Kesehatan Neonatal Esensial, 2017, Katalog Dalam Terbitan, Kementerian kesehatan RI Jakarta. 2. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/295/2018 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tindakan Resusitasi, Stabilisasi, dan Trasnpor Bayi Berat Lahir Rendah. 3. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/214/2019 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Asfiksia.
5. Prosedur/ A. PERSIAPAN RESUSITASI
Langkah -Langkah 1. Informed Consent dan komunikasi 2. Menyusun tim. 3. Pengenalan faktor risiko ibu dan bayi baru lahir. 4. Menyiapkan alat dan memastikannya berfungsi dengan baik. 5. Mengetahui indikasi melakukan resusitasi (langkah awal).
B. RESUSITASI PADA BAYI BARU LAHIR
1. Penilaian awal (bernapas, menangis, tonus otot) jika
salah satu jawaban tidak, maka bayi perlu tindakan resusitasi. 2. Melakukan langkah awal a.Memastikan bayi tetap hangat (meletakan bayi baru lahir di bawah penghangat dengan pemancar panas dan membungkus badan, kepala bayi, bagian yang terlihat dada dan wajah bayi) b. Mengatur posisi c.Membersihkan jalan napas d. Mengeringkan sambil merangsang taktil atau menyentil ujung jari kaki, mengganti kain basah. e.Reposisi kepala (memposisikan kembali jalan napas). 3. Melakukan evaluasi (usaha napas, laju denyut jantung dan tonus otot) 4. Membuat keputusan untuk langkah selanjutnya. 5. Mengetahui indikasi melakukan ventilasi tekanan positif. a.Jika bayi baru lahir tidak bernapas/megap-megap atau layu denyut jantung <100 kali/menit, maka lakukan ventilasi tekanan positif (VTP), pasang sensor pulse oximetry di tangan kanan (saturasi oksigen). b. Jika bayi baru lahir bernapas spontan dan denyut jantung>100 kali/menit, tetapi ada distres respirasi (takipnea, tarikan dinding dada, merintih), maka lakukan persiapan rujukan. 6. Jika langkah 5 merupakan kondisi seperti yang disebut pada poin a, maka melakukan VTP dengan balon sungkup + katup PEEP: a.Menentukan ukuran sungkup yang sesuai b. Memastikan jalan napas terbuka. c.Melekatkan sungkup dengan benar. d. Melakukan VTP e.Melakukan koreksi jika dada tidak mengembang. f. Melakukan VTP dengan frekuensi 20-30 kali per 30 detik. 7. Melakukan evaluasi awal (first assessment) VTP dengan memeriksa usaha napas, denyut jantung, dan saturasi oksigen. 8. Membuat keputusan langkah berikutnya: a.Bila laju jantung naik, dada mengembang (VTP efektif), maka lanjutkan VTP 15 detik. b. Bila laju jantung naik, dada mengembang , maka dilanjutkan VTP 15 detik. c.Bila laju jantung tidak naik, dada tidak mengembang, maka lakukan eveluasi SR IBTA (Sungkup, Reposisi, Isap, Buka mulut, Tekanan dinaikkan, Alternatif jalan napas) sampai dada mengembang, lanjutkan VTP ini sampai 30 detik. 9. Melakukan eveluasi kedua (second assessment) VTP. 10. Membuat kep[utusan langkah berikutnya: a.Bila laju jantung ≥100 kali/menit: pertimbangkan suplementasi oksigen, pemantauan SPO2, melakukan perawatan observasi. b. Bila laju jantung 60-99 kali/menit: evaluasi ventilasi, melakukan persiapan rujukan.
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu