Anda di halaman 1dari 2

Perilaku yang Menunjukkan Akhlak Buruk

Oleh: -M. Fastabiqul Khaer_20210110248


-Ratna Febriani_20210110265
-Muhammad yadzka fathurrizqi_20210110241

Cepatnya arus globalisasi, seiring dengan meningkatnya kemajuan teknologi yang


memberikan nilai tambah dengan mudahnya mengakses segala informasi, penggunaan sarana
akan berdampak pada perilaku masyarakat yang lambat laun mulai mengakibatkan perubahan
di lingkungan pergaulan remaja. Ketika terjadi perubahan dengan cepat, salah satu kelompok
yang rentan untuk ikut terbawa arus adalah para remaja. Dalam perspektif psikologi
perkembangan, masa remaja memang masa yang berbahaya, karena pada masa ini seorang
mengalami masa transisi atau peralihan dari masa kehidupan anak-anak menuju kedewasaan
yang sering ditandai dengan krisis kepribadian. Ada banyak bentuk penyimpangan perilaku
dikalangan remaja, seperti perkelahian, kejahatan seksual, menjambret, merampok,
menyamun dan membegal, dan sebagainya.
Secara umum perilaku menyimpang dapat diartikan sebagai tingkah laku yang
melanggar atau bertentangan dengan aturan normatif dan pengertian normatif maupun dari
harapan-harapan lingkungan sosial yang bersangkutan. Penyimpangan dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder.
Penyimpangan primer adalah suatu bentuk perilaku menyimpang yang bersifat sementara dan
tidak dilakukan terus-menerus sehingga masih dapat ditolerir masyarakat seperti melanggar
lalu lintas, buang sampah sembarangan, dll. Sedangkan penyimpangan sekunder yakni
perilaku menyimpang yang tidak mendapat toleransi dari masyarakat dan umumnya
dilakukan berulang kali seperti merampok, menjambret, memakai narkoba, menjadi pelacur,
tawuran dan lain-lain.
Sebagai contoh, kasus dari penyimpangan remaja atau yang kerap kali disebut sebagai
kenakalan remaja ini banyak terjadi pada remaja di Boepinang. Boepinang sendiri merupakan
satu kelurahan yang masuk dalam wilayah kecamatan Poleang, kabupaten Bombaana.
Mayoritas warganya adalah suku Bugis dan beragama Islam dengan mata pencaharian adalah
berdagang mengingat kelurahan Boepianang adalah sentral perekonomian untuk wilayah
Poleang khususnya.
Bentuk penyimpangan remaja yang sering terjadi di daerah ini adalah mencuri,
berkelahi, berjudi, membaca buku atau menonton video pornografi, dan minum-minuman
keras hingga mabuk-mabukan. Tingkat pendidikan mayoritas penduduk daerah setempat
adalah tamatan SMP dan tidak ada yang tamat perguruan tinggi. i. Kondisi semacam inilah
memicu mereka untuk berbuat yang menyimpang karena mereka tidak dibekali dengan ilmu
pengetahuan yang cukup sehingga tidak mengetahui bahaya dari perilaku menyimpang itu.
Sebenarnya ada banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya perilaku
menyimpang pada remaja pada masayarakat Boepinang, Bombaana. Yang pertama adalah
Hobi dan kegemaran yang tak tersalurkan dengan baik. Hobi yang baik adalah bekal penting
bagi seorang remaja agar aktivitasnya terus berjalan secara produktif, namun apabila
terhambat maka hal ini menyebabkan para remaja membuat sensasi baru untuk kehidupan
mereka dengan melakukan suatu hal yang dipandang tidak biasa di masyarakat. Lalu faktor
yang membuat hobi itu tidak tersalurkan dengan baik adalah kurangnya fasilitas yang
memadai.
Faktor yang kedua adalah pemahaman tata nilai dan norma yang sangat minim. Hal
ini berakibat rentannya melakukan pelangaran dan menyalahi aturan-aturan dan tata nilai
tersebut. Faktor yang ketiga adalah pengaruh kondisi keluarga. Seharusnya keluarga menjadi
yang pertama, karena anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah. Kesibukan
kedua orang tua dalam bekerja merupakan penyebab mereka tidak dapat memberikan kasih
sayang yang lebih kepada anak-anaknya. Pada umumnya kedua orang tu remaja di kelurahan
tersebut sama-sama bekerja guna memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga orang tua tidak
mampu mengontrol dan memberikan kasih sayang yang cukup kepada anak-anaknya. Namun
kehadiran kedua orang tua secara lengkap bukan jaminan terjadi harmonisasi dalam keluarga.
Keharmonisan rumah tangga yang hancur juga mengakibatkan remaja tidak bisa mempelajari
perilaku yang baik.
Faktor yang keempat adalah sikap dan kebiasaan orang tua. Kebiasaan orang tau yang
buruk, yang terkadang tidak disadari oleh orang tua itu sendiri mengakibatkan para remaja
cenderung mengikutinya. Daripada mengikuti hal-hal yang baik, para remaja lebih mudah
mengikuti perilaku buruk orang tua. Faktor yang kelima adalah pengaruh kondisi sosial dan
ekonomi. Pendapatan orang tau yang rendah dan tidak memuaskan, membuat seorang remaja
nekat melkuakan hal yang tidak wajar seperti mencuri dan berkelahi. Faktor yang keenam
adalah pengaruh teman sepermainan. Pergaulan yang bebas dan tak terkendali membuat para
remaja mudah melkukan pelanggaran, apalagi jika remaja itu tidak dapat menyeleksi teman-
teman yang baik.
Faktor yang terakhir adalah waktu luang yang tidak digunakan secara efektif. Remaja
yang tidak disibukkan dengan egiatan belajar, ataupun kegiatan produktif lainnya cenderung
melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat. Hal itu terjadi karena rasa penasaran para remaja
yang sangat tinggi terhadap hal-hal baru.

Sebagai seorang yang sudah bisa membedakan baik dan buruk, menurut kami
kenakalan remaja ini dapat dihilangkan dengan kesadaran diri masing-masing. Selama ini
banyak orang yang mengetahui berbagai hal tentang pelanggaran ataupun perilaku buruk,
mengetahui betapa merugikannya hal itu namun tetap tidak luput dari tindakan yang termasuk
pelanggaran. Hal itu dikarenakan kesadaran pribadi yang kurang untuk menjaga perilaku baik
dan menjauhi perilaku yang buruk. Oleh karena itu kami memberikan solusi bahwa sebaiknya
sebelum mengajarkan pada remaja tentang perilaku baik maupun buruk, remaja perlu diberi
bekal tentang pentingnya kesadaran untuk menaati sebuah peraturan dan berperilaku yang
baik.

Anda mungkin juga menyukai