Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN NOVEL FIKSI

Dan Hujan Pun Berhenti

Oleh : Farida Susanty

Disusun Oleh :
Berdi Bayu Anggara
XII IPA 3

Diajukan untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia semester ganjil
Tahun Pelajaran 2016/2017

SMA NEGERI 2 KUNINGAN


Jl. Aruji Kartawinata No.16, Kec. Kuningan, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat
45511
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas Rahmat dan
Hidayah-Nya saya dapat menyusun dan menyelesaikan laporan novel fiksi dengan baik.
Dalam laporan ini membahas mengenai resensi novel berupa identitas, ringkasan, unsur
instrinsik, dan unsur ekstrinsik yang diharapkan dapat mendorong para siswa untuk lebih
menguasai tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam sebuah buku dan dapat
membuat pemikiran siswa-siswi SMA khususnya menjadi lebih kreatif dan inovatif agar
tercipta generasi muda penerus bangsa yang berkualitas.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terimakasih atas semua pihak yang
telah berpartisipasi dalam kelancaran pembuatan laporan ini. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian demi tercapainnya ilmu
pengetahuan yang bermanfaat dan berguna bagi kehidupan.

Kuningan, November 2016

Penulis
NOVEL FIKSI
Dan hujan pun berhenti
Oleh : Farida Susanty

A. IDENTITAS BUKU
1. Judul : Dan Hujan pun Berhenti
2. Penulis : Farida Susanty
3. Penerbit : PT Grasindo
4. Kota Terbit : Jakarta
5. Tahun Terbit : Maret 2007
6. Cetakan : Cetakan ketujuh, Desember 2011
7. Tebal Buku : 322 halaman
8. ISBN : 978-979-081-441-7
9. Ukuran Buku : 14 cm x 20 cm
10. Warna Cover : Hitam
11. Haraga : Rp.20.000,00.-

B. KEPENGARANGAN
Farida Susanty adalah seorang pengarang Novel di
Indonesia. Ia lahir di Bandung, 18 Juni 1990. Penggemar
film ini menamatkan dirinya dari SMA N 3 Bandung dan
bercita-cita bekerja di CIA. Seorang Farida sangat menyukai
Gus Van Sant yaitu sutradara film Elephant yang merupakan
film kesukaannya. Farida adalah seorang penulis yang telah
beberapa kali memenangkan perlombaan menulis cerita
pendek di beberapa universitas di Bandung. Bahkan
beberapa karyanya pernah masuk ke majalah. Di usianya
yang masih muda, Farida telah memenangi Khatulistiwa
Literary Award 2007 sebagai penulis muda berbakat.

C. RINGKASAN
Dalam ringkasin ini saya meringkas 12% dari jumlah halaman novel ini

1. Dalam Hujan Sore itu...


Sore di Bandung. Sebuah apartemen bercat abu-abu mengelupas, berdiri kokoh di
pinggiran Dago. Namanya Leo. Matanya seperti ember ditengah Sahara. Kering. Kosong
penuh debu. Tapi, sangt kuat dan sangt gelap, walau lensanya berwarna cokelat.
Wajahnya tenang, bernuansa baik. Tapi, picingan matanya menunjukkan bahwa
ketenangngannya terlalu imitatif. Bibirnya tampaknya sering terluka, tanda ia adalah
orang yang mudah bermusuhan. Leo memegang seglas air. Air yang ia teguk bebrapa kali
selama berjala. Air yang sesekali ia ludahkan kemabli karena mengandung darah. Leo
tertawa kecil mengingat peristiwa itu. Dingiat-ingatnya lagi sensai yang ia rasakn ketika
dirinya ditendangi, dipukuli dan dan dibanting-banting seakania keresekb beras oleh
sekolmpok orang yang dipimpin oleh Tyo, musuh bebuyutannya. Hmmph ... Leo
mengelus menahan tawa yang lagi-lagi berusaha meledak dari mulutnya. kilasan-kilasan
mengenai sesuatu yang terjadi setelah pertarungan itu diam-diam menyesap ke otaknya.
Seoarnga gadis kurus, tirus, berambut panjang menjuntai, dengan kulit sekusam pasir,
sedang berdiri disebelahnya, mati-matian memasangkan boneka-bonekaan dari kain putih
di dahan sebuah pohon, benada tersebut namanya teru-teru bozu, radisi peangal hujan
khas jepang. Leo memberanikna diri bertanya padi gadis itu, menhagsilkan konversai
singkat dia natra mereka yang tidak dapat Leo lupakan hingga saatkini.
Hei! Kenapa menggatungkan itu?"
Biar nggak turun.
Memangnya kenapa kalau turun?
Aku keburu mati sebelum aku bunuh diri.
Kamu mau bunuh diri?
Ya asal nggak hujan.
...

2. Teriknya Balas Dendam


SI Tyo kira-kira sudah datang ke tempat tongkrongannya belum? tanya Luthfi
Leo menggeleng. Tenang aja kita masih punya waktu buat nagncurin tempat nongkrong
mereka
Jadi gimana nih rencananya heh?
Ntralah, lihat situasi, jawab Adi.Tapi yang pasti , alat udah lengkap. Gue udah
bawa pilox, tongkat baseball, sama telur busuk barusan dari rumah.
WOY! Nyampe nih! Leo mengerem mendadak dan membuat seisi mobil nyaris
terjungkal kebelakang. Tempat nongkrong Tyo dan gengnya maish kosong. Oke pesta
dimulai, ayam-ayamku...teman-temannya mengangguk. Mebawa pilox mereka masing-
masing. Kini mereka berdiri di berdampingan dengan Leo, menatap dinding yang
sebentar lagi akan penuh dissing bagi geng pengroyok Leo kemarin itu. Leo mengeriling
sambil tersenyum melihat teman-teman di smapingnya.
HEY! NGAPAIN LO SEMUA?! BRENGSEK!
BUG! Sebuah tinjuan mampir di pipi Leo dan mebuatnya terejngkang ke belakang. Gong
perang berbunyi. Seketika nafsu masing-masing tim memanas. Adi segera memablas
pukulan itu ke pipi Tyo, kemudian mengahajarnya sampai berguling-guling di tanah.
Kevin memukul kepala Yando dengan kecapnya. David berlari menerjang Gerry, squad
Tyo yang lain. Luthfi dengan wimar. Dan terakhir, Leo, yang setelah dipukul
mengeluarkan darah lumayan banyak dari mulutnya, buru-buru bangkit dan memishkan
diri dari area pertempuran itu. Sesampainya di dekat mobil Tyo, Leo mengambil sebuah
batu, dan melemparnya ke jendela yang baru direparasi tersebut. PARNG! Tyo dan semua
orang yang sedang sibuk menghantam, menoleh kaget. Melihat apa yang ada ditangan
Leo, Tyo nyaris berlutut dan menangis di tanah. Wajahnya seketika pucat. Hanya satu
kata yang keluar dari mulutnya sebelum Leo membuka tutupan jirigen dang
mengguyurkan ke interior obilnya, yakni, Jangan ...

3. Ternyata dia ingin bunuh diri


Hhh ... Hhh ...Leo terengah-engah masuk ke dalam kamar mandi sekolhnya.
Ditutupnya keras-keras pintu masuk, lau dengan tangan gemetar marah, ia lirik sekilas
kuncinya, yang ternyata untungnya bisa diknuci! Leo tanpa buang waktu segera menutup
gerbangnya dengan dunia luar itu. Leo tertunduk di depan wastafel, menatapi dirinya
sendiri dalam sisa-sisa air yang menggenang.Gue senang sendir seperti sekarang. Gue
menikmatinya. Gue nggak suka di keramaian begitu, sepertinya, tapi gue rasa gue nggak
bisa seperti dulu. Gue nggak pengen dimengrti. Cukup didengarkan saja. Air tiba-tiba
membanjir dari sebuah kamar mandi yanng tertutup. Dan karena pintu kamar mandi
tersebut bawahnya kosong, mak segera saja lorong tempat wastafel pun tergenang air.
Sepatu Leo mulai basah. Air? Ada air yang lupa nutup keran? AH?
Air tersebut tidak bening. Ada ciaran berwarna merah di sana. Ia awalnya mengira ini
adalah bentuk gangguan horor, tapi ketika mendaptai benda selanjutnya, ia tersadar
semuanya tidak sesimpel itu. BRUK. Ia buka pintu kamar mandi aneh ini. Tidak dikunci.
Tidak, darah itu bukan darah jadi-jadian. Seorang gadis tergelatak disana. Standar, urat
tangannya terpotong. Ia bersandar sambil duduk di sebelh bak kamar mandi yang
kerannya terus mengucur.
Lo ... jadi bunuh diri ya?
Ya.
Kenapa lo nggak takut mati?
...
Oke, oke. Jadi , lo mau mati gini aja atau gue selametin?
Sebaiknya elo pergi, bisiknya sambil memandangi tanggannya. Sebentar lagi
mungkin gue mati. Apa lo nggak apa-apa? Pergi aja ...
Aaah... Gadis itu melenguh keras, mulai kesakitan. Aaah...
AAAH ...
BRANGGG!!! PRAKKK!
***
Spiza ditemukan di kamar mandi, nyaris mati bunuh diri. Kamu baru saja datang dari
luar, habis membakar mobil Tyo, dan memecahkan kaca secara sadar atas kemauan kamu
sendiri. Begitu, Leo? konfirmasi Pak Hikmat guru BP Wahutri. Leo mengangguk.
Jadi saat itu kamu tahu Spiza sedang bunuh diri?
Oh, tau dong.
Maksudnya?
Hehehe, saya kan cenayang... ,
Kamu kok tidak menyelamatkan Spiza?
Ooh, namanya Spiza ya? gumam Leo. Spiza apa, pak?
Gadis yang bunu diri itu namanya Spizaetus Caerina, kata Pak Hikmat.

4. Blood. At Any Cost


Selamat datang di bioskop gue. Hidup ini adalah mimpi. Atau, mimpi ini adalah hidup.
Dimensi manusia begitu bias sehingga kita amat bebas untuk berharap. Yang mana saja
yang kamu sukai, percayailah itu sebagai hidupmu.
Scene 1
DARI MANA KAMU DAPAT SMEUA INI? DIAJARI SIAPA KAMU MINUM
BEGINIAN?!!! DIAJARI SIAPA! PRANG!
Bukanya diajarin Otosan?
Otosan! Otosan, lepasin kak Leo, Otosan
DIAM! Lihat Nami, pecun kamu! Nggak becus mendidik anak! Jadinya brengsek
semua anak kamu! Nyontohnya ibunya yang jalang!
Jaga mulu kamu Ferdian!
Itulah keluarga gue yang bahagia. Keluarga yang begitu rajin membuat gue sengsara.
Scene 2
Apa??? Jangn ganggu gue!! JANGAN SOK BAEK! GUE TAU SEMUA ORANG DI
SEKITAR GUE! Munafik semua! Jadi, jangan lo kira gue BEGO!
Maaf..., bisik gadis itu.
DEKETIN LAGI GUE TONJOK LO KAYAK GUE NONJOK MEJA TADI!!
Be-besok... Besok kita ngbrol lagi ya?
HEH___
Ahhh, iya! Nama saya Iris.
DASAR CEWK SI___
Nama kamu?
...
Scene 3
Kamu kenghnapa?
Nggak apa-apa.
Pasti ada apa-apa.
SIAPA SIH KAMU!
Si gadis itu menghela napas. Memutar mata. Tersenyum. Iris. Dan, aku gak akan
pergi hanya karena kamu bilang nggak ada apa-apa. Sementara wajah kamu...
Cih___
...
Scene 4
Ternyata ngobrol samu kamu asyik juga ya. Kenapa nggak dari dulu seperti ini sih?
Tidak pernah ada yang mau repot-repot mengajak gue ngobrol dengan perjuangan
selama itu
Nggak pernah punya teman?
Kamu sneidiri ... Jatuh begitu... Apa kamu sakit?
Ahahaha... aku memang nggak terlalu kuat nih badannya. Alergi dingin gitu. Apalagi
dimaah-marahin
Tapi___
Iris suka hujan, Iris suka air
...
Scene 5
BRAK! Meja dihantam kali ini bukan oleh tanagn remaja laki-laki itu.
PERGI LE! PERGI!! JANGAN PEGANG IRIS! IRIS NGGAK MAU LAGI
KETEMU KAMU! IRIS___
Apa-apaan...
POKOKNYA PERTEMUAN KITA SELESAI!!! KAMU NGGAK USAH DATANG
KE SINI LAGI UNTUK NUNGUIN IRIS!
Sakit hati? Ya gue sangat sakit hati. Ya selamanya. Karena setelah meninggal
kafetempat kami bertemu setiap hari itu, dia ironisnya... mati. Tertabrka mobil, katanya.
Mati ditempat, ditengah hujan. Dan sejak ituah gue benci hujan.
...
Scene 6
Rumah bergaya Eropa itu lagi. Muram tertimpa hujan.
PERGI KLAIAN KE NERAKA! PERGI KALIAN!
Dasar anak gila... Liar... Sudah jadi berandalan, sekarang jadi gila! Cuh! Dasar anak
tidak berguna! Ayahnya berkata. Ngomong sama siapa kamu di kamar kamu tadi?
Sama diri kamu snediri? Huh?
Sama Iris!
...
5. Do I Know You
Triruriiit... triruriiit...
Hah? Leo terbangun dengan terengah-engah. Memegang dadanya, gusar. Huh...
erang Leo lega, membbanting kembali tubuhnya ke kasur.
Triruiiit... triruiiit...
Leo menoleh ke arah hp di sebelah kepalanya, yang tak henti-hentinya beregtar dan
bersuara membangunkannya. Telepon dari seseorang. Leo menguap lebar. Tangannya
menggarap hp itu lagi. Masuk kode SMS Ok, ok, Ill wake up. Arigato, kazi. Atama ga
itai desu... ?
Send.
Kakanya belum juga datang memberinya uang. Entahlah, mengapa kakanya bisa
seekstrim ini. Kakaknya, Cashey, selama ini selalu mencukupi kebutuhan Leo di tempat
kaburnya sebisannya. Nleo mempunya 2 saudara kandung: Cashey dan Kazishia.cashey
itu kakaknya yang kulih di UI dan tinggal di Jakarta. Statusnya adalah sumber pamasukan
Leo yang utama. Jadi, Cashey itu selama kuliah sambilan menjalankan dua bisnis
pribadinya. Dan ngomong-ngomong, waktu Leo kabur dulu memang kakaknya itu yang
jadi sponsor utama. Saudara Leo kedua adalah Kazishia, adik perempuan yang paling ia
sayangi. Dia masih SMP kelas 2. Perawakannya kecil dan wajahnya unik seperti Devon
Aoki. Kudua orang ini, hal yang plaing Leo syukuri ada di dunia.
***
Leo tetap harus ke perpustakaan. Tidak peduli betapa bencinya ia pada tempat itu. Leo
bergegas memasuki ruangan agak kecil itu dan mengscan seisi ruangan, mencari
keberadaan Spiza. Mencari keberadaan reinkarnasinya Iris itu. Akhirnya ia
menemukannya Spiza berada di pojokan. Siapa yang menyangka orang didepan mereka
ini, baru bunuh diri kemarin-kemarin? Ia masih tampak fit.
BUGGG!
APA SIH?
Kena 100 dolar! Hahahaha, canggih mampus! Gue ternyta sangat berbakat nyambit
orang ya? Hahaha, coba sendal jepit, bisa lebih chaotic tuh reksinya! kata Leo ceria.
TERSERAH!
Kesel ya... Hehehe...,
MAU LO APA SIH?!
Huh... Pertanyaan yang sulit. Gimana kalau kita mulai dulu dengan intro-intro
percakapan yang manis...,. Ng... apa ya? Oh ya. Spiza, spiza suka suus, nggak?
SUSU?!
Susu-sepatu... ,
Aha kita sudah saling tahu nama masing-maisng, ya? Spiza melotot dan lebih
mendekatkan lagi ujung tajam pensil itu ke mata Leo.
Alaaah, Cuma berani majuin segitu! Ayo tusuk! Tusuk aja! Kita buat hujan darah di
sisni! kata leo eneteng. Kayak waktu lo bunuh diri itu... Banjir darah.... Hahahaha....
SA-SALAH LO, TAU, NYELAMATIN GUE?! SALAH LO! Lo pikir itu heroik?
DASR TUKANG IKUT CAMPUR! KURANG AJAR! NGGAK TAHU MALU!. DAN
LO MAISH BISA NGAJAK NGOBROL GUE? NAJIS!!! NAJIS GUE NGOMONG
SMA ELO!!!
Apa??? Jangan ganggu gue!! JANGAN SOK BAEK! GUE TAU SEMUA ORANG
DISEKITAR GUE! Munafik semua! Jadi, jangan lo kira gue BEGO!
Kok marahannya miripan sama gue dulu, ya?. Perlahan Leo bangkit dari tempat
duduknya dan berdiri di samping Spiza. Kali ini lebih mendelat tubuhnya ke tubuh gadis
itu. Face to face.Leo mendongak takjub. Napasnya tiba-tiba kembali sesak. Bagaimna
bisa? Iris, Iris kelihatannya benar hidup-hiup dalam diri gadis itu. Leo harus diam berdiri
selama sekitar 3 menit untuk menguasai dirinya kembali. Leo mendadakn memeluk Spiza
erat. Gadis itu berusaha meronta, tapi Leo tahan seuat tenaga. Leo mengelus-elus rambut
Spiza dan membelai punggungnya. Merasakan tubuhnya kembali yang familier.

6. Teka-teki Mengenai Spiza dan Cashey...


BUG!
Aaaagh Siapa lo?!
WAAA! Wajah kakaknya mengagetkannya.
Ayam lo...,
Emang enka ditinjokin? Dasar si___
Kak, udah bangun? Apa kabar? Maaf ya telat nge-misscall....
Kazi?
Hai Kaz, hai Cash... Leo mengangkat tangannya dengan enggan.
Lo datanf, gue senang. Cuman sayang, apa lo bawa uang?
Dasar lo koraban perang, gue datang mikirin uang. Apa lo tenang, sayang kalo
ternyata dompet gue...
Hahaha... Iya deh, nih! Cashey menyerahkan beberapa lembar 50 ribuan bagi Leo.
Kakak... pulang saja..., isaknya seih. Kakak... kan punya Kazi, punya Kak Cashey...
Kazi nggak tahan lihat Kakak begini... Kazishia memeluk Leo, meredakan tangisannya
disana. Sementara, Leo tetap tersenyum.
Silahkan aja tse gue, Cash. Gue bisa bertahan. Selama gue hidup, gue nggak pengen
pulang..., bisik leo tegas. Gue nggak kalah dari Otosan... gue nggak bakalan kalah...
gue bukan bayi..., tekad Leo.
***
Hari-hari berjalan lambat bag Leo, namun ia sudah cukup bersyukur akan keadaanya
sekarang ini. Setidaknya kini ia telah mendapatkan uang untuk bertahan hidup di
apartemennya. Ia terkadang bolos sekolah. Ia kuat. Di sekolahnya, anak-anak lain kerap
mengatainya. Bahwa, ibunya wanita tuna susila dan ayahnya hidung belang. Leo bisa
bertahan semua itu. Bahkan ketika frekuensi bolosnya ini terternyata kembali
diperhatikan Pak hikmat, yang gilanaya langsung SMS minta bertemu denganya Senin
nanti, Leo maish cuek-cuek saja. Malam Mingunya tetap menjadi malam yang indah,
dimana Kevin, David, Luthfi, serta Adi, berpiknik ria di kamar Leo. Dan malam itu,
mereka untuk petrama kalinya megajukan dua buah masalah yang layak untuk
diperbincangkan, yakni menagpa dulu Delon kalah di Indoneisan Idol dan enagapa...
Spiza bunuh diri. Masalah petama, Leo hanya mengangguk-angguk ketika mereka
dengan gaya sok infotainment membicraka Helena dan Joy yang baru merilis album baru.
Sedagn di malash kedua, ia membuka telinga lebar-laber.
Heh , udah denger kan si Spiza yang bunuh diri itu?
Si Spiza itu kenapa bunuh diri ya? Tapi, sekolah nutup-nutupin tuh. Cuman anakn-
anak yang waktu itu nyelematin dia aja yang tau. Itu juuga disruh tutup mulut.
Anacmanya gede loh kalo ngomong, suhut Adi heran.
Malu kali. Tapi, kata orangsih dia aneh orangnya emang aneh. Nggak punya teman,
heh. Katanya dulu dia emang punya teman-temen gitu heh, di 104, tapi nggak tau kenapa
tiba-tiba mereka jarang bareng lagi heh. Spiza jadi bener-bener sendiri lagi heh,.
Leo yang tadi masih bisa memansang wajah netral, kali ini mulai meredup mendengar
pertanyaan itu. 104. Iris. Hatinya impuls berteriak kencang. Mengapa Iris lagi yang harus
mereka tanyakan? Sekujur tubuhnya memang. Namun, dikuasainya dirinya cepat-cepat.

7. Sesuatu di Belakang Leo...


Seteelah mendengarkan ocehan kanan kiri Pak Hikmat mengenai pentingnya absensi
bagi kehidupan pelajar, Leo akhirnya bisa keluar dari ruang BP dengan damai. Bel
sekolah berbunyi bersamaan dengan langkah pertamannya di koridor. Satu satunya ornag
yang paling ingin ia temukan skerang adlah Spiza. Tapi dari , dari mana ia bis
amendpatkan alamt Spiza? Eh, tapi... bukankah Spiza SEKOLAH di sini, dan sekolah
selalu mempunyai identitas murid-murdinya? Leo nyengir, lalu membalikan tubuhnya.
Segera ke Tata Usaha untuk mencari data.
***
Beberpapa jam kemudia, leoakhirnya mendapatkna alamt Spiza denga mudah di Tata
Usaha.Leo akhirnya mendarat juga di rumah Spiza.
Leo saat ini duduk di ruang tamu Spiza. Huajan aingin mulai turun di luar.
Sayang, Sayang masih juga hujan. Gue udah ngeguntungin teru-teru bozu dipohon
Mau bunuh diri lagi?
Gue juga benci hujan. Hujan tu bisa bikin gue mati,
Katanya harapan itu ada... Katanya, teru-teru bisa membuat hujan nggak turun....,
isak Spiza.
Emang nggak, jawabnya santi. Tetap datar-datar saja. Dan... lo nggak suka hujan
juga? Kenapa?
Dingin, tutur Spiza ppelan. Kakak selalu pergi, kerja. Kalu di rumah, paling yang
ada cuman Bi Ekos, pembantu nggak tetap kami.
Nggak Pakai jaket? tanya Leo heran.
Jaket... Gue nggak punya jaket..., Gadis itu semakin melantur___ menurut Leo.

8. Sebuah Pengakuan...
Stop, stop, oke? desi Leo. Ya, gue suka Matematika. Tapi, gue nggak suka
ngomongin Matematika. Leo terdiam sejenak, lalu bersiul sambil menatapi Sylvia atas
bawah, Kenapa sih lo nggak ngomong aja soal kapan lo bisa gue pake?
APA?! Sylvia terbelak, tidak percaya atas apa yang diengarnya. Kakinya mundur
dua langkah menjauhi Leo. Jijik. Sekejap wajahnya yang putih memerah. Lo kurang
ajar, tau nggak sih?! Gue bukan cewek kayak gitu! Kemudian, ia berlari masuk ke
sekolah sambil menagis.
Cewwk nggak suka sama cowo munafik, kawan-kawan, ujar Leo sok dramatis. Ia
segera masuk ke koridos menuju kelasnya. Tidak peduli. Sepanjang perjalanan, beberapa
cewek kedapatan memandang jijik padanya___sepertinya mereka menyaksiakan kejadian
Sylvia tadi. Kelas Leo sudah cukup penuh hari itu. Luthfi juga sudah datang. Leo dengan
langkah tenang duduk dan menyimpan tas di sebelh cowok itu.
Pagi, sapa Leo tak acuh.
Pagi, jawab Luthfi tak acuh.
Gue tadi ketemu Sylvia lho, uajar Leo tak acuh.
Udah tau, jawab Luthfi tak acuh.
Tapi, lo nggak tahu kan dia ngasih salam buat elo? kata Leo tak acuh.
Nggak usah bohong. Timpa Luthfi tak acuh. Gue tau lo ngelecihin dia di depan
orang-orang. Barusan cewek-cewek tereiak-teriak ngomongin. Brengsek lo.
Lo kemarin juga bohong, desis Leo tak acuh.
Bohong sebelah mana? tanya Luthfi tak acuh.
Lo nggak bayar duit geu ke Tyo, gue tau, jawab Leo tak acuh. Mereka sedang tidak
ingin saling mengacuhkan.

9. Love. At Any Cost...


Sebuah sore mengejutkan bagi Spiza di hari itu. Setelah sebelumnya juga mengadakan
kunjungan dadakan, Leo kembali datang kerumahnya dengan cara yang sama. Ia tiba-tiba
di balik pintunya, dan langsung masuk ke dalam rumahnya tanpa bicara apa-apa. Tidak
banyak percakapan yang terjadi di anatara mereka sejak Leo dipersilahkan masuk
DENGAN DAMAI ke rumahnya. Leo menginjakkan kaki di ruang TV, menidurkan
dirinya di sofa ruangan itu, dan... sudah! Tanpa bilang atau minta izin apa-apa. Ia tertidur
dengan lelap, dan tidak terbangun sampai sore menjelang. Padahal Spiza sejujurnya
sempat beberapa kali menegecek sofa itu, asyik mengamati cowok itu diam-diam.
***
Pukul 5.30 PM tepat, Leo terbangun__ dan ajaibnya sehat-sehat saja. Cowok itu kaget
sendiri mendapati dirinya dirumah Spiza. Leo membanting tubuhnya kembvali lagi ke
sofa. Kemabli tertidur. KRING! Telepon di rumah Spiza berdering kencang mejelang
petang. Gadis itu, yang saat itu sedang membuat secangkir susu di dapur, langsung
mengehentikan kegitannya dan berlari ke arah telepon yang berada di sebelah sofa tempat
Leo berbaring. Spiza mengangkat telepon tersebut cepat-cepat, takut Leo terbangun.
Halo? katanya, sambil mengeriling pada cowok yang ternyata sudah terbangun.
Halo, ini Nak Spiza?
Betul. Maaf, ini siapa, ya?
Ibu Stella, Nak...,
Oh, Ibu...,. Ada apa dengan Stella, Bu? tanya Spiza, lebih tenang.
Stella kemarin mencoba bunuh diri lagi, Nak.... Dia makan 5 obat tidur sekaligus...
Ibu... saat itu untungnya menemukan dia sebelum semuanya terlamabat... Tapi..., Tapi
dirumah sakit... dia malah marah Ibu selamatkan... Dia malah....
Kenapa Stella mau melakukan hal selaknat itu, Nak? Kenapa? Apa dia cerita sama
kamu? Kenpa dia mau mati, Nak? Kenapa? Kenapa? TOLONG BILANG SAMA IBU!
TOLONG! Jangan smeubunyikan lagi.
Leo lama-lama tidak tega juga mendengar isakan keras Spiza dari dapur sana. Ia
bergegas melangkah kakinya melalui lantai-lantai yang dingin, menuju dapur, dan
berhenti di smaping gadis itu.
Udahlah..., katanya, ikut berjongkok bersma Spiza. Nggak tega gue liat elo nangis
bawang kayak gitu. Jelek tau. Leo memukul kepala Spiza pelan memakai kepalan
tangannya. Gue udah berantem ama orang, dikhianatin, nggak nagis tuh.
Spiza tidak menanggapi kata-kata Leo tersebut. Temen gue bunuh diri,
Jangan nangis, Ris....
Leo melenguh. Senyap lagi. Suara tangis Spiza membahana, membuat Leo impuls
merangkul gadis itu dan berkata spontan, Aaah... Nonton SpongeBob di TV aja yuk.
Patrcik nungguin lo, Za.
Hehehe... Tiba-tiba Spiza mengangkat wajahnya, terkekeh dianatara tangisnya.
Nah, begitu aja terus. Culun banget lo jadi cewek,
***
Pagi. Derai lembut udara mengembus pelan ke dalam ruang tidur rumah Spiza. Namun
Spiza telah berjaga lebih awal dari biasanya. Ia terbangun subuh tadi, ketika hujan yang
begitu ia benci turun ke muka bumi. Kini matahari telah datang.
MAAFIN geu, Za...,
Leostrada brengsek, maki Leo. Gimana kalau lo sampe___
Nggak, potong Spiza cepat-cepat, gue rasa gue nggak akan sampe punya anak. Kita
nggak sejauh ini kan?
Gue rasa, komentar Leo ragu.
Gue sendiri di rumah, terus nangis, terus cuman barengan lo berdua..., Suara Spiza
beregtar. Dan___
Jangan nangis lagi Za, potong Leo, memegangi kepalanya makin erat. Gue nggak
tau lagi harus gimana ngadepin hal begini...

10. The Trouble wit Love Is...


Suatu pagi yang cerah di bulan Desember akhir. Para siswa-siswi Wahutri sibuk
membicarakan rencana mereka untuk tahun baruan nanti. Satu hari lagi 31 Desember.
Semua orang membuat planner sendiri untuk menceriakan hari terakhir mereka di tahun
ini. Semua, tidak kecuali Leo dan kawan-kawan.
Gimana kalau kita dugemaja?tawar Adi sambil menyeruput es jeruknya saat
mereka berkumpul dikantin istirahat itu. Kevin, David, dan Luthfi sontak menunjukan
wajah tidak rida, seakan bertanya dengan wajah mereka, Buat apa?. Sementara Leo
yang masih belum sembuh luka hati-nya, sama sekali tidak nimbrung pada percakapan
mereka. Matanya sibuk menerawang ke... kamar mandi.
31 Desember. Siang sebelum tahun baru. Sesampainya di sekolah, Leo langsung
duduk menghampiri Luthfi yang sudah duluan menempati bangkunya. Pagi ini, cowok
manis hitam itu tumben-tumbennya baca koran dalam waktu kosong menunggu bel
masuk. Leo menyimpan tasnya dengan alis terangkat.
***
Leo dalam gestur malas-malasan berjalan menuju kamar mandi sekolah mereka untu
keempat kalinya dalam beberapa hari terakhir. Tiga kali untuk mencari Spiza, dan sekali
untuk menanggapi ajakan aneh Adi ini. Namun, ketika Leo membuka pintu kamar amndi
lalu masuk ke dalamnya...
Spiza..., guma Leo tercekat.
Spiza yang sedang merapat ke dinding, berciuman lekat dengan Adi, melirik Leo
kaget. Adi segere melepaskan tubuhnya dari Spiza dan balik menatap Leo. Cowok yang
tadinya masih malas-malasan itu kini mematung di tempatnya berdiri, melotot tidak
percaya. Menepalkan tangannya yang basah. Apa-apaan ini?.
Leo sempat mau memukul Adi, tapi diurungkan niatnya. Kemudian pergi ke kamar
mandi dalam langkah cepat.
Ternyata memang karena elo, ya Za, gumam Adi mengelus wajah Spiza.
Lepasin! Spiza menampik tangan Adi. Lo nipu gue! Lo maksa gue kesini dan
sengaja nyium gue depan dia! Dasar brengsek!!! pekik Spiza.
Adi tertawa tenang. Terus? Lo mau apa? tantangnya. Yang penting sekarang gue
udah yakin sama motif dia, gumamnya. Gue kira karena orang tuanya atau apa, tapi
ngeliat ekspresinya tadi, jelas-jelas karena elo. Dia nggak pernah ngerasa terluka,
kecualia sama hal-hal yang sangat dia peduli.
Peduli? ulang Spiza terbata.
Jangan sok bloon, Nada suara Adi berubah kasar, tabiat aslinya.
Apa-apa? Spiza mengernyit.
Denger ya, Spiz. Kalau elo berani nidurin dia untuk uangnya, deketin dia untuk
dapetin mobilnya, atau apalah... Lo bakal nagis nanah minta dibatalin hidup!.
Hahaha... Kok yang gue lihat, malah elo yang sangat care sama dia, ya? sindir
Spiza.
Adi tertawa lagi dalam intonasi dingin.
Lebih care dari apa pun yang pernah lo lihat, Za.
***
Arena balap mobil, Dago. Menaymbut tahun baru, arena tersebut tamapak ramai
dijadikan tempat nongkrong anak muda Bandung. Namun, sementara Kevin, Luthfi,
David, dan Adi sudah siap di sana, Leo nyatanya belum juga datang.
Tuh anak kok nggak datang-datang, ya? keluh Luthfi sambil melirik jamnya.
Udah jam 10 nih! Apa ketiduran?.
Paling tidur heh. Si Leo kan pelor heh, nempel molor, timpal David.
PERGI SANA BANGSAT! terdengar suara yang sangat Adi kenal dari radius satu
meter tempat mereka berdiri.
Eh dasar berondong ngehe lo! balas suara lainnya.
Ternyata telah terjadi pertengkaran di sana. Empat orang cowok usia kuliahan,
sedang adu mulut dengan seorang laki-laki yang membawa Escudo-nya. Leo. Adi
melebarkan matanya. Kok Leo bisa disini?
Jangan mentang-mentang lo empat, gue seret ya. Sekali gampa juga, lo semua
paling rata. Banci lo! Pengecut! teriak Leo nyolot, khasnya.
Eh, dasar sial lo... Salah satu orang dari geng mahasiswa itu maju merangsek tubuh
Leo. Leo tentu tidak tinggal diam dan balas menubrukkan tubuhnya. Dari situ suasan
makin panas. Empat mahasiswa tersebut akhirnya terlibta perkelahian sengit dengan Leo.
Saling meninju, menendang.
Berhenti!berhenti! teriak Kevin mengacungkan jempolnya. Tidak ada yang
memedulikan. Pertarungan tetap berlangsung. Bahkan terjadi dorong-dorongan brutal di
antara mereka sehingga Leo terjatuh dari tempatnya berdiri. Beberapa kali terinjak.
Sial... Sial..., teriak batinnya mendesau-desau. Kemuddian, ia bangkit sambil
mengeluarkan sesuatu dari balik sakunya. Cutter. Sesuatu yang selama ini selalu
dibawanya untuk persiapan kalau-kalau dirinya mau bunuh diri.dikeluarkannya cutter itu
dan dalam sekali sergap, dihunuskannya cutter itu pada punggung salah satu orang.
Orang itu beretriak ngilu, terjatuh. Segera teman-temannya menegerubunginya. Aspal
berlumuran darah. Leo tanpa buang waktu segera memasuki mobilnya, kemudian
meluncur pergi dari situ. Orang-orang jelas menahannya, namu Leo terus menginjak
pedal gas.
Kenapa masalah sepele seperti saling senggolan mobil seperti itu membuatnya naik
darah seperti ini? Membunuh orang seperti ini? Sekarang ia harus kemana?
Spiza...
Spiza..., Leo bergumam lirih, matanya panas.
Dengan segenap tenaganya, ia putar mobil itu ke tempat yang seharusnya dari tadi ia
tuju.

11. The Day When fireflies Die...


Mungkin smpai mati pun Leo tidak akan pernah tahu mengapa malam itu ia kembali
datang ke rumah Spiza. Namun tentu saja, walupun Spiza ada di rumah, ketika gadis itu
membuka pintu, reaksi yang pertama muncul adalah langsung menutup gerbangnya
secepat kilat. Dan Leo mengantisipasinya dengan menahan laju gerbang itu,
mengurungkan tertutup totalnya pintu menuju kewarasannya. Perbedaan kekuatan di
antara mereka membuat Spiza melepaskan pegangannya, kemudian menrik Leo masuk.
Boleh gue tidur di sofa lo lagi, Spiz?bisik Leo seraya melonggarkan dekapnnya.
Gue mau nunggu polisi datang di sana.., tembahannya tersenyum.
Spiza mengangguk. Cowo itu bergegas merebahkan diri, menutup matanya erat-erat.
Nyaman.amat nyaman. Sementara Spiza sendiri duduk di pegangan kursi sambil
mengelus-elus dahinya. Menidurkannya.
Nnyaman banget, Za..., gumam Leo.
Za? Tiba-tiba Leo kembali bersuara dari balik punggungnya.
Lihat sini, Za..., Leo memanggil gadis itu
Za... Dulu lo tanya perasaan gue sama Iris kayak gimana...,Lamat-lamat suara Leo
mulai serak Dan gue mau elo tau, ini jawabn gue...
Dinyalakannya batang korek api itu. Sebuah api merah kekuningan berpijar di ujung
korek. Korek api itu pelan-pelan Leo tempelkan ke ujung foto. Membakar si foto jadi abu
Leo?LEO? MEMBAKAR FOTO... IRIS?
Ini peasaan gue sekrang sama iris, Za. Benci. Gue cabik-cabik dia dalam hati gue
gue maki-maki dia dalam mimpi-mimpi gue, gue katain, sumpahin..., ujar Leo tenang.
Walau perasaan gue sama dia nggak bisa terprediksi tapi gue sekarang liat, gue bakar ini
depan lo.
A... apa ini, Le? Ini... maksudnya...
Leo tersenyum. Ia geleng-gelengkan kepalanya gemas. Gue bakar dia.
Le... Lo... Udah gila..., Spiza menelan ;udah gelisah. Matanya bergerak-gerak
takut.Spiza menahan tangisnya, berusaha kelihatan tetap kuat. Sesekali ia mengucek-ucek
kelopak matanya, menghapus jejak-jejak air mata yang ada di sana. Namun, ia gagal. Air
mata itu selalu datang dan datang lagi setiap kali ia menhapusnya.
Leo terpana, membalikan badannya, lalu mmukul sekera-kerasnya pintu keluar
rumah Spiza.
Sirine polisi berdering di luar sana.

12. Midnight Dinner...


bagaimana peristiwa awalnya? tanya polisi gempal itu smabil menatap Leo lekat-
lekat. Suasana hening segera tercita, memenuhi segenap ruangan kantor polisi tersebut.
Sementara Dvid, Kevin, Luthfi dan Adi duduk di bangku belakangnya, memandangi
kaki=kaki mereka yang nyaris beku.
Awalnya saya berniat ingin burai-burai isi kepalnya... Lalu, sis perutnya... Tapi,
ternyata cuman kena punggung.., jawab Leo balas menatap polisi di hadaannya dengan
secerah kilatan ganas.
Si polisi terpaku bebrapa detik. Oh, sahutnya singkat memang sayang. Apalgi
korbannya selamat. Jadi sebenarnya ingin lebih buruk lagi, ya? Kalian sendiri kenapa bisa
dikut pertengkaran itu? tanyanya pada keempat orang yang duduk di belakang Leo.
ehm.. sebenarnya... Sebenarnya kami disana karena kami yang duluan
memulainya, kata Adi mewakili yang lain.
Memulai bagimana? tanya si polisi.
Kami membuat masalah jauh-jauh hari dengan ketiga mahasiswa itu. Kebetulan Leo
yang sedang sendiri bertemu lagi sama mereka. Jadi Leo sebenarnya hanya membela
diri, kata Adi dengan ekspresi tenang. Dia bukan sengaja menusuk orang itu.
Buktinya?
Buktinya..., gumam Adi mencari alasan.
Luthfi menyela. Buktinya 2 mahasswa isisinya malah kabur, kan? berarti mereka
ngerasa salah, kilahnya.
Si polisi anggut-anggut. Logis. Tapi, tetap saja kalian sudah bikin kekacauan,
katanya. Jadi yaa... mungkin sekitar 1 Mingguan kalin dipenjara, dan lebih lama lagi
untuk yang nusu. Tidak masalh kan?
Telepon keluarga saya, cetus Leo tiba-iba
saya sudah menelepon semua orang tua kalian, jawab si polisi. Dan Leostrada,
keluarga kamulah satu-satunya yang tidak menjawab. Jadi sampai mereka menghubungi
kami, kamu akan tetap di sini. Mengerti?.
Namun...
Kriiing... Tiba-tiba telepon kantor polisi berbunyi. Polisi yang malam itu sedang
bertugas sendiri tersebut, langsung mengangkatnya. Ya, halo? sapanya.
Dari Nyonya Nami Miyazao. Dia menunggu kamu di luar, kata polisi itu.
Okasan? Leo tertgun sendiri. Okosan-nya ke sini mentelamtkannya?
Terus , saya bebas? tanya Leo seraya bangkit dari kursinya. Polisi itu mengangguk.
Ntar kirim surat ke gue kalau udah sampe di penjara! teriak Leo dalam
perjalnananya keluar, sambil menatap menjauh dari teman-teamnnya. Teman-temannya
nyengir pahit.
***
Terima kasih ibunda sudah mau menyelamtkan Hmba. Tapi, Hamba mau pulang
dulu ya, pamit Leo begitu melihat sosok ibunya berdiri didepan kantor polisi. Medengar
tanggapan dingin dari Leo, ibunya menyuruh tetap tinggal. Ada apa lagi, Okasan?
tanya Leo gemas, ingin buru-buru pergi.
Selamat tahun baru, Leo, kata ibunya setengah mendesis.
Oh..., Leo terperanjat.
Mau pulang kemana sekarang? tanya wanita itu.
Ke rumah. Jawab Leo simpel
Rumah mana? Wanita itu mencengkeram Leo makin keras, seperti cengkeraman
elang pada buruannya.
Rumah Leo, tentu saja, jawab cowok itu.
Okasan ingin kamu ke rumah kita dulu. Ada yang perlu otosan kamu bcarakan sama
kamu, katanya memrintah. Leo menaikkan ujung bibirnya keki. Sekarang Cashey, Kazi
, dan Ferdiaono sudah menunggu kita. Kamu sebaiknya datang, imbuhnya.
Leo mengangkat kedu tanganynya. Ibu, Leo mau pulang. Terima kasih atas bantuan
uangnya, nanti Leo ganti, kata Leo sembari tersenyum. Bersiap pergi. Permisi. Ia
melewati wanita itu tanpa bicara lagi.
Tapi sebelum ia sempat membuka kuncinya, ibunya utuk bergumam lagi,
menolehkan kepalanya
Sifat kamu makin kurang ajar ya, eh, Leo? katanya, menyilangkan tangan. Leo
tersenyum. Siapa dulu ibunya...
Terserah pokonya kami ssmapai besok pagi akan tinggal dan bangun untuk
menunggu kau. Dan itu, asal kamu tau, bukan keinginan Okasan. Otasan-muyang minta
begitu Yang benar saja, Okasan mau meladeni tingkah sok aksi kamu itu. Liar.
Pengecut. Okasan tidak pernah percaya punya anak macam kamu, umpatnya, kemudian
ia beringsut pergi dari hadapan Leo.
***
Jam setengah tiga pagi. Leo terpana di hadapan pintu apartemennya. Leo tidak eduli.
Stau-sataunya yang pedulikan hanya pemandnagna sedap yang bertenger di depan
matanya sekarang.
Apartemenya dibakar orang! Pintunya sudah lenyap, tinggal kayu-kayu hitam yang
bercita bersama abu di bawah sana. Barang-barangnya habis. Untung ukaran kamar Leo
kecil sehingga api tidak sempata merabat dan bisa cepat dipadamkan oleh penduduk
apartemen.
Dan sialnya Leo tidak dpaat menduga siapa yang mebakarnya. Namun ia tidak bisa
mengira-ngira yang mana yang melakukan ini. Dan yang pasti Leo harus mulai
memikirkan di mana ia bisa tinggal sekarang. Dimana tidur di emperan tidur malam ini.
Dibakar Le? Tiba tiba sebuah suara menyahurnya dari pinggir.
Ya, terus kenapa? tantang Leo.
Otosan beneran mau ketemu kamu lho. Nggak usah nginep sebentar saja. Dia bener-
bener pengen ketemu kamu.
Leo melotot menyadari sesuatu. Jangan-jangan ini lo yang___ Niat dia
keliatannya baik, Cashey memotong Asal lo tau, Leostrada, nggak pernah ada lagi
berantam-berantam di rumah kita. Keluarga kita udah lumayan fik sekarang. Sejak
diberitakan di mana-mana itu, bujuk Cashey lagi. Leo mengatup___ bukakan mulutnya,
speechless. Cashey menaraik napas panjang. Oke, bro, gimana kalau begini, gue akan
ngasih lo apartemen baru, tapi lo datang sekarang kerumah. Gimana?
Sialan, jebakan, pikir Leo kesal. Cowok itu mengacungkan jari tengahnya pad
kakaknya. Geu taruhan telinga gue. Pasti elo yang bakar, kan? katanya, sambil
menyeret Cashey menuju mobil Escudo-nya.
***
Ayo cepat masuk, Le! Cashey menarik lengan baju Leo sehingga mereka seperti
berlari kejar-mengejar, segera mungkin masuk ke rumah mereka. Mereka baru berhenti
ketika keduanya akhirnya mencapai ruangan utama
Tadaima..., Leo nyengir mengucpakan kata aku pulang... itu.
Okaerinasai..., bisik Cashey sambil membuka pintu di tengah kedua tangga tadi.
Okaerinasai artinya selamat datang .
Pecundang Otosan sudah pulang..., bisik ayahnya seraya terkekeh menggoda.
Leo nggak pulang, sergah Leo cepat. Cuman terpaksa ke sini karena Otosan sudah
repot-repot bakar rumah Leo.
Kakak..., sambut Kazi, beringsut mendekat ke tempat duduk Leo.
Leo Otosan ingin kamu kembali ke rumah, seakan tahu Leo tidak benar-benar
mendengarkannya. Itulah maksud Otosan membakar rumahmu dan memanggilmu ke
sini... Otosan tidak ingin melantarkan kamu lagi nak. Lagi pula Otosan tidak pernah lagi
bertengkar dengan ibumu...___ ya kan, Nami?.
Ibunya tidak menjawab. Otosan langsung melanjutkan cepat-cepat, Jadi, bagaimana,
Leo?
Bener nggak ada apa-apa, Kak, tambah Kazi, berharap Leo terpengaruh.
Kenapa Leo harus pulang? tanya Leo.
Kamu bisa menjalani hidpu normal, bisa ketemu orang tua kamu setiap hari, bisa
banyak uang cukup... Masih kurang? Mau apa lagi? Otosan akan beri..., katanya.
SAHAM! teriakan ibuya menggranat pikiran indahnya. Saham keluarga Miyazao
turun total sejak berita keluarga ini di gelar! Sejak merak tahu kamu kabur dari rumah!
Sejak si brengsek tengik ini ketahuan kongkalikong dengan sekretaris laknatnya! raung
ibunya.
Ayahnya ternganga. Nami...
DIAM! geram wanita itu. Kamu manggil Leo hanya untuk itu, kan? Hmmm?
Agar selingkuhan kamu itu bisa diteruskan adem ayem di belakan saya, dan saham kamu
naik lagi kan? IYA KAN? DASAR BINATANG!
Ayahnya menggebrak meja. SEPERTI KAMU NGGAK, JALANG?
TUTUP MULUT KAMU!
Kamu yang___
Hahaha..., Leo tertawa terguling-guling. Ayahnya dan Ibunya menoleh bingung,
begitu pula Cashey dan Kazi. Ini semua sampah, kata Leo sambil berdiri tergelak.
Ditunjuknya satu-satu orang yang ada di sana. Lepasin semua topeng kalian, berhenti
jadi orang munafik, dan BIARIN GEU HIDUP TENANG! teriaknya, berlari memukul
pintu masuk sampai butiran-butiran kayu menyembur ke lantai.
13. Para Ibu dan Rahasianya...
Pagi ini, ia mendapati dirinya berada di sebuh tempat yang sama sekali tidak ia
kenali. Aneh, seingatnya ia tidur di mobil sepulang dari rumahnya. Mengapa tiba-tiba ada
di tempat ini?.
Sudah bangun, Le? tanya sebuah suara dari depan.
Okasan? tanya Leo heran, penuh ketakjuban.
Ibunya mendekat ke arahnya dalam langkah anggun, kemudian duduk tepat di
sebelahnya.
Pusing nggak, Le? tanya ibunya sambil memegang dahinya.
Kalau begitu Leo mau pulang, kta Leo bersiap berdiri.
Kamu sudah tidak punya rumah lagi, Leo, tegasnya.
Terus?
Tinggallah di sini untuk sementara waktu.
Ya ampun gue lupa, ujar Leo mengejek. Terus kenapa Okasan mau menampung
anak liar begini?
Karena anak liar itu anak kandung saya! raungnya di luar dugan.
Sejak kapan gue jadi anak Okasan?. Mereka mengehntikan konversasi mereka
selama beberapa waktu, dan wanita itu mendadak memeluk Leo erat.
***
Sepanjang hari itu Leo habiskan dengan tidur-tiduran di sofa sambil menonton acara
tidak jelas di TV. Ibunya juga tidak pergi kerja, wanita itu menghabiskan waktu dengan
membaca buku-buku di raknya, bersandar di kasur.
Sampai akhirnya jam 2 tepat, hp Leo tiba-tiba berbunyi. Siapa yang sudih
menghubunginya?
Ternyata dari Adi. Mengabarkan bahwa mereka berempat tadi malam sudah selamat
dari kantor polisi. Adi juga bertanya, kenapa Leo tidak ke sekolah? Padahal katanya,
Spiza juga sampai datang ke kelasnya untuk mencarinya. Ia cuam membalas Rmh gw
dibakar, dan selesailah.
***
Leo berjalan ke rumah bercat putih itu, sambil memegang sebuket bunga Iris yang
masih segar di tangannya. Dipandangnya gerbang cokelat berukir akar itu. Tangannya
refleks menekan bel rumah itu dengan ragu-ragu.
SIAPA?
Leo membalikan badannya.
Leostrada..., bisiknya pelan, nyaris tanpa suara.
Nak Leo, panggil sebuah suara dibelakangnya. Dan mendapati ibu itu sedang
berjalan ke arahnya dengan membawa dua cangkir teh hangat. Leo tersenyum soapan
Terima kasih.
Oh ya, sama-sama, balas wanita itu ramah. Silahkan diminum dulu.
Leo mengangguk. Keduanya mengambil cangkir itu dan meminumnya.
Maaf... ada keperluan apa ya, Nak Leo kesini? tanya ibu Iris tiba-tiba.
Ehm... Leo mencoba menyusun kata-kata. Sebenarnya... saya ke sini mau
membicarakan tentang Iris, sahut Leo pelan.
PRANG!
Di luar dugaan, cangkir ibu Iris jatuh tiba-tiba.
Kenapa, Bu? tanya gelisah. Maaf... Maaf kalau___
Ibu Iris mengibas-ngibaskan tangannya. Ahhh. Sya tidak apa-apa... Tidak apa-
apa...
IBU RINDU SEKALI SAMA DIA, NAK LEO..., jeitanya pilu. IBU SELALU
RINDU SAMA DIA...
Leo memeluk ibu Iris erat-erat. Dibiarkannya wanita itu menangis di pelukannya.
Leo tersentak.
Ke... ke sini? Ibu tahu penabraknya? Bibir Leo mendadak kering.
Ibu Iris mengangguk.
Mereka selalu datang beberapa bulan sekali, Nak. Pertama kali sekali, mereka
datang seminggu setelah pemakaman Iris..., suaranya semakin pelan. Mereka berlutut
di kaki Ibu... Berkata mereka tidak sengaja...
Mereka anak-anak SMA Iris, Nak..., Wanita itu berusaha keras menghalau air mata
di pipinya. Dan, seorang dari 103... Anak yang... Anak yang Ibu tampar mukanya...
terjatuh... Ibu teriaki...
Leo merasakan sekelilingnya berputar-putar. Jantungnya berdetak keras. 103?
Kalau tidak salah namanya Spiza... Napasnya terengah-engah. Dan si Spiza-Spiza
itu... dan teman-temannya... sampai sekarang tidak ibu maafkan.
Bu..., panggil Leo gugup.
Ibu terus-menerus dibayang-bayangi Iris, Nak Leo..., bisikinya gemetar. Dia
minta ibu memaafkan mereka...
Jiwa Leo seakan berpisah dari raganya. Mata cowok itu mendadak kosong, kaget.
Luar biasa. Spiza? Spiza-nya?
IBU INGIN SEKALI MEREKA JUGA MATIII!!!

14. Dan Hujan pun Berhenti...


Leo nyaris tidak menyadari apa pun ketika dirinya menuruni mobilnya, kemudian
berjalan oleng ke arah kamar apartemen sambil mendengus-dengus mengutuki segala hal.
Dan ketika ibunya membuka pintu, hal pertama yang Leo rasakan adalah kemuakan.
Jelas ini tidak nyata. Jelas. Jelas ibu Iris sedang teler. Tidak mungkin seorang Spiza
menghianatinya. Tidak mungkin Spiza, orang terakhir dibumi yang dipercayainya, mau
menusuk punggungnya. Tidak, tidak seperti itu.
Leo kenapa kamu sayang? ibunya beratnya cemas. Leo? Leo? Apa yang terjadi?.
Namun Leo tidak menjawab.
Leo? Leo, bangun, sayang... Ibunya berusaha menarik tubuhnya sekali lagi. Kalau
begitu Okasan bawakan kamu susu cokelat dulu, ya... Siapa tahu bisa membuat kamu
lebih tenang...
Tinggalkan Leo
Tapi___
Tinggalkan atau Leo bunuh Okasan!
***
Halo, Spiza?
Leo, ada apa? tanya gadis itu bingung. Kenapa pakai private number?
memangnya kenapa? Bukannya kita pacaran? Bukannya kita udah deket banget? Udah
saling percaya? Bukannya nggak ada di antara kita yang berkhianat? Suara itu santai
menjawab. Apa yang salah dengan sesuatu yang privat, kalau begitu? Kita sudah dekat,
kan?
Leo... Leo, pergi... Pergi... Jangan tanya-tanya gue tentang apa pun lagi..., mohon
Spiza, dengan tubuh meringkuk di bawah bangkunya. Lepasin geu, Le...
Oh... Sepertinya nggak bisa. Gue justru ingin ketemu lo hari ini, jawab Leo :Ada
sesuatu yang penting banget, yang pengen gue tanyain.
Ap... apa yang mau lo omongin ke gue? Spiza merasakn bulu romanya bergetar
naik, Leo terdiam. Ia tatap Spiza tajam. Mereka membisu, sampai...
BUG!
Leo meninju kayu penyangga bangku yang ada di sampin kepala Spiza. Adi dan
kawan-kawan terpaku di luar sana.
Jelas, Leo serius dan marah.
***
Jam yang ditungu-tunggu Leo akhirnya tiba. Cowok itu sudah bersiap di kelas Spiza,
salah satu kelas yang ia tahu akan kosong total soere ini.
Leo meremas-remas tangannya. Mengepal. Basah. Cemas.
Leo? Tiba-tiba terdengar suara lirih dari sudut pintu masuk.
BRAK! Hantaman kepalan tangan Leo ke meja, membuka percakapn mereka.
LO UDAH TAU ITU, KENAPA MASIH LO SEMBUNYIIN DARI GUE?! tanya
Leo akhirnya, mendemonstrasikan segala kemurkaannya.
Tau apa? Spiza mendesah pelan,
KENAPA LO DULU NGGAK NGAKU KENAL SAMA IRIS? semprot Leo tanpa
ancang-ancang. KENAPA? SENGAJA?
IYA? Teruus kenapa enggak dari dulu lo ngomong sama gue? Kenapa?
Gue___ Kata-kata Spiza terputus.
JAWAB GUE! Kenapa lo sembunyikan semua itu? tanay Leo.
Gue nggak tau... Gue nggak tau..., elak Spiza sambil menutup wajahnya.
Spiza... Apa elo nabrak Iris?
Spiza? tanya Leo lembut.
Gue nggak percaya sama diri gue sendiri, Za. Gue pengen ngedenger langsung dari
elo gue pengen elo sendiri yang bilang sama gue bahwa bener elo yang nabrak Iris yang
elo tau kalau dia orang terpenting buat gue, sampai dia mati, ujarnya
Iya, Le.., bisiknya pelan. Iya... Spiza yang nbrak Iris... sama teman-teman Spiza
yang dulu... anak 104, SMA Iris... Spiza terisak Dicengkeramnya punggung Leo erat-
erat. Rasanya begitu sulit. Begitu menguras keberaniannya.
Za? gumam Leo tidak percaya.
Spiza menarik napas panjang.
Leo... Gue yang bikikn Iris mati...

15. The Last Deathmatch...


Leo melepaaskan peukan Spiza dari tubuhnya dan segera membuang muka. Ia
alihkan tatapannya ke lantai yang ada di bawah kakinya.
Hahaha... Jadi, itu bener? Haha..., Leo Leo menyampinkan poniya. Kenapa sih,
Za? Salah apa di sama elo? tanya Leo. GUE TANYA SAMA ELO, SALAH APA DIA
SAMPE DIA HARUS MATI?
Gue...
DIA MASIH MUDA BENGET, ZA! DIA BAHKNA BARU SATU TAHUN
HIDUP SEBAGAI SISWA SMA! DAN DIA ___ bentak Leo tidak percaya. CUMAN
DIA YANG BISA BENER-BENER NGERTI GUE! APA LO TAU ITU!.
Leo mendekati wajah Spiza dalam gerakan perlahan. DAN ELO NABRAK DIA
SAMPAI MATI?.
Kini Spiza tidak dapat membalas apa-apa. Air matanya terus berlelehan.
Dia tuh satu-satunya orang yang ngerti gue! Dia satu-satunya orang yang gue
butuhin saat itu!.
...
APA SIH YANG ADA DI PIKIRAN LO SAAT ITU? teriak Le. Lo tuh... SAKIT
Leo menunjuk Spiza kuat-kuat
Ya! Ya! GUE EMANG SAKIT! GUE EMANG SAKIT! JADI SEKARAN APA
MAU LO? APA LO MAU GUE MATI, NGEGANTIIN DIA?
UDAH, NGGAK USAH NAMBAH-NAMBAH MASALAH BARU LAGI!
GERAH GUE!
Jadi, apa yang mesti gue lakuin? bisik Spiza. Apa, Le? Apa yang bisa nenangin
elo? Gu gantng diri di sini, di depan lo?
Lo...
Apa, Le? Apa yang bisa bikin lo maafin gue?
Hah? Leo mengangkat kepalanya tidak percaya. Hahaha... MAKAN TUH
CINTA! MAKAN! HAHAHA!
Hhh. Udah... Gini aja... Elo sebaiknya nggak usah-usah lagi nemuin gue... Atau,
kenal gue... Atau apalah..., ujar Leo. Lo pergi sekarang juga dari hidup gue, dan kita
saling ngelupain aja.
Maaf... maafin kata-kata gue... Tapi, gue mohon pergilah... Pergi... Gue capek, Za...
Gue capek...
***
Leo menjalankan mobilnya dengan pikiran yang hanya setengah konsentrasi.
Pikirannya kalut, seumanya menyatu dalam otaknya. Hanya satu tempat yang dia ingin
tuju sekarang, kebun hujan___tempat favoritnya dengan Iris yang baru Sekali mereka
kunjungi selain pertemuan kafe itu.
Aneh. Mengapa perasaanya bisa sedalam ini? Padahal Iris bukan pacar. Iris Cuma
satu-satunya teman yang Leo punya dan percayai. Iris cuma malaikat kceil yang di
simpan si tempat khusus di hatinya. Ini bukan perasaan cinta, ini perasaan kehilangan
yang amat sengat.
Leo tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Amat tahu.
Diputarnya setir itu ke tepi, digasnya sekuat yang ia bisa, dan selanjutnya adalah
menunggu. Menunggu suara derak yang indah itu, yang datang bersamaan dengan rasa
pahit kematian. Menunggu berhentinya jarum rouletter. Di mana ia akan berneti.
BRAKKK!

16 Orang yang Terakhir Kali Berdiri di Sana...


Ibu Nami?
Ya?
Kami dari polsek... Mau memberitakan sesuatu.
Anda orang tua Leostrada Andhika?
Iya.
Dia kecelakaan. Sekarang di RSHS, di UGD. Harap segera datang.
TIDAAAK!
Tuut... tuut... tuut...
Si Lo nggak ada? Luthfi terperangaah
Iya nggak ada. Gue udah tungguin tuh anak dari jam setegahn tujuh tadi sampe
sekarang. Ternyata tetap aja ngga ada! Maksud gue sih mau ngomong sama dia soal yang
kemaren..., kata Adi kesal. Lo lait kan, kemaren dia kayaknya ada masalah serius gitu?
Gue yakin itu gara-gara Spiza.
Hingga tiba-tiba speaker yang berad di ujung atas pintu kelas 2-5 menyuarakan
adanya pengumuman petig.
Assalamualaikum, selamat pagi semuanya suara guru BP mereka. Saya hanya
mau memberikan sebuah hal penting untuk kalian ketahui. Kemarin Leostrada
kecelakaan, dan sekrang sedang berada di RSHS, ruang VIP, nmor 209. Terim kasih atas
perhatiaanya, Wassalmualaikum wr. Wb.
Adi dan Luthfi langsung berpandangan.
Sial... KENAPA SIH CEWEK ITU LAGI-CEWK ITU LAGI?! raung Adi.
Di!
Adi menangkis tangan Luthfi, kemudian beranjak dar tempat duduknya. Diem! Gue
ke sana sekarang!!
ADI! WOY, ADI!!!
***
Leo mebuka mata, kaget. Ia gerakan kepalanya ke kanan dengan hati-hati. Ibuya
ternyata sudah di sana, tertidur di sebelahnya. Wajah wanita itu tampak lelah dan amatnya
kelihtan bengkak sembap.
Ia tatap wajah wanita itu tanpa ekspresi
Rasa penasaran memenuhi hatinya, ditambah getaran tertentu yang tidak dia
mengerti setiap kali memandang wajah ibunya itu. Dia tinggalkan semua pekerjaannya.
Dia lupakn hidpunya yang dulu. Dengan tiba-tiba, dia meinta Leo untuk tinggal di
apartemennya. Dan dengan tiba-tiba juga, akhir-akhri ini sikapnya berubah 180 derajat
kepada Leo.
BUG!
Pintu yang Cuma beberapa langkah dari ranjang Leo, dibuka dengan keras. Ibu Leo
terbangun, Leo terperanjat. Merek berdua memandang kaget ke arah pinu yang terbuka
itu.
Temen Leo ya? sapanya ramah. Silakan kalau mau menjeguk. Saya... keluar dulu
kalai begitu.... Ibu Leo bangkit dari tempat duduknya.
Ngapain lo di sini? kata Adi dengan tatapan nyolot.
Adi tidak tersenyum. Ngapain lo di sini, Leostrada? Nangis?ulangnya tajam
Elo kali yang mewek. Leo mulai naik darah.
GARA-GARA CEWK ITU LAGI KAN? sembur Adi kesal..SPIZAETUS
CAERINA ITU LAGI KAN?
Leo memundurkan tubuhnya definsif. Gue kecelakaan ya kecelakaan! Jangan lo
kait-kaitin sama si pembunuh gila itu!
Adi melebarkan matanya. Pembunuh?
Asal lo tau..., Leo menghela napas. DIA YANG NABRAK IRIS! DIA YANG
BIKIN IRIS MATI!! LAO TAU? Hahaha... Konyol abis, sumpah...
Napa lo? Leo mendengus kesl.
Bener kan kata gue? Lo lagi nangis kan di sini? Gara-gara si cewk itu kan?
Hahaha...
YA! GUE TAU LO KUAT! Gue tau tuh cewek brengsek nggak akan bisa
ngeajatuhin elo.
Leo mendelik, Adi dingin. Gue nggak butuh rasa penghargaan atau apalh itu.
OH? Terserah elo Gue di sini hanya karena gue nggak mau elo jatuh dan
ngerangkak Cuma karena cewek bedebah itu! Ayo, sini, tunjukin sama gue, elo bisa
sekuat yang gue tau
Dan benar ssaja, Leo menggeleng.
Ia palingkan wajahnya, dingin. Gue nggak percaya elo. Seperti enggak percayanya
gue sama orang lain. LOH NGGAK PERNAH JADI SAHABAT GUE, asal lo tau.
NGGAK PENAH! Katanya.
Adi terpekur. Lalu apa persahabatan mereka selama ini? Jadi, Leo selama ini cuman
pura-pura? Tidak pernah menganggap apa-apa? Teman main saja?
Adi melangkah perg dengan keal sambil mengacak-ack rambutnya. Dijeblaknya
pintu kamar Leo saat dia keluar.
BRAK!
.....
Leo?
Kenapa tadi teriak-teriak begitu? Jangan seperti itu dong... Ini kan rumah sakit,
Le...,: nasihatnya hati-hati. Wanita itu tersenyum. Tapi, senang melihat kamu bisa
bangun lagi... Ibu bener-benr khawatir sekali waktu mereka bilang kamu tabrakan...
Air mata mulai mengaliri ibu kandung Leo ini. Tapi, kali ini sambil tersenyum.
Okasan kan sudah berusaha melewatkan hari-hai Okasan dengan kamu.. Senormal
mungkin..., ibunya terisak. Ia peluk era-erat, membenamkan anak lelakinya ini di
tubuhnya.
Kenapa baru sekarang, Okasan? Tanya Leo irih.
Mungkin karena Okasan capek... Jadi, Okasan ingin bersama Leo...,
Okasan masih bisa kan jadi ibu Loe? Leostrada Andhika ini?
Leo tanya ibunya keget.
Hahaha, sayang, Okasan?.
Sumuanya sudah terlamabt, Okasan, gumam Leo akhirnya. semuanya tuh.. udah
digimana-giamanaiin juga nggak akan pernah bener legi! Keluarga kita tuh udah rusak
sejak berbelas-belas tahun lalu! Mata Leo memerah. Leo harap. Okasan sadar itu!
Ibunya mengerjapkan matanya, sedih dan Leo sudah siap kalu seumpama wanita itu
balas membela diri.
Tapi, ternyata.... Ia anya mengangguk dan terkulai di bahu Leo.

17. Life for Rent...


Siang. Penampila perdana Bunch of Bastards tanpa Leo.
Si Leo bilang apa sama elo? Lo tadi kesana kan? tanay Luthfi penasaran pada Adi.
Adi mengangguk.
Dia bilang gue bukan siapa-siap dia. Dia bilang nggak percaya gue..., gumam Adi.
NGGAK MUNGKIN BANGET DIA NGOMONG GITU SAMA ELO! Bukannya
dia yang paling deket sama elo
Tapi dia ngomong itu terang-terangan depan gue. Adi menimpali dengan geram.
Nggak ngerti gue
KALAU DIA NGOMONG KAYAK GITU SAMA ADI, gue yakin itu karena
desperate! MASA KALIAN NGGAK NGERTI JUGA UDAH TAHUNAN
TEMENAN? sahutnya sambil tertawa sinis.
Ketiga orang itu hanyut tanpa suara. Tetap menunduk.
Maaf, Fi... Adi berbisik pelan
Iya, maaf...
:Yo, sori heh...
....
Beberapa menit kemudian acara sedih itu pun berakhir. Mereka terdduduk kembali
dengan tenang.
Luthfi mengantupkan kedua tangannya. Gue minta lo-lo semua jangan marah sama
si Leo... Dia lagi desperate ... Gue, walau nggak tau kenapa, tapi gue tau__
Dia bilang sih Spiza yang ternyata nabrak Iris, potog Adi cepat. Ketiga temannya
terperanjat.
***
Spiza tidak melakuka apa-apa di perpustakaan ketika istirahat berjalan. Ia ke
perpustakaan hanya untuk kabur dari oarang-orang yang kemungkinan besar akan
menghakiminya. Spiza memejamkan matanya pedih. Kenangan terakhir tentang dirinya
dan Iris itu menghantuinya lagi. Spiza secara refleks langsung memukul meja yang ada di
depannya dengan lemah. Sebutir air mata menetes di pipinya. Dunianya rasanya hancur.
Spiza mendongkak. Empat orang yang sangat dia kenal berdiri di hadapannya. Adi
yang berada paling depan mengulurkan tangannya dengan perlahan kepada Spiza.
Ikut gue, Za. Plis.
Tentang Leo?
IKUT GUE, ulang Adi membentak. Spiza lunglai.
BUG!
Gue tuh sebenarnya dari dulu udah nyangka elo ngak bener-bener ama Leo! Gue tuh
udah ada hawa-hawa lo bakaln nyakitin dia! kata Adi.
Spiza menendukkan wajahnya. Iya.. iya... Leo emag gue sakitin... Leo emang gue
tipu abis-abisan... Gue emang brengsek.
DIEM LO! teriak Adi tidak sabar.
ASAL LO TAU, DARI DULLU, SIAPA PUN YANG NYAKITIN DIA, APA-LAGI
SAMPE KAYAK GITU, NGGAK AKAN PERNAH GUE BIARIN! DIA SAHABAT
TERDEKAT GUE DAN NGGAK ADA SEORANG PUN YANG BISA NYAKITIN
DIAAA!!! LO DENGER ITU! LO DENGER ITOOO!. Bentak Adi marah, tanpa
pengekang lagi. Napasnya hampir habis. Gila...
Sekarang gue harus gimana? potong Spiza frustasi. Harus mati nyusul Iris?
Ngebayar semuanya? Itu mau elo? tanya keras.
Adi menarik napas menenangkan diri. Berusaha berpikir jernih. Gini aja, lo
tinggalin aja dia..., tawar Adi dingin.
Oke..., potong Spiza
Oke... Gue pergi... Kalo dengan begitu, Leo nggak akan apa-apa lagi...
Za..., panggil David resah.
Gue akan pergi dari hidup kalian...

18. Hal-hal yang Leo Punyai dalam Hidup...


WAAA!
Leo berteriak kaget saat ia bangun keesokan harinya. Baru beberapa saat
kemudianlah, ia dapat menenangkan diri dan menstabilkan kembali kondisinya.
Dinyalannya TV yang ada di depan.
Leo melebarkan matanya kaget. Jantungnya rasanya berhenti satu detik itu. Ibunya
pergi, hilang! Anehnya dalam seketika oataknya mulai panik.
Apa karena gue... Kemarin...?
Leo mengacak-acak rambutnya frustasi mulai menyalahkan diri sendiri. Sulitnya
membayangkan di mana Okasan-nya sekarang, dan apa yang sedang terjadi pada wanita
itu. Kalau sesuatu terjadi, otomatis itu salahnya.
Kemudian, satu pemandangan memfokuskan matanya.
Surat. Satu surat putih di meja kecil sebelah ranjangnya.
DARI OKASAN.
Apa yang tejadi?
Dengan perlahan-lahan, digerakkannya tangannya ke meja, untuk mengambil surat
itu. Leo mengambil surat itu sebisanya.
Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka.
Seseorang yang Leo tidak sangka akan hadir, berdiri di sana, sambil tersenyum
menatapnya.
***
Iya, Kak... Spiza ke Jakarta besok... Ya... nggak tau sampai kapan... Iya... Ngaak...
Spiza cuman mau sendirian dulu...
...
Oh, ya, kalau begitu sudah dulu ya. Makasih.
Spiza menutup telepon. Menghela napas berat.
Selamat tinggal Leo...
Selamat tinggal Bandung... Iris... Kenang-kenangan...
***
Heh? gumam Leo heran. Ia pandangi temannya itu tidak percaya. Adi?
Udah baikan, Le Adi tersenyum
Udahlah.
***
Neng..., keretanya sebentar lagi berangkat. Silakan, sopirnya udah nunggu di depan
sana..., kata Bi Ekos sambil tersenyum, Spiza mengangguk.
Jaga rumah baik-baik ya, Bi...,.
Selamat tingal... selamat tinggal...
***
Apa lo bilang? Jadi lo nyuruh si Spiza pergi? Leo melebarkan matanya kaget. Lo
apain dia?
LO APAIN DIA? potong Leo tidak sabar.
Gue cuman ngebelain elo... dan minta dia ngembaliin lagi ritme ke hidupan elo
yang dulu..., jelas Adi hati-hati.
Yang gue mau... Gue yang ngomong sama Spiza langsung... Kalo perlu adegan
penyiksaan, gue yang nyiksa dia..., jelas Leo sambil menatap Adi lekat-lekat.
Jadi, lo mau gue nyari dia lagi? Utuh? tanya Adi ragu-ragu
YA UDAH! Gue aja yang langsung nyari dia sekarang!
PERGI LO!
Dan, dia pun pergi.
BRUG!
Sepeninggal Adi Leo langsung mengalihkan kembali perhatiaanya kepada surat dari
Okasan-nya tadi. Diamblnya surat yang ada di sebelahnya itu. Jantungnya tiba-tiba
berirama cepat.
BREKING NEWS! teriak seorang presenter di TV dengan tergesa-gesa.
Pemirsa, saya sekarang sedang berada di kediaman keluarga Miyazo... yang sedang
penuh oleh polis, intel, dan masyarakat luas
Napas Leo tercekat. Apa yang terjadi?
Sebuah tindakan bombastis telah dilakukan seorang pengusaha ekspatriat Jepang
terkenal berkewarganegaraan Indonesia..., paparnya satu napas. Bahwa tadi malam...
pembantu keluarga Miyazao melaporkan bahwa ada peristiwa penembakan di rumah
besar kediaman Miyazao! Kedua tuan rumah terkapar bersibah darah!
HAH?!
Pemirsa, terhitung tadi malam, Nyonya Miyazao dinyatakan wafat, dengan barang
bukti sebuah pistol yang ia gunakan untuk menembak dirinya sendiri di bagian kepala,
setelah sebelumnya menembakan salah satu peluru ke dada suaminya...
Sekujur tubuh Leo lemas.
Tuan Miyazao masun hidpu dan sedang dirawat di RSHS, sedangkan Nyonya
Miyazao tewas dengan sebuah peluru yang bersarang di otaknya...
PASTI KERANA ITU DIA MATI
KARENA GUE KAN YA? WAH GUE HEBAT BANGET YA BISA BIKIN
NYOKAP GUE SENDIRI BUNUH DIRI! EMANG SEHARUSNYA DIA MATI KAN?
Leo akhirnya dengan tangan basah membuka surat terakhir Okasan-nya untuk
sekalinya membaca kata-kata terakhir Okasan-nya untuknya.
....
Leo memejamkan matanya. Seluruhnya mengigil. Dadanya sesak.
Untuk pertama kalinya, setetes ait mata membasahi pipinya.
Okasan...

19. The Second Hand of Time...


Leo berjalan terengah-engah ke arah ruah UGD. Ia putus semua selang infusnya, dan
tidak dipedulikan rasa nyeri yang menjalari kepalanya. Hanya ibunya dan ayahnya yang
ada di pikirannya. Hanya nama mereka.
Kak..., panggil seorang gadis mungil dari sisi kanan Leo.
Okasan udah meninggal, Kak... Okasan udah nggak ada..., isak Kazi di antara
pelukannya pada Leo. Kakak harus kuat... Kakak harus kuat...
***
Leo, Kazi, dan Cashey berdiri di sebelah ayah mereka siang itu. Hebatnya, di antara
mereka berempat, sejak satu jam yang lalu, tidak terjadi percakapan apa pun. Baru
beberapa kemudian, sebuah suara memecah kesunyian itu.
Sudah berhenti..., Ternyata itu Otosan mereka yang berbisik serak. Cashey, Leo,
dan Kazi langsung meneloh kaget ke arahnya. Ketiga anaknya terperanjat. Jangan marah
pada Otosan seperti ini...
Otosan memang salah..., paparnya sambil terisak.
Saya sampai sekarang tidak tahu... bahwa Nami ingin akhirnya seperti ini..., tangis
lirihnya mulai samar-samar.
***
Luthfi..., Lo liat Spiza nggak? Adi berlari terengah-engah ke arah sahabatnya itu.
Apa sih lo? Bukannya kemaren elo udah ngusir dia gitu? Garing lo...,
Si Leo bilang dia pengen bilang dia pengen nyelesein langsung masalahnya sama
Spiza...
Gue udah nelepon Spiza ke rumahnya... Tapi, pembantunya bilang di udah perg,
Kevin mendengus pasrah. Tapi dia nggak bilang kemana...
Mereka semua terbekukan sesaat mendengar teriakan Luthfi itu.
Pinter lo, Fi! Bener! Siapa tau tuh anak ke rumah Iris! Coba gue cari tahu!
Permisi, Bu... Adi tersenyum.
Mau mencari siapa? tanya datar
Saya mencari Ibu..., jawab Adi sopan.
Saya mau tanya, apa Spiza... Ibu tahu Spiza kan? Penabrak Iris?. Saya au
bertanya, apa dia kesini?
Untuk apa dia ke sini? Apa urusan dia? Iris sudah mati...
Begini Bu... Leo sedang mencari Spiza, ingin meyelesaikan masalahnya dengan dia.
Dia harus meninggal... Dia harus memang meninggal... Untuk saya...
***
Otosannya sontak memandang Leo iba.
Bukan, Leo... Bukan... salah kamu Le... Ia tetap tersenyum.
Izinkan Otosan jadi ayah kamu lagu, Leo, bisiknya lemah.
Otosannya terbelak ketika tangan Leo balas merengkuhnya. Anaknya itu untuk
pertama kalinya dalam ingatannya, memeluknya.
Leo tidak menjawab, tapi tanggannya terus merengkuh ayahnya itu. Kazi dan Cashey,
yang melihatnya, langsung refleks memeluk otosannya juga. Mereka untuk pertama
kalinya, akhirnya saling berpelukan lama sekali.

20. Sesuatu dalam Diri Adi dan Leo...


Leo duduk dengan tenang di sebuah kursi samping samping ranjangn tidurnya sore itu.
Tubuh Leo gemetar. Ia mulai meringis dalam keremangan membiarkan rasa sedihnya
yang selama ini ia tahan.
***
Tentang Iris dan Spiza
Leo mengernyit heran. Ada apa dengan Adi?
Apa yang terjadi? Adi menatap Leo penasaran.
Gue udah baekan sama bokap gue, Di. Gue sama adik gue, sama Cashey, udah setuju
untuk menjadi keluarga lagi...
Wah... gue ikut seneng nih, Men! teriak Adi refleks. Selamat, bro..
Leo mengangguk-angguk datar.
Tadi apa lo bilang? Sesuatu di balik kematian Iris? Apa masksud lo?
Karena Spiza nggak ada di mana-mana, gue akhirnya nyari tahu ke rumah Iris. Gue
kesana dengan harapan Spiza ternyata disana, buat nemuin ibu Iris
Lalu?
Hhh... Gue hampir jantungan pas dia nyatain satu statement gila di depan gue...,
jelas Adi pelan. Dia bilang... Kalau tentang Iris, ibu nggak peduli lagi. Iris mungkin
emang seharusnya mati... Gila nggak peduli lagi. Iris mungkin emang seharusnya mati...
Gila nggak sih?
ibunya cerita bahwa dia udah tahu sejak Iris kecil. Dan dia menerima apa adanya...,
tamabah Adi lagi. Penyakit itu penyakit ganas yang diturunin orang tuanya ke Iris.
AIDS. Orang tua Iris ngasihin Iris ke panti asuhan karena kelainannya itu. Iris.... kasarnya
anak haram, yang mengidap Penyakit yang sama dengan ibu kandungnya. Setiap kali
gejala penyakit itu muncul, ibunya cuman bilang ke Iris bahwa itu cuman karana badan
Iris lemah aja dan nggak membahayakan sama sekali.
Mereka berdua kehabisan kata untuk didiskusikan. Leo menetapi lanatai di bawahnya.
Leo mengatup-bukakan mulutnya, membisi bingung. Bagaimana ya? Leo tidak mampu
berkata-kata secara eksplisit kini.
Elo bisa memutuskan dengan cepat, apa dia tipe orang yang bener-bener bisa nabrak
orang seenaknanya? Sampe orang yang dia tabrak meninggal? tanya Adi tanpa ekspresi
berarti. Takdir adalah takdir... tapi caranya... adalah tergantung dari personaliti masing-
masing...
Leo gegelapan ditanya Adi seperti itu.
Dan anehnya, gue malah takut dia nggak sengaja..., Adi membuang muka.
Ngaak sengaja..., ulang Leo syok.
Nggak.... nggak mungkin..., Leo berusaha menyangkal. Nggak mungkin dia nggak
sengaja...
Gue yakin dengan ilustrasi itu, elo udah ngehapus kata penghianat dari nama Iris...
dan membersihratakan semua orang yang elo anggap penghianat?
Leo terpaku. Adi mengangkat kelima jarinya.
Orang pertama yang elo tuduh adalh ibu elo. Dia lo anggap nggak pernah sayang
sama elo. Dan statusnya sekarang? Masih pengkhianat?
Orang kedua yang elo tuduh adalh bokap lo. Dia lo anggap sama sekali nggak pernah
nganggep lo anak. Masih? Sekarang udah jelas, nggak kan?
Empat, lima? Leo bertanya.
Empat, gue. Lo nyemprot gue dan nuduh gue macem-macem. Nuduh geu
ngekhianatin elo. Suasana mata Adi berubah.
Dan terakhir adalah cewek itu, Leo. Si Spiza itu. Adi menurunkan kelima jarinya.
Gue harap dia juga membersihkan record ini. Gue harap dia juga nggak ngekhianatin
lo....
Terus luka lo, ujar Adi tidak peduli akan reaksi Leo, lo nggak usah khawatir. Gue
rasa ngeringginnya nggak bakalan sulit. Disamping elo tuh ada si David, Kevin, Luthfi,
sama gue sama keluarga gue, sama temen-temen lain di sekolah.
Gue harap elo bisa sekali-kali nyoba percaya... Nyoba percaya dan mulai beneran
bahagia, lanjutnya yakin.
Terima kasih, gumam Leo formal, dengan susah payah.
Gue kan temen lo, choy... Adi memukul kepala Leo gemas.

21. Sebuah Kata Paling Mahal di Dunia...


Malam itu Leo tidak bisa tidur. Ia terus-menerus melamun memikirkan semuanya.
Tentang Spiza, khusunya.cowok itu langsung beranjak dari tempat tidurnya. Tubuhnya
masih agak lemas, tapi ia berusaha tidak mengacuhkan. Ini darurat. Ia benar-benar harus
ke rumah Spiza dan memastikan segalanya. Sekarang juga.
Huajn deras mengguyur Bandung.
Leo mencegat sebuah angkot hijau di tengah hujan deras malam itu. Ia langsung
berlari ke dalamnya secepat mungkin sebab hawa di dalam dan di luar tubuhnya kini
amat dingan.
Leo beridir mengggigil sambil sesekali mengetuk-ngetuk pagar. Digedornya pagar itu
lebih keras, dengan segenap tenaganya, berharap ada Bi Ekos yang membukakan pintu
walau di mala selarut ini. Beberapa menit kemuidan, untungnya akhirnya Bi Ekos
berjalan ke arahnya membuka pintu. Bi Ekos langsung mberlari panik ke arah Leo dan
menarik Leo untuk cepat-cepat masuk.
Leo mencari Spiza? tanya Bi Ekos membuka percakapn.
Oh... iya Leo tersenyum keci, kemudian menghela napas. Tidak ada ya?
Raut wajah Bi Ekos berubah sedih. Iya, Neng Spiza udah nggak di sini. Cuman Bi
Ekos aja yang disuruh jaga di sini. Ngurus rumah.
Dia ke mana?
Tiba-tiba pintu di ruangan itu terbuka. Seorang gadis gadis yang pernah dilihat Leo
sebelumnya di rumah Spiza tempo hari, berdiri kaget memndang Leo.
Hah? gumam gadis itu ketakutan.
Lo siapa? Leo beridiri dari sofanya. Lo mau apa?
LO TEMEN SPIZA KAN? NGAPAIN DI SINI? tanya Leo agak membentak.
LO YANG NABRAK IRIS KAN? teriak Leo lagi.
AAA! Gadis itu mulai mengigitnya
Tenang, neng Stella..., ujar Bi Ekos lembut, memeluk gadis itu. Stella menjinak,
dan bersedia ketika Bi Ekos dudukkan di kursi meja makan.
Silakan kalau mau ditanya, Nak Leo. Dia Stella, yang jadi sopir waktu itu, tuturnya
menginformasi.
Hey... lo... sopir yang nabrk Iris ya? tanya Leo begitu ia mendudukkan tubuhnya ke
kursi.
Gadis itu tidak bersuara, namun ia menangguk.
Kaena itu lo bunuh diri? tanya Leo lagi.
Ya, ucap Setala lirih, ulai menagis lagi. Leo terpekur
Jangan nangis. Lo mending senyum, sahut Leo demgan kadar rmantisnya
Nah, sekarang ceritain perasaan lo. Auat apa aja. Cerita ke gue soal apa aja. Bahkan
cerita tentang ibu lo di rumah, juga bakal gue dengerin.
Stella terdiam , mencba meredakn tangisnya.
Aku... Stella... Aku... sekoalh di 104... Aku...Aku... ketemu anak pinter banget di toko
buku... dan... pikir... bisa nih... Aku... manfaatin anak itu... Spiz... Spiza...
Terus?
Aku waktu itu lagi teetawa... bercanda... hujan... Dan, nggak sengaja aku nabrak
Ceritanya terputus lagi
Waktu itu Stella nggak tau... Iris mau lewat... Stella udah banting kanan, Iris masih
kena. Dia... nggak tau kenapa dia begitu dekat ke jalan saat itu... dan... dan pas ketabrak...
Stella masih bisa menenangkan diri, walau saat itu panik sekali.
Tapi, Stella salah... Waktu Stella dan teman-teman datang ke Ibu Iris... dia ternyata ga
maafin kami... Dan sejak itu hidup Stella nggak pernah sama lagi.
Stella lau nggak tahan sama keadaan itu, terus mau ngejemput sendiri maut yang
ngejar Stella itu Tangis gadis itu mengeras lagi. Ibu Stella nangis, tersu nanya... Stella
kenapa? Apa salah Ibu sama Stella? Stella mesti jawab gimana? Stella masih kecil dan
udah jadi pembunuh. Stella mesti gimana?
Gue.
Hah?
Gue. Kalau maaf gue bakalan bikin lo tenang, gue akan ngucapin itu seratus kali. Gue
bakal teriak kalo gue maafin elo. Biar elo tenang dan nggak usah kayak gitu lagi, potong
Leo dengan raut datar. Gue rela lo nggak ke polisi. Gue rela.
Hah? Stella menggeleng.
Nah, kita belum kenalan, kata Leo, meyodorkan tangannya. Nama gue Leo.
Leostrada Andhika Servorova Ekihara Miyazao. Kalau lo? tanya Leo.
Stella, Stellanie Putri, jawab gadis itu.
Nah Stella, mau nggak lo menertawakan semua kesedihan ini bareng gue? tanya Leo
lagi. Terus kita hujan-hujanan, oke?.
***
Once before I go to sleep...
Leo duduk di beranda ruma itu sambil merasakn semilir angin yang berembus pelan-
pelan. Sebuah tape recorder tergeletak di pangkuannya.
Sudah lama, Leo?
Leo menoleh, dan mendapati ibu Iris berjalan ke arahnya
Hhh,,, ada apa lagi, Leo? tanyanya pelan.
Leo berbisik hati-hati. Saya... ingin Ibu memaafkan Spiza, katanya.
Ini saya bawa tape recorder. Saya harap Ibu mau berbicara pada dia di tape recorder
ini bahwa ibu memaafkan dia..., tambah Leo.
Itu tidak sesimpel yang kamu bilang tadi... Dia mulai terisak. Ibu sayang sekali
sama Iris...
Leo mohon. Asal Ibu tau... dia sendiri menyesal sekali. Dia sendiri sering nagis.
Trauma.
...
Dia orang yang penting buat saya, Bu. Saya Cuma mau mengharap maaf kecil Ibu
untuk memaafkan dia, tegas Leo sekali lagi. Itu saja.
Nanti saya simpan ini di rumahnya.
Ibu...
CKLEK
Mata ibu Iris melebar. Leo telah menekan tombol perekam, memulai rekamannya
untuk Spiza.
Diambilnya perlahan tape itu dari tangan Leo
Ibu sedih sekali selama Iris pergi... Iris selalu ada di sisi Ibu selama ini... dan Ibu
selama dua tahun ini tidak pernah berhenti memikirkan dia...
Tangis ibu itu meledak. Leo merasa tidak enak, dan berusaha mengambil tape itu
dari tangan ibu Iris. Tpai, dia menolak
I... bu... maafin... Spi... za, bisiknya lirih, Ibu maafin kamu...
Kamu... bisa lanjutin hidup kamu..., imbuhnya lirih.
CTEK
Leo menekan tombol record-nya penuh kegembiraan dan memeluk ibu Iris erat-
erat.

22. Last but Not Least...


Banyak sekali yang terjadi setelah itu
Pelan-pelan, dan nyaris tanpa Leo sadari, hidupnya berubah sepenuhnya. Dari
segala hal yang ia punya selama ini, Iris, keluarga, teman-teman, Spiza, dan
apartemennya, nyaris semuanya mengalami perubahan. Bukan perubahan yang buruk
malah Leo sangat mensyukuri satu demi satu kebahadiaan yang mulai
menghampirinya. Dan yang paling pertama mengadakan perubahn di depan matanya,
tentu keluarga dan tempat tinggalnya.
Tidak lama berselang, setelah ibunya dimakamkan, ayahnya., Kazi, dan Cashey,
mengajak makan siang di rumah keluarga Miyazao hari itu. Leo tidak merasakan
kejanggalan apa-apa. Baru di tengah-tengah percakapan mereka siang itu, tiba-tiba
Kazi berucap,
Kalau Kak Leo, apakah nggak ada rencana pindah ke sini?
Dan, Leo langsung mengernyitkan dahi.
Leo tidak mengiyakan, ia masih ragu. Cashey dan ayahnya juga ikut membujuk,
tapi ia belum bisa digoyahkan.
Ada... Ia membuang napas ragu. Ada yang masih belum bisa Leo tinggalkan
dari apartemen Okasan...
Dan mendengar pernyataan Leo tadi, ayahnya melakukan hal yang tidakpernah Leo
sangka sebelumnya. Ia tiba-tiba bangkit dari kursinya, kemudian memeluk Leo erat-
erat, seakan sadar anaknya ini sedang dalam masa terapuh di hidpunya.
Pengalaman itulah yang selalu Leo pikirkan di hari-hari ke depannya, hingga
akhirnya Leo setuju tinggal di rumahnya lagi. Ia membawa barng-barangnya termasuk
barang-barang ibunya, kemudian muncul dengan gagah di pintu rumah keluarga
Miyazao.
***
Tidak bebrbeda dengan apa yang ia rasakan di Wahutri. Seluruh siswa di sana
menyambutnya hangat, dan gumaman selamat datang tidak heti-hentinya mereka
ucapkan kepada Leo.
Luthfi, David, Adi, dan Kevin, masih jadi geng abadinya. Bahkan, Tyo jga sekarang
jadi teman dekatnya.
Mereka terkadang bertanya pada Leo bagaimana perasaannya terhadap Spiza
sekarang, dan Leo biasanya tidak menjawab apa-apa. Ia telah mencampakkan
kejujuran dan kepercayaan Spiza, dan kini gadis itu sudah pergi dari hidpunya. Leo
bahakan tidak tahu ia di mana mereka benar-benar putus hubungan semenjak
pertengkaran terakhir itu.
WAKTU mengalir semakin cepat. Beberapa bulan telah berlalu sejak peristiwa
nahas itu.
Setelahnya, Leo akan merasa ingin berteriak mengingat waktu yang harus ia
lewatkan lagi dengan menunggu. Karane sampai akhirnya Leo mengalami momen
perpisahan sekolah, gadis itu tidak juga muncul di hadapannya.
***
D. Laporan
Unsur Instrinsik
1. Tema :
a. Kekeluargaan
Menceritakan bagaimana keluarga zaman sekarang dimana kedua orang
tua yang tidak pernah memperhatikan anaknya secara intens. Ini dapat kita lihat
dimana kedua orang tua Leo adalah orang tua yang selalu sibuk dengan pekerjaannya
sendiri dan kurang memerhatikan anak mereka.
b. Kehidupan
Menceritakan kehidupan remaja saat ini, mulai dari pergaulannya
hingga tingkah lakunya. Didalam novel ini kita dapat melihat apa-apa saja yang
menjadi masalah seorang remaja terutama remaja pria, mulai dari yang minggat dari
rumah, persahabatan, pergaulan bebas, hingga pacaran.
2. Alur :
Alur yang digunakan dalam Novel ini adalah alur Maju-Mundur.
a. Eksposisi : Adalah seorang pemuda bernama Leo. Matanya kering, kosong, tetapi
sangat kuat. Ini menunjukkan karakter leo yang keras, tidak mudah goyang dan
pemberontak.
Namanya Leo. Matanya seperti ember di tengah Sahara. Kering. Kosong.
Penuh debu. Tapi, sangat kuat.
(hal 2, Paragraf 2)

b. Intrik : Masalah kecil dimulai ketika ada seorang wanita yang ingin bunuh diri
yang menggantungkan teru-teru bozu agar hujan tidak turun. Dan Leo mengingat
Irisnya yang meninggal satu tahun yang lalu akibat kecelakaan.
Hei! Kenapa menggantungkan itu?
biar hujan nggak turun
memangnya kenapa kalau turun?
Aku keburu mati sebelum aku bunuh diri.
kamu mau bunuh diri?
Ya, asal nggak hujan.

(hal 4, Paragraf 3)

c. Komplikasi : Masalah kecil tersebut semakin kompleks semenjak ia menolong


gadis yang menggantungkan teru-teru bozu sedang bunuh diri di kamar mandi
sekolahnya. Dan tanpa rasa bersalah, Leo menolong wanita yang bernama Spiza
tesebut.
Lo. Jadi bunuh diri, ya?
NGGAK, BARU TESTING DOANG. Ya jelaslah! Segala komponen bunuh diri
sudah ada disini. Darah, message, luka, air,
(hal 22, Parafraf 2)
d. Klimaks : Klimaks dari Novel ini adalah dimana Leo mencari siapa sebenarnya
yang menabrak Irisnya tersebut. Dan ternyata yang menabraknya adalah wanita
yang sudah dicintainya yaitu Spiza.
Gue udah ngeliat ratusan orang dihidup gue yang berakting menjijikkan seperti
itu, dan gue bener-bener kaget ternyata elo juga kayak gitu
Apa? Gue nggak Akting, Leo! Gue nggak Akting! Iya! Emang gue sama temen-
temen gue yang nabrak,tapi gue..
buktiin ke gue kalo lo nggak sengaja!
(hal 200, Paragraf 2)

e. Antiklimaks : Okasan Leo akhirnya meninggal setelah bunuh diri. Dan ayahnya
dirawat karena terkena luka tembak di dadanya. Akhirnya , Leo mendapatkan
keluarga yang ia dambakan seperti dulu meskipun tidak lengkap karena
Okasannya telah tiada. Ia kembali kerumah dan menjalani hari-harinya bersama
Otosannya, Kazi, dan Cashey.
.Betapa ingin Otosan memulai semuanya lagi.! Maafkan Otosan Leo
maafkan Otosan., Leo kemudian memeluk Otosannya yang kemudian diikuti
Kazi dan Cashey.
( hal 272, Paragraf 3)

f. Resolusi : Akhirnya hati Leo menjadi lunak karena mendengar penjelasan Stella
( orang yang menabrak Iris )
Tahu kenapa kamu nggak mati-mati juga?
hah? Stella menggeleng.
Tuhan percaya kamu, Stel. Dia nggak seegois manusia. Dia bukan
pendendam, ujar Leo.
(hal 295, Paragraf 4)

3. Tokoh :
a. Leo
b. Iris
c. Spiza
d. Adi
e. Luthfi
f. David
g. Keving
h. Cashey
i. Kazi
j. Okasan
k. Otosan
l. Ibu Iris
m. Tyo
n. Stella
o. Bi Ekos
4. Penokohan
a. Leo : Pendendam, pemarah, dan penyendiri.
Leo mengambil sebuah batu, dan melemparkannya ke jendela yang baru
direparasi tersebut.
(hal 18, Paragraf 2)

b. Spiza : Penakut, baik, penyabar.


Spiza terisak Dicengkeramnya punggung Leo erat-erat. Rasanya begitu sulit.
Begitu menguras keberaniannya.
(hal 198, Paragraf 4)

c. Iris : Baik, lembut, dan bersahabat.


Leo, Leo nggak apa-apa kan?
Aduuuh udah deh! Senyum aja kenapa sih?
Kamu bisa bercerita semacam itu sama Iris. Hobi kamu. Apa aja. Muai sekarang.
Oke?. (hal 200, Paragraf 1)

d. Adi : Bersahabat, baik, dan setia kawan.


gue sahabat elo, dan gue tau! Terserah elo kalo lo nggak percaya yang pasti, gue
adalah sahabt elo, yang bakal berdiri di beakang elo di kondisi seperti apa pun
yang elo alamin.
(hal 218, Paragraf 3)

e. Lutfi : Bersahabat, baik, dan setia kawan.


Geu nggak nyangka lo-lo semua ternyata temen-temen kayak gini.
(hal 225, Paragraf 4)

f. Kazi : Penyayang dan peduli.


Kakak... pulang saja..., isaknya sedih. Kakak... kan punya Kazi, punya Kak
Cashey... Kazi nggak tahan lihat Kakak begini... Kazishia memeluk Leo.
(hal 63, Paragraf 2)

g. Cashey : Bijaksana, dewasa, penyayang, dan peduli.


Cashey adalah orang yang paling dewasa di antara mereka dan senantiasa
menuntun adik-adiknya ini untuk bertahan menajdi orang baik
(hal 46, Paragraf 3)

h. Tyo : Licik dan pedendam.


BUG! Sebuah tinjuan mampir di pipi Leo
(hal 17, Paragraf 3)

i. Okasan : Pemabok, pengkhianat, dan pemarah


Mabok, Okasan?
(hal 88, Paragraf 4)
j. Otosan : Pemarah dan pengkhianat
Seperti kamu nggak jalang?
(hal 172, Paragraf 3)

k. Ibu Iris : Pemaaf


I... bu... maafin... Spi... za, bisiknya lirih, Ibu maafin kamu...
(hal 303, Paragraf 5)

l. Stella : Licik, sombong, dan penakut.


Aku... Stella... Aku... sekoalah di 104... Aku...Aku... ketemu anak pinter banget
di toko buku... dan... pikir... bisa nih... Aku... manfaatin anak itu... Spiz... Spiza...
(hal 293, Paragraf 3)

m. Bi ekos : Baik dan penyayang.


Tenang, neng Stella..., ujar Bi Ekos lembut, memeluk gadis itu
(hal 291, Paragraf 3)

5. Latar

I. Waktu :
a. Pagi :
Pagi ini, ia mendapati dirinya berada di sebuh tempat yang sama sekali tidak
ia kenali.

(hal 174, Paragraf 2)

b. Siang :
31 desember. Siang sebelum tahun baru.
(hal 140, Paragraf 3)

c. Sore :
Sinar matahari jam 4 sore menyinari kota Bandung dengan damai.
(hal 180, Paragraf 3)

d. Malam :
Berharap ada Bi Ekos yang membukakan pintu walau di malam selarut ini.
(hal 289, Paragraf 3)

II. Tempat :
a. Sekolah :
Sesampainya di sekolah, Leo langsung duduk menghampiri Luthfi yang
sudah duluan menempati bangkunya
(hal 140, Paragraf 3)

b. Rumah Spiza :
Namun tentu saja, walaupun Spiza ada di rumah, ketika gadis itu membuka
pintu
(hal 149, Paragraf 2)

c. Rumah ibu Iris :


Leo berjalan ke rumah bercat putih itu, dipandanginya getbang cokelat
berukir itu. Leo baru sekali ke rumah ini.
(hal 180, Paragraf 4)

d. Rumah Kita
Mereka bary berhenti ketika keduanya akhirnya mencapai ruangan utama.
Dalm remang-reamng cahaya lampu di ruang depan yang hanya diterangi
lilin.
(hal 166, Paragraf 5)

e. Apartemen Leo :
Leo mencari roti yang tersisa dilantai rumahnya bekas pemberian Nenek
Icha dua hari yang lalu, namun gagal.
(hal 44, Pargraf 2)

f. Rumah sakit :
Sekarang di RSHS, di UGD
(hal 213, Paragraf 1)

g. Kantor polisi
Suasana hening segera tercipta, memenuhi segenap ruangan kantor polisi
tersebut.
(hal 157, Paragraf 1)

III. Suasana : Tegang


Hahaha..., Leo tertawa terguling-guling. Ayahnya dan Ibunya menoleh
bingung, begitu pula Cashey dan Kazi. Ini semua sampah, kata Leo sambil
berdiri tergelak. Ditunjuknya satu-satu orang yang ada di sana. Lepasin semua
topeng kalian, berhenti jadi orang munafik, dan BIARIN GEU HIDUP
TENANG! teriaknya, berlari memukul pintu masuk sampai butiran-butiran
kayu menyembur ke lantai.
(hal 173, Paragraf 2)

6. Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan penulis dalam novel ini adalah sudut pandang orang
ketiga serbatahu(paranomik). Disebut seperti itu karena, penulis menceritakan
semua tokoh secara menyeluruh dan tanpa terfokus kepada tokoh utamanya(Leo).

7. Amanat
Amanat yang dapat kita peroleh dari Novel Dan Hujan pun Berhenti adalah :
a. Kita harus menyayangi orang yang kita sayangi dan jangan membuat
mereka/dia sakit hati kepada kita.
b. Kita harus bisa memaafkan orang lain yang telah berbuat salah kepada kita.
c. Jangan mudah berputus asa ketika sedang dilanda banyak masalah.
Unsur Ekstrinsik

1.Nilai Moral :
dari segala hal yang ia punya selam ini, Iris, keluarga, teman-teman, Spiza,
apartemennya, nyaris semuanya mengalami perubahn. Leo sangat mensyukuri satu
demi satu kebahagiaan yang mulai menhampirinya.
(hal 305, Paragraf 1)

2. Nilai Sosial :

3. Nilai Budaya :
Benda- tersebut namanya teru-teru bozu, tradisi penangkal hujan khas Jepang.
Sesuatu yang dipercayadapat membuat bozu(biksu) membawa pesan cuaca baik.
(hal 3, Paragraf 4)

4. Nilai Estetika :
kemudian hujan-hujanan di sana. Berlari-lari. Tanpa batas. Merebahkan tubuh
pada ala. Membiarkan hujan sekali lagi melumerkan semuanya.
(hal 297, Paragraf 4)

Anda mungkin juga menyukai