Pada Kegiatan Belajar sebelumnya kita telah banyak membicarakan peristiwa getaran;
bagaimana proses terjadinya getaran, amplitudo getaran, frekwensi getaran, dan periode getaran,
hingga proses penjalarannya yang berbentuk gelombang, jenis-jenis gelombang, frekwensi
gelombang, periode gelombang, amplitudo gelombang, hingga kecepatan gelombang.
Pada umumnya, setiap benda yang bergetar akan menunjukkan suatu fenomena fisika:
bunyi. Didalam Kegiatan Belajar 3 ini, kita akan membahas lebih lanjut mengenai konsep
bunyi, baik itu proses terjadinya bunyi hingga parameter-parameter lainnya yang terkait dengan
bunyi.
A. Definisi Bunyi
Setiap hari kita tidak pernah terlepas dari apa yang dinamakan suara atau bunyi. Bunyi
gesekan daun yang tertiup angin, kucing yang mengeong, suara-suara orang yang sedang
berbincang-bincang, kendaraan yang lalu-lalang, suara alunan musik, benda yang jatuh ke
tanah, burung berkicau, gong yang dipukul, gitar yang dipetik, ataupun suara-suara lain yang
saling ‘bersahutan’ satu sama lain. Suara atau bunyi diterima oleh salah satu panacindera kita
yakni telinga. Pertanyaan yang timbul kemudian adalah, bagaimana suara atau bunyi itu
dihasilkan, dan bagaimana kita dapat mendengar suara atau bunyi?
Bunyi atau suara dapat didengar karena adanya tiga hal. Pertama, adanya sumber bunyi.
sumber bunyi dihasilkan oleh suatu benda yang bergetar. Contoh paling sederhana untuk
mengobservasi bunyi adalah bunyi yang ditimbulkan dari karet gelang yang dipetik. Ketika
sebuah karet gelang (yang telah dipotong) kita regangakan dan kita petik, maka karet gelang
tersebut akan bergetar dan menghasilkan bunyi. Semakin kuat regangannya, suara
lengkingannya akan semakin tinggi. Seseorang yang sedang memukul gendang menyebabkan
selaput gendang itu bergetar dan menghasilkan bunyi.
Contoh lainnya, getaran yang timbul pada sebuah mistar. Tempatkan ujung sebuah
mistar pada tepi sebuah meja dan tekan kuat-kuat, kemudian simpangkan ujung mistar yang lain
(yakni ujung bebasnya) ke bawah dan lepaskan, maka mistar tersebut akan mulai bergetar
(Gambar). Getaran pada mistar ini mirip dengan getaran pada bandul sederhana.
1
Gambar Getaran pada mistar
Sumber: Buku IPA Guru Kelas 4 SEQIP
Kedua, adanya penerima bunyi. Penerima bunyi yang dimaksud disini adalah telinga
kita. Telinga manusia mampu mendengarkan bunyi pada rentang 16 Hz hingga 20.000 Hz.
Prosesnya secara singkat adalah sebagai berikut. Gelombang bunyi yang merambat kemudian
menekan (menggetarkan) udara di sekitarnya, sehingga tekanan udara tersebut ada yang masuk
ke dalam telinga kita sehingga gendang telinga kita ikut bergetar. Getaran yang timbul pada
gendang telinga ini diubah menjadi sinyal listrik untuk diteruskan ke otak kita, untuk kemudian
diproses di dalam otak sehingga kita bisa merasakan adanya bunyi.
B. Sumber Bunyi
Bunyi dihasilkan oleh sebuah sumber bunyi, yaitu benda yang bergetar. Untuk
memahami fenonema bahwa bunyi ditimbulkan dari sebuah benda yang bergetar, Anda dapat
menggunakan sebuah mistar yang ditekan salah satu ujungnya pada sebuah meja, kemudian
ujung mistar yang lain diberi simpangan secukupnya/digetarkan. Anda dapat mencobanya
dengan mengubah bagian mistar yang bebas. Atau bila Anda memiliki alat musik petik, seperti
gitar atau kecapi, Anda dapat memahami bahwa bunyi ditimbulkan oleh senar yang bergetar.
2
Gambar Getaran
Sumber: Buku IPA Guru Kelas 4 SEQIP
Bagaimana untuk jenis alat musik lainnya, misalnya alat musik pukul atau alat musik
tiup? Pada jenis alat musik pukul, seperti drum, gong, tambur, atau gendang, permukaan drum,
gong, tambur, atau selaput gendang akan bergetar ketika dipukul, sehingga menghasilkan bunyi
atau suara. Demikian pula untuk jenis alat musik tiup, seperti suling, terompet, atau recorder
soprano, udara yang ditiupkan akan bergetar di dalam kolom udara sehingga menghasilkan
bunyi.
Berdasarkan jenisnya, bunyi merupakan gelombang mekanik longitudinal. Oleh karena
merupakan gelombang mekanik, bunyi memerlukan medium sebagai media perambatannya.
Medium perambatan bunyi dapat berupa zat padat atau zat cair, tetapi yang paling umum adalah
gas atau udara. Bunyi merambat melalui medium perambatannya dalam bentuk gelombang-
gelombang. Untuk mengamati bahwa bunyi merupakan gelombang longitudinal, dapat
dilakukan percobaan sederhana dengan menggunakan garpu tala (Gambar). Garpu tala
merupakan suatu alat yang disusun dari dua daun logam yang dapat bergetar apabila
dipukulkan. Getaran dari daun logam ini mempengaruhi udara di sekitarnya, sehingga akan
terbentuk pola rapatan dan renggangan pada molekul udara di sekitar daun logam garpu tala.
Selama garpu tala ini bergetar, terbentuk pola rapatan dan regangan yang terus menerus,
sehingga membentuk gelombang longitudinal.
3
Gambar. Garpu tala
Sumber: Microsoft Encarta Premium 2009
C. Frekwensi Bunyi
Sebagai bentuk gelombang, bunyi memiliki frekwensi. Berdasarkan frekwensinya,
gelombang bunyi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu audiosonik, ultrasonik, dan infrasonik.
a. Gelombang audiosonik (audible wave). Gelombang audiosonik merupakan gelombang
bunyi yang berada pada rentang frekwensi pendengaran kita, yakni berada pada kisaran
frekwensi antara 16 Hz hingga 20.000 Hz.
b. Gelombang infrasonik (infrasonic wave). Gelombang infrasonik merupakan gelombang
bunyi yang frekwensinya berada di bawah frekwensi gelombang audiosonik, yaitu
frekwensinya lebih kecil dari 16 Hz.
c. Gelombang ultrasonik (ultrasonic wave). Gelombang ultrasonik merupakan gelombang
bunyi yang frekwensinya berada di atas frekwensi gelombang audiosonik, yaitu
frekwensinya lebih besar dari 20.000 Hz.
D. Perambatan Bunyi
Ketika kita mendengarkan suatu bunyi, sesungguhnya bunyi itu merambat dari sumber
bunyi hingga ke telinga kita melalui udara. Proses yang terjadi mirip dengan getaran yang
terjadi pada pegas ketika diberikan gangguan yang linier dengan arah rambatnya. Bunyi yang
dihasilkan oleh sumber bunyi menimbulkan terbentuknya rapatan dan renggangan partikel di
udara.
Apa yang terjadi bila tidak ada udara? Kita tahu bahwa di permukaan bulan tidak ada
atmosfer, sehingga tidak ada medium untuk perambatan bunyi. Oleh karena itu, ketika ada
4
seseorang di permukaan bulan yang berbicara, orang lain yang ada di tempat yang sama tidak
dapat mendengarkan suara orang yang berbicara itu, karena bunyi tidak dapat merambat di
ruang angkasa. Ingat bahwa bunyi hanya dapat merambat bila ada medium untuk
perambatannya.
Apakah bunyi hanya dapat merambat di udara? Mungkin Anda peranah melihat ada
seseorang yang sedang menempelkan telinganya pada rel kereta api. Orang tersebut ternyata
bisa mendengarkan bunyi kereta api yang akan lewat dengan menempelkan telinganya pada rel
kereta api, bahkan ketika suara kereta api masih belum terdengar.
Bunyi juga ternyata dapat merambat pada zat cair. Ketika ada seseorang yang memukul-
mukulkan dua buah batu pada sebuah sisi kolam renang, orang yang lain dapat mendengarkan
bunyi benturan batu tersebut pada sisi kolam renang yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa
bunyi dapat merambat melalui zat cair, yakni air kolam renang.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa bunyi dapat merambat melalui udara, zat
cair atau zat padat. Pada umumnya bunyi merambat lebih cepat pada zat cair dibandingkan
dengan pada udara, dan bunyi merambat lebih cepat pada zat padat dibandingkan dengan pada
zat cair. Oleh karenanya, suara kereta api yang akan lewat tadi dapat didengar melalui rel kereta
api, walaupun suaranya sendiri belum terdengar, karena suara merambat lebih cepat pada logam
rel kereta dibandingkan melalui udara. Pada akhirnya kita dapat menarik kesimpulan bahwa
cepat rambat bunyi bergantung pada medium terjadinya perambatan bunyi. Tabel berikut
menggambarkan beberapa medium perambatan bunyi serta cepat rambat bunyi pada medium
tersebut.
Berdasarkan tabel, Anda dapat mengamati bahwa cepat rambat bunyi sangat bergantung
pada medium perambatannya. Disamping itu, suhu juga cukup berpengaruh. Suhu yang lebih
tinggi pada suatu medium membuat cepat rambat bunyi juga menjadi lebih besar.
E. Pemantulan Bunyi
5
Pada saat kita mengikuti sebuah acara pidato di dalam ruangan dengan menggunakan
pengeras suara, terdengan bunyi pantul dari suara aslinya, dimana bunyi pantul ini mengganggu
bunyi aslinya sehingga bunyi aslinya nampak agak kabur. Atau ketika kita memasuki kamar
mandi, suara kita ketika berbicara akan terpantul-pantul oleh dinding kamar mandi.
Pemantulan semacam ini dinamakan gaung. Secara definisi, gaung merupakan perulangan
bunyi yang terdengar hampir bersamaan dengan bunyi dari sumber bunyi, akibat bunyi dari
sumber bunyi ini terpantul berulang-ulang pada suatu ruangan. Gaung terjadi karena
gelombang bunyi dipantulkan oleh permukaan yang keras. Oleh karena itu, dinding- dinding
bagian dalam suatu gedung pertunjukkan, konser, atau teater dilapisi dengan bahan- bahan
lunak untuk menyerap bunyi sehingga mengurangi atau menghilangkan gaung.
Hal berbeda terjadi manakala kita berteriak di tempat tinggi atau luas, misalnya di
sebuah tebing atau di depan sebuah gua. Setelah kita berteriak, sesaat kemudian ada yang
membalas teriakan kita. Hal ini terjadi juga karena bunyi yang dihasilkan oleh sumber bunyi
(yaitu teriakan kita) dipantulkan kembali. Pemantulan semacam ini dinamakan gema. Secara
definisi, gema merupakan perulangan bunyi yang terdengar setelah bunyi ditimbulkan. Gema
terjadi karena bunyi dipantulkan oleh suatu permukaan. Cepat atau lamanya kita mendengar
gema bergantung pada seberapa jaur jarak kita dengan permukaan pemantul bunyi itu.
Peristiwa pemantulan bunyi tidak selalu merugikan, tetapi ada juga yang
menguntungkan, misalnya ketika akan mengukur kedalaman laut dengan menggunakan sonar.
Sonar atau sound navigation and ranging merupakan suatu metode untuk menaksir ukuran,
bentuk, dan kedalaman benda-benda di bawah air (termasuk kedalaman laut) dengan
menggunakan gelombang ultrasonik. Sonar bekerja berdasarkan prinsip pemantulan bunyi.
F. Efek Doppler
Ada satu fenomena menarik apabila sumber bunyi bergerak menjauhi atau mendekati
pendengar yang sedang diam, atau pengengar bergerak mendekati atau menjauhi sumber bunyi
yang sedang diam, ataupun kedua-duanya bergerak saling mendekati atau menjauhi, yaitu
terjadinya perubahan frekwensi bunyi yang sampai kepada pendengar. Fenomena semacam ini
dinamakan efek Doppler. Misalnya, pada saat kita menonton siaran langsung
balapan motoGP atau Formula 1, deru suara mesin dan knalpot mobil atau motor balap akan
nampak ‘berubah’ ketika melewati kamera. Hal ini akan lebih dapat dirasakan manakala kita
menonton balapan tersebut secara langsung dari sirkuit. Contoh lain, misalnya ada sebuah
ambulans yang bergerak melewati kita yang sedang diam di pinggir jalan. Bunyi raungan sirine
ambulance ketika mendekati kita nampak berbeda dengan ketika telah menjauhi kita.
6
Gambar Efek Doppler
Sumber: Physics for Scientists and Engineers
Efek Doppler adalah efek berubahnya frekwensi bunyi yang didengar oleh pendengar
karena sumber bunyi atau pendengar yang bergerak. Bila sumber bunyi mendekati pendengar
atau pendengar mendekati sumber bunyi, maka pendengar akan menerima frekwensi bunyi
yang lebih tinggi daripada frekwensi bunyi aslinya. Sebaliknya, bila sumber bunyi menjauhi
pendengar atau pendengar menjauhi sumber bunyi, maka pendengar akan menerima frekwensi
bunyi yang lebih rendah daripada frekwensi bunyi aslinya.
7
DAFTAR PUSTAKA
Fishbane, Paul M, et.al. (2005). Physics for Scientists and Engineers with Modern Physics.
New Jersey: Pearson Educational Inc.
Microsoft Encarta Premium 2009
Pratiwi, P.R. dkk. (2008). CTL Ilmu Pengetahuan Alam SMP Kelas VIII. Jakarta: Depdiknas.
Serway, R.A & John W. Jewett. (2004). Physics for Scientists and Engineers. Thomson
Brooks/Cole.
Sulistyanto, H & Edy Wiyono. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Kelas IV.
Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.
Tim SEQIP. (2003). Buku IPA Guru Kelas 4. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Depdiknas
8
CAHAYA
Semua benda di alam pada umumnya dan lingkungan sekitar kita pada khususnya dapat kita
lihat karena ada sesuatu yang terpantul atau dipantulkan oleh benda-benda tersebut. Tulisan pada
buku, alat-alat tulis, meja, kursi, dan benda-benda disekitarnya dapat dengan mudah kita lihat.
Kemudian cobalah Anda masuk ke sebuah ruangan yang gelap. Tentu benda-benda tersebut sudah
tidak dapat terlihat lagi, meskipun benda-benda itu tetap berada di tempatnya. Mengapa demikian?
Pada Bahan Belajar Mandiri sebelumnya kita membicarakan bunyi sebagai salah satu
contoh gelombang, marilah kita membahas contoh lain dari gelombang: cahaya. Ketika kita melihat
benda-benda yang ada di sekitar kita, sesungguhnya pada saat bersamaan ada cahaya yang
dipantulkan oleh benda-benda itu. Cahaya tersebut berasal dari suatu sumber yang dinamakan
sumber cahaya. Pertanyaannya, apa yang dimaksud dengan cahaya? Apa saja yang menjadi sumber
cahaya? Bagaimana sifat-sifat cahaya? Mengapa cahaya bisa kita rasakan atau kita amati? Dalam
Bahan Belajar Mandiri ini akan dibahas mengenai konsep cahaya, sifat-sifat cahaya sebagai
gelombang, pemantulan cahaya dan pembiasan cahaya.
A. Definisi Cahaya
Cahaya merupakan salah satu contoh gelombang elektromagnetik, yang gelombang yang
tidak memerlukan medium sebagai media perambatannya. Misalnya, pada siang hari tampak terang
karena cahaya matahari menerangi bumi. Walaupun matahari berada jauh dari bumi dan dipisahkan
oleh ruang hampa di ruang angkasa, namun cahaya matahari mampu sampai di bumi.
Di sekitar kita, ada banyak sekali benda yang memancarkan cahaya. Benda yang dapat
memancarkan cahaya dinamakan sumber cahaya. Ada dua macam sumber cahaya, yaitu sumber
cahaya alami dan sumber cahaya buatan. Sumber cahaya alami merupakan sumber cahaya yang
menghasilkan cahaya secara alamiah dan setiap saat, contohnya matahari dan bintang (Gambar)
Sumber cahaya buatan merupakan sumber cahaya yang memancarkan cahaya karena dibuat oleh
manusia, dan tidak tersedia setiap saat, contohnya lampu senter, lampu neon, dan lilin.
Sebagaimana salah satu bentuk gelombang, cahaya memiliki sifat-sifat gelombang,
diantaranya cahaya merambat lurus, cahaya dapat dipantulkan dan dapat dibiaskan. Untuk
membuktikan bahwa cahaya merambat lurus dapat dilakukan eksperimen sederhana sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar.
9
Gambar Matahari
Sumber: Microsoft Encarta Premium 2009
Pada saat kita berada di suatu ruangan, cahaya dari lampu akan menerangi ruangan tersebut
dan merambat lurus dari sumbernya. Ketika ada sebuah penghalang yang menghalangi cahaya yang
datang, maka akan terbentuk daerah gelap di tempat dimana cahaya terhalang. Daerah itu
dinamakan daerah bayangan. Apabilla sumber cahaya cukup besar, terkadang terbentuk dua bagian
bayangan (Gambar). daerah dimana sumber cahaya terhalang seluruhnya dinamakan umbra dan
daerah dimana cahaya terhalang sebagian dinamakan penumbra. Benda-benda gelap yang
menghalangi cahaya dinamakan opaque atau benda tidak tembus cahaya.
10
Gambar Bayangan umbra dan penumbra
Sumber: Contextual Teaching and Learning IPA SMP Depdiknas
Tidak semua benda dapat menghalangi cahaya. Benda-benda bening bahkan dapat ditembus
cahaya. Misalnya, kaca jendela rumah kita. Pantulan sinar matahari dapat masuk ke ruang tamu
rumah kita sehingga ruang tamu tersebut menjadi terang, walaupun ketika itu lampu tidak
dinyalakan. Benda-benda bening ini biasanya dinamakan benda transparans. Ada benda lain yang
dapat meneruskan sebagian cahaya yang datang dan menyebarkan sebagian cahaya yang lainnya.
Benda seperti ini dinamakan benda transluens atau benda tembus cahaya. Contohnya kain gorden
tipis, dan beberapa jenis plastik.
Sifat cahaya lainnya yaitu cahaya dapat dipantulkan. Ketika cahaya mengenai permukaan
yang datar dan licin, cahaya akan dipantulkan secara teratur, atau dinamakan pemantulan teratur
(Gambar). Misalnya, ketika cahaya mengenai sebuah cermin. Seseorang dapat melihat bayangannya
melalui sebuah cermin karena cahaya dipantulkan oleh cermin tersebut.
11
Pemantulan oleh sebuah cermin datar memiliki sifat bayangan yang berukuran sama besar
dengan ukuran bendanya. Pemantulan oleh cermin cekung memiliki sifat bayangan yang ukurannya
lebih besar daripada ukuran bendanya, sedangkan pemantulan oleh cermin cembung memiliki sifat
bayangan yang ukurannya lebih kecil daripada ukuran bendanya.
Pemantulan juga tidak selalu mengenai permukaan yang licin dan datar. Adakalanya cahaya
dipantulkan oleh permukaan yang kasar, atau biasanya dinamakan pemantulan baur (Gambar).
Walaupun pemantulan baur tidak dikehendaki ketika kita berniat untuk melihat bayangan diri kita,
akan tetapi pemantulan baur juga sangat berguna dalam kehidupan. Anda perhatikan bahwa pada
sebuah ruangan, meskipun lampu pada ruangan tersebut tidak dinyalakan, tetapi ruang tersebut
cukup terang pada siang hari. Ini disebabkan cahaya matahari dipantulkan oleh benda-benda di
sekitar ruangan tersebut.
Selain dipantulkan, cahaya dapat pula mengalami pembiasan. Pembiasan cahaya merupakan
peristiwa pembelokan cahaya ketika merambat dari suatu medium ke medium lain yang memiliki
indeks bias yang berbeda. Pembiasan cahaya terjadi karena adanya perubahan kelajuan gelombang
cahaya ketika gelombang cahaya tersebut merambat diantara dua medium berbeda. Gambar
menunjukkan salah satu contoh pembiasan cahaya.
12
Gambar Pembiasan cahaya
Sumber: IPA untuk SD dan MI Kelas V
C. Pemantulan Cahaya
Salah satu sifat dari gelombang adalah apabila melewati suatu penghalang, maka
gelombang akan dipantulkan. Demikian pula halnya untuk gelombang cahaya, apabila melewati
suatu permukaan maka akan dipantulkan. Misalnya, ketika cahaya matahari mengenai
permukaan air, permukaan benda-benda di sekitar kita, atau yang paling umum yaitu pemantulan
pada cermin.
Berdasarkan jenis pemantulnya, pemantulan cahaya terbagi menjadi pemantulan teratur
dan pemantulan baur. Pemantulan teratur terjadi manakala berkas cahaya mengenai permukaan
atau bidang pantul yang rata (misalnya permukaan cermin datar), sehingga arah sinar pantulnya
sejajar. Anda dapat melihat kembali Gambar. Pemantulan baur terjadi manakala berkas cahaya
mengenai permukaan atau bidang pantul yang tidak rata (misalnya permukaan logam kasar atau
permukaan tembok), sehingga arah sinar pantulnya menjadi tersebar ke segala arah. Anda dapat
melihat kembali Gambar .
14
Gambar Pemantulan cahaya
Sumber: Contextual Teaching and Learning IPA SMP Depdiknas
15
Gambar Pemantulan pada cermin datar
Sumber: Contextual Teaching and Learning IPA SMP Depdiknas
Pada kasus khusus, bila ada dua buah cermin disusun sedemikian rupa hingga membentuk
sudut tertentu, maka banyaknya bayangan yang terbentuk adalah:
360°
𝑛= 𝜃 −1
dengan : n = banyaknya bayangan yang terbentuk.
θ = sudut apit diantara dua cermin.
terhadap titik pusat kelengkungan dinamakan jari-jari kelengkungan (R), dan nilainya positif.
Panjang jari-jari kelengkungan cermin cekung adalah 2 kali panjang jarak fokus.
Pembentukan bayangan pada cermin cekung dapat digambarkan oleh tiga sinar istimewa.
16
Apa saja ketiga sinar istimewa tersebut? Mari kita perhatikan.
1. Sinar 1: Sinar yang datang sejajar dengan sumbu utama cermin dipantulkan melalui
titik fokus.
2. Sinar 2: Sinar yang datang melalui titik titik fokus dipantulkan sejajar dengan sumbu cermin.
3. Sinar 3: Sinar yang datang melalui tiitk pusat kelengkungan cermin dipantulkan
kembali sepanjang jalan yang sama pada saat datang.
Untuk lebih memahami penjabaran sinar-sinar instinewa ini, perhatikan Gambar. Sifat-
sifat bayangan yang dibentuk atau dihasilkan oleh cermin cekung bergantung pada posisi
bendanya. Dengan melukiskan beberapa dari ketiga sinar-sinar istimewa ini, kita dapat
menentukan bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung berikut sifat-sifat bayangannya.
D. Pembiasan Cahaya
Pada tinjauan sebelumnya dikatakan bahwa salah satu sifat cahaya merambat lurus. Apa
yang terjadi apabila cahaya bergerak melewati zat atau benda lain yang berbeda indeks biasnya,
seperti dari udara ke kaca, atau dari udara ke air? Ternyata kecepatan gelombang cahaya berubah
dan arah rambatnya mengalami pembelokkan. Peristiwa ini dinamakan pembiasan cahaya.
Pembiasan cahaya merupakan pembelokkan gelombang cahaya yang disebabkan adanya
perubahan kelajuan gelombang cahaya ketika cahaya merambat melalui dua zat yang indeks
biasnya berbeda (Gambar). Dengan demikian, pembiasan cahaya ini sangat ditentukan oleh
indeks bias bahannya.
18
Dalam spektrum cahaya tampak, panjang gelombang cahaya beragam dari gelombang
merah dengan panjang gelombang merah yang terpanjang sampai panjang gelombang ungu yang
paling pendek.
b. Hukum Pembiasan
Pada penjelasan sebelumnya dikatakan bahwa ketika cahaya melewati bidang batas dua
bahan yang memiliki perbedaan indeks bias, maka cahaya akan dibiaskan. Misalnya, ketika ada
seberkas sinar laser yang diarahkan pada sebuah permukaan kaca planparalel (Gambar), maka
berkas sinar laser akan dibelokkan tepat di perbatasan antara udara-kaca. Sinar datang dari udara
dibiaskan dalam kaca mendekati garis normal. Demikian pula ketika sinar keluar dari kaca
menuju udara, sinar dibiaskan kembali.
Bila besar sudut datangnya sinar diubah-ubah, maka besar sudut sinar bias pun akan
berubah (Gambar). “Perbandingan proyeksi sinar datang dan sinar bias ternyata merupakan
bilangan yang tetap”. Orang pertama yang menemukan bahwa terdapat perbandingan yang tetap
antara proyeksi sinar datang dengan proyeksi sinar bias adalah seorang ilmuwan Belanda yang
bernama Willebrord Snell.
19
Oleh karena itu, pernyataan tersebut dinamakan hukum Snell, atau lebih dikenal dengan
hukum Snellius.
Bagaimana bunyi hukum Snellius? Hukum Snellius atau hukum pembiasan menyatakan
bahwa:
Sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak pada satu bidang datar dan
ketiganya berpotongan di satu titik.
Apabila sinar melalui dua medium yang berbeda, maka hubungan sinar datang, sinar
bias, dan indeks bias medium dinyatakan oleh persamaan:
20
c. Pembiasan pada Lensa
Pada dasarnya pembiasan dapat terjadi pada beberapa benda bening, seperti air, kaca,
lensa, prisma, dan sejenisnya. Akan tetapi yang akan dibicarakan disini adalah pembiasan pada
lensa, baik lensa cembung (konveks) maupun lensa cekung (konkaf). Lensa cembung merupakan
lensa yang bagian tengahnya lebih tebal dibandingkan bagian tepinya. Ada tiga jenis lensa
cembung, yaitu lensa cembung ganda (bikonveks), lensa cembung-datar (plankonveks), dan
lensa cembung-cekung (konveks-konkaf). Lensa cekung merupakan lensa yang bagian tengahnya
lebih tipis dibandingkan bagian tepinya. Ada tiga jenis lensa cekung, yaitu lensa cekung ganda
(bikonkaf), lensa cekung- datar (plankonkaf), dan lensa cekung-cembung (konkaf-konveks).
21
Dari Gambar terlihat bahwa panjang fokus lensa cembung bergantung pada ketebalan
lensa itu sendiri. Jika lensanya lebih tebal, maka panjang fokusnya menjadi lebih pendek. Pada
pembiasan cahaya oleh lensa cembung dikenal tiga sinar istimewa (Gambar), yaitu:
Berkas sinar yang sejajar sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus utama (F).
Berkas sinar yang datang/melalui titik fokus dibiaskan sejajar sumbu utama.
Berkas sinar yang melalui titik pusat optik (O) diteruskan tanpa dibiaskan.
Benda terletak di ruang II, yaitu antara F dan 2F, maka bayangan bersifat nyata,
terbalik, diperbesar.
Benda terletak di ruang III, yaitu di sebelah kiri 2F, maka bayangan bersifat nyata,
terbalik diperkecil.
Benda terletak di titik fokus utama (F), maka tidak terbentuk bayangan karena sinar-sinar
bias dan perpanjangannya tidak berpotongan (sejajar).
Benda terletak di pusat kelengkungan lensa (di R; dimana R = 2F), maka bayangan
bersifat nyata, terbalik, sama besar.
22
23
Perbedaan antara bayangan nyata dan bayangan maya pada lensa dapat dilihat pada Tabel
berikut.
Tabel Perbedaan bayangan nyata dan bayangan maya pada lensa
Bayangan nyata Bayangan maya
- Tidak dapat dilihat langsung - Dapat dilihat langsung
- Dapat ditangkap oleh layar - Tidak dapat ditangkap oleh layar
- Tidak seletak dengan bendanya - Seletak dengan bendanya (misalnya
(misalnya benda di sebelah kiri, maka benda di sebelah kiri, maka bayangan
bayangannya di sebelah kanan lensa. juga di sebelah kiri)
Pada pembiasan cahaya oleh lensa cekung juga dikenal tiga sinar istimewa (Gambar), yaitu:
Berkas sinar yang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari titik fokus lensa.
Berkas sinar yang melalui titik fokus lensa dibiaskan sejajar sumbu utama.
Berkas sinar yang melalui titik pusat optik lensa tidak dibiaskan.
24
Gambar Sinar istimewa pada lensa cekung
25
DAFTAR PUSTAKA
Halliday, D., Resnick, R. (1997). Physics , terjemahan: Patur Silaban dan Erwin Sucipto.
Jakarta: Erlangga.
Microsoft Encarta Premium 2009
Muslim, dkk. (2006). Konsep Dasar Fisika. Bandung. UPI Press
Pratiwi, P.R. dkk. (2008). CTL Ilmu Pengetahuan Alam SMP Kelas VIII. Jakarta: Depdiknas.
Rositawaty, S & Aris Muharam. (2008). Senangnya Belajar IPA Kelas 5. Jakarta: Pusat
Perbukuan Depdiknas.
Sulistyanto, H & Edy Wiyono. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Kelas V.
Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.
Tim SEQIP. (2003). Buku IPA Guru Kelas 5. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Depdiknas
Tipler, P.A. (1998). Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga.
26
27