(1945-1975)
1
Besoknya tanggal 4 Oktober Kekuasaan pemerintah Republik telah berjalan
di Sumatera dan bendera merah putih telah berkibar di tempat-tempat penting di
kota Medan dimulai dengan upacara pengibaran bendera merah putih di lapangan
Esplanade Medan. Upacara itupun sungguh penting artinya, karena memberi
corak kepada wajah Kota Medan yang diliputi situasi merah putih. Lebih-lebih
nyata lagi, pawai Pemuda tanggal 6 Oktober 1945 yang diikuti oleh seluruh
lapisan masyarakat benar-benar memberi keyakinan penuh kepada orang-orang
Republik, sebaliknya menyudutkan orang-orang yang pro-Belanda di Kota
Medan.
2
Sampai kepada agresi Belanda pertama 21 Juli 1947 para pemuda
berhadapan dengan pasukan pasukan Inggris yang sebagian besar terdiri dari
Gurkha atas nama Sekutu dan kemudian dengan pasukan pasukan Belanda di
sekitar kota Medan. di luar kota Medan sampai agresi 1 itu Inggris dan NICA
belum masuk tetapi Pemuda berhadapan dengan Jepang.
3
Sementara itu orang-orang NICA yang membonceng pada Sekutu telah
mulai melakukan teror di bawah pimpinan R.T. Westerling dan Van Der Plank.
Kedua orang ini menggerakkan orang-orang bersenjata yang mereka bayar
unuk melakukan terror di sekitar kota Medan. Tujuan gerakan Westerling di
Medan itu jelas ialah untuk memperkeruh suasana dan untuk memancing agar
pihak Inggris semakin jauh bertindak terhadap para pemuda yang dianggap
sebagai penyebab kekacauan itu.
Dengan cara ini NICA berharap agar Medan dapat diamankan untuk
diserahkan sekutu kepada NICA. Sehubungan dengan situasi di kota Medan,
maka banyak penduduk yang mengungsi ke luar kota sedang di kalangan
orang-orang Cina dibentuk pasukan pasukan bersenjata yang dibantu oleh
Inggris. Orang-orang Cina itulah yang terkenal dengan nama Poh An
Tui. Kemudian Poh An Tui itu diperalat oleh NICA untuk menekan
perjuangan para pemuda di kota Medan. Dalam menyusun kekuatan bersenjata
Menghadapi tantangan musuh, maka di Sumatera Utara umumnya di kota
Medan khususnya telah terbentuk laskar-laskar di samping TKR itu maka
dibentuklah markas Agung yang bertugas mengkoordinir seluruh perjuangan
dan mendampingi Gubernur dalam menegakkan Wibawa pemerintah negara
Republik Indonesia.
4
Kemudian pertahanan Medan dibagi atas 4 sektor pertahanan, yaitu
sektor Medan barat dibawah pimpinan Abdul Hamid dari Napindo, sektor
Medan Utara di bawah pimpinan Bejo (Napindo), sektor Medan Timur di
bawah pimpinan M. Jacob (Napindo), dan sektor Medan Selatan di bawah
pimpinan Maliki (Pesindo). pada tiap-tiap sektor dibentuk dewan pimpinan
yang terdiri dari berbagai unsur, termasuk unsur Tentara.
Komando ini dibentuk pada tanggal 10 Agustus 1946 pada awal tahun
1947 komando ini berubah menjadi komando Medan Area. Sementara itu di
front pertempuran Medan Area para pejuang telah berhadapan secara langsung
dengan Belanda. Inggris telah mulai meninggalkan Medan dan Belanda telah
mengambil alih tempat-tempat kedudukan Inggris, kemudian dengan resmi
Brigade Z dibentuk di Medan pada tanggal 20 November 1946 dengan
mengambil bekas-bekas KNIL dan orang-orang Belanda yang menyertai
Inggris.
5
Dalam rangka menyempurnakan segala kegiatan perjuangan dan
menyesuaikan diri dengan UU. No. 19 tanggal 19 September 1946 tentang
peraturan Laskar dan barisan yang dikeluarkan oleh Dewan Pertahanan negara,
maka pada tanggal 7 Januari 1947 diresmikan lah berdirinya biro perjuangan
daerah Sumatera Timur yang dipimpin oleh Mayor Jamin Ginting dan
Burhanuddin.
6
Akhirnya dengan ketetapan Presiden Republik Indonesia maka sejak
tanggal 5 Mei 1947 TRI dan Laskar rakyat dilebur menjadi TNI. dalam
penguburan ini, maka pasukan-pasukan TRI dan Laskar yang berada di sekitar
Medan Area bergabung dengan divisi X di bawah pimpinan Kolonel Yusuf
dan Kolonel H. Sitompul.
Sementara itu Timur Pane telah mengumpulkan pasukan yang kuat dan
disebutnya “Tentara Marsuse” dan menyatakan dirinya sebagai telah masuk
TNI dengan pangkat Jenderal Mayor. Kemudian beberapa orang diangkat
menjadi Kolonel dan kesatuan-kesatuan yang diberi pangkat tentara. namun
hal itu dapat diatasi dengan menjadikan pasukan-pasukan Timur Pane itu
menjadi sebagai pasukan penggempur. Seterusnya proses integrasi antara
barisan Harimau Liar dan Napindo dengan TNI Berlangsung dengan lancar
tanggal 26 Juli 1947.
7
Kota-kota itu jatuh dalam tempo satu minggu. Pasukan-pasukan kita
melakukan politik bumi hangus dan mengundurkan diri dengan teratur. Pada
tanggal 1 Agustus 1947 resolusi Dewan Keamanan PBB dan pada tanggal 4
Agustus 1947 perintah presiden Panglima tertinggi Angkatan Bersenjata untuk
penghentian tembak menembak, dan kembali ke meja perundingan. Saat yang
baik ini dipergunakan untuk konsolidasi TNI dengan membagi dua daerah atau
komando, yaitu Divis X TNI yang dipimpin oleh kolonel Husin Yusuf yang
terdiri dari empat resimen yaitu:
8
Agresi II pecah 19 Desember 1948 dalam situasi pasukan-pasukan
TNI dan telah tersusun dalam kesatuan komando komando. dengan mudah
pasukan dikerahkan ke daerah kantong dan didirikanlah dimana-mana PRS
yaitu perlawanan rakyat semesta. organisasi ini bertugas membantu tentara.
bantuan rakyat dalam masa itu sangat menentukan dalam melaksanakan perang
gerilya. tanpa bantuan rakyat perang gerilya itu tidak mungkin dapat dilakukan.
Pada waktu itu semua kota-kota yang penting telah jatuh ke tangan
Belanda. Pada tanggal 19 Desember Belanda memasuki Asahan dan terus ke
Rantau Parapat dan wingsfoot. Kemudian pada tanggal 23 Desember 1948
Belanda memasuki Ajibata dan mendaratkan pasukan di Balige melalui Danau
Toba. kemudian pasukan payung diterjunkan di silangit dan siborong-borong
kemudian langsung ke Tarutung.
9
Di daerah perkebunan perkebunan Sumatera Timur pasukan yang
dipimpin oleh Bejo melakukan perang gerilya berhadapan dengan pasukan
pasukan O.B. (Ondernemins Bewaker) atau pengawal perkebunan. daerah
gerilya lainnya ialah Simalungun dibawah pimpinan bunga
Simanungkalit, Labuhanbatu di bawah pimpinan Manaf Lubis dan
Sani, Langkat dibawah pimpinan Nip Karim.
10