Anda di halaman 1dari 21

Pengembangan

Tata Cara Penentuan


Prioritas Program
yang Terintegrasi
dengan E-Programming
dalam Rangka
Meningkatkan Kinerja
Pemrograman
DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL SDA

RANCANGAN AKSI PERUB AHAN


Niken Puspitasari (15)

DISAMPAIKAN PADA:
PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR
BALAI DIKLAT PUPR WILAYAH IV BANDUNG

APRIL 2020
Pengantar
Laporan ini disusun sebagai Rancangan Aksi Perubahan (RAP) pada Pelatihan Kepemimpinan
Administrator (PKA) Angkatan I yang dilaksanakan oleh Balai Diklat PUPR Wilayah IV Kota
Bandung. Sehubungan dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) Virus COVID-19, beberapa modul
terutama pembimbingan Rancangan Aksi Perubahan ini dilaksanakan secara virtual melalui
zoom-meeting yang difasilitasi oleh Balai Diklat PUPR Wilayah IV Kota Bandung.
Rancangan Aksi Perubahan ini berisi ide Peserta dalam rangka menjawab isu strategis yang
terjadi di unit kerjanya. Peserta saat ini bertugas sebagai Kasubdit Perencanaan SDA
Direktorat Pengembangan Jaringan SDA, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.
Tugas ini tidak akan tersusun dengan baik jika tidak didukung oleh semua pihak, baik Kepala
Balai Diklat PUPR Wilayah IV Kota Bandung beserta jajaranya, para Widyaiswara selaku
pembimbing, rekan-rekan di Pemerintahan Kota Semarang, serta teman-teman di Kelompok
II. Terima kasih juga disampaikan kepada Bpk. Ir. Edy Juharsyah, M. Tech selaku Mentor dan
Ibu Ir. Lolly Martina Martief, M.T selaku Coach.
Besar harapan Peserta, Pelatihan Kepemimpinan Administrator (PKA), khususnya Rancangan
Aksi Perubahan ini dapat bermanfaat untuk Peserta di kemudian hari.
Terima kasih.

Peserta,

Niken Puspitasari
DAFTAR ISI

P e n g a n t a r ......................................................................................................................... 1
D A F T A R I S I ........................................................................................................................ 2
D A F T A R G A M B A R ............................................................................................................. 3
D A F T A R T A B E L .................................................................................................................. 3
A . P E N D A H U L U A N ........................................................................................................ 4
1. Latar Belakang ........................................................................................................... 4
2. Tujuan ......................................................................................................................... 4
3. Manfaat....................................................................................................................... 4
B . P R O F I L K I N E R J A O R G A N I S A S I ................................................................ 6
1. Gambaran Sub Direktorat Perencanaan SDA ...................................................... 6
2. Identifikasi Isu Strategis dan Isu Prioritas ............................................................ 7
C . A N A L I S A M A S A L A H ............................................................................................... 9
1. Identifikasi Penyebab Masalah ............................................................................... 9
2. Analisis Alternatif Strategi Penanganan Masalah ............................................. 10
D . S T R A T E G I P E N Y E L E S A I A N M A S A L A H ...................................................... 13
1. Terobosan / Inovasi ............................................................................................... 13
2. Kondisi yang Diharapkan ..................................................................................... 14
3. Tahapan Kegiatan ................................................................................................... 15
4. Sumber Daya ........................................................................................................... 17
5. Manajemen Risiko .................................................................................................. 18
D A F T A R P U S T A K A ......................................................................................................... 20
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Sub Direktorat Perencanaan SDA pada Struktur Organisasi Direktorat
Pengembangan Jaringan SDA ............................................................................ 6
Gambar 2 Tren Revisi Anggaran Direktorat Jenderal SDA 2015-2019............................ 8
Gambar 3 Identifikasi Penyebab Masalah Menggunakan Pohon Masalah .................. 10
Gambar 4 Analisis Alternatif Strategi Penanganan Masalah Menggunakan Metode
SWOT ................................................................................................................... 12
Gambar 5 Kondisi Saat Ini, Terobosan, dan Kondisi yang Diharapkan ....................... 15
Gambar 6 Tim Kerja .............................................................................................................. 17

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Identifikasi Isu Strategis Prioritas Ditangani Menggunakan Metode USG ................... 8
Tabel 2 Identifikasi Penyebab Utama Menggunakan Metode USG ............................................. 9
Tabel 3 Memilih Alternatif Strategi Penanganan Masalah .......................................................... 12
Tabel 4 Tahapan Kegiatan Jangka Pendek ..................................................................................... 16
Tabel 5 Tahapan Kegiatan Jangka Menengah dan Panjang ......................................................... 17
Tabel 6 Manajemen Risiko ................................................................................................................ 19
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, Rencana Kerja Pemerintah (RKP) mempunyai fungsi pokok
sebagai berikut :
1. Menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa karena memuat seluruh kebijakan
publik.
2. Menjadi pedoman dalam menyusun APBN, karena memuat arah kebijakan
pembangunan nasional satu tahun.
3. Menciptakan kepastian kebijakan, karena merupakan komitmen Pemerintah.
Untuk itu, penyusunan RKP sebagai rencana kerja tahunan harus disusun dengan efektif
dan efisien. Hal ini sejalan dengan amanat Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 bahwa
keuangan negara harus dikelola secara tertib, taat kepada peraturan perundang-
undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab
dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. APBN merupakan wujud
pengelolaan negara yang ditetapkan tiap tahun dengan undang-undang.
Direktorat Jenderal SDA merupakan salah satu unit organisasi di Kementerian PUPR
yang diberikan amanat untuk mengelola anggaran ke-2 terbesar setelah Direktorat
Jenderal Bina Marga. Pengelolaan anggaran sebagaimana diamanatkan UU Nomor 17
tahun 2003 tersebut adalah hal yang mutlak untuk dilaksanakan. Namun pada
prakteknya, pengelolaan anggaran tersebut diwarnai dengan pelaksanaan revisi
anggaran yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini tentu mempengaruhi
kinerja Direktorat Jenderal SDA setiap tahunnya. Salah satu penyebab hal ini adalah
bahwa penyusunan rencana kerja tahunan belum optimal, sehingga akhirnya
mempengaruhi penyusunan anggarannya. Akibatnya, pada tahun berjalan, revisi
anggaran semakin menumpuk.

2. Tujuan
Aksi Perubahan ini bertujuan untuk melakukan perbaikan pada unit kerja Peserta dalam
rangka menunjang perbaikan kinerja pemrograman dan penganggaran di lingkungan
Direktorat Jenderal SDA, melalui:
a. Mengindentifikasi isu strategis yang prioritas untuk ditangani di Subdit
Perencanaan SDA
b. Menganalisis penyebab isu strategis tersebut dan alternatif strateginya
c. Merumuskan terobosan yang diperlukan berdasarkan strategi yang disusun
d. Menyusun rencana implementasi terobosan tersebut sebagai Aksi Perubahan
e. Mengimplementasikan Aksi Perubahan pada pelaksanaan tugas dan fungsi
Peserta

3. Manfaat
Hasil Aksi Perubahan ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik bagi Direktorat
Jenderal SDA, maupun bagi stakeholder terkait. Bagi Direktorat Jenderal SDA, hasil
Aksi Perubahan diharapkan dapat:
a. Meningkatkan kualitas program yang direncanakan
b. Meningkatkan optimalisasi pemanfaatan anggaran lebih optimal dan tepat
sasaran, betul-betul untuk yang prioritas
c. Memudahkan pimpinan, karena dapat melihat langsung (real time dan on-screen),
dimanapun, kapanpun, dasar penetapan prioritas program diakses
d. Menjadi bagian dari penelaahan program pada Direktorat/Pusat

Sementara, bagi stakeholder terkait, hasil Aksi Perubahan diharapkan dapat:


a. Menjadikan pengelolaan keuangan negara menjadi tertib, efisien, ekonomis,
efektif, transparan, dan bertanggung jawab
b. Memberikan keyakinan bagi Bappenas dan Kementerian Keuangan bahwa
program yang direncanakan betul-betul siap
c. Sebagai bahan bukti pada saat audit kinerja
B. PROFIL KINERJA ORGANISASI
1. Gambaran Sub Direktorat Perencanaan SDA
Berdasarkan Peraturan Menteri PUPR Nomor 03/PRT/M/2019, Sub Direktorat
Perencanaan SDA bertugas untuk melaksanakan penyiapan bahan perumusan
kebijakan, pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria,
pemberian bimbingan teknik dan supervisi di bidang perumusan kebijakan dan strategi
dan evaluasi kelayakan program penyelenggaraan pengelolaan sumber daya air. Dalam
melaksanakan tugas tersebut, Sub Direktorat Perencanaan SDA menyelenggarakan
fungsi sebagai berikut:
a. penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang fasilitasi perumusan kebijakan dan
strategi, program pengelolaan, prioritas pengelolaan, evaluasi kelayakan program,
dan perumusan rencana kerja tahunan pengelolaan sumber daya air;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang fasilitasi perumusan kebijakan dan strategi,
program pengelolaan, prioritas pengelolaan, evaluasi kelayakan program, dan
perumusan rencana kerja tahunan pengelolaan sumber daya air;
c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang fasilitasi
perumusan kebijakan dan strategi, program pengelolaan, prioritas pengelolaan,
evaluasi kelayakan program, dan perumusan rencana kerja tahunan pengelolaan
sumber daya air; dan
d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang fasilitasi perumusan kebijakan
dan strategi, program pengelolaan, prioritas pengelolaan, evaluasi kelayakan
program, dan perumusan rencana kerja tahunan pengelolaan sumber daya air.

Gambar 1 Sub Direktorat Perencanaan SDA pada Struktur Organisasi Direktorat


Pengembangan Jaringan SDA
(Sumber: Peraturan Menteri PUPR Nomor 03/PRT/M/2019)
Output utama dari melaksanakan tugas dan fungsi tersebut adalah sebagai berikut:
 Perencanaan jangka menengah : rancangan RPJMN, Renstra, Rencana Aksi,
Masterplan, dll
 Perencanaan tahunan : RKP sebagai masukan penganggaran tahunan

Sub Direktorat Perencanaan SDA merupakan salah satu unit kerja eselon III di Direktorat
Pengembangan Jaringan SDA, yang terdiri atas 1 (satu) Kasubdit, 2 (dua) Kasi – yaitu
Kasi Strategi Pengelolaan dan Kasi Kelayakan Pengembangan, serta 7 staf. Staf dibagi
menjadi 2 (dua) staf untuk urusan administrasi, sedangkan sisanya untuk urusan
substansi. Dilihat latar belakang pendidikannya, keseluruhan pegawai adalah pendidikan
tinggi, dengan komposisi 1 (satu) orang doktoral (PhD), 4 (empat) orang magister, dan
5 (lima) orang sarjana.

2. Identifikasi Isu Strategis dan Isu Prioritas


Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya terdapat beberapa isu strategis yang saat ini
terjadi, yaitu:
1. Kualitas Renstra Direktorat Jenderal SDA belum optimal
2. Belum semua BBWS/BWS dan Direktorat/Pusat menyusun Renstra
3. Kualitas rencana kerja tahunan belum optimal
4. Pembagian peran dengan Direktorat/Pusat terkait tidak jelas

Dari isu strategis tersebut, diidentifikasi isu mana yang menjadi masalah dan prioritas
untuk ditangani, menggunakan Metode USG (Urgent, Seriousness, and Growth).
 Urgensi, yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak masalah
tersebut diselesaikan.
 Seriousness atau tingkat keseriusan dari masalah, yakni dengan melihat dampak
masalah tersebut terhadap produktivitas kerja.
 Growth atau tingkat perkembangan masalah yakni apakah masalah tersebut
berkembang sedemikian rupa sehingga sulit untuk dicegah.

Hasil identifikasi menggunakan Metode USG menunjukkan bahwa isu strategis


“kualitas rencana kerja tahunan belum optimal” merupakan yang prioritas
untuk ditangani. Hal ini dengan pertimbangan sebagai berikut:
 Urgent, terjadi tiap tahun, saat ini sedang disusun untuk TA 2021.
 Seriousness, mempengaruhi kinerja anggaran Ditjen SDA (revisi yang terus
meningkat). Menteri Keuangan, sebagaimana diberitakan pada KumparanBisnis
pada 21 Februari 2018 mengatakan banyaknya revisi anggaran dari beberapa
K/L menunjukkan ketidakseriusan dalam mengelola anggaran. Padahal UU
Nomor 17 tahun 2003 sudah mengamanatkan bahwa keuangan negara harus
dikelola secara tertib, taat kepada peraturan perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. APBN merupakan wujud
pengelolaan negara yang ditetapkan tiap tahun dengan undang-undang.
Revisi anggaran di Direktorat Jenderal SDA menunjukkan gejala yang terus
meningkat, dari tahun 2015 hingga tahun 2019. Hal ini perlu menjadi perhatian,
agar Direktorat Jenderal SDA tidak dituduh lekukan pengelolaan anggaran yang
buruk.
 Growth, jika tidak ditangani, kinerja anggaran Ditjen SDA menurun

Gambar 2 Tren Revisi Anggaran Direktorat Jenderal SDA 2015-2019

Tabel 1 Identifikasi Isu Strategis Prioritas Ditangani Menggunakan Metode USG

Skala kriteria = 1 - 5
C. ANALISA MASALAH
1. Identifikasi Penyebab Masalah
Untuk mengidentifikasi penyebab masalah digunakan metode Pohon Masalah.
Analisis pohon masalah dilakukan dengan membentuk pola pikir yang lebih terstruktur
mengenai komponen sebab akibat yang berkaitan dengan masalah yang telah
diprioritaskan. Diidentifikasi bahwa penyebab masalah “kualitas rencana kerja
tahunan belum optimal” ada 3 (tiga) hal, yaitu:
a. Tidak dilakukan evaluasi kelayakan program
b. Kebijakan program pembangunan infrastruktur SDA berubah sesuai kebutuhan
c. Kesiapan program yang diusulkan BBWS/BWS belum optimal

Kembali, dengan menggunakan metode USG, dari 3 (tiga) penyebab tersebut, “tidak
dilakukan evaluasi kelayakan program” menjadi penyebab utama masalah “kualitas
rencana kerja tahunan belum optimal”. Hal ini dengan pertimbangan bahwa penyebab
berupa “kebijakan program pembangunan infrastruktur SDA berubah sesuai kebutuhan”
tidak menjadi rentang kendali Peserta sesuai dengan jabatan, tugas dan fungsinya.
Sementara, untuk penyebab “kesiapan program yang diusulkan BBWS/BWS belum
optimal”, dinilai masih memiliki urgensi dan tingkat perkembangan yang lebih rendah
daripada penyebab “tidak dilakukan evaluasi kelayakan program”.

Tabel 2 Identifikasi Penyebab Utama Menggunakan Metode USG

Lebih lanjut, penyebab tersebut diidentifikasi kembali penyebabnya, dan diperoleh


bahwa penyebab “tidak dilakukan evaluasi kelayakan program” adalah “belum ada tata
cara penentuan prioritas program”. Sehingga pernyataan masalahnya menjadi:
Kualitas rencana kerja tahunan belum optimal karena belum ada
tata cara penentuan prioritas program

Saat ini, penentuan prioritas belum dilakukan dengan pedoman atau tata cara tertentu.
Indikator yang digunakan juga masih makro, seperti:
 Agenda prioritas nasional, sesuai RPJMN
 Program prioritas Rencana Strategis (Renstra)
 Direktif Presiden
 Hasil kunjungan kerja DPR RI
 Tindak lanjut arahan Menteri PUPR
Dengan adanya Peraturan Menteri PPN/Ka. Bappenas Nomor 13 tahun 2018 tentang
Tata Cara Pengelolaan Proyek Prioritas, maka penetapan program prioritas
nasional harus didasarkan pada evaluasi kelayakan. Kriteria kelayakan yang
diatur antara lain meliputi: relevanasi dengan RPJMN dan sasaran prioritas nasional,
memenuhi kriteria HITS (holistik, integrated, tematik, dan spasial) serta sesuai hasil
paruh waktu evaluasi RPJMN apda pelaksanaan pembangunan tahun berikutnya.

Gambar 3 Identifikasi Penyebab Masalah Menggunakan Pohon Masalah

2. Analisis Alternatif Strategi Penanganan Masalah


Untuk menganalisis alternatif strategi penanganan masalah digunakan Metode SWOT.
SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman
(threats) dalam suatu proyek. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara
menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya,
kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, di mana aplikasinya adalah
bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari
peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses)
yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada,
selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats)
yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses)
yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah
ancaman baru.1
Kekuatan dan kelemahan dipahami sebagai faktor internal organisasi yang dapat
menjadi potensi dan kelemahan, sedangkan peluang dan tantangan dipahami sebagai

1
https://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_SWOT
faktor eksternal organisasi, yang dapat datang dari lingkungan strategis organisasi.
Organisasi yang menjadi lingkup disini adalah unit kerja (Eselon II).
a. Kekuatan organisasi :
 Adanya komitmen yang kuat dari pimpinan untuk melakukan perbaikan
pemrograman
 Sudah ada E-Programming sebagai platform perencanaan dan
pemrograman di Ditjen SDA
 SDM pemrograman kompeten
b. Kelemahan organisasi :
 Evaluasi prioritas sudah dilakukan tapi tidak terdokumentasi
 Anggaran negara terbatas, sementara target banyak
c. Peluang organisasi :
 Indikator kinerja infrastruktur SDA tercantum pada RPJM
 Kebijakan pemrograman nasional tahunan ditentukan pada Sidang Kabinet
d. Tantangan organisasi :
 Belum semua BBWS/BWS menyusun Renstra
 Belum semua program yang diusulkan mengacu pada pola dan rencana
pengelolaan SDA
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, dilakukan analisis dengan Metode SWOT dan
diperoleh 5 (lima) alternatif strategi, yaitu:
 Menyusun tata cara penentuan prioritas program terintegrasi dengan E-
Programming (S-O)
 Menyusun tata cara penyusunan Renstra untuk BBWS/BWS (S-T)
 Mengintegrasikan pola dan rencana pengelolaan SDA pada E-Programming (S-T)
 Indikator kinerja pada RPJMN dan kebijakan pemrograman tahunan dapat
digunakan untuk menentukan prioritas program (W-O)
 Pola dan rencana pengelolaan SDA menjadi salah satu bagian tata cara penentuan
prioritas program (W-T)
Dari kelima alternatif tersebut, dipilih strategi yang paling mendukung penyelesaian
masalah, yaitu “Menyusun tata cara penentuan prioritas program yang
terintegrasi dengan E-Programming”. Hal ini nantinya akan didukung oleh
alternatif strategi “pola dan rencana pengelolaan SDA menjadi salah satu bagian tata
cara penentuan prioritas program.”
Tabel 3 Memilih Alternatif Strategi Penanganan Masalah

Gambar 4 Analisis Alternatif Strategi Penanganan Masalah Menggunakan Metode SWOT


D. STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH
1. Terobosan / Inovasi
Inovasi adalah merupakan upaya mengubah ide kreatif menjadi produk atau metode
kerja. Pada inovasi harus mengandung unsur kebaharuan, bermanfaatan,
berkelanjutan, mudah dievaluasi, serta dapat kompatibel dengan
sistem/metode lain. Inovasi dapat berupa program, gerakan, metode, atau
strategi.
Pada Aksi Perubahan ini, masalah prioritas yang dipilih untuk ditangani adalah “belum
ada tata cara penentuan prioritas program, yang menyebabkan kualitas rencana kerja
tahunan menjadi belum optimal.” Untuk mengatasi masalah tersebut, alternatif strategi
penanganan yang akan dilaksanakan adalah menyusun tata cara penentuan
prioritas program yang terintegrasi dengan E-Programming. Terobosan yang
diusulkan disini adalah bahwa tata cara yang disusun terintergrasi dengan sebuah
sistem (platform) perencanaan dan pemrograman Direktorat Jenderal SDA sehingga
menjadi satu kesatuan sistem.
Inovasi ini mengandung unsur kebaharuan, karena hingga kini belum ada di
Direktorat Jenderal SDA. Tata cara yang digunakan selama ini masih manual pada
spreadsheet, itupun tidak dengan tertib dilakukan untuk seluruh program yang
diusulkan. Inovasi juga mengandung unsur kebermanfaatan, karena akan
digunakan untuk mengevaluasi dan menentukan program mana yang diprioritaskan,
sehingga pemanfaatan anggaran menjadi lebih tepat sasaran. Inovasi ini juga
mengandung unsur keberlanjutan karena tidak hanya digunakan pada jangka
pendek, namun juga dapat digunakan untuk tahun-tahun selanjutnya, dalam
penyusunan rancangan APBN Direktorat Jenderal SDA. Inovasi mengandung unsur
mudah dievaluasi, karena tata cara ini akan berlaku di internal Direktorat Jenderal
SDA, sehingga evaluasi masih dalam rentang kendali tugas dan fungsi. Dan yang
terakhir, inovasi ini mengandung unsur kompatibel dengan metode lain, karena
inovasi ini tetap sejalan dengan sistem perencanaan pembangunan nasional
sebagaimana diamanatkan oleh UU Nomor 25 tahun 2004 dan Sinkronisasi Proses
Perencanaan Dan Penganggaran Pembangunan Nasional sebagaimana diamanatkan PP
Nomor 17 tahun 2017, sebagai pengaturan lebih lanjut di lingkungan Direktorat Jenderal
SDA. Inovasi ini juga sesuai dengan nilai-nilai organisasi yang dianut di lingkungan
Kementerian PUPR, yaitu I-Prove, karena menunjukkan integritas, profesional,
berorientasi pada misi, visioner, serta etika Ahklakul Karimah.
Secara garis besar, tata cara akan mencakup kriteria yang digunakan untuk menentukan
prioritas program. Kriteria akan mengacu pada banyak hal, termasuk indikator kinerja
yang diamanatkan pada RPJMN 2020-2024 serta kriteria proyek prioritas sebagaimana
diamanatkan pada Permen PPN/Ka. Bappenas Nomor 13 tahun 2018.
1. Kriteria Kewenangan berdasarkan peraturan perundang-undangan
2. Kriteria Kesesuaian dengan Dokumen Perencanaan : pola, rencana, RTRW,
Renstra
3. Kriteria Kesesuaian dengan Prioritas Nasional, major project, PN-PP-KP
4. Kriteria Kesiapan Teknis, FS, desain, dokling, dll
5. Kriteria Dukungan Proyek, RAN Tematik, Pasca Bencana, program kerakyaktan,
dll

Saat Ini

Kriteria terpisah-pisah, belum mencakup semua unsur


Masih menggunakan spreadsheet terpisah dari sistem
pengusulan program di E-programming

Ada kriteria makro dari Permen


PPN/Ka. Bappenas Nomor 13/2018

Terobosan yang akan dilakukan

2. Kondisi yang Diharapkan


Dengan inovasi tersebut, diharapkan:
 Penentuan prioritas program yang semula dilakukan dan tidak terdokumentasi,
menjadi terdokumentasi dengan baik, rapi, dan terstruktur.
 Dokumentasi tersebut terintegrasi pada platform E-Programming
Sehingga rencana kerja tahunan yang disusun menjadi efektif, efisien, akuntabel,
transparan dan kinerja pemrograman dan penganggaran Ditjen SDA yang akuntabel.
Pada jangka panjang, pemanfaatan anggaran negara yang tertib, efektif, efisien,
transparan, akuntabel

Gambar 5 Kondisi Saat Ini, Terobosan, dan Kondisi yang Diharapkan

3. Tahapan Kegiatan
Untuk melaksanakan inovasi tersebut, tahapan kegiatan akan dibagi menjadi 3 (tiga),
yaitu:
a. Jangka pendek, dilakukan pada kurun waktu off-campus (2 bulan), meliputi:
 Persiapan : membentuk tim kerja dan melaksanakan rapat efektif.
 Merumuskan tata cara penentuan prioritas program : mengidentifikasi
kriteria prioritas yang sudah digunakan, melakukan diskusi awal dengan
pihak terkait, merumuskan rancangan tata cara penentuan prioritas
program, serta melaksanakan diskusi untuk mendapatkan feedback dari
pihak terkait.
 Menetapkan tata cara penentuan prioritas program : menyampaikan
rancangan tata cara penentuan prioritas program ke Setditjen cq. Bagian
Hukum; membahas dengan Bagian Hukum, memproses penetapan tata cara
penentuan prioritas program, lalu menyampaikan hasil penetapan tersebut
kepada pihak-pihak terkait.
 Integrasi tata cara penentuan prioritas program dengan sistem E-
Programming : melakukan diskusi rancangan integrasi, melaksanakan
integrasi, dan menyusun pedoman penggunaan tata cara penentuan
prioritas program pada E-Programming.
Output (keluaran) dari kegiatan jangka pendek ini meliputi: tata cara penentuan
prioritas program, integrasi tata cara penentuan prioritas program dengan E-
Programming, serta pedoman penggunaan tata cara penentuan prioritas program.
b. Jangka menengah, dilakukan hingga akhir tahun anggaran (3-12 bulan),
meliputi: pemanfaatan tata cara penentuan prioritas program dalam penyusunan
rancangan APBN TA 2021.
c. Jangka panjang, dilakuan 1-2 tahun, meliputi: pemanfaatan tata cara
penentuan prioritas program dalam penyusunan rancangan APBN TA 2022 dan
penentuan prioritas program jangka menengah Direktorat Jenderal SDA

Tabel 4 Tahapan Kegiatan Jangka Pendek


Tabel 5 Tahapan Kegiatan Jangka Menengah dan Panjang

4. Sumber Daya
o Tim Kerja
Untuk melaksanakan serangkaian kegiatan tersebut, perlu dibentuk sebuah Tim Kerja.
Tim ini dibagi atas tim materi dan tim digital, didukung oleh beberapa narasumber. Tim
materi meliputi seluruh kasi dan staf di lingkungan Sub Direktorat Perencanaan SDA,
sedangkan tim digital akan melibatkan Sub Direktorat Sistem Informasi dan Data SDA
(SISDA) sebagai pengelola sistem E-Programming.
Untuk narasumber, akan dilibatkan pejabat/staf kompeten pada subdit/bidang
perencanaan pada masing-masing Direktorat/Pusat di lingkungan Direktorat Jenderal
SDA, Direktorat Pengairan dan Irigasi Bappenas, Pusat Pemrograman dan Evaluasi
Keterpaduan Infrastruktur PUPR, serta Biro Perencanaan Anggaran dan KLN
Kementerian PUPR.

Gambar 6 Tim Kerja


o Mekanisme Kerja
Aksi Perubahan dilaksanakan pada masa pandemik CoronaVirus yang membatasi ruang
gerak untuk berkomunikasi dan berkoordinasi secara langsung. Menindaklanjuti Surat
Edaran Menteri PUPR Nomor 06/SE/M/2020, maka mekanisme kerja dalam
mengimplementasikan Aksi Perubahan direncanakan sebagai berikut:
 Berkomunikasi dan berdiskusi (zoom meeting, Whatsapp Group, dll)
 Untuk mendapatkan masukan dari narasumber, akan digunakan google form
 Work from Home didukung oleh TeamViewer, akses server dikantor dari rumah

o Jejaring Kerja
Aksi Perubahan juga akan memanfaatkan jejaring kerja yang sudah dibentuk selama ini.
Jejaring kerja dapat dibagi atas:
 Jejaring di internal Direktorat Jenderal SDA, meliputi seluruh Administrator dan
Pengawas di lingkungan Dit. Pengembangan Jaringan SDA serta Administrator dan
Pengawas bidang perencanaan pada Direktorat/Pusat lainnya.
 Jejaring di internal Kementerian PUPR, meliputi Administrator dan Pengawas terkait
perencanaan dan pemrograman di Biro Perencanaan Anggaran dan KLN serta Pusat
Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR.
 Jejaring di luar Kementerian PUPR, meliputi Dit. Pengairan dan Irigasi Bappenas.

5. Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola
ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia
termasuk penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi
risiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Manajemen
risiko pada Rancangan Aksi Perubahan ini dilakukan pada tiap tahapan kegiatan yang
akan dilaksanakan pada jangka pendek. Risiko utama yang potensial dihadapi pada
kurun waktu 2 (dua) bulan ke depan adalah masih diberlakukannya kebijakan Working
From Home (WFH) akibat pandemik CoronaVirus. Sesuai dengan SE Menteri PUPR
Nomor 06/SE/M/2020, kegiatan rapat dan pretemuan tatap muka digantikan dengan
memanfaatkan teknologi distance communication. Hal ini mungkin akan berisiko
menurunkan kualitas komunikasi dan koordinasi : kendala teknis (jaringan daring yang
sibuk, ketidakpahaman penggunaan sistem, dll), kendala pemahaman substansi karena
keterbatasan waktu dan ruang untuk menjelaskan, serta kendala lainnya yang mungkin
akan menghambat pencapaian output.
Terhadap hal tersebut maka perlu dimitigasi dengan beberapa upaya, seperti:
 Pertemuan menggunakan fasilitas rapat dalam jaringan (online).
 Membuat catatan bersama, poin-poin yang akan ditindaklanjuti dan didistribusikan
kembali ke seluruh pihak terkait.
 Memanfaatkan googleform atau media lainnya untuk mendapatkan
feedback/masukan.
 Melakukan komunikasi efektif, baik melalui telepon, media sosial, atau
teleconference untuk berkoordinasi, berdiskusi, dll
Tabel 6 Manajemen Risiko
DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2017 tentang Sinkronisasi Proses Perencanaan Dan
Penganggaran Pembangunan Nasional

Peraturan Menteri PPN/Ka. Bappenas Nomor 13 tahun 2018 tentang Tata Cara Pengelolaan
Proyek Prioritas

Peraturan Menteri PUPR Nomor 03/PRT/M/2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Surat Edaran Menteri PUPR Nomor 06/PRT/M/2020 tentang Penanganan Penyebaran Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19) di Kementerian PUPR

LAN. (2020). Modul Pelatihan Kepemimipinan Administrator. Jakarta: Lembaga Administrasi


Negara.

https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_risiko

https://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_SWOT

Anda mungkin juga menyukai