Anda di halaman 1dari 2

Secara Umum

Serabi adalah bentuk modifikasi dari makanan tradisional Jawa bernama apem yang
sudah ada sebelumnya. Bahan kue srabi dan apem sama/mirip. Kata “apem”
berasal dari bahasa Arab yakni afwan yang artinya maaf atau ampun. Karena
orang jawa tidak bisa atau sulit mengucapkan kata “afwan”, disebutlah dengan
apem. Apem kemudian dijadikan simbol maaf atau ampunan kepada Tuhan.
Apem berbentuk bulat yang merupakan lambang penghubung dengan Tuhan
dengan memiliki ketebalan kurang lebih satu hingga dua cm, terbuat dari
bahan-bahan sederhana yakni tepung beras, garam dan gula. Bahan-bahan ini
merupakan lambang kesederhanaan, bahwa sebagai manusia sudah
sepantasnya berperilaku atau bersikap sederhana dan tidak berlarut dalam
kemewahan duniawi. Apem memiliki rasa yang khas, bumbunya yang
sederhana dapat mengajarkan tentang rasa syukur. Apem sering digunakan
sebagai salah satu pelaksaan upacara adat.
Serabi berasal dari bahasa sunda yaitu “Sura/Assyura” yang memiliki arti besar.
Karena zaman dahulu, dipercayai bahwa serabi menjadi makanan raja dan
bangsawan yakni orang yang memiliki jabatan paling tinggi di kerajaan.
Ada dua kemungkinan mengenai asal muasal dari serabi :
 Pertama dari india, terdapat kudapan khas India dari tepung beras dan
santan yang disebut sebagai appam. Kue tradisional apem adalah salah satu
makanan tradisional hasil dari pengaruh budaya India. Diketahui bahwa
serabi adalah bentuk modifikasi dari kue apem, pembuatan kue serabi
dipipihkan sedangkan kue apem tidak.
 Kedua pengaruh Belanda, terdapat kue khas eropa yaitu pancake yang
bentuknya mirip dengan serabi. Jika diperhatikan di rongga tengah serabi
terdapat rongga-rongga kecil dengan jumlah yang sangat banyak. Oleh
karena itu, banyak yang mengartikan bahwa serabi mirip dengan pancake
Di daerah solo, apem mulai disebut dengan serabi karena ketidaksengajaan
pembuatannya yang tidak biasa. Mulai dari apem yang memiliki bentuk bulat dan
tebal kini diolah dengan cara di pipihkan. Penjual kue Serabi Solo yang paling
terkenal ialah Serabi Notosuman. Serabi Notosuman tersebut didirikan pertama kali
pada tahun 1923 oleh pasangan suami istri Hoo Geng Hok dan Tan Giok Lan.
Awalnya mereka sering mendapat pesanan membuat kue apem yang telah
dimodifikasi bahan-bahan serta proses pembuatannya, lama-kelamaan banyak yang
tertarik untuk memesan kue tersebut, yang kemudian berkembang usaha
pembuatan kue Serabi Solo.
Terdapat kepercayaan masyarakat dulu tentang kue serabi yang berhubungan
dengan bulan Sya’ban : Kue serabi paling ramai dijual ketika di bulan Sya’ban.
Serabi yang dijual di bulan Sya'ban dipercaya para muda-mudi akan mendekatkan
jodoh bagi yang belum mendapatkan pasangan atau segera menikah apabila sudah
memiliki pasangan setelah memakan srabi tersebut. Maka banyak yang mengaitkan
nama srabi dengan kata “rabi” yang dalam bahasa jawa artinya menikah.
Serabi banyak digunakan dalam berbagai ritual atau tradisi Jawa, contohnya adalah
ketika kegiatan Sya’bananan pada tanggal 15 Sya’ban yang biasanya hal ini hampir
diselenggarakan di semua daerah jawa terutama Jawa Timur dan Jawa tengah. Di
Jawa Tengah, pada malam selamatan, masyarakat akan berkumpul di suatu tempat
untuk berdoa sambil membawa menu utama yakni serabi
Serabi bandung
Terbuat dari bahan dasar tepung terigu dan disiram dengan kuah gula kelapa cair
yang disebut kinca. Pembuatannya menggunakna tungku dari tanah liat.

SERABI SOLO
Terbuat dari tepung beras dan tidak disajikan dengan kuah. Pembuatannya
menggunakan wajan.

Anda mungkin juga menyukai