Penelitian ini menggunakan metode lapangan, wawancara dengan karyawan, dan metodologi
produksi bersih (UNEP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor manusia, metode, mesin, dan
bahan dapat menyebabkan masalah di perusahaan. Limbah padat maupun limbah cair dari proses
produksi belum dimanfaatkan dengan efisien.
Rekomendasi yang diberikan untuk optimalisasi produksi bersih adalah: (1) mengumpulkan limbah
padat dan menjualnya kepada pihak lain, (2) memanfaatkan air uap untuk mencuci alat dalam
sistem penyuluhan, (3) menambah alat dalam sistem penggorengan, dan (4) mengumpulkan sisa
karton bekas etiket. Dengan memanfaatkan limbah produksi, perusahaan dapat menghasilkan
keuntungan tambahan sebesar Rp. 84.634.688,- per bulan.
Dalam evaluasi ekonomi, biaya penerapan teknologi bersih sebesar Rp. 18.500.000,-. Namun,
dengan mengimplementasikan teknologi bersih, perusahaan dapat meningkatkan keuntungan
sebesar Rp. 84.634.688,- per bulan. Dalam penentuan skala prioritas, opsi yang memprioritaskan
pengumpulan limbah mie menjadi pakan ternak dengan pihak ketiga adalah yang paling signifikan
dari segi teknis, ekonomi, dan lingkungan.