Anda di halaman 1dari 4

Hipotesis Sebuah Parfum

September 25th, 2008 by andika destika khagen Entah kenapa aku bertemu dengan Satria tadi pagi. Laki-laki jetset penganut kapitalisme. Aku juga heran, kenapa kali ini aku terkesima. Bukan karena ketampanan laki-laki bangsa an itu, lebih karena bau par!umnya. "ari jarak dua meter tempat aku duduk, par!umnya#entah merek apa# ter$ium. Sangat angi. %unikmati e angian itu agak lama. Sedikit kupejamkan mata. Aku baru tersadar ketika e angian itu dikalahkan &leh bau badanku sendiri. 'aluriku tersentak. Sejak itu aku ingin beli par!um. (erek apa saja, asalkan angi. )ikirku, bukan untuk menggaet perempuan dan berbeda dengan teman-teman akti*is lainnya. Aku $uma ingin menghargai diri sendiri. +a, badan ini mesti diubah k&mp&sisi e angiannya. ,ni pertama kali aku punya keinginan beli par!um. Biasanya, sabun mandi saja sudah terasa $ukup membasuh badan lusuh ini. Toh, &rang yang kuhadapi tiap hari hanya itu-itu saja- Sardi, .usni, .int&, dan .ini. Bau badan mereka, termasuk juga aku, tak ada yang bisa membedakannya. Bau amis ketiak dan keringat menjadi satu membentuk ar&ma yang tidak sedap. %ami tak pernah menghiraukannya. ,tulah bau terindah yang selalu kami hirup. Aku pikir, ajar adanya dan kami tak pernah mempermasalahkannya. /angi atau tidak hanya sebuah perumpamaan dan bentukan s&sial dari keadaan. 0ntuk itulah, par!um bukan menjadi kebutuhan p&k&k. )ar!um hanya pantas dimiliki bagi mereka yang berpasangan. (enarik la an jenis dengan par!um memang bukan hal yang biasa lagi. 1ak ada rasanya &rang yang berani duduk di dekat pasangannya dalam keadaan amis. Ah, bahkan bau keringat pun tak ada lagi &rang yang menghargainya2 1api, memang ada yang berbeda dari par!um. ,tu yang baru saja kukenali. )ikiranku sedikit keliru. )elajaran itu kudapat dari Satria. 31ak apalah menyisihkan sedikit uang untuk menghargai diri sendiri.4 1ak mahal harga untuk sebuah par!um. )asar selalu memberikan kemudahan bagi penganut k&nsumerisme. 1ujuh ribu rupiah, harga sebuah par!um 5aku belum mampu membedakan antara par!um dengan splash cologne. )ikirku, setiap yang angi adalah par!um6. %upilih ar&ma terapi. "i antara puluhan yang berjejer di rak s alayan, $uma ar&ma terapi yang membuat hidungku merasa nyaman. 777 ,nilah langkah terindah yang pernah kuayunkan. Lima kali sempr&t, dari ketiak sampai buah baju, rasanya terasa $ukup membuatku lebih menikmati hari. Setidaknya, bau amis berganti menjadi ar&ma terapi. 3Aku telah menghargai diri sendiri di antara &rang-&rang yang selalu memikirkan &rang lain.4 Setiap senyum kuanggap kasiat parfum. Ar&ma terapi menyebar ke seluruh penjuru sampai sudut yang tak terhingga. "ari ujung ke ujung. "ari tatal ke tatal. Aku bangga membuat dunia menjadi angi. .asanya, dunia memang butuh ar&ma mengganti bau amis darah yang tiap hari keluar dari perut ibu perti i.

Aku merasa beruntung bertemu Satria tadi pagi. )ertama kalinya, Satria tak lagi jadi bahan diskusi kami. ,a jadi pahla an sekarang. )ar!um ini membuat &rang-&rang menyapaku. 3Senyummu indah %us.4 Auraku sedikit bertambah. Senyumku lebih mengembang. ,nikah alasan &rang-&rang pakai par!um8 )ar!um, par!um, &h, kenapa tidak semua &rang sadar akan e angian8 /ajar saja Bidin jadi /alik&ta. ,a tentu pakai par!um yang harum dengan harga yang sama dengan uang kuliahku dua semester. "ibeli di 9erman atau Amerika. )ar!um di sana tentu lebih harum daripada yang dijual di s alayan-s alayan yang hanya untuk kaum k&nsumerisme kelas menengah ke ba ah. Atau mungkin juga dibeli pada paran&rmal. (ereka biasanya mena arkan par!um dengan ar&ma yang berbeda. "i&lah sendiri. %atanya, kasiatnya lebih manjur daripada yang dijual dipasaran. 1idak semua &rang yang bisa membeli par!um pada paran&rmal. Biayanya lebih besar daripada membeli par!um buatan 9erman atau Amerika. %elebihannya mungkin terletak pada angi natural yang dita arkan. Bukankah tidak ada &rang yang suka dengan bau amis8 1ak apalah. )ar!um harga tujuh ribu saja rasanya sudah $ukup untuk mahasis a yang tak pernah punya anggaran membeli par!um. )ar!um /alik&ta tentu tak bisa aku beli dengan alat tukar yang hanya berjumlah tujuh lembar uang kertas bergambar %apiten )attimura. 3.ambutmu rapi, %us.4 1iga &rang yang berpapasan, mengeluarkan pujiannya. 1api sayang, mereka tidak berkata, 3Bau keringatmu berbeda hari ini.4 :h, aku baru saja tersentak. )ar!um ini telah menular ke rambut, ajah, dan senyumku. Siapa lagi yang akan memujiku8 Aku rindu pujian sebanyak mugkin untuk meyakinkan pada dunia bah a angi itu penting. Bau keringat yang diberikan 1uhan harus dila an dengan ar&ma terapi. Bau par!um ini sama halnya dengan sedikit dem&krasi yang dirindukan arga )akistan pas$a tertembaknya Bena;hir Bhutt&. )ar!um ini harus dinikmati semua &rang#minimal arga kampus ini. Atau setidaknya lagi temanteman diskusi. (ereka mesti diberi penyadaran bah a par!um itu penting. %esadaran akan angi benar-benar harus ditanamkan. "iskusi dengan bau badan amis tak lagi menarik bagiku. %&drat dan kebutuhan mesti diletakkan pada tempat yang semestinya. Bau badan bukan k&drat, tapi kebutuhan. 3<elanamu baru, %us.4 Apakah par!um ini menular juga ke $elanaku8 .&ni, yang baru saja menyapa, bahkan tidak bisa membedakan $elana yang baru dan usang. 0ntuk beli par!um saja aku harus rela meng&rbankan makan siang. 1idak sempat pula kiranya untuk beli $elana baru. Luar biasa, par!um ini ternyata membuat dunia menjadi absurd. /e angian ini begitu sempurna. Semua yang lusuh kelihatan baru= rambut yang tidak berminyak kelihatan rapi= dan senyum yang kusam menjadi mengembang. Betapa kasiat ini tak pernah diduga sebelumnya2 %eterkejutanku berikutnya terus bertambah. Semakin menakjubkan. >idung-hidung manusia ditusuk seperti kerbau. >idung-hidung itu punya kesimpulan yang sama- par!um di badanku begitu mengg&da dengan ar&ma terapi. <uma lima kali sempr&t di setiap sisi yang dirasa perlu. Bahkan Su$i, se&rang gadis berkepala batu hari ini men$air. 4%au begitu berbeda hari ini, %us. <elanamu beli di mana84 Aku tersentak dan harus terima dengan perubahan yang serba tidak jelas

ini. Apalagi melihat senyum Su$i. 0ntuk pertama kalinya Su$i membagi senyumnya kepada &rang yang tak pantas menerima senyuman. Lagi-lagi par!um ini mempes&na. Apalagi yang kuharapkan dari par!um8 Semuanya terlihat begitu sempurna. /alau belum tentu nyata. ,nilah sebenarnya yang diharapkan dari par!um- sebuah kamu!lase akan tampilan bentuk. Aku menikmatinya. Sama halnya dengan kenikmatan &rang-&rang pada umumnya akan tampilan bentuk. 3Sepatumu bagus, %us. %apan kamu beli84 Apalagi ini8 >ey, ini jelas tidak benar. Benar-benar tidak bisa diterima. %ele atan. 'alarku berjalan. %enapa tidak ada yang bisa membedakan antara dua hal yang jelas berbeda8 Sepatu ini jelas sudah lusuh. 1iga l&bang menganga di sisi kiri dan di depan. %enapa .udi bilang baru8 Sedikit pun tidak ada tanda-tanda sepatu ini baru. :rang yang bilang sepatu yang aku pakai baru, perlu diragukan &tak yang sedang diba anya. 1api, astaga, setelah berpapasan dengan .udi, semua &rang bilang sepatuku baru. Apakah mereka semua sudah gila8 >ip&tesis ini begitu membingungkan. 0stad; >am;ah juga bilang sepatuku baru. 1entu ia tidak sedang ber$anda, apalagi berdusta. >ip&tesis ini benar-benar membingungkan. )ar!um ini ternyata jauh lebih membingungkan. Baru dan usang tak ada yang bisa membedakan. Bagus dan buruk tak jelas lagi mana batasnya. ?a atnya, tak ada yang sadar bah a yang dilihat tidak seperti yang sedang aku pakai2 Aku teringat akan kemun$ulan par!um ini ketika keluar dari t&k&. )elbagai keanehan mun$ul. Sepertinya tubuhku tak lagi mutlak menjadi milik pribadi. Seharusnya aku bangga dengan keadaan ini, tapi tidak dengan sepatu. 777 Lima sempr&t par!um berar&ma terapi ini membuatku tak habis pikir. Semua yang ada, jelas nyata, berla anan dilihat, meskipun ia se&rang yang harusnya bisa diper$aya. Aku mulai $uriga pada par!um ini. ,sinya masih banyak, jika aku pakai, dua bulan baru par!um itu akan habis digunakan. Setiap senyum kuanggap kasiat parfum. Aku teringat Satria. Semua benda yang menggantung di leher, terpakai di badan, dan diletakkan di dekat kaki, adalah barang k&nsumti! dengan harga tak terkira#mungkin juga tak terjangkau. 9ika keadaannya setelah ia pakai par!um, bagaimana &rang melihat baju, senyum, dan sepatunya8 1entu jauh lebih bagus dari yang sekarang dikenakannya. Sepatu lusuh saja terlihat baru. Bagaimana dengan sepatu baru8 1entu &rang akan memandang new baru atau double baru. Aku ngeri membayangkan /alik&ta yang menggunakan par!um yang dibeli dari 9erman dan Amerika. 1ak ada lagi keburukan yang akan menganga karena semuanya ditutupi dengan bau par!um. )antaslah banyak &rang yang membeli par!um sampai ke luar negeri. (enghabiskan uang dengan hal, bila dibandingkan dengan kaum dua!a, tak pernah terpikirkan untuk menggunakannya. Bagaimana dengan &rang yang tak pakai par!um8 Aku hanya mampu mengatakan bah a par!um itu penting, setidaknya untuk mengurangi bau amis. 1api apakah bau amis mesti ditutupi8 Bukankah ada pepatah mengatakan 4Sampai manapun, bau yang busuk tetap akan ter$ium.4

)ertentangan antara kebutuhan dan keinginan berke$amuk. %ebutuhan mengatakan bah a tak perlu ada par!um toh tujuannya mengaburkan makna yang sebenarnya. "i lain hal, keinginan tentu tak tega memperbiarkan bau busuk meng&t&ri udara yang tak lagi bersih. 1api, ah, aku bingung dengan kata makna. 3"ari mana saja kau, %us84 ,ni keterlaluan. >ari-hariku dihabiskan hanya di kampus ini. Aku tak pernah kemana-mana. %&skampus-sekre tempat diskusi adalah tempat yang tak berubah kulalui dari aktu ke aktu. 3%au jelas mengada-ada, .int&.4 Aku mulai tidak tahan lagi dengan perlakuan par!um ini. 3Aku baru saja melihat kau di )asar .aya. :h, bahkan tubuhku sudah diduplikasi &leh par!um ini. Satu di tempat penuh keb&h&ngan, satu lagi di lingkungan akademis. "ua tempat ini begitu berbeda sangat. .int& melihatku di pasar, juga di sini. Aku tidak akan terima ini. 3Aku selalu di sini .int&, tidak ke mana-mana. (ari kita mulai saja diskusi ini.4 )ar!um ini harus segera dibumi hanguskan. "i buang sejauh-jauhnya sampai tidak terlihat &leh 1uhan sekalipun. "ikubur sedalam-dalamnya sampai di ba ah tanah yang tidak terjangkau &leh $a$ing. Sampai sekarang, sejak lima sempr&tan ar&ma terapi tadi pagi, tidak pernah ada yang bilang, 3Bau keringatmu berbeda hari ini.4 Sebenarnya hanya itu yang kuharapkan dari tadi pagi. .asanya tidak berlebihan, karna hari ini berbeda dari aktu yang sebelumnya. Setidaknya, tidak lagi bau keringat. 1ak se&rang pun yang tahu aku pakai par!um. %etika kutanyakan pada .ini, ia hanya bilang, 3%au tetap bau keringat, %us.4 1idak ada yang berubah, tetap bau keringat dan amis. 3+ang berubah pada dirimu adalah, kau serba baru sekarang. <elana, baju, sepatu, dan senyummu begitu indah, %us.4 1ak ada lagi ampun, par!um itu mesti dibuang. %alau bisa, dikembalikan lagi ke s alayan. 1ujuh lembar uang yang bergambar %apiten )attimura, yang seharusnya digunakan untuk makan siang, tidak bisa diganti dengan ketidakbenaran yang di$iptakan &leh par!um ini. >ip&tesisku baru saja selesai- angi par!um membuat &rang lupa akan sepatu buntut2 :h, ke mana hilangnya par!um yang kutaruh tadi pagi di atas meja8777

Anda mungkin juga menyukai