Anda di halaman 1dari 4

PENATALAKSANAAN ASFIKSIA

BAYI BARU LAHIR


SOP No. Dokumen:

35/SOP/K- GM/V/2023

No. Revisi: 00

Tanggal Terbit: 01 Juli


2023
Halaman: 1 dari 2

Klinik Graha Mitra ttd Dr. Muhammad


Sobari
1. Pengertian Suatu intervensi tindakan yang dilakukan untuk
membantu bayi baru lahir yang mengalami kegagalan
bernapas spontan dan teratur

2. Tujuan Membantu bayi baru lahir yang mengalami kegagalan


bernapas spontan dan teratur agar bernapas dengan baik.

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Klinik Graha Mitra


No.371/SK/KGM/V/2023 tentang SOP
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal

4. Referensi 1. Direktorat Kesehatan Masyarakat, Pelayanan


Kesehatan Neonatal Esensial, 2017, Katalog Dalam
Terbitan, Kementerian kesehatan RI Jakarta.
2. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor
HK.01.07/MENKES/295/2018 tentang Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana
Tindakan Resusitasi, Stabilisasi, dan Trasnpor Bayi
Berat Lahir Rendah.
3. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor
HK.01.07/MENKES/214/2019 tentang Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Asfiksia.

5. Prosedur/ A. PERSIAPAN RESUSITASI


Langkah
-Langkah
1. Informed Consent dan komunikasi
2. Menyusun tim.
3. Pengenalan faktor risiko ibu dan bayi baru lahir.
4. Menyiapkan alat dan memastikannya berfungsi dengan
baik.
5. Mengetahui indikasi melakukan resusitasi (langkah
awal).

B. RESUSITASI PADA BAYI BARU LAHIR

1. Penilaian awal (bernapas, menangis, tonus otot) jika


salah satu jawaban tidak, maka bayi perlu tindakan
resusitasi.
2. Melakukan langkah awal
a.Memastikan bayi tetap hangat (meletakan bayi
baru lahir di bawah penghangat dengan pemancar
panas dan membungkus badan, kepala bayi,
bagian yang terlihat dada dan wajah bayi)
b. Mengatur posisi
c.Membersihkan jalan napas
d. Mengeringkan sambil merangsang taktil atau
menyentil ujung jari kaki, mengganti kain basah.
e.Reposisi kepala (memposisikan kembali jalan
napas).
3. Melakukan evaluasi (usaha napas, laju denyut
jantung dan tonus otot)
4. Membuat keputusan untuk langkah selanjutnya.
5. Mengetahui indikasi melakukan ventilasi tekanan
positif.
a.Jika bayi baru lahir tidak bernapas/megap-megap
atau layu denyut jantung <100 kali/menit, maka
lakukan ventilasi tekanan positif (VTP), pasang
sensor pulse oximetry di tangan kanan (saturasi
oksigen).
b. Jika bayi baru lahir bernapas spontan dan denyut
jantung>100 kali/menit, tetapi ada distres
respirasi (takipnea, tarikan dinding dada,
merintih), maka lakukan persiapan rujukan.
6. Jika langkah 5 merupakan kondisi seperti yang
disebut pada poin a, maka melakukan VTP dengan
balon sungkup + katup PEEP:
a.Menentukan ukuran sungkup yang sesuai
b. Memastikan jalan napas terbuka.
c.Melekatkan sungkup dengan benar.
d. Melakukan VTP
e.Melakukan koreksi jika dada tidak mengembang.
f. Melakukan VTP dengan frekuensi 20-30 kali per 30
detik.
7. Melakukan evaluasi awal (first assessment) VTP
dengan memeriksa usaha napas, denyut jantung,
dan saturasi oksigen.
8. Membuat keputusan langkah berikutnya:
a.Bila laju jantung naik, dada mengembang (VTP
efektif), maka lanjutkan VTP 15 detik.
b. Bila laju jantung naik, dada mengembang , maka
dilanjutkan VTP 15 detik.
c.Bila laju jantung tidak naik, dada tidak
mengembang, maka lakukan eveluasi SR IBTA
(Sungkup, Reposisi, Isap, Buka mulut, Tekanan
dinaikkan, Alternatif jalan napas) sampai dada
mengembang, lanjutkan VTP ini sampai 30 detik.
9. Melakukan eveluasi kedua (second assessment) VTP.
10. Membuat kep[utusan langkah berikutnya:
a.Bila laju jantung ≥100 kali/menit: pertimbangkan
suplementasi oksigen, pemantauan SPO2,
melakukan perawatan observasi.
b. Bila laju jantung 60-99 kali/menit: evaluasi
ventilasi, melakukan persiapan rujukan.

Anda mungkin juga menyukai