Anda di halaman 1dari 7

Bioilmi: Jurnal Pendidikan P-ISSN: 2503-4561

Vol X, No Y, Juni 20XX. E-ISSN: 2527-3760

Identifikasi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus Di SMA Negeri 8 Padang

Novi Rahmatullah1*, Rahmad Ramadhan2, Rifani Fachry3, Yollanda Syafmitha4, Yuni


Pertiwi5, Helsa Rahmatika6
1
Departemen Biologi, Universitas Negeri Padang
2
Departemen Biologi, Universitas Negeri Padang
3
Departemen Biologi, Universitas Negeri Padang
4
Departemen Biologi, Universitas Negeri Padang
5
Departemen Biologi, Universitas Negeri Padang
6
Departemen Biologi, Universitas Negeri Padang

*helsarahmatika@fmipa.unp.ac.id

Article Info Abstract


Abstract explains the core of manuscript informatively and obviously
Article history: including the subject matter proposed approach and solution and show
Received: dd/mm/yyyy key finding’s and conclusions. Abstract using english. The number of
Revised: dd/mm/yyyy words in the abstract is about 150-200 words, written in one paragraph,
Accepted: dd/mm/yyyy any unfamiliar terms should be written in italic. Font type and size are
Time new romans 11pt. Abstract was written in single spacedt. Keywords
Key word: need to be listed and reviewed and the main terms underlying the conduct
Keyword 1 of the research. Keywords could be single word or phrase. Keywords
Keyword 2 including 4-5 words or phrase. These keywords are required for
Keyword 3 computerization. Research and abstract title search made easy with these
Keyword 4 keywords.
Keyword 5

Kata kunci: Abstrak


Kata kunci 1 Abstrak menjelaskan inti naskah secara informatif dan jelas termasuk
Kata kunci 2 tujuan penelitian, pokok permasalahan yang diusulkan, pendekatan dan
Kata kunci 3 solusi dan menunjukkan temuan kunci dan kesimpulan. Abstrak
Kata kunci 4 menggunakan bahasa indonesia. Jumlah kata dalam abstrak sekitar 150-
Kata kunci 5 200 kata, ditulis dalam satu paragraf, istilah yang tidak dikenal harus
ditulis miring. Jenis dan ukuran font adalah Time new romans 11pt.
Abstrak ditulis dengan spasi tunggal. Kata kunci perlu dicantumkan dan
ditinjau serta istilah-istilah utama yang mendasari pelaksanaan penelitian.
Kata kunci bisa berupa kata tunggal atau frase. Kata kunci termasuk 4-5
kata atau frase. Kata kunci ini diperlukan untuk komputerisasi. Penelitian
dan pencarian judul abstrak menjadi mudah dengan kata kunci ini.
Copyright © 20XY Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. All Right Reserved
PENDAHULUAN

International Education for All (EFA) oleh UNESCO pada tahun 2000 merupakan salah satu
alasan pemerintah untuk mengharuskan kebijakan pendidikan belajar sembilan tahun. Kebijakan
wajib belajar ini tidak hanya dilakukan untuk anak normal saja, melainkan semua anak tanpa
terkecuali.
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwasanya setiap warga
negara memiliki kesempatan yang sama, hal ini juga dipertegas pada Undang-Undang nomor 4
tahun 1997 pasal 5 ayat 1 mengenai anak berkebutuhuhan khusus (ABK) menyebytkan mereka

1 | http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/bioilmi
Bioilmi: Jurnal Pendidikan P-ISSN: 2503-4561
Vol X, No Y, Juni 20XX. E-ISSN: 2527-3760

berhak memperoleh pendidikan pada setiap satuan, jenis dan jenjang pendidikan.
Sistem pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus memiliki berbagai bentuk pelayanan
pendidikan dan juga sistem pendidikan dengan berbagai model, yang salah satunya yaitu
diadakannya sekolah inklusi bagi ABK. Sekolah inklusi berbeda dari sekolah pada umumnya, baik
dari peserta didik, kurikulum yang diterapkan, tenaga pendidik pada kelas inklusi, kegiatan
pembelajaran yang diterapkan, penilain serta sarana dan prasarana yang mendukung proses
pembelajaran peserta didik inklusi.
Segala unsur dan komponen dalam kelas inklusi perlu di perhatikan dan disesuaikan dengan
berapa banyak jumlah peserta didik, tingkat kelainan ABK, sumber daya manusia dan sarana dan
prasarana yang mendukung jalannya unsur atau komponen inklusi dengan baik. Hal ini juga akan
berdampak pada hasil belajar peserta didik ABK pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Peserta didik berkebutuhan khusus pada sekolah SMA N 8 Padang ini memiliki karakteristik
seperti lambat belajar dan autism. Sekolah ini juga telah menjadi sekolah penggerak pendidikan
inklusi sejak tahun 2017 dan sudah beberapa orang anak yang berkebutuhan khusus menyelesaikan
pendidikannya disini. Sekolah yang ditunjuk sebagai sekolah penggerak pendidikan inklusi
tentunya tidak dapat menolak peserta didik yang berkebutuhan khusus apapun karakteristik peserta
didik tersebut. Visi dan misi sekolah, program tahunan, sarana dan prasarana, kurikulum yang
disusun sedemikian rupa menyesuaikan kebutuhan peserta didik, dan peserta didik berkebutuhan
khusus tidak merasa tertekan dalam mengikuti pembelajaran serta masih banyak hal lainnya yang
di programkan sehingga dapat diterapkan merupakan hal yang perlu diperhatikan di sekolah ini.
Oleh karena itu, berdasarkan data dan fakta yang didapatkan berdasarkan hasil wawancara, penulis
tertarik untuk mengetahui bagaimana “Implementasi Pendidikan Inklusi di SMA N 8 Padang”.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini termasuk kedalam penelitian deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan
data melalui wawancara bersama GPK dan wakil kurikulum sekolah serta observasi lingkungan
sekolah. Proses wawancara dilakukan berdasarkan angket wawancara terstruktur, sedangkan proses
observasi dilakukan melalui pengamatan secara langsung. Data yang didapatkan berdasarkan hasil
wawancara dan observasi diolah dan dianalisis secara deskriptif. Subjek penelitian ini adalah
peserta didik berkebutuhan khusus di SMA N 8 Padang yaitu peserta didik dengan kategori
keterlamabatan belajar (Slow Learner).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Peserta Didik
Berdasarkan hasil wawancara, SMA N 8 telah menjadi sekolah Penyelenggara Pendidikan
Inklusi (PPI) semenjak tahun 2017. Disekolah ini terdapat 1 siswa yang tergolong dalam ABK yaitu
siswa kelas 10 yang bernama Ridho. Dalam proses pembelajaran, Ridho tergolong dalam anak yang
memiliki keterlambatan belajar (slow learner).
Anak lamban belajar (slow learner) merupakan anak anak yang memiliki potensi intelektul
sedikit dibawah normal, tetapi tidak termasuk anak tuna grahita. Slow learner secara akademis
biasanya diidentifikasi berdasarkan skor yang dicapai mereka pada tes kecerdasan, dengan IQ
antara 70-89 (Nurfadillah, dkk. 2021).
Guru menganggap semua siswa di sekolah inklusi sama, antara siswa yang normal maupun
siswa yang berkebutuhan khusus. Pendidikan inklusi bisa dikatakan sebagai pendidikan dengan
sistem layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama
dengan anak sebayanya di sekolah umum.
Dalam beberapa hal, anak lamban belajar mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir,
merespon rangsangan dan kemampuan untuk beradaptasi, tetapi lebih baik dibanding dengan yang

2 | http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/bioilmi
Bioilmi: Jurnal Pendidikan P-ISSN: 2503-4561
Vol X, No Y, Juni 20XX. E-ISSN: 2527-3760

tunagrahita. Mereka membutuhkan waktu belajar lebih lama dibanding dengan sebayanya. Sehingga
mereka memerlukan layanan pendidikan khusus.
Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan anak lamban belajar. Beberapa ahli
mengemukakan faktor penyebab anak lamban belajar diantaranya yaitu faktor pribadi. Faktor-faktor
pribadi yang dapat menyebabkan anak lamban belajar meliputi: (1) kelainan fisik, (2) kondisi tubuh
yang terserang penyakit, (3) mengalami gangguan penglihatan, pendengaran, dan berbicara, (4)
ketidakhadiran di sekolah; dan (5) kurang percaya diri.
Beberapa strategi pengajaran yang dilakukan guru dalam membantu anak lamban belajar atau
slow learner dibanding dengan teman-teman sekelasnya, yaitu:
1. Selalu memulai pelajaran dengan review atau mengulang materi sebelumnya untuk mengaitkan
materi pelajaran yang akan disampaikan.
2. Menggunakan bahasa sederhana namun jelas dengan perlahan.
3. Melakukan tes analysis atau analisa tugas jika akan memberikan tugas atau pekerjaan rumah
(PR).
4. Memberi tugas yang lebih sederhana atau lebih sedikit kepada siswa slow learner dibanding
teman-temannya untuk menghindari frustasi.
5. Melakukan pengulangan materi jika menyampaikan materi pelajaran, akan mendapatkan hasil
yang lebih optimal jika disampaikan secara individual.
6. Melakukan pembelajaran secara kooperatif karena anak lamban belajar atau slow learner tidak
menyenangi kompetitif.
7. Memberikan pemahaman konsep walau membutuhkan waktu cukup lama dibandingkan dengan
menghafal konsep karena akan membuat anak lamban belajar atau slow learner putus asa.
8. Menggunakan multi pendekatan dan motivasi belajar.
9. Memakai desain pembelajaran yang menempatkan siswa dalam konteks pembelajaran yang
“tidak pernah gagal” untuk menghindari perasaan tidak berdaya.

Kurikulum
Berdasarkan hasil wawancara, guru-guru di SMA N 8 Padang ini sudah mendapatkan
sosialisasi sekaligus pembinaan mengenai pendidikan inklusi. Dan kurikulum yang digunakan ialah
kurikulum merdeka. Kurikulum yang digunakan menyesuaikan dengan peserta didik yang tergolong
memiliki kebutuhan khusus.
Modifikasi kurikulum dilakukan oleh sekolah dengan mengembangkan program tahunan dan
PPI bagi ABK. Terkait dengan modifikasi konten bagi ABK dilakukan dengan menurunkan
indikator atau materi dengan menggunakan materi kelas dibawahnya. Penyesuaian konten
dilakukan atas dasar hasil assement akademik ABK dan didiskusikan kepada orang tua dan wali
kelas, apa saja materi yang dapat disamakan dengan materi kelas dan materi apa saja yang dapat
dihilangkan, diubah, diturunkan maupun digantikan dengan materi yang lain. Dengan demikian
GPK dan wali kelas melakukan penyelarasan materi bagi ABK. Metode pembelajaran di kelas tetap
mengacu pada reguler, sedangkan bagi ABK dibimbing oleh GPK.
Perencanaan modifikasi kurikulum dapat diketahui melalui dokumen perencanaan kurikulum
yang dikembangkan oleh guru maupun GPK. Diketahui bahwa guru kelas mengembangakan
dokumen kurikulum yang ditujukan bagi reguler terlebih dahulu. Penyusunan prota, promes, silabus
dan RPP tetap mengacu kepada materi reguler dan guru mempertimbangkan mayoritas peserta didik
di kelas dalam pengembangan perencanaan kurikulum. GPK yang dibentuk oleh kepala sekolah
3 | http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/bioilmi
Bioilmi: Jurnal Pendidikan P-ISSN: 2503-4561
Vol X, No Y, Juni 20XX. E-ISSN: 2527-3760

untuk membuat program bagi ABK, dengan membuat program tahunan bagi ABK secara general
kemudian langsung dikembangkan PPI bagi ABK. Penyusunan PPI dilakukan berdasarkan hasil
assement yang didapat dari psikolog, maupun assesment yang dilakukan disekolah oleh GPK. Guru
kelas dan orang tua turut serta dilibatkan dalam penyusunan PPI untuk mendapatkan program yang
tepat bagi ABK meskipun porsi wali kelas tidak terlalu banyak dalam pengembangan PPI (Sebrina
dan Sukirman, 2018).

Tenaga Pendidik
Berdasarkan hasil wawancara, SMA N 8 Padang dalam menyelenggarakan pendidikan inklusi
ini menggunakan mekanisme seperti guru harus memahami siswa anak berkebutuhan khusus
tersebut, nah guru harus tahu apa saja kebutuhan yang diperlukan dalam mengajarkan siswa,
termasuk fasilitas sarana dan pra-sarana yang harus memadai. Dan dalam proses pembelajaran, guru
dalam menjelaskan materi lebih perlahan-lahan dan lebih menaruh perhatian kepada siswa
berkebutuhan khusus tersebut. Hal ini mengacu pada anak yang lambat belajar (slow learner).
SMA N 8 Padang tergolong dalam sekolah yang masih berproses dalam sekolah
penyelenggara inklusi. Dikarenakan hanya terdapat 1 anak ABK disekolah tersebut, maka sekolah
ini belum memiliki GPK. Pada proses pembelajaran ABK dibimbing oleh guru mata pelajaran
masing-masing yang berkolaborasi denan guru BK pada sekolah tersebut.
Upaya yang dilakukan guru bimbingan konseling terhadap anak berkebutuhan khusus
disesuaikan dengan gangguan yang dialaminya dan ditelusuri permasalahan-permasalahan yang
terjadi dalam proses pembelajarannya. Upaya upaya yang dilakukan seperti kolaborasi dengan
orang tua siswa, kolaborasi ini sangat membantu dalam proses belajar siswa, guru juga dapat
informasi dari orang tua siswa kendala-kendala apa yang dialami siswa di rumah. Upaya yang
dilakukan selanjutnya yaitu: kolaborasi dengan wali kelas, guru bimbingan konseling sangat
membutuhkan kerja sama dengan wali kelas karena akan mempermudah untuk menyelesaikan
permasalahan yang terjadi pada siswa.
Guru pendidikan khusus atau biasa disebut dengan guru pembimbing khusus atau guru
pendidikan khusus berkolaborasi dengan guru kelas dalam merancang ataupun mengevaluasai
pembelajaran, walaupun disana sini masih banyak tantangan untuk sistem kolaborasi ini, misalnya
perbedaan pandangan yang cukup prinsipil dalam menata pengelompokan atau mengurutkan dari
tahapan pembelajaran pada siswa (Setianingsih, 2017).
Tidak dapat dipungkiri bahwa peran dari guru pembimbing khusus atau guru pendidikan
khusus juga merupakan faktor penentu keberhasilan dalam mewujudkan sekolah inklusi. Hal ini
dikarenakan, guru pembimbing khusus atau guru pendidikan khusus merupakan guru yang terlibat
dan berhadapan langsung dengan anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi. Jika suatu sekolah
telah menyelenggarakan sekolah inklusi, suatu yang mustahil akan berhasil jika tidak adanya guru
pembimbing khusus atau guru pendidikan khusus sebagai ujung tombak keberhasilan
penyelenggaraan sekolah inklusi. Sudah seharusnya manajemen tenaga kependidikan dalam hal ini
adalah guru pembimbing khusus atau guru pendidikan khusus perlu ditelaah kembali.

Kegiatan Pembelajaran
Perihal pendidikan inklusi ini di kota Padang sudah mulai diterapkan, dan di SMA N 8
Padang ini terpilih menjadi salah satu sekolah yang menerima siswa ABK (Anak Berkebutuhan
Khusus). Berdasarkan hasil wawancara, dalam pembelajaran inklusi ini guru lebih menaruh fokus
4 | http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/bioilmi
Bioilmi: Jurnal Pendidikan P-ISSN: 2503-4561
Vol X, No Y, Juni 20XX. E-ISSN: 2527-3760

pada siswa ABK tersebut walaupun banyak siswa-siswa lainnya yang lebih pintar, dan sebagainya.
Hal ini terkhusus pada Ridho yang merupakan siswa slow learner.
Dalam proses pembelajaran guru menggunakan teknik mengajar seperti guru tidak terlalu
tegang dalam kegiatan belajar mengajar, menggunakan metode dan media yang menarik.
Contohnya seperti media gambar, dan guru lebih menekankan kepada metode pembelajaran yang
menarik dan bervariasi. Dari situlah ketika guru menggunakan metode yang berbeda, guru dapat
mengetahui mana siswa yang lebih cepat menyerap materi dan mana siswa yang termasuk dalam
lamban belajar. Dan guru dalam proses pembelajarannya akan lebih memfokuskan pada siswa yang
lamban belajar terlebih dahulu. Agar siswa tetap aktif dalam kegiatan belajar mengajar guru
menggunakan media yang menarik seperti gambar dan strategi yang berbedabeda setiap
pembelajaran.
Penyampaian materi di kelas sama dengan materi yang telah ditentukan oleh kurikulum
karena mengingat tidak semua siswa di kelas adalah siswa slow learner. Akan tetapi, jika ada anak
slow learner yang masih belum memahami materi, guru kelas akan memberikan pengulangan baik
secara klasikal maupun individual hingga siswa slow learner yang belum paham dapat segera
memahami materi yang disampaikan.
Misalnya seperti siswa lamban belajar, guru lebih fokus pada siswa tersebut dengan cara
memberikan trik-trik yang lebih mudah dalam menyelesaikan soal. Biasanya, dalam pengerjaan
soal, siswa normal akan lebih cepat dalam mengerjakan. Hal tersebut dimanfaatkan oleh guru kelas
untuk membantu mengajari anak slow learner. Siswa yang sudah bisa dan sudah selesai
mengerjakan akan diminta oleh guru kelas untuk membimbing dan mengajari anak slow learner
yang masih mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal. Terkadang, guru tersebut memberikan
tambahan waktu kepada anak slow learner. Jadi, setelah siswa lain selesai mengerjakan, guru
meminta mereka istirahat di luar kelas sehingga beliau bisa memberikan bimbingan khusus kepada
anak slow learner.
Cara guru dalam memotivasi siswa yang lamban belajar yaitu dengan guru memberikan
dukungan atau semangat seperti memberikan pujian, dengan guru bersikap ramah pada siswa, serta
memberikan kuis yang menarik ketika kegiatan belajar mengajar.

Penilaian
Berdasarkan hasil wawancara, sistem penilaian dalam pendidikan inklusif adalah sistem
penilaian yang fleksibel. Penilaian yang fleksibel adalah penilaian yang disesuaikan dengan
kompetensi semua siswa, dan mengacu kepada kemampuan dan kebutuhan siswa. Hal ini telah
diterapkan di SMA N 8 Padang. Sistem penilaiannya mengikuti bagaimana kompetensi siswa yang
belajarnya normal dan siswa yang lamban dalam belajar atau slow learner.
Guru memberikan kemudahan kepada siswa ABK untuk mengeksplor bakatnya, misalnya
ABK tersebut memiliki bakat dibidang kemputer maka skill tersebut bisa menjadi nilai tambah
kepada dirinya. Jadi, di SMA N 8 Padang sendiri khususnya ABK bukan hanya dinilai dari
kognitifnya saja tetapi juga skill yang dimilikinya.
Hasil proses penilaian tersebut kemudian dijadikan bahan acuan dalam pembuatan dan
implementasi kurikulum, sehingga kebutuhan belajar masing-masing peserta didik dapat
diakomodasi oleh keberagaman aspek-aspek yang terkandung dalam kurikulum. Salah satu kunci
sukses dalam belajar mengajar adalah kurikulum. Dalam penilaian peserta didik diberi kesempatan
untuk berprestasi sesuai kemampuannya sehingga anak dapat berkembang secara optimal.
5 | http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/bioilmi
Bioilmi: Jurnal Pendidikan P-ISSN: 2503-4561
Vol X, No Y, Juni 20XX. E-ISSN: 2527-3760

Penilaian bagi peserta didik berkebutuhan khusus sangat beragam. Jenis dan model yang akan
dipakai disesuaikan dengan kompetensi dan indikator hasil belajar yang ingin dicapai, tipe materi
pembelajaran, dan tujuan penilaian itu sendiri. Ada dua jenis penilaian yaitu tes dan non-tes. Tes
meliputi kegiatan tes lisan, tes tulis (uraian dan objektif), dan tes kinerja. Sedangkan non-tes
meliputi skala sikap, checklist, kuesioner, studi kasus, dan partofolio. Keragaman penilaian tidak
dimaksudkan memberikan keleluasaan guru untuk menerapkan dengan seenaknya jenis penilaian
tertentu. Sebaliknya dengan adanya keragaman penilaian tersebut, guru dituntut lebih profesional
dan bertanggung jawab ketika menentukan pilihan (Sunanto et all., 2004:87).
Perencanaan penilaian hasil belajar dalam seting pendidikan inklusif dibuat perencanaan
penilaian hasil belajar yang disesuaikan dengan kompetensi atau kebutuhan khusus setiap
individu/anak. Penentuan ketuntasan belajar (mastery learning) atau standar kompetensi kelulusan
untuk setiap individu/anak maka diperlukan adanya beberapa standar ketuntasan belajar/kelulusan.
Disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah serta kesiapan guru dalam penilaian hasil belajar
dalam seting pendidikan inklusif, maka standar yang direkomendasikan untuk setiap individu/anak
(anak pada umumnya dan anak berkebutuhan khusus) yaitu adanya standar bagi setiap individu
yang sangat cepat, cepat, cukup/sedang, kurang cepat, dan tidak cepat dalam perkembangan
individu/anak atau tingkat perolehan hasil belajarnya.

Sarana Dan Prasarana Pendidikan


Berdasarkan hasil wawancara, kondisi sarana dan prasarana di sekolah yang kurang memadai
menyebabkan guru dituntut untuk aktif membuat media pembelajaran. Penggunaan media
pembelajaran disesuaikan dengan materi dan kebutuhan siswa. Media yang digunakan dibuat sama
untuk siswa reguler dan juga siswa slow learner. Namun, penggunaan media pembelajaran tidak
sepenuhnya berjalan efektif.
SMA N 8 Padang hanya memiliki 1 siswa ABK yaitu siswa yang slow learner, maka tidak
ada sarana dan prasarana khusus yang disediakan oleh sekolah. Sarana dan prasarana ini diserahkan
kepada guru dalam proses pembelajran seperti dengan menggunakan berbagai media dalam proses
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang slow learner.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan mengenai bagaimana
implementasi penyelenggaraan pendidikan inklusi di SMA N 8 Padang dapat disimpulkan bahwa:
(1) Peserta didik yang tergolong ABK di SMA N 8 Padang yaitu anak slow learner, (2) Kurikulum
yang digunakan di sekolah PPI adalah kurikulum merdeka, namun disesuaikan dengan anak yang
berkebutuhan khusus, (3) Sekolah ini memiliki guru pendamping khusus bagi anak berkebutuhan
khusus, yaitu berupa guru BK dan guru mata pelajaran yang berkolaborasi, (4) Kegiatan
pembelajaran dikelas dibuat bervariasi agar anak slow learner dapat mengikuti pembelajaran
dengan baik, (5) Penilaian bagi anak slow learner sedikit dibedakan dari peserta didik pada
umumnya, (6) Sarana dan prasarana khusus bagi anak slow learner tidak ada, namun dalam proses
pembelajaran guru memberikan berbagai media pembelajaran yang menunjang pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran.

UCAPAN TERIMA KASIH


Puji syukur penulis mengucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan artikel ini tepat waktu. Penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Helsa Rahmatika, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu
6 | http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/bioilmi
Bioilmi: Jurnal Pendidikan P-ISSN: 2503-4561
Vol X, No Y, Juni 20XX. E-ISSN: 2527-3760

mata kuliah Pendidikan Inklusi, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian artikel
ini.

DAFTAR PUSTAKA

7 | http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/bioilmi

Anda mungkin juga menyukai