Anda di halaman 1dari 5

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER

NAMA : AHMAD BUKHARI


NPM : 2008010251
MATA KULIAH : HUKUM KESEHATAN
DOSEN : Dr. ISTIANA HERIANI, S.H., M.H
KELAS : 6B NON REGULER BANJARMASIN

PETUNJUK
 PENILAIAN BERDASARKAN KETEPATAN DAN KESEMPURNAAN
 Ujian bersifat daring melalui Clasroom_google

SOAL
Beberapa waktu lalu terdapat suatu sengketa antara Dokter selaku pemilik “Klinik
kecantikan” dengan pasiennya. Dimana pasien merasa wajahnya tak secantik seperti
apa yang diinginkan. Pasien dirugikan dan merasa Dokter tersebut telah menipunya
sehingga pasien tersebut meminta pertanggungjawaban atas apa yang sudah ia
perbuat. Akan tetapi Dokter tersebut menolak dengan alasan bahwa dia sudah
melakukannya dengan benar.
Pertanyaan:
1. Menurut analisa anda, apakah kasus Dokter dengan Pasien di atas
masuk dalam ranah hukum perlindungan konsumen atau Hukum
Kesehatan? Jelaskan berlandaskan hukum!
Jawab
Kasus yang disebutkan melibatkan sengketa antara dokter dan pasien terkait
hasil perawatan kecantikan. Untuk menentukan apakah kasus ini masuk dalam
ranah hukum perlindungan konsumen atau hukum kesehatan, perlu
dipertimbangkan beberapa faktor.
Hukum perlindungan konsumen biasanya berlaku untuk melindungi hak-hak
konsumen dalam transaksi jual beli barang atau jasa. Jika pasien mengklaim
bahwa dokter telah menipu atau memberikan informasi yang salah tentang
hasil perawatan kecantikan, maka kasus ini dapat masuk dalam ranah hukum
perlindungan konsumen sehingga Konsumen berhak mendapatkan barang atau
jasa yang sesuai dengan apa yang dijanjikan dan memiliki hak untuk
mendapatkan kompensasi jika merasa dirugikan.
Di sisi lain, hukum kesehatan berkaitan dengan regulasi dan standar dalam
praktik medis dan pelayanan kesehatan. Jika sengketa ini lebih berkaitan
dengan standar profesional dalam praktik medis, seperti keahlian dan
kompetensi dokter, penanganan medis yang salah, atau kelalaian dalam
memberikan perawatan, maka kasus ini dapat masuk dalam ranah hukum
kesehatan.
Akan tetapi kategori hukum yang tepat dapat bervariatif tergantung pada
kewenangan di mana sengketa tersebut terjadi. Hukum perlindungan
konsumen dan hukum kesehatan dapat memiliki peraturan yang berbeda-beda
di setiap negara. Oleh karena itu, penilaian lebih lanjut dari perspektif hukum
yang berlaku di negara atau kekuasan yang bewenang terkait akan diperlukan
untuk menentukan secara pasti kategori hukum yang tepat dalam kasus ini.
Disarankan agar pihak terkait berkonsultasi dengan ahli hukum yang
berpengalaman dalam bidang hukum konsumen dan/atau hukum kesehatan
untuk mendapatkan panduan hukum yang lebih spesifik dalam konteks negara
yang bersangkutan.
2. Berdasarkan kasus diatas, bagaimana pandangan anda jika dilihat dari
aspek hukum pidana? Jelaskan pertanggunggungjawaban hukumnya!
Jawab
Pandangan hukum pidana terkait kasus sengketa antara dokter sebagai pemilik
"Klinik Kecantikan" dan pasien yang merasa dirugikan dapat bervariasi
tergantung pada hukum pidana yang berlaku di negara atau yurisdiksi tertentu.
Namun, secara umum, pertanggungjawaban hukum dalam kasus ini mungkin
berkaitan dengan beberapa aspek berikut:

a. Penipuan: Jika pasien dapat membuktikan bahwa dokter dengan sengaja


membuat pernyataan palsu atau menyesatkan tentang hasil yang mungkin
dicapai melalui prosedur kecantikan, pasien dapat mengajukan tuduhan
penipuan. Dalam hal ini, dokter mungkin dapat dituduh melakukan
penipuan yang melibatkan penggunaan informasi palsu dengan niat menipu
pasien
b. Kelalaian: Jika pasien dapat membuktikan bahwa dokter tidak memenuhi
standar perawatan medis yang wajar dan bahwa kelalaian tersebut
mengakibatkan kerugian bagi pasien, pasien dapat mengajukan gugatan
hukum atas dasar kelalaian. Dokter diharapkan untuk memberikan standar
perawatan yang sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
dalam praktik medis mereka
c. Penganiayaan: Jika pasien dapat membuktikan bahwa dokter dengan
sengaja atau sembarangan melakukan tindakan yang merugikan pasien
secara fisik atau psikologis, pasien dapat mengajukan tuduhan
penganiayaan. Hal ini mungkin berlaku jika dokter telah melakukan
tindakan yang tidak sesuai atau tanpa izin pasien, yang mengakibatkan
cedera atau kerugian.
d. Pelanggaran kontrak: Jika terdapat perjanjian tertulis atau lisan antara
dokter dan pasien mengenai hasil yang diharapkan dari prosedur
kecantikan, dan pasien dapat membuktikan bahwa dokter tidak memenuhi
kewajiban kontrak tersebut, pasien dapat mengajukan gugatan perdata atas
pelanggaran kontrak. Namun, ini bukanlah pertanggungjawaban hukum
pidana, melainkan pertanggungjawaban hukum perdata.

Akan tetapi bahwa hukum pidana bervariasi di setiap asas-asas kewenangan


hukum, dan pendapat ahli hukum yang kompeten harus dikonsultasikan untuk
memperoleh pandangan yang akurat tentang pertanggungjawaban hukum
dalam kasus ini.
3. Berdasarkan kasus di atas, jika Pasien meminta pengembalian uang dan
Dokter menolak mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan
alasan pasien telah menerima struk
pembayaran yang isinya menyatakan apabila sudah melakukan transaksi
maka uang yang sudah diberi tidak dapat dikembalikan. Berikan analisa
hukum anda!
Jawab
Analisis hukum yang terkait kasus ini akan terdapat beberapa aspek. kasus
sengketa antara dokter dan pasien mengenai hasil prosedur kecantikan, ada
beberapa faktor hukum yang harus dipertimbangkan:
a. Perjanjian Kontrak:
1) Jika ada perjanjian tertulis atau perjanjian lisan antara dokter dan
pasien yang menentukan hasil yang diharapkan atau resiko yang
terkait, maka perjanjian tersebut akan menjadi acuan dalam
menentukan tanggung jawab dokter.
2) Jika perjanjian kontrak tidak menyebutkan hasil yang diharapkan
secara spesifik atau risiko terkait, maka tanggung jawab dokter dapat
ditentukan berdasarkan standar kehati-hatian yang biasa dilakukan
oleh praktisi medis sejenis.
b. Standar Profesional:
1) Dokter sebagai profesional kesehatan memiliki kewajiban untuk
memberikan standar perawatan yang memadai sesuai dengan
keahliannya dan prinsip-prinsip medis yang berlaku.
2) Jika pasien dapat membuktikan bahwa dokter tidak mematuhi standar
profesional yang diharapkan atau melakukan kelalaian dalam prosedur
kecantikan, dokter mungkin bertanggung jawab atas kerugian yang
ditimbulkan.
c. Perlindungan Konsumen:
1) Di Indonesia, terdapat Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang
memberikan hak-hak kepada konsumen, termasuk hak untuk
mendapatkan produk atau layanan yang aman, bermutu, dan sesuai
dengan apa yang dijanjikan.
2) Jika pasien dapat membuktikan bahwa hasil prosedur kecantikan tidak
sesuai dengan yang dijanjikan oleh dokter atau tidak memenuhi
standar kualitas yang wajar, pasien dapat menggunakan dasar hukum
ini untuk meminta ganti rugi atau pengembalian uang.
d. Dokumentasi dan Bukti:
1) Penting bagi pasien untuk menyimpan semua bukti dan dokumentasi
terkait, seperti struk pembayaran, hasil prosedur kecantikan sebelum
dan sesudah, rekam medis, dan komunikasi tertulis antara pasien dan
dokter.
2) Bukti-bukti ini dapat digunakan untuk memperkuat klaim pasien dan
membantu dalam menentukan tanggung jawab hukum dokter.
Namun, setiap kasus sengketa hukum adalah unik dan memerlukan
pertimbangan fakta dan bukti yang spesifik. Untuk kasus seperti ini,
penting bagi pasien untuk berkonsultasi dengan pengacara yang
berpengalaman di bidang hukum kesehatan atau konsumen untuk
mendapatkan nasihat hukum yang sesuai dengan situasinya.

Anda mungkin juga menyukai