Anda di halaman 1dari 2

KALA JAUH HATI RUSUH

Oleh: Bara Tariksa

Aroma rambut yang kental


jauh lebih harum dari musim kembang
dekap masih tersirat di badan
saat kau berucap: Kutinggalkan dahulu
lalu perlahan semu dalam genggam.
Kau bawakah rindu?
kalau tak, aku jemput saja rindumu kasih
beri isyarat pada rembulan dan pasir
ombak selalu mengguncang pikir
senan mengantar diri hanya pada kasih.
Bolehkah hati ada tapi?
manakala tanya teramat buas
merusuhkan segala, mengacau semua
tapi kupercaya, tapi kuyakin.

Saat jauh hanya seduhan air ini


hitam pekatnya merenggut sejenak
membawaku pada kasih yang di seberang.
Angin lalu-lalang tak acuh
kulentang badan menatap rumah rembulan
awan begitu mahir mengaburkan
segala pandang, menyekat bintang.
Kasih? Bolehkah aku gundah atau gelisah?
bagai melepas anak penyu
kelautan yang dingin nan dalam sendirian
aku masih tak larat rela
bagaimana jika tak kunjung tiba jua?
Ada kata semoga sebagai tiang
penyangga segala rasa tuk menepis keluh
kuhapus resah walau gelisah
kuhapus prasangka walau terreka
kurindu saja walau tanpa kasih.

Kujamin rasa ini terhimpun rapi


masih utuh kurawat baik
takkan kubiarkan hasut menggigit
kalau bisa waktu kupaksa
menoleh dan mundur sejenak.
Kubaca selarik saja untuk kau
supaya kelak, setiap kurun yang habis
aku dan kau menjelma kita
tanpa isyarat rindu yang jemu
membuat semua kaku
andai saja.
Masih sama, tak ada tangis yang menghambat
langit masih menyatu di garis laut
karang masih tegar dihantam
jangan takut jangan sedan
hapus cemas hilanglah getir
aku setia, di sini menatap ribuan kali
perginya surya pada senja
dan kembalinya mentari pada fajar.

Bandung, 8 Desember 2021


#Bara_Tariksa

Anda mungkin juga menyukai