Anda di halaman 1dari 26

MIPA 6

• Marsella Eka Rahayu (20)


• Muhamad Rico Adi Saputra (22)
• Renata Reika Fadillah (29)
• Shabrina Titaniya Khairunnisa (30)
• Tri Esti Ika Wulandari (34)
Latar Akhir Dampak
Belakang Perlawanan Perlawanan

Jalannya Tokoh
Perlawanan Perlawanan
Kabar proklamasi kemerdekaan Indonesia, baru sampai di kota
Medan pada 27 Agustus 1945. Tentara Jepang membuat sensor ketat
berita dan keterlambatan berita proklamasi.

Kabar kemerdekaan ini disampaikan oleh Mr. Teuku M. Hassan. Dia


kemudian diangkat menjadi gubernur Sumatera.

Mengutip dari buku Ilmu Pengetahuan Sosial 3, Achmad Tahir


membentuk Barisan Pemuda Indonesia. Kelompok ini beraksi pada 4
Oktober 1945 untuk mengambil alih gedung pemerintah dan
persenjataan milik Jepang.

Pasukan Sekutu yang diboncengi NICA (Netherlands Indies Civil


Administration atau Pemerintahan Sipil Hindia Belanda) datang pada
9 Oktober 1945. Brigadir Jenderal T.E.D Kelly bersama NICA mendarat di
kota Medan.
Insiden pertama terjadi di Jalan Bali, berawal dari ulah
seorang penghuni hotel yang merupakan tentara NICA
merampas dan menginjak-injak lencana Merah Putih
yang dipakai oleh salah seorang pemuda yang
ditemuinya. Hal ini mengundang kemarahan para
pemuda Indonesia kemudian hotel tersebut diserang dan
dirusak oleh para pemuda. Dengan adanya insiden
tersebut, terjadilah berbagai insiden lainnya ke berbagai
kota seperti Pematang, Siantar, dan Brastagi. Peristiwa
tersebut menyebabkan 96 tentara NICA luka-luka,
meninggalnya opsir dan 7 serdadu NICA.
Tengah hari setelah sehari sebelumnya terjadi peristiwa Siantar Hotel,
Bedjo salah seorang pemimpin laskar rakyat di Pulo Brayan beserta
pasukan selikurnya menyerang gudang senjata Jepang untuk
memperkuat persenjataan. Setelah itu Bedjo dan pasukannya
menyerang Markas Tentara Belanda di Glugur Hong dan Halvetia,
Pulo Brayan.
Dalam pertempuran yang berlangsung malam hari, pasukan Bedjo
yang menyerang Helvetia berhasil menewaskan 5 orang serdadu
KNIL (Koninklijk Nederlands(ch)-Indisch Leger atau Tentara Kerajaan
Hindia Belanda). Serangan yang dilakukan oleh para pemuda di
Jalan Bali dan Bedjo tersebut telah menyentakkan pihak Sekutu.
Mereka mulai sadar para pemuda Indonesia telah memiliki
persenjataan dan semangat kemerdekaan.
Inggris memberikan ultimatum kepada bangsa Indonesia agar
menyerahkan senjata yang mereka miliki kepada pihak sekutu. Hal ini
juga berlaku untuk tentara Jepang. Namun ultimatumnya tidak
dihiraukan, termasuk rakyat Medan. Karena hal tersebut, Brigadir
Jenderal T. E. D. Kelly mengerahkan kekuatannya untuk menggempur
kota Medan dan sekitarnya.
Sejak saat itulah pasukan sekutu dan NICA mulai melakukan berbagai
aksi teror di kota Medan, sehingga permusuhan sengit antara kalangan
pemuda pun tak terhindarkan. Di sisi lain, karena permusuhan ini
patroll-patroli Inggris ke luar kota menjadi tidak pernah merasa aman.
Keselamatannya tak dijamin oleh pemerintah Republik Indonesia,
Bertambahnya korban dari pihak Inggris, juga menjadi penyebab
mereka memperkuat kedudukannya serta menentukan sendiri secara
sepihak batas kekuasaan yang mereka miliki.
Pihak sekutu memasang papan-papan besar dengan tulisan Fixed
Boundaries Medan Area dari berbagai sudut pinggir kota Medan.
Sejak saat ini Medan Area menjadi sangat terkenal. Tindakan para
pihak Inggris ini juga menjadi pelanggaran kedaulatan serta
tantangan bagi para pemuda. Di saat bersamaan, Inggris dan NICA
juga melakukan berbagai aksi pembersihan kepada unsur-unsur
Republik Indonesia yang berada di kota Medan. Para pejuang
Medan Area ini membalas aksi-aksi Sekutu dan NICA, sehingga
konfrontasi pun menjadi tidak dihindarkan. Akibatnya, wilayah
Medan kemudian menjadi tidak aman. Setiap usaha pengusiran
yang dilakukan dibalas dengan aksi pengepungan, bahkan
seringkali terjadi pertempuran dari angkatan bersenjata.
Pasukan Inggris dan NICA berusaha menghancurkan
konsentrasi TKR (Tentara Keamanan Rakyat) di
Trepes, tetapi usaha tersebut tidak berhasil
digagalkan. Selanjutnya TKR menculik seorang
perwira Inggris dan menghancurkan beberapa truk.
Dengan peristiwa ini Jendral Kelly kembali
mengancam para pemuda agar menyerahkan
senjata mereka. Barang siapa yang nyata-nyata
melanggar akan ditembak.
Perlawanan terus memuncak, tentara Inggris
mulai berusaha mendesak pemerintah RI ke
luar kota Medan. Gubernur, Markas Divisi TKR,
Walikota RI pindah ke Pematang Siantar.
Dengan demikian Inggris berhasil menguasai
kota Medan.
Di Tebing Tinggi, diadakan suatu pertemuan
komandan-komandan pasukan yang berjuang di
Medan Area. Pertemuan ini akhirnya menghasilkan
pembentukan suatu komando yang bernama
Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area dan
dibagi menjadi 4 sektor yang dibagi lagi juga menjadi
4 sub sektor. Setiap sektor berkekuatan 1 batalyon.
Markas komando ini juga berkedudukan di Sudi
Mengerti (Trepes). Di bawah komando baru inilah
perjuangan di Medan Area kemudian diteruskan.
Pertempuran Medan Area berakhir tepatnya
pada 15 Februari 1947 pukul 24.00 setelah
diperintahkan oleh Komite Teknik Gencatan
Senjata untuk penghentian kontak senjata.
Sesudahnya pada Panitia Teknik gencatan
senjata juga melakukan perundingan untuk
menetapkan garis-garis demarkasi yang
definitif untuk Medan Area.
Dalam perundingan yang kemudian berakhir
pada tanggal 10 Maret 1947 itu, ditetapkanlah
garis demarkasi yang melingkari kota Medan
serta daerah koridor Medan Belawan.
Panjang garis demarkasi yang dikuasai para
tentara Belanda dengan daerah yang
dikuasai oleh tentara Republik Indonesia
seluruhnya ialah 8,5 Km.
Pada tanggal 14 Maret 1947 ini dimulailah
pemasangan patok-patok serta garis
demarkasi tersebut. Tetapi kedua pihak,
Belanda dan Indonesia selalu bertikai
tentang garis demarkasi ini. Empat bulan
setelah pertempuran berakhir Belanda
melaksanakan Operatie Product atau
disebut Agresi Militer Belanda I.
Brigjen T.E.D. Kelly yakni pemimpin Sekutu
(Inggris) yang menguasai daerah Medan,
pada saat Belanda menjajah Indonesia
zaman dahulu. Kepanjangan dari singkatan
namanya ialah Tuan Edmund Kelly. Ia lahir
pada tanggal 23 Oktober 1869 di Afrika
Selatan dan wafat tanggal 11 Maret 1949.
Pada tanggal 9 Oktober 1945 ia mendarat di
Sumatra Utara. Tugas dari pasukan
pimpinan T.E.D Kelly yakni mengurus
tawanan Jepang. Ia memimpin pasukan
NICA untuk menyerang rakyat Medan.
Jendral TNI Achmad Tahir adalah seorang pejuang
kemerdekaan dan tokoh militer. Lahir pada tanggal
27 Juni 1924 di Sumatra Utara dan wafat 17 Agustus
2002 di Jakarta. Dia pernah mengemban tugas
sebagai Panglima Divisi TKR. Semasa berjuang
dalam pertempuran Medan Area, Achmad Tahir
diapresiasi karena menjadi orang yang pantang
menyerah. Hal ini dibuktikan dengan aksinya dalam
memimpin para pemuda untuk bersatu melawan
pasukan Sekutu. Di masa pendudukan Jepang,
Achmad Tahir juga berinisiatif melatih para
generasi muda dalam organisasi militer Gyugun.
Ferdinand Lumban Tobing lahir tanggal 19 Februari
1899 di Sibuluan, Tapanuli Tengah, Sumatra Utara
dan wafat 7 Oktober 1962 di Jakarta. Ia adalah
seorang lulusan Sekolah Kedokteran Batavia
(STOVIA) pada 1924. Semasa bersekolah di STOVIA,
Ferdinand bergabung dalam organisasi Jong Batak.
Setelah lulus, ia bekerja sebagai dokter bagian
penyakit menular di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo. Saat Agresi Militer Belanda II,
Ferdinand menjabat sebagai Gubernur Militer
Tapanuli dan Sumatera Timur Selatan. Ia menjadi
pemimpin perjuangan gerilya di Sumatra.
Abdul Karim bin Moehamad Soetan lahir pada
tanggal 18 Juni 1901 di Aceh Timur. Abdul Karim
M.S diangkat sebagai koordinator asisten
senior pada kantor Gubernur daerah
Sumatera Timur. Pada tanggal 9 Oktober 1945,
ia mengangkat Mahruzar (adik kandung
Perdana Menteri Sutan Sayhrir) sebagai
formatur untuk membentuk organisasi
ketentaraan. Awal tahun 1920-an, ia terlibat
dalam gerakan komunis tahun 1926-1927 dan
menjadi Pemimpin Komunis Sumatra.
Teuku Muhammad Hassan adalah Gubernur
Pertama Sumatera setelah Indonesia
merdeka pada 22 Agustus 1945 dengan ibu
kota provinsi di Medan pada periode 1945
sampai 1948. Ia lahir tanggal 4 April 1906 di
Sigli, Aceh dan wafat tanggal 21 September
1997 di Jakarta. Sewaktu hidup, ia pernah
menjadi Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Indonesia tahun 1948 sampai
1949 dalam Kabinet Darurat.
Dampak positif peristiwa Dampak negatif peristiwa
Medan Area Medan Area

1. Meningkatkan rasa 1. Jatuh banyak korban antara


nasionalisme para kedua belah pihak.
pemuda.
2. Hancurnya kota Medan dan
2. Menginspirasi perjuangan daerah sekitar karena
di daerah lainnya. dijadikan area pertempuran.

Anda mungkin juga menyukai