ABU NAWAS
Suatu harii, di esok pagi yang begitu indah Abu Nawas sedang berjalan-jalan
hingga ke kampung pedalaman, lalu kemudian Abu Nawas melihat sekumpulan
warga yang beramai-ramai membuat bubur untuk mereka santap.
Ketika Abu Nawas asyik melihat suasana tiba-tiba puluhan pasang mata melihat
Abu Nawas.
Warga Kampung 1 : kau adalah orang asing, maka dar itu kami harus
menyembelih, dan menyampurkanmu di bubur tersebut untuk kami santap!!
Ternyata di kampung pedalaman nan kecil ini memliki adat yang menyeramkan.
Setiap ada orang asing mendatangi kampug tersebut, maka mereka akan
menjadikannya santapan bubur yang lezat.
Lalu Abu Nawas pun ketakutan, namun dia masi mampu berpikir jernih walau
keadaannya sedang sempit.
Abu Nawas : Tunggu duluu!! Apa kalian yakin akan memakanku?? Lihatlah
tubuhku ini!, kurus,kering kerontang dan dagingku tidak banyak!. Kalau kalian
mau, besok aku bawakan temanku yang badannya gemuk sehingga kalian bisa
makan untuk lima hari lamanya. Aku janji, maka lepaskan aku!!.
Warga Kampung pun merasa ragu akan perkataan abu nawas, dan mereka saling
bertatap muka satu sama lain, dan akhirnya mereka melepaskan Abu Nawas
karena akan janjinya.
Warga Kampung 1: Baiklah, kami akan turuti perkataanmu.. karena kau telah
berjanji pada kamii, maka kau harus menepatinyaa. Dan bawa temanmu kesini
dalam waktu 2 harii..!!
Karena janjinya itu, akhirnya Abu Nawas dilepaskan. Abu Nawas berpikir keras
untuk menemukan siasat agar dirinya berhasil membawa teman yang gemuk.
Terlintas di pikirannya bahwa Sang Raja Harun Ar-Rasyid
Abu Nawas : Seharusnya Raja tahu akan kondisi ini, alangkah baiknya bila
Raja mengetahui sendiri.
Raja Harun : Wahai Abu Nawas, ada apa gerangan kau menemuiku di pagi
hari yang cerah ini?? Apa ada sesuatu yang sedang kau rencanakan padakuu!!??
Abu Nawas : Tentu saja tidak baginda, hamba kemari karena ingin
memberitahukan sesuatu kepada baginda.
Abu Nawas : Mohon hamba beri waktu utk menjelaskannya hingga selesai
baginda. Hamba kemari karena hamba mengenal baginda begitu dekat.
Sehingga tidak mungkin bila hamba ingin mencelakai baginda. Hamba hanya
ingin mengajak baginda untuk bisa lebih memahami wialayah kekuasaan
baginda sendiri, karena aku yakin baginda pasti akan menyukai wilayah
tersebut.
Abu Nawas: benar baginda, alangkah lebih baik bila hanya kita berdua saja
yang mengunjungi wilayah tersebut.
Abu Nawas : tidak baginda, hamba yakin pasti baginda akan merasa terganggu
apabila pasukan baginda mengikuti dari belakang, karena rakyat disana tidak
begitu terbiasa dengan banyaknya keramaian. Dan akan merusak apa yang akan
hamba beritahukan kepada baginda.
Dengan berbagai bujuk rayu, akhirnya dia berhasil mengajak raja hanya berdua
saja. Sesampainya di kampung pedalaman itu, tanpa banyak bicara, warga
langsung menangkap raja. Abu Nawas pun segera meninggalkan kampung itu.
Dalam hatinya dia berpikir,
Abu Nawas : Bila raja pintar,pasti dia akan bisa membebaskan diri, tapi kalau
tidak, maka raja akan mati.
Abu Nawas berpikir gambling begitu ya karena dia yakin bahwa rajanya cukup
cerdas untuk bisa meloloskan diri dari kampung pedalaman itu.
Sementara itu, raja yang sedang ditawan tidak menyangka sama sekali akan
disembelih warga kampung pedalaman yang masih merupakan wilayah
kekuasaannya.
Raja Harun : Jika membuat bubur, dagingku ini tidaklah terlalu banyak karena
banyak lemaknya. Kalau diijinkan, kalian akan aku buatkan peci kemudian
dijual dengan harga jauh lebih mahal daripada harga buburmu itu.
Mereka menyetujui dan meminta raja untuk menyelesaikan peci itu. Setelah
peci selesai dibuat, raja pun dibebaskan.
Setelah raja dibebaskan, Abu Nawas segera dipanggil karena telah berani
mencelakakan rajanya sendiri.
Abu Nawas : tolong berikan hamba waktu untuk penjelasanku baginda. Hamba
mengajak baginda ke wilayah tersebut karena hamba memiliki alasan yang kuat.
Dan akan bermanfaat buat anda rajaku.
Raja Harun : Baiklah, tetapi kalau ucapamu salah, niscaya engkau akan
dibunuh hari ini juga.
Abu Nawas : Tuanku, alasan hamba menyerahkan kepada pembuat bubur itu
karena ingin menunjukkan fakta kepada Paduka. Karena semua kejadian di
dalam negeri ini adalah tanggung jawab Paduka kepada Allah SWT kelak. Raja
yang adil sebaiknya mengetahui perbuatan rakyatnya.
SINOPSIS CERITA
Hendra (34 tahun,sudah menikah,) berselisih faham dengan Baskoro (33 tahu, belum
menikah) sesama karyawan di kantornya. Hendra tidak dapat menerima keputusan
perusahaan yang menempatkan Baskoro karyawan yang baru tiga tahun bekerja disitu,
diangkat menjadi Kepala Bagian, sekaligus atasan Hendra. Hendra menduga, Baskoro
curang. Dia diangkat menjadi Kepala Bagian karena KKN. Baskoro ingin menunjukkan
kebenaran pada Hendra, tetapi Hendra sudah tidak percaya lagi arti kebenaran.
Eva (28 tahun, masih lajang) dan Prita (26 tahun sudah menikah) yang juga karyawan di
perusahaan itu, merasakan imbas ketidak harmonisan hubungan Hendra dan Baskoro. Mereka
merasakan suasana yang tidak kondusif dalam bekerja.
Ketegangan makin memuncak ketika Baskoro kehilangan file-file penting dalam computer di
ruang kerjanya. Baskoro menduga, Eva, sekretarisnyalah yang menghapus file-file itu.
Alasannya, belakangan ini Eva begitu dekat dengan Hendra.
Evapun mengadu pada Hendra. Mereka mengubah strategi. Jika sebelumnya mereka bicara di
kantor, kini di luar kantor. Maka Hendra sering pulang terlambat. Hal itu membuat Ratih (29
tahun-istri Hendra) curiga. Karena Hendra makin sering pulang terlambat, Ratih pun
memberanikan diri minta keterangan ke kantor Hendra.
Ketika Ratih pergi ke kantor suaminya, untuk menemui atasan Hendra, ia terkejut. Ternyata
atasan Hendra adalah Baskoro, pacar Ratih ketika SMA. Pembicaraan Ratih dan Baskoropun
mengasyikkan.Tiba-tiba, Hendra muncul dan langsung menghardik mereka berdua.
Suasana makin panas. Masing-masing mencari kebenaran diri. Baskoro menantang Hendra
mengungkap kebenaran. Tapi Hendra sudah tidak percaya lagi arti kebenaran. Kebenaran dan
Kebohongan amat tipis jaraknya. Tetapi Baskoro yakin. Kebenaran itu kejujuran. Betapapun
pahitnya, kebenaran harus diungkap.
Contoh Treatment Naskah cerita Radio
TREATMENT CERITA/FIKSI
Acara :
Edisi :
Durasi :
Judul :
Format :
Naskah :
Ilustrator :
Teknik :
Sutradara :
Produser :
No Karakter Audio
01 OPERATOR Id’s program cerita/drama
02 OPERATOR/ HUJAN DERAS DISELING PETIR SUSUL
AUDIO MAN MENYUSUL SEBAGAI BACK GROUND
03 BASKORO (TERTENGAH-ENGAH) Kebenaran, punya
kekuatan mengungkap segala kemunafikan dan
kebohongan ! Ingat itu !!
04 HENDRA (TERTAWA) Ah,..apalah arti kebenaran jika
hanya membuat hidup menjadi tidak nyaman,
tersingkir dan terancam ? Persetan dengan
kebenaran...persetan !!
05 OPERATOR/ BUNYI PETIR MENYAMBAR DENGAN
AUDIO MAN KERAS
06. HENDRA (TERIAK KERAS) Ouh ?!! Tolong..........!!!
07 OPERATOR MUSIK SMASH FULL UP, DISOLVE TO
MUSIK TEMA - UNDER
08 NARATOR Call acara, judul cerita, penulis naskah, para
pemain, sutradara dan produser.
09 OPERATOR MUSIK TEMA-UNDER TO FADE OUT.
10 ADEGAN/SCENE 1 Eva dan Prita membicarakan suasana kantor yang
tidak nyaman atas konflik Baskoro dan Hendra
11 OPERATOR MUSIK TRANSISI FADE IN TO FADE OUT
12 ADEGAN/SCENE 2 Hendra dan Istri berselisih faham tentang arti cinta
dan kesetiaan.
13 OPERATOR MUSIK SMASH – UP FULL TO FADE OUT
14 ADEGAN/SCENE 3 Baskoro mengutarakan kecurigaannya pada Eva,
atas hilangnya file-2 penting perusahaan. Baskoro
menduga itu perbuatan Hendra. Eva tersinggung.
(EVA KELUAR KAMAR TERGESA-GESA
SAMBIL MEMBANTING PINTU)
15 ADEGAN/SCENE 4 Hendra mendesak Eva. Mengapa ia......dst.nya
BAGAIMANA MENULIS NASKAH SANDIWARA RADIO?
Penting untuk diingat, bahwa pendengar sangat tergantung pada apa yang mereka dengar dan
imajinasi pendengar diciptakan melalui kata dan suara. Oleh karena itu, dalam menulis
naskah sandiwara radio, kita harus memperhatikan beberapa hal berikut:
1. Cerita/plot. Ada banyak cerita di sekeliling kita. Yang harus kita lakukan adalah
menentukan mana yang akan kita jadikan sebagai tema utama. Jika kita telah menemukan
tema cerita, segera tentukan plot atau alur cerita.
2. Karakter. Karakter adalah tokoh yang akan memainkan peran dalam sandiwara radio kita,
baik yang bersifat baik (protagonis) maupun jahat (antagonis). Karakter yang kita ciptakan
sebaiknya cukup realistis dan sesuai dengan cerita.
3. Musik dan Efek suara. Berbagai variasi efek suara dapat digunakan untuk menarik
perhatian pendengar dan merekatkan imajinasinya sehingga menjadi satu gambaran yang
utuh. Meski demikian, efek suara yang terdengar aneh/tidak lazim, bisa jadi malah
membingungkan pendengar. Oleh karena itu, sebaiknya kita menggunakan efek suara yang
familiar di telinga pendengar kita.
4. Dialog. Minimnya komponen visual dalam sandiwara radio mengharuskan kita untuk
mendeskripsikan situasi yang terjadi melalui dialog, dibantu oleh efek suara atau musik. Oleh
karena itu sebaiknya dialog dalam naskah cukup jelas menceritakan keadaan, misalnya
dengan menggunakan kata kerja aktif ketimbang kata kerja pasif.
Setelah kita mengetahui hal-hal diatas, saatnya menulis naskah sandiwara radio. Adapun
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Formulasikan ide cerita. Buat outline atau garis besar cerita tentang karakter, plot, setting,
konflik dan resolusi.
2. Tulis sebuah narasi mengenai cerita yang sudah kita miliki tersebut. ingatlah selalu dengan
keterbatasan radio. anda sedang menulis untuk pendengar, bukan pemirsa.
3. Bagilah narasi cerita anda ke dalam adegan-adegan dengan deskripsi lengkap tentang
setting, karakter dan efek suara.
4. Tulis dialog berdasar narasi cerita anda. Jika perlu, sertakan catatan tentang situasi
emosional karakter kita.
6. Edit naskah anda setelah beberapa hari. Ini penting untuk menemukan kesalahan dalam
naskah anda. Lebih baik lagi jika ada orang ketiga yang ikut membaca naskah anda.
7. Naskah kita siap untuk diproduksi. Nah, tunggu apa lagi?
Format standar naskah, terdiri dari beberapa bagian berikut ini:
A. Halaman Judul. Menjelaskan judul program, judul sandiwara radio atau episode apa yang
sedang dikerjakan.
B. Adegan. Menunjukkan nomer adegan, deskripsi tentang lokasi adegan (dalam ruangan atau
luar ruangan) dan waktu saat adegan itu terjadi (pagi, siang, sore, malam).
C. Petunjuk Naskah.
terdiri dari:
1. petunjuk dialog
2. petunjuk musik
3. petunjuk efek suara
Petunjuk Naskah berguna bagi pengisi suara dan kru untuk menciptakan suasana, emosi dan
mood sesuai tuntutan naskah/cerita. Selain itu, petunjuk naskah juga berguna bagi pengisi
suara dan kru untuk mengetahui kapan mereka melakukan apa. Petunjuk naskah biasanya
ditulis dengan huruf kapital, garis bawah atau cetak tebal.
D. Catatan Produksi. Berisi komentar atau instruksi dari penulis naskah atau
sutradara.Bagian ini berfungsi bagi teknisi, pemeran atau kru untuk mengetahui bagaimana
mengkoordinasikan dan menciptakan efek suara tertentu.
Amerika Serikat pada tahun 1938. Saat itu tak kurang dari sejuta warga AS mendengarkan
sebuah sandiwara radio berjudul “War of The Worlds” karya Orson Wales dan John
Houseman. Sebuah berita mengejutkan tiba-tiba muncul di tengah sandiwara radio ini.
“Ladies and gentlemen, Saya Carl Phillips, saat ini saya berada di Wilmuth farm, Grovers
Mill, New Jersey. . . .Well, Saya . . tidak tahu dari mana memulainya, saya tidak punya kata-
kata untuk menceritakannya! saya baru saja tiba di tempat ini… saya hampir tidak
mempercayai apa yang saya lihat saat ini … sebuah pemandangan yang menakjubkan….
seperti… seperti dalam kisah modern Arabian Nights. Saya tidak tahu apa yang saya lihat…
sesuatu muncul dari dalam tanah. Tadi diawali sebuah goncangan yang hebat…. kemudian
sebuah lubang menganga dari dalam bumi…. seperti sebuah bekas meteor yang jatuh. Lihat..
sebuah obyek keluar dari lubang tersebut .. bukan meteor… tapi lebih menyerupai silinder
raksasa….”
Selang beberapa menit kemudian “reporter” Phillips, ditemani oleh “astronomer,” Professor
Pierson, menceritakan seperti sebuah berita radio tentang kemunculan robot-robot raksasa
dari dalam bumi yang menghancurkan apapun yang menghadang. Menghancurkan gedung
dan membunuh ribuan manusia. ‘Reporter’ lain melaporkan penyerangan alien di daerah lain.
Dengan model penyampaian bergaya laporan pandangan mata, ditambah dengan efek suara
yang dahsyat, sandiwara ini telah berhasil meyakinkan warga Amerika Serikat bahwa telah
terjadi invasi makhluk Mars ke bumi. Akibatnya, kepanikan melanda jutaan warga Amerika.
Padahal berita tersebut hanyalah bagian dari adegan dalam sandiwara radio.
***
c. Jangan terlalu banyak pesan inti yang disampaikan dalam setiap episode/scene. Buat inti
cerita yang simpel dan mudah dicerna.
d. Ulangi beberapa pesan yang penting. Caranya bermacam-macam. Bisa berupa pertanyaan
dari lawan bicara, pengulangan oleh lawan bicara atau pengulangan dari pembicara.
e. Jelaskan setting drama dengan jelas dalam setiap scene. Bisa disampaikan oleh narator,
oleh para karakter atau menggunakan sound effect.
f. Sampaikan di awal episode tentang cerita pada episode sebelumnya secara singkat.
Unsur-unsur drama:
1. Karakter atau para tokoh.
2. Plot/ alur cerita. Setiap drama seharus berisi konflik, bahkan setiap episode dan scene
sebaiknya berisi konflik.
Biasanya konflik terdiri dari:
– Konflik batin seseorang dengan nasib/takdir hidupnya.
– Konflik antar individu.
– Konflik seseorang dengan dirinya sendiri.
3. Setting.
4. Tema – yang biasanya berisi pesan moral apa yang disampaikan drama tersebut.
Stuktur drama:
A. Introduction
B. Development (with conflict).
C. Climax.
D. Resolution or denouement.
E. Conclussion.
Apakah Drama
Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia, drama berasal dari bahasa Yunani purba
dram, artinya berbuat . ‘’Pengertian drama merujuk kepada (1) karya tulis untuk
teater, (2) setiap situasi yang mempunyai konflik dan solusi, (3) jenis karya sastra yang
berbentuk dialog yang dibuat untuk tujuan dipertunjukkan di atas pentas
(Hasanuddin WS dkk, 2007 : 229).
Media Drama
Media (alat) yang dipergunakan untuk pertunjukan drama terbagi atas :
MEDIA PANGGUNG TEATER
Drama yang dipertunjukkan pada sebuah gedung disebut dengan teater. Teater
diartikan sebagai gedung pertunjukan, namun makna ini kemudian diperluas sebagai
bentuk pementasan drama.
MEDIA TELEVISI
Drama yang dipertunjukkan dengan menggunakan media elektronika disebut televisi.
Bermain di layar televisi memang sangat lain dibandingkan dengan bermain untuk
pentas.
Perbedaan tersebut dapat dilihat dari segi sebagai berikut :
a. Televisi merupakan media elektronik dimana kehadiran total aktor tidak dapat
dinikmati publik. Komunikasi antara aktor dengan publik “dihadang“ oleh seperangkat
peralatan teknis, disekat oleh “pemilihan frame”.
b. Perpindahan babak dalam televisi hanya memerlukan waktu beberapa detik melalui
fade atau dissolve.
c. Masalah gerak dalam televisi sebagian besar adalah gerakan dalam takaran kecil.
Bukan lebar dan besar. Demikian pula dengan gerakan yang cepat (kecepatan gerakan)
tidak dapat kita kerjakan sebebas kalau kita bermain di panggung.
d. Suara letupan yang kita keluarkan melalui mulut tidak memerlukan pengerahan
teknik vokal yang sebagaimana di atas panggung. Bersuara dengan wajar dalam durasi
yang sudah pasti.
e. Seperti pula dalam film, suatu hal yang harus diingat ialah bahwa fungsi mata
penonton telah diambil alih oleh kamera.
MEDIA RADIO
Pentas drama radio tidak sama dengan panggung atau film dan televisi. Keberhasilan
siaran drama radio akan lebih banyak ditunjang oleh kemampuan teknis penampilan
suara di dalam membentuk khayal pendengarnya.
Bermain drama radio tidak menuntut hafal teks. Namun demikian sebaiknya para
pemainnya minimal 25 % hafal. Ini diperlukan bagi penjiwaan yang dituntut lebih besar
lewat pengucapan dialog. Karenanya casting lebih ditekankan pada perbedaan volume
suara yang amat kontras. Supaya perbedaan watak dapat jelas tergambar.
Jarak mulut pemain dengan mic juga besar pengaruhnya. Penentuan jarak ideal harus
dicari, ditetapkan. Kemudian dijadikan standar untuk tiap kali tampil.
Para pemain mesti jeli menemukan apa yang terkandung dalam tiap kalimat. Dikuasai
perwatakan dengan dicoba – coba menampilkan lewat lagu bicara. Pemain harus
memperhatikan aba – aba dari operator atau dari sutradara di mana akan memulai
adegan tersebut.
Bermain drama radio dituntut dengan teknik suara yang penuh warna, dengan suara
wajar, tidak monoton. Sedangkan pemainnya untuk tiap adegan jangan lebih dari empat
orang. Kecuali untuk peran – peran figuran.
Hingga kini berkembanglah suatu permainan lewat media Audio Visual yang bertolak
pada dasar bermain drama radio. Dubbing film (pengisian suara film) tidak berbeda
dengan bermain drama yang sudah terbentuk secara visual dan dengan mengisinya
lewat dialog drama tersebut. Seorang dubber sangat dituntut kepekaan terhadap
gambar di TV ataupun di film dan keahlian untuk bermain sesuai tokoh dalam drama
tanpa mnghilangkan suasana dramatik yang sudah diciptakan semula.
Adapun dubbing yang sekarang dikenal dengan sebutan Sulih Suara itu akan
memberikan nuansa tersendiri jika sebuah film tersebut diharuskan untuk dialih
bahasa atau memang harus diisi ulang suara tokoh tersebut karena saat shooting
lingkungan/lokasi sangat mengganggu perekaman suara. Di sini banyak sekali tontonan
film asing yang harus dialih bahasa Indonesia hingga kita dapat memahami cerita
dengan baik dan tidak terganggu dengan kesempatan membaca teks/terjemahannya.
ANATOMI DRAMA
Anatomi drama. Anatomi drama itu, di antaranya adalah babak, dialog, petunjuk
pementasan (lakon), prolog, epilog dan ending. Hampir sama dengan karya fiksi
(cerpen dan novel) drama juga memiliki unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Beberapa langkah di bawah ini dapat dijadikan acuan untuk menulis naskah
drama.
1. Menentukan Tema.
Tema adalah gagasan dasar cerita atau pesan yang akan disampaikan oleh pengarang
kepada penonton. Tema, akan menuntun laku cerita dari awal sampai akhir. Misalnya
tema yang dipilih adalah “kebaikan akan mengalahkan kejahatan”, maka dalam cerita
hal tersebut harus dimunculkan melalui aksi tokoh-tokohnya sehingga penonton dapat
menangkap maksud dari cerita bahwa sehebat apapun kejahatan pasti akan dikalahkan
oleh kebaikan.
Persoalan atau konflik adalah inti dari cerita teater. Tidak ada cerita teater tanpa
konflik. Oleh karena itu pangkal persoalan atau titik awal konflik perlu dibuat dan
disesuaikan dengan tema yang dikehendaki. Misalnya dengan tema “kebaikan akan
mengalahkan kejahatan,” pangkal persoalan yang dibicarakan adalah sikap licik
seseorang yang selalu memfitnah orang lain demi kepentingannya sendiri. Persoalan ini
kemudian dikembangkan dalam cerita yang hendak dituliskan.
Gambaran cerita secara global dari awal sampai akhir hendaknya dituliskan. Sinopsis
digunakan pemandu proses penulisan naskah sehingga alur dan persoalan tidak
melebar. Dengan adanya sinopsis maka penulisan lakon menjadi terarah dan tidak
mengada-ada.
Kerangka cerita akan membingkai jalannya cerita dari awal sampai akhir. Kerangka ini
membagi jalannya cerita mulai dari pemaparan, konflik, klimaks sampai penyelesaian.
Dengan membuat kerangka cerita maka penulis akan memiliki batasan yang jelas
sehingga cerita tidak bertele-tele. William Froug (1993) misalnya, membuat kerangka
cerita (skenario) dengan empat bagian, yaitu pembukaan, bagian awal, tengah, dan
akhir. Pada bagian pembukaan memaparkan sketsa singkat tokoh-tokoh cerita. Bagian
awal adalah bagian pengenalan secara lebih rinci masing-masing tokoh dan titik konflik
awal muncul. Bagian tengah adalah konflik yang meruncing hingga sampai klimaks.
Pada bagian akhir, titik balik cerita dimulai dan konflik diselesaikan. Riantiarno (2003),
sutradara sekaligus penulis naskah Teater Koma, menentukan kerangka lakon dalam
tiga bagian, yaitu pembuka yang berisi pengantar cerita atau sebab awal, isi yang berisi
pemaparan, konflik hingga klimaks, dan penutup yang merupakan simpulan cerita atau
akibat.
5. Menentukan Protagonis.
Tokoh protagonis adalah tokoh yang membawa laku keseluruhan cerita. Dengan
menentukan tokoh protagonis secara mendetil, maka tokoh lainnya mudah ditemukan.
Misalnya, dalam persoalan tentang kelicikan, maka tokoh protagonis dapat diwujudkan
sebagi orang yang rajin, semangat dalam bekerja, senang membantu orang lain,
berkecukupan, dermawan, serta jujur. Semakin detil sifat atau karakter protagonis,
maka semakin jelas pula karakter tokoh antagonis. Dengan menulis lawan dari sifat
protagonis maka karakter antagonis dengan sendirinya terbentuk. Jika tokoh
protagonis dan antagonis sudah ditemukan, maka tokoh lain baik yang berada di pihak
protagonis atau antagonis akan mudah diciptakan.
7. Menulis.
Setelah semua hal disiapkan maka proses berikutnya adalah menulis. Mencari dan
mengembangkan gagasan memang tidak mudah, tetapi lebih tidak mudah lagi
memindahkan gagasan dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu, gunakan dan manfaatkan
waktu sebaik mungkin.
1. Judul Cerita
Judul cerita merupakan inti dari naskah drama yang akan dipertunjukkan. Seorang penulis
naskah drama harus memperhitungkan ketertarikan penonton dengan judul naskah drama
yang dibuat. Judul yang tidak menarik akan membuat penonton enggan mendatangi
pertunjukan.
2. Sinopsis
Sinopsis adalah ringkasan cerita di dalam naskah drama. Sinopsis perlu dibuat untuk
membantu kru pementasan mempersiapkan segala hal terkait dengan pertunjukan.
3. Jumlah Pemain
Untuk naskah drama sebaiknya memperhatikan jumlah pemain yang akan terlibat dalam
pertunjukan drama, baik itu teater, film, maupun drama radio. Dalam pertunjukan drama
menggunakan media teater, maka jumlah pemain sangatlah penting untuk diperhatikan
mengingat terbatasnya ruang (panggung) yang tersedia. Namun dalam film dan radio, jumlah
pemain tidak menjadi begitu penting karena bisa disiasati dengan berbagai cara.
4. Penggambaran Setting
Dalam membuat naskah drama, harus digambarkan setting (tempat peristiwa) berlangsung.
Hal ini terlihat di awal naskah tersebut ditulis. Penggambaran setting ini perlu untuk
memudahkan sutradara ataupun pemain menyesuaikan pertunjukan drama yang akan
dimainkan.
Contoh :
Di atas panggung sederhana, di samping puing-puing sisa reruntuhan dan mayat-mayat yang
bergelimpangan, JURU RUNDING terus menyesali segala sesuatu yang telah terjadi di bumi
serambi mekkah. Bahkan yang lebih disesalinya lagi, perang tidak pernah berhenti meski
negeri sedang dilanda prahara. PEMBERONTAK SETIA dan TENTARA SETIA terus
menabur maut. Keduanya tidak lagi mau melibat JURU RUNDING dalam setiap pertemuan
mereka. Akhirnya, dalam kesendiriannya itu, JURU RUNDING kini tinggal meminta
kepada Tuhan agar bencana tidak lagi melanda negeri. (Naskah Monolog Juru Runding karya
Yulhasni)
5. Petunjuk Lakon
Petunjuk lakon adalah salah satu hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang penulis
naskah drama. Petunjuk lakon ini hampir sama dengan penggambaran setting pada awal
cerita, akan tetapi petunjuk lakon terdapat pada semua bagian dalam naskah drama. Petunjuk
lakon ini memudahkan pemain untuk melakukan adegan per adegan.
Contoh :
TEUKU HAMID : Hey, lepaskan ! Jangan ganggu mereka ! (Para wanita berlari
ke dekat Teuku Hamid ). Kalian ini tidak bosan-bosannya menggoda wanita. Itu
perbuatan dosa, mengerti.