Anda di halaman 1dari 22

“SEKUEN ALUR NOVEL DI BAWAH BAYANG-BAYANG ODE”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 9 :

AZHURA SYALSABILLAH (A1M120087)

WA ODE ASNAWATI (A1M120133)

SUCI RAHMAWATI (A1M120073)

GADIS TRI WAHYUNI (A1M120099)

SITI FATMA (A1M120019)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA&SATRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
Alur Sekuen Bab 9 “Sejarah yang Alur Sekuen Bab 9 “Sejarah yang
Kalah” Kalah”
1. Tokoh Rudi sampai di
1. Tokoh Imam sampai di pelabuhan Wanci.
pelabuhan Marhum Bau-Bau. 2. Tokoh Rudi turun dari kapal
2. Tokoh Imam turun dari kapal teratai prima satu.
Lambelu. 3. Tokoh rudi mendengar
3. Tokoh Imam membaca tulisan perkataan orang muna di kapal"
yang terpampang di depannya. Salah satu falsafah (filsafat)
4. Tokoh Imam membaca’ Balimo kehidupan orang Muna adalah
karo Somanamo lipu’ yang “Hansuru hansuru badha
artinya ‘Biar hancur harga diri, sumano kono hansuru liwu,
asal kampung jangan hancur’. Hansuru hansuru ana liwu
5. Tokoh Imam menaiki becak. sumano kono hansuru adhati,
6. Tokoh Imam mengingat tulisan Hansuru hansuru ana adhati,
yang di bacannya tadi. sumano tangka agama”. Yang
7. Tokoh Imam memperbaiki artinya " hancur-hancurnya
ranselnya. badan, asalakan jangan hancur
8. Pandangan tokoh Imam terpaku negri, hancur-hancurnya negri
pada jangkar besar berwarna asalkan jangan hancur adat,
hitam. hancur-hancurnya adat asalkan
9. Tokoh Imam terkejut dengan kuat agama".
kedatangan seorang kakek. 4. Tokoh rudi menaiki angkot.
10. Kakek tersebut bertanya kepada 5. Tokoh Rudi mengingat-ingat
tokoh Imam. perkataan orang di kapal tadi.
11. Tokoh Imam merasa heran 6. Tokoh Rudi memperbaiki tali
dengan pertanyaan tersebut . sepatunya yang lepas.
12. Tokoh Imam menatap kakek 7. Pandangan Rudi terpaku pada
tersebut. jembatan teluk kendari.
13. Tokoh Imam bertanya kepada 8. Tokoh Rudi di dihampiri oleh
kakek tersebut. seorang kakek tua.
14. Kakek menanyakan asal kepada 9. Kakek tersebut menawarkan
tokoh Imam. rokok kepada Rudi.
15. Tokoh Imam terpengaruh 10. Rudi menerima tawaran rokok
mendengar pertanyaan kakek itu.
itu. 11. Kakek bertanya kepada tokoh
16. Pandangan tokoh Imam kembali Rudi.
terpaku pada tulisan tersebut . 12. Kakek menanyakan Rudi
17. Tokoh Imam kekikiran dengan mengapa datang di Kendari.
perkataan kakek itu. 13. Rudi kembali mengingat
18. Tokoh Imam menjawab perkataan orang-orang di kapal
pertanyaan kakek itu. tadi.
19. Kakek tersebut tersenyum 14. Rudi menanyakan makna
melihat tokoh Imam. filsafah perkataan tadi pada
20. Tokoh Imam masih memikirkan kakek itu.
makna tulisan itu. 15. Kakek menjelaskan makna
21. Tokoh Imam ingin mengetahui filsafah itu kepada Rudi.
makna tulisan itu. 16. Kakek menceritakan tentang
22. Tokoh Imam menanyakan dalamnya makna perkataan itu.
makna tulisan kepada kakke 17. Rudi mendengarkan penjelasan
23. Kakek menjelaskan makna kakek.
tulisan kepada Imam 18. Kakek memberi motivasi
24. Kakek mengingat tragedi kepada Rudi.
tentang tulisan itu 19. Rudi merasa kagum dengan
25. Tokoh Imam menyimak kakek.
perkataan kakek 20. Kakek menceritakan tentang
26. Kakek menasihati Imam filsafah yang telah banyak di
27. Imam merasa heran kepada lupakan oleh orang-orang.
Kakek. 21. Rudi menyimak kembali
28. Kakek memandangi Imam perkataan kakek.
29. Kakek menceritakan sejarah 22. Rudi semakin heran pada kakek.
buton yang masih melupakan 23. Kakek membacakan filsafah
filsafah bangsanya masyarakat Muna.
30. Imam terdiam 24. 24. Rudi mendengar penjelasan
31. Imam mendengarkan perkataan kakek.
kakek itu 25. Tokoh Rudi merasa heran
32. Imam semakin terkagum-kagum mengapa Kendari tidak
pada kakek itu mengajarkan anak-anaknya
33. Kakek membacakan filsafah tentang falsafah hidupnya
masyarakat buron kepada Imam sendiri.
34. Imam mendengarkan dengan 26. Pikiran tokoh Rudi kembali
lebih khidmat menyusuri berbagai pemikiran
35. Kakek menjelaskan makna yang pernah ia baca dan
filsafah itu pelajari.
36. Kakek batuk 27. Tokoh Rudi memikirkan
37. Kakek menatap imam pikiran-pikiran kapitalisme yang
38. Imam terdiam mendewakan materi.
39. Imam terus mendengarkan 28. Tokoh Rudi menyesali
perkataan Kakek. kegagalan dunia yang selalu
40. Tokoh Imam merasa heran diabstraksikan.
mengapa Buton tidak 29. Tokoh Rudi teringat pada cerita
mengajarkan anak-anaknya teman kampusnya.
tentang falsafah hidupnya 30. Temannya menceritakan tentang
sendiri. kegagalan kepemimpinan
41. Pikiran tokoh Imam kembali karena tidak adanya sistem yang
menyusuri berbagai pemikiran harus diikuti.
yang pernah ia baca dan 31. Tokoh Rudi teringat dengan
pelajari. perkataan temannya.
42. Tokoh Imam memikirkan 32. Temannya terus melanjutkan
pikiran-pikiran kapitalisme yang ceritanya saat makan siang di
mendewakan materi. rumah makan Cendana beberapa
43. Tokoh Imam menyesali minggu yang lalu.
kegagalan dunia yang selalu 33. Pikiran tokoh Rudi seperti
diabstraksikan. diserang dari berbagai arah
44. Tokoh Imam teringat pada sekarang.
cerita teman kampusnya. 34. Tokoh Rudi menyadari sejarah
45. Temannya menceritakan tentang memang memiliki pemenang
kegagalan kepemimpinan dan menyimpan banyak
karena tidak adanya sistem yang kenangan indah.
harus diikuti. 35. Tokoh Rudi kembali menatap
46. Tokoh Imam teringat dengan Kakek itu tetapi dengan pikiran
perkataan temannya. yang masih melalang buana.
47. Temannya terus melanjutkan 36. Mereka sama-sama terdiam
ceritanya saat makan siang di lama.
rumah makan Labakang 37. Kakek itu tiba-tiba melanjutkan
beberapa minggu yang lalu. bicaranya hingga membuat
48. Pikiran tokoh Imam seperti tokoh Rudi tersadar dari
diserang dari berbagai arah lamunannya.
sekarang. 38. Sambil menjelaskan tangan
49. Tokoh Imam menyadari sejarah Kakek tua itu menunjuk ke atau
memang memiliki pemenang Barat.
dan menyimpan banyak 39. Tokoh Rudi mendengarkan
kenangan indah. Kakek itu bercerita.
50. Tokoh Imam kembali menatap 40. Tokoh Rudi heran mengapa
orang tua itu tetapi dengan peristiwa sejarah tidak pernah
pikiran yang masih melalang diajarkan di sekolahnya dulu.
buana. 41. Tokoh Rudi berpikir bahwa itu
51. Mereka samasama terdiam adalah upaya melenyapkan
lama. sebuah bangsa.
52. Kakek itu tiba-tiba melanjutkan 42. Tokoh Rudi makin merasa
bicaranya hingga membuat penasaran, lalu mengajukan
tokoh Imam tersadar dari pertanyaan pada Kakek itu.
lamunannya. 43. Kakek itu terdiam, matanya
53. Sambil menjelaskan tangan menatap tajam pada
Kakek tua itu menunjuk ke atau segerombolan orang Muna.
Timur. 44. Kakek itu menjawab.
54. Tokoh Imam mendengarkan 45. Kakek itu menatap tokoh Rudi
Kakek itu bercerita. lebih tajam lagi, seolah ia
55. Tokoh Imam heran mengapa menyemaikan kesadaran dan
peristiwa sejarah tidak pernah bibit pemberontakan.
diajarkan di sekolahnya dulu. 46. Kakek itu melanjutkan lagi
56. Tokoh Imam berpikir bahwa itu jawabannya.
adalah upaya melenyapkan 47. Kemudian Kakek itu
sebuah bangsa. memberikan tanda di antara alis
57. Tokoh Imam makin merasa tokoh Rudi .
penasaran, lalu mengajukan 48. Kakek itu seperti menyimpan
pertanyaan pada Kakek itu. sesuatu di antara alis tookh
58. Kakek itu terdiam, matanya Rudi.
menatap tajam pada patung 49. Kakek itu pergi dengan langkah
Murhum dan tulisan itu. tegopoh-gopoh menuju ke arah
59. Kakek itu menjawab. rumah sakit Kabupaten.
60. Kakek itu menatap tokoh Imam 50. Tokoh Rudi hanya menganga
lebih tajam lagi, seolah ia karena semua peristiwa
menyemaikan kesadaran dan tentangnya diketahui oleh
bibit pemberontakan. Kakek itu.
61. Kakek itu melanjutkan lagi 51. Tokoh Rudi akhirnya
jawabannya. meninggalkan tempat itu.
62. Kemudian Kakek itu 52. Tokoh Rudi masih penasaran
memberikan tanda di antara alis tentang kelanjutan penjelasan
tokoh Imam. Kakek itu.
63. Kakek itu seperti menyimpan 53. Tokoh Imam berjalan memasuki
sesuatu di antara alis tokoh ruang parkir pelabuhan.
Imam. 54. Seorang petugas menatapnya
64. Kakek itu pergi dengan langkah dengan penuh curiga.
tegopoh-gopoh menuju ke arah 55. Tokoh Rudi menatap mereka
rumah sakit Kabupaten. dengan ekor matanya.
65. Tokoh Imam hanya menganga 56. Tokoh Rudi pun mengingat
karena semua peristiwa kembali bagaimana gaya lari
tentangnya diketahui oleh temannya.
Kakek itu. 57. Tokoh Rudi melewati pos itu
66. Tokoh Imam akhirnya dan terus menuju ke ruang
meninggalkan tempat itu. tunggu.
67. Tokoh Imam masih penasaran 58. Tokoh Rudi sudah dua kali
tentang kelanjutan penjelasan mendapatkan pemeriksaan.
Kakek itu. 59. Tokoh Rudi melangkah ke luar
68. Tokoh Imam berjalan memasuki ruang tunggu sebelah uatara.
ruang parkir pelabuhan. 60. Tokoh Rudi berteduh di bawah
69. Seorang petugas menatapnya bayang-bayang bagunan.
dengan penuh curiga. 61. Tokoh Rudi memperhatikan
70. Tokoh Imam menatap mereka orang-orang yang lewat.
dengan ekor matanya. 62. Sesekali tokoh Rudi teringat
71. Tokoh Imam pun mengingat pada Kakek itu.
kembali bagaimana clgaya lari 63. Pintu pelabuhan bagian selatan
teman perempuannya. itu terbuka.
72. Tokoh Imam melewati pos itu 64. Tokoh Rudi menuju kapal
dan terus menuju ke riang Teratai Prima Satu.
tunggu. 65. Pikiran tokoh Rudi kembali
73. Tokoh Imam sudah dua kali teringat pada Riska, perempuan
mendapatkan pemeriksaan. yang sangat dicintainya.
74. Tokoh Imam melangkah ke luar 66. Tokoh Rudi tidak tahu dengan
ruang tunggu sebelah barat. siapa ia harus melepas
75. Tokoh Imam berteduh di bawah kejenuhan di dalam perut
bayang-bayang daun kelapa itu. Teratai Prima Satu selama satu
76. Tokoh Imam memperhatikan malam.
orang-orang yang lewat. 67. Beberapa tukang pikul
77. Sesekali tokoh Imam teringat menawarkan jasa pikul pada
pada Kakek itu. tokoh Rudi.
78. Pintu pelabuhan bagian barat itu 68. Tokoh Rudi hanya diam dan tak
terbuka. menghiraukan tawaran tukang
79. Tokoh Imam menuju kapal pikul itu.
Lambelu. 69. Tokoh Rudi merasakan
80. Pikiran tokoh Imam kembali lambaian seribu tangan leluhur
teringat pada Amalia Ode, dari pelabuhan Wanci kapal
perempuan yang dicintainya. malam yang memberikan
81. Tokoh Imam tidak tahu dengan ucapan selamat jalan padanya
siapa ia harus melepas dari belakang.
kejenuhan di dalam perut 70. Suara itu membisikan harapan,
Lambelu selama dua hari. Rudi mengingangat cerita
82. Beberapa tukang pikul kakeknya waktu kecil tentang
menawarkan jasa jasa pikil pada orang orang kendari yang
tokoh Imam. merantau ke belahan dunia.
83. Tokoh Imam hanya diam dan 71. Mengingatkan imam tentang
tak menghiraukan tawaran sosok manusia kendari yang
tukang pikul itu. menjadi besar di rantauan yang
84. Tokoh Imam merasakan menuntut ilmu ke ashar mesir .
lambaian seribu tangan leluhur 72. Doa para leluhur penuh restu
dari banteng Kraton Buton yang akan kepergiannya,semakin
memberikan ucapan selamat mempertegar langkah Rudi
jalan padanya dari belakang. menuju kapal teratai prima 1
85. Suara itu membisikan harapan, 73. Di tangga kapal Rudi melihat
imam mengingangat cerita perempuan cantik mengingatkan
kakeknya waktu kecil tentang Rudi akan bayangan wajah
orang orang buton yang cantik Riska.
merantau ke belahan dunia. 74. Pikiran Rudi penuh dengan
86. Mengingatkan imam tentang wajah perempuan yang pernah
sosok manusia buton yang di cintainya yang kini telah tiada
menjadi besar di rantauan yang di renggut oleh adat dan
menuntut ilmu ke ashar mesir. budayanya sendiri
87. Doa para leluhur penuh restu 75. Rudi menggucapkan salam
akan kepergiannya,semakin perpisahan terhadap kota
mempertegar langkah imam kendari
menuju kapal lambelu. 76. Di tengah tangga Rudi
88. Di tangga kapal imam melihat menolehkan kepalanya kearah
perempuan cantik mengingatkan benteng yang jauh di atas bukit
imam akan bayangan wajah sana dia melihat tiang benderah
cantik amalia ode. dan kubah mesjid, melihat
89. Pikiran imam penuh dengan bebrapa bagian reruntuhan
wajah perempuan yang pernah benteng yang masih berdiri
di cintainya yang kini telah tiada kokoh lalu Rudi tersenyum,
di renggut oleh adat dan 77. Tangannya berpegangan pada
budayanya sendiri. pegangan besi, lalu kakinya
90. Imam menggucapkan salam menahan tubuhnya agar iya
perpisahan terhadap kota bau- tidak terjatuh akibat saling
bau. dorong dari ratusan penumpang
91. Di tengah tangga imam yang berdesakan untuk merebut
menolehkan kepalanya kearah tempat di dalam kapal teratai
benteng yang jauh di atas bukit ptima satu.
sana dia melihat tiang benderah 78. Tiba-tiba iya di kagetkan oleh
dan kubah mesjid kraton buton sebuah suara, tangannya di
melihat reruntuhan benteng, pegang seseorang yang ternyata
melihat beberapa bagian seorang polisi pelabuhan, polisi
benteng yang masih berdiri itu memeriksa tiket Rudi dan
kokoh lalu imam tersenyum. memberikan nasehat untuknya
92. Tangannya berpegangan pada 79. Rudi masuk kedalam kapal
pegangan besi, lalu kakinya teratai prima 1 dan melihat
menahan tubuhnya agar iya banyaknya manusia yang baring
tidak terjatuh akibat saling tidak teratur dan ada yang masih
dorong dari ratusan penumpang berdiri menjaga tas dan
yang berdesakan untuk merebut kopernya.
tempat di dalam kapal lambelu. 80. Rupanya di dek empat kapal
93. Tiba-tiba iya di kagetkan oleh teratai prima satu ramai seperti
sebuah suara, tangannya di pasar. Banyak yang merokok,
pegang seseorang yang ternyata mereka tidak mengindahkan
seorang polisi pelabuhan, polisi peringatan dari petugas kapal.
itu memeriksa tiket imam dan 81. Rudi berjalan mengelilingi dek
memberikan nasehat untuknya empat mencari tempat dan
94. Imam masuk kedalam kapal teman cerita
lambelu dan melihat banyaknya 82. Rudi terus berjalan berusaha
manusia yang baring tidak mencari tempat duduk yang
teratur dan ada yang masih aman, ia melewati kamar mandi,
berdiri menjaga tas dan bau busuk keluar dari kamar
kopernya. mandi tersebut
95. Rupanya di dek empat kapal 83. Sampai kemudian Rudi
lambelu ramai seperti pasar. mendengar sebuah suara
Banyak yang merokok, mereka memanggilnya, menawarkan
tidak mengindahkan peringatan kasur yang kosong tak perlu di
dari petugas kapal. sewakan dan kayanya
96. Imam berjalan mengelilingi dek tempatnya aman. Ternyata yang
empat mencari tempat dan bersuara itu adalah seorang
teman cerita. pemuda.
97. Imam terus berjalan berusaha 84. Rudi membalikkan
mencari tempat duduk yang pandangannya ke arah suara itu
aman, ia melewati kamar mandi, 85. Rudi menatap seorang pemuda.
bau busuk keluar dari kamar 86. Rudi menatap sosok orang tua
mandi tersebut. yang berkarisma.
98. Sampai kemudian Imam 87. Rudi menuju tempat tidur yang
mendengar sebuah suara masih kosong.
memanggilnya, menawarkan 88. Rudi percaya bahwa kakek itu
kasur yang kosong tak perlu di bisa menjaga tasnya.
sewakan dan kayanya 89. Rudi melepaskan tasnya di atas
tempatnya aman. Ternyata yang kasur.
bersuara itu adalah seorang 90. Rudi menghampiri kakek
pemuda. berwibawa itu.
99. Imam membalikkan 91. Rudi meminta izin
pandanngannya ke arah suara menggunakan kasur.
tadi. 92. Kakek itu menjawab pertanyaan
100. Imam menatap asal imam.
suara itu. 93. Kakek itu memberikan tatapan
101. Asal suara itu dari tenduhnya.
seorang pemuda. 94. Rudi kembali naik ke dek
102. Mata imam menatap empat.
sosok orang tua yang 95. Rudi keluar menuju anjungan
berkarisma. kapal teratai prima satu.
103. Imam menuju tempat 96. Rudi menatap ke arah kota
tidur yang masih kosong. Kendari.
104. Imam berpikir bahwa 97. Rudi menyapu dadanya.
kakek tua itu bisa dipercaya 98. Rudi dapat merasakan ada
untuk menjaga tasnya. perubahan di negerinya.
105. Imam melepaskan 99. Rudi berpendapat bahwa tatanan
tasnya di atas kasur. adat dan budayanya banyak
106. Imam menghampiri yang hilang.
kakek berkarisma itu. 100. Rudi memikirkan
107. Imam beryanya kepada Kendari yang hilang selama ini .
kakek tua itu. 101. Mata Rudi menyusuri
108. Kakek itu menjawab sekitarnya.
pertanyaan imam. 102. Rudi melangkah menuju
109. Kakek itu memberikan ke buritan kapal.
tatapan tajam seperti burung 103. Rudi melihat pulau
elang ke imam. cepedak dari tempatnya
110. Imam kembali naik ke berpijak.
dek delapan , imam keluar 104. Rudi menemukan
menuju anjungan kapal lambelu. dirinya sebagai seorang yang
111. Imam lembali menatap mengayomi di pulau itu.
ke arah benteng keraton. 105. Rugi menyadari dirinya
112. Imam menyapu dadanya. bukan seperti kakeknya yang
113. Imam merasakan ada dihargai dan dihormati.
sesuatu yang terjadi di negeri 106. Rudi sadar tidak berhak
buton. untuk mewarisi kebesaran
114. Imam berpikir tentang kakeknya.
tatanan adat dan budayanya 107. Rudi melihat Pulau
telah banyak yang hilang. Cempedak.
115. Imam memikirkan buton 108. Rudi menemukan
yang hilang selama ini . bagian selatan kota Kendari
116. Imam menatap ditempatnya berdiri.
sekelilingnya. 109. Rudi langsung teringat
117. Imam menuju ke buritan pada orang-orang Lipu.
kapal. 110. Rudi bertanya-tanya
118. Imam melihat pulau tentang Kendari yang tidak
siompu. menggunakan akal mereka
119. Di pulau itu imam untuk merdeka.
menemukan dirinya sebagai 111. Rudi mengambil korek
seorang yang mengayomi. elektrik dari sakunya
120. Imam merasa dirinya lalumemainkannya.
bukan seperti kakek yang dulu 112. Rudi beranjak dari kursi
dihargai dan dihormati. kafe di dek empat kapal teratai
121. Imam merasa tidak prima satu.
berhak untuk mewarisi 113. Rusi mengambil langkah
kebesarannya. menuju ke arah timur.
122. Pandangan imam 114. Rudi berpegang erat
menyusuri pulau Siompu. pada pagar kapal Teratai Prima
123. Imam menemuka. Satu.
Bagian selatan Kota Bau-Bau. 115. Rudi kembali
124. Pikiran imam tertuju memandang kota Kendari.
pada orang-orang lipu. 116. Rudi terpaku pada
125. Imam berpikir mengapa luasnya lautan lepas.
orang-orang buton tidak pernah 117. Rudi membayangkan
merdeka apakah karena mereka ada keramaian di tempat itu.
tidak punya akal. 118. Rudi menerungkan gelar
126. Imam mengeluarkan Ode sangat dalam masyarakat
rokoknya dan menyulutnya. Muna.
127. Imam berdiri dari kursi 119. Rudi memandang bahwa
kafe di dek delapan kapal gelar Ode didapatkan bukan
lambelu. karena keturunan.
128. Imam melangkah 120. Rudi menatap menara
menuju ke arah timur. swar atau menara api. Rudi
129. Imam bersandar pada memperhatikan buritan kapal.
pagar kapal Lambelu. 121. Rudi manatap pada para
130. Imam melihat kembali nelayan yang bersiap menjala.
kota Bau-bau . 122. Diantara para nelayan
131. Imam melihat bangunan ada yang mengangkat jalanya.
pasar Laelangi. 123. Rudi memikirkan negeri
132. Imam membayangkan tanpa para nelayan.
bahwa ada keramaian di sana. 124. Rudi merasakan tepukan
133. Gelar Ode dalam dibahunya.
pandangan masyarakat. 125. Rudi berjumpa dengan
134. Imam memikirkan gelar Sinta.
Ode yang sebenarnya. 126. Sinta menceritakan
135. Imam memperhatikan pertemuannya dengan Riska.
punggung Murhum. 127. Rudi mendengarkan
136. Imam menatap buritan sambil menatap Sinta dengan
kapal. tajam.
137. Anak-anak berenang. 128. Rudi memainkan korek
138. Anak-anak berebut koin. elektrik nya.
139. Imam memikirkan anak- 129. Sinta berlanjut bercerita
anak sebagai pewaris negeri. tentang pertemuannya dengan
140. Pundak imam ditepuk Riska.
seseorang. 130. Riska merelakan
141. Imam bertemu dengan hidupnya untuk patuh pada
Yanti. orangtuanya.
142. Yanti bercerita tentang 131. Riska melahirkan dan
pertemuannya Amalia Ode. mempersembahkan anaknya
143. Imam diam pada orangtuanya.
mendengarkan. 132. Rudi kembali
144. Imam menyulut memainkan korek api
rokoknya. digenggamnya.
145. Yanti melanjutkan 133. Kapal Teratai Prima 1
ceritanya. akan berangkat.
146. Lia berkorban agar 134. Rudi bertanya tentang
berbakti pada orang tuanya. Riska.
147. Anak yang dikandung 135. Sinta menjelaskan
Amalia adalah persembahan keadaan Riska.
pada orang tuanya. 136. Sinta memberikan surat
148. Bayi Amalia telah lahir. titipan Riska kepada Rudi.
149. Imam mengisap 137. Kapal yang ditumpangi
rokoknya. Rudi akan berangkat 15 menit
150. Kapal Lambelu segera lagi.
berangkat. 138. Sinta berlari menuruni
151. Imam bertanya kepada kapal melalui tangga.
Yanti. 139. Rudi berjalan menuju
152. Yanti menjelaskan. dek tiga kapal.
153. Lia mengirim selembar 140. Rudi menatap surat
surat untuk Imam. digenggamnya.
154. Kapal akan berangkat 141. Imam memandang Sinta
lima belas menit. yang telah meninggalkan
155. Yanti berlari menuju pelabuhan.
tangga. 142. Rudi pergi
156. Imam naik ke dek meninggalkan kota kendari.
delapan kapal. Rudi merajut semua keluh yang
157. Imam memandangi ada di kota kendari.
suratnya. 143. Rudi menatap ke arah
158. Imam melihat Yanti tiang bendera di laut.
yang menjauh. 144. Rudi berpikir bahwa
159. Imam melihat pasar tiang bendera itu adalah saksi
Laelangi. bisu selama di kota kendari.
160. Imam memikirkan gelar Rudi mengepalkan tangannya
Ode yang sebenarnya. dengan kuat karena marah.
161. Imam memperhatikan 145. Rudi menarik korek
punggung Murhum. elektrik dari saku jaketnya.
162. Imam menatap buritan 146. Rudi memainkan korek
kapal. elektrinya sambil
163. Anak-anak berenang. memperhatikan beberapa anak
164. Anak-anak berebut koin muda.
165. Imam memikirkan anak- 147. Rudi tertuju pada ratusan
anak sebagai pewaris negeri. pengantar yang masih berdiri di
166. Pundak imam ditepuk atas jembatan.
seseorang. 148. Rudi tersenyum melihat
167. Imam bertemu dengan semangat anak-anak muda itu.
Yanti. 149. Rudi terhenti ketika
168. Yanti bercerita tentang melihat tingkah seorang anak
pertemuannya Amalia Ode. muda di dekatnya.
169. Imam diam 150. Anak muda itu
mendengarkan. memberikan tatapan sedih
170. Imam menyulut seperti ada sebuah harapan.
rokoknya. 151. Anak muda itu
171. Yanti melanjutkan melambaikan tangannya kepada
ceritanya. seorang gadis cantik yang ia
172. Lia berkorban agar lihat.
berbakti pada orang tuanya. 152. Hati Rudi kembali teriris
173. Anak yang dikandung sembilu ketika melihat peristiwa
Amalia adalah persembahan itu.
pada orang tuanya. 153. Rudi teringat pada
174. Bayi Amalia telah lahir. lambaian tangan Riska saat
175. Imam mengisap berangkat menuju Kendari dulu.
rokoknya. 154. Rudi menepis cepat
176. Kapal Lambelu segera perasaannya itu
berangkat. 155. Rudi menatap anak-anak
177. Imam bertanya kepada muda itu dengan tatapan
Yanti. bangga.
178. Yanti menjelaskan. 156. Rudi berbisik dalam
179. Lia mengirim selembar hatinya agar ia melupakan masa
surat. lalunya.
180. Imam menerima surat. 157. Kapal Teratai Prima
181. Kapal akan berangkat Satu pelan-pelan mulai
lima belas menit. meninggalkan Kota kendari.
182. Yanti berlari menuju 158. Rudi mengucapkan
tangga. selamat tinggal pada kota
183. Imam naik ke dek Kendari.
delapan kapal. 159. Rudi turun ke dek dua
184. Imam memandangi kapal Teratai Prima Satu.
suratnya. 160. Rudi menuju kebagian
185. Yanti yang menjauh ke depan.
jembatan Murhum. 161. Rudi melihat pulau
186. Imam kembali Muna
memikirkan tentang Buton. 162. Mata Rudi kembali
187. Imam pergi menyelusuri pegunungan hijau
188. Imam merajut semua itu.
keluh yang ada di negeri Buton 163. Kapal semakin
189. Imam menatap ke arah mendekati pulau Muna.
tiang bendera di samping masjid 164. Rudi membayangkan
keraton Buton. temannya yang dulu pernah
190. Imam berpikir tiang singgah di pulau itu.
bendera itu adalah saksi bisu 165. Kapal Teratai Prima
selama empat abad lebih di Satu semakin laju membelah
negeri Buton laut Muna.
191. Imam membuang 166. Pikiran Rudi melayang
ludahnya karena marah pada ke wajah cantik Riska.
para kompeni yang rela 167. Pikiran Rudi juga
menjual kemanusiaan dan tersangkut pada wajah cantik
merampas kemuliaan para Sinta.
gadis. 168. Rudi menuju ke dek
192. Imam menarik rokok empat Lambelu.
dari saku jaketnya 169. Rudi menuju ke
193. Imam mengisap penitipan tasnya.
rokoknya sambil 170. Rudi menghampiri
memperhatikan beberapa anak kakek tua yang menjaga tasnya.
muda yang melambaikan tangan 171. Rudi bertanya kepada
dari sampingnya yang baru naik kakek tua itu.
dari pelabuhan murhum tadi. 172. Kakek tua itu menjawab
194. Imam tertuju pada pertanyaan Rudi.
ratusan pengantar yang masih 173. Rudi banyak berdiskusi
berdiri di atas jembatan dengan kakek tua itu
murhum. 174. Rudi duduk di dekat
195. Imam tersenyum melihat kakek tua itu.
semangat anak-anak muda itu. 175. Rudi mengambil surat
196. Imam terhenti ketika yang diberikan sinta siang tadi.
melihat tingkah seorang anak 176. Rudi membaca surat itu
muda di dekatnya dalam hati.
197. Anak muda itu 177. Rudi kembali melipat
menangis. dan menyimpan surat itu ke
198. Anak muda itu dalam tas ransel di sampingnya.
melambaikan tangannya kepada 178. Rudi berdoa agar ia
seorang gadis cantik yang dipertemukan dengan gadis
memberi harapan. yang ada dalam surat itu.
199. Gadis itu menyimpan 179. Rudi membayangkan
harapan pada anak muda itu. pertemuan terakhirnya dengan
200. Hati imam kembali Riska.
teriris sembilu ketika melihat 180. Rudi meneteskan air
peristiwa itu. matanya.
201. Imam teringat pada 181. Rudi meminta kepada
lambaian tangan Amalia Ode ibu dan keluarganya agar
saat berangkat menuju Kendari jasadnya di kuburkan di puncak
dulu. ST tempat dimana Riska
202. Imam menepis cepat memeluknya dulu.
perasaannya itu. 182. Rudi membatin setelah
203. Imam menatap anak- mengingat paragraf paragraf
anak muda itu dengan tatapan kedua dari terakhir dari surat
bangga. Riska.
204. Imam berbisik dalam 183. Air mata rudi kembali
hatinya agar ia melupakan masa menetes setelah membaca ulang
lalunya. paragraf itu.
205. Imam terus berpikir ada 184. Rudi kembali menatap
yang aneh pada bangsa buton kakek tua disampingnya.
selama ini.
206. Imam teringat pada
peristiwa Malino beberapa
puluh tahun silam.
207. Kapal Lambelu pelan-
pelan mulai meninggalkan Kota
Bau-bau.
208. Imam mengucapkan
selamat tinggal pada negeri
Buton.
209. Imam turun ke dek enam
kapal Lambelu.
210. Imam menuju kebagian
depan.
211. Imam melihat pulau
Kabaena. dan gunung
Sambampolulu yang tinggi.
212. Imam teringat keluhan
temannya di kampus dulu saat
selesai menonton tarian
lumense.
213. Mata imam kembali
menyelusuri pegunungan hijau
itu.
214. Kapal Lambelu semakin
mendekati pulau Kabaena.
215. Imam membayangkan
para bidadari turun ke bumi dan
mandi di sungai Lakambula.
216. Imam juga
membayangkan gadis-gadis
pulau itu berbaur dengan
bidadari yang mandi sambil
menarikan Lumense dan
diakhiri dengan pemotongan
batang pisang.
217. Kapal Lambelu semakin
laju membelah laut Kabaena.
218. Pikiran imam melayang
ke wajah cantik Amalia Ode
yang telah meninggalkannya.
219. Pikiran imam juga
tersangkut pada wajah cantik
perempuan bugis yang ia kenal
beberapa hari yang lalu di
Kendari.
220. Perempuan itu adalah
penghibur hati imam saat
ditinggal nikah Oleh Amalia
Ode.
221. Gadis Bugis itu juga
yang mengantar imam ke
pelabuhan Kendari siang
kemarin.
222. Imam masih merasakan
kelembutan tangan dan pelukan
gadis itu di pelabuhan kemarin.
223. Imam menuju ke dek
empat Lambelu.
224. Imam menuju ke tempat
penitipan tasnya.
225. Imam menghampiri
orang tua yang menjaga tasnya
226. Imam bertanya kepada
orang tua itu.
227. Imam Tidak memberi
kesempatan kepada kakek tua
itu untuk menjawab
pertanyaannya.
228. Kakek tua itu menjawab
pertanyaan imam.
229. Imam banyak berdiskusi
dengan kakek tua itu.
230. Imam terbaring di dekat
orang tua itu.
231. Imam mengambil surat
yang diberikan yanti siang tadi.
232. Imam membaca surat itu
dalam hati.
233. Imam kembali melipat
dan menyimpan surat itu ke
dalam tas ransel di sampingnya.
234. Imam berdoa agar ia
dipertemukan dengan gadis
yang ada dalam surat itu.
235. Imam membayangkan
pertemuan terakhirnya dengan
Amalia Ode.
236. Imam meneteskan air
matanya.
237. Imam meminta kepada
ibu dan keluarganya agar
jasadnya di kuburkan di bukit
Watu Kapala tempat dimana
Amalia Ode memeluknya dulu.
238. Imam membatin setelah
mengingat paragraf kedua
paling terakhir dari surat Amalia
Ode.
239. Air mata imam kembali
menetes setelah membaca ulang
paragraf itu.
240. Imam kembali menatap
orang tua disampingnya.

Anda mungkin juga menyukai