Hubungan industrial adalah hubungan para pihak yang berkepentingan
atas proses produksi baik barang maupun jasa di perusahaan. Hubungan industrial mengambil istilah dari "labour relation" atau hubungan perburuhan. Awalnya istilah ini meliputi hubungan perburuhan, membahas berbagai masalah yang berhubungan dengan pekerja buruh dan pengusaha. Seiring dengan perkembangan zaman, bahwa masalah hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha menyangkut aspek yang luas. Abdul Khakim (2009) menyampaikan bahwa hubungan industrial tidak terbatas hanya pada hubungan antara pekerja buruh dan pengusaha, tetapi perlu adanya campur tangan pemerintah
B. hubungan industrial” mengetahui bahwa istilah tersebut digunakan untuk
mengganti istilah “perburuhan” yang didalamnya mengandung kata “buruh” yang banyak digunakan oleh organisasi buruh “kiri” pada masa orde lama. Akhirnya Lembaga Tripartit Nasional khususnya Departemen Tenaga Kerja berusaha keras memberikan definisi yang menunjukan perbedaan antara keduanya. Menurut definisi mereka, “hubungan industrial” adalah hubungan- hubunganyang terjadi dalam lingkungan industri yang melibatkan tiga unsur pelaku yaitu; serikat pekerja, pengusaha dan pemerintah”. Sedangkan hubungan perburuhan didefinisikan sebagai; “hubungan-hubungan dalam lingkungan perusahaan yang hanya melibatkan 2 (dua) pihak yaitu pengusaha dan serikat pekerja”. Pembedaan antara kedua konsep tersebut mencerminkan keinginan pemerintah untuk memposisikan diri sebagai salah satu pelaku hubungan industrial. Keinginan tersebut adalah refleksi dari “pendekatan keamanan” yang cukup kuat dalam menangani hubungan perburuhan.
2. A.Pasal 1 angka 17 Undang-undang No. 13 tahun 2003 (UU 13/2003)
dan pasal 1 angka 1 Undang-undang No. 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh (UU 21/2000) menyebut SP/SB sebagai organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya .Pekerja secara individu diberikan perlindungan untuk bertindak secara kolektif untuk membela hak dan kepentingannya dan meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi buruh dan keluarganya. Agar tujuan ini dapat tercapai, undang-undang memberikan peran penting kepada organisasi buruh yang disebut SP/SB itu.Sesuai dengan pasal 102 ayat (2) UU 13/2003, dalam melaksanakan hubungan industrial, pekerja dan serikat pekerja mempunyai fungsi menjalankan pekerjaan sesuai dengan kewajibannya, menjaga ketertiban demi kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokratis, mengembangkan keterampilan, dan keahliannya serta ikut memajukan perusahaan dan memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta keluarganya.
B. SP/SB bertujuan memberikan perlindungan, pembelaan hak dan
kepentingan dan meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi buruh dan keluarganya. Agar tujuan ini dapat tercapai, SP/SB diberikan peran penting sebagai (pasal 4 UU 21/2000):
• Pihak dalam perundingan perjanjian kerja bersama dan penyelesaian
perselisihan industrial • Wakil buruh dalam lembaga kerja sama di bidang ketenagakerjaan, misalnya lembaga kerja sama bipartit, lembaga kerja sama tripartit, dewan K3, upah, dsb. • Sarana menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Salah satu sarana yang sering digunakan untuk mewujudkan hal ini adalah perjanjian kerja bersama. • Sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya. • Perencana, pelaksana, dan penanggungjawab pemogokan pekerja/buruh • Wakil buruh dalam memperjuangkan kepemilikan saham di perusahaan.
3. A. bahwa peranan serikat pekerja dalam menyampaikan aspirasi, serta
upaya memperjuangkan kesejahteraan kesehatan, keselamatan kerja mempunyai makna signifikan. Model negoisasi dalamupaya mencapai mufakat lebih diutamakan. Serikat pekerja tingkat cabang berperan aktif sebagai pendampingan (advokasi-stakeholders) serta peran pemerintah selaku mediator memberi makna positif dalam rangka penegakan hukum, walaupun serikatpekerja menyadari adanya kendala maupun tantangan yang selalu menghadangnya. Namun demikian kontribusi serikat pekerja dalam melaksanakan fungsi dan peranan untuk membangun jalinan hubungan kerja yang kondusif serta proporsional memberi warna tersendiri dalam pembangunan nasional dibidang ketenagakerjaan.
B. terkait dengan keinginan Anda untuk melaksanakan demostrasi dan
mendesak presiden direktur untuk mengambil tindakan atas dugaan penggelapan oleh direktur keuangan Anda, ada perlunya kita meninjau ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan(“UU Ketenagakerjaan”) serta peraturan terkait lainnya.
Dalam Pasal 102 ayat (2) UU Ketenagakerjaan diatur bahwa:
Dalam melaksanakan hubungan industrial, pekerja/buruh dan serikat
pekerja/serikat buruhnya mempunyai fungsi menjalankan pekerjaan sesuai dengan kewajibannya, menjaga ketertiban demi kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokratis, mengembangkan keterampilan, dan keahliannya serta ikut memajukan perusahaan dan memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta keluarganya. Selain itu, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh (“UU 21/2000”)sebagai payung hukum yang mengatur tentang serikat buruh/serikat pekerja (“SB/SP”) juga perlu ditinjau. Fungsi SB/SP diatur dalam Pasal 4 ayat (2) UU 21/2000, yang berbunyi:
Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) serikat
pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh mempunyai fungsi:
a. sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan
penyelesaian perselisihan industrial; b. sebagai wakil pekerja/buruh dalam lembaga kerja sama di bidang ketenagakerjaan sesuai dengan tingkatannya; c. sebagai sarana menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku; d. sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya; e. sebagai perencana, pelaksana, dan penanggung jawab pemogokan pekerja/buruh sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; f. sebagai wakil pekerja/buruh dalam memperjuangkan kepemilikan saham di perusahaan.
Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat
buruh yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan berhak:
a. membuat perjanjian kerja bersama dengan pengusaha;
b. mewakili pekerja/buruh dalam menyelesaikan perselisihan industrial; c. mewakili pekerja/buruh dalam lembaga ketenagakerjaan; d. membentuk lembaga atau melakukan kegiatan yang berkaitan dengan usaha peningkatan kesejahteraan pekerja/buruh; e. melakukan kegiatan lainnya di bidang ketenagakerjaan yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.