Anda di halaman 1dari 12

PENYUSUNAN ANGGARAN PERSEDIAAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penganggaran Perusahaan

Dosen Pengampu Mata Kuliah: Dr. Atim Djazuli, S.E., MM.

Disusun Oleh:

Yusuf Christiano

225020207111080

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
1. PENGERTIAN SEDIAAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
Pengertian Sediaan
Sediaan (inventory) adalah barang yang diperoleh dan tersedia dengan maksud untuk
dijual atau dipakai dalam produksi atau dipakai untuk keperluan nonproduksi dalam
siklus kegiatan yang normal. Sediaan produk adalah sediaan hasil produksi.
Anggaran sediaan adalah anggaran yang dibuat untuk sediaan. Pada perusahaan
manufaktur terdapat sediaan produk jadi, sediaan produk dalam proses, sediaan bahan
baku, sediaan bahan pembantu, sediaan pernik (supplies). Dalam bab ini hanya
membahas sediaan produk jadi, sediaan produk dalam proses, dan sediaan bahan baku.
Pada perusahaan dagang terdapat sediaan barang dagangan dan sediaan pernik. Dalam
bab ini hanya membahas sediaan barang dagangan, sediaan bahan pembantu dan sediaan
pernik tidak dibahas dalam bab ini, karena sediaan bahan pembantu, sediaan pernik, dan
sediaan suku cadang merupakan sediaan yang nilainya kecil (tidak berarti).
Faktor yang Mempengaruhi Sediaan
1. Sediaan Produk Jadi
Besar kecilnya sediaan produk jadi minimal, antara lain dipengaruhi berbagai
faktor yaitu sifat penyesuaian jadwal produksi dengan pesanan ekstra, sifat
persaingan industri, dan hubungan antara biaya penyimpanan di gudang (carrying
cost) dengan biaya kehabisan sediaan (stockout cost).
2. Sediaan Barang Dagangan
Besar kecilnya sediaan barang dagangan minimal antara lain dipengaruhi faktor:
sifat persaingan dagang, hubungan antara biaya penyimpanan di gudang dengan
biaya kehabisan sediaan, dan ketersediaan barang di penyalur (produsen).
3. Sediaan Bahan Baku
Besar kecilnya sediaan bahan baku yang dimiliki perusahaan ditentukan oleh
beberapa faktor, antara lain: anggaran produk, harga beli bahan baku, biaya
penyimpanan bahan baku di gudang (carrying cost) dalam dengan biaya ekstra
yang dikeluarkan sebagai akibat kehabisan sediaan (stockout cost), ketepatan
pembuatan kuantitas standar bahan baku dipakai, ketepatan leveransir (penjual
bahan baku) dalam menyerahkan bahan baku yang dipesan, dan jumlah bahan
baku tiap kali pesan.
4. Kuantitas Pesanan Ekonomis
Kuantitas pesanan ekonomis--KPE (economical order quantity-EOQ) adalah
kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal atau sering
dikatakan sebagai jumlah belian yang optimal. Perhitungan kuantitas pesanan
ekonomis dapat dirumuskan sebagai berikut.
KPE = 2x KSt x S

KSt = kuantitas standar bahan baku dipakai selama periode tertentu


S = biaya pemesanan setiap kali pesan (ordering cost)
HSt = harga standar bahan baku per unit
I = biaya penyimpanan bahan di gudang yang dinyatakan dalam persentase dari
nilai sediaan rata-rata dalam satuan mata uang yang disebut dengan carrying cost
HSt x I = biaya penyimpanan per unit (BP)

2. PENYUSUNAN ANGGARAN SEDIAAN PRODUK


Menetapkan Tingkat Putaran Sediaan
Untuk menyelesaikan formulir anggaran laba rugi, terlebih dahulu menentukan
berapa unit sediaan produk jadi akhir atau berapa rupiah sediaan produk jadi akhir yang
dianggarkan. Rumus yang dapat digunakan sebagai berikut.
SPJX = J TPSPJ x 2 - SPJA

SPJX = sediaan produk jadi akhir


J = jualan = hasil penjualan
SPJA= sediaan produk jadi awal
TPSPJ= tingkat putaran sediaan produk jadi
Anggaran Sediaan Produk dalam Proses Akhir
Rumus yang digunakan untuk menentukan sediaan produk dalam proses akhir sebagai
berikut.
𝐇𝐏𝐏𝐉
𝐒𝐏𝐃𝐏𝐗 = × 𝟐 − 𝐒𝐏𝐃𝐏𝐀
𝐓𝐏𝐒𝐏𝐃𝐏

SPDPX= sediaan produk dalam Poses akhir


HPPJ = harga pokok produk jadi
TPSPDP= tingkat putaran sediaan produk dalam proses
SPDPA= sediaan produk dalam proses awal
Untuk menentukan berapa besarnya sediaan produk jadi akhir yang dianggarkan
pada periode waktu yang akan datang, yaitu dengan cara menetapkan tingkat putaran
sediaan produk jadi (TPSP)). Tingkat putaran sediaan produk jadi (TPSP]) dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
𝐇𝐏𝐉
𝐓𝐏𝐒𝐏𝐉 =
𝐑𝐒𝐏𝐉
HPJ = harga pokok jualan
RSPJ = rata-rata sediaan produk jadi
Sediaan produk jadi aeal+sediaan produk jadi akhir
TPSPJ =
2

Adapun besarnya tingkat putaran sediaan produk dalam proses (TPSPDP) dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut.
𝐇𝐏𝐏𝐉
𝐓𝐏𝐒𝐏𝐃𝐏 =
𝐑𝐒𝐏𝐃𝐏
HPPJ = harga pokok produk jadi
RSPDP = rata-rata sediaan produk dalam proses
𝐒𝐏𝐃𝐏𝐀 ÷ 𝐒𝐏𝐃𝐏𝐗
𝐑𝐒𝐏𝐃𝐏 =
𝟐
SPDPA = sediaan produk dalam proses awal
SPDPX = sediaan produk dalam proses akhir
Anggaran biaya produksi adalah anggaran tentang data produk, biaya produksi
dibebankan, dan biaya produksi diperhitungkan selama periode tertentu dari suatu
perusahaan. Anggaran biaya produksi atau anggaran harga pokok produksi (cost of
production hudet) yang disusun seperti Tabel 10-4 menggunakan metode
penghargapokokan penuh dengan perhitungan unit ekuivalen menggunakan metode
masuk pertama keluar pertama (MPKP). Berdasarkan data anggaran PTOke tahun 2018
seperti yang terdapat pada tabel, dapat disusun anggaran biaya produksi. Biaya produksi
diperhitungkan jumlahnya harus sama dengan biaya produksi dibebankan. Tampak pada
tabel berikut, biaya produksi diperhitungkan sebesar Rp 41.195 sama besarnya dengan
biaya produksi dibebankan sebesar Rp 41.195. Biaya produksi sama dengan harga pokok
produksi tetapi tidak sama dengan biaya produk atau dengan harga pokok produk.
Biaya produk atau harga pokok produk sebesar Rp 40 per unit, sedangkan harga
pokok produk atau biaya produksi sebesar Rp 41.195. Sediaan produk dalam proses awal
65unit dengan harga pokok sebesar Rp 2.015. Produk masuk produksi periode ini 985unit
dengan biaya pabrik Rp 39. I80.

Membuat Anggaran Produk


Anggaran Sediaan Produk Jadi Akhir
Anggaran produk yang dibuat terdiri atas: anggaran sediaan produk jadi akhir, dan
anggaran sediaan produk dalam proses.
Anggaran sediaan produk jadi akhir selain dapat dihitung dengan cara
menetapkan tingkat putaran sediaan produk dapat dihitung dengan cara membuat
anggaran produk. Sebagai ilustrasi, PT Tibung mempunyai data sebagai berikut.
Anggaran jualan tahun 2015
Januari 1.000 unit
Februari 2.000 unit
Maret 3.000 unit +
6.000 unit
Sediaan produk jadi awal Januari 2015 sebanyak 100 unit. Perusahaan
mengutamakan sttabilitas produk dalam menyusun anggaran produk dengan anggaran
produk jadi dihasilkan selama 3 bulan sebanyak 6.060 unit.
Berdasarkan data tersebut dapat dihitung sediaan produk jadi dianggarkan akhir
Maret 2015 sebagai berikut.
Produk jadi 6.060 unit
Sediaan produk jadi awal 100 unit +
Produk siap dijual 6.160 unit
Jualan 3 bulan 6.000 unit -
Sediaan produk jadi akhir 160 unit
Dengan mengutamakan stabilitas produk, maka tiap bulann diproduksi produk
jadi = 6.060 unit ÷ 3 bulan = 2.020 unit. Anggaran sediaan produk jadi akhir tiap bulan
dapat dihitung dengan cara membuat anggaran produk.
PT Tibung
Anggaran Produk
Triwulan I Tahun 2015
(dalam Unit)
Keterangan Januari Februari Maret Triwulan I
Jualan 1.000 2.000 3.000 6.000
Sediaan produk jadi akhir 1.120 1.140 160 160
+ 2.120 3.140 3.160 6.160
Produk siap dijual 100 1.120 1.140 100
Sediaan produk jadi awal - 2.020 2.020 2.020 6.060
Produk jadi
Pada tabel tersebut tampak anggaran sediaan produk jadi akhir: Januari sebanyak
1.120 unit, Februari sebanyak 1.140 unit, dan Maret sebanyak 160 unit. Anggaran
sediaan produk jadi dalam rupiah dapat dibuat bila diketahui harga pokok per unit produk
jadi. Misalkan harga pokok produk jadi variabel Rp 10 per unit, harga jual produk jadi Rp
12 per unit, beban usaha variabel Rp 1 per unit, dan beban tetap per bulan Rp 2.000.
Berdasarkan data tersebut dapat dibuat anggaran laba rugi metode
penghargapokokan variabel bentuk panjang yang di dalamnya terdapat anggaran sediaan
produk jadi akhir.
Sebelum membuat anggaran laba rugi bentuk pendek terlebih dahulu dibuat
perhitungan beban (biaya) variabel per unit sebagai berikut.
Harga pokok produk jadi variabel per unit Rp 10
Beban usaha variabel per unit Rp 1
Biaya variabel per unit Rp 11
Kemudian anggaran laba ruginya yaitu:
PT Tibung
Anggaran Laba Rugi
Triwulan I Tahun 2015
Keterangan Januari Februari Maret Triwulan I
Rp Rp Rp Rp
Jualan 12.000 24.000 36.000 72.000
Biaya Variabel 11.000 22.000 33.000 66.000
Margin Kontribusi 1.000 2.000 3.000 6.000
Biaya tetap 2.000 2.000 2.000 6.000
Laba (Rugi) (1.000) 0 (impas) 1.000 0 (impas)

Anggaran Sediaan Produk dalam Proses Akhir


Anggaran sediaan produk dalam proses akhir selain dapat dihitung dengan cara
menetapkan tingkat putaran sediaan produk dalam proses, dapat juga dihitung dengan
membuat anggaran produk.
3. PENYUSUNAN ANGGARAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU
Sediaan bahan baku awal periode akan datang merupakan sediaan bahan baku akhir
perinde sekarang Jadi untuk mengetahui sediaan bahan baku awal periode akan datang
daput diketahui dengan melihat laporan keuangan berupa neraca atau laporan laba rugi
pada periode telah lalu. Dengan demikian yang menjadi masalah adalah menentukan
sediaan bahan buku akhir. Berikut ini dijelaskan cara menyusun/menghitung anggaran
sediaan bahan baku dengan cara menetapkan tingkat pataran sediaan, menghitung
kuantitas pesanan ekonomis (KPE), dan menyusun anggaran belian bahan baku.

Menghitung kuantitas pesanan ekonomis


Anggaran sediaan bahan baku akhir (SBBX) dapat dihitung dengan rumus:
SBBX = KPE – SBBA

𝟐 𝐱 𝐊𝐒𝐭 𝐱 𝐒
𝐊𝐏𝐄 = √
𝐇𝐒𝐭 𝐱 𝟏

KPE = kuantitas pesanan ekonomis


SBBA = sediaan bahan baku awal
KSt = kuantitas standar bahan baku dipakai atau bahan baku dipakai (BBD) dianggarkan
dalam suatu barang
S = biaya pesanan setiap kali pesan
HSt = harga standar bahan baku per unit
1 = biaya penyimpanan bahan di gudang yang dinyatakan dalam persentase dari
nilai sediaan rata-rata dalam satuan mata uang yang disebut dengan carrying cost
HSt x 1= biaya penyimpanan per unit (BP)

Menetapkan tingkat putaran sediaan


Dengan menetapkan tingkat putasaran sediaan bahan baku (TPSBB) dapat
dihitung/ dianggarkan sebagai berikut.
𝐁𝐁𝐃
𝐒𝐁𝐁𝐗 = 𝐱 𝟐 − 𝐒𝐁𝐁𝐀
𝐓𝐏𝐒𝐁𝐁

SBBX = sediaan bahan baku akhir


BBD = bahan baku dipakai
SBBA = sediaan bahan baku awal
TPSBB = tingkat putaran sediaan bahan baku

Untuk mendapatkan HPJ (harga pokok jualan) maka HPPJ (harga pokok produk
jadi) + sediaan produk jadi awal – sediaan produk jadi akhir. Untukmendapatkan HPPJ
maka biaya pabrik + sediaan produk dalam proses awal – sediaan produk dalam proses
akhir. Biaya pabrik adalah biaya yang terjadi di pabrik pada periode ini, terdiri dari
biaya bahan baku (BBB), biaya tenaga kerja langsung (BTKL), dan biaya overhead
pabrik (BOP). Biaya bahan baku (BBB) dapat dihitung dengan rumus:

Anggaran BBB = KSt x HSt

KSt = P x KSBB

P = unit ekuivalen produk

KSBB = kuantitas standar bahan baku per unit produk

Unit ekuivalen produk dengan metode MPKP (masuk pertama keluar pertama),
rumusnya sebagai berikut.

P = Pj ÷ UESPDPX – UESPDPA
Pj = produk jadi
UESPDPX = unit ekuivalen sediaan produk dalam proses akhir
UESPDPA = unit ekuivalen sediaan produk dalam proses awal
UESPDPX dan UESPDPA dapat dihitung dengan rumus = KSPDP x TP

Sediaan produk jadi awal dan sediaan produk dalam proses datanya dapat dicari
berdasarkan data neraca periode yang lalu. Adapun data jualan dapat diketahui dari
anggaran jualan yang dibuat oleh departemen pemasaran.

Untuk mendapatkan data sediaan akhir, baik sediaan akhir produk jadi mampu
sediaan produk dalam proses akhir, maka manajemen perlu menentukan sediaan akhir
yang dianggarkan. Sediaan bahan baku akhir dalam kuantitas (ons) diperoleh dari
perhitungan sebagai berikut.

SBBX dalam Rp ÷ HSt


Untuk menentukan sediaan akhir yang dianggarkan terlebih dahulu manajemen
menetapkan tingkat putaran sediaan.
Menyusun anggaran belian bahan baku
Anggaran belian bahan baku yang dibuat dengan menggunakan tingkat putaran sediaan
bahan baku akan cocok bila metode pencatatan sediaan bahan baku menggunakan
metode perpetual, tetapi bila bahan baku menggunakan pencatatan fisik dalam akunting
keuangan, maka anggaran sediaan bahan baku akhir dihitung dengan cara membuat
anggaran belian bahan baku dengan rumus sebagai berikut.
Biaya bahan baku xx
Sediaan bahan baku awal xx +
Bahan baku siap dipakai xx
Belian bahan baku xx –
Sediaan bahan baku akhir xx

4. PENYUSUNAN ANGGARAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN


Anggaran sediaan pada perusahaan dagang adalah anggaran sediaan barang dagangan.
Cara menyusun anggaran sediaan barang dagangan pada dasarnya tidak jauh berbeda
dengan sediaan bahan baku yang terdapat pada perusahaan manufaktur. Bila pada
perusahaan manufaktur cara menyusun sediaan bahan baku ada tiga cara, yaitu (1)
menentukan kuantitas pesanan ekonomis (KPE), (2) menetapkan tingkat putaran
sediaan, dan (3) membuat anggaran belian. Cara menyusun anggaran sediaan barang
dagangan juga ada tiga cara seperti caramenyusun anggaran bahan baku.

Menentukan Kuantitas Pesanan Ekonomis


Kuantitas pesanan ekonomis (KPE) dirumuskan sebagai berikut.

𝟐 𝐱 𝐊𝐒𝐭 𝐱 𝐒
𝐊𝐏𝐄 = √
𝐇𝐒𝐭 𝐱 𝟏

Sediaan barang dagangan akhir (SBDX) dirumuskan sebagai berikut.

SBDX = KPE - SBDA

SBDA = sediaan barang dagangan awal

Menetapkan tingkat putaran sediaan


Tingkat Tingkat putaran sediaan barang dagangan (TPSBD) dirumuskan sebagai
berikut.
𝐇𝐏𝐉
𝐓𝐏𝐁𝐒𝐃 =
𝐑𝐒𝐁𝐃
HPJ = harga pokok jualan
SBDA +SBDX
RSBD = rata-rata sediaan barang dagangan =
2
SBDA = sediaan barang dagangan awal
SBDX = sediaan barang dagangan akhir

Menyusun anggaran belian barang dagangan


Anggaran sediaan barang dagangan akhir dihitung dengan rumus sebagai berikut.
Belian barang dagangan Rp xx
Sediaan barang dagangan awal xx +
Barang siap dijual xx
Harga pokok jualan xx -
Sediaan barang dagangan akhir xx
DAFTAR PUSTAKA

Nafarin, M. 2007. Penganggaran Perusahaan Edisi 3. Jakrta Selatan: Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai