LKPD B.non Fiksi
LKPD B.non Fiksi
Buku ini menceritakan tentang para digaji standar minimal negara penempatan.
penulis dengan tempat-tempat yang mereka Karena telah hidup dengan warga sekitar,
singgahi. Tiga penulis buku ini adalah mereka berinteraksi dan mengalami cerita-
sukarelawan lembaga sukarelawan cerita lucu dan mengharukan.
internasional Voluntary Service
Organization (VSO) Indonesia. Mereka Mereka menceritakan kedekatan,
adalah Jeff Kristianto, Nina Silvia, dan Rini sesuatu yang tak mungkin didapatkan jika
Hanif. Mereka datang dari beragam latar perjalanan tersebut semata untuk
belakang. Jeff pemilik usaha kerajinan dan berpetualang atau bersenang-senang. Cerita
restoran di Bali. Nina bekerja di lembaga Rini tentang peliknya hubungan
swadaya masyarakat (LSM) di Padang dan kekeluargaan di desa penempatannya,
Rini staf lembaga donor internasional. Moco-moco, Guyana, bisa menggambarkan
Ketiganya bergabung sebagai volunteer dekatnya Rini dengan warga. Melalui
VSO, sebagai angkatan pertama voluntir obrolan sore bersama Nicolas, temannya di
Indonesia, di masing-masing negara desa tersebut, Rini menceritakan betapa
penempatan. Jeff bekerja mendukung praktik hubungan seks tanpa ikatan
perajin-perajin di Tajikistan, bekas negara pernikahan itu sesuatu yang amat lazim bagi
jajahan Uni Soviet di Asia. Nina membantu warga Amerika Indian (Amerindian)
lembaga pendukung suku asli di tersebut.
Bangladesh. Sedangkan Rini ditempatkan di
Guyana, Amerika Latin untuk bekerja “It’s a common thing in Amerindian.
bersama LSM lokal. Mereka bekerja dan Mereka tinggal bagaikan sebuah keluarga,
hanya saja tidak ada pernikahan resmi. Dalam tulisan berjudul Seperti Terus
Nenek saya dan kakek saya sekarang juga Dimata-matai Nina bercerita. “Seharusnya
tidak menikah. Mereka hanya tinggal saya mengajukan surat izin dan mendapat
bersama. Tetapi di antara lelaki lain yang pengawalan polisi. Tapi Raja tidak mau
pernah tinggal dengan nenek saya, dia repot. Beliau mengatakan saya harus ikut,
paling lama. Dengan kakek saya sekarang, tapi selama perjalanan, saya dilarang
nenek saya memiliki tujuh anak,” Nicolas berbicara dalam bahasa Inggris. Kalau tidak
bercerita kepada Rini. Akibat kebiasaan bisa bahasa Bangla atau Chakma, sebaiknya
tersebut, maka hubungan kekeluargaan di saya diam saja. Ceritanya saya
Moco-moco pun campur aduk antarwarga. diselundupkan!” Nina yang bekerja bersama
Toh, mereka menganggap kebiasaan LSM lokal yang mengadvokasi Suku Asli
tersebut sebagai sesuatu yang normal. Biasa tidak hanya bercerita tentang apa dan
saja. bagaimana suku tersebut mengalami
diskriminasi. Nina sendiri terlibat secara
“Bagi saya, mereka menceritakan emosional dengan konflik tersebut.
hal-hal (privat) seperti itu karena merasa ada
kedekatan psikologis dengan orang yang Kedekatan pula yang membuat Jeff
diajak ngobrol,” kata Rini dalam sebuah menjadi “hadiah” bagi para pengantin di
obrolan santai di Denpasar. Tajikistan. Sebagai negara yang bagi banyak
warga dunia mungkin sesuatu yang baru
Kedekatan lain diceritakan Nina, terdengar pertama kali, Tajikistan tak punya
voluntir di Bangladesh. Dengan tulisan yang banyak warga asing. Bahkan, menurut Jeff,
amat terasa emosinya, Nina bercerita dialah orang Indonesia kelima yang tinggal
bagaimana dia dikejar-kejar intel setempat di negara tersebut. Karena sedikitnya orang
karena statusnya sebagai orang asing di asing di Tajikistan, maka memiliki teman
daerah sedang bergejolak. Suku Asli di “orang asing” hadir di acara pernikahan
Rangamati, Bangladesh menolak rencana menjadi kebanggaan bagi warga setempat.
pencabutan status mereka sebagai daerah Bukan hanya sekali, Jeff sering diminta
istimewa. Penolakan ini hanya puncak hadir ke acara pernikahan. Bukan karena dia
gunung es dari diskriminasi Suku Asli oleh kenal kedua atau salah satu mempelai tapi
etnis mayoritas di sana, Bengali. karena keluarga atau teman pengantin ingin
mempersembahkan dia sebagai “hadiah”
bagi mempelai.
Karena itu, cerita-cerita dari Guyana, sangat beragam. Tak melulu tentang
Bangladesh, dan Tajikistan ini adalah cerita pekerjaan tapi juga tentang petualangan,
tentang sahabat-sahabat dekat. Ketiga makanan, budaya, keluarga. Semua jadi
penulis melebur dalam keseharian warga bumbu untuk meramu sajian mereka bertiga.
setempat. Maka, tema tulisan mereka pun