Anda di halaman 1dari 2

3 Hal yang Menyebabkan Belanja Bapak-Bapak Jadi Meresahkan

Hah? Belanja Bapak-bapak? Benar sih memang belanja selama ini selalu identik dengan ibu-
ibu. Bukan hanya ibu-ibu ding. Kaum perempuan secara umum lebih tepatnya. Dan merupakan
salah satu hobi yang bisa jadi salah satu sumber gerutuan bagi bapak-bapak selama ini.
Apalagi bagi bapak-bapak yang istrinya atau kakak adik perempuannya termasuk gemar
shopping berjam-jam sekalian berthawaf ria di dalam mall.

Yaaa itu semua benar adanya. Tapi, bukan berarti tidak ada bapak-bapak yang gemar
berbelanja lho. Ada juga bapak-bapak ataupun kaum lelaki yang suka belanja. Dan sama
seperti belanja ibu-ibu, hobi belanja bapak-bapak itu juga bisa meresahkan juga. Apakah Anda
semua tidak percaya? Mari simak satu persatu alasan di bawah ini

1. Belanja mainan

A boys will be a boys. Familiar dengan ungkapan tersebut? Biasanya sih, ungkapan itu
dijadikan pembenaran kalau misalnya laki-laki tetap hobi main game meski sudah beranjak
dewasa.

Itu adalah istilah yang umum dan sudah biasa kita dengar. Laki-laki itu, walau sudah jadi bapak-
bapak pun akan tetap anak laki-laki yang hobinya bermain. Jadi yaa, para bapak-bapak akan
tetap senang berbelanja mainan. Nah! Apa tidak meresahkan coba hobi berbelanja mainan itu?
Iya sih. Jumlah atau macam barang yang mereka belanjakan lebih sedikit. Tapi, apa
nominalnya juga sedikit? Hot wheels misalnya. Kalau mengintip sekilas di e-commerce, harga
satu biji mobil dengan flag ship hot wheels paling tidak sekitar 15 ribu ke atas. Tentu saya tidak
tahu itu original atau bukan. Dan tentu saya juga tidak tahu itu tergolong seri tertentu atau yang
biasa saja. Yaa harganya sama lah dengan seplastik cilok kegemaran emak-emak. Belum lagi
Gundam atau Playstation. Atau figurin anime. Bisa-bisa sama dengan skin care dan belanja
bulanan emak-emak semua. Kalau dihitung-hitung, bisa saja nominal belanja mainan bapak-
bapak tidak kalah meresahkan dengan belanja berbagai printilannya para emak. Item bisa
sedikit tapi nominal tidak kalah pelik. Hahaha.

2. Belanja Barang Bekas

Bapak saya adalah contoh konkret bapak-bapak penyuka barang bekas. Lebih murah
alasannya. Berbagai printilan rumah tangga, semacam setrika ataupun mesin pompa air di
rumah, adalah hasil hunting Bapak di pasar loak dekat rumah. Termasuk kalau ada perkakas
yang rusak dan butuh diperbaiki, kulkas atau mesin cuci misalnya, pasar loak menjadi tujuan
utama Bapak dalam mencari suku cadang atau semacamnya. Mungkin hobi ini tidak dimiliki
oleh semua bapak-bapak, tapi saya yakin bapak saya bukan satu-satunya yang hobi berbelanja
barang bekas.
Hobi berbelanja barang bekas ini terkadang cukup meresahkan juga. Bagaimana tidak, siapa
yang bisa menjamin kualitas barang yang dibeli berada dalam kondisi prima? Saya tahu ada
beberapa orang yang memiliki tingkat akurasi mata setara burung rajawali. Yang bisa melihat
mutiara berupa barang berkualitas bagus di tengah lautan barang bekas. Tapiiii, berapa orang
yang punya kemampuan ini. Kemungkinan untuk tidak sesuai dengan ekspektasi juga tidak
kalah banyak lho.

Apalagi penjual sudah teramat ahli dalam menawarkan barang dagangannya kan. Dan kalau
ternyata hasilnya tidak cocok, mau bagaimana coba? Mau dikembalikan atau minta ganti? Em,
mungkin bisa juga kalau Anda termasuk bapak-bapak dengan spek emak-emak yang berani
ngeyel ketika berbelanja.

3. Belanja di Pinggir Jalan

Mungkin ini berkaitan dengan hobi yang saya sebutkan sebelumnya, yaitu belanja barang
bekas. Nah, di daerah tempat tinggal saya, penjual barang bekas itu berada di sepanjang tepi
jalan raya. Bisa dibayangkan bukan? Penjual berada di tepi jalan dan dikerubungi oleh bapak-
bapak dengan kendaraannya masing-masing.

Dan terkadang, penampakan semacam itu tidak hanya ditemui di siang hari, tapi juga pagi hari.
Jadi sepertinya, selesai mengantar anak mereka sekolah, bapak-bapak itu akan sedikit melipir
sembari melihat-lihat barang yang dijajakan.

Sebagai orang yang hampir setiap pagi pergi bekerja dan terburu-buru ke tempat kerja,
pemandangan semacam itu cukup meresahkan. Ada kalanya sedikit menjengkelkan.
Bagaimana tidak jengkel? Badan jalan yang ramai jadi semakin terkurangi oleh kerumunan
bapak-bapak yang asyik melihat-lihat belanjaan. Dan itu di tengah kondisi jalanan sudah ramai
dan penuh dengan pengendara yang ingin berbalap ria agar tidak terlambat ke sekolah mereka.
Ish ish ish.

Aduh, Buk! Jangan lebay ahh! Pasti kalau itu sale baju atau bahan makanan atau skin care,
pasti emak-emak juga pada melipir!

Lah, ya iya. Itu sudah pasti. Tapi kan kebenaran itu tidak lantas menihilkan kenyataan kalau
bapak-bapak pun juga suka berbelanja dan kesukaan berbelanjanya itu juga bisa meresahkan.
Iya, kan? Hohoho.

Anda mungkin juga menyukai