Gbr. 2.1: Rebab, Jawa Gbr. 2.2: Gambus, Kutai, Gbr. 2.3: Sampeq/Sampe´,
Kalimantan Timur Kenyah, Kalimantan
Gbr. 2.5: Suling Gambuh, Bali Gbr. 2.6: Suling ganda, Flores Gbr. 2.7: Helikon, alat brass
Timur band dari zaman kolonial, masih
dipakai dalam tanjidor, Jawa
Barat
Gbr. 2.10: Gendang, Sangihe, Sulawesi Utara Gbr. 2.11: Gendang, Flores
2.3. Resonator
Bunyi bersumber dari getaran.
Getaran dari suatu benda (senar,
membran, udara, badan alat musik
sendiri, atau listrik) akan meng-
hasilkan gelombang bunyi. Gelom-
bang itu merambat ke telinga kita
melalui medium udara. Jika ge-
Gbr. 2.17: Lonceng lombang itu kurang keras (dalam
istilah fisika, amplitudonya kecil),
akan sulit ditangkap telinga kita.
Getaran tersebut bisa diperkuat
dengan rongga atau ruang bagian
dalam dari suatu alat yang ber-
fungsi sebagai resonator. Fungsi
resonator ialah menjadikan bunyi
yang dihasilkan itu lebih keras.
Seperti telah dijelaskan sebe-
lumnya, pusat getaran gong ber-
pencu adalah bagian pencunya.
Bagian itulah yang harus dipukul.
Getaran ini diperkuat oleh rongga
atau ruang bagian dalam dari gong
yang berfungsi sebagai resonator.
Gbr. 2.18: Ilustrasi gong dengan pemukulnya
Dalam hal ini, gong berbeda
dengan alat-alat musik berbentuk
bilahan. Alat musik bilahan
Gbr. 2.19: Gong dari Kalimantan, dimainkan di atas sebuah kapal (nampak dari arah belakang)
ALAT MUSIK DAN FENOMENA AKUSTIKA MUSIK GONG 29
memiliki resonator yang terpisah dari benda utama yang bergetar (yaitu
bilahannya). Resonator untuk alat bilahan biasanya berupa rak
berongga atau tabung-tabung pipa yang juga berfungsi sebagai tempat
bilahan itu bertumpu.
2.4. Nada
Tinggi rendahnya bunyi yang dihasil-
kan oleh suatu alat musik dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Faktor-faktor ini
berbeda antara alat musik yang satu
dengan lainnya. Secara umum,
ukuran diameter permukaan gong
berkaitan dengan tinggi atau ren-
Gbr. 2.20: Gangsa jongkok, Bali (nampak
dahnya nada. Secara garis besar tabung atau pipa resonator yang ditaruh di
bawah setiap bilahan)
dapat dikatakan bahwa makin lebar
diameter permukaan gong, makin
rendah nadanya, begitu pula sebalik-
nya. Selain itu, terdapat faktor-faktor
lain yang juga sangat berpengaruh,
misalnya: tebal atau tipisnya, dan
cembung atau cekungnya permu-
kaan gong. Semua faktor ini saling
mempengaruhi. Pengetahuan tentang
pelarasan alat merupakan materi
yang sangat teknis dan rumit. (Lihat Gbr. 2.21: Gender, Bali
lampiran tentang pembuatan gong).
Secara ringkas dapat dikemuka-
kan bahwa, tinggi atau rendahnya
nada pada alat musik bilahan ber-
gantung pada panjang atau pendek
dan tebal atau tipisnya bilahan.
Semakin panjang bilah, semakin
rendah nadanya. Semakin tipis bilah,
semakin rendah nadanya. Hal itu ber-
laku pula sebaliknya. Faktor-faktor ini
saling mempengaruhi. Di samping
itu, masih ada beberapa faktor lain,
seperti cembung atau cekungnya
lempengan, yang juga bisa mem-
pengaruhi tinggi atau rendahnya
Gbr. 2.22: Gong pada Gong Renteng,
suara yang dihasilkan oleh bilahan. Cirebon
30 GONG