Anda di halaman 1dari 6

TUGAS DESAIN PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Nama : Putri Shirathi Silmi

Kelas : PAI K.2-06

Guru PAI Jenjang : Sekolah Dasar

1. IDENTIFIKASI MASALAH
Terdapat kekeliruan dalam membaca al-Qur’an dilihat dari segi tajwidnya pada materi
PAI kelas 5 Q.S. al-Ma’un.

2. EKSPLORASI PENYEBAB MASALAH (Berdasarkan Kajian Literatur)


1) Waktu pembelajaran PAI di sekolah yang terbatas.
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional
disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan Negar. (Depdiknas, 2003:3)
Apabila UU Sisdiknas tahun 2003 tersebut dianalisis, maka pendidikan agama memiliki
posisi yang cukup penting dalam dasar pendidikan nasional. Pendidikan agama berperan
membentuk peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Namun
demikian, pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah dirasa belum maksimal.
Berikut adalah penjelasan Humaedi dalam Jurnal Kebijakan Pendidikan Islam di
Indonesia 1950-2013, Analitis Alokasi Waktu Pelajaran PAI pada Sekolah Umum (2021 :
321-322)
“Pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah masih menunjukkan keadaan yang

memprihatinkan. Di antara faktor yang menyebabkan keprihatinan tersebut, antara lain

pertama, ketersediaan alokasi waktu pada jam pelajaran di sekolah secara formal, peserta

didik dikalkulasikan waktunya hanya 3 jam pelajaran per-minggu untuk mendidik agama.
Jika dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya hingga mencapai 4 – 6 jam per- minggu.

Implikasi tersebut bagi peserta didik yakni hasil pada proses belajar mengajar yang

diperolehnya menjadi sangat terbatas.”

2) Sedikit materi yang secara khusus membahas tentang tajwid.


Di dalam pembelajaran PAI dalam hal ini di kelas 6 tidak ada materi yang secara khusus
membahas tentang tajwid dan hanya diperkenalkan atau dibahas secara singkat pada saat
pembelajaran PAI aspek al Quran.
3) Terbatasnya buku di perpustakaan sekolah yang membahas ilmu tajwid.
Jika melihat ketersediaan buku di perpustakaan sekolah, buku yang membahas tentang
ilmu tajwid pun jumlahnya terbatas.
4) Kurangnya perhatian dan dukungan dari orang tua terhadap pendidikan agama putra –
putrinya.
Selain itu faktor lain yang menjadi problem dalam pembelajaran al qur’an adalah faktor

informal (keluarga), pada faktor ini sangat berpengaruh pada pembelajaran anak khusunya

dalam aspek belajar al qur’an, karena sebagian dari siswa ada yang masih kurang mendapat

perhatian yang khusus pada pembelajaran al-Qur’an dan berasal dari keluarga yang kurang

religious. Pendidikan dalam keluarga berjalan disepanjang waktu, melalui proses interaksi

dan sosialisasi di dalam keluarga itu sendiri. Esensi pendidikannya tersirat dan integritas

keluarga baik komunikasi antara sesama keluarga, dalam tingkah laku orang tua dalam

kehidupan sehari- hari. Oleh karena itu, orang tua harus selalu memberikan contoh yang

baik kepada anak- anak, sebab kebiasaan orang tua di rumah akan dicerna dan dilihat oleh

anak-anak.1

5) Peserta didik tidak mengikuti kegiatan pengajian yang ada di lingkungan sekitar rumahnya.
Berikut adalah penjelasan Leily Vidya Rahma dan Aminatul Zahroh dalam Jurnal

Problematika Penerapan Ilmu Tajwid dalam Membaca Al-Qur’an (2018 : 06)

1
Ning Mukarromah, Peran Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Kepribadian Anak, Tarbawi, Volume 01,
(01), 2016.
“Selain itu yang menjadi problem dalam pembelajaran al-Qur’an pada siswa adalah

pembelajaran non formal, seperti TPA, TPQ dan sekolah diniyah. Pada hal ini pembelajaran

non formal sangat di butuhkan untuk menunjang pembelajaran al qur’an pada siswa, akan

tetapi masih ada sebagian yang belum mau atau atas dasar lingkungan yang kurang religious

sehingga siswa sulit dalam pembelajaran al-Qur’an khusunya dalam menerapkan ilmu

tajwid.”

3. EKSPLORASI PENYEBAB MASALAH (Berdasarkan Realitas Empiris)


Al-Qur'an adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan secara berangsur-angsur kepada
nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril sebagai pedoman dan petunjuk bagi
umat manusia dalam menjalani kehidupannya agar selamat baik di kehidupan dunia maupun
akhirat nanti. Membaca al-Qur’an merupakan ibadah sehingga agar dapat membaca al-Qur’an
tentunya seorang muslim harus mempelajari ilmu-ilmu yang menunjang, sebagaimana dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhori :
ُ‫علَّ َمه‬
َ ‫َخي ُْركُ ْم َم ْن ت َ َعلَّ َم اْلقُ ْرآنَ َو‬
“Sebaik-baik orang di antara kamu adalah orang yang belajar al-Qur’an dan
mengajarkannya” (HR.Bukhori)
Adapun ilmu yang perlu diperhatikan ketika membaca al-Qu’an salah satunya adalah
ilmu tajwid. Akan tetapi realitanya dalam hal ini di lingkungan sekolah terdapat beberapa
peserta didik yang belum bisa membaca al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan ilmu
tajwidnya.
Sebagaimana yang telah Kelompok Kerja Guru PAI Gugus 5 diskusikan, penyebabnya di
antaranya adalah waktu pembelajaran PAI di sekolah yang terbatas dan hanya sedikit materi
yang secara khusus membahas tentang tajwid. Juga terbatasnya buku di perpustakaan yang
membahas ilmu tajwid, khususnya di perpustakaan SDN Cangkuang 13.
Selain itu, terdapat penyebab lain yaitu kurangnya perhatian dan dukungan dari orang
tua terhadap pendidikan agama putra - putrinya dikarenakan banyak faktor, seperti sibuk
bekerja, sehingga orangtua tidak sempat memberikan pengajaran cara membaca al-Qur’an yang
baik dan benar kepada putra-putrinya.
Penyebab lain yaitu peserta didik tidak mengikuti kegiatan pengajian yang ada di
lingkungan sekitar rumahnya, dikarenakan orang tua yang kurang atau bahkan tidak
mengarahkan, menyebabkan anak lebih suka bermain game online daripada mengaji, atau
karena bergaul dengan teman yang tidak mau mengaji.
Ketidak mampuan siswa dalam membaca al-Qur’an dengan baik sesuai dengan
tajwidnya dapat menjadi kendala pada saat pembelajaran PAI pada aspek al-Qur’an dan tentu
masalah yang lebih luasnya adalah berkaitan dengan bekal kehidupannya kelak. Kemampuan
menyelesaikan masalah ini diperlukan agar peserta didik dapat mencapai ketuntasan pada
materi pelajaran yang dipelajarinya, alasan yang lebih utamanya tentu saja adalah karena al-
Qur’an merupakan pedoman umat Islam yang harus kita baca, fahami, dan amalkan.

4. ANALISIS PENENTU PENYEBAB MASALAH (Berdasar Literatur)


1) Waktu pembelajaran PAI di sekolah yang terbatas.
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional
disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan Negar. (Depdiknas, 2003:3)
Apabila UU Sisdiknas tahun 2003 tersebut dianalisis, maka pendidikan agama memiliki
posisi yang cukup penting dalam dasar pendidikan nasional. Pendidikan agama berperan
membentuk peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Namun
demikian, pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah dirasa belum maksimal.
Berikut adalah penjelasan Humaedi dalam Jurnal Kebijakan Pendidikan Islam di
Indonesia 1950-2013, Analitis Alokasi Waktu Pelajaran PAI pada Sekolah Umum (2021 :
321-322)
“Pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah masih menunjukkan keadaan yang

memprihatinkan. Di antara faktor yang menyebabkan keprihatinan tersebut, antara lain

pertama, ketersediaan alokasi waktu pada jam pelajaran di sekolah secara formal, peserta

didik dikalkulasikan waktunya hanya 3 jam pelajaran per-minggu untuk mendidik agama.
Jika dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya hingga mencapai 4 – 6 jam per- minggu.

Implikasi tersebut bagi peserta didik yakni hasil pada proses belajar mengajar yang

diperolehnya menjadi sangat terbatas.”

2) Sedikit materi yang secara khusus membahas tentang tajwid.


Di dalam pembelajaran PAI dalam hal ini di kelas 6 tidak ada materi yang secara khusus
membahas tentang tajwid dan hanya diperkenalkan atau dibahas secara singkat pada saat
pembelajaran PAI aspek al Quran.
3) Terbatasnya buku di perpustakaan sekolah yang membahas ilmu tajwid.
Jika melihat ketersediaan buku di perpustakaan sekolah, buku yang membahas tentang
ilmu tajwid pun jumlahnya terbatas.
4) Kurangnya perhatian dan dukungan dari orang tua terhadap pendidikan agama putra –
putrinya.
Selain itu faktor lain yang menjadi problem dalam pembelajaran al qur’an adalah faktor

informal (keluarga), pada faktor ini sangat berpengaruh pada pembelajaran anak khusunya

dalam aspek belajar al qur’an, karena sebagian dari siswa ada yang masih kurang mendapat

perhatian yang khusus pada pembelajaran al-Qur’an dan berasal dari keluarga yang kurang

religious. Pendidikan dalam keluarga berjalan disepanjang waktu, melalui proses interaksi

dan sosialisasi di dalam keluarga itu sendiri. Esensi pendidikannya tersirat dan integritas

keluarga baik komunikasi antara sesama keluarga, dalam tingkah laku orang tua dalam

kehidupan sehari- hari. Oleh karena itu, orang tua harus selalu memberikan contoh yang

baik kepada anak- anak, sebab kebiasaan orang tua di rumah akan dicerna dan dilihat oleh

anak-anak.2

5) Peserta didik tidak mengikuti kegiatan pengajian yang ada di lingkungan sekitar rumahnya.
Berikut adalah penjelasan Leily Vidya Rahma dan Aminatul Zahroh dalam Jurnal

Problematika Penerapan Ilmu Tajwid dalam Membaca Al-Qur’an (2018 : 06)

2
Ning Mukarromah, Peran Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Kepribadian Anak, Tarbawi, Volume 01,
(01), 2016.
“Selain itu yang menjadi problem dalam pembelajaran al-Qur’an pada siswa adalah

pembelajaran non formal, seperti TPA, TPQ dan sekolah diniyah. Pada hal ini pembelajaran

non formal sangat di butuhkan untuk menunjang pembelajaran al qur’an pada siswa, akan

tetapi masih ada sebagian yang belum mau atau atas dasar lingkungan yang kurang religious

sehingga siswa sulit dalam pembelajaran al-Qur’an khusunya dalam menerapkan ilmu

tajwid.”

Anda mungkin juga menyukai