Anda di halaman 1dari 175

Pemateri :

Andy Hidayat Jatmika


Jaringan Komputer
D18KB207

Routing
Teknik Informatika
Fakultas Teknik
Universitas Mataram
Apa yang dipelajari?
• Konsep Routing
• Router
• Default Gateway
• Tabel Routing
• Prinsip kerja Router
• Static Routing
• Dynamic Routing
• Algoritma Dynamic Routing : Distance Vector, Link State, Hybrid
• Protokol-protokol Routing

2
Konsep Routing
• Fungsi utama dari layer network adalah pengalamatan dan routing.

• Routing merupakan fungsi yang bertanggung jawab membawa data


melewati sekumpulan jaringan dengan cara memilih jalur terbaik
untuk dilewati data.

• Tugas Routing akan dilakukan device jaringan yang disebut sebagai


Router.

3
Router
• Router merupakan perangkat jaringan yang bertugas atau difungsikan
menghubungkan dua jaringan atau lebih.

• Tugas Router mem-forward data menggunakan routing protokol


(Algoritma Routing).

4
Router

Tiga buah jaringan yang dihubungkan dengan sebuah router

5
Mengenal Router Cisco
• Seperti halnya Switch, Cisco juga mengeluarkan beberapa seri Router.
• Semakin tinggi serinya semakin lengkap dan canggih fitur-fiturnya.
• Switch dan Router memiliki banyak persamaan.
 Sama-sama memiliki RAM, ROM, NVRAM, Flash, dan CPU.
• Router juga dapat dioperasikan via CLI (Command Line Interface).
• Router menggunakan sistem operasi IOS.
• Router tidak menyediakan banyak port Ethernet.
• Router telah menyediakan beberapa protokol routing yang tidak dimiliki
oleh switch.

6
Salah satu contoh Router Cisco

7
Default Gateway
• Supaya Router bisa meneruskan data,
komputer yang ada pada jaringan
tersebut harus menugaskan router untuk
meneruskan data.

• Penugasan dilakukan dengan cara setting


komputer default gateway ke router.

• Jika kita tidak setting default gateway


maka bisa dipastikan LAN tersebut tidak
bisa terkoneksi dengan jaringan lainnya.

8
Tabel Routing
• Sebuah Router mempelajari informasi routing darimana sumber
(source) dan tujuannya (destination) yang kemudian ditempatkan
pada tabel routing.
• Router akan berpatokan pada tabel ini, untuk memberitahu port yang
akan digunakan untuk meneruskan paket ke alamat tujuan.
• Tabel Routing pada umumnya berisi informasi tentang:
1. Alamat Network Tujuan
2. Interface Router yang terdekat dengan network tujuan
3. Metric, yaitu sebuah nilai yang menunjukkan jarak untuk mencapai network
tujuan
9
Tabel Routing

10
Prinsip Kerja Router
• Router bekerja berdasarkan tabel routing.
• Tabel routing berisi informasi tentang semua jaringan
yang ada, forward data didasarkan pada tabel routing.
• Paket dari komputer berjalan hop demi hop (langkah
demi langkah) melewati semua jaringan sampai ke
tempat tujuan.
• Pada setiap hop, sebuah router meneruskan paket
menuju tujuan.
• Router-lah yang harus memutuskan paket ini harus
melewati router mana saja dengan menggunakan
tabel routing, yang merupakan sekumpulan aturan
yang memberitahu router mengenai hop berikutnya
untuk melanjutkan paket sampai ke tujuan.

11
Prinsip Kerja Router
• Router0 ketika baru menyala hanya mengetahui jaringan 192.168.1.0/24 dan 192.168.2.0/24.
• Maka perlu ditambahkan dua entrian supaya kenal jaringan 10.1.1.0/24 dan 10.1.2.0/24 karena
kedua jaringan tidak terkoneksi secara langsung dengan Router0.

Tabel Routing Router0 :

 Untuk menjangkau 10.1.1.0/24 data diteruskan ke gateway router tetangganya (192.168.2.2)


 Untuk menjangkau 10.1.2.0/24 data diteruskan ke gateway router tetangganya (192.168.2.2)

12
Cara Membangun Tabel Routing
• Dua cara membangun tabel Routing :
• Static Routing
o Tabel Routing dibangun berdasarkan definisi dari administrator jaringan.
o Entri suatu rute yang dilakukan oleh seorang administrator untuk mengatur jalur dari
sebuah paket data.
o Entri tabel routing dilakukan dengan program yang terdapat pada perangkat router.
o Administrator harus cermat, satu saja tabel routing salah maka jaringan tidak terkoneksi.

• Dynamic Routing
o Secara otomatis router menentukan jalur routingnya, dengan cara bertukar informasi
antar router menggunakan protokol routing.
o Algoritma dynamic routing :
• Distance Vector
• Link State
• Hybrid 13
Algoritma Distance Vector
• Tiap router pada jaringan memiliki informasi jalur mana yang terpendek
untuk menghubungi segmen berikutnya.
• Antar router akan saling mengirimkan informasi distance vector, dan
akhirnya jalur yang lebih pendek akan lebih sering dipilih untuk menjadi
jalur menuju ke host tujuan.
• Cocok untuk network skala kecil, karena jumlah router terbatas.
• Contoh protokol routing yang menggunakan algoritma ini : RIP, RIPng,
RIPv2, IGRP, NHRP
14
Algoritma Link State
• Routing ini menggunakan teknik link state.
• Tiap router akan mencari informasi tentang bandwidth, roundtrip dan
sebagainya.
• Kemudian antar router akan saling menukar informasi, nilai yang paling
efisien yang akan diambil sebagai jalur dan di-entri ke dalam table routing.
• Cocok untuk network skala besar yang memiliki banyak router.
• Contoh protokol yang menggunakan algoritma link state : OSPF, IDRP, IS-IS.

15
Algoritma Link State
• Router memilih jalur yang terpendek dengan cara melihat besarnya
bandwidth.

Link State memilih menempuh Router0-Router2-Router3


16
Algoritma Hybrid
• Merupakan gabungan dari Distance Vector dan Link State routing.

• Contoh protokol yang menggunakan algoritma ini adalah EIGRP.

17
Protokol Routing
• Protokol Routing digunakan oleh router-router untuk memelihara
atau meng-update isi tabel routing.
• Sebuah protokol routing menentukan jalur (path) yang dilalui oleh
sebuah paket melalui sebuah internetwork.
• Contoh protokol routing :
1. Routing Information Protocol (RIP)
2. Open Shortest Path First (OSPF)
3. Interior Gateway Routing Protocol (IGRP)
4. Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP)
18
Routing Information Protocol (RIP)
• Routing protokol yang menggunakan algoritma distance vector
• Pertama kali dikenalkan pada tahun 1969.
• Merupakan algoritma routing yang pertama pada ARPANET.
• Algoritma tertua, terkenal lambat dan terjadi routing loop.

19
Routing Information Protocol (RIP)
• RIP menghitung jumlah hop (count hop) sebagai routing metric.
• Jumlah maksimum dari hop yang diperbolehkan adalah 15 hop.
• Jika hop count lebih besar dari 15 , data akan di-discard.
• Tiap RIP router saling tukar informasi routing tiap 30 detik, melalui UDP
port 520.
• RIP merupakan routing protocol yang paling mudah untuk di konfigurasi.
• RIP memiliki 3 versi yaitu RIPv1, RIPv2, RIPng.

20
Open Shortest Path First (OSPF)
• OSPF merupakan routing protocol menggunakan algoritma link state.
• Menggunakan cost sebagai routing metric.
• Setelah antar router bertukar informasi maka akan terbentuk
database link state pada masing-masing router.

21
Interior Gateway Routing Protocol (IGRP)
• Routing Protokol yang dikembangkan oleh Cisco.
• Metric yang digunakan : Bandwidth, load, delay dan reliability.
• Broadcast informasi dilakukan setiap 90 detik.

22
Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP)

• Routing protocol yang dibuat Cisco.


• Menggunakan algoritma hybrid.
• Kombinasi dari kemampuan algoritma distance vector dan link-state.
• Menggunakan Diffused Update Algorithm (DUAL) untuk menghitung jarak
terpendek.
• Tidak ada broadcast informasi tapi di-trigger ketika ada perubahan topologi.

23
Latihan Konfigurasi Router

24
Latihan Konfigurasi Router
• Pada latihan ini terdapat 3 (tiga skenario), yaitu :
o Skenario 1 – Konfigurasi Dasar Router
• Setting Hostname
• Setting Password
• Setting Banner
• Setting IP Address
• Setting DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol)
o Skenario 2 – Konfigurasi Static Routing
o Skenario 3 – Konfigurasi Dynamic Routing menggunakan protokol RIP

25
Skenario 1 – Konfigurasi Dasar (Router Cisco)
1. Buatlah topologi seperti pada Gambar.
2. Hubungkan PC4 (port RS232) ke RouterFTUNRAM (port
console) menggunakan kabel console (warna biru).

26
Skenario 1 – Konfigurasi Dasar (Router Cisco)

• Klik PC4, lalu pilih terminal. Ketik “no”


• Klik OK pada Terminal Configuration.
• Ketik “no” jika muncul System Configuration
Dialog. 27
Skenario 1 – Konfigurasi Dasar (Router Cisco)
• Setting Hostname
• Setting Password
• Setting Banner
• Setting IP Address
• Setting DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol) pada Router

28
Skenario 1 – Konfigurasi Dasar (Router Cisco)
• Setting Hostname

• Setting Password

• Setting Banner

29
Skenario 1 – Konfigurasi Dasar (Router Cisco)
• Setting IP Address pada interface Router

30
Skenario 1 – Konfigurasi Dasar (Router Cisco)
• Melihat hasil konfigurasi IP Address interface Router

31
Skenario 1 – Setting DHCP pada Router Cisco

1. Tambahkan Access Point dan


hubungkan ke Switch1.
2. Tambahkan dua buah laptop.
3. Double klik laptop.

32
1. Matikan tombol power laptop.
2. Lepaskan (drag and drop) Modul
Ethernet
3. Pilih Modul WPC300N lalu pasang
(drag and drop) ke slot yang
kosong pada laptop.
4. Nyalakan tombol power laptop.

Tombol Power Modul Ethernet

33
Skenario 1 – Setting DHCP pada Router Cisco
• Setting DHCP

34
Skenario 1 – Setting DHCP pada Router Cisco
Klik Laptop0, pilih DHCP pada IP
Configuration.
IP Address laptop secara otomatis
diberikan oleh Router.

35
Skenario 2 – Static Routing
Buatlah topologi seperti Gambar di bawah :

36
Skenario 2 – Static Routing
Router0
Setting IP Address interface pada Router0.

37
Skenario 2 – Static Routing
Router0
Di bawah ini adalah tabel routing sebelum dilakukan konfigurasi routing. Terlihat bahwa Router0
terkoneksi langsung dengan network 192.168.10.0 dan network 192.168.11.0.

38
Skenario 2 – Static Routing

Pada Gambar, terlihat bahwa network 192.168.10.0


dan network 192.168.11.0 langsung terhubung
(directly conncted) dengan Router0.
Diperlukan sebuah konfigurasi routing agar Router0
mengenali network 192.168.12.0.

39
Skenario 2 – Static Routing
Router1

• Setting Hostname

• Setting IP Address pada interface Router1

40
Skenario 2 – Static Routing
Router0
• Konfigurasi Static Routing

• Melihat Tabel Routing

41
Skenario 2 – Static Routing
Router1
• Konfigurasi Static Routing

• Melihat Tabel Routing

42
Keterangan Tabel Routing : Nilai Administrative Distance (AD) :

S artinya bahwa jaringan tersebut diproses melalui


protokol routing static.

192.168.12.0/24 artinya network tujuan dengan subnet


mask 255.255.255.0

[1/0] artinya “1” nilai dari AD, dan “0” adalah metric.

via 192.168.11.2 artinya untuk menuju network


192.168.12.0/24 harus melalui gateway 192.168.11.2

C artinya network 192.168.10.0/24 dan network


192.168.11.0/24 langsung terkoneksi dengan Router
melalui interface Fast Ethernet.

43
Skenario 2 – Static Routing
• Lakukan perintah ping
• Format perintah : ping <IP komputer tujuan>
 Dari PC0 ke Router0
 Dari PC0 ke Router1
 Dari PC0 ke PC1

• Lakukan perintah Traceroute


• Format perintah : tracert <IP komputer tujuan>
 Dari PC0 ke PC1

44
Skenario 3 – Dynamic Routing menggunakan protokol RIP
Gunakan topologi yang telah Anda buat pada skenario 2.

45
Skenario 3 – Dynamic Routing menggunakan protokol RIP

• Karena menggunakan topologi yang sama dengan skenario 2, kita hapus terlebih
dahulu konfigurasi static routing yang telah dibuat.
• Caranya :
Router0

Router1

46
Skenario 3 – Dynamic Routing menggunakan protokol RIP
Router0
• Konfigurasi Dynamic Routing

Router1
• Konfigurasi Dynamic Routing

47
Skenario 3 – Dynamic Routing menggunakan protokol RIP
Router0
Di bawah ini adalah tabel routing setelah dilakukan konfigurasi dynamic routing pada Router0.
Untuk melihat tabel routing dapat menggunakan perintah “show ip route”.

48
Skenario 3 – Dynamic Routing menggunakan protokol RIP
Router1
Di bawah ini adalah tabel routing setelah dilakukan konfigurasi dynamic routing pada Router1.
Untuk melihat tabel routing dapat menggunakan perintah “show ip route”.

49
Keterangan Tabel Routing : Nilai Administrative Distance (AD) :

R artinya bahwa jaringan tersebut diproses melalui protokol


routing RIP.

192.168.10.0/24 artinya network tujuan dengan subnet


mask 255.255.255.0

[120/1] artinya “120” nilai dari AD, dan “1” adalah metric.

via 192.168.11.1 artinya untuk menuju network


192.168.12.0/24 harus melalui gateway 192.168.11.1

00:00:12 artinya IOS (sistem operasi router) telah menerima


update 12 detik yang lalu.

C artinya network 192.168.11.0/24 dan network


192.168.12.0/24 langsung terkoneksi dengan Router melalui
interface Fast Ethernet.

50
Skenario 3 – Dynamic Routing menggunakan protokol RIP

• Lakukan perintah ping


• Format perintah : ping <IP komputer tujuan>
 Dari PC0 ke Router0
 Dari PC0 ke Router1
 Dari PC0 ke PC1

• Lakukan perintah Traceroute


• Format perintah : tracert <IP komputer tujuan>
 Dari PC0 ke PC1

51
TERIMA KASIH

52
Pemateri :
Andy Hidayat Jatmika
Jaringan Komputer
D18KB207

Subnetting
Teknik Informatika
Fakultas Teknik
Universitas Mataram
Apa yang dipelajari?
• Analogi konsep subnetting
• Konsep Subnetting
• Default Netmask dan Subnet Mask
• Konsep CIDR (Classless Inter-Domain Routing)
• Penghitungan Subnetting
 Subnetting pada IP Address kelas C
 Subnetting pada IP Address kelas B
 Subnetting pada IP Address kelas A

2
Pendahuluan
• Masih ingat dengan materi IPv4?

• Ternyata, penggunaan kombinasi IP Address dan netmask


menimbulkan persoalan lain.
 Ada sebagian network yang mendapat jatah host sangat banyak
(sehingga tidak masuk akal).
 Ada pula network yang mendapat jatah host sedikit (sehingga
tidak mencukupi).

3
Kategori Pengalamatan IPv4
• Ada 2 macam kategori pengalamatan IPv4, yaitu:
1. Classful Addressing
• Metode pembagian IP address berdasarkan kelas, dimana IP address
(yang berjumlah sekitar 4 miliyar) dibagi ke dalam 5 kelas.
• Tidak dilakukan subnetting.

2. Classless Addressing (akan dijelaskan di pertemuan berikutnya)


• Metode pengalokasian IP Address dalam notasi Classless Inter Domain
Routing (CIDR).
• Dalam menuliskan CIDR suatu kelas IP Address digunakan tanda garis
miring (Slash)“/”, diikuti dengan angka yang menunjukan panjang CIDR
ini dalam bit. Contoh: 192.168.1.0/24.
• Melakukan subnetting.
• Metode classless addressing (pengalamatan tanpa kelas) saat ini mulai
banyak diterapkan.

4
Tabel Classful Addressing
Class 1st octet 1st octet range Network (N) Default Number of Network &
range (biner) & Host (H) Netmask Host per Network
(desimal)
A 0 – 127 00000000 to N.H.H.H 255.0.0.0 126 net (27)
01111111 16.777.214 host (224 – 2)
B 128 – 191 10000000 to N.N.H.H 255.255.0.0 16.384 net (214)
10111111 65.534 host (216 – 2)
C 192 – 223 11000000 to N.N.N.H 255.255.255.0 2.097.152 net (221)
11011111 254 host (28 – 2)
D 224 – 239 11100000 to Multicast - -
11101111
E 240 – 255 11110000 to Experiment - -
11111111

5
Pendahuluan
• Sebagai contoh, kira-kira ada berapa banyak host yang dapat
ditampung oleh network 10.0.0.0?
 Network diatas merupakan network kelas A, maka jawabannya
ada sekitar 16.777.214 host.
 Coba bayangkan, sebuah topologi jaringan terdiri dari 16 juta
host  tidak masuk akal bukan?

6
Pendahuluan
• Sebagai network administrator tentunya kita ingin
mempermudah pengelolaan dan mengoptimalisasi
efisiensi kerja jaringan agar jaringan tidak terpusat
pada satu network yang besar, tapi terbagi ke
beberapa bagian tertentu.

7
Pendahuluan
• Untuk mengatasi masalah tersebut, kita dapat memecah
sebuah network (yang besar) menjadi beberapa
network yang lebih kecil.
• Network yang lebih kecil ini disebut subnetwork.
• Proses pembentukan subnetwork disebut subnetting.

8
Pendahuluan
• Dalam kehidupan sehari-hari, di perkantoran misalnya, pasti
terdapat pembagian area kerja berdasarkan divisi tertentu
dan dalam divisi tersebut dibutuhkan jumlah komputer yang
berbeda-beda ataupun tiap divisi jumlah komputernya sama.

• Sebagai contoh, suatu kantor ingin membagi kantornya


menjadi 3 divisi dengan masing-masing divisi memiliki 30
komputer (host).

9
Analogi Konsep Subnetting
• Jika dianalogikan dengan sebuah jalan, maka
• Network = Jalan Raya
• Host = Rumah
• Network Address = Nama Jalan (Jl. Gatot Subroto)
• Host Address = Nomor Rumah (01 sampai 07)
• Broadcast Address = Ketua RT (Rumah no.08)

10
Analogi Konsep Subnetting
• Permasalahan jika menggunakan 1 network :
o Rumah semakin banyak
o Timbul keruwetan dan kemacetan

• Keadaan yang diharapkan :


o Memecah kemacetan
o Efisiensi dan optimalisasi transportasi

• Solusi :
o Diadakan pengaturan lagi terhadap jalan
o Dibuat gang-gang
o Rumah yang masuk ke gang diberi nomor rumah baru
o Masing-masing gang ada Ketua RT nya sendiri-sendiri
11
Analogi Konsep Subnetting
• Setelah dilakukan pengaturan lagi,
terbentuklah wilayah baru seperti
Gambar di samping.

• Konsep inilah yang disebut


Subnetting.

12
Analogi Konsep Subnetting
• Jika kita terapkan menggunakan konsep
Subnetting, maka gang adalah SUBNET,
masing-masing subnet memiliki HOST
ADDRESS dan BROADCAST ADDRESS yang
dapat dilihat pada Gambar di samping.

13
Ilustrasi Sebuah Network Tanpa Subnet

14
Subnetting
• Subnetting adalah membagi jaringan besar tunggal ke dalam
subnet-subnet (sub-sub jaringan).

meminjam sebagian bit-bit Host


• Proses dilakukan dengan
untuk digunakan membentuk bit-bit Subnet.
• Dengan demikian, jumlah bit yang digunakan untuk Host menjadi
lebih sedikit (berkurang).

15
Subnetting
• Semakin panjang Subnet ID, maka jumlah subnet yang dibentuk
semakin banyak, namun jumlah host dalam tiap subnet menjadi
semakin sedikit.

Sebelum subnetting
Lama NetID HostID

Setelah subnetting
Baru NetID SubNetID HostID

NetID Baru HostID Baru

16
Default Netmask vs Subnet mask
• Default Netmask digunakan jika sebuah network tidak dibagi ke
dalam subnet.
• Jika network dibagi ke dalam beberapa subnet, maka netmask yang
digunakan adalah netmask untuk subnet (Subnet mask).

17
Default Netmask vs Subnet mask
Contoh :
255.255.0.0

Default Netmask

255.255.192.0

Subnet mask

18
Default Netmask vs Subnet mask
Contoh penggunaan default netmask dan subnet mask:

Default Netmask Subnet mask


255.255.0.0 255.255.192.0

141.14.72.24 141.14.0.0 141.14.72.24 141.14.64.0


Operasi Operasi
AND AND
IP Address Network Address IP Address Network Address

Tanpa Subnetting Dengan Subnetting

19
CIDR (Classless Inter-Domain Routing)
• Penulisan IP address umumnya adalah dengan 192.168.1.2
• Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24  apa artinya?
• Artinya bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0
 kenapa kok bisa seperti ini?
• /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung
dengan angka biner 1.
• Atau dengan kata lain, subnet mask-nya adalah :
11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0).
• Konsep ini yang disebut dengan CIDR, yang diperkenalkan pertama kali
tahun 1992 oleh IEFT.
20
CIDR (Classless Inter-Domain Routing)
• Pertanyaan berikutnya adalah
Subnet Mask berapa saja yang bisa
digunakan untuk melakukan
subnetting?
• Ini terjawab dengan tabel di
samping.

21
Penghitungan Subnetting
• Perlu diingat bahwa semua pertanyaan tentang subnetting akan
berkisar pada 4 (empat) masalah, yaitu :
1. Jumlah Subnet
2. Jumlah Host Per Subnet
3. Blok Subnet
4. Alamat Host dan Broadcast yang valid

22
Contoh Subnetting Pada IP Address Kelas C
• Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah Network Address
192.168.1.0/26 ?

• Lakukan analisa terlebih dahulu :


192.168.1.0 berarti kelas C
Subnet mask /26 berarti :

11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192)
bit-bit host yang dipinjam
23
Contoh Subnetting Pada IP Address Kelas C
• Penghitungan :
1. Berapa Jumlah Subnet yang terbentuk ?
2. Berapa Jumlah Host Per Subnet ?
3. Blok Subnet ?
4. Alamat Host dan Broadcast yang Valid ?

24
Contoh Subnetting Pada IP Address Kelas C
1. Menghitung Jumlah Subnet
• Jumlah Subnet = 2x
dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask.

11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192)

Jadi, Jumlah Subnet = 2x = 22 = 4 Subnet

25
Contoh Subnetting Pada IP Address Kelas C
2. Menghitung Jumlah Host Per Subnet
• Jumlah Host Per Subnet = 2y – 2
dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet
terakhir subnet mask.

Jadi, jumlah host per subnet = 26 – 2 = 62 Host

26
Contoh Subnetting Pada IP Address Kelas C
3. Menghitung Blok Subnet
• Blok Subnet = 256 – 192 = 64 (kelipatan 64)
192 adalah nilai oktet terakhir subnet mask.

• Jadi, blok subnet (subnet lengkapnya) adalah : 0, 64, 128, 192

27
Contoh Subnetting Pada IP Address Kelas C
4. Menghitung Alamat Host dan Broadcast yang Valid
• Buatlah tabel seperti di bawah ini.
Subnet 192.168.1.0 192.168.1.64 192.168.1.128 192.168.1.192
Host Pertama 192.168.1.1 192.168.1.65 192.168.1.129 192.168.1.193
Host Terakhir 192.168.1.62 192.168.1.126 192.168.1.190 192.168.1.254
Broadcast 192.168.1.63 192.168.1.127 192.168.1.191 192.168.1.255

• Sebagai catatan, host pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan


broadcast address adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya.

28
Contoh implementasi subnetting kelas C dengan CIDR /26 dari contoh soal

29
CIDR yang bisa digunakan untuk Kelas C
• Kita sudah selesaikan subnetting untuk IP
address Kelas C.
• Kita bisa melanjutkan lagi untuk subnet mask
yang lain, dengan konsep dan teknik yang sama.
• Kita bisa mencoba menghitung seperti cara yang
sama untuk subnet mask lainnya.
Tabel CIDR untuk kelas C
• Subnet mask yang bisa digunakan untuk
subnetting class C adalah seperti tabel di
samping.
30
Contoh Subnetting Pada IP Address Kelas B
• Subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting
Kelas B adalah seperti tabel di samping.

• Tabel sebelah kiri (/17 s.d. /24)


• Tabel sebelah kanan (/25 s.d. /30)

• Pada Kelas B terdapat dua tabel karena masing-


Tabel CIDR untuk kelas B
masing berbeda teknik terutama untuk oktet yang
“dimainkan” berdasarkan blok subnetnya.

31
Contoh Subnetting Pada IP Address Kelas B
• CIDR /17 sampai /24 caranya sama persis dengan subnetting Kelas C,
hanya blok subnetnya kita masukkan langsung ke oktet ketiga,
bukan seperti Kelas C yang “dimainkan” di oktet keempat.

• Sedangkan CIDR /25 sampai /30 (kelipatan) blok subnet kita


“mainkan” di oktet keempat, tapi setelah selesai oktet ketiga berjalan
maju (counter) dari 0, 1, 2, 3, dst.

32
Contoh Subnetting Pada IP Address Kelas B
• Penghitungan :
1. Berapa Jumlah Subnet ?
2. Berapa Jumlah Host Per Subnet ?
3. Blok Subnet ?
4. Alamat Host dan Broadcast yang Valid ?

33
Contoh Subnetting Pada IP Address Kelas B
Subnetmask dengan CIDR /17 sampai /24

• Contoh : network address 172.16.0.0/18.

• Lakukan analisa terlebih dahulu :


172.16.0.0 berarti kelas B
Subnet Mask /18 berarti :

11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0)
bit-bit host yang dipinjam
34
Contoh Subnetting Pada IP Address Kelas B
1. Menghitung Jumlah Subnet
• Jumlah Subnet = 2x
dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2 (dua) oktet terakhir
subnet mask.

11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).

Jadi, Jumlah Subnet = 2x = 22 = 4 Subnet

35
Contoh Subnetting Pada IP Address Kelas B
2. Menghitung Jumlah Host Per Subnet
• Jumlah Host Per Subnet = 2y – 2
dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada 2 oktet terakhir subnet.

Jadi, jumlah host per subnet = 214 – 2 = 16.382 Host

36
Contoh Subnetting Pada IP Address Kelas B
3. Menghitung Blok Subnet
• Blok Subnet = 256 – 192 = 64 (kelipatan 64)

Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.

37
Contoh Subnetting Pada IP Address Kelas B
4. Menghitung Alamat Host dan Broadcast yang Valid
• Buat tabel seperti di bawah ini.
Subnet 172.16.0.0 172.16.64.0 172.16.128.0 172.16.192.0
Host Pertama 172.16.0.1 172.16.64.1 172.16.128.1 172.16.192.1
Host Terakhir 172.16.63.254 172.16.127.254 172.16.191.254 172.16.255.254
Broadcast 172.16.63.255 172.16.127.255 172.16.191.255 172.16.255.255

38
Contoh Subnetting Pada IP Address Kelas B
Contoh 2 :
• Berikutnya kita coba satu lagi untuk Kelas B khususnya untuk yang menggunakan subnet
mask CIDR /25 sampai /30.

• Contoh : network address 172.16.0.0/25.

• Analisa :
172.16.0.0 berarti kelas B
Subnet Mask /25 berarti :

11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128)
bit-bit host yang dipinjam 39
Contoh Subnetting Pada IP Address Kelas B
Penyelesaian :
1. Jumlah Subnet = 2x = 29 = 512 subnet.
2. Jumlah Host Per Subnet = 2y – 2 = 27 – 2 = 126 Host.
3. Blok Subnet = 256 – 128 = 128 (kelipatan 128)
Jadi, subnet lengkapnya adalah 0 dan 128

40
Contoh Subnetting Pada IP Address Kelas B
• Alamat Host dan Broadcast yang valid
Subnet 172.16.0.0 172.16.0.128 172.16.1.0 … 172.16.255.128
Host Pertama 172.16.0.1 172.16.0.129 172.16.1.1 … 172.16.255.129
Host Terakhir 172.16.0.126 172.16.0.254 172.16.1.126 … 172.16.255.254
Broadcast 172.16.0.127 172.16.0.255 172.16.1.127 … 172.16.255.255

41
Contoh Subnetting Pada IP Address Kelas A
• Kita lanjut ke Kelas A.
• Konsepnya semua sama saja.
• Perbedaannya adalah di OKTET mana kita mainkan blok subnet.
• Kalau Kelas C di oktet ke 4 (terakhir)
• Kalau Kelas B di oktet ke 3 dan 4 (2 oktet terakhir)
• Kalau Kelas A di oktet ke 2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir).
• Subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting Kelas A adalah
semua subnet mask dari CIDR /9 sampai /30.
42
Contoh Subnetting Pada IP Address Kelas A
• Contoh : network address 10.0.0.0/16

• Analisa :
10.0.0.0 berarti kelas A
Subnet Mask /16 berarti

11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0)

bit-bit host yang dipinjam

43
Contoh Subnetting Pada IP Address Kelas A
Penyelesaian :
1. Jumlah Subnet = 2x = 28 = 256 subnet.
2. Jumlah Host Per Subnet = 2y – 2 = 216 – 2 = 65.534 Host.
3. Blok Subnet = 256 – 255 = 1
Jadi, subnet lengkapnya adalah 0, 1, 2, 3, 4, … , 252, 253, 254, 255

44
Contoh Subnetting Pada IP Address Kelas A
4. Alamat Host dan Broadcast yang valid
Subnet 10.0.0.0 10.1.0.0 … 10.254.0.0 10.255.0.0
Host Pertama 10.0.0.1 10.1.0.1 … 10.254.0.1 10.255.0.1
Host Terakhir 10.0.255.254 10.1.255.254 … 10.254.255.254 10.255.255.254
Broadcast 10.0.255.255 10.1.255.255 … 10.254.255.255 10.255.255.255

45
Soal - Soal Latihan Subnetting
1. Diketahui Network Address : 192.168.1.0 /27
Tentukan :
a. Jumlah Subnet
b. Jumlah Host per Subnet
c. Blok Subnet
d. Alamat Host dan Broadcast yang valid

2. Diketahui Network Address : 172.16.0.0 /17


Tentukan :
a. Jumlah Subnet
b. Jumlah Host per Subnet
c. Blok Subnet
d. Alamat Host dan Broadcast yang valid
46
Soal - Soal Latihan Subnetting

3. Diketahui Network Address : 192.168.10.0 /29


Tentukan :
a. Jumlah Subnet
b. Jumlah Host per Subnet
c. Blok Subnet
d. Alamat Host dan Broadcast yang valid

47
Soal - Soal Latihan Subnetting
4. Diketahui Host IP Address : 200.250.150.50 /28
Tentukan :
a. Network Address
b. Broadcast Address
c. Range IP yang valid
d. Jumlah Subnet
e. Jumlah Host per Subnet

48
Soal - Soal Latihan Subnetting
5. Diketahui Host IP Address 172.30.1.33 dengan subnet mask
255.255.255.252
Tentukan :
a. Network Address
b. Broadcast Address
c. Range IP yang valid
d. Jumlah Subnet
e. Jumlah Host per Subnet

49
Soal - Soal Latihan Subnetting
6. Diketahui Host IP Address : 75.111.123.240 /18
Tentukan :
a. Network Address
b. Broadcast Address
c. Range IP yang valid
d. Jumlah Subnet
e. Jumlah Host per Subnet

50
Soal - Soal Latihan Subnetting
7. Teknik Informatika Unram memiliki 4 buah Lab yaitu Lab Komputer Dasar,
Lab Sistem Cerdas, Lab Jaringan Komputer, dan Lab RPL. Masing-masing
Lab memiliki 50 unit komputer. LAN yang dibangun rencananya akan
menggunakan Topologi Star, dan masing-masing komputer akan diberi IP
Address. Teknisi Lab ingin membagi Network Address 192.168.0.0
menjadi beberapa subnet. Tentukan :
a. Prefix (CIDR) yang sebaiknya dipakai
b. Jumlah subnet
c. Jumlah host yang sebaiknya dimiliki oleh tiap subnet
d. Buatlah tabel, lalu tulis semua subnet address yang bisa dipakai oleh tiap Lab
tersebut beserta dengan host address pertama, host address terakhir, dan
broadcast address.
51
TERIMA KASIH

52
Pemateri :
Andy Hidayat Jatmika
Jaringan Komputer
D18KB207

Pengenalan
Wireless LAN
Teknik Informatika
Fakultas Teknik
Universitas Mataram
Apa yang dipelajari?
• Konsep Wireless LAN
• Beberapa standar teknologi komunikasi
• Topologi Jaringan Wireless
• Access Point
• Mode Access Point
• Keunggulan dan Kelemahan Access Point
• Keunikan Access Point

2
Tren Perkembangan Komputer

Komputer jadi semakin personal dan melekat

3
Tren Komunikasi : dari Kabel ke Nirkabel

4
Tantangan : Security

5
Penelitian dalam bidang Wireless Network

Wireless Sensor Network (WSN) Mobile Ad hoc Network (MANET)

Vehicular Network (VANET)


6
Dalam IEEE ada code tertentu untuk standarisasi
dalam teknologi komunikasi
• 802.1: LAN/MAN Management and Media Access Control Bridges
• 802.2: Logical Link Control (LLC)
• 802.3: CSMA/CD (Standar untuk Ehernet Coaxial atau UTP)
• 802.4: Token Bus
• 802.5: Token Ring (bisa menggunakan kabel STP)
• 802.6: Distributed Queue Dual Bus (DQDB) MAN
• 802.7: Broadband LAN
• 802.8: Fiber Optic LAN & MAN (Standar FDDI)
• 802.9: Integrated Services LAN Interface (standar ISDN)
• 802.10: LAN/MAN Security (untuk VPN)
• 802.11: Wireless LAN (Wi-Fi)
• 802.12: Demand Priority Access Method
• 802.15: Wireless PAN (Personal Area Network) > IrDA dan Bluetooth
• 802.16: Broadband Wireless Access (standar untuk WiMAX)
7
Pengertian Wireless LAN
• Wireless LAN (WLAN) adalah :
o Sebuah teknologi LAN
o Menggunakan frekuensi dan transmisi radio sebagai
media penghantarnya pada area tertentu
o Menggantikan fungsi kabel

8
Jenis-jenis Standart IEEE 802.11 (WiFi)

9
Penggunaan Wireless LAN
• Dalam kategori penggunaan wireless LAN , ada 2 (dua) penggunaan
yang bisa dimanfaatkan :
o Penggunaan wireless LAN dalam ruangan (indoor)
o Penggunaan wireless LAN luar ruangan (outdoor) yang gunanya untuk
menghubungkan dua titik diluar rumah atau gedung.
• Untuk standar outdoor menggunakan 802.16.

10
Topologi Jaringan Wireless

1. Topologi Ad hoc

2. Topologi Infrastruktur

11
Topologi Ad-Hoc
• Jaringan wireless Ad-Hoc adalah kumpulan node (atau router)
wireless mobile yang secara dinamis keberadaannya tanpa
menggunakan jaringan infrastruktur yang ada atau administrasi yang
terpusat.

• Jaringan wireless Ad-Hoc dapat juga dikatakan sebagai desentralisasi


jaringan wireless.

• Jaringan Ad-Hoc merupakan bentuk komunikasi jaringan wireless


yang paling sederhana.

12
Topologi Ad-Hoc
• Jaringan Ad-Hoc juga memerlukan protokol routing karena setiap
node memerlukan pertukaran data.

• Berbeda dengan jaringan infrastruktur, jaringan Ad-Hoc tidak


membutuhkan sebuah access point untuk menghubungkan masing-
masing komputer dan topologi jaringan yang terbentuk adalah
jaringan mesh.

13
Topologi Ad-Hoc

14
Keuntungan Topologi Ad-Hoc
1. Jaringan wireless Ad-Hoc sangat sederhana dalam konfigurasinya.
Tancapkan adapter wireless ke laptop / komputer, konfigurasi
softwarenya, dan kita pun sudah bisa melakukan komunikasi antar
laptop/komputer.

2. Murah karena tidak memerlukan sebuah wireless access point.

3. Cepat. Rate throughput antar adapter dua kali lebih cepat daripada
menggunakan wireless access point dalam topologi infrastruktur.

15
Topologi Infrastruktur
• Konsep jaringan infrastruktur dimana untuk membangun jaringan ini
diperlukan access point sebagai pusat.

• Access Point memiliki SSID sebagai nama jaringan wireless tersebut,


dengan adanya SSID maka Wireless LAN itu dapat dikenali.

• Pada saat beberapa komputer terhubung dengan SSID yang sama,


maka terbentuklah sebuah jaringan infrastruktur.

16
Topologi Infrastruktur
• Terlihat bahwa beberapa komputer dihubungkan oleh satu access
point, disini topologi jaringan yang terbentuk adalah topologi star.

17
Topologi Infrastruktur
• Jaringan wireless yang menggunakan wireless access point
merupakan jaringan dengan topologi infrastruktur.

18
Access Point
• Menghubungkan wireless client dengan jaringan berkabel.
• Access Point juga diketahui sebagai radio, WLAN Transceiver, atau
Wireless Hub.

19
Access Point

20
Jangkauan Access Point
• Sebuah access point dapat menjangkau 91.44 sampai 152.4
meter (300 sampai 500 feet).

• Jika ingin menjangkau lebih jauh maka gunakan beberapa


access point.

21
Mode Access Point
Access Point memiliki 3 (tiga) mode konfigurasi :
1. Root Mode
2. Repeater Mode
3. Bridge Mode

22
Root Mode
• Root Mode digunakan ketika access point terhubung ke backbone
jaringan kabel, biasanya melalui ethernet.

23
Root Mode
• Access point berperan sebagai root secara default.

• Ketika dalam mode root, access point yang terhubung ke jaringan


kabel yang sama dapat saling berkomunikasi melalui kabel.

• Klien wireless dalam satu sel dapat berkomunikasi dengan klien


wireless sel yang berbeda lewat jaringan kabel access point.

24
Repeater Mode
• Access Point beroperasi sebagai relay antara wireless client dan
access point dengan root mode.

25
Repeater Mode
• Mode repeater digunakan untuk menambah jangkauan jaringan
wireless.

• Access point menambah jangkauan link wireless antara klien dan


access point dengan mode root.

• Konfigurasi yang dilakukan sama dengan mode bridge, kecuali SSID


yang digunakan pada AP mode repeater harus sama dengan SSID
pada AP mode root.

26
Repeater Mode
• AP repeater melakukan komunikasi dengan klien dengan kemampuan
akses wireless, hal ini dapat mengurangi throughput.

• Klien yang terhubung ke AP repeater akan menerima throughput yang


rendah dan latensi yang cukup besar.

• Port ethernet AP repeater biasanya tidak digunakan.

27
Bridge Mode
• Access point beroperasi sebagai penghubung antara dua segmen
jaringan kabel.
• Dalam mode ini, hanya access point yang bisa saling berkomunikasi
satu sama lain dan tidak ada klien yang dapat dihubungkan.

28
Bridge Mode
• Access points yang saling terhubung dengan mode bridge
menggunakan link point-to-point atau point-to-multipoint.

• Konfigurasi bridge mode dilakukan dalam tiga langkah:


1. Konfigurasi access point yang ada agar bekerja pada mode bridge.
2. Gunakan channel yang sama pada kedua access point.
3. Konfigurasikan tiap access point dengan MAC address access point tujuan.

29
Bridge Mode
• Untuk melakukan mode bridge, sebaiknya gunakan access point
dengan merk/tipe yang sama.

• Untuk keamanan mode bridge bisa menggunakan kunci WEP statis.

30
Keunggulan WLAN
1. Mobility
2. Installation Speed and Simplicity
3. Installation Flexibility
4. Reduced Cost-of-Ownership
5. Scalability

31
Keunggulan WLAN
1. Mobility
• Sistem wireless LAN bisa menyediakan user dengan informasi access
yang real-time, dimana saja dalam suatu organisasi.

• Mobilitas semacam ini sangat mendukung produktivitas dan


peningkatan kualitas pelayanan apabila dibandingkan dengan jaringan
kabel.

32
Keunggulan WLAN
2. Installation Speed and Simplicity
• Instalasi sistem wireless LAN bisa cepat dan sangat mudah
dan bisa mengeliminasi kebutuhan penarikan kabel yang
melalui atap atau pun tembok.

33
Keunggulan WLAN
3. Installation Flexibility
• Teknologi wireless memungkinkan suatu jaringan untuk bisa
mencapai tempat-tempat yang tidak dapat dicapai dengan
jaringan kabel.

34
Keunggulan WLAN
4. Reduced Cost-of-Ownership
• Meskipun investasi awal yang dibutuhkan oleh wireless LAN untuk
membeli perangkat hardware bisa lebih tinggi daripada biaya yang
dibutuhkan oleh perangkat wired LAN hardware, namun bila
diperhitungkan secara keseluruhan, instalasi dan life-cycle costnya,
maka secara signifikan lebih murah.

• Dan bila digunakan dalam lingkungan kerja yang dinamis yang sangat
membutuhkan seringnya pergerakan dan perubahan yang sering
maka keuntungan jangka panjangnya pada suatu wireess LAN akan
jauh lebih besar bila dibandingkan dengan wired LAN.

35
Keunggulan WLAN
5. Scalability
• Sistem wireless LAN bisa dikonfigurasikan dalam berbagai macam
topologi untuk memenuhi kebutuhan pengguna yang beragam.

• Konfigurasi dapat dengan mudah diubah, mulai dari jaringan peer-to-


peer yang sesuai untuk jumlah pengguna yang kecil sampai ke full
infrastructure network yang mampu melayani ribuan user dan
memungkinkan roaming dalam area yang luas.

36
Kelemahan WLAN
1. Interception
2. Injection
3. Jamming
4. Locating Mobile Nodes
5. Hijacking

37
Kelemahan WLAN
1. Interception atau penyadapan
• Hal ini sangat mudah dilakukan, dan sudah tidak asing lagi bagi para
hacker.
• Berbagai tools dengan mudah diperoleh di internet.
• Berbagai teknik kriptografi dapat dibongkar oleh tools-tools tersebut.

38
Kelemahan WLAN
2. Injection
• Pada saat transmisi melalui radio, dimungkinkan dilakukan injection
karena berbagai kelemahan pada cara kerja WiFi dimana tidak ada
proses validasi siapa yang sedang terhubung atau siapa yang
memutuskan koneksi saat itu.

39
Kelemahan WLAN
3. Jamming
• Jamming sangat dimungkinkan terjadi, baik disengaja maupun tidak
disengaja karena ketidaktahuan pengguna wireless tersebut.
o Tidak Disengaja  interference
o Disengaja  jamming
• Jamming dilakukan dengan ikut memancarkan sinyal tandingan di
frekuensi yang sama atau berdekatan dengan perangkat elektronika
sehingga menyebabkan komunikasi menjadi terganggu.
• Sinyal dikirim dari perangkat yang memiliki kekuatan pancar lebih
besar atau minimal sama.

40
Kelemahan WLAN
4. Locating Mobile Nodes
• Dengan berbagai software, setiap orang mampu melakukan wireless
site survey dan mendapatkan informasi posisi letak setiap WiFi dan
beragam konfigurasi masing-masing.

41
Kelemahan WLAN
5. Hijacking
• Serangan MITM (Man In The Middle) yang dapat terjadi pada wireless
karena berbagai kelemahan protokol tersebut sehingga
memungkinkan terjadinya hijacking atau pengambilalihan komunikasi
yang sedang terjadi dan melakukan pencurian atau modifikasi
informasi.

42
Keunikan Wireless LAN
1. Sinyalnya terputus-putus (intermittence) yang disebabkan oleh adanya
benda antara pengirim dan penerima sehingga sinyal terhalang dan tidak
sampai pada penerima (gejala ini sangat terasa pada komunikasi wireless
dengan IR).

2. Bersifat broadcast akibat pola radiasinya yang memancar ke segala arah,


sehingga semua terminal dapat menerima sinyal dari pengirim.

3. Sinyal pada media radio sangat komplek untuk dipresentasikan kerena


sinyalnya menggunakan bilangan imajiner, memiliki pola radiasi dan
memiliki polarisasi.

43
Studi Kasus
• Membuat simulasi jaringan wireless sederhana
• Konfigurasi Router ISP
• Konfigurasi Cloud
• Konfigurasi Wireless Router WRT300N

44
Membuat simulasi jaringan wireless
Perangkat Jaringan yang dibutuhkan :

Phone Cable

45
Wireless Router

46
Topologi

47
Router ISP

Konfigurasi Hostname

48
Router ISP

Konfigurasi IP Address untuk interface FastEthernet 0/0

49
Router ISP

Konfigurasi IP DHCP dan IP DNS Server untuk pengguna internet

50
Router ISP
Konfigurasi VLAN pada modul NM-ESW-161

51
Router ISP
Konfigurasi VLAN pada modul NM-ESW-161

52
Konfigurasi Cloud

53
54
55
56
Wireless Router Linksys WRT300N
• Konfigurasi Wireless Router
• Default Settings :
• IP Address 192.168.0.1
• Netmask 255.255.255.0
• SSID : Default
• SSID Broadcast: Enabled
• Security Mode : Disabled
• Router Username : admin
• Router Password : admin

57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
Cara Mengganti
Password Admin
pada Wireless
Router Linksys

70
TERIMA KASIH

71

Anda mungkin juga menyukai