Pendahuluan
K
ita semua pasti pernah melihat orang menari, baik menontonnya
secara langsung, secara sambil lalu, atau melalui siaran tele
visi. Bahkan mungkin kalian pernah menari, baik untuk diper
tontonkan, ataupun hanya bertujuan senangsenang bersama teman; atau
sekedar menggoyanggoyangkan badan sambil menyanyi dan bertepuk
tangan. Jadi, sesungguhnya tari bukanlah hal yang asing bagi kehidupan
kita semua. Tapi apakah berjingkrakjingkrak termasuk menari? Apakah
gerak jalan atau barisberbaris dengan iringan musik juga termasuk tari?
Apa bedanya menari untuk tujuan bersuka ria bersama teman, dengan
menari untuk dipertontonakan di atas panggung? Apakah semua tari
harus diatur? Haruskah ada penciptanya? Apakah gerak tari harus indah?
Bagaimana ukurannya? Kriteria apa yang harus dimiliki seseorang untuk
bisa disebut penari? Tentu masih banyak lagi pertanyaan yang tampaknya
sederhana tapi kita perlu merenung untuk menjawabnya.
Secara umum, buku Tari Tontonan ini akan membahas banyak hal
yang bertujuan untuk membuka kesadaran, wawasan, atau kepekaan kita
dalam melihat suatu jenis kesenian yang terdapat di dunia, dimiliki oleh
segenap kelompok masyarakat, dengan cara yang berbedabeda. Lebih
khusus, buku ini akan membicarakan jenis tarian yang dipertunjukkan. Jika
ada tarian untuk ditonton, pasti ada tarian yang bukan untuk ditonton.
Karena itu, buku ini akan menjelaskan pula jenisjenis tarian lain.
— TARI TONTONAN
Tari adalah jenis kesenian yang terkait langsung dengan gerak tubuh
manusia. Tubuh menjadi alat utama, dan gerak tubuh merupakan media
dasar untuk mengungkapkan ekspresi seni tari. Media adalah sesuatu atau
bahan-bahan yang mewujudkan karya seni. Misalnya, media pokok seni
lukis adalah garis, warna, dan tekstur (halus-kasarnya permukaan) yang
dilukiskan di atas kanvas, kertas, kain, tembok, dan sebagainya. Alat yang
dipakai untuk mewujudkan media tersebut adalah kuas, sendok-lukis, dan
lain-lain. Dalam tari, alatnya adalah tubuh dan medianya adalah gerak
tubuh. Dengan demikian, alat dan media dalam tari (tubuh dan gerak)
merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisah, tidak seperti cat dan kuas
yang memang berbeda seperti halnya antara suara (vokal) dan organ tubuh
yang memproduksi suara.
Gerak dan suara adalah pertanda hidup. Ketika bayi lahir, ia
bergerak dan bersuara (tangis). Karena itu pula, banyak orang berpendapat
bahwa tari dan musik merupakan kesenian yang secara alamiah tumbuh
bersamaan dengan sejarah kehidupan (manusia). Akan tetapi, tidak semua
gerak tubuh dapat dikategorikan sebagai tari. Tentu ada beberapa hal
yang membedakan antara gerak tari dan gerak yang bukan tari. Lalu
apa perbedaannya? Bagaimana cara membedakannya? Dalam banyak
hal, perbedaan itu mudah diterangkan, tapi dalam beberapa hal lainnya
tidaklah mudah untuk dirumuskan.
Gbr. 1-4: Anak seorang dalang wayang di Bali. Meski Gbr. 1-5: Anak balita sedang menari-nari.
belum bisa bicara, tapi ia sudah mampu menirukan ayahnya
dengan menyuarakan wayangnya.
Gbr. 1-6: Anak balita bermain-main dengan gerakan lincah seperti menari. Gbr. 1-7: Dua anak laki-laki sedang “berlatih” silat atau
tinju.
Gbr. 1-8: Seorang anak sedang berdeklamasi dengan gerak-gerak yang variatif.
PENDAHULUAN —
Gbr. 1-9: Seorang anak berpakaian seperti pemimpin adat atau Gbr. 1-10: Anak-anak di Bali sedang berlatih tari dengan
dukun, menari dengan iringan gondang sembilan di Mandailing, mengikuti petunjuk gurunya.
Sumatera Utara.
Gbr. 1-14: “Gerakan meloncat pada saat Gbr. 1-15: Atlet olah raga terlatih mengatur keseimbangan tubuh secara
menyeberang sungai.” Tanpa disadari, tubuh mengatur otomatis. (Foto penjaga gawang hokey, sejenis permainan bola di atas es
keseimbangan badan. dengan tongkat.
menjelaskan bahwa tari telah berperan penting dalam sistem sosial sejak
zaman prasejarah. Datadata arkeologis menunjukkan adanya gambar
gambar manusia sedang menari yang terdapat di dindingdinding goa.
Budaya menari hidup dan berkembang di dalam berbagai kelompok
masyarakat. Hal inilah yang tampaknya melahirkan tariantarian tradisi
hingga kini. Tradisi menari, yang mulanya hanya diperuntukkan bagi
kepentingan ritus sosial dan keagamaan, kemudian berkembang menjadi
suatu seni pertunjukan.
Tari sebagai bagian dari kebudayaan manusia dengan mudah
dapat dijumpai di berbagai belahan bumi ini, dalam berbagai bentuk
dan fungsinya. Dengan mengamati bentuk dan gerak, kita dapat belajar
mengenali keragaman budaya tari dari berbagai kelompok masyarakat
yang tersebar di berbagai pelosok dunia, termasuk di Nusantara ini.
Lihatlah misalnya tarian dari Papua dengan hentakanhentakan kaki yang
kuat; tarian dari Bugis (Pakarena) dengan gerak yang sangat lambat; tarian
dari Aceh yang mengutamakan kekompakan kelompok seperti dalam tari
Saman; tarian dari Minangkabau yang banyak mengandung gerakan
gerakan Pencaksilat; tari Jawa dengan gerakan mengalir seolah tanpa
titik henti; tari Bali dengan dasar posisi tubuhnya yang meliuk asimetris;
dan sebagainya.
Demikian juga taritarian dari berbagai belahan dunia, yang sangat
beragam coraknya. Tarian dari Muangthai (Thailand) dan Kamboja
banyak terdapat tekukantekukan tangan menyiku bersamaan dengan
tekukan kakinya yang mengangkat ke belakang. Tarian bertopeng di
Jepang, yang disebut Noh, bergerak sangat lamban. Tarian itu kontras
dengan tarian dalam opera Peking dari Cina yang sangat gesit dan
akrobatis. Taritari Bharatanatyam dari India Selatan dengan banyak ker
lingan mata, suara kerincing dari gelang kaki yang dihentakhentakkan
ke lantai dengan irama yang cepat, disertai posisiposisi tangan dan jari
yang memiliki arti seperti kata (mudra). Taritarian suku Indian di benua
Amerika yang lebih menekankan pada gerakgerak ritmis yang lembut
pada kaki berjengket. Kontras dengan taritarian dari Afrika yang dominan
hentakan kakinya, liukan tubuh bagian dada yang seperti ulat, dengan
teriakanteriakan penarinya dalam volume yang lebih keras.
Itu hanya berupa contoh yang sangat sedikit dari keragaman tari di
dunia ini. Juga perlu diingat, bila di atas disebutkan kekhasan, yang boleh
dikatakan sebagai identitas lokal dari suatu suku, wilayah, negara, atau
benua, tidak berarti bahwa tarian di daerah tersebut semuanya demikian.
Jika di Indonesia terdapat ribuan jenis tari yang sangat berbedabeda, di
negara lain pun mungkin memiliki hal yang sama.
— TARI TONTONAN
(d)
Gbr. 1-16:
(a) Posisi tubuh penari
perempuan di Bali banyak meliuk
asimetris.
(b) Tari Bharatanatyam dari India
Selatan, menampakkan sikap
tubuh meliuk asimentris.
(c) Pemain akrobat Cina yang
menunjukkan kemampuan
pengaturan tenaga,
keseimbangan, dan kelenturan
tubuh yang luar biasa.
(d) Tarian dari Thailand dengan
tekukan tangan dan kaki yang
menyiku.
(e) Gerak tari Saman dari Aceh
terbentuk oleh kebersamaan.
(e)
PENDAHULUAN —
(f)
(h)
(g)
(i)
10 — TARI TONTONAN
fisik tersebut. Atas dasar itu untuk memahami apa itu tari, mari kita
membicarakannya secara lebih jauh dari aspek-aspek ini. Kita mulai
dengan melihat elemen-elemen dasarnya.
1.3.1 Ruang
Tari diwujudkan dengan gerak tubuh. Tubuh membutuhkan ruang,
seperti halnya semua benda, yang mengisi suatu volume di dalam suatu
ruang. Namun demikian, dalam tari tubuh bukan hanya mengisi ruang,
melainkan juga menciptakan ruang. Ketika seseorang merentangkan
tangan, misalnya, maka dengan sendirinya suatu ruang akan tercipta.
Ruang dan imajinasi seperti apakah yang tercipta oleh suatu gerakan
tari, akan dibicarakan lebih lanjut dalam Bab 3. Yang penting diutarakan di
sini adalah yang berhubungan dengan batasan tari, serta gerakan-gerakan
apa saja yang bisa dikategorikan tari.
Tentu saja, gerak tari itu boleh dikata tak terhingga bentuknya.
Banyak penari yang melatih tubuhnya sampai dapat melakukan gerakan-
gerakan di luar kemampuan anatomis orang normal. Akan tetapi, gerak
tari itu, seberapa pun sederhananya, dimaksudkan untuk “menari,” bukan
untuk bekerja atau melakukan kegiatan lain-lainnya. Misalnya, ketika
bangun pagi kalian menggeliat. Gerak menggeliat itu belum menjadi
tari karena kalian tidak bermaksud
untuk menari, walaupun di situ
ada juga perasaan yang disalurkan
melalui gerakannya. Jadi suatu gerak,
walau mungkin tampak “bagus” dan
terasa enak, belum menjadi tari jika
dilakukan bukan untuk menari.
Lain halnya jika kalian melakukan
gerakan yang hampir sama dengan
menggeliat itu pada saat pertunjuk
kan di panggung. Jadi, gerak tari,
adalah gerak yang dilakukan oleh
seseorang untuk menari. Adapun
gerakan seperti apa bentuknya,
indah atau tidaknya, itu merupakan
persoalan lain, dan akan bermacam-
macam pula kriterianya sesuai
Gbr. 1-17 (a) dan (b): Ketika tangan merentang ke atas, ruang dengan ukuran masing-masing.
tambahan secara imajiner pun akan tercipta, apalagi keduanya
pada arah yang sama.
PENDAHULUAN — 13
Gbr. 1-18: Posisi gerak sembah dalam tari Sunda, dengan gerak Gbr. 1-19: Dalam gerakan tertutup dan lembut, terbentuk pula
yang menutup. ruang yang kecil, dan ekspresi yang meditatif menumbuhkan
adanya suatu pergolakan di dalamnya.
Gbr. 1-20: Tari Lumense dari Buton, Sulawesi Tenggara: ruang Gbr. 1-21: Tari Perang dari Dayak: properti tari, perisai dan
tercipta oleh hubungan penari dengan properti di luar dirinya pedang, turut menciptakan ruang tersendiri.
(pohon pisang).
14 — TARI TONTONAN
1.3.2 Waktu
Suatu gerakan akan memakan waktu, berapapun singkatnya. Untuk
menggeliat, kalian butuh waktu sekitar 5 detik. Dalam menari, aspek waktu
ini amat penting, dan inilah pula yang diatur. Suatu gerakan yang sama
jika dilakukan dalam waktu yang berbeda, akan berbeda pula efek dan
rasanya, baik bagi pelakunya, maupun bagi yang melihatnya. Walau tidak
selalu, aspek waktu dalam tari sering terkait dengan musik pengiringnya,
yang memang secara bersama-sama menjalani waktu tersebut. Istilah yang
banyak dipakai yang berkaitan dengan waktu adalah irama. Jadi, gerakan
tari adalah gerakan yang berirama, yang diatur waktunya. Irama pada
dasarnya adalah suatu pengorganisasian atau penyusunan waktu.
Akan tetapi, gerak bekerja atau gerak sehari-hari pun banyak yang
terorganisasi waktunya. Ketika kalian berjalan, bersepeda, menulis, dan
lain-lain, sesungguhnya juga berirama. Pengaturan waktunya, cepat
lambatnya diatur sesuai dengan kebutuhan atau keadaannya. Kecepatan
kalian bersepeda, akan
berbeda ketika lapar, ada
yang diburu, bersantai-
santai bersama teman,
atau berlomba. Dengan
demikian, waktu bergerak
yang teratur atau yang
berirama itu pun belum
tentu merupakan tari.
Jadi, seperti halnya aspek
ruang, waktu atau irama
dalam menari diatur.
Jika dalam menari kalian
melakukan gerakan yang
lambat, bukanlah karena
santai atau lapar atau
sebaliknya ketika ber
gerak cepat bukan karena
tergesa-gesa melainkan
karena itulah waktu yang
cocok untuk melakukan
tariannya.
Gbr. 1-22: Tari pemimpin adat dari Batak Toba, membawa tongkat pusaka (tunggal
panaluan). Dalam gambar ini kita mendapatkan imaji waktu, bukan hanya ruang.