Anda di halaman 1dari 12

KOMPETENSI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI GURU

DALAM PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN

IMPROVING TEACHER’S INFORMATION AND COMMUNICATION


TECHNOLOGY (ICT) COMPETENCY IN DEVELOPING
THE QUALITY IN INSTRUCTIONAL DESIGN

Rahmi Rivalina
Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (Pustekkom) Kemdikbud
Jalan RE Martadinata, Ciputat -Tangerang Selatan, Banten 15411
E-mail: orivalina@yahoo.com

Diterima tanggal: 15 April 2014, dikembalikan untuk revisi tanggal: 29 April 2014, disetujui tanggal: 15 Mei 2014.

Abstrak: Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji berbagai solusi untuk peningkatan kompetensi TIK guru sehingga
dapat merancang dan memanfaatkan TIK secara terpadu di dalam kegiatan pembelajaran yang pada akhirnya
bermuara pada peningkatan proses dan hasil pembelajaran. Masalah yang akan jadi fokus pembahasan
adalah berbagai upaya yang kemungkinan dapat meningkatkan kompetensi TIK guru. Hasil kajian
mengungkapkan bahwa upaya peningkatan kompetensi TIK guru menuntut dukungan: kebijakan pemerintah
pusat dan daerah di bidang pemanfaatan TIK dan pelatihan guru di bidang pemanfaatan TIK, kesadaran
guru untuk meningkatkan potensi diri mereka di bidang pemanfaatan TIK,organisasi profesi guru mewadahi
penyelenggaraan seminar atau lokakarya, dan menerbitkan jurnal ilmiah, swasta/dunia usaha diharapkan
optimal di bidang pemanfaatan TIK untuk pembelajaran melalui tanggung jawab sosial di bidang pendidikan
(corporate social responsibility atau csr),kebijakan kepala sekolah untuk penugasan guru mengikuti pelatihan
pemanfaatan TIK untuk pembelajaran, dan kepedulian orang tua/masyarakat untuk peningkatan kemampuan
TIK guru dapat berupa bantuan peralatan TIK atau motivasi kepada siswa, guru dan sekolah.

Kata Kunci: Teknologi Informasi dan Komunikasi Guru, Kompetensi Guru, Teknologi Informasi dan Komunikasi

Abstract: Along with the development of information communication and technology (ICT) and also its
potential to support the activities of learning process, the writer had been inspired to conduct a study about
teacher’s ICT competency. To do so, the writer had studied various facts and documents about the teacher’s
ICT competency and the factors that contribute to it. The focused problems on this writing is variety of
efforts to improve teacher’s ICT competency. The findings of the study revealed that those variety of efforts
to improve the teacher’s ICT competency demanding support as in the following: (1) the policy of the
central and local government and conducting teacher’s training in ICT utilization, (2) awareness of teachers
to improve their capacity building in ICT utilization, (3) teacher’s professional organization encouraging for
active involvement in seminars or workshops and publish scientific journal), (4) private businesses and
their support in the utilization of ICT in learning process through corporate social responsibility (CSR),
(5)The head master’s policies to ask teachers following the training in ICT utilization, and (6) Concern from
parents / the community to increase teacher’s ICT by procuring the ICT facilities or creating motivation to
students, teachers and schools.

Key Words: Information and Communication Technology (ICT), Teacher, Competency

165
Jurnal Teknodik Vol. 18 - Nomor 2, Agustus 2014

Pendahuluan Fakta lainnya adalah hasil penelitian yang


Perkembangan kemajuan Teknologi Informasi dan dilakukan Sumintono, dkk (2012) tentang Penggunaan
Komunikasi (TIK) membawa pengaruh yang signifikan TIK dalam Pengajaran: Survai pada Guru-guru Sains
terhadap pergeseran paradigma pembelajaran di SMP di Indonesia mengungkapkan bahwa 70%
sekolah. Menurut Sukirman (2005), paradigma responden guru telah memiliki laptop/komputer
pembelajaran yang sebelumnya berfokus kepada guru dan bertugas di perkotaan. Hanya 53% dari guru yang
(teacher-centered learning) bergeser menjadi telah memiliki fasilitas laptop/komputer yang telah
pembelajaran yang berfokus kepada peserta didik memanfaatkannya di dalam kegiatan pembelajaran.
(student-centered learning). Guru tidak lagi berperan Seiring dengan pemberlakuan Kurikulum 2013 (K-13),
sebagai satu-satunya sumber belajar bagi peserta setiap guru dituntut untuk memiliki pengetahuan dan
didik. Guru hanyamenjadi salah satu dari berbagai kemampuan memanfaatkan TIK di dalam kegiatan
sumber belajar. Artinya, peserta didik, selain belajar pembelajaran. Pengintegrasian TIK ke dalam
dari guru, sangat dimungkinkan juga untuk dapat pembelajaran sejauh ini masih terbatas dilakukan
belajar dari berbagai sumber belajar lain di luar guru. sebagian kecil guru terutama yang berada di
Apabila kegiatan pembelajaran sudah memfungsikan perkotaan. Oleh karena itu, guru harus
guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran mengembangkan potensi dirinya secara bertahap
dengan berbagai sumber belajar di kelas, maka model agar memiliki kompetensi TIK, baik melalui pendidikan
pembelajaran yang terjadi adalah belajar berbasis dan pelatihan, diklat berjenjang oleh lembaga yang
aneka sumber (resources-based learning). Model berkompeten, maupun melalui belajar sambil praktek,
pembelajaran ini mencerminkan peserta didik yang atau belajar sendiri melalui berbagai sumber belajar
berperan aktif untuk menggali dan mengkonstruksi yang ada.
pengetahuannya sendiri. Berbagai lembaga pemerintah dan swasta yang
Dewasa ini, peran guru tidak hanya menjalankan berkiprah di bidang pendidikan terutama yang
fungsinya sebagai seseorang yang memfasilitasi berkaitan dengan pemanfaatan TIK untuk pendidikan/
terjadinya transfer ilmu pengetahuan (transfer of pembelajaran telah melakukan pelatihan yang
knowledge) tetapi sekaligus juga berfungsi untuk bertujuan untuk peningkatan pengetahuan dan
menanamkan nilai (value) dan membangun karakter kemampuan TIK guru. Beberapa di antara lembaga
(character building) peserta didik secara ini: Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi
berkelanjutan. Peran ganda seperti ini menyebabkan Pendidikan (Pustekkom), Badan Penelitian dan
posisi guru di era kemajuan TIK bukanlah hal yang Pengembangan Pendidikan dan kebudayaan
mudah karena guru tetap merupakan unsur utama (Balitbang), Dinas Pendidikan, Lembaga Penjamin
dalam keseluruhan proses pembelajaran/pendidikan. Mutu Pendidikan (LPMP), Pusat Pengembangan dan
Guru dituntut untuk mampu, professional di bidangnya, Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
meningkatkan potensi diri secara berkelanjutan (P4TK), Intel dan PT. Telkom. Sumber data yang
memutakhirkan pengetahuannya sesuai dengan ada di Pustekkom menunjukkan bahwa jumlah guru
perkembangan zaman. yang sudah dilatih di bidang TIK sejak tahun 2008
Untuk menjadikan guru kompeten dan profesional sampai dengan tahun 2013 sebanyak 18.149 master
di bidangnya membutuhkan sebuah proses. Sebagai trainer TIK untuk guru di 33 provinsi (Pustekkom-
gambaran singkat tentang kompetensi guru yang 2013).
dihasilkan berdasarkan Uji Kompetensi Guru (UKG) Berdasarkan uraian di atas tampaklah bahwa
pada tahun 2012 dapat dikatakan bahwa mutu guru masih banyak guru yang belum mendapatkan
Indonesia masih relatif rendah. Dalam kaitan ini, kesempatan pelatihan untuk meningkatkan
Iskandar (2014) menyampaikan data hasil UKG (0- kompetensi dan kemampuannya dalam pemanfaatan
100) untuk guru TK (44,41), guru SD (39,91), guru TIK. Fenomena kesenjangan pengetahuan dan
SMP (48,61), guru SMA (43,06), dan guru SMK (36,40). kemampuan TIK guru sangat menarik untuk di kaji,

166
Rahmi Rivalina: Kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi Guru dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran

karena guru-guru di perkotaan juga belum optimal character; (2) leadership responsibilities; (3)
memanfaatkan TIK dalam kegiatan pembelajaran leadership strategy; (4) leadership and execution; (5)
Anwas dan Hermanto (2012). Permasalahan yang leadership and change; (6) leadership influence; dan
menjadi fokus pembahasan di dalam tulisan ini adalah (7) leadership and the team.
upaya peningkatan kompetensi guru (pengetahuan Selain berkompeten dan menjadi suri teladan,
dan kemampuan) memanfaatkan TIK secara terpadu guru juga harus memiliki kreativitas dalam
dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan dari tulisan ini membelajarkan dan memotivasi peserta didik belajar
adalah untuk mengkaji berbagai solusi untuk sehingga mampu menghasilkan pembelajaran yang
peningkatan kompetensi TIK guru sehingga dapat berkualitas. Artinya peserta didik yang memiliki
merancang dan memanfaatkan TIK secara terpadu motivasi tinggi dalam belajar didampingi oleh guru
di dalam kegiatan pembelajaran yang pada akhirnya sebagai fasilitator pembelajaran yang akan membawa
bermuara pada peningkatan proses dan hasil keberhasilan pencapaian belajar yang berkualitas.
pembelajaran. Target hasil belajar dapat diukur melalui perubahan
sikap dan kemampuan peserta didik melalui proses
Kajian Literatur dan Pembahasan belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang
Kompetensi Guru fasilitas yang memadai, ditambah dengan kreatifitas
Kompetensi menurut Saepudin (2012) adalah satu guru, maka menurut Wikipidia(2014) akan membuat
kesatuan yang utuh yang menggambarkan potensi, peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.
pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang terkait Mengacu pada pemikiran tersebut di atas, dan
dengan profesi tertentu yang dapat diaktualisasikan pengakuan masyarakat terhadap guru sebagai sosok
dan diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja yang “digugu dan ditiru”, maka peranan guru sangat
untuk menjalankan profesi tertentu. Menurut strategis dalam menunjang peningkatan mutu
Siswandari dan Susilaningsih (2013), kompetensi pendidikan. Kemampuan atau kompetensi guru
dimaknai sebagai kemampuan atau kecakapan yang diperoleh melalui pendidikan profesi dan berbagai
biasanya diasosiasikan dengan performansi pelatihan (inservice teacher training). Di era kemajuan
profesional yang tinggi di dunia pendidikan. TIK guru harus dapat memanfaatkan TIK tidak hanya
Selanjutnya Siswandari dan Susilaningsih meyakini untuk pengembangan potensi dirinya tetapi juga
bahwa ada korelasi antara kompetensi profesional untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang
guru dengan performansi peserta didik, yang diampunya dengan mengintegrasikan TIK di dalam
ditunjukkan dari hasil prestasi belajar peserta didik. kegiatan pembelajaran.
Dengan demikian, kompetensi guru adalah satu
kesatuan dari ke empat kompetensi (pedagogik, Kompetensi TIK Guru
kepribadian, social, dan profesional) yang harus Seiring dengan kemajuan TIK, suka atau tidak, guru
dimiliki dan diterapkan guru secara penuh tanggung dituntut untuk menguasai dan memanfaatkan TIK
jawab dalam melaksanakan tugasnya sebagai dalam membelajarkan peserta didiknya. Tingkat
fasilitator pembelajaran. penguasaan TIK ini hendaknya dilakukan secara
Kompetensi yang harus dimiliki guru menurut bertahap dan berkelanjutan, baik melalui usaha sendiri
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik (otodidak) maupun melalui pelatihan yang
Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 adalah: kompetensi diselenggarakan institusi lain yang berkompeten di
pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional bidang TIK untuk pendidikan/pembelajaran. Oleh
yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Di samping karena itu, guru di samping memiliki kemampuan
keempat kompetensi ini, seorang guru menurut mengajar di kelas juga harus mampu
Rahman (2013) harus menjadi suri tauladan dan mengintegrasikan pemanfaatan TIK dalam
pemimpin untuk dirinya dan orang lain. Dalam hal ini, pembelajaran. Guru yang melakukan pengintegrasian
guru harus memiliki tujuh karakter, yaitu; (1) leadership TIK di dalam kegiatan pembelajaran untuk mata

167
Jurnal Teknodik Vol. 18 - Nomor 2, Agustus 2014

pelajarannya di sekolah akan menjadikan kegiatan memanfaatkan TIK sebagai sarana riset dan
pembelajaran lebih menarik dan siswa lebih optimal pengembangan professional.
memahami materi pembelajaran dan pada akhirnya Sehubungan dengan perkembangan TIK,
berakibat pada peningkatan kualitas hasil belajar pemerintah telah berupaya untuk memanfaatkannya
peserta didik. bagi kepentingan pendidikan melalui ragam program
Warsihna (2011) yang merujuk pada “Naskah di antaranya adalah: (1) melaksanakan pelatihan
Akademik TIK untuk Guru” menyatakan bahwa ada untuk guru dan kepala sekolah; (2) mengembangkan
4 jenjang kompetensi TIK, yaitu: (1) menguasai dasar- kerjasama dengan pengembang perangkat lunak; (3)
dasar TIK (ICT Literacy); (2) mendalami pengetahuan membuat kebijakan, langkah-langkah operasional
(akuisisi dan rekayasa pengetahuannya) melalui TIK; agar pengintegrasian TIK ke dalam Sistem Pendidikan
(3) mempunyai kemampuan untuk mengkreasi Nasional dapat berjalan efektif. Pada tahun 80-an,
pengetahuan dengan TIK; dan (4) berbagi ilmu dengan Pustekkom telah melakukan pelatihan TIK untuk guru
menggunakan TIK atau tentang TIK, baik kepada di antaranya berupa pelatihan penulisan naskah,
siswa maupun guru lainnya. Kemudian, kompetensi produksi media, penyiaran dan pemanfaatan untuk
TIK guru dikelompokkan oleh UNESCO dalam pembelajaran Radio, TV dan multimedia sebagaimana
Kristanto (2014) ke dalam enam aspek (ranah/ yang terdapat pada 30 tahun Kiprah Pustekkom dalam
kawasan), yaitu: (1). Aspek pemahaman TIK dalam Pendidikan (2009).
pendidikan meliputi pemahaman guru terhadap Kemudian, Kementerian Pendidikan Nasional
kebijakan pemerintah dalam pendayagunaan pada tahun 2003 bekerjasama dengan Microsoftdalam
teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan, program Partners in Learning (PIL) melaksanakan
sehingga guru mampu menerjemahkan kebijakan serangkaian kegiatan selama lima tahun, yang
tersebut ke dalam praktek aktivitas pembelajaran. (2). mencakup: (1) penguatan kemampuan TIK; (2)
Aspek kurikulum dan penilaian yang meliputi pengadaan sarana perangkat komputer disertai
kompetensi guru dalam pemanfaatan TIK dalam hal software berlisensi; (3) perumusan strategi yang tepat
pengembangan kurikulum, pengelolaan lingkungan dalam upaya mencapai keahlian tingkat tinggi dalam
belajar, pengelolaan pengalaman belajar siswa, menggunakan TIK; (4) pelatihan guru mempersiapkan
penilaian dan pengukuran, serta pemanfaatan TIK materi pembelajaran dengan menggunakan TIK di
untuk peserta didik berkebutuhan khusus. (3). Aspek dalam kelas. Pada tahun 2005, pelatihan TIK yang
pedagogi yang meliputi pemanfaatan TIK dalam hal dilaksanakan menurut Ariasdi (2013) telah berhasil
perencanaan dan penyusunan strategi pembelajaran, melatih 75.075 guru dan kepala sekolah se-Indonesia.
pengembangan pembelajaran aneka sumber, Sehubungan dengan pemberlakuan kurikulum
pembelajaran berbasis masalah, serta komunikasi 2013 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, mata
dan kolaborasi. (4). Aspek teknologi informasi dan pelajaran TIK tidak lagi diajarkan di sekolah khususnya
komunikasi yang meliputi kompetensi guru dalam pada satuan pendidikan non-kejuruan. Sebagai
penggunaan piranti TIK, baik pemanfaatan konsekuensinya, seluruh guru harus memiliki
multimedia, internet, media audio visual untuk kompetensi TIK dan kemudian menerapkannya secara
pembelajaran ataupun TIK sebagai penunjang terintegrasi di dalam pembelajaran. Perubahan ini
administrasi pembelajaran. (5). Aspek organisasi dan diharapkan dapat mempengaruhi atau mendukung
administrasi yang meliputi integrasi TIK dalam terwujudnya proses pembelajaran yang berkualitas dan
pembelajaran, pengelolaan pembelajaran berbantuan sekaligus juga sebagai upaya untuk mencapai tujuan
TIK, serta pemahaman tentang etika dalam pendidikan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
pemanfaatan TIK. (6). Aspek pembelajaran guru pencapain tujuan tersebut dan salah satu di antaranya
profesional yang meliputi kemampuan guru dalam adalah pemanfaatan atau penggunaan TIK dalam
memanfaatkan TIK untuk pengembangan diri, proses pendidikan dan pembelajaran. Peningkatan
partisipasi dan kontribusi dalam forum profesi, serta penguasaan TIK oleh para guru di sekolah-sekolah

168
Rahmi Rivalina: Kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi Guru dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran

sudah seharusnya dilakukan di dalam kegiatan Secara khusus berikut ini diuraikan beberapa
pembelajaran. Meskipun sebagian besar guru telah permasalahan/kesulitan yang dihadapi guru dalam
dilatih tentang TIK, namun kemungkinan besar masing- pemanfaatan TIK untuk pembelajaran: (1)guru
masing mereka belum memiliki kemampuan yang mempunyai jam mengajar sangat padat setiap hari di
sama. Hal ini disebabkan kesempatan guru sekolah; (2)pelatihan guru di bidang pemanfaatan TIK
mendapatkan pelatihan dan juga fasilitas yang dimiliki yang sudah dilaksanakan bertahun tahun tapi masih
sekolah atau gurupun berbeda-beda. belum dapat menjangkau semua guru. Bahkan ada
kecendrungan sebagian guru mengikuti pelatihan
Kendala-kendala Guru dalam Peningkatan yang sama di bidang TIK lebih dari sekali; (3) masih
Kompetensi TIK banyak guru yang tinggal jauh dari sekolah tempat
Indonesia memiliki 2.9 juta guru, dengan perincian: dia mengajar. Kondisi ini lebih banyak ditemukan di
(1) 900 ribu adalah tenaga guru honorer; dan (2) 1,44 daerah pedesaan dan daerah terpencil; (4) belum
juta guru belum berpendidikan Strata 1 (S-1). semua guru memiliki fasilitas laptop terutama mereka
Permasalahan guru tidak hanya sebatas kualifikasi yang bertugas di daerah pedesaan dan terpencil.
tetapi juga aspek penyebarannya. Menurut Baswedan Sumintono (2012) mengemukakan setidaknya ada
(2012), sebaran guru di Indonesia masih belum 2 faktor penyebabnya, yaitu; (a) belum dimilikinya
merata antara perkotaan, pedesaan dan daerah pengetahuan/kemampuan dan keterampilan
terpecil. Kekurangan guru di daerah perkotaan menggunakan komputer/laptop; (b) belum tersedianya
mencapai 21%, di daerah pedesaan sebanyak 37%, sumber tenaga listrik yang mendukung pemanfatan
dan lebih memprihatinkan lagi adalah kekurangan perangkat laptop. Bila di sekolah terjadi kerusakan
guru di daerah terpencil yang mencapai 76%. perangkat TIK, maka perangkat yang rusak sering tidak
Menurut Chaeruman (2005), beberapa hambatan dapat langsung diperbaiki karena keterbatasan
yang pada umumnya dihadapi dalam pemanfaatan sumberdaya atau teknisi dan juga tidak ada anggaran
TIK untuk kepentingan pembelajaran adalah: (1) yang memadai untuk memperbaikinya; (5) belum
penolakan untuk melakukan perubahan (resistancy tersedianya fasilitas jaringan internet atau belum
to change) khususnya dari policy maker sekolah dan memiliki jaringan internet yang memadai (band width
guru; (2) kesiapan SDM (literasi TIK dan kompetensi nya masih terbatas) apalagi sekolah di daerah
guru); (3) ketersediaan fasilitas TIK; (4) ketersediaan pedesaan dan terpencil sehingga pemanfaatan internet
bahan belajar berbasis aneka sumber; (5) untuk pembelajaran tidak dapat dilaksanakan atau
keberlangsungan (sustainability). Kesulitan lain yang belum maksimal; (6) motivasi internal guru yang relatif
dihadapi guru untuk pemanfaatan TIK adalah aspek rendah untuk membiasakan pemanfaatan TIK di dalam
teknis mencakup kepemilikan komputer, baik oleh kegiatan pembelajaran yang diampunya. Akibatnya,
sekolah maupun pribadi guru, daya listrik yang bisa guru tidak tertantang atau tergugah untuk secara
digunakan, ketersediaan proyektor, sampai pada berkelanjutan dan bertahap meningkatkan potensi
serangan virus yang mengancam efektivitas kegiatan dirinya di bidang pemanfaatan TIK untuk kepentingan
pembelajaran menggunakan koneksi internet, kendala pembelajaran; (7) belum ada kebijakan dari kepala
waktu dalam penyiapan bahan belajar atau sekolah yang mewajibkan guru memanfaatkan TIK di
kemampuan bahasa Inggris guru untuk memahami dalam kegiatan pembelajaran sehingga sebagian guru
program perangkat lunak). Penelitian Sumintono tidak terkondisi untuk belajar memanfaatkan TIK di
(2012) juga mengungkapkan bahwa 21% dari guru dalam kegiatan pembelajaran; (8) sebagian guru
yang telah melakukan pembelajaran dengan berpendapat bahwa dengan metode pembelajaran
menggunakan TIK mengalami kesulitan pemanfaatan yang selama ini dilaksanakan (konvensional), prestasi
perangkat proyeksi (LCD) disebabkan karena belajar peserta didiknya sudah memuaskan. Oleh
kurangnya kemampuan bahasa Inggris. karena itu, tidak perlu repot dengan pemanfaatan TIK
dalam kegiatan pembelajaran

169
Jurnal Teknodik Vol. 18 - Nomor 2, Agustus 2014

Berdasarkan berbagai pemikiran yang telah diuraikan, hal ini, terdapat dua jenis sasaran pelatihan, yakni: (i)
masalah utama dalam pemanfaatan TIK untuk knowledge-centered objectives; (ii) performance-
kegiatan pembelajaran adalah berada pada diri guru centered objectives; (c) evaluasi efektifitas program
itu sendiri, yang disebut sebagai kompetensi TIK guru. pelatihan (evaluating training program effectiveness),
Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya agar guru pelatihan harus merupakan suatu solusi yang tepat
memiliki kompetensi TIK. Berikut ini akan diuraikan bagi permasalahan, yakni bahwa pelatihan tersebut
beberapa cara/strategi untuk meningkatkan harus dimaksudkan untuk memperbaiki kekurangan
kompetensi TIK guru. keterampilan guru
Menurut Utomo (2008), ada 3 faktor yang
Peran Pemerintah/Dinas Pendidikan menyebabkan keberhasilan sebuah pelatihan, yaitu:
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah seharusnya (a) pengetahuan yang dimiliki guru sebelum pelatihan;
dapat lebih berkolaborasi untuk membangun (b) sikap dan nilai serta motivasi yang dimiliki guru
pendidikan baik, kualitas maupun kuantitas setelah sebelum pelatihan dan dalam menjalani pelatihan;
diberlakukannya undang-undang otonomi daerah. (c) kualitas pelatihan. Kualitas di sini adalah bahan
Pengelolalaan pendidikan termasuk guru adalah pelatihan yang jelas, terarah, dan dibimbing oleh
menjadi kewenangan pemerintah daerah kabupaten/ instruktur yang mampu mentransfer pengetahuannya.
kota. Dalam kaitan ini, Winingsih, (2013) Kebiasaan mengirim guru yang sama atau yang tidak
mengemukakan bahwa pemerintah daerah relevan degan pelatihan dan kebutuhan dapat
kabupaten/kota merupakan pihak yang paling mengakibatkan pelatihan yang sia-sia. Pengalaman
bertanggung jawab dalam pembinaan dan dari beberapa pelatihan yang telah dilakukan dalam
pengembangan profesionalisme guru. Salah satu meningkatkan kompetensi guru SD oleh pemerintah,
bentuk pengembangan profesionalisme guru adalah hanya sedikit yang dapat diterapkan di sekolah.
meningkatkan kompetensi TIK guru dengan cara: (a) Alasannya banyak guru tidak mau dan tidak mampu
pelatihan/diklat (konvensional atau online); (b) mempraktikan apa yang diperoleh dari pelatihan.
penyediaan infrastruktur; (c) konten; (d) motivasi Akibatnya terjadi pemborosan waktu, tenaga, dan
(reward). Lebih lanjut dikatakan bahwa salah satu cara biaya.
yang paling sering dilakukan dalam peningkatan Kemudian, pelaksanaan diklat atau
kemampuan kompetensi tenaga adalah pendidikan pengembangan tenaga kependidikan (guru) dapat
dan pelatihan (diklat). Pelaksana pelatihan atau dilakukan dengan banyak cara di antaranya menurut
sekolah harus memahami dengan baik konsep Mulyasa, (2004), adalah (a) in-house training yaitu
pelatihan yang efektif bagi guru, yaitu yang sesuai pelatihan yang dilaksanakan secara internal di sekolah
dengan karakteristik dan kebutuhan guru. atau tempat lain yang ditetapkan untuk
Sebelum melakukan pelatihan, ada 3 tahap utama menyelenggarakan pelatihan. Cara ini diharapkan
yang perlu dilakukan menurut Wedastama (2011) dapat lebih menghemat waktu, biaya dan dapat
agar pelatihan yang akan dilaksanakan dapat berjalan menampung banyak guru yang tidak harus
efektif meningkatkan kompetensi TIK guru, yaitu: (a) meninggalkan sekolah; (b) kemitraan sekolah,
penentuan kebutuhan pelatihan (assessing traning pelatihan ini dilaksanakan bekerjasama dengan
needs) yang bertujuan untuk mengumpulkan institusi pemerintah atau swasta; (c) belajar secara
sebanyak mungkin informasi yang relevan guna jarak jauh (online)
mengetahui dan/atau menentukan apakah perlu atau
tidaknya pelatihan dilakukan; (b) mendesain program Peran Guru
pelatihan (designing a training program) dengan tujuan Kompetensi TIK guru tidak sama di setiap sekolah.
agar penggunaan metode pelatihan disesuaikan Ada guru TIK, ada guru yang sudah dapat pelatihan
dengan tujuan yang hendak dicapai dan TIK beberapa kali, bahkan ada guru yang sama sekali
mengidentifikasi berbagai hal yang diinginkan. Dalam belum tersentuh oleh pelatihan TIK. Guru-guru TIK

170
Rahmi Rivalina: Kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi Guru dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran

dan guru yang sudah dapat pelatihan TIK diharapkan kelas; (f) pertemuan kolegial/diskusi sesama guru
dapat membantu teman-teman guru yang belum (peer teaching).
mendapatkan pelatihan TIK atau belum sepenuhnya Mengingat pelatihan merupakan cara yang paling
memahami pentingnya TIK (Permendikbud No. 68 tepat untuk meningkatkan kompetensi guru, maka
Tahun 2014). Diperlukan kolaborasi dan saling guru harus mendapatkan pelatihan yang
berbagi di antara guru di sekolah antara yang telah relevansecara berkelanjutan. Pelatihan tidak selalu
dilatih dengan yang belum. Bagi guru yang telah harus yang dilaksanakan oleh sekolah atau
mengikuti pelatihan dan kembali ke sekolah pemerintah tetapi juga dapat dilakukan sendiri oleh
hendaknya dapat berbagi pengetahuan dan guru dengan cara otodidak atau belajar mandiri (self-
keterampilan dengan sesama guru lainnya yang directed-learning). Belajar mandiri adalah kegiatan
didapat selama pelatihan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motivasi
Salah satu bentuk percepatan transfer untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi
pengetahuan, keterampilan dan informasi di sekolah suatu masalah, dan dibangun dengan bekal
adalah dengan cara berbagi informasi dengan sesama pengetahuan atau kompetensi yang dimiliki.
guru. Bagi guru yang mentransfer pengetahuan buat Pencapaian kompetensi sebagai tujuan belajar, dan
kolega mungkin dapat dipertimbangkan sebagai cara penyampaiannya — baik penetapan waktu
angka kredit. Pelaksanaan ini dapat dilakukan untuk belajar, tempat belajar, irama belajar, tempo belajar,
beberapa sekolah di sekitarnya. Sekolah dengan cara belajar, maupun evaluasi belajar – dilakukan oleh
sendirinya akan memiliki rekaman tentang siswa sendiri. Belajar mandiri menurut Mujiman
kompetensi TIK gurunya. Cara ini akan menumbuhkan (2009), lebih dimaknai sebagai usaha siswa untuk
rasa kebersamaan, kepercayaan diri dan dapat melakukan kegiatan belajar yang didasari niatnya
membangun kesadaran akan pentingnya untuk menguasai suatu kompetensi tertentu.
meningkatkan kompetensi setiap guru khususnya di Deskripsi belajar mandiri yang lebih rinci
bidang TIK. disampaikan oleh Hiemstra (1994) yaitu bahwa (a)
Pengintegrasian TIK ke dalam pembelajaran setiap individu siswa berusaha meningkatkan
untuk beberapa mata pelajaran akan membuat proses tanggung jawab untuk mengambil berbagai keputusan
pembelajaran lebih menyenangkan dan siswa lebih dalam usaha belajarnya; (b) belajar mandiri dipandang
mudah menyerap karena memberdayakan banyak sebagai suatu sifat yang sudah ada pada setiap orang
panca indera. Namun kenyataan di lapangan, masih dan situasi pembelajaran; (c) belajar mandiri bukan
banyak guru yang belum memiliki fasilitas komputer/ berarti memisahkan diri dengan orang lain; (d) dengan
laptop, kususnya yang berada di daerah pedesaan belajar mandiri, siswa dapat mentransfer hasil
apalagi di daerah terpencil. Pada tahun 2005, PT belajarnya yang berupa pengetahuan dan
Telkom telah melatih sebanyak 5000 guru di bidang keterampilan ke dalam situasi yang lain; (e) siswa
TIK. pada saat komputer/laptop masih sangat mahal yang melakukan belajar mandiri dapat melibatkan
sehingga pelatihan tersebut tidak diikuti dengan berbagai sumber daya dan aktivitas, seperti membaca
praktek yang maksimal. Sejak sertifikasi guru tahun sendiri, belajar kelompok, latihan-latihan, dialog
2008, sebagian guru mulai memiliki laptop/komputer elektronik, dan kegiatan korespondensi; (f) peran
sendiri atau berupa bantuan dari sekolah. efektif guru dalam belajar mandiri masih
Guru dapat meningkatkan kompetensi TIK dengan dimungkinkan, seperti dialog dengan siswa, pencarian
cara: (a) mengikuti diklat baik secara konvensional sumber, mengevaluasi hasil, dan memberi gagasan-
maupun online; (b) otodidak/belajar mandiri; (c) gagasan kreatif; (g) beberapa institusi pendidikan
menghadiri seminar dan lokakarya; (d) membaca sedang mengembangkan belajar mandiri menjadi
jurnal, buku, modul yang relevan dan menulis karya program yang lebih terbuka (seperti Universitas
ilmiah untuk di terbitkan di jurnal sebagaimana yang Terbuka) sebagai alternatif pembelajaran yang bersifat
dikemukakan Danim (2010); (e) penelitian tindakan individual.

171
Jurnal Teknodik Vol. 18 - Nomor 2, Agustus 2014

Berdasarkan beberapa pendapat yang para guru berbagi pengetahuan dan pengalaman
dikemukakan sebelumnya maka dapat disimpulkan termasuk di bidang TIK, dengan sesama koleganya,
bahwa belajar madiri adalah usaha individu untuk baik melalui pertemuan maupun diskusi atau pelatihan
melakukan kegiatan belajar secara sendirian maupun sehingga terjadi percepatan penyebaran pengetahuan
dengan bantuan orang lain berdasarkan motivasinya di antara guru.
sendiri. Tujuan yang ingin dicapai melalui belajaran Pemberdayaan sesama guru (baik oleh guru TIK
mandiri adalah untuk menguasai sesuatu materi dan atau guru yang telah dilatih di bidang TIK) untuk
atau kompetensi tertentu sehingga dapat peningkatan kompetensi TIK akan mempercepat
digunakannya untuk memecahkan masalah yang pelaksanaan pemanfaatan TIK dalam kegiatan
dihadapinya di dunia nyata. pembelajaran. Dalam kaitan ini, peran kepala sekolah
Berpartisipasi dalam pertemuan ilmiah seperti sangat menentukan keberhasilan peningkatan
menghadiri seminar dan lokakarya yang relevan juga kompetensi TIK guru. Bentuk lain untuk meningkatkan
merupakan strategi dalam meningkatan kompetensi kompetensi Tik guru adalah keikutsertaan guru
TIK guru. Kebijakan kepala sekolah menugaskan melaksanakan penelitian tindakan kelas di bidang
guru untuk menghadiri seminar minimal 3 kali se tahun pemanfaatan TIK dalam kegiatan pembelajaran.
dan akan lebih baik kalau guru bisa sebagai Melalui keikutsertaan guru yang demikian ini, maka
pemakalah pada seminar yang dihadirinya. guru akan semakin memahami dan mengalami
Penyelengara seminar dan lokakarya hendaknya pentingnya pemanfaatan TIK dalam kegiatan
mulai merencanakan penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.
sejenis sampai ke pedesaan sehingga guru yang
bertugas jauh dari daerah perkotaan memungkinkan Peran Organisasi Profesi Guru.
untuk ikut. Banyak organisasi yang berkiprah di bidang guru dan
Membaca buku, modul, jurnal, dan menulis di beberapa di antaranya adalah Persatuan Guru
jurnal yang relevan merupakan salah satu upaya Republik Indonesia (PGRI), Musyawarah Guru Mata
dalam bentuk belajar mandiri untuk meningkatkan Pelajaran (MGMP), Ikatan Sarjana Pendidikan
pengetahuan. Menurut Gelman dan Cassity dalam Indonesia (ISPI), dan Ikatan Petugas Bimbingan
Readersdigest (2014) membaca memberikan jenis Indonesia (IPBI), Ikatan Guru Indonesia (IGI), Federasi
latihan yang berbeda bagi otak dibandingkan Serikat Guru Indonesia (FSGI), Federasi Guru
menonton TV atau mendengarkan radio. Membaca Independen Indonesia (FGII), Persatuan Guru
dapat meningkat kemampuan imajinasi, bahasa dan Madrasah Indonesia (PGMI). Salah satu ciri organisasi
pembelajaran asosiatif - semua terhubung dalam profesi menurut Sudrajat (2013), adalah mewadahi
sirkuit saraf tertentu untuk membaca. Lebih jauh dan mengawali pelaksanaan tugas-tugas profesional
pemahaman tentang membaca dapat meningkatkan anggotanya melalui tridarma organisasi profesi.
kosakata, mencari inspirasi untuk berbicara maupun Organisasi profesi guru mewadahi kegiatan-kegiatan
menulis dan membantu memahami gaya bahasa yang menunjang peningkatan kemampuan guru
yang sesuai dengan anda. Kebijakan kepala sekolah misalnya dengan mengadakan seminar, workshop,
bahwa guru diwajibkan membaca sebuah buku yang lomba, untuk guru dalam meningkatkan kompetensi
relevan dan kemudian secara bergantian guru dan TIK guru. Sebagai bahan perbandingan
mempresentasikan tentang apa yang telah dibaca di organisasi profesi dapat meniru organisasi profesi
hadapan kolega, kepala sekolah dan pengawas. lain diantaranya Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Kegiatan ini bisa dijadikan program rutinitas yang akan
mengarahkan guru memiliki budaya baca yang tinggi. Peran Swasta /Dunia Swasta
Dengan semakin banyak dan terbiasa membaca Sebagaimana amanat Undang-undang Dasar 1945
maka khasanah pengetahuan atau wawasan akan bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab
semakin luas. Jauh lebih bermakna lagi manakala pemerintah dan masyarakat. Dunia usaha dan

172
Rahmi Rivalina: Kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi Guru dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran

organisasi sosial sangat dibutuhkan peranannya untuk kondusif, menurut Ahmad, (2008) hendaknya
memajukan pendidikan di Indonesia. Sekalipun masih memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : (a)
sangat terbatas, beberapa dunia usaha telah para guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan
berperanserta dalam menunjang upaya peningkatan yang dilakukannya menarik dan menyenangkan; (b)
mutu pendidikan dan perluasan kesempatanuntuk tujuan kegiatan perlu disusun dengan dengan jelas
memperoleh layanan pendidikan melalui kegiatan dan diinformasikan kepada para guru sehingga
corporate social resposibilitiy (CSR). Bantuan dapat mereka mengetahui tujuan dia bekerja, para guru juga
berupa pelatihan untuk meningkatkan kompetensi TIK dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut;
guru, infrastruktur TIK, baik untuk sekolah, guru, (c) para guru harus selalu diberitahu setiap
maupun siswa. pekerjaannya; (d) pemberian hadiah lebih baik dari
hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga
Peran Sekolah diperlukan; (e) usahakan untuk memenuhi kebutuhan
Peran sekolah dalam hal ini kepala sekolah dalam sosio-psiko-fisik guru, sehingga memperoleh
meningkatkan kompetensi TIK guru perlu kepuasan.
dioptimalkan karena multi fungsi kepala sekolah yang Kepala sekolah dengan sikap kewirauhasaan
terdapat dalam perspektif kebijakan pendidikan yang kuat akan berani melakukan perubahan-
nasional yaitu, sebagai: (a) educator (pendidik); (b) perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk
manajer; (c) administrator; (d) supervisor (penyelia); perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan
(e) leader (pemimpin); (f) pencipta iklim kerja; dan (g) proses pembelajaran siswa beserta kompetensi
wirausahawan. (Depdiknas, 2006). gurunya.
Kepala sekolah sebagai pendidik harus berperan
dalam meningkatkan kompetensi TIK guru melalui Peran Orangtua/Masyarakat
penerapan bebagai kebijakan yang mendukung Perkembangan TIK menyebabkan peranan sekolah
pemanfaatan TIK, memfasilitasi guru dalam sebagai lembaga pendidikan mulai bergeser. Sekolah
meningkatkan kompetensi, memberikan motivasi dan guru tidak lagi menjadi satu-satunya pusat
kepada guru untuk terus-menerus meningkatkan pembelajaran karena seseorang dapat belajar dari
kompetensi pada‘umumnya dan kompetensi di bidang berbagai sumber belajar di antaranya buku,
TIK (keterampilan dan pengetahuan) baik melalui perpustakaan dan internet. Peran masyarakat untuk
diskusi sesama kolega maupun pemberian pendidikan diharapkan dapat mendukung penyediaan
kesempatan untuk mengikuti pendidikan lanjutan atau infrastruktur TIK di sekolah. Ada beberapa sekolah
pelatihan. Dalam kaitan ini, kepala sekolah perlu yang menerima bantuan TIK dari alumni dan orangtua.
mengalokasikan anggaran di bidang peningkatan Orangtua juga diharapkan dapat membimbing dan
kompetensi TIK guru. mendorong anak-anaknya untuk memanfaatkan TIK
Peran lain dari kepala sekolah adalah melakukan untuk pendidikan.
pemantauan sejauh mana guru melaksanakan Standar kompetensi TIK guru yang telah disusun
pembelajaran dengan menggunakan TIK. Kegiatan perludisosialisasikan keseluruh guru di Indonesia dan
ini dapat dilakukan secara berkala sehingga hasil dipersiapkan langkah-langkah untuk dapat
umpan balik dari guru, kepala sekolah tersebut dapat meningkatkan pengetahuan TIK guru. Dalam kaitan
melihat kelebihan dan kelemahanpemanfatan TIK ini perlu dipersiapkan bahan belajar modul dan konten
dalam pembelajaran. Kepala sekolah harus menjadi dijital yang dapat diunduh (downloaded) dari website,
panutan bagi para guru sehingga bimbingan kepala dan penyiapan instruktur/narasumber. Pelatihan
sekolah mempengaruhi etos kerja guru. dapat dilaksanakan secara campuran antara tatap
Etos kerja guru juga dipengaruhi oleh budaya dan muka dan online.
iklim kerja yang kondusif. Oleh karena itu, dalam
upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang

173
Jurnal Teknodik Vol. 18 - Nomor 2, Agustus 2014

Simpulan dan Saran atau motivasi kepada siswa, guru dan sekolah.
Simpulan
Solusi yang dapat meningkatkan kompetensi TIKguru, Saran
yaitu melalui peran: (1) pemerintah pusat dan daerah Untuk meningkatkan kompetensi TIK guru hendaknya
berkolaborasi dalam kebijakan di bidang pemanfaatan dilaksanakan: (1) pemerintah/sekolah perlu mengkaji
TIK, mempersiapkan infrastruktur TIK di sekolah dan ulang kebutuhan guru di sekolah sehingga sekolah
pelatihan guru di bidang pemanfaatan TIK; (2) memiliki guru yang cukup dan guru memiliki waktu
kesadaran guru untuk meningkatkan potensi diri yang banyak baik dalam meningkatkan kompetensi
mereka di bidang pemanfaatan TIK dan khususnya TIK (membaca dan praktek) maupun
mengoptimalkan sumber daya yang ada sehingga dalam mempersiapkan pembelajaran. Guru juga
dapat menjadi budaya atau habit untuk selalu dapat melakukan penelitian yang berhubungan
meningkatkan kompetensi TIK; (3) organisasi profesi dengan pembelajaran yang menggunakan TIK; (2)
guru lebih proaktif mewadahikegiatan yang menunjang pemerintah/sekolah perlu membangun dan atau
peningkatan kompetensi TIK guru seperti mengkaji ulang infrastruktur di sekolah berupa
menyelenggarakan seminar atau lokakarya dan kebutuhan komputer dan peralatan TIK untuk
menerbitkan jurnal ilmiah; (4) swasta/ dunia usaha pembelajaran di sekolah. Masih banyak sekolah
sangat diharapkan lebih optimal dalam peningkatan belum memiliki fasilitas TIK yang memadai; (3)
kemampuan TIK guru melalui kegiatan tanggung jawab pemerintah/sekolah perlu membangun jaringan
social di bidang pendidikan(CSR); (5) kepala sekolah internet yang memadai khususnya di daerah
yang paling dominan dalam peningkatan kompetensi pedesaan dan terpencil. Kalaupun sekolah memiliki
TIK guru berupa: (a) melakukan pemetaan tentang jaringan internet bisa jadi band width nya masih
kompetensi TIK guru; (b) perencanaan yang didukung terbatas; (4) pemerintah pusat dan daerah
alokasi anggaran untuk melatih para guru di bidang menetapkan kebijakan yang berjenjang bagi
peningkatan kompetensi TIK; (c) pengadaan perangkat pengawas, kepala sekolah dan guru sehingga
TIK di sekolah; (d) penugasan guru untuk mengikuti implementasi supervisi dan budaya berbagi dalam
diklat di bidang pemanfaatan TIK secara terpadu di percepatan transformasi ilmu pengetahuan,
dalam kegiatan pembelajaran; (e) penyelengaraan keterampilan sesama guru dapat tercapai; (5) Sekolah
diklat di bidang TIK untuk pembelajaran; dan (f) harus proaktif melaksanakan in-house training
pemberian apresiasi/penghargaan terhadap guru yang mengupayakan guru-guru yang sudah pernah di latih
telah secara teratur melakukan pengintegrasian atau guru-guru TIK membantu koleganya di sekolah
pemanfaatan TIK di dalam pembelajaran; (g) atau beberapa sekolah sekitarnya; (6) pemerintah dan
membimbing sesama guru sehingga dapat manfaatkan institusi pendidikan sudah harus merancang seleksi
TIK secara periodik dan terpadu dalam kegiatan penerimaan calon mahasiswa tenaga pendidik (guru)
pembelajaran; (h) meningkatkan motivasi guru; dan (i) untuk S2, dan kurikulum yang tepat sesuai dengan
memantau kegiatan aktifitas pembelajaran dalam era teknologi; (7) pemerintah pusan dan daerah
rangka meningkatkan kemampuan TIK guru; (6) kembali memikirkan guru dan siswa yang berada di
kepedulian orangtua/masyarakat terhadap daerah terpencil terisolir dimana mereka harus
peningkatan kemampuan TIK guru. Kepedulian orang berjalan kaki berkilo-kilo meter dengan rintangan alam
tua/masyarakat dapat berupabantuan peralatan TIK yang berat.

Pustaka Acuan
Anwas, E. Oos M. dan Hermanto. 2012. Cultivation of Internet ini Teacher Community, Proceeding International
Symposium on Open Distance and e-Learning for All: Achievin Golbal Welfare. Bali, Indonesia, December
4-6, 2012.
Ariasdi. 2013.‘Classic Teachers’ versus ‘Digital Students’ (Sebuah Refleksi Menyambut Kelahiran Kurikulum

174
Rahmi Rivalina: Kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi Guru dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran

2013), LPMP Sumbar. http://ariasdimultimedia.wordpress.com/2013/03/22/classic-teachers-versus-digital-


students-sebuah-refleksi-menyambut-kelahiran-kurikulum-2013/, diakses 20 Agustus 2014.
Baswedan, Anies. 2012. http://www.umy.ac.id/anies-baswedan-distribusi-guru-di-indonesia-belum-merata.html.
diakses 25 Agustus 2014.
Chaeruman, Uwes Anis. 2005. Integrasi Teknologi Telekomunikasi dan informasi ke dalam Pembelajaran,
dalam Dewi Padmo, dkk. (Editor). Peningkatan Daya Saing Sumber Daya Manusia
Danim, Sudarwan. 2010. Karya Tulis Inovatif Sebuah Pengembangan Profesi Guru, Penerbit: PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Hiemstra. 1994. Self-Directed Learning. In T. Husen & T. N. Postlewaite (Eds), The International Encyclopedia
of Education (second edition) Oxford: Porgomon Press. http: //home.twcny.rr.com/hiemstra/sdlhdbk.html/
diakses 20 Agustus 2014. http://www.e-jurnal.com/2013/11/model-pelatihan-step-by-step-onsite.html. diakses
15 Juli 2014.
Iskandar, Harris. 2014. Direktur Pembinaan SMA, Kemdikbud, Harian Media Indonesia, www. facebook.com/
DinamikaGuruSD.kalimnuryatigoblok/posts/661486060561120, diakses 20 Agustus 2014.
Kristanto, FX. Eko Budi. 2014. http://fxekobudi.net/tik-di-sekolah/kerangka-kompetensi-tik-guru-berdasarkan-
unesco-ict-competency-framework-teachers/ diakses 23 September 2014
Mujiman, Haris. 2009. Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, Penerbit:
PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru.
Permendikbud No. 68 Tahun 2014 tentang “Peran guru Teknologi Informasi dan Komunikasi dan Guru
Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi Dalam Implementasi Kurikulum 2013.
Purwanto. dkk. 2009. Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (Pustekkom) Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan, 30 tahun Kiprah Pustekkom dalam Pendidikan, Ciputat, Tangerang Selatan.Jakarta, Pendidikan
dan Kebudayaan.
Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (Pustekkom) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Data
Kegiatan Pustekkom, Ciputat,Tangerang Selatan..
Rahman, Arief. 2013. (http://www.edukasi.kompasiana.com/2013/09/20/apakah-peran-guru-dalam-pelaksanaan-
kurikulum-2013-593602.html, diakses24 Juni 2014.
Reader ’s digest Indonesia http://www.readersdigest.co.id/Sehat/Info%20Medis/ manfaat.
membaca.bagi.otak.dan.tubuh/005/001/357/0. diakses6 Oktober 2014.
Saepudin, Asep. 2012. “Hubungan Persepsi Kompetensi Instruktur dalam Penggunaan Media Belajar Dengan
Prestasi Belajar” Artikel Jurnal Teknodik, Jakarta: Pustekkom Kemdikbud No. 4/XVI/Teknodik/ Desember
2012.
Siswandari dan Susilaningsih. 2013. Dampak Sertifikasi Guru Terhadap peningkatan Kualitas Pembelajaran
Peserta Didik. Artikel Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Balitbang Kemdikbud No. 4/19/ 4 Desember
2013.
Sudrajat, Akhmad. 2013. Organisasi Profesi Guru, dalam http://akhmadsudrajat.wordpress. com/ 2013/01/08/
organisasi-profesi-guru/diakses 19 Agustus 2014.
Sukirman, Silvia. 2005. Penggunaan Metode Siklus‘Kolb sebagai Model Transisi Menuju Student Centered
Learning, dalam Dewi Padmo, dkk, (Editor). Peningkatan Daya Saing Sumber Daya Manusia.
Sumintono, Bambang. 2012. Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pengajaran: Survei
pada Guru-Guru Sains SMP di Indonesia, http://www.academia.edu/2225171/

175
Jurnal Teknodik Vol. 18 - Nomor 2, Agustus 2014

Penggunaan_Teknologi_Informasi_dan_Komunikasi_dalam_Pengajaran_Survei_pada_Guru-
Guru_Sains_SMP_di_Indonesia_IndonesianJurnal Pengajaran MIPA, Volume 17, Nomor 1, April 2012,
diakses 19 Agustus 2014.
———————————, Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pengajaran: Survei pada
Guru-Guru Sains SMP di Indonesia , http://www.academia.edu/2225171/
Penggunaan_Teknologi_Informasi_dan_Komunikasi_dalam_Pengajaran_Survei_pada_Guru-
Guru_Sains_SMP_di_Indonesia_Indonesian ,Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 17, Nomor 1, April 2012,
diakses 19 Agustus 2014.
———————————--, Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pengajaran: Survei pada
Guru-Guru Sains SMP di Indonesia, http://www.academia.edu/2225171/
Penggunaan_Teknologi_Informasi_dan_Komunikasi_dalam_Pengajaran_Survei_pada_Guru-
Guru_Sains_SMP_di_Indonesia_Indonesian ,Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 17, Nomor 1, April 2012,
diakses 19 Agustus 2014.
Utomo, Sugeng. 2008. Model Pelatihan Step-by Step Onsite Teacher Training (SSOTT) in optimalisasi Kinerja
Guru Membelajarkan Matematika di SD http://www.e-jurnal.com/2013/11/model-pelatihan-step-by-step-
onsite.html, diakses 20 Agustus 2014.
Warsihna, Jaka. 2011. “Kompetensi TIK Guru” Artikel Jurnal Teknodik, Jakarta: Pustekkom Kemdikbud No. 2/
XVI/Teknodik/ Juni 2011.
Wedastama, Putu. 2011. http://putuwedastama.blogspot.com/2011/01/pelatihan-dan-pengembangan-sumber-
daya.html, diakses 15 Juli 2014.
Wikipidia. 2014. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran. diakses 5 Februari 2014.
Winingsih, Lucia H. 2013. Peran Pemerintah Daerah, LPMP dan P4TK dalam meningkatkan Profesionalisme
Guru, Artikel Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Balitbang Kemdikbud No. 4/19/ 4 Desember 2013.
Zawir, Ahmad. 2008. Kompetensi Kepala Sekolah http://www.academia. edu/7016045/
Kompetensi_Kepala_Sekolah, diakses 23 September 2014.

Ucapan Terima Kasih


Ucapan Terima Kasih penulis sampaikan kepada Dr. Purwanto, M.Pd., Dr. Oos M. Anwas, M.Si, dan Drs.
Sudirman Siahaan, M.Pd. yang telah memberikan ide, dan berdiskusi dalam pernyelesaian artikel ini.

******

176

Anda mungkin juga menyukai