Aiman Faiz1, Anggista Putri Novthalia2, Hasna Sausan Nissa3, Suweni4, Teti Himayah5, Shindy Damayanti6
PGSD, FKIP Universitas Muhammadiyah Cirebon1,2,3,4,5,6
Jl. Tuparev No.70, Kedungjaya, Kec. Kedawung, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat 45153
Email: aimanfaiz@umc.ac.id1
Tujuan penelitian ini upaya untuk menjaga budaya literasi. Penelitian ini
Sejarah Artikel: menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan
observasi dan wawancara yang kemudian menghasilkan dokumentasi. Subjek
Diterima Bulan Februari,
penelitian di SDN 1 Semplo adalah siswa-siswi kelas tiga di SDN 1 Semplo. Hasil
2022
Dipublikasikan Bulan
penelitiannya bahwa membuat pojok baca di kelas, atau membuat lebih nyaman dan
Februari, 2022 menarik lagi perpustakaan sementara yang disiapkan oleh sekolah. Kesimpulannya
adalah kegiatan inovasi pojok baca yang kami buat dari mulai observasi tempat
sampai menemukan titik masalahnya yaitu kerusakan parah pada perpusatakan
Keywords: pojok baca,
membuat kami berinisiatif untuk memecahkan masalah tersebut yaitu dengan
minat baca, gerakan
membuat pojok baca. Desain inovasi tentunya adalah membuat pojok baca yang
literasi, perpustakaan,
nyaman, kreatif dan lebih bergaya.
desain inovasi
Abstract
The purpose of this research is to maintain a literacy culture. This study used
descriptive qualitative method. Data collection techniques with observation and
interviews which then produce documentation. The research subjects at SDN 1
Semplo are third grade students at SDN 1 Semplo. The results of his research are
that making a reading corner in the classroom, or making it more comfortable and
interesting, the temporary library prepared by the school. The conclusion is that the
reading corner innovation activities that we made from observing the place to
finding the point of the problem, namely severe damage to the center made us take
the initiative to solve the problem, namely by making a reading corner. Design
innovation, of course, is to create a reading corner that is comfortable, creative and
more stylish.
© 2022 Aiman Faiz1, Anggista Putri Novthalia2, Hasna Sausan Nissa3, Suweni4, Teti
Himayah5, Shindy Damayanti6.
Under the license CC BY-SA 4.0
Alamat Korespondensi : Aiman Faiz ISSN 2541-6855 (Online)
Email : aimanfaiz@umc.ac.id ISSN 2541-0199 (Cetak)
58
Jurnal Lensa Pendas, Print ISSN: 2541-0199, Online ISSN: 2541-6855
Jurnal Lensa Pendas, Vol. 7 Nomor 1 , Bulan Februari 2022, Hlm 58-66
Aiman Faiz1, Anggista Putri Novthalia2, Hasna Sausan Nissa3, Suweni4, Teti Himayah5, Shindy
Damayanti6,.Pemanfaatan Pojok Baca Dalam Menanamkan Minat Baca Siswa
59
Dewasa ini, berbagai lembaga literasi usia dini. Literasi dini yaitu
pendidikan mulai dari jenjang pendidikan dasar kemampuan buat menyimak, tahu bahasa
sampai pendidikan tinggi dan lembaga lainnya lisan serta berkomunikasi melalui gambar
mulai membangun dan mendorong kegiatan serta verbal yang dibentuk oleh
literasi informasi (National & Pillars, n.d.). pengalamannya berinteraksi dengan
Literasi dalam hal ini merupakan pengembangan lingkungan sosial. Literasi pemulaan yaitu
berbasis pembelajaran produktif yang kemampuan untuk mendengarkan, berbicara,
memungkinkan peserta didik terampil membaca, menulis serta menghitung
mengelola informasi yang dibutuhkan dalam berkaitan dengan kemampuan analisis untuk
kehidupan berbasis ilmu pengetahuan abad ke- menghitungkan, mengkomunikasikan dan
21 (Suyono et al., 2017). Literasi diartikan mendeskripsikan berita sesuai pemahaman.
sebagai budaya kemampuan seseorang untuk Literasi perpustakaan yaitu menyampaikan
membaca, menulis, dan memeriksa informasi pemahaman dengan membedakan bacaan
kemudian tidak dapat dipisahkan dari fiksi serta nonfiksi menjadi pembagian
pendidikan. Pendidikan antara lain mengajarkan terstruktur mengenai pengetahuan yang
siswa untuk memperbaiki diri kapasitas memudahkan pada memakai perpustakaan,
intelektual dan memiliki alat berpikir yang tahu penggunaan katalog sehingga memiliki
memadai untuk memanfaatkan masyarakat dan pengetahuan dalam memahami berita.
budaya. Gerakan literasi adalah gerakan yang Literasi media yaitu keterampilan untuk
diprakarsai oleh Kementerian Pendidikan dan mengetahu aneka macam bentuk media,
Budaya 2015 yang muncul sebagai akibat dari seperti media cetak serta media elektronika.
rendahnya kemampuan literasi dan minat baca Literasi teknologi yaitu keterampilan
masyarakat Indonesia (sinta zakiya, 2019). memahami kelengkapan yang mengikuti
Literasi identik dengan aktivitas teknologi seperti aplikasi, dan etiket dalam
membaca dan menulis. Membaca merupakan memanfaatkan teknologi. Literasi visual
kebutuhan setiap orang terutama para siswa yaitu mengembangkan keterampilan serta
dalam memenuhi dan menyiapkan masa depan kebutuhan belajar dengan memanfaatkan
yang lebih baik sehingga sangat tepat jika materi visual serta audio visual secara kritis
perpustakaan mendukungnya dengan berbagai (Mulyo Teguh, 2017)
koleksi buku bacaan. Begitu juga dengan Pemerintah Indonesia menetapkan
kegiatan menulis. Seorang penulis tidak akan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) ini pada
dapat menciptakan karya yang bagus tanpa rajin tahun 2016. Sebelum ditetapkannya GLS
membaca. Dengan demikian keterkaitan baca pemerintah sudah memikirkan matang-
tulis dengan perpustakaan sangat erat. matang tentang tujuan di bentuknya GLS
Bagaimana perpustakaan akan ramai untuk peserta didik yang artinya GLS ini
pengunjung jika kita enggan membaca dan sebagai sarana untuk memberikan
menulis? Dalam kebiasaan membaca seseorang pemahaman, pengenalan budaya
akan berpengaruh terhadap mental, dan perilaku literasi/budaya membaca kepada peserta didik
seseorang. Oleh karena itu kualitas mutu sebagai salah satu cara mengembangkan budi
manusia ditentukan oleh budaya membaca. pekerti peserta didik sehari-hari. Berdasarkan
Strategi dalam menciptakan budaya literasi permendikbud No. 23 tahun 2015
dengan cara mengkondisikan lingkungan fisik menjelaskan bahwa budaya membaca buku 15
ramah literasi, mengupayakan lingkungan sosial menit yang bukan merupakan buku pelajaran
sebagai model interaksi yang literat, serta sebelum proses kegiatan belajar mengajar
mengupayakan sekolah sebagai lingkungan dimulai. Materi buku bisa berisikan nilai-nilai
akademik yang ramah anak (Rahayu, 2016) kearifan lokal, nasional dan global (Rohim &
Indonesia literasi sedari dini sangat Rahmawati, 2020). Pemerintah menerangkan
diharapkan sebagai dasar gerakan literasi di bahwa penerapan gerakan literasi disekolah
sekolah, terdapat beberapa komponen literasi seorang guru harus memperhatikan tahapan
yang perlu didahului dengan pengembangan pelaksanaannya seperti pembiasaan,
60
pengembangan serta pembelajaran kepada kemampuan membaca seperti kata “open the
peserta didik (Septiary & Sidabutar, 2020). door”atau sering kita melihat kata “push”
Sangat disayangkan, banyak di antara dan “pull” pada pintu supermarket dan
kita yang kurang menyadari akan pentingnya ruangan lainnya, artinya dengan bisanya kita
buku dan perpustakaan. Dengan alasan yang membaca maka akan membantu kita dalam
hampir sama, banyak siswa yang mengaku melakukan aktivitas sehari-hari. Membaca
sungkan untuk mengunjungi perpustakaan akan meningkatkan pemahaman kata-kata dan
karena menurut mereka membaca buku di meningkatkan keterampilan berpikir,
perpustakaan adalah hal yang membosankan. meningkatkan kreativitas dan juga berkenalan
Padahal jika kita rajin mengunjungi dan dengan ide-ide baru (Ati Afriati, Ujang
membaca di perpustakaan, akan banyak Jamaludin, 2021). Dan Minat baca memiliki
pengetahuan yang kita dapat dan perlu kita peranan penting karena melalui membaca
penanaman sejak dini didalam diri tentang seseorang dapat menemukan ide-ide baru,
pentingnya membaca buku di perpustakaan, informasi dan menambah ilmu pengetahuan
dirumah dan dimana saja. sehingga wawasan semakin luas.
Wiedarti (2016: 7) mengatakan Gerakan Minat adalah proses dimana tindakan
Literasi adalah sebuah langka yang didasarkan seseorang seperti aktivitas menjadi sebuah
pada usaha atau kegiatan sebagai sebuah bentuk objek untuk memunculkan rasa senang, atau
partisipasi sehingga melibatkan warga sekolah disebut dengan cara memusatkan perhatian
yakni semua individu yang ada di sekolah. subjek, ada usaha yang dilakukan dalam
Gerakan literasi adalah gerakan sosial yang mendekati, ingin mengetahui dan lainnya.
menjadi gerakan penuh dukungan dengan Sehingga subjek merasakan perasaan senang
sebuah proses yang dilakukan peserta didik dan tertarik pada objek. Minat juga berkaitan
berbagai tingkat kemampuan untuk bekerja dengan motivasi, adanya motivasi ini adalah
dalam kelompok lain sebagai upaya menuju kebutuhan kemudian peran guru disini adalah
tujuan terlaksananya gerakan tersebut. Upaya sebagai fasilitator untuk memberikan
yang dilakukan adalah dengan pembiasaan dorongan sehingga siswa memiliki keinginan
membaca peserta didik, gerakan ini biasanya dan daya tarik tinggi atas objek yang
dilangsungkan dan diterapkan untuk kegiatan 15 dilihatnya. Menurut Djaali, minat merupakan
menit sebelum melaksanakan pembelajaran. sebuah penumbuhan rasa tertarik, suka pada
Perkembangan zaman dan kecanggihan aktivitas tanpa adanya paksaan bahkan
teknologi membutuhkan sumber daya manusia suruhan, sehingga pada dasarnya subjek ini
yang berpengetahuan untuk mewujudkan segala menerima diri sendiri dan orang luar
bentuk perubahan yang akan datang. Untuk (lilissuryani, 2018). Bahan pelajaran yang
memiliki wawasan yang luas tersebut, maka menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari
diperlukan salah satu dari sekian banyak proses karena minat menambah dorongan untuk
literasi, yaitu proses membaca. Membaca adalah mempelajari. Tujuan utama membaca adalah
salah satu proses membentuk kemampuan untuk mencari dan memperoleh informasi,
paling utama dimana ketika seseorang dapat termasuk isi, memahami makna bacaan. Arti/
membaca maka tentunya mudah dalam makna yang erat sekali berkaitan dengan
kemampuan berbicara, menulis, menganalisis tujuan, atau intensnya kita dalam membaca
dan lainnya. Pada surat al-alaq ayat 1 dijelaskan (Nurhadi, 2007).
dengan bunyi “bacalah dengan namamu tuhan Minat membaca adalah perhatian yang
yang menciptakan” ditegaskan pada ayat kuat dan mendalam dengan perasaan senang
tersebut sejatinya setiap individu diutamakan terhadap kegiatan membaca sehingga dapat
dalam membaca, baik ilmu pengetahuan umum mengarahkan seseorang untuk membaca
maupun ilmu agama (Khairi, 2017). dengan atas kemauannya sendiri atau
Membaca disini terletak pada poin dorongan dari luar. Minat membaca juga
penting dikehidupan, dalam kehidupan sehari- merupakan perasaan senang seseorang
hari aktivitas apapun selalu tertera dengan terhadap membaca karena pemikiran bahwa
61
dengan membacanya dapat diperoleh manfaat kreatif dari pustakawan sekolah. Sayangnya,
baginya. Fungsi Perpustakaan berdasarkan kreativitas pustakawan tersebut juga dirasa
Undang-Undang No.43 tahun 2007 tentang masih kurang menarik minat baca siswa
Perpustakaan: Perpustakaan berfungsi sebagai sehingga perpustakaan masih saja terlihat
wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, sepi. Penyebab lain rendahnya minat baca
informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan bagi siswa yaitu masih rendah kemahiran
kecerdasan dan keberdayaan bangsa. membaca siswa,banyaknya jenis hiburan yang
Perpustakaan memiliki ciri-ciri umum dan mengalihkan perhatian anak untuk membaca
persyaratan tertentu, seperti tersedianya (Arwan, 2019).
ruangan/gedung, adanya koleksi atau bahan Upaya yang harus dilakukan untuk
pustaka/sumber informasi, adanya petugas yang menumbuhkan minat baca baik itu
melayani pemustaka, adanya komunitas dimasyarakat atau di sekolah yaitu dengan
pemakai, sarana dan prasarana dan sistem yang meningkatkan layanan perpustakaan
mengatur tata cara, prosedur pelaksanaan agar disekolah, mempebaharui sistem
kegiatan di perpustakaan berjalan dengan lancar pembelajaran di Sd membudayakan cinta baca
(Aziza Nur Persia, Yuli Rohmiyati, S.Sos., mulai dri keluarga, mengenalkan buku- buku
2013). pada saat anak masih usia dini, mengontrol
Pengertian minat baca menurut Ibrahim penggunaan media elektronik, dan
(2005) adalah keinginan yang kuat disertai memperbaiki kerjasama dengan penerbit dan
usaha-usaha seseorang untuk membaca. Orang percetakan buku dalam pengadaan buku
yang mempunyai minat membaca yang kuat murah dan berkualitas (Witanto et al., 2018).
akan diwujudkannya dalam kesediaannya untuk
mendapat bahan bacaan dan kemudian METODE PENELITIAN
membacanya atas kesadarannya sendiri. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal
Kemudian Sumadi (dalam Sudiana, 2004) 21 Desember 2021 sampai dengan tanggal 15
mengungkapkan bahwa minat baca adalah Januari 2022. Lokasi penelitian dilaksanakan
kecenderungan jiwa yang mendorong seseorang di Sekolah Dasar Negeri 1 Semplo Kecamatan
berbuat sesuatu terhadap membaca. Minat baca Palimanan Kabupaten Cirebon Jawa Barat.
ini ditunjukkan oleh adanya keinginan yang kuat
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
untuk melakukan kegiatan membaca.
Penyebab rendahnya minat baca siswa kualitatif. Prosedur pendekatan penelitian
yaitu sepinya pengunjung perpustakaan kualitatif dalam variabel penelitian kualitatif.
merupakan realita yang harus diidentifikasi Teknik pengumpulan data dengan observasi
penyebabnya sebab dengan mengetahui dan wawancara yang kemudian menghasilkan
penyebab masalah kita akan dapat mencari jalan dokumentasi. Populasi dan sampel,
keluarnya. Salah satu faktor penghambatnya populasinya SDN 1 Semplo dan sampelnya
yaitu minat baca siswa yang rendah. Banyak
siswa-siswi kelas 3 SDN 1 Semplo.
siswa berpendapat bahwa belajar dengan
membaca di perpustakaan adalah hal Respon yang didapatkan dalam
membosankan karena membutuhkan waktu kegiatan observasi ini adalah siswa di SDN 1
lama dan konsentrasi yang tinggi. Kebanyakan Semplo rata-rata memiliki minat baca yang
dari mereka menganggap bahwa belajar di kelas tinggi, antusias dalam kegiatan membaca juga
dengan mendengarkan guru mereka mengajar sangat tinggi. Subjek penelitian di SDN 1
sudah cukup, padahal dengan membaca buku
Semplo adalah siswa-siswi kelas3 di SDN 1
secara langsung dapat membuat mereka lebih
mengetahui detail suatu hal atau materi. Selain Semplo. Instrument data yang digunakan
itu ada anggapan bahwa perpustakaan hanyalah adalah dihasilkan dari kegiatan observasi dan
tempat penyimpanan buku. Pandangan semacam wawancara yang dipergunakan dengan cara
ini sudah umum berkembang di masyarakat terjun langsung dalam lapangan penelitian.
sehingga perlu adanya tindakan yang lebih
62
63
pendukung bahan alat dan contoh desain pojok dalam menganalisis buku bacaan, membuat
baca juga kami cari dari berbagai sumber seperti resume, aktif dalam pembelajaran kemudian
pinterest, instagram, youtube, chroom, google siswa memiliki wawasan pengetahuan umum,
untuk memilih acuan kreatif yang belum ada pengetahuan agama, pengetahuan sains yang
sebelumnya, tahap 3: melakukan pembuatan meluas. Pojok baca di SDN 1 Semplo juga dapat
bahan untuk pelengkap di kelas khususnya meningkatkan minat baca siswa dilihat dari
pojok baca yang dimulai dengan diskusi, papan absen yang dibuat dan diisi atas kehadiran
membeli perlengkapan hingga pembuatannya, siswa dalam melakukan kegiatan membaca.
tahap 4: survey buku-buku yang masih bisa
digunakan siswa. Setiap anggota memiliki SIMPULAN
perannya masing-masing mulai dari memilih SD Kegiatan pemanfaatan pojok baca
Yang akan dituju untuk observasi, wawancara yang kami buat dari mulai observasi tempat
dan survey buku-buku serta dokumentasi tiap sampai menemukan titik masalahnya yaitu
minggunya, merangkai hasil observasi hingga kerusakan parah pada perpusatakan
ditemukan masalah dan solusi, mencari sumber membuat kami berinisiatif untuk
untuk pemilihan bahan, mengatur jadwal memecahkan masalah tersebut yaitu dengan
pembuatan perlengkapan pojok baca hingga membuat pojok baca, yang tentunya perlu
membuat laporan setiap pertemuan, berperan anggaran, namun anggaran tersebut kami
dalam pembuatan bahan serta media yang minimal kan tidak keluar banyak, kami
digunakan di pojok baca yaitu tempat buku, masih memakai barang bekas dan yang sisa-
serta pemilihan alat dan bahan yang disesuaikan sisa dirumah masing-masing. Desain
dengan kesesuaian anak SD, pembuatan kartu pemanfaatan pojok baca tentunya adalah
siswa yang telah melakukan literasi maksudnya membuat pojok baca yang nyaman, kreatif
bahwa ketika anak sudah melakukan literasi dan lebih bergaya simpel dan
maka anak tersebut memasukan kartu literasinya pengembangannya dilakukan dengan
pada kantong papan yang dibuat. pembuatan bahan serta media yang akan
Implementasi dilakukan atas dasar dibutuhkan dibuat dan disiapkan sesuai
perizinan pada kepala sekolah dan guru kelas dengan tugas masing-masing individu di
selalu dilakukan, implementasi dilakukan di kelompok. Implementasi juga diterapkan
kelas 3 yang sudah pandai membaca. Pemilihan dengan analisis kelas dan perizinan pada
kelas atas kemauan kami sendiri, kondisi kelas guru kelas, dan penerapan dekorasi disertai
rapih, bersih, buku tertata dan layak baca, posisi pemilihan bahan literasi yang layak pakai.
pojok baca dibelakang meja dan kursi siswa,
yang perlu dilakukan yakni; hal pertama, yang DAFTAR PUSTAKA
kami lakukan adalah menyiapkan bahan dan alat Anisafitri. (2019). Pengaruh penerapan pojok
serta media apa saja yang akan digunakan, disini baca di sekolah dasar terhadap minat
kami membutuhkan rak buku minimalis, baca peserta didik.
mading motivasi, hiasan, tanda “pojok baca” Arwan. (2019). Pengaruh penerapan pojok
tikar motif, kemudian ada juga meja kecil, papan baca di sekolah dasar terhadap minat
kartu nama literasi, hal kedua, kami melakukan baca peserta didik.
sebuah penataan dan pemilihan analisis pojok Ati Afriati, Ujang Jamaludin, I. N. (2021).
baca dan kami menggunakan letak belakang Optimalisasi minat baca melalui
sebelah kiri, ketiga, melakukan dekorasi, program pojok baca di kelas v min 1
keempat, memilih buku-buku di perpustakaan Kota Cilegon. 5(1), 81–89.
yang masih layak pakai. Aziza Nur Persia, Yuli Rohmiyati, S.Sos., M.
Manfaat pembuatan pojok baca ini S. (2013). Peran Perpustakaan anak
diharapkan siswa akan lebih antusias dalam dirumah sakit kanker dharmais Jakarta.
membaca dan mengembangkan kemampuannya 2, 0–7.
65