPS serta guru memberi motivasi
kepada peserta didik akan pentingnya pembahasan materi melalui pembelajaran CPS. Kemudian guru
menyampaikan materi pelajaran.
b. Tahapan Inti
Peserta didik membentuk kelompok kecil untuk melakukan small discussion. Tiap kelompok terdiri
atas 4-6 anak yang ditentukan guru dan kelompok ini bersifat permanen. Peserta didik memecahkan
permasalahan yang terdapat dalam bahan ajar peserta didik dengan langkah CPS. Peserta didik mendapat
bimbingan dan arahan dari guru dalam memecahkan permasalahan. Peranan guru dalam hal ini
menciptakan situasi yang dapat memudahkan munculnya pertanyaan dan mengarahkan pada
pengungkapan pendapat serta menumbuhkan situasi dan kondisi lingkungan yang dihasilkan atas dasar
ketertarikan peserta didik.
c. Tahap Penutup
Sebagai pemantapan materi, secara individu peserta didik mengerjakan soal yang diberikan guru dan
memberikan nilai bagi peserta didik yang mampu memecahkannya sebagai upaya motivasi siswa dalam
mengerjakan soal-soal.

5. Buku teks pelajaran


Buku teks yang layak digunakan satuan pendidikan harus memenuhi kriteria menurut Permendikbud
Nomor 8 Tahun 2016 yaitu adanya kulit buku, bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir dari buku.
Komponen-komponen buku siswa yang disusun yaitu: (1) kulit buku terdapat kulit depan, kulit belakang, dan
kulit punggung; (2) bagian awal buku terdapat halaman judul, halaman penerbitan, halaman kata pengantar,
halaman daftar isi, halaman daftar gambar, halaman tabel, dan penomoran halaman; (3) bagian isi buku terdapat
aspek materi, aspek kebahasaan, aspek penyajian materi, dan aspek kegrafisan dan; (4) bagian akhir buku
terdapat informasi penulis, glosarium, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
6. Analisis kebutuhan dan konteks
Peneliti telah melakukan analisis kebutuhan dan konteks dengan baik. Dimana sebelum mengembangkan
perangkat pembelajaran, contohnya buku teks, maka peneliti perlu mengetahui apa saja masalah dasar yang
terjadi, guna menghasilkan perangkat pembelajaran yang tepat sasaran. Analisis kebutuuhan dan konteks yang
24
dilakukan peneliti yaitu analisis kegiatan pembelajaran, analisis analisis konteks, analisis kesiapsiagaan
peserta didik, dan analisis materi.

7. Materi IPA
Untuk keterpaduan antar materi IPA, peneliti memilih lingkup materi klasifikasi materi dan perubahannya;
suhu dan kalor; pencemaran lingkungan; serta lapisan bumi.
Aspek Uraian Materi
Faktual a. Besi, emas, dan seng merupakan benda berwujud padat.
b. Air, minyak, dan bensin merupakan benda berwujud cair.
c. udara, asap, dan uap air merupakan benda berwujud gas.
Konseptual a. Unsur adalah zat tunggal/murni yang tidak dapat diuraikan
menjadi zat-zat lain yang lebih sederhana dengan cara kimia.
Senyawa adalah zat tunggal/murni yang dapat diuraikan secara
kimia menjadi dua zat atau lebih. Campuran adalah suatu materi
yang terdiri atas dua zat atau lebih dan masih mempunyai sifat zat
asalnya dengan tidak mempunyai komposisi yang tetap.
b. Prinsip pemisahan campuran didasarkan pada perbedaan sifat-
sifat fisis zat penyusunnya, seperti wujud zat, ukuran partikel,
titik leleh, titik didih, sifat magnetik, dan kelarutan.
c. Perubahan fisika adalah perubahan zat yang tidak disertai dengan
terbentuknya zat baru. Perubahan kimia adalah perubahan zat
yang dapat menghasilkan zat baru dengan sifat kimia yang
berbeda dengan zat asalnya.

25
Prosedural a. Melakukan penyelidikan karakteristik zat (padat, cair, dan gas)
serta mengumpulkan informasi mengenai unsur, senyawa, dan
campuran dengan model CPS.
b. Melakukan penyelidikan asam, basa, dan garam menggunakan
indikator dengan model CPS
c. Melakukan percobaan teknik pemisahan campuran, misalnya
melalui penyulingan, kromatografi, atau penyubliman dengan model
CPS.
d. Menyajikan hasil penyelidikan sifat fisika dan kimia dalam
kehidupan sehari-hari dengan model CPS.

Aspek Uraian Materi


Faktual a. Air yang dimasak akan terasa panas jika disentuh
b. Termometer digunakan untuk mengukur suhu badan
c. Air yang mendidih akan mengeluarkan asap
d. Ketika berjalan di bawah matahari kita merasa panas
Konseptual a. Suhu adalah tingkat panas dinginnya suatu benda.
Perbandingan skala suhu oC:oF:oR:K adalah 5:9:4:5.
b. Pemuaian adalah pertambahan ukuran akibat perubahan suhu
Pemuaian zat padat : 𝑉 = 𝑉𝑜 (1 + 𝛾∆𝑇)
Pemuaian zat cair : 𝑉 = 𝑉𝑜 (1 + 𝛾∆𝑇)
Pemuaian zat gas : 𝑉 = 𝑉𝑜 (1 + 𝑇/273)
c. Kalor merupakan salah satu bentuk energi yang berpindah dari
benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih
rendah.
Kalor pada perubahan suhu : 𝑄 = 𝑚 𝑐 ∆𝑇
Kalor pada perubahan wujud zat : 𝑄 = 𝑚 𝐿
d. Kalor berpindah secara konveksi, konduksi, dan radiasi
Prosedural a. Melakukan percobaan pengukuran suhu dengan model CPS
b. Melakukan percobaan untuk menyelidiki pemuaian pada benda
padat, cair, dan gas dengan model CPS
c. Melakukan percobaan untuk menyelidiki pengaruh kalor terhadap

26
perubahan suhu dengan model CPS
d. Melakukan percobaan untuk menyelidiki pengaruh kalor terhadap
wujud benda dengan model CPS
e. Melakukan percobaan untuk menyelidiki perpindahan kalor
secara konduksi, konveksi, dan radiasi dengan model CPS

Aspek Uraian Materi


Faktual a. Abu gunung meletus menyebabkan pencemaran udara
b. Pencemaran udara menyebabkan timbulnya penyakit ISPA
Konseptual a. Pencemaran lingkungan (pencemaran udara, air, tanah)
b. Dampak pencemaran lingkungan
Prosedural a. Mengumpulkan informasi serta menganalisis penyebab dan
dampak pencemaran udara bagi ekosistem dengan model CPS
b. Mengumpulkan informasi serta menganalisis penyebab dan
dampak pencemaran air bagi ekosistem dengan model CPS
c. Mengumpulkan informasi serta menganalisis penyebab dan
dampak pencemaran tanah bagi ekosistem dengan model CPS
d. Membuat laporan tentang penyelesaian masalah pencemaran yang
terjadi di lingkungan sekitar dengan model CPS

Aspek Uraian Materi


Faktual a. Lapisan tanah memiliki struktur yang berbeda-beda
b. Salah satu efek pergerakan lempeng adalah terbentuknya gunung
berapi
c. Gunung berapi aktif dalam memproduksi magma
Konseptual a. Lapisan bumi terdiri dari lapisan atmosfer, litosfer, hidrosfer
d. Gunung berapi terbentuk akibat pergerakan lempeng
b. Gempa bumi terjadi akibat pergerakan lempeng
c. Tindakan siaga bencana dapat mengurangi risiko bencana

27
Prosedural a. Mengumpulkan informasi mengenai lapisan bumi dengan model
CPS
b. Mengumpulkan informasi mengenai mekanisme terjadinya
letusan gunung berapi dengan model CPS
c. Mengumpulkan informasi mengenai mekanisme terjadinya gempa
bumi dengan model CPS
d. Menyajikan hasil studi literatur tentang penanggulangan risiko
melalui kesiapsiagaan dan dampak bencana alam dalam bentuk
presentasi dengan model CPS
e. Berlatih tindakan penyelamatan diri pada saat terjadi bencana
alam dengan model CPS

8. Materi gunung Meletus


Aspek Uraian Materi
Faktual a. Erupsi gunung meletus mengeluarkan berbagai material berwujud
padat, cair, dan gas
b. Tumbuhan yang berada disekitar gunung yang akan meletus akan
menjadi layu
c. Magma dan gas yang terdorong dan keluar ke permukaan berasal
dari dalam lapisan bumi
d. Erupsi dapat menyebabkan pencemaran udara
Konseptual a. Zat berwujud padat, cair, dan gas
b. Tanda-tanda gunung meletus dapat dirasakan langsung akibat
perpindahan kalor secara radiasi
a. Pergerakan lempeng di bawah gunung berapi dapat mengakibat
terjadinya gunung meletus
b. Tindakan kesiapsiagaan dapat mengurangi risiko bencana
Prosedural a. Mengumpulkan informasi mengenai proses pembentukan gunung
berapi dengan model CPS
b. Mengumpulkan informasi mengenai fator-faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya letusan gunung berapi dengan model
CPS
c. Mengumpulkan informasi mengenai mekanisme terjadinya

28
letusan gunung berapi dengan model CPS
d. Menyajikan hasil studi literatur tentang kesiapsiagaan
menghadapi bencana gunung meletus dengan model CPS
e. Menyajikan hasil studi literatur tentang dampak bencana gunung
meletus dalam bentuk presentasi dengan model CPS

9. Kaitan Materi IPA dengan Materi Gunung Meletus

Untuk keterpaduan materi IPA dengan materi gunung Meletus sudah terintegrasi dengan baik. Hal ini

terlihat dari materi yang terdapat pada masing-masing bidang IPA yaitu kimia, fisika, dan biologi. Integrasi

bencana gunung Meletus ke dalam materi klasifikasi, integrase bencana gunung Meletus ke dalam materi

suhu dan kalor, integrase bencana gunung Meletus ke dalam materi pencemaran lingkungan, dan integrase

bencana gunung Meletus ke dalam materi lapisan bumi.

10. Kesiapsiagaan Bencana Gunung Meletus

Tabel Indikator Kesiapsiagaan Parameter Pengetahuan


No. Subtema Aspek Pengetahuan Indikator
1 Klasifikasi Pengetahuan tentang konsep Materi yang dikeluarkan saat
Materi dan bencana gunung meletus terjadi gunung meletus
Perubahannya Pengetahuan tentang Perubahan materi pada gunung
pada Peristiwa penyebab bencana gunung api menyebabkan gunung meletus
Gunung Meletus meletus
Pengetahuan tentang Tindakan kesiapsigaan
tindakan apa yang perlu berdasarkan tingkatan status
dilakukan jika berpotensi gunung meletus
terjadi bencana gunung
meletus

29
2 Pencemaran Pengetahuan tentang konsep Pencemaran dan dampak akibat
Lingkungan bencana gunung meletus peristiwa gunung meletus
sebagai Dampak Pengetahuan tentang tanda- Pencemaran udara yang terjadi
Peristiwa Gunung tanda terjadinya bencana sebelum peristiwa gunung
Meletus gunung meletus meletus
Pengetahuan tentang Tindakan kesiapsigaan
tindakan apa yang perlu berdasarkan tingkatan status
dilakukan jika berpotensi gunung meletus
terjadi bencana gunung
meletus
3 Peristiwa Gunung Pengetahuan tentang konsep Gunung meletus terjadi pada
Meletus pada bencana gunung meletus lapisan padat bumi
Lapisan Bumi
Pengetahuan tentang Pergerakan lempeng-lempeng di
penyebab terjadinya bencana lapisan bumi dapat menyebabkan
gunung meletus
Pengetahuan tentang tanda- Gunung meletus terjadi akibat
tanda terjadinya bencana banyaknya gunung api akibat
gunung meletus pergerakan lempeng
Pengetahuan tentang Tindakan kesiapsigaan
tindakan apa yang perlu berdasarkan tingkatan status
dilakukan jika berpotensi gunung meletus
terjadi bencana gunung
meletus
4 Tekanan Zat pada Pengetahuan tentang konsep Gunung meletus terjadi pada
Peristiwa Gunung bencana gunung meletus karena adanya tekanan yang
Meletus tinggi didalam perut bumi
Pengetahuan tentang Arus konveksi yang terjadi
penyebab terjadinya bencana menyebabkan tekanan pada
lempeng bumi
Pengetahuan tentang Tindakan kesiapsigaan
tindakan apa yang perlu berdasarkan tingkatan status
dilakukan jika berpotensi gunung meletus
terjadi bencana gunung
meletus

30
Tabel 10. Indikator Kesiapsiagaan Parameter Sikap
No. Subtema Aspek Sikap Indikator
1 Kalsifikasi Menerima - Kesedian mempelajari risiko
Materi dan bencana gunung meletus
Prubahannya Merespon - Merespon terhadap berita gunung
Peristiwa meletus
Gunung - Merespon status gunung berapi
Meletus berupa tindakan antisipasi yang
harus di lakukan
Bertanggung Jawab - Memiliki tanggung jawab atas
keselamatan diri berupa persiapan
kebutuhan evakuasi
2 Suhu dan Menerima - Kesedian mempelajari risiko
Kalor pada bencana gunung meletus
Peristiwa Merespon - Merespon terhadap berita gunung
Gunung meletus
Meletus - Merespon status gunung berapi
berupa tindakan antisipasi yang
harus di lakukan
Bertanggung Jawab - Memiliki tanggung jawab atas
keselamatan diri berupa persiapan
kebutuhan evakuasi
3 Pencemaran Menerima - Kesedian mempelajari risiko
Lingkungan bencana gunung meletus
sebagai Merespon - Merespon terhadap berita gunung
Dampak meletus
Peristiwa - Merespon status gunung berapi
Gunung berupa tindakan antisipasi yang
Meletus harus di lakukan
Bertanggung Jawab - Memiliki tanggung jawab atas
keselamatan diri berupa persiapan
kebutuhan evakuasi
4 Peristiwa Gunung Menerima - Kesedian mempelajari risiko
Meletus pada bencana gunung meletus
Lapisan Bumi Merespon - Merespon terhadap berita gunung

31
meletus
- Merespon status gunung berapi
berupa tindakan antisipasi yang
harus di lakukan
Menghargai - Memiliki keinginan untuk ikut
serta dalam kegiatan penyuluhan
tentang tindakan pengurangan
risiko bencana gunung meletus
Bertanggung Jawab - Memiliki tanggung jawab atas
keselamatan diri berupa persiapan
kebutuhan evakuasi
Jenis dan Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Peneliti
Model menggunakan model pengembangan Plomp yang terdiri atas 3 tahap, investigasi awal (preliminary research),
Penelitian tahap pengembangan (prototyping phase) dan tahap penilaian (assessment phase).

Tabel . Prosedur Penelitian Pengembangan Model Plomp


Fase Kriteria Deskripsi Aktivitas
Preliminary Penekanan terutama pada Analisis masalah dan tinjauan
Research validitas isi, tidak banyak literatur (masa lalu dan atau
pada konsistensi dan sekarang). Hasilnya dalam
kepraktisan sebuah kerangka kerja untuk
intervensi.
Prototyping/ Konsistensi validitas Prototipe yang akan
development Phase konstruk dkembangkan dan direvisi
berdasarkan evaluasi
formatif.

Assessment Phase Praktikalitas dan Menilai apakah produk yang


efektivitas dikembangkan dapat
digunakan dan diterapkan
dalam pembelajaran secara
praktis dan efektif

32
Sumber: Plomp (2013)

Penelitian Peneliti hanya memaparkan kelebihan atau keunggulan dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
yang terdahulu, alangkah baiknya jika peneliti juga memaparkan kekurangan dari penelitian terkait yang telah
relevan dilakukan sehingga perbaikan nya siginifikan di masa mendatang
Instrumen Instrument yang digunakan oleh peneliti sudah lengkap, mulai dari instrument untuk menganalisis analisis
kegiatan pembelajaran, analisis materi, analisis kesiapsiagaan peserta didik, serta analisis konteks berupa analisis
SWOT. Kemudian untuk mengukur kelayakan buku teks ipa yang dihasilkan digunakan instrument validitas,
praktikalitas, dan efektivitas.

Tabel . Instrumen Pengumpulan Data


No. Tahap Instrumen Keterangan
Priliminary Research
1 Analisis kegiatan Angket Berdasarkan
pembelajaran tinjauan
2 Analisis penilaian Angket literatur dan
3 Analisis materi Lembar analisis materi disepakati
4 Analisis kesiapsiagaan Angket dalam FGD
5 Analisis konteks Lembar analisis SWOT
Prototyping
6 Uji validasi Angket Valid dengan
nilai 0,89
Assessment
7 Uji praktikalitas Angket Valid dengan
nilai 0,91
8 Uji efektivitas produk Valid dengan
a. Uji kompetensi Lembar tes nilai 0,89
pengetahuan
b. Uji kompetensi sikap Lembar penilaian diri
Teknik Teknik analisis data digunakan untuk mengetahui hasil perolehan keputusan berupa analisis tahap investigasi
awal, validitas, praktikalitas, dan efektifitas buku teks IPA terpadu SMP/MTs tema gunung meletus
33
analisis menggunakan model fragmented dengan CPS.
data Investigasi awal validitas praktikalitas efektifitas
Ketercapaian kesiapsiagaan
klasikal digunakan persamaan
berikut.
𝑆𝐵
𝐾𝐼 = 𝑆𝑀 × 100
𝐽𝑇
%𝐾𝐾 = × 100
𝐽𝑆

Peningkatan kesiapsiagaan antara


sebelum dan sesudah pembelajaran
yang dicapai peserta didik dihitung
menggunakan uji gain
Teknik analisis data Analisis praktikalitas
yang digunakan Analisis validitas menggunakan skala
adalah analisis data menggunakan skala likert pengaruh buku teks IPA tema
deskriptif likert gunung meletus terhadap
peningkatan kesiapsiagaan parameter
peserta didik diperoleh menggunakan
rumus effect size. Effect size
ditentukan berdasarkan nilai uji t,
dimana nilai uji t ditentukan
berdasarkan rerata nilai pretest dan
posttest serta nilai varians pretest dan
posttest

Hasil Tabel . Hasil Analisis Kegiatan Pembelajaran


Analisis No. Tahapan Kegiatan Pembelajaran Persentase Kategori
data 1 Kegiatan pendahuluan 98,33 Sangat Baik
2 Kegiatan inti 69,87 Cukup Baik
3 Kegitan penutup 77,08 Baik
Rata-Rata 81,76 Baik

34
Tabel . Hasil Analisis Konteks
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
a. Instalasi yang dapat mendukung a. Belum optimalnya koordinasi dari
informasi mengenai bencana alam berbagai pihak (institusi dan pakar)
seperti BMKG, perguruan tinggi, dan dalam pengelolaan bencana.
lain-lain. b. Belum terlaksananya pembelajaran
b. Para ahli sesuai bidang ilmunya yang terintegrasi bencana gunung
seperti ahli geofisika, geologi, dan meletus.
lain-lain. c. Belum banyak masyarakat yang
c. Pembangunan yang berada di jarak mengetahui tindakan kesiapsiagaan.
aman bencana gunung meletus. d. Belum adanya penyuluhan tentang
d. Mitigasi bencana gunung meletus. jarak aman pembangunan di sekitar
gunung meletus

Strategi:
Optimalisasi keberadaan instansi termasuk instansi pendidikan dan SDM yang ahli
vvvvv
dibidangnya untuk penanggulangan bencana gunung meletus.
Peluang (Opportunities) Ancaman (Threat)
a. PP No. 79 tahun 2014 menyatakan a. Sumatera Barat memiliki dua gunung
bahwa pelaksanaa kurikulum 2013 api yaitu gunung talang dan gunung
dikembangkan disesuaikan dengan merapi. Keduanya berpotensi
konteks lokal. mengalami letusan.
b. Kerjasama Badan Nasional b. Pada tanggal 12 April 2005, gunung
Penanggulangan bencana (BNPB) talang meletus dan menyemburkan
dengan lembaga sosial pendidikan abu vulkanik hingga ke daerah Padang
serta media masa. Panjang, Sumatera Barat.
c. Permen No. 3 tahun 2008 menyatakan
bahwa rancangan pembelajaran
haruslah membentuk kesiapsiagaan
bencana.
Strategi:
Pengintegrasian konteks lokal melalui pendidikan diimplementasikan pada buku teks
IPA dengan tema gunung meletus.

35
Tabel . Hasil Analisis Kesiapsiagaan Peserta Didik
No. Parameter Kesiapsiagaan Rata-Rata Nilai Kategori
1 Pengetahuan 48,28 Kurang Siap
2 Sikap 75,40 Siap

100

80

Nilai (%)
60
43.9
40 31.7
24.39
20

0
Faktual Konseptual Prosedural
Aspek Pengetahuan

Gambar . Hasil Analisis Materi

Tabel . Hasil Validitas Buku Teks


No. Komponen Para Ahli Praktisi
Validasi Nilai Aikens Kriteria Nilai Aikens Kriteria
1 Isi 0,81 Valid 0,82 Valid
2 Penyajian 0,81 Valid 0,81 Valid
3 Kebahasaan 0,85 Valid 0,87 Valid
4 Kegrafikan 0,83 Valid 0,84 Valid

36
Tabel . Hasil Evaluasi Peserta Didik Kelompok Kecil
No Aspek Nilai Kategori
1 Mudah dipahami 84,17 Sangat Praktis
2 Menarik 86,15 Sangat Praktis
3 Efisien 82,50 Sangat Praktis
Rata-rata 84,37 Sangat Praktis

Tabel . Hasil Praktikalitas Respon Guru dan Peserta Didik


No Aspek Respon Guru Respon Peserta Didik
1 Mudah dipahami 85,00 86,09
2 Menarik 87,50 87,11
3 Efisien 82,50 83,90
Rata-rata 85,00 85,70
Kategori Sangat Praktis Sangat Praktis

37
100

80

Peserta Didik (%)


62.5
60

37.5
40

20

0 0 0
0
Tidak Siap Kurang Siap Hampir siap Siap Sangat Siap
Kategori Kesiapsiagaan

100

78.13
80
Peserta Ddiki (%)

60

40
21.87
20
0 0 0
0
Tidak Siap Kurang Siap Hampir siap Siap Sangat Siap
Kategori Kesiapsiagaan

38
Gambar 27. Grafik Penilaian Kesiapsiagaan Peserta Didik
pada Parameter: (a) Pengetahuan dan (b) Sikap

100
89.77

75.78 77.53
80

60
48.28

Nilai
40

20

0
Pre-test Post-test
Pengetahuan Sikap

Gambar . Grafik Perbandingan Kesiapsiagaan Peserta Didik


pada Parameter Pengetahuan dan Sikap

Kesimpulan 1. Buku teks yang dikembangkan telah valid, praktis dan efektif. Oleh karena itu, buku teks ini dapat digunakan sebagai
dan Saran sumber belajar dalam pembelajaran IPA di sekolah.
2. Pengembangan buku teks IPA Terpadu SMP/MTs Tema gunung meletus dengan tipe fragmented berbasis CPS yang
telah dilakukan dapat dijadikan pedoman bagi pendidik untuk mengembangkan buku teks dengan berbagai tema yang
sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Peneliti lain disarankan melakukan uji coba dalam lingkup yang lebih luas agar diperoleh buku teks yang
berkualitas tinggi guna meningkatkan kompetensi peserta didik.

39
40
Analisis 1. Aspek kompetensi IPA pada kajian teori yang dipaparkan peneliti sebaiknya mencantumkan sumber
Kajian referensi.
Teori 2. Karakteristik pembelajaran terpadu adalah sebagai berikut (Karli, 2002:35).
a. Holistik, suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu dikaji dari beberapa
bidang studi sekaligus untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi.
b. Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep yang
dipelajari dan diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-
masalah nyata di dalam kehidupannya.
c. Aktif, pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan diskoveri- inkuiri. Peserta didik terlibat
secara aktif dalam proses pembelajaran yang secara tidak langsung dapat memotivasi anak untuk
belajar.
3. Pembelajaran terpadu melibatkan tiga kegiatan utama yaitu : perancangan, pelaksanaan pembelajaran, dan
penilaian, untuk penomoran pada materi ini terjadi kesalahan sebaiknya diperhatikan kembali karena tidak
sesuai dengan penomoran yang benar dalam tesis.
4. Menurut Fogarty (1991), model terpadu fragmented menunjukkan keterpaduan di dalam satu displin ilmu
yang mengkaji bidang-bidang ilmu tertentu secara terpisah

Gambar 1. Pola Model Fragmented


Sumber: Fogarty (1991)
5. Uno (2011) menegaskan model creative problem solving adalah suatu model pembelajaran yang melakukan
pemusatan pada pembelajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan
keterampilan. ketika dihadapkan dengan suatu pernyataan, siswa dapat melakukan keterampilan
memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya.
6. Sintaksnya adalah mulai dari fakta aktual sesuai dengan materi bahan ajar melalui tanya jawab lisan,
identifikasi permasalahan dan fokus-pilih, mengolah pikiran sehingga muncul gagasan orisinil untuk
menentukan solusi, presentasi, dan diskusi. Langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran CPS dapat
dilihat pada Tabel 1

41
Fase Penjelasan
Fase 1 Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan
Klarifikasi Masalah masalah oleh guru kepada peserta didik tentang masalah
yang diajukan agar peserta didik dapat memahami
tentang penyelesaian seperti apa yang diharapkan.
Fase 2 Pada tahap ini, peserta didik dibebaskan untuk menggali
Pengungkapan dan mengungkapkan pendapat-pendapatnya tentang
Pendapat berbagai macam strategi penyelesaian masalah, tidak
ada sanggahan dalam mengungkapkan ide atau gagasan
satu sama lain.
Fase 3 Pada tahap ini, dengan bimbingan guru setiap kelompok
Evaluasi dan Seleksi mendiskusikan pendapat-pendapat atau strategi-strategi
mana yang cocok untuk menyelesaikan masalah.
Sehingga diperoleh suatu strategi yang optimal dan
tepat.
Fase 4 Pada tahap ini, peserta didik menentukan strategi mana
Implementasi yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah
kemudian menerapkannya sampai menemukan
penyelesaian dari masalah tersebut.
Sumber: Pepkin (2004)

42
7. Buku teks yang layak digunakan satuan pendidikan harus memenuhi kriteria menurut Permendikbud Nomor 8
Tahun 2016 yaitu adanya kulit buku, bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir dari buku. Komponen-
komponen buku siswa yang disusun yaitu: (1) kulit buku terdapat kulit depan, kulit belakang, dan kulit
punggung; (2) bagian awal buku terdapat halaman judul, halaman penerbitan, halaman kata pengantar,
halaman daftar isi, halaman daftar gambar, halaman tabel, dan penomoran halaman; (3) bagian isi buku
terdapat aspek materi, aspek kebahasaan, aspek penyajian materi, dan aspek kegrafisan dan; (4) bagian akhir
buku terdapat informasi penulis, glosarium, daftar pustaka, indeks, dan lampiran
8. Kemdikbud (2014:51) menyatakan bahwa buku sebagai sumber belajar peserta didik harus memuat judul
bab, informasi kompetensi dasar yang sesuai dengan topik pada setiap bab, peta konsep, pengantar, kegiatan
peserta didik berupa lembar kerja, rangkuman, latihan soal, evaluasi, dan tugas.
9. Analisis kebutuhan dan konteks, Sebelum melakukan pengembangan sebuah buku teks, perlu dilakukan
analisis kebutuhan buku teks. Analisis kebutuhan dalam model pengembangan Plomp merupakan salah satu
langkah awal untuk memulai pengembangan buku teks yaitu pada tahap investigasi awal (preliminary
research). Menurut Rangkuti (2015), tahap preliminary research model Plomp (2013), terdiri dari analisis
kebutuhan dan konteks. Analisis kebutuhan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Analisis Kegiatan Pembelajaran, Permendiknas Nomor 22 Tahun 2016 menjelaskan bahwa pelaksanaan
pembelajaran merupakan implementasi dari RPP yang meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.
b. Kegiatan Pendahuluan, Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan
pembelajaran yang ditujukan untuk memberikan apersepsi dan motivasi dan penyampaian informasi
kompetensi tujuan pembelajaran dan cakupan materi.
c. Kegiatan Inti, Kegiatan inti menggunakan model, metode, dan media pembelajaran, serta sumber belajar
yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik
dan/atau tematik terpadu dan/atau saintifik disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang
pendidikan. Menurut Su’udiah (2016) sumber belajar kontekstual membantu siswa menghubungkan
konten yang dipelajarinya dengan konteks kehidupan nyata.
d. Kegiatan Penutup, Dalam kegiatan penutup, guru bersama peserta didik baik secara individual maupun
kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi. Rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengakhiri aktivitas pembelajaran meliputi penarikan kesimpulan atau membuat rangkuman, umpan
balik dan tindak lanjut.
e. Analisis Konteks, Menurut Kemdikbud (2014), konsekuensi dari implementasi Kurikulum 2013 di
Indonesia yaitu adanya pengintegrasian konteks lokal ke dalam pembelajaran IPA. Daerah Sumatera
43
Barat merupakan salah satu daerah yang rentan akan terjadinya bencana alam. Untuk itu perlu adanya
analisis konteks lokal yang berkaitan dengan bencana. Analisis konteks daerah dilakukan dengan analisis
SWOT yang merupakan singkatan dari strengths (kekuatan), weakneasses (kelemahan), oppurtinities
(peluang), dan threats (ancaman) terhadap suatu bencana.
10. Analisis Kesiapsiagaan Peserta Didik, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 mendefenisikan
kesiapsiagaan sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
11. Analisis Materi, Analisis keterkaitan materi IPA dan materi gunung meletus dilakukan dengan menggunakan
concept fitting technique (Hamdi, 2014). Tahap-tahap concept fitting technique adalah mendeskripsikan
materi gunung meletus dan materi IPA, menentukan KD yang relevan, dan menentukan keterkaitan materi
IPA dan materi gunung meletus. KI 3 pada kurikulum 2013 mengacu pada tiga hal yaitu sebagai berikut.
a. Faktual : pengetahuan teknis dan spesifik tingkat sederhana tentang istilah, nama orang, nama benda,
angka, tahun, dan hal yang terkait secara khusus dengan suatu mata pelajaran.
b. Konseptual : Pengetahuan istilah dan klasifikasi, kategori, prinsip, generalisasi, dan teori.
c. Prosedural : Pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu atau kegiatan yang terkait dengan pengetahuan
teknis, spesifik, algoritma, dan metode tingkat sederhana. Menurut Undang-Undang Nomor 58 tahun
2014 tentang Kurikulum 2013 SMP/MTs, pengetahuan prosedural dilakukan dengan penerapan
pembelajaran berbasis pemecahan masalah.
12. Kajian materi IPA dengan materi gunung meletus : Integrasi Bencana Gunung Meletus ke dalam Materi
Klasifikasi Materi, Integrasi Bencana Gunung Meletus ke dalam Materi Suhu dan Kalor, Integrasi Bencana
Gunung Meletus ke dalam Materi Pencemaran Lingkungan, Integrasi Bencana Gunung Meletus ke dalam
Materi Lapisan Bumi
13. Indikator kesiapsiagaan parameter pengetahuan
No. Subtema Aspek Pengetahuan Indikator
1 Klasifikasi Pengetahuan tentang Materi yang dikeluarkan saat
Materi dan konsep bencana gunung terjadi gunung meletus
Perubahannya Meletus
pada Peristiwa Pengetahuan tentang Perubahan materi pada gunung api
Gunung Meletus penyebab bencana menyebabkan gunung meletus
gunung meletus
Pengetahuan tentang Tindakan kesiapsigaan
tindakan apa yang perlu berdasarkan tingkatan status
dilakukan jika gunung meletus
berpotensi terjadi
bencana gunung meletus
44
2 Pencemaran Pengetahuan tentang Pencemaran dan dampak akibat
Lingkungan konsep bencana gunung peristiwa gunung meletus
sebagai Dampak Meletus
Peristiwa Pengetahuan tentang Pencemaran udara yang terjadi
Gunung Meletus tanda-tanda terjadinya sebelum peristiwa gunung
bencana gunung meletus Meletus
Pengetahuan tentang Tindakan kesiapsigaan
tindakan apa yang perlu berdasarkan tingkatan status
dilakukan jika gunung meletus
berpotensi terjadi
bencana gunung meletus
3 Peristiwa Pengetahuan tentang Gunung meletus terjadi pada
Gunung Meletus konsep bencana gunung lapisan padat bumi
pada Lapisan meletus
Bumi Pengetahuan tentang Pergerakan lempeng-lempeng di
penyebab terjadinya lapisan bumi dapat menyebabkan
bencana gunung meletus
Pengetahuan tentang Gunung meletus terjadi akibat
tanda-tanda terjadinya banyaknya gunung api akibat
bencana gunung meletus pergerakan lempeng
Pengetahuan tentang Tindakan kesiapsigaan
tindakan apa yang perlu berdasarkan tingkatan status
dilakukan jika gunung meletus
berpotensi terjadi
bencana gunung meletus
4 Tekanan Zat Pengetahuan tentang Gunung meletus terjadi pada
pada Peristiwa konsep bencana gunung karena adanya tekanan yang tinggi
Gunung Meletus meletus didalam perut bumi
Pengetahuan tentang Arus konveksi yang terjadi
penyebab terjadinya menyebabkan tekanan pada
bencana lempeng bumi
Pengetahuan tentang Tindakan kesiapsigaan
tindakan apa yang perlu berdasarkan tingkatan status
dilakukan jika gunung meletus
berpotensi terjadi
bencana gunung meletus

45
14. Indikator Kesiapsiagaan Parameter Sikap
No. Subtema Aspek Sikap Indikator
1 Kalsifikasi Menerima - Kesedian mempelajari Risik
Materi dan bencana gunung meletus o
Prubahannya Merespon - Merespon terhadap berita gunung
Peristiwa meletus
Gunung Meletus - Merespon status gunung berapi
berupa tindakan antisipasi yang
harus di lakukan
Bertanggung Jawab - Memiliki tanggung jawab atas
keselamatan diri berupa persiapan
kebutuhan evakuasi
2 Suhu dan Kalor Menerima - Kesedian mempelajari Risik
pada Peristiwa bencana gunung meletus o
Gunung Meletus Merespon - Merespon terhadap berita gunung
meletus
- Merespon status gunung berapi
berupa tindakan antisipasi yang
harus di lakukan
Bertanggung Jawab - Memiliki tanggung jawab atas
keselamatan diri berupa persiapan
kebutuhan evakuasi
3 Pencemaran Menerima - Kesedian mempelajari Risik
Lingkungan bencana gunung meletus o
sebagai Dampak Merespon - Merespon terhadap berita gunung
Peristiwa meletus
Gunung Meletus - Merespon status gunung berapi
berupa tindakan antisipasi yang
harus di lakukan
Bertanggung Jawab - Memiliki tanggung jawab atas
keselamatan diri berupa persiapan
kebutuhan evakuasi
4 Peristiwa Menerima - Kesedian mempelajari Risik
Gunung Meletus bencana gunung meletus o

46
pada Lapisan Merespon - Merespon terhadap berita gunung
Bumi meletus
- Merespon status gunung berapi
berupa tindakan antisipasi yang
harus di lakukan
Menghargai - Memiliki keinginan untuk ikut serta
dalam kegiatan penyuluhan tentang
tindakan pengurangan risiko
bencana gunung meletus
Bertanggung Jawab - Memiliki tanggung jawab atas
keselamatan diri berupa persiapan
kebutuhan evakuasi

15. Kualitas Pengembangan Buku Teks, Setelah melakukan pengembangan buku teks perlu dilakukan evaluasi
yang berfungsi untuk mengetahui apakah buku teks layak digunakan atau perlu dilakukan perbaikan. Kualitas
pengembangan buku teks pelajaran dilihat dari 3 aspek yaitu : valid, praktis dan efektif.
1) Komponen yang dinilai dalam uji validitas menurut BSNP (2014) : Kelayakan isi, Kelayakan penyajian,
Kelayakan kebahasaan, Kelayakan kegrafikan.
2) Menurut Rochmad (2012), tingkat kepraktisan dapat dilihat dari apakah guru (dan pakar-pakar lainnya)
mempertimbangkan bahwa materi yang disajikan mudah dan dapat digunakan oleh guru dan peserta didik.
Menurut Rahim (2016), praktikalitas buku teks diukur berdasarkan aspek-aspek berikut :
 Mudah dipahami : buku teks menuntun untuk memahami fenomena alam sekitar, isi buku teks jelas dan
mudah dipahami.
 Menarik : buku teks menarik, dapat menambah wawasan, dan pengetahuan.
 Efisien : buku teks tidak membutuhkan waktu yang lama untuk memahaminya dan dapat digunakan
kapan saja.
3) Menurut (Satrio, 2008), efektivitas merupakan tingkat pengaruh atau dampak yang merupakan hasil dari
kebijakan atau langkah yang diambil, yang tentunya diambil dari keinginan-keinginan untuk mencapai
target dengan melihat kenyataan yang ada di lapangan. Instrumen yang digunakan untuk mengukur aspek
pengetahuan berupa lembar tes objektif dan esai. Instrumen yang digunakan untuk mengukur aspek sikap
berupa lembar penilaian diri. Kedua instrumen diterapkan sebelum dan sesudah penggunaan buku teks
yang telah dikembangkan.
16. Penelitian yang relevan :
a. Rahim (2016) menjelaskan bahwa pengembangaan buku teks Fisika SMA harus memenuhi kriteria valid,
47
praktis, dan efektif. Kurniawati (2013) juga menyatakan bahwa bahan ajar IPA terpadu tema letusan
gunung berapi layak digunakan dalam proses pembelajaran apabila telah memenuhi kriteria kelayakan
materi penyajian, bahasa, dan komponen bahan ajar.
b. Zulaiha (2014), pembelajaran terpadu tema gunung meletus menurut a new taxonomy for science
education mampu meningkatan hasil belajar peserta didik. Husna (2015) mengatakan bahwa bahan ajar
berbasis pembelajaran IPA terpadu dengan tema gunung berapi harus mengintegrasikan berbagai disiplin
ilmu yaitu Fisika, Kimia, dan Biologi.
c. Su’udiah (2016) mengatakan bahwa buku teks yang digunakan dalam pembelajaran hendaknya
kontekstual dengan karakteristik dan lingkungan peserta didik. Menurut Muhsina (2015) urutan pemberian
materi pembelajaran (sequenced) dengan model fragmented dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
konsep vektor di SMA Negeri 1 Palu.
d. Astuti (2015) mengatakan bahwa penting ditumbuhkan kesadaran dan pembudayaan risiko bencana.
Pengurangan risiko bencana dapat dilakukan melalui pendidikan siaga bencana dalam sekolah. Dodon
(2014) menjelaskan bahwa tingkat kesiapsiagaan masyarakat terhadap bahaya bencana lebih rendah
dibandingkan kesiapsiagaan masyarakat saat bencana dan setelah masyarakat. Oleh karena itu diperlukan
pembelajaran tentang tindakan pengurangan risiko bencana melalui kesiapsigaan menghadapi bencana.
e. Sakaningsih (2014) mengatakan bahwa model pembelajaran creative problem solving berpengaruh
terhadap peningkatan hasil belajar Kelas V SD N 18 Dangin Puri. Heleni (2014) juga menyatakan bahwa
penerapan model Creative Problem Solving (CPS) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

48
17. Kerangka Berpikir

Masalah tentang Buku Teks IPA:


Buku teks IPA terpadu belum tematik
Buku teks IPA belum menggunakan model terpadu
Lemahnya penggunaan model pembelajaran berbasis masalah
Struktur buku teks IPA yang belum sesuai dengan struktur
buku ideal
Buku teks IPA belum terintegrasi konteks lokal
Buku teks IPA belum menunjukkan aspek-aspek yang
berkaitan dengan penanggulangan bencana sehingga tidak
menunjang peningkatan kesiapsiagaan bencana peserta didik.

Pengembangan buku teks IPA terpadu SMP/MTs tema gunung


meletus menggunakan tipe fragmanted berbasis creative problem
solving untuk meningkatkan kesiapsiagaan peserta didik

Buku teks IPA terpadu SMP/MTs tema gunung meletus tipe


fragmanted berbasis creative problem solving untuk
meningkatkan kesiapsiagaan peserta didik

49
B. Analisis Buku Teks IPA Terpadu SMP/MTs Tema Gunung Meletus dengan Tipe Fragmented Berbasis Creative Problem
Solving untuk meningkatkan kesiapsiagaan peserta didik.

Tabel 4. Analisis Buku Teks


Aspek Kaitan
Materi IPA Materi Gunung Meletus Kompetensi Dasar IPA
Pengetahuan Materi
Faktual a. Besi, emas, dan seng merupakan benda berwujud padat a. Erupsi gunung meletus Kelas VII: Materi IPA Kelas
b. Air, minyak goreng, dan bensin merupakan benda mengeluarkan berbagai 3.3 Menjelaskan konsep campu-ran VII:
berwujud cair material berwujud padat, cair, dan zat tunggal, sifat fisika dan a. Klasifikasi
dan gas kimia, perubahan fisika dan kimia Masteri dan
c. Udara, asap, dan uap air merupakan benda berwujud
b. Tumbuhan yang berada dalam kehidupan sehari-hari Perubahannya
gas
disekitar gunung yang akan 3.4 Menganalisis konsep suhu, b. Suhu dan Kalor
a. Air yang dimasak akan terasa panas jika disentuh
meletus akan menjadi layu pemuaian, kalor, perpindahan kalor, c. Pencemaran
b. Termometer digunakan untuk mengukur suhu badan
c. Magma dan gas yang dan penerapan-nya dalam Lingkungan
c. Air yang mendidih akan mengeluarkan asap
terdorong dan keluar ke kehidupan sehari-hari. d. Lapisan Bumi
d. Ketika berjalan di bawah matahari kita merasa panas
permukaan berasal dari dalam 2.8 Menganalisis terjadinya
a. Abu gunung meletus menyebabkan pencemaran udara
lapisan bumi pencemaran lingkungan dan
b. Pencemaran udara menyebabkan timbulnya penyakit
d. Erupsi gunung meletus dapat dampaknya bagi ekosistem.
ISPA
menyebabkan pencemaran 3.10 Menjelaskan lapisan bumi,
a. Lapisan tanah memiliki struktur yang berbeda-beda
udara gunung api, gempa bumi, dan
b. Salah satu efek pergerakan lempeng adalah
tindakan pengurangan risiko
terbentuknya gunung berapi sebelum, pada saat, dan pasca
c. Gunung berapi aktif dalam memproduksi magma
bencana di daerahnya.
Konseptual a. Unsur adalah zat tunggal/murni yang tidak dapat a. Zat berwujud padat, cair, dan
diuraikan menjadi zat-zat lain yang lebih sederhana gas
dengan cara kimia. Senyawa adalah zat tunggal/murni b. Tanda-tanda gunung meletus
yang dapat diuraikan secara kimia menjadi dua zat atau dapat dirasakan langsung
lebih. Campuran adalah suatu materi yang terdiri atas akibat perpindahan kalor
dua zat atau lebih dan masih mempunyai sifat zat secara radiasi
asalnya dengan tidak mempunyai komposisi yang tetap. c. Pergerakan lempeng di bawah
b. Prinsip pemisahan campuran didasarkan pada gunung berapi dapat
perbedaan sifat-sifat fisis zat penyusunnya, seperti

50
wujud zat, ukuran partikel, titik leleh, titik didih, sifat mengakibat terjadinya gunung
magnetik, dan kelarutan. meletus
c. Perubahan fisika adalah perubahan zat yang tidak d. Tindakan kesiapsiagaan dapat
disertai dengan terbentuknya zat baru. Perubahan mengurangi risiko bencana
kimia adalah perubahan zat yang dapat menghasilkan
zat baru
dengan sifat kimia yang berbeda dengan zat asalnya.

a. Suhu adalah tingkat panas dinginnya suatu benda.


Konversi skala suhu oC, oF, oR, dan K dilakukan
dengan perbandingan skala suhu 5:9:4:5.
b. Pemuaian adalah pertambahan ukuran akibat
perubahan suhu
Pemuaian zat padat :
𝐿 = 𝐿𝑜 (1+∝. ∆𝑇)
𝐴 = 𝐴𝑜 (1 + 𝛽. ∆𝑇)
𝑉 = 𝑉𝑜 (1 + 𝛾. ∆𝑇)
Pemuaian zat cair : 𝑉 = 𝑉𝑜 (1 + 𝛾. ∆𝑇)
Pemuaian zat gas : 𝑉 = 𝑉𝑜 (1 + 𝑇 )
273
c. Kalor merupakan salah satu bentuk energi yang
berpindah dari benda yang suhunya lebih tinggi ke
benda yang suhunya lebih rendah.
Kalor pada perubahan suhu : 𝑄 = 𝑚. 𝑐. ∆𝑇
Kalor pada perubahan wujud zat : 𝑄 = 𝑚. 𝐿
d. Kalor berpindah secara konveksi, konduksi, dan radiasi
a. Pencemaran lingkungan (pencemaran udara, air, tanah)
b. Dampak pencemaran lingkungan

51
a. Lapisan bumi terdiri dari lapisan atmosfer,
litosfer, hidrosfer
b. Gunung berapi terbentuk akibat pergerakan
lempeng
c. Gempa bumi terjadi akibat pergerakan lempeng
d. Tindakan siaga bencana dapat mengurangi
risiko bencana
Prosedural a. Melakukan penyelidikan karakteristik zat a. Mengumpulkan informasi 4.3 Menyajikan hasil
(padat, cair, dan gas) serta mengumpulkan mengenai proses penyelidikan atau karya
informasi mengenai unsur, senyawa, dan pembentukan gunung tentang sifat larutan, perubahan
berapi fisika dan perubahan kimia,
campuran
b. Mengumpulkan informasi atau pemisahan campuran
b. Melakukan penyelidikan asam, basa, dan garam mengenai fator-faktor 4.4 Melakukan percobaan
menggunakan indikator yang dapat menyebabkan untuk menyelidiki pengaruh
c. Melakukan percobaan teknik pemisahan terjadinya letusan gunung kalor terhadap suhu dan wujud
campuran, misalnya melalui penyulingan, berapi benda serta perpindahan kalor.
kromatografi, atau penyubliman c. Mengumpulkan informasi 4.8 Membuat tulisan tentang
d. Menyajikan hasil penyelidikan sifat fisika dan mengenai gagasan penyelesaian masalah
kimia mekanisme terjadinya pencemaran di lingkungannya
letusan gunung berapi berdasarkan hasil pengamatan
dalam kehidupan sehari-hari
d. Menyajikan hasil studi 4.10 Mengomunikasikan
a. Melakukan percobaan pengukuran suhu benda
literatur tentang upaya pengurangan
b. Melakukan percobaan untuk menyelidiki
kesiapsiagaan menghadapi resiko dan dampak bencana
pemuaian pada benda padat, cair, dan gas
bencana gunung meletus alam serta
c. Melakukan percobaan untuk menyelidiki
dalam bentuk presentasi tindakan penyelamatan
pengaruh kalor terhadap perubahan suhu
e. Menyajikan hasil studi diri pada saat terjadi bencana
d. Melakukan percobaan untuk menyelidiki
literatur tentang dampak sesuai dengan
pengaruh kalor terhadap wujud benda
bencana gunung meletus jenis ancaman bencana
e. Melakukan percobaan untuk menyelidiki
dalam bentuk presentasi di daerahnya
perpindahan kalor secara konduksi, konveksi,
dan radiasi
a. Mengumpulkan informasi serta menganalisis
penyebab dan dampak pencemaran udara bagi
ekosistem
b. Mengumpulkan informasi serta menganalisis
penyebab dan dampak pencemaran air bagi
ekosistem

52
c. Mengumpulkan informasi serta menganalisis penyebab
dan dampak pencemaran tanah bagi ekosistem
d. Membuat laporan tentang penyelesaian masalah
pencemaran yang terjadi di lingkungan sekitar
a. Mengumpulkan informasi mengenai lapisan bumi
b. Mengumpulkan informasi mengenai mekanisme
terjadinya letusan gunung berapi
c. Mengumpulkan informasi mengenai mekanisme
terjadinya gempa bumi, dan tsunami
d. Menyajikan hasil studi literatur tentang
penanggulangan risiko melalui kesiapsiagaan dan
dampak bencana alam dalam bentuk presentasi
e. Berlatih tindakan penyelamatan diri pada saat terjadi
bencana alam

53
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Telah dilakukan pengembangan buku teks IPA SMP/MTs terpadu tema

gunung meletus dengan kesimpulan sebagai berikut.

1. Hasil analisis investigasi awal menunjukkan penggunaan model pembelajaran

dan penggunaan sumber belajar berupa buku teks masih lemah. Implikasinya

adalah pengembangan buku teks dengan menerapan model pembelajaran

berbasis masalah dan kontekstual. Pembelajaran kontekstual yang sesuai dengan

lingkunga peserta didik diupayakan dengan pengintegrasian konteks lokal yaitu

penggunaan tema gunung meletus pada buku teks. Pengintegrasian tema gunung

meletus mengharuskan peserta didik memiliki tindakan kesiapsiagaan bencana.

Karena peserta didik belum siapsiaga, maka buku teks tema gunung meletus

memuat informasi tentang tindakan kesiapsiagaan. Materi terpadu buku teks

tema gunung meletus didominasi oleh pengetahuan prosedural, sehingga

digunakan model pembelajaran CPS dan model terpadu fragmented.

2. Hasil uji validitas pengembangan buku teks IPA terpadu SMP/MTs tema gunung

meletus tipe fragmented berbasis creative problem solving untuk meningkatkan

kesiapsiagaan peserta didik telah memenuhi kriteria valid baik oleh ahli maupun

praktisi pada aspek kelayakan isi, kelayakan bahasa, kelayakan kegrafikan, dan

kelayakan penyajian. Artinya, buku teks layak digunakan dalam pembelajaran

IPA.

53
B. Saran
Penulis mengetahui bahwa makalah ini belum sempurna, untuk itu
diharapkan kepada dosen pembimbing serta pembaca ikut memberikan saran agar
makalah ini lebih baik dan melaksanakan pembelajaran terpadu dalam berbagai mata
pelajaran khususnya pada mata pelajaran fisika. Model pembelajaran model connected ini
sangat cocok sebagai langkah awal belajar menggunakan pembelajaran terpadu dalam
pembelajaran fisika di kelas.

54
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. (2014). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum


2013. Bandung: PT Refika Aditama.

Anderson, L. W., dan Krathwohl, D. R. (2011). A Taxonomy for Learning Teaching


and Assesing; A revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives.
New York: Addison Wesley Lonman Inc.

Asyhar, Rayandra. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta:


Gaung Persada (GP) Press.

Badan Standar Nasional Pendidikan (2014). Instrumen Penilaian Buku Teks


Pelajaran 2014. Jakarta: BSNP.

Carter, Nick. (1991). Disaster Management: A Disaster Manager's Handbook.


ADB: Manila.

Daties, M. (2011). Pengaruh Metode Pembelajaran Creative Problem Solving


(CPS) terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. UPI:
Bandung.

Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat


Pembinaan Sekolah Menengah Atas.

Depdiknas. (2010). Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta:


Pusat Kurikulum Balitbang Diknas.

Dincer, S. (2015). Effect of Computer Assisted Learning on Students’ Achievment


in Turkey: a Meta-Analysis. Journal Science Innovator.

Dodon. (2013). Indikator dan Perilaku Kesiapsiagaan Masyarakat di Permukiman


Padat Penduduk dalam Antisipasi Berbagai Fase Bencana Banjir. Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 24 No. 2, Agustus 2013, hlm.125–
140. Bandung: ITP.

Fogarty, R. (1991). Ten Ways to Integrate Curriculum. Educational Leadership


Volume 49 No. 2 Oktober 1991.

Gissing, Andrew. (2002). Bussines In The Macleay Commercial Flood Damage


Kempsey 2001. NSW Floodplain Management Conference.

55
Goodstein, et al. (1993). Applied Strategic Planning: A Comprehensive Guide.
McGraw-Hill, Inc. USA.

Gregg, C. E., Houghton, B. F., Johnston, D. M., Paton, D., and Swanson, D. A.
(2004). The Perception of Volcanic Risk in Kona Communities from Mauna
Loa and Hualalai Volcanoes, Hawaiki. Journal of Volcanology and
Geothermal Research, 130, 179-196.

Hake, R. Richard. (2002). Relationship of Individual Student Normalized Learning.


Gains in Mathematics with Gender, High School, Physics, and Pre Test.
Score in Mathemathics and Spatial Visualization.

Hamdi. (2014). Pengintegrasian Karakter Hemat Energi ke dalam Materi Fisika


SMA Menggunakan Concept Fitting Thecnique. Semirata IPB Bogor, 9-10
Mei 2014.

Hudoyo, Herman. (1979). Pengembangan Kurikulum Matematika dan


Pelaksanannya di Depan Kelas. Surabaya: Usaha Nasional.

Heleni, Susda. (2014). Application Model Learning Creative Problem Solving


(CPS) Math Learning To Improve Results Class VIII SMPN 3 Pekanbaru.
Prosiding International Seminar on Innovation in Mathematics and
Mathematics Education 2016.

Husna, Hanna Nurul. (2005) Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Pembelajaran


IPA Terpadu Model Webbed dengan Tema Gunung Berapi. Prosiding
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015.

Jahjouh, Y. M. A. (2014). The Effectiveness of Blanded E-Learning Forum in


Planing for Science Instruction. Journal of Turkish Science Education, 11
(4): 3-16.

Katriani, Laila. (2014). Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik. Yogyakarta:


UNY.

Kemdikbud. (2013). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013


SMP/MTs IPA. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Kemdikbud.

Kemdikbud. (2014). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun


Ajaran 2014/2015 Mata Pelajaran IPA SMP. Jakarta: Dirjen Dikdasmen
Kemdikbud.

56
Kurniawati, Amaliya. (2013). Pengembangan Bahan Ajar IPA Terpadu Tema
Letusan Gunung Berapi Kelas VII di SMP Negeri 1 Kamal. Jurnal
Pendidikan Sains e-Pensa Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013, 42-46.

Lestari, Siti. (2018). The Application Of Learning Models Based On Problems To


Improve Learning Outcomes Social Students Class IV SD Babussalam
Pekanbaru. e-Jurnal Mitra Sains, Volume 3 Nomor 2, April 2018.

LIPI-UNESCO/ISDR. (2006). Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam


Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami. Jakarta: Bumi Aksara.

Meltzer, D.E. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation and


Conceptual Learning Gains in Physics: a Possible “Hidden Variabel” in
Diasgnostic Pretest Score. American Journal of Physics, 70 (12): 1259-
1268.

Mudjijo. (1995). Tes Hasil Belajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Muhsina, dkk. (2015). Pengaruh Urutan Pemberian Materi Pembelajaran


(Sequenced) dengan Model Fragmented dan Model Connected Terhadap
Hasil Belajar Siswa pada Konsep Vektor Di SMA Negeri 1 Palu. e-Jurnal
Mitra Sains, Volume 3 Nomor 2, April 2015 hlm 17-23.

Muslich, Masnur. (2010). Melaksanakan PTK Penelitian Tindakan Kelas itu


Mudah. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Ningsih, Yusi Surya. (2014). Validitas LKS Berbasis CPS Materi Perubahan
Lingkungan dan Daur Ulang Limbah Kelas X. BioEdu Vol.3 No. 3 2014.

Nofira, Heni. (2017). Pengembangan Buku Guru Fisika SMA Terintegrasi Materi
Bencana Gunung Meletus dengan Model Pembelajaran Creative problem
Solving. Padang: Universitas Negeri Padang.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT.


Rineka Cipta.

Nugroho, A.C. (2007). Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Mengantisipasi


Bencana Gempa Bumi dan Tsunami di Nias Selatan. MPBI-UNESCO. 2-20
April 2007.

57
Nur, M.A. (2016). Pengaruh Perhatian Orang Tua, Konsep Diri, Persepsi tentang
Matematika terhadap Hasil Belajar Matematika melalui Motivasi Belajar
Siswa Kelas VII SMP Negeri di Kecamatan Ujung Loe Kabupaten
Bulukumba. Sulawesi Selatan: STMIK Bina Adinata Bulukumba.

Nurjannah. (2013). Manajemen Bencana. Bandung: Alfabeta.

Nurkancana, Wayan dan Sumartana. (1982). Evaluasi Pendidikan. Surabaya:


Usaha Nasional.

Pepkin, K.L. (2004). Creative Problem Solving in Math. Colorado: University of


Colorado.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 58 Tahun 2014 Tentang


Kurikulum 2013 SMP/MTs

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 79 Tahun 2014 Tentang


Muatan Lokal Kurikulum 2013.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 8 Tahun 2016 Tentang


Buku yang Digunakan Satuan Pendidikan.

Plomp, Tjeerd dan Nienke Nieveen. (2013). An Introduction Educational Design


Research Enchede: Netherlands Institute For Curiculum Development.
Colorado: University of Colorado.

Prastowo, Andi. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.


Yogyakarta: Diva Press.

Prastowo, Andi. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Yogyakarta: Diva


Press.

Rahim, Fanny Rahmatina. (2016). Pengembangan Buku Teks Fisika SMA/MA


Materi Bencana Gunung Meletus Berbasis Pembelajaran Synetics and
Creative Problem Solving (SCPS). Padang: Universitas Negeri Padang.

Rahmawati, Nur Faizah. (2016). Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi pada Siswa
SMP Siaga Bencana di Kabupaten Bantul (SMP Negeri 2 Imogiri).
Yogyakarta: UNY.

58
Rangkuti, Ahmad Nizar. (2015). Developing a Learning Trajectory on Fraction
Topics by Using Realistic Mathematics Education Approach In Primary
School. IOSR Journal of Research & Method in Education (IOSR-JRME)
PP 13-16. North Sumatera: State Institute of Islamic Studies (IAIN)
Padangsidimpuan.

Riduwan. (2012). Skala Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Rochmad. (2012). Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika.


Jurnal Kreano. 3(I): 59-72. Semarang: FMIPA UNNES.

Sakaningsih, Ni Md. (2014). Model Pembelajaran Creative Problem Solving


Berbasis Reinforcement Berpengaruh terhadap Hasil Belajar PKN Siswa
Kelas V Sd N 18 Dangin Puri. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan
Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun 2014.

Sanjaya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Soenarko, Bambang. (2011). Konsep Pembelajaran Terpadu. Kediri: Universitas


Nusantara Kediri PGRI.

Su’udiah, Firdaus. (2016). Pengembangan Buku Teks Tematik Berbasis


Kontekstual. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan
Volume: 1 Nomor: 9 Bulan September Tahun 2016 Halaman: 1744—1748.

Sufairoh. (2016). Pendekatan Saintifik & Model Pembelajaran K-13. Jurnal


Pendidikan Profesional, Volume 5, No. 3, Desember 2016.

Sukardi. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi, dan Praktiknya.


Jakarta: Bumi Aksara.

Sugiyono. (2010). Metode Penilitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Sungkono. (2009). Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: Universitas Negeri


Yoygyakarta.

Suryosubroto, B. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka


Cipta.

59
Susanti, Rina. (2014). Hubungan Kebijakan, Sarana dan Prasarana dengan Kesiapsiagaan
Komunitas Sekolah Siaga Bencana Banda Aceh. Jurnal Ilmu Kebencanaan (JIKA),
Volume 1, No. 1, Agustus 2014.

Sutton dan Tierny. (2006). Disaster Preparedness: Concepts, Guidance, and Research.
Colorado: University of Colorado.

Suyatno. (2009). Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.

Treffinger, Donald J, dkk. (2003). Creative Problem Solving A Contemporary Framework


For Managing Change.

Trianto. (2010). Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: PT Prestasi.

Uno, Hamzah. (2011). Belajar dengan Pendekatan PAILKEM: Pembelajaran Aktif, Inovatif,
Lingkungan, Kreatif, Efektif dan Menarik. Jakarta: Bumi Aksara.

Uno, Hamzah. (2011). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.

Widjajanti, Endang. (2008). Kualitas Lembar Kerja. Yogyakarta: UNY.

Zulaiha. Fanni. (2014). Pembelajaran Terpadu Tema Gunung Meletus Berorientasi


Peningkatan Hasil Belajar Menurut A Newtaxonomy for Science Education. Jurnal
Inovasi dan Pembelajaran Fisika Vol.1 No.1, Mei 2014.

60

Anda mungkin juga menyukai