Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

⁸MATA KULIAH TOKSIKOLOGI BAHAN MAKANAN


STUDY KASUS PENCEMARAN UDARA DI TANGGAMUS, PRINGSEWU DAN
BANSAR LAMPUNG

Dosen : Indah Putri Permatasari, S.St.Pi., M.Pi

Oleh :
Mayky Nugraha
57213113999

Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan


Politeknik Ahli Usaha Perikanan
Lampung
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu kabupaten yang mengalami pertumbuhan
cukup pesat. Hal ini dapat dilihat pada laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Lampung Selatan
dari Tahun 2010 – 2018 sebesar 9,84% (BPS Kab. Lampung Selatan, 2019). Selain itu,
pertumbuhan wilayah tersebut semakin didukung dengan adanya pembangunan kampus baru
yakni Institut Teknologi Sumatera, yang mengakibatkan bertambahnya populasi penduduk luar
daerah ke Kabupaten Lampung Selatan untuk menuntut ilmu. Meningkatnya jumlah penduduk
pada wilayah tersebut, secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan peningkatan
aktivitas masyarakat yang meninggalkan sisa dan dianggap sudah tidak berguna lagi sehingga
diperlakukan sebagai barang buangan yaitu sampah. Sampah merupakan polutan umum yang
dapat menyebabkan turunnya nilai estetika lingkungan, membawa berbagai jenis penyakit,
menimbulkan polusi, menyumbat saluran air dan berbagai akibat negatif lainnya, sehingga
manusia berupaya untuk menyingkirkan sampah sejauh mungkin dari lingkunganya ke Tempat
Penampungan Sementara (TPS) (Sastrawijaya, A.T, 2009).

TPS adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang tempat pengelolaan
sampah terpadu. Di kampus ITERA sendiri terdapat salah satu contoh TPS yang telah beroperasi
sejak tahun 2014. TPS ini berada di lokasi perkebunan karet yang sudah tidak berfungsi lagi.

Air tanah yang tercemar oleh air lindi dapat dikaji secara geofisika, contohnya dengan metode
geolistrik. Pada penelitian sebelumnya metode geolistrik dapat digunakan untuk menentukan
pencemaran air tanah, seperti penelitian yang dilakukan Ngadimin dan Handayani (2000) karena
berhasil memperkirakan penyebaran kontaminan cair dalam tanah yang diasosiasikan sebagai fluida
konduktif dengan anomali konduktif (resistivitas kurang dari 10 Ωm). Esthi, dkk, (2008), berhasil
memetakan arah penyebaran pencemaran air tanah (lindi) di sekitar TPA.
Penelitian ini menggunakan data geolistrik resistivitas vertical electrical sounding yang bertujuan
untuk mengidentifikasi pencemaran air tanah akibat air lindi di sekitar TPS ITERA dengan metode
resistivitas, dan Memetakan persebaran air lindi. Penulis berharap hasil dari penelitian ini dapat
bermanfaat dan memberikan informasi bagi pemangku kepentingan.
1.2 Metode Geolistrik
Metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di
dalam bumi. Dalam hal ini meliputi pengukuran potensial, arus dan medan elektromagnetik yang
terjadi baik secara alamiah ataupun akibat injeksi arus ke dalam bumi (Anonim, 2012). Metode
geolistrik dibagi menjadi dua jenis, yaitu geolistrik yang bersifat pasif dan geolistrik yang bersifat
aktif. Pada geolistrik yang bersifat pasif, energi yang dibutuhkan telah ada terlebih dahulu sehingga
tidak diperlukan adanya injeksi atau pemasukan arus terlebih dahulu. Geolistrik jenis ini disebut Self
Potential (SP). Pada geolistrik yang bersifat aktif, energi yang dibutuhkan ada karena penginjeksian
arus ke dalam bumi terlebih dahulu. Geolistrik jenis ini dibagi menjadi dua metode, yaitu metode
resistivitas (tahanan jenis) dan polarisasi terimbas (induced polarization) (Saputro, 2012).
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Hasil dan Pembahasan

Pencucian sampah bisa terjadi salah satunya akibat dari air hujan. Hasil dari
pencucian sampah ini menimbulkan pencemaran air tanah
yang disebut sebagai air lindi. Akibatnya,
timbul kontaminasi sifat fisik maupun sifat
kimia yang menyebabkan turunnya kualitas air.
Sebagai contoh bila suatu TPA menimbun
banyak sampah organic maka karakter air lindi
yang dihasilkan akan mengandung zat organik
tinggi disertai dengan bau yang busuk
(Trihadiningrum, 1995). Air lindi mengandung
polutan ion-ion logam berat, yang mana saat air
lindi tersebut mencemari air tanah maka
menyebabkan air tanah tersebut semakin
konduktif karena kandungan ion-ion logam
tersebut, sehingga menghasilkan nilai
resistivitas rendah (Bernstone, 2000).
Sementara itu, nilai resistivitas air tanah dalam
kondisi normal (tidak mengalami pencemaran)
yaitu 10-100 Ωm (Loke, 2004). Selain itu, hasil
penelitian dari Petrus (2019) juga berhasil
menunjukkan bahwa air tanah yang
terkontaminasi lindi memiliki nilai tahanan
jenis (lebih kecil dari 10 Ωm).

Setelah dilakukan pengolahan data Vertical


Elektrical Sounding dengan menggunakan
software IPI2Win di 14 titik yang tersebar di
sekitaran TPS ITERA. Dengan ke-14 titik
pengukuran maka dapat diidentifikasi
pencemaran air tanah akibat air lindi
menggunakan metode geolistrik yang
ditentukan dengan nilai resistivitas lapisan
batuan. Selain itu dapat pula dilihat dari kurva
atau grafik pemodelan VES untuk lapisan
perkedalaman batuan dengan nilai resistivitas
masing-masing lapisan.

titik pengukuran
yang sudah tercemar oleh air lindi adalah titik
S4, S6, dan S9. Hal ini dapat diketahui dari nilai
resistivitas pada masing-masing lapisan air
lindi. Untuk rentang nilai resistivitas air lindi di
TPS ITERA adalah 0,19 Ωm – 4,96 Ωm. Pada
beberapa titik terdapat lapisan yang memiliki
nilai resistivitas sesuai dengan rentang nilai
resistivitas air lindi di TPS ITERA, namun
lapisan ini diinterpretasikan bukan merupakan
air lindi, hal ini dapat dilihat pada lapisan yang
berada diatas lapisan tersebut belum terkena
polutan air lindi, jadi diestimasikan bahwa air
lindi belum meresap hingga kebawah
permukaan. Merujuk pada Sapiie (2006),
tentang klasifikasi air tanah terdapat beberapa
jenis batuan yang dapat menyimpan dan
mengalirkan air serta yang tidak dapat. Seperti
batuan lempung pasiran adalah lapisan batuan
yang dapat menyimpan air dan mengalirkan
dalam jumlah yang terbatas. Batuan lempung,
serpih dan tuff adalah lapisan yang mampu
menyimpan air, tetapi tidak dapat mengalirkan
air dalam jumlah yang berarti. Air lindi
terdapat pada sekitaran permukaan TPS,
dimana air lindi belum merembes ke bawah
permukaan pada S4 dan S6. Namun pada titik
S9 adalah titik dimana dengan polutan air lindi
terbanyak, kelima lapisan awal sudah tercemar
polutan air lindi pada kedalaman 0 - 18,2 m dan
ketebalan mencapai 18,2 meter dengan nilai
resistivitas 0,203 – 2,62 Ωm kecuali pada
lapisan yang keenam yang nilai resistivitasnya
166 Ωm. Hal ini terjadi karena pada titik S9
daerahnya lebih rendah dan terdapat banyak
genangan air yang diduga adalah air dari hasil
rembesan air lindi.

Berdasarkan peta isoresistivitas diatas maka


dapat dilihat peta persebaran atau distribusi
tahanan jenis pada kedalaman 1 m, 2 m, 3 m, 4
m, 5 m, 8 m, 12 m, 15 m, 17 m dan 18 m. Pada
peta isoresistivitas, nilai resistivitas dimulai
dari 0 – 150 Ωm. Nilai resistivitas kurang dari
20 Ωm diestimasi sebagai batuan lempung
tuffan yang memiliki kandungan clay. Batuan
yang memiliki nilai resistivitas 20 - 80 Ωm
diinterpretasikan sebagai pasir tuffan yang
memiliki kandungan pasir dengan ukuran butir
menengah-kasar. Batuan dengan nilai resistivitas 80 – 150 Ωm diinterpretasikan
sebagai batuan tuff. Sementara air lindi
diinterpretasikan terdapat pada titik sounding
S4, S6 dan S9 dengan rentang nilai 0,19 Ωm –
4,96 Ωm. Dari peta isoresistivitas dapat dilihat
bahwa persebaran air lindi dimulai dari titik S4
dan S6 lalu menyebar ke titik S9.

Kesimpulan

Hasil penelitian identifikasi pencemaran


airtanah akibat air lindi dengan menggunakan
metode geolistrik tahanan jenis konfigurasi
Wenner di TPS ITERA, Kecamatan Jati Agung,
Kabupaten Lampung Selatan dapat
disimpulkan bahwa:
1. Hasil pengukuran geolistrik setelah
diolah dengan program IPI2Win
menunjukkan nilai resistivitas
sebenarnya, yaitu titik S4 di Timur-Barat
dengan nilai resistivitas air lindi 3,58
Ωm, titik S6 BaratLaut-Tenggara dengan
nilai resistivitas air lindi 3,86 Ωm, titik
S9 di Timur-Barat dengan nilai
resistivitas air lindi berkisar 0,203– 2,62
Ωm.
2. Saat validasi dilapangan dengan
pengukuran pada spasi elektroda 10 cm,
20 cm dan 30 cm didapat nilai resistivitas
air lindi di TPS ITERA yaitu pada
rentang 0,19 – 4,96 Ωm. Titik yang
paling dominan tercemar polutan air lindi
adalah titik S9, karena nilai
resisitivitasnya dominan dibawah
rentang nilai resistivitas air lindi di TPS
ITERA (0,19 – 4,96 Ωm).
3. Nilai resistivitas menunjukkan bahwa air
lindi sudah bergerak dari tengah TPS (S4
dan S6) kemudian menyebar ke arah
Timur TPS (S9).

Anda mungkin juga menyukai