Anda di halaman 1dari 10

MATA KULIAH GEOFISIKA LINGKUNGAN

APLIKASI METODE GEOFISIKA UNTUK BERBAGAI MASALAH


LINGKUNGAN
(Studi Kasus: Pencemaran Air Tanah, Pencemaran Akibat Industri
dan Analisa Daerah Pertambangan yang Terkontaminasi)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penilaian Kuliah


Geofisika Lingkungan

Disusun Oleh :
Twin Aji Kusumagiani

140710130009

DEPARTEMEN GEOFISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2016

Studi Kasus 1 : Aplikasi Metode Geolistrik untuk Analisa


Pencemaran Air Tanah di daerah Pemukiman Warga
Akibat Lindi
Air tanah adalah sumber air tawar yang dimanfaatkan
untuk kegiatan pertanian dan di konsumsi oleh manusia, hewan
dan tumbuhan. Permasalahan yang ada akhir-akhir ini adalah
minimnya

air

bersih

pedesaan.

Hal

ini

diberbagai

disebebkan

kota-kota
oleh

besar

adanya

maupun

pertambahan

penduduk sehingga secara langsung maupun tidak langsung


akan menyebabkan semakin meningkatnya jumlah sampah yang
dihasilkan. Apabila sampah tidak dikelola dengan baik, sampah
dapat menimbulkan berbagai masalah lingkungan mulai dari bau
yang tidak sedap hingga dapat menjadi penyebab pencemaran
air tanah. Hal ini karenakan sampah dapat membentuk lindi.
Lindi adalah limbah cair yang timbul akibatnya masuknya air
eksternal ke dalam timbunan sampah. Air eksternal yang masuk
ke dalam timbunan sampah dapat melarutkan dan membilas
mater-materi

terlarut

termasuk

juga

materi

organic

hasil

dekomposisi biologis (Sari dkk, 2014). Pencemaran air tanah


akibat lindi dapat diketahui berdasarkan sifat resistivitasnya.
Salah satu metode geofisika yang dapat digunakan pada kajian
pencemaran air tanah adalah metode geolistrik atau resistivity
DC.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa metode geolistrik
dapat memetakan pencemaran air tanah seperti yang telah
dilakukan oleh Juandi (2009) menganalisa pencemaran air tanah
dan arah pencemaran berdasarkan hasil pengukuran dengan
menggunakan metode geolistrik di sekitar TPA Kecamatan
Rumbai , selanjutnya penelitian Parlinggoman (2011) yang
mengkaji perubahan nilai resistivitas air tanah di sekitar TPA
wilayah

Bekasi

dengan

menggunakan

metode

geolistrik

konfigurasi wenner-schlumberger, dan Sari dkk (2014) untuk


kajian

pencemaran

air

tanah

kota

Padang

oleh

lindi

menggunakan metode geolistrik.


Metode geolistrik merupakan salah satu metode geolfisika
yang memanfaatkan sifat aliran arus di dalam bumi berdasarkan
hukum-hukum kelistrikan. Sifat fisika yang mendasari adalah nilai
resistivitas dari batuan dalam bumi. Pada prinsipnya metode
gelistrik adalah dengan menginjeksikan arus kedalam bumi
melalui 4 (empat) elektroda yang berada di permukaan bumi,
dimana 2 elektroda bertindak sebagai elektroda arus dan 2
elektroda lagi bertindak sebagai elektroda potensial (Telford,dkk
1990).
Penelitian Junadi (2009) di fokuskan pada analisa apakah
air tanah disekitar TPA Muara Fajar telah tercemar. Jumlah
lintasan yang digunakan adalah 5 titik lintasan yaitu sebelah
utara, selatan, timur, barat dan di tengah pembuangan sampah,
konfigurasi

yang

digunakan

adalah

schlumberger,

untuk

selanjutnya dilihat daerah mana saja yang memiliki

anomali

polutan paling besar dan terkecil dengan parameter perbedaan


nilai resistivitas. Hasilnya adalah semua titik telah tercemar oleh
air lindi. Nilai resistivitas menunjukkan bahwa air lindi sudah
bergerak dari tengah TPA kemudian menyebar keseliling TPA dan
mencemari sistem air bawah tanah penduduk dengan titik paling
tercemar adalah titik utara dengan range nilai pada 0.702
8.250

ohm.m.

penelitian

berbeda

dengan

penelitian

Parlinggoman

(2011)

menggunakan

wenner-schlumberger,

karena

menurutnya

Junadi

(2009),

konfigurasi
dengan

menggunakan konfigurasi wenner-schlumberger dapat digunakan


untuk mengetahui seberapa jauh sebaran pencemaran air tanah
tersebut akibat lindi. Pada panelitan ini digunakan 3 lintasan
pengukuran yaitu lintasan A pada timbunan sampah, lintasan B
antar timbunan sampah dan tanah, serta lintasan C berada diluar

timbunan sampah. Hasil dari penelitian ini

adalah diduga

sebaran air lindi (fluida limbah) terkumpul di daerah cekungan


pada lintasan B dengan jarak 100-200 meter, hasil ini terkorelasi
dengan hasil pengukuran pada lintasan A yang mana sebaran
limbah mengalir dari arah barat ke timur sejauh 300 meter.
Penelitian Sari,dkk (2014) sama halnya dengan penelitian Junadi
(2009) yaitu dengan menggunakan konfigurasi schlumberger,
namun yang membedakan adalah pada penelitian ini mendeteksi
keberadaan groundwater pada masing masing lintasan sehingga
dapat diperkirakan pada kedalaman keberapa air tanah mulai
tercemar. Hasilnya adalah bahwa pada lapisan penyusun bawah
permukaan bumi TPA Sampah Air Dingin Kota Padang yaitu lindi,
groundwater, clay, limestone, dan andesit. Pencemaran air tanah
terjadi pada setiap titik lintasan pengukuran dan terdapat cairan
lindi pada lapisan groundwater dengan nilai resistivitas dalam
range 3,00 7,00 ohm meter. Pada lintasan 1 pencemaran tanah
terjadi pada kedalaman 6.54 hingga 20.10 meter sedangkan
pada lintasan 3 kedalaman 6.25 hingga 23.30 meter.
Dari hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa metode
geolistrik dapat memetakan pencemaran air tanah dengan
menganalisa
mempunyai

perubahan
nilai

nilai

resistivitas.

konduktivitas

yang

lebih

Polutan
tinggi

lindi
bila

didibandingkan nilai konduktivitas air tanah. Nilai resistivitas


untuk air tanah 1-100 ohm meter pada batuan sedimen dan 0.5150 ohm meter pada batuan beku, sedangkan fresh groundwater
memilki nilai antara 10-100 ohm meter (Telford,1990). Mengapa
cairan lindi memiliki nilai konduktivitas yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan air tanah, hal ini dikarenakan cairan lindi
dihasilkan dari tumpukan sampah yang didalamnya terkandung
banyak polutan yang berbahaya, salah satunya adalah logam
berat. Metoda geolistrik menjadi metoda yang primadona untuk
menganalisa

pencemaran

air

tanah

akibat

lindi,

hal

ini

dikarenakan metoda yang murah dan memberikan analisa yang


cepat.
Untuk mengidentifikasi pencemaran air, selain metoda
geolistrik dapat pula dengan menggunakan metoda kemagnetan
batuan yang telah dilakukan oleh Kirana, K.H, Dini F dan Eleonora
Agustine (2014) yang mengidentifikasi Sifat Magnetik Sedimen
Sungai sebagai Indikator Pencemaran (Studi Kasus: Sungai
Citarum, Kabupaten Karawang).
.DAFTAR

PUSTAKA

Kirana. K. H, Dini. F, Eleonora Agustine. Sifat Magnetik Sedimen Sungai


sebagai Indikator Pencemaran (Studi Kasus: Sungai Citarum,
Kabupaten Karawang). Spectra, Jurnal Fisika dan Aplikasinya, 2014,
Vol.15 No.22, p.99-101
Juandi,M. 2009. Analisa Pecemaran Air Tanah Berdasarkan Metode
Geolistrik Studi Kasus Tempat Pembuangan Akhir Sampah Muara
Fajar Kecamatan Rumbai. Journal of Environmental Science ISSN
1978-5283
Parlinggoman,R.Humala.2011.Studi Sebaran Air Limbah Bagian Utara
TPA Bantar Gebang dengan Metode Resistivity WennerSchlumberger. Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Skripsi. Depok. Universitas Indonesia
Sari, Y Permata, Sudiar, N Yendri, Fatni Mufit dan Akman, 2014. Kajian
Pencemaran Air Tanah oleh Lindi Menggunakan Metode Inversi
Smoothness-Constraints Least-Square Data Geolistrik Tahanan
Jenis
Konfigurasi
Schlumberger
(Studi
Kasus:
Tempat
Pemrosesan Akhir Sampah Air Dingin Kota Padang).Pillar of
Physiscs, Vol 4.November 2014,105-112
Telford,W.M, Geldart L.P, Sheriff R.E and Keys,D.A. 1990. Applied
Gephysics Secon Edition. USA: Cambridge University Press
(diunduh dari : en.bookfi.com)

Studi Kasus 2 : Aplikasi Metode Kemagnetan Batuan


untuk

Analisa

Pencemaran Lingkungan

Akibat

Polusi

Industri
Studi kemagnetan batuan dapat digunakan sebagai analisa
pencemaran lingkungan dengan parameter magnetik suatu
bahan (Oldfield et al., 1985; Flanders, 1994). Salah satu
aplikasinya adalah analisa polusi udara akibat industri baja di

daerah Lebanon yang telah dilakukan oleh M.Hanesch et al.


(2003).

Melalui

penelitian

dengan

menggunakan

sifat

kemagnetan pada debu maka akan dapat dilakukan pemetaan


daerah mana aja yang telah tercemar. Metode ini dianggap
cepat, murah dan real time karena dengan metode ini dapat
diketahui apakah pencemaran tersebut telah tercemar dimasa
lampau atau baru terjadi. Tujuan dari penelitian ini adalah
memetakan distribusi pencemaran udara akibat pabrik baja
melaui sampel daun.
Pada penelitian di lakukan pengukuran Isothermal Remanent
Magnetic (IRM), yang hasilnya adalah sampel didominasi oleh
partikel ferrimagentik dengan nilai rata rata pengukuran adalah
13kA.

Menurut

Hayet

al. (1997)

suatu

keadaan

dikatakan

tercemar jika nilia hasil pengukuran IRM/k adalah lebih dari 12.5
kA / m. Pengambilan sampel di dua lokasi yaitu sampel sampel 1
diambil disekitar pabrik baja dan sampel tipe 2 diambil di taman
kota. Pada penelitian ini, selain diambil sampel daun diambil pula
sampel tanah sebagai pembanding. Pengambilan sampel tanah
dengan luasan 250x250m di dalam kota dan 500x500m persegi
di sekitar pabrik baja. Dari peta tersebut menunjukkan bahwa
distribusi polusi udara tertinggi berada pada daerah sekitar
pabrik baja.
Pengukuran magnetik dengan menggunakan sampel daun
merupakan metode yang cocok untuk menentukan distribusi
emisi debu magnetik. Dalam pengukuran ini juga diperhatikan
efek arah angin, dimana pada arah West South West merupakan
dominan arah transportasi debu yang dapat dilihat di peta daun.
Penelitian yang mengkaji pencemaran lingkungan akibat
industri dengan menggunakan metoda kemagnetan batuan telah
dilakukan

di

kota

Padang

oleh

Huliselan

(2015).

Pada

penelitiannya berhasil membuktikan bahwa dengan metoda


kemagnetan

batuan

yang

berdasarkan

nilai

suseptibilitas

magnetik dapat digunakan untuk memetakan daerah yang


tercemar akibat aktivitas manusia salah satu contohnya adalah
polutan

pabrik.

Hasil

penelitiannya

menunjukkan

nilai

suseptibiltas magnetik frekuensi rendah digunakan sebagai


metode

yang

potensial

untuk

membedakan

sampel

yang

terpolusi dan tidak terpolusi. Plot antara LF dan suseptibilitas


magnetik

bergantung

frekuensi

(FD)

juga

efektif

untuk

menentukan darimana sumber mineral magetik berasal. Pada


plot LF and FD, sampel-sampel yang terpolusi dan tidak
terpolusi menunjukan distribusi yang berbeda, sehingga dapat
digunakan untuk menduga daerah tercemar atau tidak tercemar.

DAFTAR PUSTAKA
Hanech, M, Scholger, R and D.Rey. 2003. Mapping Dust
Distribution
Magnetic

Around

an

Parameters

Industrial
of

Tree

Site

by

Leaves.

Measuring
Atmosphire

Environment 37 (2003) 5125-5133

Huliselan, E. Kristian.2015. Pemetaan Daerha Penecemaran


Antropogenik Berbasis Suseptibiltas Magnetik. Prosiding
Seminar Nasional Fisika SNF 2015 Volume IV

Studi Kasus 3 : Aplikasi Metode Kemagnetan Batuan


untuk Analisa Pencemaran Lingkungan Akibat Kegiatan
Penambangan
Penambangan

didefinisikan

sebagai

suatu

kegiatan

penambangan atau penggalian sumber daya alam berupa


mineral batuan seperti emas, timah, besi, dll. Dalam proses
penambangan ini memiliki dampak positif dan negatif, salah satu
dampak

negatifnya

adalah

pencemaran

lingkungan.

Pada

dasarnya pencemaran lingkungan disebabkan oleh kegiatan


eksploitasi sumber daya alam yang mengabaikan prinsip-prinsip
pengelolaannya. Sehingga dapat menyebabkan perubahan atau
penurunan
kegiatan

kualitas

lingkungan.

penambangan

Sebagai

timah

di

contohnya

pulau

Bangka

adalah
yang

mengakibatkan kerusakan lahan pasca penambangan.


Igama (2009) telah melakukan penelitian perubahan sifat
fisika tanah di lahan pasca tambang timah dengan menggunakan
metode

kemagnetan

batuan.

Metoda

kemagnetan

batuan

menjadi metoda yang efektif untuk mendelianiasi perubahan

sifat fisika tanah. Pada prinsipnya metoda ini menggunakan


perubahan dan variasi sifat mineral magnetik dalam tanah, debu,
atau sedimen sebagai indikator dari proses yang terjadi di
lingkungan. Selain itu, dikembangkan metoda non-magnetik
untuk identifikasi dan karakterisasi mineral magnetik, contohnya
adalah XRD dan SEM. Pada penelitian ini difokuskan pada nilai
fisika tanah dan kandungan unsur kontaminan pada tanah pasca
tambang timah dan dibandingkan dengan tanah yang dianggap
masih alami dan belum tercemar. Pengambilan sampel dilakukan
di 3 lokasi yang berbeda yakni pada tanah pasca tambang,
kebun kelapa sawit dan hutan bakau. Hasilnya adalah pada
ketiga sampel terdapat perbadaan kandungan unsur tanah. Pada
tanah pasca tambang timah tidak mengadung unsur Fe lagi,
sehingga pada tanah ini memiliki sifat basa dibandingkan pada
dua daerah lainnya.
Selain untuk analisa perubahan sifat fisika tanah pada
lahan pasca tambang timah, telah dilakukan pula penelitian
perubahan

sifat

fisika

tanah

tradisional

oleh

Suhanto,dkk

akibat
(2016).

penambangan
Pada

emas

penelitian

ini

parameter sifat fisika tanah yang digunakan adalah konduktivitas


elektrik

(EC). Nilai konduktivitas

temperatur,

jenis,

dan

merupakan fungsi antara

konsentrasi

ion

terlarut.

Dengan

menggunakan parameter nilai EC yang terukur merelefasikan


konsentrasi ion yang terlarut pada air (Sarief,H.E Saifuddin,
1989). Pada penelitian ini dilakukan pengambilan data dengan
cara coring manual di 3 titik yang berbeda yaitu pada daerah
sebanyak 3 titik, yaitu daerah sebelum penambangan, daerah
sekitar

penambangan,

dan

daerah

setelah

penambangan.

Hasilnya adalah pada daerah setelah penambangan diduga ada


penumpukan ion konsentrasi tinggi dengan nilai EC 77 S/cm
pada kedalaman 10-20 cm untuk daerah setelah penambangan

yang artinya pada daerah ini terjadi pencemaran mineral logam


berat

akibat

dampak

dari

aktivitas

penambangan

penelitian

tersebut

membuktikan

emas

tradisional.
Dari

kedua

bahwa

metoda kemagnetan batuan dengan parameter fisis yang diukur


adalah susebtibilitas magnetic dan metoda kelistrikan batuan
dengan parameter fisis konduktivitas elektrik dapat mendeliiasi
pencemaran akibat kegiatan penambangan yang pengolhannya
kurang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Igama, M. Nata. 2009. Analisis Fisika Tanah Pasca Tambang Timah
Menggunakan Kemagnetan Batuan untuk Menentukan Referensi
Rehabilitasi

Tanah.Jurusan

Fisika

FMIPA.Skripsi.Bandung.Universitas Padjadjaran

Sarief,

H.E

Saifuddin.

1989.

Fisika-Kima

Tanah

Pertanian.

Bandung : CV Buana
Suhanto, R. Fathurrohman, Ramdhani. M.Rizki, A. Wahyu Pratama dan
Eleonora

Agustine.2016.Analisis

Pola

Sebaran

Unsur-Unsur

Logam Berat Menggunakan Metode Kelistrikan Batuan di Daerah


Pertambangan Emas Kabupaten Bandung. Departemen Geofisika
FMIPA. Bandung. Universitas Padjadjaran (Telah di seminarkan
pada kegiatan SNF UNJ 2016)

Anda mungkin juga menyukai