Anda di halaman 1dari 12

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di dalam kehidupan sehari-hari, lingkungan sekitar kita tidak pernah lepas


dari peristiwa yang berhubungan dengan bunyi. Peristiwa sederhana yang
dapat kita ditemukan contohnya seseorang yang sedang bermain gitar. Pada
saat orang tersebut memetik dawai gitar maka dawai tersebut akan begetar
dan menghasilkan nada yang nyaring dari dalam tabung gitar. Peristiwa
tersebut dapat terjadi karena udara di dalam tabung juga ikut bergetar apabila
dawai gitar dipetik. Udara tersebut bergerak dengan frekuensi yang sama
dengan getaran yang dihasilkan oleh dawai gitar. Proses ini masih berlanjut
sampai pada saat kita bisa mendengar bunyi tersebut dengan jelas. Ketika
udara di dalam tabung bergetar, udara yang berada di sekitar kita juga ikut
bergetar. Getaran tersebut akan merambat melalui udara lalu masuk ke dalam
telinga dan menggetarkan gendang telinga yang ada di telinga dalam.
Selanjutnya otak akan menerima respon getaran tersebut sebagai bunyi nada
gitar yang indah. Peristiwa inilah yang disebut dengan resonansi bunyi.
Dari peristiwa diatas kita dapat mengartikan resonansi bunyi sebagai
peristiwa ikut bergetarnya suatu benda oleh benda lain yang bergetar, dimana
kedua frekuensinya adalah sama atau kelipatannya. Peristiwa resonansi
lainnya dapat ditemukan dalam percobaan tabung resonansi. Melalui
percobaan resonansi kita dapat mengetahui berapa kecepatan merambat bunyi
di udara dengan frekuensi sumber getaran yang telah diketahui. Lebih dari itu,
makalah ini akan membahas tentang resonansi, manfaat dan kerugian
resonansi bunyi dalam kehidupan sehari-hari, komponen alat resonansi,
1

prinsip kerja, kalibrasi dan perawatan, prosedur pengukuran menggunakan


alat resonansi, dan pembacaan hasil pengukurannya.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini sebagai berikut:


1. Apakah resonansi bunyi itu?
2. Apakah manfaat dan kerugian dari peristiwa resonansi?
3. Apa sajakah bagian-bagian yang terdapat pada alat resonansi?
4. Bagaimana cara kalibrasi dan perawatan alat resonansi?
5. Bagaimana prosedur pengukuran pada alat resonansi?
6. Bagaimana cara pembacaan hasil pengukuran pada alat resonansi?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini sebagai berikut:


1. Mengetahui resonansi bunyi pada kolom udara atau tabung resonansi
2. Mengetahui manfaat dan kerugian dari peristiwa resonansi
3. Mengetahui bagian-bagian dari alat resonansi
4. Mengetahui cara kalibrasi dan perawatan alat resonansi
5. Mengetahui prosedur pengukuran pada alat resonansi
6. Mengetahui cara pembacaan hasil pengukuran pada alat resonansi

II.

PEMBAHASAN

1.1 Resonansi Pada Kolom Udara


Resonansi bunyi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda oleh benda lain
yang bergetar, dimana kedua frekuensinya adalah sama atau kelipatannya.
Resonansi bunyi pada kolom udara dimanfaatkan untuk menghasilkan bunyi,
misalnya pada berbagai macam alat musik. Untuk menghasilkan bunyi yang
indah pada umumnya alat musik dibuat berlubang sehingga suara yang
dihasilkan akan terdengar nyaring. Contoh alat musik itu adalah gitar dan
gong pada alat gamelan.
Pada gitar terdapat tabung udara tempat udara ikut bergetar ketika dawai
dipetik. Udara di dalam gitar ini bergerak dengan frekuensi yang sama
dengan getaran yang dihasilkan oleh dawai. Udara yang mengisi bagian gong
yang berlubang juga ikut bergetar ketika gong tersebut dipukul. Tanpa adanya
tabung kolom udara pada gong kita tidak bisa mendengar suara gong dan
menikmati indahnya alunan gamelan. Untuk dapat mengetahui peristiwa
resonansi, kita dapat meninjau dua garputala yang saling beresonansi seperti
ditunjukkan pada gambar di bawah:

Gambar 1.1 Dua garputala yang saling


beresonansi

Jika salah satu garputala dipukul , maka garputala yang lain akan ikut
bergetar karena gelombang bunyi dari garputala yang dipukul akan menuju
kotak resonansi garputala disebelahnya dan membuat garputala tersebut ikut
3

bergetar. Frekensi yang dihasilkannya pun bergantung pada bentuk, besar dan
bahan garputala tersebut.

1.2 Manfaat dan Kerugian dari Peristiwa Resonansi

Peristiwa resonansi banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari,


misalnya saja resonansi gelombang suara pada alat-alat musik. Gelombang
suara merupakan mekanik yang dapat dipandang sebagai gelombang
simpangan maupun sebagai gelombang tekanan. Kita dapat mendengar
bunyi karena adanya peristiwa resonansi pada telinga kita. Di
dalam telinga kita terdapat selaput gendang telinga. Selaput
ini sangat tipis dan mudah beresonansi dengan bunyi
audiosonik. Alat musik akustik seperti seruling, biola, drum,
dan gitar memanfaatkan peristiwa resonansi agar diperoleh
bunyi yang merdu. Alat musik tradisional seperti gamelan
juga

memanfaatkan

resonansi

atau

peristiwa

kolom

udara

resonansi.
pada

gitar,

Adanya

ruang

biola,

saron,

kolintang, dan kentongan dapat memperkeras bunyi alat-alat


tersebut. Peristiwa resonansi di alam, seperti binatang katak
dapat

mengeluarkan

bunyi

yang

sangat

keras

karena

resonansi yang terjadi pada rongga mulut katak. Rongga


mulut katak yang elastis dapat mengembang sedemikian
rupa sehingga menyerupai selaput tipis. Pada selaput tipis
inilah nantinya terjadi peristiwa resonansi.
Peristiwa resonansi juga dapat merugikan kita. Adapun
kerugian dari peristiwa resonansi misalnya pada bunyi
kendaraan yang lewat di depan rumah dapat menggetarkan
kaca jendela rumah. Apabila frekuensi bunyi kendaraan sama
dengan kaca jendela rumah, maka memungkinkan kaca
bergetar lebih hebat dan akhirnya pecah. Bunyi gemuruh
yang dihasilkan oleh guntur akan beresonansi dengan kaca
4

jendela sehingga bergetar dan dapat mengakibatkan kaca


jendela

pecah.

Suara

tinggi

seorang

penyanyi

dapat

memecahkan gelas yang berbentuk piala karena gelas


beresonansi akibat suara tinggi si penyanyi. Dentuman bom
atau mesin pesawat supersonik dapat memecahkan kacakaca jendela bangunan. Bunyi yang terlalu kuat dan keras
dapat memecahkan gendang telinga kita yang berupa
selaput

tipis.

jembatan

Pengaruh

gantung

dapat

kecepatan

angin

menghasilkan

pada

sebuah

resonansi

yang

menyebabkan jembatan roboh.

1.3 Bagian-Bagian pada Alat Resonansi


Untuk mengamati peristiwa resonansi kita dapat melakukan percobaan dengan
menggunakan

alat

resonansi. Alat

resonansi

juga dapat

digunakan

untukmengukur kecepatan merambat gelombang bunyi di udara. Adapun


bagian-bagian dari alat resonansi sebagai berikut:
Bagian-bagian tabung resonansi
Penjepit
Statif
Statif
Tabung
Resonansi

Reservoir

Selang
Penghubung

Gambar. Tabung resonansi

Gambar. Garputala

Gambar. Pemukul garpu tala

1.4 Prinsip Kerja Alat Resonansi

Prinsip kerja dari tabung resonansi yaitu menggunakan prinsip pipa organa
tertutup dimana f0 : f1 : f2 = 1:3:5 dan L1:L2:L3 = 1:3:5
Jika panjang kolom udara terjadinya resonansi (L) dan frekuensi garputala (f)
diketahui, maka cepat rambat bunyi di udara (v) pada kondisi pengukuran
dapat dihitung. Sebaliknya jika cepat rambat bunyi di udara telah diketahui
maka frekuensi garputala yang belum diketahui (f) dapat dicari.
Peristiwa resonansi pada tabung resonansi digunakan untuk mengukur cepat
rambat bunyi di udara dengan rumus:
v=xf
f = frekuensi garpu tala yang digunakan (Hz)
v = cepat rambat bunyi (m/s)
= panjang gelombang (m)
Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena ada benda
lain bergetar dengan frekuensi yang sama atau frekuensi yang satu merupakan
kelipatan frekuensi yang lain.
6

Jika gelombang bunyi merambat dalam suatu tabung berisi udara, maka
antara gelombang datang dan gelombang yang dipantulkan oleh dasar tabung
akan terjadi superposisi, sehingga dapat timbul resonansi gelombang berdiri.
Jika panjang tabung udara merupakan kelipatan dari

( = panjang
4

gelombang resonansi). Jika gelombang suara dipandang sebagai gelombang


simpangan, pada ujung tabung yang tertutup akan terjadi simpul (s), tetapi
jika ujungnya terbuka akan terjadi perut (p).

p =

n+1

= n+1

Jadi,

p = s (jumlah perut sama dengan jumlah simpul)

; dengan n = 0,1,2,

Bila panjang kolom udara dalam tabung tidak diubah, maka hanya frekuensifrekuensi tertentu saja yang menghasilkan resonansi. Maka persamaannya
sebagai berikut :
ln =

(2n 1)
n ; dimana n = 0,1,2,3,...
4

n adalah panjang gelombang resonansi. Resonansi nada dasar terjadi


dengan n = 0, sedangkan n = 1,2, .. menghasilkan resonansi nada atas
pertama, kedua, dst. Dalam hal ini resonansi yang terjadi sama dengan
resonansi pada pipa organa tertutup.
1. Syarat Nada Dasar Tabung Resonansi

Gambar fo pipa organa tertutup

Gambar Gelombang

ln =

(2n 1)
n ;untuk fo n = 0
4

2. Nada atas pertama (f1)

l1 =

3
1
4

1=

4
l
3

f1 =

v
1

f1

3v
4l

3. Nada atas kedua (f2)

l2 =

5
2
4

2=

4
l
5

f2 =

v
2

f2 =

5v
4l

Dengan demikian, untuk nilai kecepatan perambatan gelombang yang


sama, akan diperoleh perbandingan antara frekuensi nada-nada pada
tabung resonansi, sebagai berikut :
f0 : f1 : f 2 =

v 3v 5v
:
:
4l 4l 4l

f0 : f1 : f 2 = 1 : 3 : 5
Secara umum, bentuk persamaan frekuensi harmonik dari tabung resonansi
dapat dirumuskan menjadi
2n 1
v
4l

fn =

dengan n = 0,1,2,

1.5 Kalibrasi dan Perawatan Alat Resonansi


Alat resonansi tidak terdapat pengkalibrasian alat, namun sebelum melakukan
pengukuran sebaiknya membersihkan tabung resonansi hingga bersih supaya
tidak terdapat zat-zat lain yang dapat mempengaruhi

hasil pengukuran.

Untuk perawatan, setelah menggunakan alat resonansi hendaknya alat


resonansi di bersihkan dan di simpan di tempat yang aman karena tabung
resonansi mudah pecah.
9

1.6 Prosedur Pengukuran pada Alat Resonansi


Adapun prosedur percobaan untuk melakukan pengukuran kecepatan suara
yaitu sebagai berikut:
1. Usahakan mula-mula agar permukaan air dalam tabung cukup tinggi dekat
dengan ujung atas dari tabung (dengan reservoir) atau berada pada garis 0
cm, air jangan sampai tumpah.
2. Ambil garputala yang frekuensinya sudah diketahui.
3. Getarkan garputala yang telah diketahui frekuensinya dengan pemukul
garputala. Untuk menjamin keamanan tabung gelas, lakukan pemukulan
garputala jauh dari tabung lalu dekatkan ke mulut tabung setelah garputala
dipukul.
4. Turunkan permukaan air dalam tabung resonansi dengan cara
menggerakkan penampung air atau reservoir secara perlahan lahan,
hingga terdengar penguatan bunyi (dengung keras) pertama kali.
5. Perhatikan saat bunyi nyaring yang pertama. Catat kedudukan permukaan
air pada saat dengung pertama terjadi, kemudian pukul garputala dan
dekatkan lagi ke mulut tabung resonansi.
6. Turunkan terus permukaan hingga diperoleh bunyi nyaring kedua. Catat
kedudukan permukaan air. Begitu seterusnya sampai bunyi nyaring ketiga.
1.7 Pembacaan Hasil Pengukuran
Adapun cara untuk melakukan pembacaan pada hasil pengukuran kecepatan
suara yaitu sebagai berikut:
1. Tuliskan persamaan resonansi.
2. Tentukan panjang gelombang bunyi yang dihasilkan.
3. Dari hubungan frekuensi dan panjang gelombang bunyi tersebut, tentukan
cepat rambat bunyi di udara dengan menggunakan rumus v = f x .
Contoh:

10

Dalam percobaan resonansi

pada kolom udara dengan garpu tala

berfrekuensi 450 Hz diperoleh resonansi orde pertama dengan panjang kolom


udara 19 cm. Dari data tersebut tentukan cepat rambat bunyi di udara!
Penyelesaian :
Panjang gelombang bunyi yang dihasilkan garpu tala sebesar :
L1=

= 4x19
= 76 cm
= 0, 76 m

Cepat rambat bunyi di udara


v=f x
= (450 Hz) (0,76 m )
= 342 m/s
Jadi, cepat rambat bunyi di udara adalah 342 m/s.

11

III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada makalah ini, maka kesimpulan yang didapat
adalah sebagai berikut:
1. Resonansi bunyi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda oleh benda
lain yang bergetar, dimana kedua frekuensinya adalah sama atau
kelipatannya.
2. Peristiwa resonansi banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya saja resonansi gelombang suara pada alat-alat musik seperti gitar
dan gamelan. Peristiwa resonansi juga dapat bersifat merugikan misalnya
pecahnya kaca jendela bangunan akibat suara mesin pesawat supersonik
ataupun ledakan bom.
3. Bagian bagian alat resonansi terdiri atas penjepit statif, statif, tabung
resonansi, selang penghubung, dan reservoir. Alat resonansi digunakan
untuk mengukur cepat rambat bunyi di udara
4. Prinsip kerja alat resonansi yaitu menggunakan prinsip pipa organa
tertutup dimana f0 : f1 : f2 = 1:3:5 dan L1:L2:L3 = 1:3:5 jika panjang kolom
udara dimana terjadi resonansi (L) dan frekuensi garputala (f) diketahui,
maka cepat rambat bunyi di udara (v) pada kondisi pengukuran dapat
dihitung. Sebaliknya jika cepat rambat bunyi di udara telah diketahui maka
frekuensi garputala yang belum diketahui (f) dapat dicari.

12

Anda mungkin juga menyukai