Anda di halaman 1dari 2

4.1 Cara Penggunaan Insektisida oleh petani.

Berdasarkan hasil survei (Tabel 1) diketahui bahwa di Desa Tarus, aplikasi insektisida
dilakukan secara rutin untuk mencegah terjadinya serangan. Dengan penyemprotan 4 minggu
setelah tanam dan penyemprotan intensif dilakukan sampai menjelang musim panen, serta
melakukan pencampuran tiga jenis insektisida dalam sekali penyemprotan. Desa Noelbaki dan
Oesao dapat dilihat bahwa ada petani yang menyemprot insektisida secara rutin dan ada yang
tergantung pada jumlah serangan. Sedangkan untuk Desa Pukdale pengaplikasian insektisida
berdasarkan ada atau tidaknya serangan. Jika serangan ringan penyemprotan dilakukan 2-3
hari sekali, namun jika serangan berat penyemprotan dilakukan setiap hari. Hal ini menunjukan
bahwa serangan sudah sangat berat sehingga tidak dapat diaplikasi insekisida dengan interval
4-5 hari sekali.

Tabel 1. Cara penyemprotan dan campuran insektisida untuk pengendalian Plutella xylostella
yang dilakukan petani kubis di Kab. Kupang.
Jumlah Petani (%)
Aplikasi Insektisida
Tarus Noelbaki Oesao Pukdale
Cara penyemprotan:
Rutin 22 11.1 11.1
Kondisional 11.1 11.1 33.3
Campuran
Insektisida
2 insektisida 11.1 11.1 33.3
3 insektisida 22 11.1 11.1
Jumlah petani yang diwawancara 9 orang
Jika serangan ringan, penyemprotan dilakukan dengan interval 3 hari sekali; ketika serangan
berat, penyemprotan dilakukan setiap hari

Dalam pengaplikasian insektisida, petani selalu mencampur bermacam-macam bahan


aktif yang berbeda. Hal ini dilakukan dengan tujuan dapat lebih efektif dalam mengendalikan
hama. Untuk Desa Tarus petani biasanya mencampur tiga jenis bahan aktif insektisida, di Desa
Noelbaki dan Oesao ada petani yang menggunakan dua jenis bahan aktif insektisida ada yang
menggunakan tiga jenis bahan aktif insektisida. Campuran insektisida kurang efektif bila
resistensi sudah berkembang pada salah satu atau kedua bahan aktif (IRAC, 2012).
Pencampuran insektisida ini dilakukan tanpa diketahui kompatibilitasnya. Praktik ini cukup
berbahaya karena, jumlah insektisida yang digunakan berlipat ganda. Terlebih lagi bila dosisnya
berlebihan, hama sasarannya tetap tidak terkendali, perlakuan ini juga merusak lingkungan dan
menimbulkan resistensi hama.
Cloyd (2011) menyatakan bahwa jika penggunaan dua atau lebih insektisida yang
berbeda dapat meningkatkan keefektifan pengendalian OPT disebut sinergis, sebaliknya jika
penggunaannya menurunkan keefektifannya, maka pestisida tersebut dikategorikan sebagai
antagonis atau tidak kompatibel. Oleh karena itu diharapkan peningkatan pengetahuan petani
dalam pencampuran insektisida sehingga lebih kompatibel melalui penyuluhan-penyuluhan.
Dari hasil survei juga ditemukan beberapa insektisida yang biasa digunakan petani dengan
bermacam-macam bahan aktif yang berbeda seperti pada Tabel 2.

Tabel 2 Jenis insektisida yang digunakan petani dibeberapa lokasi tanaman kubis di Kab.
Kupang
Nama dagang Jumlah Petani (%)
Taru Noelbak Oesa Pukdal
(Bahan aktif) s i o e
Sidamethrin 50
EC
(Cypermethrin) 22.2 22.2 22.2 33.3
Demolish 18 EC
(Abamectin) 22.2 11.1 11.1
Curacron 500 EC
(Profenofos) 22.2 11.1
Furadan 3 G
(Carbofuran) 22.2 22.2 22.2 33.3
Toxafine 400 EC
(Dimethoate) 22.2 22.2 22.2 11.1
Manthene 75 SP
(Acephate) 22.2 22.2 22.2
Jumlah petani yang diwawancara 9 orang

Petani Tarus memiliki enam macam insektisida yang biasa diaplikasikan ke tanaman
secara rutin dengan campuran yang berbeda-beda secara bergantian. Hal ini mendukung
adanya tingkat resistensi yang tinggi. Petani Noelbaki dan Oesao memiliki empat jenis
campuran insektisida yang biasa digunakan untuk mengendalikan hama pada tanaman kubis.
Petani Pukdale hanya memiliki 3 jenis campuran insektisida yang biasa diaplikasikan pada
tanaman kubis dengan penyemprotan tidak intensif.

Anda mungkin juga menyukai