Anda di halaman 1dari 191

PENGARUH PENGETAHUAN TENTANG LINGKUNGAN HIDUP

TERHADAP SIKAP IBU RUMAH TANGGA DALAM PEMELIHARAAN


KEBERSIHAN LINGKUNGAN DI RUMAH SUSUN KARANG ANYAR
JAKARTA PUSAT

Stefanus Sweko Wibaresti

4315111488

Skripsi Ini Ditulis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mendapatkan


Gelar Sarjana Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2016
ii

ABSTRAK
Stefanus Sweko (4315111488). Pengaruh Pengetahuan Tentang Lingkungan Hidup
Terhadap Sikap Ibu Rumah Tangga Dalam Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan Di
Rumah Susun Karang Anyar Jakarta Pusat. Skripsi, Program Studi Geografi, Fakultas
Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan tentang lingkungan


hidup dengan sikap ibu rumah tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan di rumah
susun Karang Anyar Jakarta Pusat.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni
2016. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuanitaif dengan
pendekatan survei. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu rumah tangga di rumah
susun Karang Anyar sejumlah 326 orang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 77 ibu
rumah tangga yang diperoleh melalui rumus slovin. Teknik Pengambilan sampel
menggunakan teknik random sampling terhadap ibu rumah tangga baik yang bekerja maupun
yang tidak bekerja. Teknik pengambilan data menggunakan test terdiri dari 22 pertanyaan
untuk variabel X dan angket yang terdiri dari 20 pertanyaan untuk variabel Y.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara garis besar pada variabel X
Pengetahuan Tentang Lingkungan Hidup diketahui memiliki kategori sedang atau cukup baik
dengan jumlah persentase sebesar 59,74 %. Selanjutnya pada variabel Y Sikap Ibu Rumah
Tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan Dapat diketahui secara garis besar
memiliki kategori sedang dengan jumlah persentase sebesar 71,43 %. Untuk nilai tertinggi
dalam variabel X (Pengetahuan Tentang Lingkungan Hidup) terletak pada dimensi faktual
dan dimensi prosedural yaitu sebesar 27,27 %, dan untuk nilai tertinggi dalam Variabel Y
(Sikap Ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan) kategori tinggi yaitu
terletak pada indikator ke empat yaitu sikap dalam pengelolaan saluran pengaliran air limbah
yaitu sebesar 27,27 %. Dari berbagai uji yang telah dilakukan bahwa terjadi penolakan H0
ditolak dan H1 diterima, artinya koefisien regresi signifikan dan dapat dikatakan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan dari pengaruh pengetahuan tentang lingkungan hidup
terhadap sikap Ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan.

Hasil perhitungan koefisien determinasi (KD) diperoleh nilai koefisiennya sebesar


9,9225 % , sebagai kontribusi pengetahuan tentang lingkungan hidup terhadap sikap Ibu
Rumah Tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan. Sedangkan 90,0775% sikap Ibu
Rumah Tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan dipengaruhi oleh faktor lain di
luar variabel yang diteliti.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Ibu Rumah Tangga, Lingkungan, Kebersihan.


iii

ABSTRACT
Stefanus Sweko (4315111488) .The Influence Of Knowledge On Environment To The
Attitudes Housewives Available In The Raising Of Cleanliness Of The Environment In
Karang Anyar, Central Jakarta. Thesis , The Study Of The Geography Program , The
Faculty Of Social , Jakarta State University , 2016 .

Research aims to understand the influence of an understanding of the environment


life on a housewife available in the raising of cleanliness of the environment in flat karang
anyar jakarta pusat.penelitian this be implemented in april until june 2016 .Research
methodology used is the method research quantitative with the approach survey. Population
in research it is a whole housewives in flat karang anyar a number of 326 people . Sample in
this research as many as 77 housewives obtained through formula slovin .Technique the
sample collection using a technique random sampling to housewives both work and those
who are work. Technique the data using test consisting of 22 questions for variables x and
chief consisting of 20 questions for variables y.

The results of the study can be concluded that as a broad outline on the variables of
X an knowledge of the environment life is known to having medium category or pretty good
with the number of the percentage of 59,74 %. Next on the variables of Y attitude
housewives available in the raising of cleanliness of the environment it can be seen as a broad
outline having medium category by the number of the percentage of 71,43 %. To value
highest in variable x ( an understanding of the environment live located in dimension factual
and dimension procedural is as much as 27,27 %, and for the highest score in variable Y
(attitudes housewives available in the raising of a healthy environment ) a category which is
located high indicator in the fourth that is the attitude in the management of waste water
actually is as much as 27,27 %. Of various test that has been carried out that there are refusal
H0 were rejected and H1 accepted , does that mean the regression coefficient significant and it
can be said that there are significant influence from the influence of knowledge on
environment against attitude housewives available in the raising of a healthy environment.

The calculation on a coefficient determination (KD) obtained value of the


coefficients his 9,9225 %, as a contribution knowledge on environment to the attitudes
housewives available in the raising of cleanliness of the environment. While 90,0775 %
attitude housewives available in the raising of cleanliness of the environment influenced by a
factor of other than variable the treatment.

Keywords : Knowledge ,Attitude , Housewives , Environment, Cleanliness.


iv

LEMBAR MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Mintalah maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapatkan;
ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta,
menerima dan setiap orang yang mencari mendapat dan setiap orang yang
mengetok, baginya pintu dibukakan” (Matius 7 : 7-8)

“Mereka berkata bahwa setiap orang membutuhkan tiga hal yang akan membuat
mereka berbahagia di dunia ini yaitu ; seseorang untuk dicintai, sesuatu untuk
dilakukan dan sesuatu untuk diharapkan”

~Tom Bodett~

“Semua orang tidak perlu menjadi malu karena pernah berbuat kesalahan, selama ia
menjadi lebih bijaksana daripada sebelumnya”

~Alexandre Pope~

“Orang yang Pesimis adalah orang yang melihat kesulitan dalam setiap kesempatan,
dan Orang yang Optimis adalah orang yang melihat kesempatan dalam setiap
kesulitan”

~ Winston Churcill ~

Skripsi ini saya persembahkan untuk Ibu, Bapak, Adik , Kakek, Nenek dan Sanak
Saudara yang sangat saya sayangi. Untuk sahabat – sahabat dekat “Kanoti Family”,
orang – orang terkasih dan teman – teman seperjuangan khususnya Pendidikan
Geografi 2011 Universitas Negeri Jakarta
v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Jakarta :

Nama : Stefanus Sweko

NIM : 4315111488

Jurusan : Pendidikan Geografi

Menyatakan bahwa skripsi saya dengan judul “Pengaruh Pengetahuan


Tentang Lingkungan Hidup Terhadap Sikap Ibu Rumah Tangga Dalam Pemeliharaan
Kebersihan Lingkungan” adalah :

1. Dibuat dan diselesaikan oleh saya sendiri, berdasarkan data yang diperoleh
dari hasil observasi dan penelitian pada bulan Januari - Juni 2016.
2. Bukan merupakan duplikasi skripsi atau karya inovasi yang pernah dibuat
orang lain atau jiplakan karya tulis orang lain dan bukan terjemahan karya
tulis orang lain

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia
menanggung segala akibat yang timbul jika pernyataan saya tidak benar

Jakarta, 2016

Yang Membuat Pernyataan

Stefanus Sweko
vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan limpahan nikmat yang begitu besarnya dan kasih sayang yang
tiada terkira, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul :
“Pengaruh Pengetahuan Tentang Lingkungan Hidup Terhadap Sikap Ibu Rumah
Tangga Dalam Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan.”

Hasil Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan


pendidikan tingkat sarjana dan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari
Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada Drs. Suhardjo M.Pd selaku dosen pembimbing I yang
telah memberikan bimbingan, arahan, nasihat dan motivasi kepada penulis selama
penyelesaian penulisan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Ode Sofyan Hardi, M.Si, M.Pd selaku dosen pembimbing II atas segala
bimbingan, arahan, waktu dan juga kesabarannya yang telah diberikan kepada penulis
selama penyelesaian skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada :

1. Dr. Muhammad Zid, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial, Universitas
Negeri Jakarta, penulis berterima kasih atas arahan dan bimbingannya dari
awal hingga akhir masa perkuliahan.
2. Dra. Asma Irma S., M.Si selaku Ketua Program Studi Geografi, Fakultas Ilmu
Sosial, Universitas Negeri Jakarta
3. Bapak Aris Munandar S.Pd M.Si selaku pembimbing akademik yang
membimbing dari awal hingga akhir perkuliahan.
vii

4. Dosen - dosen Jurusan Geografi lainnya, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas


Negeri Jakarta. Penulis ucapkan terima kasih banyak atas segala ilmu baik
akademik maupun non – akademik yang kalian berikan selama proses
perkuliahan ini. Semoga ilmu yang kalian berikan bermanfaat bagi penulis
dan semoga penulis dapat membanggakan kalian di masa depan nanti.
5. Syifa Fauziah selaku Administrator Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Jakarta. Terima kasih banyak atas informasi yang
diberikan berkenaan dengan kehadiran dosen dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan kegiatan perkuliahan dari awal perkuliahan hingga tahap
penyelesaian skripsi.
6. Perangkat Administrasi Rumah Susun Karang Anyar, ketua RT dan Ketua
RW terutama kepada M. Hafizd, Agus Kurniawan dan Ading Zaenuddin,
terimakasih atas surat izin penelitian yang telah dikeluarkan sehingga penulis
dapat mengadakan penelitian di Rumah Susun Karang Anyar Jakarta Pusat
dengan lancar.
7. Christiana Titik Budiati dan Yustinus Widada, Bapak dan Ibuku yang
tercinta yang selalu penulis sayangi hingga akhir hayat terima kasih atas
segala doa dan motivasi serta nasihat yang selalu mengiringi langkah penulis
dalam penyelesaian skripsi ini. Skripsi ini penulis tujukan untuk kalian yang
sudah sangat tak sabar melihat anak pertama bisa lulus dan memperoleh gelar
S.Pd serta tak lupa pula kepada Adikku Martinus Alfredo Yosarto atas
dukungannya kepada penulis baik secara moril, materiil maupun non-materiil
selama pengerjaan skripsi.
8. Sahabat-sahabat terdekat yang setia dari awal semester perkuliahan hingga
saat ini terutama untuk Dwi Novitasari yang telah menyelasaikan skripsi nya
terlebih dahulu, sehingga memacu diri untuk bisa menyelesaikan skripsi ini.
Erian Fatria, Dinda Widyastuti, Eka Rachmi, Bagas Siwi Bismoko, Titin
Solihati, Muhammad Kausar serta teman-teman lainnya angkatan 2011.
Terimakasih penulis ucapkan atas doa, motivasi dan nasihat yang kalian
viii

berikan selama ini. Terimakasih pula atas tali persahabatan yang telah terjalin
sampai saat ini semoga tali yang telah kita jaga dengan erat ini tidak akan
pernah putus sampai kapanpun. Semoga semua cita-cita dan harapan kalian di
masa akan datang dapat terwujud dan menjadi orang yang berguna bagi
keluarga dan negara serta sahabatmu ini.
9. Arie Feryanto selaku senior dan mentor penulis selama di Geografi, Fakultas
Ilmu Sosial. Terimakasih kak atas segala nasihat, motivasi dan informasi
perkuliahan serta arahannya ketika penulis sedang menghadapi segala
keraguan dan kebimbangan akan skripsi.
10. Teman-teman “Kanoti family” yaitu Risky Syarifuddin, Aqin Manarul, Best
Ikrabuana, Elang Faisal H, Regi Suryo Laksono, Eko Budi Aryono, Prio
Nugroho, Iqbal Aulia, Riandi, Aziz Rosidiq, Widi Andhika Sandy, M Abdi
Sarbini, Akhmad Fatoni, Ahmad Sajali, dan Ryan Fariz Fadillah terimakasih
atas kebersamaan senasib sepenanggungan menunggu dosen dan kebingungan
setelah bimbingan. Terimakasih pula atas motivasi dan informasi yang selalu
kalian sampaikan terkait penyelesaian skripsi ini.
11. Bang Agus Kopi terimakasih atas doa dukungannya dalam menyelesaikan
skripsi dari awal hingga akhir. Tempat berteduh dikala hujan dan tempat
mengadu dikala bimbang.
12. Teman – teman seperjuangan angkatan 2011 Pendidikan Geografi Universitas
Negeri Jakarta lainnya, terima kasih untuk kebersamaannya selama ini. Setiap
momen dalam perkuliahan 5 tahun di geografi selalu meninggalkan arti dan
kenangan tersendiri yang tidak akan pernah terlupakan sampai kapan pun.
13. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu tanpa
mengurangi rasa hormat yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.
Semoga segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat imbalan di
sisi Tuhan Yang Maha Esa.
ix

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari


kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi bahan masukan bagi dunia pendidikan.

Sekian dan terimakasih.

Jakarta, Juni 2016

Peneliti

Stefanus Sweko
x

DAFTAR ISI
Halaman

LEMBAR PENGESAHAN i
ABSTRAK ii
LEMBAR MOTTO DAN PERSEMBAHAN iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Identifikasi Masalah 4
C. Pembatasan Masalah 5
D. Rumusan Masalah 5
E. Kegunaan Penelitian 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR


A. Hakikat Pengetahuan dan Lingkungan Hidup 6
1.1 Hakikat Pengetahuan 6
1.2 Lingkungan Hidup dan Kelestariannya 19
1.3 Pengetahuan Tentang Lingkungan Hidup Yang Diperlukan Dalam
Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan. 23
B. Hakikat Sikap dan Ibu Rumah Tangga 41
2.1 Hakikat Sikap 41
2.2 Komponen Pokok Sikap 43
2.3 Pembentukan Sikap 44
2.4 Berbagai Tingkatan Sikap 46
2.5 Praktek Atau Tindakan 48
2.6 Hakikat Ibu Rumah Tangga 48
C. Hakikat Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan 49
D. Kerangka Berpikir 66
E. Penelitian Relevan 68
F. Hipotesis Penelitian 69

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Tujuan Penelitian 70
B. Tempat dan Waktu Penelitian 70
C. Metode Penelitian 70
xi

D. Populasi dan Sampel Penelitian 71


E. Desain Penelitian 72
F. Metode Pengumpulan Data 72
G. Instrumen Penelitian 73
H. Uji Coba Instrumen 75
I. Teknik Analisis Data 78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Umum Wilayah Penelitian 84
B. Deskripsi Identitas Responden 86
C. Deskripsi Hasil Penelitian 92
D. Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Lingkungan Hidup (Variabel X) 93
E. Sikap Ibu Rumah Tangga Dalam Pemeliharaan Kebersihan
Lingkungan (Variabel Y) 101
F. Hasil Uji Instrument Penelitian 115
G. Pengujian Persyaratan Analisis 116
H. Pengajuan Hipotesis Penelitian 119
I. Koefisien determinasi 121
J. Pengaruh Pengetahuan Tentang Lingkungan Hidup Terhadap Sikap Ibu Rumah
Tangga Dalam Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan 122

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan 130
B. Saran 135

DAFTAR PUSTAKA 136


LAMPIRAN 139
xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Relevan 68


Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Variabel (X) 73
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Variabel (Y) 75
Tabel 3.3 Reliabilitas Kaidah Guilford 78
Tabel 3.4 Rumus Rentang Skor 78
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Laki-Laki dan Perempuan 86

Tabel 4.2 Jumlah Responden Berdasarkan Kelompok Umur 87


Tabel 4.3 Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 89
Tabel 4.4 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan 90

Tabel 4.5 Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang


Lingkungan Hidup 94
Tabel 4.6 Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang
Lingkungan Hidup Pada Dimensi Faktual 96

Tabel 4.7 Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang


Lingkungan Hidup Pada Dimensi Konseptual 97

Tabel 4.8 Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang


Lingkungan Hidup Dimensi Prosedural 99
Tabel 4.9 Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang
Lingkungan Hidup Pada Dimensi Metakognitif 100

Tabel 4.10 Sebaran Responden Berdasarkan Sikap Ibu Rumah Tangga


Dalam Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan 102

Tabel 4.11 Sebaran Responden Berdasarkan Sikap Ibu Rumah Tangga


Terhadap Pengelolaan Jamban Sehat 104

Tabel 4.12 Sebaran Responden Berdasarkan Sikap Ibu Rumah Tangga


Terhadap Tersedianya Air Bersih 105

Tabel 4.13 Sebaran Responden Berdasarkan Sikap Ibu Rumah Tangga


Terhadap Pengelolaan Sampah 107
xiii

Tabel 4.14 Sebaran Responden Berdasarkan Sikap Ibu Rumah Tangga


Dalam Pengelolaan Limbah Saluran Rumah Tangga 110

Tabel 4.15 Sebaran Responden Berdasarkan Sikap Ibu Rumah Tangga


Dalam Kebersihan Dan Kesehatan Rumah (Ventilasi, Lubang Pencahayaan
Sinar Matahari, Kebersihan Lantai) 113
xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Diagram Alur Kerangka Berpikir 66


Gambar 3.1 Desain Penelitian Variabel X dan Y 72
Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian 85
Gambar 4.2 Foto Tempat Sampah Di Rumah Susun Karang Anyar 107
Gambar 4.3 Foto Di Sekitar Selokan (Tempat Pengaliran Air Limbah) 109
Gambar 4.4 Suasana Di Dalam Rumah Responden 112
xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian


Lampiran 2. Angket Penelitian
Lampiran 3. Kunci Jawaban Variabel X Dan Y
Lampiran 4. Jawaban Kuesioner Variabel X
Lampiran 5. Jawaban Kuesioner Variabel Y
Lampiran 6. Hasil Uji Coba Variabel X Dan Variabel Y
Lampiran 7. Output Analisis Statistik Deskriptif
Lampiran 8. Uji Normalitas
Lampiran 9. Uji Homogenitas
Lampiran 10. Uji Linearitas
Lampiran 11. Uji Regresi Linear Sederhana
Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kedudukan manusia dalam suatu ekosistem adalah sebagai bagian dari

unsur-unsur ekosistem yang tidak mungkin dapat terpisahkan. Oleh karena itu

seperti halnya dengan organisme lainnya, kelangsungan hidup manusia

tergantung pada kelestarian ekosistemnya. Manusia mempunyai kesadaran dan

tanggung jawab atas kualitas lingkungan hidup, manusia berkeyakinan bahwa

makin tinggi kualitas lingkungan maka makin tinggi pula daya dukung

lingkungan hidup untuk manusia.

Mutu lingkungan yang baik didapat dengan cara memperbesar manfaat

lingkungan dan atau memperkecil resiko lingkungan. Usaha pelestarian

lingkungan hidup merupakan salah satu upaya pengelolaan lingkungan yang

dapat kita artikan sebagai usaha sadar untuk memelihara dan atau

memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar kita dapat terpenuhi dengan

sebaik-baiknya. Terpeliharanya keberlanjutan fungsi lingkungan hidup

merupakan kepentingan rakyat sehingga menuntut tanggung jawab,

keterbukaan, dan peran anggota masyarakat, yang dapat disalurkan melalui

orang perseorangan, organisasi lingkungan hidup seperti lembaga swadaya

masyarakat, kelompok masyarakat adat dan lain-lain untuk memelihara dan

meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang

menjadi tumpuan keberlanjutan pembangunan (Budiyanto, 2003 : 48).

1
2

Berdasarkan Undang-Undang Lingkungan Hidup, berperan serta dalam rangka

pengelolaan lingkungan hidup disamping suatu hak juga merupakan suatu

kewajiban. Undang-Undang Lingkungan Hidup pasal 6 ayat (1) tentang hak-hak

atas lingkungan, hak setiap orang untuk berperan serta dalam rangka pengelolaan

lingkungan hidup, dalam penjelasannya dinyatakan bahwa hak dan kewajiban

orang sebagai anggota masyarakat untuk berperan serta kegiatan pengelolaan

lingkungan hidup mencakup tahap perencanaan maupun tahap pelaksanaan dan

penilaian. Dengan adanya peran serta tersebut, anggota masyarakat mempunyai

motivasi kuat untuk bersama-sama mengatasi masalah lingkungan hidup dan

mengusahakan berhasilnya pengelolaan lingkungan hidup (Abdurrahman, 1983 :

58).

Masalah lingkungan hidup ditimbulkan oleh perbuatan manusia yang tidak

memperhatikan kelestarian daya dukung dari alam lingkungannya. Maka

masalah lingkungan hidup di Indonesia yang dihadapi sebenarnya ialah masalah

perubahan konsep mental manusia Indonesia, yang mungkin tanpa disadari telah

menjadi manusia perusak alam lingkungannya sendiri (Munandar, 1997 : 58).

Lingkungan yang kotor, tidak sehat dan kurang enak dilihat oleh mata pada

masyarakat perkotaan masih sering dijumpai Keadaan tersebut dapat dipengaruhi

oleh perilaku warga masyarakat yang tidak baik yang tercermin dalam kebiasaan

membuang limbah dan sampah disembarang tempat, serta kurangnya

kepededulian masyarakat dalam menjaga lingkungan hidup tempat mereka

tinggal.
3

Berdasarkan pengamatan peneliti ditemui kondisi lingkungan yang kurang

sehat di Rumah Susun Karang Anyar, terutama kondisi rumah penduduk yang

kurang memenuhi syarat kesehatan, yaitu dengan adanya kebiasaan penduduk

yang kurang baik yaitu membuang sampah disekitar rumah, selokan yang

dimiliki penduduk terlihat sangat kotor dan terlihat banyak sampah yang

menghambat kelancaran air, air limbah rumah tangga juga menimbulkan

aroma yang kurang sedap dan mengganggu kenyamanan.

Ibu rumah tangga sangat berperan dalam penting di dalam rumah. Mereka

menanamkan kebiasaan dan menjadi panutan bagi generasi yang akan datang

tentang perlilaku terhadap lingkungan. Dengan demikian Ibu rumah tangga ikut

serta menentukan kualitas lingkungan hidup ini.

Para Ibu rumah tangga perlu pemahaman akan pentingnya memelihara

kelestarian lingkungan hidup. Akan tetapi pada kenyataanya masih banyak ibu

rumah tangga yang belum mengetahui bagaimana cara memelihara kebersihan

lingkungan itu sendiri baik karena kebiasaan buruk maupun kurangnya

pendidikan akan bagaimana cara menjaga lingkungan di sekitar tempat mereka

tinggal.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam

penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaiamana tingkat pengetahuan tentang lingkungan hidup pada ibu rumah

tangga di Rumah Susun Karang Anyar Jakarta Pusat?


4

2. Bagaimana sikap ibu rumah tangga dalam pemeliharaan kebersihan

lingkungan di Rumah Susun Karang Anyar Jakarta Pusat?

3. Apakah ada pengaruh pengetahuan tentang lingkungan hidup terhadap sikap

ibu rumah tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan hidup di

Rumah Susun Karang Anyar Jakarta Pusat?

4. Seberapa besar pengaruh pengetahuan tentang lingkungan hidup terhadap

sikap ibu rumah tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan di Rumah

Susun Karang Anyar Jakarta Pusat?

5. Apakah pengetahuan tentang lingkungan hidup berpengaruh terhadap sikap

ibu rumah tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan di Rumah

Susun Karang Anyar Jakarta Pusat?

C. Pembatasan Masalah

Dari beberapa permasalahan yang telah diidentifikasikan di atas, maka

penelitian ini hanya dibatasi pada bagaimana pengaruh pengetahuan tentang

lingkungan hidup terhadap sikap ibu rumah tangga dalam pemeliharaan

kebersihan lingkungan di Rumah Susun Karang Anyar Jakarta Pusat.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka perumusan masalah yang

diajukan dalam penelitian ini adalah, Bagaimana pengaruh pengetahuan

terhadap lingkungan hidup dengan sikap ibu rumah tangga dalam pemeliharaan

kebersihan lingkungan di Rumah Susun Karang Anyar Jakarta Pusat?


5

E. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Peneliti, dapat menambah wawasan lingkungan, di Rumah Susun

Karang Anyar Jakarta Pusat.

2. Bagi Akademik dapat menambah khasanah keilmuan, menambah masukan

dan referensi tentang hubungan pengetahuan lingkungan hidup terhadap

sikap ibu rumah tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan di

Rumah Susun Karang Anyar Jakarta Pusat.

3. Bagi Pemerintah, sebagai informasi tentang sikap ibu rumah tangga Rumah

Susun Karang Anyar Jakarta Pusat dalam pemeliharaan kebersihan

lingkungan, sehingga dapat dijadikan pertimbangan untuk mengambil

kebijakan.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Hakikat Pengetahuan dan Lingkungan Hidup

1.1 Hakikat Pengetahuan

1.1.1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita. Kita dapat

mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki.

Selain pengalaman, kita juga menjadi tahu karena kita diberitahu oleh orang

lain. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007 : 3).

Pengetahuan merupakan hasil “Tahu“ dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui pancaindra manusia yakni: penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoatmodjo, 2003 : 121).

Pengetahuan (Knowledge) adalah suatu proses dengan menggunakan

pancaindra yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu dapat

menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat, 2007 : 24). Pengetahuan

seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai

macam sumber seperti, media poster, kerabat dekat, media massa, media

elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, dan sebagainya. Pengetahuan

dapat membentuk keyakinan tertentu, sehingga seseorang berperilaku sesuai

dengan keyakinannya tersebut (Istiari, 2000 : 5).

6
7

Menurut Taksonomi Benyamin S Bloom dalam Notoatmodjo (2005: 50)

menyatakan bahwa “pendidikan terdiri dari tiga ranah, yakni ranah kognitif,

ranah afektif dan ranah psikomotorik” dan pengetahuan termasuk ke dalam

ranah kognitif.

 Kognitif, meliputi kemampuan; mengetahui, memahami,

menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi.

 Afektif, meliputi kemampuan; perasaan, emosi, menanggapi,

menghargai, membentuk kepribadian, tingkat penerimaan atau

penolakan.

 Psikomotorik, yaitu hal-hal yang menyangkut keterampilan fisik/ gerak.

Anderson (2010: 39) menyatakan bahwa pengetahuan (terutama

dalam psikologi kognitif) terdapat empat kategori pengetahuan, yaitu:

pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural dan

pengetahuan metakognitif.

Pengetahuan Faktual adalah pengetahuan tentang elemen-elemen yang

terpisah dan mempunyai ciri-ciri tersendiri. Pengetahuan ini meliputi

elemen-elemen dasar yang digunakan oleh para pakar dalam menjelaskan,

memahami, dan secara sistematis menata disiplin ilmu, yaitu pengetahuan

tentang terminologi dan tentang detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik.

Elemen-elemen ini lazimnya berupa simbol-simbol yang diasosiasikan dengan

makna-makna kongkret yang mengandung informasi penting. Pengetahuan ini


8

kebanyakan berada pada tingkat abstrak yang relatif rendah. Pengetahuan

faktual terbagi menjadi dua subjenis pengetahuan yaitu:

 Pengetahuan tentang terminologi (Aa), meliputi pengetahuan tentang

label dan symbol verbal dan non verbal (misalnya, kata, angka, tanda

dan gambar).

 Pengetahuan tentang detil-detil dan elemen-elemen yang spesifik

(Ab) merupakan pengetahuan tentang peristiwa, lokasi, tanggal, orang,

sumber informasi dan semacamnya.

Pengetahuan Konseptual adalah pengetahuan tentang bentuk-bentuk yang

lebih kompleks dan terorganisasi. Pengetahuan konseptual mencakup

pengetahuan tentang kategori, klasifikasi, dan hubungan antara dua atau lebih

kategori atau klasifikasi- klasifikasi, dan hubungan antara dua atau lebih

kategori atau klasifikasi pengetahuan yang lebih kompleks dan tertata.

Pengetahuan konseptual meliputi skema, model mental, atau teori yang

implisit atau eksplisit dalam berbagai model psikologi kognitif. Skema,

model, dan teori ini mempresentasikan pengetahuan manusia tentang

bagaimana suatu materi kajian ditata dan distrukturkan, bagaimana bagian-

bagian atau bit-bit informasi saling berkaitan secara sistematis, dan

bagaimana bagian-bagian ini berfungsi bersama. Misalnya, model mental

untuk memperjelas mengapa harus ada musim, boleh jadi mencakup ide-

ide tentang bumi, matahari, rotasi bumi, dan kemiringan bumi terhadap
9

matahari pada bulan-bulan tertentu dalam setahun. Selama ini bukanlah fakta-

fakta yang sederhana dan terpisah tentang bumi dan matahari dan keterkaitan

antara hubungan-hubungan tersebut dan perubahan musim.

Pengetahuan konseptual ini merupakan salah satu aspek dari apa yang

disebut disciplinary knowledge, yakni cara ilmuwan memikirkan suatu

fenomena dalam disiplin ilmunya dalam contoh ini, penjelasan ilmiah tentang

perubahan musim.

Pengetahuan konseptual terdiri dari tiga subjenis, yaitu:

 Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori (Ba), meliputi kategori,

kelas, divisi, dan susunan yang spesifik dalam disiplin-disiplin ilmu.

Disiplin- disiplin ilmu berkembang, sehingga orang-orang yang

menggeluti merasa perlu menciptakan klasifikasi dan kategori yang

dapat digunakan untuk menstrukturkan dan mensistekatisasikan

fenomena. Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori lebih umum

dan sering lebih abstrak dari pada pengetahuan tentang terminology

dan fakta-fakta yang spesifik. Setiap disiplin ilmu memiliki

serangkaian kategori yang digunakan untuk menemukan dan

mengkaji elemen-elemen baru. Klasifikasi dan kategori berbeda dengan

terminology dan fakta; klasifikasi dan kategori menciptakan hubungan-

hubungan elemen-elemen.
10

 Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi (Bb), mencakup

pengetahuan tentang abstraksi-abstraksi tertentu yang meringkas hasil-

hasil pengamatan terhadap suatu fenomena. Abstraksi-abstraksi ini

sangat bermanfaat untuk mendeskripsikan, memprediksi, menjelaskan,

atau menentukan tindakan atau arah yang diambil. Prinsip dan

generalisasi merangkum banyak fakta dan peristiwa yang spesifik,

mendeskripsikan proses dan interelasi diantara detil- detil ini (sehingga

membentuk klasifikasi dan kategori), dan menggambarkan proses dan

interelasi diantara klasifikasi dan kategori. Dengan cara ini, prinsip

dan generalisasi memungkinkan seorang ahli menata semuanya secara

koheren dan ketat.

 Pengetahuan tentang teori, model dan struktur (Bc), meliputi

pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi serta interelasi antara

keduanya yang menghadirkan pandangan yang jelas, utuh dan sistemik

tentang sebuah fenomena, masalah, atau materi kajian yang kompleks.

Pengetahuan ini merupakan rumusan-rumusan abstrak dan dapat

menunjukan interelasi dan susunan dari banyak detail, klasifikasi dan

kategori serta prinsip dan generalisasi yang spesifik.

Pengetahuan Prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana

melakukan sesuatu. Ini melingkupi pengetahuan perihal keterampilan dan

algoritme, teknik dan metode, juga mengenai kriteria-kriteria yang digunakan

untuk menentukan dan/ atau menjustifikasi “kapan harus melakukan sesuatu”


11

dalam ranah-ranah dan disiplin ilmu tertentu. Jika pengetahuan faktual dan

pengetahuan konseptual mewakili pertanyaan “apa”, pengetahuan prosedural

bergulat dengan pertanyaan “bagaimana”. Dengan kata lain, pengetahuan

prosedural merupakan pengetahuan tentang beragam “proses”, sedangkan

pengetahuan faktual dan pengetahuan konseptual berurusan dengan apa yang

dapat dinamakan “produk”. Pengetahuan prosedural juga didefinisikan sebagai

pengetahuan tentang keterampilan, algoritme, teknik dan metode yang khusus

pada disiplin ilmu tertentu.

Pengetahuan Metakognitif adalah pengetahuan mengenai kognisi secara

umum, kesadaran akan dan pengetahuan mengenai kognisi diri sendiri.

Pengetahuan jenis ini meliputi pengetahuan strategis, pengetahuan tentang

proses-proses kognitif termasuk pengetahuan kontekstual dan kondisional serta

pengetahuan diri. Salah satu ciri teori belajar dan penelitian tentang

pembelajaran sejak penerbitan taksonomi pendidikan adalah menekankan pada

metode untuk membuat siswa makin menyadari dan bertanggung jawab atas

pengetahuan dan pemikiran mereka sendiri.

Anderson membagi jenis pengetahuan menjadai empat dimensi yaitu

faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. Anderson lalu

mendeskripsikan pada mengenai ciri masing-masing dimensi. Selain dimensi

pengetahuan juga telah dilakukan dimensi kognisi berdasarkan gradasi dari

yang paling rendah yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan,


12

menganalisis, mengevaluasi, dan berkreasi. Adapun ciri-ciri dimensi kognisi

tersebut:

1. Mengingat (Mengetahui)

a) Mengingat fakta, mempunyai ciri mengambil pengetahuan yang

relevan dari memori jangka panjang mengenai fakta atau kehidupan

sehari-hari.

b) Mengingat konsep, mempunyai ciri mengambil pengetahuan yang

relevan dari memori jangka panjang mengenai kategori, klasifikasi,

dan hubungan antara dua atau lebih kategori atau klasifikasi

pengetahuan yang lebih kompleks dan tertata.

c) Mengingat prosedur, mempunyai ciri mengambil pengetahuan yang

relevan dari memori jangka panjang mengenai cara melakukan

sesuatu atau rangkaian langkah yang harus diikuti.

d) Mengingat metakognitif, mempunyai ciri mengambil pengetahuan

yang relevan dari memori jangka panjang mengenai strategi,

kognitif, dan pengetahuan diri.

2. Memahami

a) Memahami fakta, mempunyai ciri mengkonstruksi fakta atau

kehidupan sehari-hari dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang

bersifat lisan, tulisan, ataupun grafis yang disampaikan melalui

pengajaran.

b) Memahami konsep, mempunyai ciri mengkonstruksi makna dari

pesan- pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan,


13

ataupun grafis yang disampaikan melalui pengajaran mengenai

kategori, klasifikasi, dan hubungan antara dua atau lebih kategori

atau klasifikasi pengetahuan.

c) Memahami prosedur, mempunyai ciri mengkonstruksi makna dari

pesan- pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan,

ataupun grafis yang disampaikan melalui pengajaran mengenai

melakukan sesuatu atau rangkaian langkah yang harus diikuti.

d) Memahami metakognitif, mempunyai ciri mengkonstruksi makna

dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan,

ataupun grafis yang disampaikan melalui pengajaran mengenai

strategi, kognitif, dan pengetahuan diri.

3. Mengaplikasikan

a) Mengaplikasi fakta, mempunyai ciri menerapkan atau

mennggunakan suatu prosedur mengenai fakta atau kehidupan

sehari-hari.

b) Mengaplikasi konsep, mempunyai ciri menerapkan atau

menggunakan suatu prosedur mengenai kategori, klasifikasi, dan

hubungan antara dua atau lebih kategori atau klasifikasi

pengetahuan yang lebih kompleks dan tertata.

c) Mengaplikasi prosedur, mempunyai ciri menerapkan atau

menggunakan suatu prosedur mengenai cara melakukan sesuatu

atau rangkaian langkah yang harus diikuti.


14

d) Mengaplikasi metakognitif, mempunyai ciri menerapkan

atau menggunakan suatu prosedur mengenai stategi, kognitif, dan

pengetahuan diri.

4. Menganalisis

a) Menganalisis fakta, mempunyai ciri memecah-mecah materi jadi

bagian penyusunnya dan menentukan hubungan mengenai fakta

atau kehidupan sehari-hari.

b) Menganalisis konsep, mempunyai ciri memecah-mecah materi jadi

bagian penyusunnya dan menentukan hubungan mengenai kategori,

klasifikasi, dan hubungan antara dua atau lebih kategori atau

klasifikasi pengetahuan yang lebih kompleks dan tertata.

c) Menganalisis prosedur, mempunyai ciri memecah-mecah materi

jadi bagian penyusunnya dan menentukan hubungan mengenai cara

melakukan sesuatu atau rangkaian langkah yang harus diikuti.

d) Menganalisis metakognitif, mempunyai ciri memecah-mecah materi

jadi bagian penyusunnya dan menentukan hubungan mengenai

strategi, kognitif, dan pengetahuan diri.

5. Mengevaluasi

a) Mengevaluasi fakta, mempunyai ciri mengambil keputusan

berdasarkan kriteria dan standar mengenai fakta atau kehidupan

sehari-hari.
15

b) Mengevaluasi konsep, mempunyai ciri mengambil keputusan

berdasarkan kriteria dan standar mengenai kategori, klasifikasi, dan

hubungan antara dua atau lebih kategori atau klasifikasi

pengetahuan yang lebih kompleks dan tertata.

c) Mengevaluasi prosedur, mempunyai ciri mengambil keputusan

berdasarkan kriteria dan standar mengenai cara melakukan sesuatu

atau rangkaian langkah yang harus diikuti.

d) Mengevaluasi metakognitif, mempunyai ciri mengambil

keputusan berdasarkan kriteria dan standar mengenai strategi,

kognitif, dan pengetahuan diri.

6. Mencipta

a) Mencipta fakta, mempunyai ciri memadukan bagian-bagian untuk

membentuk sesuatu yang baru dan koheren mengenai fakta

atau kehidupan sehari-hari.

b) Mencipta konsep, mepunyai ciri memadukan bagian-bagian untuk

membentuk sesuatu yang baru dan koheren mengenai kategori,

klasifikasi, dan hubungan antara dua atau lebih kategori atau

klasifikasi pengetahuan yang lebih kompleks dan tertata.

c) Mencipta prosedur, mempunyai ciri memadukan bagian-bagian

untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren mengenai cara

melakukan sesuatu atau rangkaian langkah yang harus diikuti.


16

d) Mencipta metakognitif, mempunyai ciri memadukan bagian-bagian

untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren mengenai

strategi, kognitif, dan pengetahuan diri.

1.1.2. Cara Mendapatkan Pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua,

yakni : (Notoatmodjo, 2005, hlm. 11-14).

a. Cara Tradisional Untuk Memperoleh Pengetahuan

Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini dilakukan

sebelum ditemukan metode ilmiah, yang meliputi:

1) Cara Coba Salah (Trial Dan Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan tersebut

tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila tidak berhasil, maka

akan dicoba kemungkinan yang lain lagi sampai didapatkan hasil mencapai

kebenaran.

2) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Di mana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan

baik tradisi, otoritas pemerintahan, otoritas pemimpin agama, maupun ahli

ilmu pengetahuan.

3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang

diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang


17

lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat

memecahkan masalah yang sama, orang dapat pula menggunakan cara

tersebut.

4) Melalui Jalan Pikiran

Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam

memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh

kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan fikiran.

b. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih

sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah.

1.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

a. Umur

Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat

beberapa tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja dari segi kepercayaan

masyarakat yang lebih dewasa akan lebih percaya dari pada orang belum cukup

tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman jiwa (Nursalam,

2001, hlm. 25).

Gunarsa dan Gunarsa (1990 : 15) mengemukakan bahwa makin tua umur

seseorang maka proses–proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan

tetapi pada umur tertentu bertambahnya proses perkembangan ini tidak secepat

ketika berusia belasan tahun.


18

b. Pendidikan

Tingkat pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu.

(Sarwono, 1992, yang dikutip Nursalam, 2001, hlm 38). Pendidikan adalah salah

satu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di

luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. (Notoatmodjo, 1993 : 81).

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, menurut Marta (1997 : 54), makin

tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima

informasi. Pendidikan diklasifikasikan menjadi:

a). Pendidikan tinggi: akademi/ PT

b).Pendidikan menengah: SLTP/SLTA

c).Pendidikan dasar: SD

Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan cenderung untuk

mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari media masa,

sebaliknya tingkat pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan

dan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan

(Koentjaraningrat, 1997, dikutip Nursalam, 2001, hlm 38). Ketidaktahuan dapat

disebabkan karena pendidikan yang rendah, seseorang dengan tingkat

pendidikan yang terlalu rendah akan sulit menerima pesan, mencerna pesan,

dan informasi yang disampaikan (Effendi, 1998, hlm. 14).

Wiet Hary dalam Notoatmodjo (1993 : 81) menyebutkan bahwa tingkat

pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan


19

memahami pengetahuan yang mereka peroleh pada umumnya, semakin tinggi

pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya.

c. Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experient is the best teacher),

pepatah tersebut bisa diartikan bahwa pemngalaman merupakan sumber

pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh suatu

kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat dijadikan

sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara

mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan persoalan

yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 2002 : 13).

1.1.4. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

(kuesioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau

diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas. Pengukuran tingkat

pengetahuan dimaksudkan untuk mengetahui status pengetahuan seseorang dan

disajikan dalam tabel distribusi frekuensi (Notoatmodjo, 2005 : 54).

1.2 Lingkungan Hidup dan Kelestariaanya

Manusia dengan segala aspek hidupnya bersama dengan komponen lingkungan

alam dan lingkungan binaan/buatan dilihat sebagai suatu kesatuan dalam apa
20

yang dinamakan lingkungan hidup (Marzali, dkk. 2002 : 42). Menurut UU No.

23/1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan, makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi

kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia, serta makhluk lain.

Secara skematis, komponen interaktif lingkungan hidup dapat digambarkan

dalam tiga aspek, yaitu aspek alam, sosial, dan binaan/buatan. Lingkungan hidup juga

merupakan sebuah sistem yang utuh, kolektivitas dari serangkaian subsistem

yang saling berhubungan, saling tergantung dan fungsional satu sama lain,

sehingga membentuk suatu kesatuan ekosistem yang utuh. Dengan demikian

lingkungan hidup bisa dikatakan sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari komponen

biotik dan abiotik, serta interaksi diantaranya dalam mencapai keberlangsungan.

Kedudukan manusia dalam kesatuan ekosistem adalah sebagai bagian dari

unsur-unsur lain yang tak mungkin terpisahkan. Karena itu seperti halnya dengan

organisme lainnya, kelangsungan hidup manusia tergantung pula pada kelestarian

ekosistemnya. Untuk menjaga terjaminnya kelestarian ekosistem, faktor manusia

adalah sangat dominan. Manusia harus dapat menjaga keserasian hubungan timbal

balik antara manusia dengan lingkungannya, sehingga keseimbangan ekosistem tidak

terganggu. Pengaruh manusia terhadap lingkungannya dapat mengakibatkan tiga

kemungkinan kepada kualitas lingkungannya, yaitu deteriorasi, tetap lestari, dan

memperbaiki.

Manusia mempunyai hubungan timbal balik dengan lingkungan. Aktivitasnya

mempengaruhi lingkungan, sebaliknya manusia dipengaruhi oleh lingkungannya.


21

Hubungan timbal balik demikian terdapat antara manusia sebagai individu atau

kelompok masyarakat dan lingkungan alamnya.

Masalah lingkungan sebenarnya adalah masalah bagaimana sifat manusia

terhadap lingkungan hidupnya yang sampai sekarang, pada umumnya baru taraf

kognitif. Artinya manusia baru mengetahui, memahami gejala kerusakan oleh

tingkah laku keliru pada masa lalu, namun sebagian besar sikap manusia di bumi

belum menunjukkan ke arah perbaikan. Dari tahap sikap ke tahap psikomotor

sebagai pengelola, masih memerlukan kemampuan lingkungan hidup manusia.

Mereka yang sekarang merusak lingkungan dapat disebut “salah didik”. Pendidikan

sekarang harus diarahkan kepada pembentukan sikap dan perilaku akan sadar

kelestarian dan peningkatan kualitas lingkungan hidup demi kelangsungan manusia

dan alam lingkungan. Kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang

terjadi selama ini berkaitan erat dengan tingkat pertambahan penduduk dan pola

penyebarannya yang kurang seimbang dengan jumlah dan penyebaran sumberdaya

alam serta daya dukung lingkungan yang ada. Disamping itu kerusakan tersebut juga

merupakan akibat dari pengaturan penggunaan sumberdaya alam dan lingkungan

hidup yang belum memadai.

Ketidakseimbangan pertambahan penduduk dengan pertambahan produksi

pangan ini sangat dipengaruhi keadaan lingkungan hidup, dimana lingkungan hidup

diperas dan dikuras untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sebagai akibatnya

lingkungan hidup makin rusak dan berkurang kemampuan ataupun produktivitasnya

(Soerjani, 1987 : 100).


22

Usaha pelestarian lingkungan hidup merupakan salah satu upaya

pengelolaan lingkungan yang dapat kita artikan sebagai usaha secara sadar untuk

memelihara dan atau memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar kita dapat

terpenuhi dengan sebaik-baiknya. Untuk mendapatkan mutu lingkungan yang baik,

usaha kita adalah memperbesar manfaat lingkungan. (Budiyanto, 2003: 35).

Pembangunan yang berwawasan lingkungan mempunyai semboyan “berpikirlah

secara global, namun berbuatlah secara lokal” oleh karena itu dalam mengantisipasi

terhadap kerusakan lingkungan baik akibat deplesi sumber daya alam maupun

pencemaran alam hendaknya berangkat dari wilayah terkecil seperti

individu/keluarga (BPS, 2003 : 87).

Penciptaan lingkungan yang seimbang sangat tergantung dari kegiatan manusia,

sedangkan kegiatan manusia sangat dipengaruhi oleh tingkat kesadaran

masyarakatnya dalam mengelola dan membina lingkungan itu. Dalam kehidupan

bernegara ini di dalamnya berisi kumpulan manusia yang disebut masyarakat,

dan bagian terkecil dari masyarakat ini adalah keluarga. Jadi warna dari masyarakat

ditentukan oleh keadaan keluarga.

Berbicara masalah kesadaran masyarakat terhadap lingkungan harus

diawali dari kesadaran keluarga, dalam hal ini adalah kesadaran menghadapi dan

menciptakan lingkungannya. Misalnya bagaimana menciptakan suasana yang

bersih disekitar rumah, bagaimana memelihara kebersihan itu di dalam rumah

kemudian berkembang ke scope yang lebih luas lagi yaitu di sekitarnya dan

masyarakat luas. Apabila suasana dan tingkah laku demikian sudah membudaya
23

maka tinggal meningkatkan bagaimana mengelola dan membudidayakan lingkungan

dengan berwawasan lingkungan (Budiyanto, 2003 : 45).

1.3 Pengetahuan Tentang Lingkungan Hidup Yang Diperlukan Dalam

Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan.

1.3.1 Ekologi dan Ilmu Lingkungan

Ekologi yang pertama kali berasal dari seorang biologi Jerman Ernest

Haeckel, 1869. Berasal dari bahasa Yunani “Oikos” (rumah tangga) dan “logos”

(ilmu), secara harfiah ekologi berarti ilmu tentangg rumah tangga makhluk hidup.

Yang merupakan makhluk hidup adalah lingkungan hidupnya.

Miller dalam Darsono (1995:16) ”Ekologi adalah ilmu tentang hubungan

timbal balik antara organisme dan sesamanya serta dengan lingkungan tempat

tinggalnya”

Odum dalam Darsono (1995: 16) “Ekologi adalah kajian struktur dan

fungsi alam, tentang struktur dan interaksi antara sesame organism dengan

lingkungannya dan ekologi adalah kajian tentang rumah tangga bumi termasuk

flora, fauna, mikroorganisme dan manusia yang hidup bersama saling tergantung

satu sama lain”

Subagja dkk, (2001:1.3). “Ekologi merupakan bagian ilmu dasar”. Dalam

ilmu lingkungan manusia mempunyai hak khusus, semuanya dipandang dari

kepentingan manusia, tetapi manusia juga harus mempunyai tanggung jawab yang

paling besar terhadap lingkungannya dimana tanggung jawab ini tidk mungkin

diserahkan kepada makhluk hidup lain. Manusia memandang alam dari sudut
24

pandang manusia, yaitu antroposentrik. Manusia menganggap alam diciptakan

untuk kepentingan dirinya. Secara implicit bahwa sudah sejak lama telah

dibutuhkan bangun alam agar tercipta lingkungan yang sesuai dengan kehidupan

manusia. Ilmu dan tekhnologi diciptakan untuk menguasai alam. Dengan

pandangan antroposentrik yang disertai dengan keinginan taraf hidup yang maki

tinggi dan perkembangan ilmu dan teknologi yang amat pesat, eksploitasi

lingkungan semakin meningkat. Kecenderungan peningkatan itu ditambah pula

oleh anggapan adanya sumber daya umum yang dimiliki bersama atau boleh

dikatakan tidak ada yang memiliki. Oleh karena itu perlunya mempelajari ilmu

lingkungan hidup agar dapat menempatkan diri sesuai dengan porsinya di dalam

lingkungan yang harus kita jaga.

1.3.2 Pencemaran Lingkungan

1.3.2.1 Pengertian Pencemaran Lingkungan

Polusi adalah istilah untuk menyebutkan setiap pencemaran atau

pengotoran lingkungan yang terdapat dimuka bumi oleh bahan atau zat yang

mengganggu kesehatan manusia, kualitas hidup manusia, atau fungsi alami

ekosistem. Ekosistem adalah lingkungan di mana berbagai jenis

makhluk hidup dan tak hidup saling berinteraksi dan saling mempengarui

Purwanto (2008 : 7).

Perusakan lingkungan hidup menurut UU RI No.23 tahun 1997

adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak

langsung terhadap sifat fisik dan atau hayatinya yang mengakibatkan


25

lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang

pembangunan berkelanjutan Neolaka (2008 : 32).

Menurut WHO, ditetapkan 4 tahapan pencemaran:

a) Pencemaran tingkat pertama

Pencemaran yang tidak menimbulkan kerugian pada manusia, baik

dilihat dari kadar zat pencemarannya maupun waktu kontaknya

dengan lingkungan.

b) Percemaran tingkat kedua

Pencemaran yang mulai menimbulkan iritasi ringan pada

pancaindra dan alat vegetatif lainnya serta menimbulkan gangguan

pada komponen ekosistem lainnya.

c) Pencemaran tingkat ketiga

Pencemaran yang sudah mengakibatkan reaksi pada faal tubuh dan

menyebabkan sakit yang kronis.

` d) Pencemaran tingkat keempat

Pencemaran yang telah menimbulkan dan mengakibatkan kematian

dalam lingkungan karena kadar zat pencemaran terlalu tinggi Supardi

(1994 : 31).

Pencemaran lingkungan adalah perubahan lingkungan yang tidak

menguntungkan, sebagian karena tindakan manusia, disebabkan perubahan

pola penggunaan energi dan materi, tingkatan radiasi, bahan-bahan fisika

dan kimia, dan jumlah organisme. Perbuatan ini dapat mempengaruhi


26

langsung manusia, atau tidak langsung melalui air, hasil pertanian,

peternakan, benda- benda, perilaku dalam apresiasi dan rekreasi di alam

bebas Supardi (1994 : 32). Secara umum kerusakan alam disebabkan oleh 2

faktor yaitu :

1) Kerusakan karena faktor internal yaitu kerusakan yang berasal dari

dalam bumi atau alam itu sendiri. Seperti : gempa bumi dan banjir

besar.

2) Kerusakan karena faktor eksternal yaitu kerusakan yang diakibatkan

oleh ulah manusia dalam rangka meningkatkan kualitas dan

kenyamanan hidupnya. Seperti : pencemaran udara (gas hasil

pembakaran bahan bakar pada transportasi), pencemaran air

(limbah industri), pencemaran darat ( limbah barang bekas), dan

proses penambangan Wisnu (2004 : 15-17).

1.3.2.2 Macam-Macam Pencemaran


a) Pencemaran Air
Pencemaran air adalah pencemaran yang diakibatkan
oleh masuknya bahan pencemar (polutan) yang dapat berupa gas,
bahan-bahan terlarut, dan partikulat. Pencemaran memasuki badan
air dengan berbagai cara, misalnya atmosfer, tanah, limpasan (run
off) pertanian, limbah domestik dan perkotaan, pembuangan industri
dan lain sebagainya Effendi (2002 : 195). Definisi pencemaran air
menurut Surat Kepurusan Menteri Negara

Banyak air tawar yang tercemar berat oleh sisa-sisa

pembuangan kotoran dan cairan pembuangan industri yang masuk


27

kedalam perairan, hal ini menyebabkan zat-zat beracun yang

terdapat pada cairan pembuangan tersebut terlarut dan terbawa

masuk keperairan. Cairan buangan adalah sisa-sisa pembuangan

dalam suatu bentuk cairan yang dihasilkan dari proses-proses

industri dan kegiatan rumah tangga. Zat-zat yang mengendap

mengurangi masuknya cahaya, akan menekan pertumbuhan

ganggang dan mematikan akar-akar tanaman. Endapan lumpur akan

menyebabkan arus berubah dan menghilangkan hewan-hewan yang

ada didasar. Zat-zat yang mengendap dapat menyumbat insang dan

menyebabkan ikan-ikan mati lemas. Pencemar organik berat

menyebabkan deoksigenetasi karena tidak adanya kegiatan

penguraian oleh bakteri Michael (2009 : 440).

b) Pencemaran Udara

Udara yang bersih adalah udara yang tidak mengandung

uap atau gas dari bahan-bahan kimia yang beracun. Disamping

itu, udara yang bersih adalah udara yang terhisap segar dan nyaman

bagi makhluk hidup, cukup kandungan oksigennya, tidak berwarna

dan berbau. Sebaliknya jika terjadi perubahan warna dan berbau

aneh, dapat dipastikan bahwa telah terjadi suatu pencemaran. Derajat

pencemaran udara ini tentu saja bermacam-macam dari yang ringan

sampai yang berat, kabut yang tipis didaerah pegunungan bukanlah

suatu pencemaran walaupun ada perubahan warna, kabut tersebut

adalah uap air yang menunjukan kelembapan yang tinggi, tetapi lain
28

halnya kabut tipis di daerah perkotaan dan daerah industri, hal

ini menunjukan adanya tanda-tanda suatu pencemaran udara baik

uap sisa pembakaran minyak kendaraan atau asap pabrik Farmono

(1995 : 13).

Definisi pencemaran udara menurut peraturan pemerintah

No. 29 Tahun 1986 adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup,

zat, energi, dan atau komponen lain keudara dan atau berubahnya

tatanan udara oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga

kualitas udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai

dengan peruntukannya .

Ervin Jungreis (1996 : 199), “The Various industrial


operations of the civilized world emit dusts, gases, vapors,
and mists. All of these in combination with naturally
occurring air borne materials form the basis of air pollution.”

Menurut Gunawan Sutarmo, pencemaran udara diartikan

sebagai adanya satu atau lebih pencemar yang masuk ke dalam udara

atmosfer yang terbuka, yang dapat berbentuk debu, uap, gas, kabut,

bau, asap atau embun yang dicirikan bentuk jumlahnya, sifatnya dan

lamanya Gunawan (1995 : 101). Modernisasi dan kemajuan teknologi

di dalam kehidupan telah menyebabkan pencemaran udara yang

serius. Walaupun ada kemungkinan untuk membersihkan air dan

memperbaiki daratan yang tidak sedap dipandang, maka tidak banyak

yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas udara. Tercemar


29

atau tidak kita harus menghisap udara sebagaimana adanya.

Pencemar-pencemar atmosfer dapat berupa partikulat (padatan yang

sangat kecil atau tetesan-tetesan cairan) atau berupa gas Michael

(2009 :147).

c) Pencemaran Tanah

Tanah merupakan sumberdaya alam yang mengandung benda

organik dan anorganik yang mampu mendukung pertumbuhan

tanaman. Sebagai faktor produksi pertanian tanah mengandung hara

dan air, yang perlu ditambah untuk pengganti yang habis dipakai.

Erosi tanah dapat terjadi karena curah hujan yang tinggi yang

mempengaruhi fisik, kimia, dan biologi tanah. Erosi perlu

dikendalikan dengan memperbaiki yang hancur, menutup

permukaannya, dan mengatur aliran permukaan sehingga tidak

merusak.

Komposisi tanah bergantung kepada proses pembentukannya,

iklim, jenis tumbuhan yang ada, suhu, dan air yang ada di sana.

Pencemaran menyebabkan suhu tanah mengalami perubahan

susunannya, sehingga menganggu kehidupan jasad yang hidup

didalam tanah maupun dipermukaan. Pencemaran tanah dapat terjadi

karena hal dibawah ini. Pertama ialah pencemaran secara langsung

karena menggunakan pupuk secara berlebihan. Kedua pencemaran

melalui air. Air yang mengandung bahan pencemar (polutan) akan


30

mengubah susunan kimia tanah sehingga mengganggu jasad yang

hidup di dalam atau di permukaan tanah. Ketiga melalui udara, udara

yang tercemar akan menurunkan hujan yang mengandung bahan

pencemar yang berakibat tanah akan tercemar juga Supardi (1994 :

66-67).

1.3.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pencemaran Lingkungan

a) Sumber Pencemar Udara

Secara umum sumber pencemaran udara dapat terjadi karena faktor

alamiah, yaitu peristiwa yang mempengaruhi alam sehingga

menimbulkan pencemaran yang dapat mengganggu manusia,

hewan, dan tumbuhan seperti letusan gunung, atau terjadi karena

buatan manusia seperti limbah industri dan limbah pabrik.

Pencemaran udara dapat terjadi karena zat atau senyawa:

(1) Karbon monoksida (CO)

Gas karbon monoksida (CO) dapat menjadikan udara

tercemar. Gas ini terjadi akibat pembakaran yang tidak sempurna

dari bahan- bahan yang mengandung karbon. Pencemaran udara

bisa disebabkan oleh setiap pembakaran atau peledakan yang

cenderung menghasilkan

gas CO Supardi (1994 : 41). Gas ini berasal dari knalpot

kendaraan bermotor.
31

(2) Belerangdioksida (SO2)

Gas belerangdioksida merupakan salah satu yang dapat

menjadikan udara tercemar gas ini berasal dari pembakaran

arang batu, minyak bumi, kilang minyak tanah, gunung api,

industri kimia, industri logam, industri pulp dengan proses sulfit

dan hasil pembakaran bahan bakar yang mengandung belerang.

(3) Nitrogen Oksida (NO dan NO2)

Nitrogen Oksida adalah kelompok gas yang

terdapat di atmosfer yang terdiri atas gas nitrik oksida dan

nitrogen oksida, kedua gas ini paling banyak ditemukan

sebagai sumber pencemar udara. Nitrit oksida merupakan gas

yang tidak berwarna dan tidak berbau, sebaliknya nitrogen

dioksida mempunyai warna cokelat kemerahan dan berbau

tajam. Nitrogen oksida merupakan hasil dari pusat-pusat

pembakaran oleh industri-industri, transportasi, pusat-pusat

pembangkit tenaga listrik.

(4) Senyawa Karbon

Dengan adanya penggunaan dari beberapa senyawa

karbon di bidang pertanian, kesehatan dan peternakan. Misalnya

kelompok organoklor (insektisida, fungisida, dan herbisida)

Ningsih (2010 : 45-48).


32

(5) Bau-bauan

Bau-bauan yang tidak enak, bisa menggangu

suasana lingkungan yang menyebabkan seseorang tidak akan

betah tinggal lama di tempat yang menyebarkan bau. Bau yang

tidak enak ini selain mengganggu kesehatan dan kenyamanan

orang, dapat juga dipakai sebagai petunjuk adanya pencemaran

racun-racun di udara. Walaupun secara fisik kita telah terbiasa

mencium bau yang tidak enak, karena beradaptasi rasa bau tadi

seolah-olah hilang. Akan tetapi, secara hygiene umumnya

keadaan ini tetap tidak berubah.

Bau yang tidak enak ini bisa berasal dari proses

pembusukan sampah, baik yang berasal dari jasad organis atau

biologis maupun kimia atau anorganis oleh makhluk-makhluk

pembusuk. Juga bisa yang dari hasil buangan limbah dari

pabrik-pabrik sehingga menyebabkan bau yang tidak enak ke

lingkungan sekitar. Sifat baunya sendiri bisa asam, wangi, pedas,

dan apek Supardi (1994 : 42-43).

b) Sumber Pencemaran Air

Pencemaran air dapat berasal dari berbagai sumber

pencemar, antara lain berasal dari industri, limbah rumah tangga,

limbah pertanian dll.

(1) Industri
33

Pabrik industri yang mengeluarkan limbah dapat

mencemari ekosistem air. Pembuangan limbah industri ke

sungai-sungai dapat menyebabkan berubahnya susunan

kimia, bakteriologi serta fisik air. Polutan yang dihasilkan

oleh pabrik dapat berupa Logam berat sepertitimbal, merkuri,

tembaga, seng dll. Panas, seperti air yang tinggi

temperaturnya sulit menyerap oksigen yang pada akhirnya

akan mematikan biota air.

(2) Limbah Rumah Tangga

Dari rumah tangga dapat dihasilkan berbagai macam

zat organik dan anorganik yang dialirkan melalui selokan-

selokan dan akhirnya bermuara di sungai-sungai. Selain

dalam bentuk organik dan anorganik dari limbah rumah

tangga bisa terbawa bibit-bibit penyakit yang dapat menular

pada hewan dan manusia.

Selain itu, dari rumah tangga dapat dihasilkan limbah

deterjen. Penggunaan deterjen terutama menyangkut masalah

bahan pembentuk (surfatan), masalah utama yang timbul

bukan karena racunnya, tetapi busanya yang mengganggu

lingkungan disekitarnya.

(3) Limbah Pertanian


34

Penggunaan pupuk didaerah pertanian akan mencemari

air yang keluar dari area pertanian. Air ini mengandung bahan

makanan bagi ganggang, sehingga mengalami pertumbuhan

dengan cepat. Ganggang yang menutupi permukaan air akan

berpengaruh buruk terhadap ikan-ikan dan komponen biota

air. Dari daerah pertanian terlarut pula sisa-sisa pestisida yang

terbawa arus sungai atau bendungan. Pestisida yang bersifat

toksit akan mematikan hewan-hewan air, burung dan bahkan

manusia Ningsih (2010 : 49).

c) Sumber Pencemar Tanah

Pencemaran tanah dapat terjadi oleh beberapa faktor. Pertama,

faktor alami seperti rusaknya lapisan tanah bagian atas, yakni

lapisan yang mengandung humus oleh matahari. Sinar matahari yang

terik dapat menghancurkan atau membakar humus, sehingga

tanah menjadi kurus.

Kedua, faktor manusia seperti pembuangan limbah, pemberian

pupuk yang berlebihan, pembakaran hutan, penebangan pohon-

pohon pelindung humus Ningsih (2010 : 53).

Pencemaran tanah dapat terjadi karena hal-hal di bawah

ini pertama ialah pencemaran secara langsung. Misalnya karena

menggunakan pupuk secara berlebihan, pemberian pestisida atau


35

insektisida, dan pembuangan limbah yang tidak dapat dicernakan

seperti plastik.

Pencemaran tanah dapat terjadi melalui air. Air yang

mengandung bahan pencemar (polutan) akan mengubah susunan

kimia tanah sehingga mengganggu jasad yang hidup di dalam atau

di permukaan tanah. Pencemaran tanah dapat juga melalui udara.

Udara yang tercemar akan menurunkan hujan yang mengandung

bahan pencemar ini. Akibatnya tanah akan tercemar juga Supardi

(1994 : 67).

Limbah atau Sampah bisa berasal dari berbagai sumber,

seperti industri, rumah tangga, sekolah, rumah sakit, perkantoran,

fasilitas umum, seperti stasiun kereta api, terminal bus. Sumber

datangnya sampah dapat diuraikan sebagai berikut Suryati (2009 :

16).

1) Rumah tangga, umumnya terdiri dari sampah organik dan

anorganik yang dihasilkan dari aktivitas rumah tangga.

Misalnya, buangan dari dapur, taman, debu, dan alat-alat rumah

tangga.

2) Daerah komersial, yaitu sampah yang dihasilkan dari

pertokoan, restoran, pasar, perkantoran, hotel. Biasanya terdiri

dari bahan pembungkus sisa-sisa makanan, kertas dari

perkantoran dll.
36

3) Sampah institusi, berasal dari sekolah, rumah sakit, dan pusat dan

pusat pemerintah.

4) Sampah industri berasal dari proses industri, dari pengolahan

bahan baku hingga hasil produksi.

5) Sampah dari fasilitas umum, berasal dari taman umum, pantai,

atau tempat rekreasi.

6) Sampah dari kontruksi bangunan, yaitu sampah yang berasal dari

sisa- sisa pembuatan gedung, perbaikan dan pembongkaran jalan

atau jembatan dll.

7) Sampah dari hasil pengelolaan air buangan dan sisa-sisa

pembakaran dari incinerator.

8) Sampah pertanian, berasal dari sisa-sisa pertanian yang tidak

dapat dimanfaatkan lagi.

1.3.3 Pembangunan Berkelanjutan

Pengertian pembangunan berwawasan lingkungan menurut Pasal 1

butir 13 Undang-Undang No.23 Tahun 1997 adalah upaya sadar dan

berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam

pembangunan yang berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup.

Mengacu pada The World Commission on Environmental and

Development (WCED), menyatakan bahwa pembangunan berwawasan

lingkungan adalah proses pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan

generasi masa sekarang tanpa mengesampingkan atau mengorbankan


37

kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya.

Selanjutnya Holdren dan Erlich, menyebutkan tentang pembangunan

berkelanjutan dengan terpeliharanya Total Natural Capital Stock pada

tingkat yang sama atau kalau bisa lebih tinggi dibandingkan dengan

keadaan sekarang Endria (2003 : 35).

Pembangunan berkelanjutan yang dikonsep oleh Stren, While, dan

Whitney sebagai suatu interaksi antara tiga sistem : sistem biologis dan

sumberdaya, sistem ekonomi, dan sistem sosial, yang dikenal dengan

konsep trilogi keberlanjutan: ekologi-ekonomi-sosial. Konsep keberlanjutan

tersebut menjadi semakin sulit dilaksanakan terutama di Negara

berkembang.

Prinsip pembangunan berkelanjutan mencakup pemikiran aspek

lingkungan hidup sedini mungkin dan pada setiap tahapan pembangunan

yang memperhitungkan daya dukung lingkungan dan pembangunan di

bawah nilai ambang batas Harun (1992 : 1).

Sejak dilaksanakannya Konferensi Stockholm 1972, masalah-masalah

lingkungan hidup mendapat perhatian secara luas dari berbagai bangsa.

Sebelumnya, sekitar tahun 1950-an masalah-masalah lingkungan hidup

hanya mendapat perhatian dari kalangan ilmuwan. Sejak saat itu berbagai

himbauan dilontarkan oleh pakar dari berbagai disiplin ilmu tentang adanya

bahaya yang mengancam kehidupan, yang disebabkan oleh pencemaran dan

perusakan lingkungan hidup Harun (1992 : 7)

Masalah lingkungan pada dasarnya timbul karena :


38

1. Dinamika penduduk

2. Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya yang kurang

bijaksana.

3. Kurang terkendalinya pemanfaatan akan ilmu

pengetahuan dan teknologi maju.

4. Dampak negatif yang sering timbul dari kemajuan

ekonomi yang seharusnya positif

5. Benturan tata ruang.

WCED mendekati masalah lingkungan dan pembangunan dari enam

sudut pandang, yaitu Harun (1992 : 7):

1. Keterkaitan (interdependency)

Sifat perusakan yang kait mengkait (interdependent) diperlukan

pendekatan lintas sektoral antar negara.

2. Berkelanjutan (sustainability)

Berbagai pengembangan sektoral memerlukan sumber daya alam

yang harus dilestarikan kemampuannya untuk menunjang proses

pembangunan secara berkelanjutan. Untuk itu perlu dikembangkan

pula kebijaksanaan pembangunan berkelanjutan dengan wawasan

lingkungan.

3. Pemerataan (equity)

Desakan kemiskinan bisa mengakibatkan eksploitasi sumber daya

alam secara berlebihan, untuk perlu diusahakan kesempatan merata


39

untuk memperoleh sumber daya alam bagi pemenuhan kebutuhan

pokok.

4. Sekuriti dan risiko lingkungan (security and environmental risk)

Cara-cara pembangunan tanpa memperhitungkan dampak negatif

kepada lingkungan turut memperbesar risiko lingkungan. Hal ini perlu

ditanggapi dalam pembangunan berwawasan lingkungan.

5. Pendidikan dan komunikasi (education and communication)

Penduduk dan komunikasi berwawasan lingkungan dibutuhkan

untuk ditingkatkan di berbagai tingkatan penduduk dan lapisan

masyarakat.

6. Kerjasama internasional (international cooperation)

Pola kerjasama internasional dipengaruhi oleh pendekatan

pengembangan sektoral, sedangkan pertimbangan lingkungan kurang

diperhitungkan. Karena itu perlu dikembangkan pula kerjasama yang

lebih mampu menanggapi pembangunan yang berwawasan

lingkungan.

Untuk menganalisis berbagai kendala yang dihadapi dalam pembangunan

yang berwawasan lingkungan, maka dapat digunakan keenam segi

penglihatan tersebut di atas, masalah-masalah tersebut misalnya adalah

sebagai berikut Soemartono (1996 : 35) :

1. Perspektif kependudukan, pembangunan ekonomi, teknologi dan

lingkungan.
40

2. Pengembangan energi berwawasan lingkungan, termasuk masalah

CO2, polusi udara, hujan asam, kayu bakar, dan konversi sumber energi

yang bisa diperbaharui dan lain-lain.

3. Pengembangan industri berwawasan lingkungan, termasuk di

dalamnya masalah pencemaran kimia, pengelolaan limbah dan daur

ulang.

4. Pengembangan pertanian berwawasan lingkungan, termasuk erosi

lahan, diversifikasi, hilangnya lahan pertanian, terdesaknya “habitat

wildlife”.

5. Kehutanan, pertanian dan lingkungan, termasuk hutan tropis dan

diversitas biologi.

6. Hubungan ekonomi internasional dan lingkungan, termasuk di sini

bantuan ekonomi, kebijaksanaan moneter, kebijaksanaan perdagangan,

dan internasional externalities; dan

7. Kerjasama internasional.
41

B. Hakikat Sikap dan Ibu Rumah Tangga

2.1 Hakikat Sikap

Sikap adalah kencenderungan seseorang berespon positif atau negatif terhadap

objek tertentu seperti orang, lembaga atau peristiwa.

“Secord and Backman (2001 : 10) use the term “attitude” for certain

regularities of an individual’s feelings, thoughts, and predispositions to act

toward some aspects of his environment”.

Menurut Secord dan Backman (2001:10), berpendapat sikap sebagai keteraturan

tertentu hal ini perasaan (afeksi), pandangan (kognisi) dan predisposisi tindakan

(konasi) seseorang terhadap suatu aspek lingkungan. Aspek kognisi menyangkut

komponen pengetahuan, pandangan, pengharapan, dan cara berpikir, serta segala

sesuatu yang diperoleh dari hasil pikiran individu. Aspek afeksi menyangkut

komponen perasaan dan keadaan emosi individu terhadap objek tertentu serta

segala sesuatu yang menyangkut evaluasi baik buruk berdasarkan faktor

emosional seseorang. Aspek konasi menyangkut motivasi, perilaku atau aktivitas

individu sesuai dengan perasaan terhadap suatu objek atau keadaan tertentu (Walgito,

2003 : 127).

Menurut Krech dan Crutchfield (2001 : 14) mendefinisikan sikap sebagai

organisasi yang tetap dari proses motivasi, emosi, persepsi atau pengalaman atas

suatu aspek dari kehidupan individu.


42

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan tertentu pada diri

individu berupa pemikiran (kognisi), perasaan (afeksi) dan kecenderungan untuk

bertindak (konasi), baik yang bersifat positif maupun negatif terhadap suatu objek.

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap menurut

pendapat Walgito (2002:117) adalah: 1) faktor dalam (faktor internal)

adalah individu merupakan penentu karena apa yang datang dari luar tidak

semuanya begitu saja diterima, tetapi individu mengadakan seleksi mana yang

akan diterima dan mana yang akan ditolaknya, 2) faktor luar (faktor eksternal)

adalah hal-hal atau keadaan yang ada di luar diri individu yang merupakan

stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap.

b. Pengukuran sikap

Menurut Neolaka (2008 : 41) metode pengungkapan atau

penyaluran sikap dapat dilakukan dengan cara: 1) obeservasi perilaku

adalah cara mengetahui sikap seseorang terhadap objek sikap, dapat

memperhatikan dan mangamati perilakunya, sebab perilaku merupakan salah

satu indikator sikap individu, cara mengintrepretasi sikap dengan

observasi harus hati-hati karena biasa jadi pelaku yang ditampakkan hanya

situasional, 2) penanyaan langsung adalah asumsi yang melandasi penanyaan

langsung guna pengungkapan sikap yang pertama adalah individu merupakan

orang yang lebih tahu tentang dirinya sendiri dan kedua adalah asumsi

keterusterangan bahwa manusia akan mengemukakan secara terbuka apa yang

dirasakan, 3) pengungkapan langsung adalah metode ini terdiri dari dua


43

macam yaitu: item tunggal dan item ganda, item tunggal caranya responden

diminta menjawab langsung suatu pernyataan sikap tertulis dengan memberi

tanda setuju, benci, atau suka, ya atau tidak, sedangkan item ganda adalah

teknik diferensi sematik, teknik ini dirancang untuk mengungkap perasaan

yang berkaitan dengan objek sikap yaitu memilih dimensi dan kata sikap yang

relavan dengan objek sikap.

c. Skala sikap

Merupakan metode pengungkapan sikap yang berupa kumpulan

pertanyaan-pertanyaan mengenai objek sikap dari respon subjek pada

setiap pernyataan dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap

seseorang. Cara mengukur sikap digunakan skala likert dalam Neolaka

(2008 : 23), skala ini menggunakan hanya item-item yang secara pasti baik

dan secara pasti buruk, tidak dimasukkan yang agak kurang, yang netral

dan rangking lain diantara dua sikap yang pasti di atas.

2.2 Komponen pokok Sikap

Menurut Notoatmodjo (2003 : ) ada tiga komponen pokok sikap yaitu :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Kecenderungan untuk bertindak laki-laki dan perempuan berbeda. Hal ini

dikarenakan, perempuan lebih banyak menggunakan intuisinya dalam


44

bertindak dibanding laki-laki. Perempuan lebih banyak memilih dalam setiap

tindakannya dan selalu memikirkan faktor resiko dari perbuatannya sehingga

kecenderungan untuk bertindakpun tidak seagresif kaum lelaki. Laki-laki lebih

banyak menggunakan emosionalnya dibanding intuisinya tanpa memikirkan

resiko dari tindakannya, sehingga kaum lelaki paling sering terkena resiko

tindakannya dibanding perempuan (Smartpsikologi, 2007 : 44).

Tiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total

attitude). Dalam pembentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan,

dan emosi memegang peranan penting.

2.3 Pembentukan Sikap

Menurut Azwar (2007 : 18) faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan

sikap antara lain :

a. Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan

mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.

Middlebrook (1974 : 101) mengatakan bahwa tidak adanya

pengalaman sama sekali dengan suatu objek psokologis

cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya


45

penting. Keinginan ini antara lain dimotifasi oleh keinginan

untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan

orang yang dianggap penting tersebut. Di antara orang yang

biasanya dianggap penting oleh individu adalah orang tua, orang

yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru,

teman kerja, istri, suami, dll.

c. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap

berbagai masalah karena kebudayaan dimana kita hidup

dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan

sikap kita.

d. Media massa

Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media

massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat

mengarahkan opini seseorang. Pesan-pesan sugestif yang dibawa

oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat akan memberi dasar

afektif dalam menilai sesuatu

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Kedua lembaga ini meletakkan dasar pengertian dan konsep moral

dalam individu sehingga kedua lembaga ini merupakan suatu

sistem yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap.

f. Pengaruh faktor emosional


46

Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi

yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau

pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Peran gender

sangat mempengaruhi keadaan emosional, perempuan menekankan

pada tanggung Jawab sosial dalam emosinya. Perempuan lebih

merasa bertanggung Jawab terhadap emosi orang lain. Mereka

sangat memperhatikan keadaan emosi orang lain sehingga lebih

mampu untuk memahami perubahan emosional. Oleh sebab itu

kaum perempuan biasanya jauh lebih memiliki empati terhadap

penderitaan orang lain ketimbang laki-laki. Masyarakat memiliki

stereotip bahwa laki-laki kurang mampu menghayati perasaan

emosionalnya. Adapun perempuan sangat menghayati emosinya.

Laki-laki mudah menyembunyikan emosi yang dialaminya,

sedangkan perempuan sulit menyembunyikannya. Oleh sebab itu

maka perempuan cenderung dilihat lebih emosional ketimbang

laki-laki. Masyarakat cenderung menganggap bahwa perempuan

lebih mudah merasakan takut, cemas dan sedih daripada laki-laki.

Sedangkan laki-laki dianggap lebih mudah untuk marah

(Smartpsikologi, 2007 : 105).

2.4 Berbagai tingkatan Sikap

Tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2003 : 76) adalah sebagai berikut :

a. Menerima (receiving)
47

Menerima dapat diartikan bahwa orang (subjek) mau

mempertahankan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar

atau salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Indikasi sikap ketiga adalah mengajak orang lain untuk

mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi adalah bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.

Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan

responden terhadap suatu objek. Sedangkan secara tidak langsung dapat

dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan

pendapat responden. Dan biasanya jawaban berada dalam rentang antara sangat

setuju sampai sangat tidak setuju.


48

2.5 Praktek atau Tindakan

Notoatmodjo (2003 : 94) menyatakan bahwa suatu sikap belum otomatis

terwujud dalam suatu tindakan (over behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi

suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga

diperlukan faktor pendukung (support) dari pihak lain.

Praktek ini mempunyai beberapa tingkatan , yaitu :

a. Persepsi (perception), yaitu mengenal dan memilih berbagai objek

sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan

praktek tingkat pertama.

b. Respon terpimpin (guided response), yaitu indikator praktek tingkat

dua adalah dapat melakukan sesuatu sesuai dengan contoh.

c. Mekanisme (mecanism), yaitu apabila seseorang telah dapat

melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu

sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat

tiga.

d. Adopsi (adoption), adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya

tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.6 Hakikat Ibu Rumah Tangga

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ibu rumah tangga dapat diartikan

sebagai seorang Wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan


49

rumah tangga, atau ibu rumah tangga merupakan seorang istri (ibu) yang hanya

mengurusi berbagai pekerjaan dalam rumah tangga (tidak bekerja di kantor).

Jadi, ibu rumah tangga merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan

seorang Wanita yang telah menikah serta menjalankan pekerjaan rumah keluarga

merawat anak-anaknya, memasak, membersihkan rumah dan tidak bekerja di luar

rumah. Seorang wanita sebagai Ibu Rumah Tangga menikah yang bertanggung

jawab atas rumah tangganya.

Ibu rumah tangga menurut Dwijayanti (1999 : 25) adalah Wanita yang lebih

banyak menghabiskan waktunya di rumah, mempersembahkan waktunya untuk

memelihara anak-anak dan mengasuh menurut pola-pola yang diberikan masyarakat.

Suwondo (1981 : 63) mengungkapkan bahwa ibu dalam keluarga memiliki

panca tugas, yaitu sebagai istri, ibu pendidik, ibu pengatur rumah tangga,

tenaga kerja, dan anggota organisasi masyarakat. Sebagai pengatur rumah tangga,

tugas seorang ibu sangat berat sebab seorang ibu harus dapat mengatur segala

peraturan rumah tangga. Oleh karena itu ibu dapat dikatakan sebagai administrator

dalam kehidupan keluarga. Seorang ibu juga harus dapat mengatur waktu dan tenaga

secara bijaksana. Seorang ibu sebagai istri juga dapat membantu penghasilan suami

untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

C. Hakikat Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan

Menurut Mukono (2000 : 47) Kebersihan adalah salah satu tanda dari keadaan

hygiene yang baik. Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan

diri agar sehat, tidak bau, tidak malu, tidak menyebarkan kotoran, atau
50

menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain. Kebersihan

badan meliputi kebersihan diri sendiri, seperti mandi, menyikat gigi, mencuci

tangan, dan memakai pakaian yang bersih. Mencuci merupakan salah satu cara

dalam menjaga kebersihan, dengan memakai air dan sejenis sabun atau deterjen.

Mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan produk kebersihan tangan

merupakan cara terbaik dalam mencegah penularan influenza dan batuk-pilek.

Kebersihan lingkungan terdiri dari kebersihan tempat tinggal (permukiman),

tempat bekerja, dan berbagai sarana umum. Tingkat kebersihan berbeda-beda

menurut tempat dan kegiatan yang dilakukan manusia. Kebersihan di rumah berbeda

dengan kebersihan kamar bedah di rumah sakit, sedangkan kebersihan di

pabrik makanan berbeda dengan kebersihan di pabrik semi konduktor yang bebas

debu.

Menurut (Mukono, 2000: 297) solusi menjaga kebersihan lingkungan yaitu :

1. Mulai dari diri sendiri dengan cara memberi contoh kepada

masyarakat bagaimana menjaga kebersihan lingkungan,

2. Libatkan tokoh masyarakat yang berpengaruh untuk memberikan

pengarahan kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan,

3. Libatkan para pemuda untuk ikut aktif menjaga kebersihan,

4. Perbanyak tempat sampah di sekitar lingkungan anda.

5. Bentuk petugas kebersihan dengan memberi imbalan yang sesuai

setiap bulannya.

6. Ajarkan kepada masyarakat untuk terbiasa memilah sampah rumah

tangga menjadi sampah organik dan non organik.


51

7. Pelajari teknologi pembuatan kompos dari sampah organic agar dapat

dimanfaatkan kembali untuk pupuk.

8. Berkreasi untuk membuat souvenir atau kerajinan tangan dengan

memanfaatkan sampah.

9. Buat jadwal untuk kegiatan kerja bakti dalam rangkan membersihkan

lingkungan.

Menurut Mukono (2000: 301) pemeliharaan kebersihan lingkungan adalah

usaha secara sadar untuk memelihara dan memperbaiki mutu lingkungan agar

kebutuhan dasar kita dapat terpenuhi sebaik-baiknya. Pemeliharaan lingkungan

adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan pengawasan, pengendalian,

pemulihan dan pengembangan yang pernah hidup.

Lingkungan yang sehat dengan memperhatikan keseimbangan ekologi untuk

menjalin interaksi dengan manusia dengan alamnya pada taraf optimal dan dalam

batas-batas tertentu untuk menjamin kehidupan yang sehat. Kehidupan sehat

meliputi kesehatan fisik, mental, dan hubungan sosial. Dalam konteks ini

menyangkut kesehatan fisik diantaranya yaitu kebersihan lingkungan. Kebersihan

lingkungan adalah sebagian usaha kesehatan yang membantu terhadap semua yang

bertujuan untuk mengadakan pencegahan atau penolakan terhadap faktor-faktor

hidup yang dapat menimbulkan penyakit.

Untuk menyebarkan informasi tentang kebersihan dan kesehatan lingkungan

kepada masyarakat luas diperlukan adanya kegiatan kebersihan lingkungan yang

bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku sehingga memiliki sikap

mempertahankan dan meningkatkan keadaan kualitas lingkungan, misalnya


52

mengusahakan kebersihan lingkungan setiap waktu, menghindarkan tumpukan

sampah, memperhatikan kebutuhan perseorangan.

Program kebersihan merupakan salah satu upaya meningkatkan kualitas

lingkungan seperti contohnya sampah, apabila pengangkutan sampah dari tempat

pengumpulannya tidak teratur maka itu akan menumpuk dan membusuk serta

berserakan sehingga lingkungan menjadi kotor.

Dengan lingkungan yang baik dapat ditingkatkan mutu suatu lingkungan,

sehingga membuat orang nyaman hidup didalam lingkungannya. Oleh karena itu

lingkungan yang baik dapat dilihat dari kebersihan dan keindahannya. Menurut

Setiawan dalam Renda (2005 : 20) kebersihan dan keindahan adalah keadaan yang

sesuai dengan tatanan lingkungan untuk memenuhi harapan dalam menghasilkan

suatu daerah yang berkembang secara dinamis dan mewujudkan keseimbangan

berbagai fenomena yang serasi sehingga kesehatan dan keindahan merupakan sarana

kenikmatan.

Penelitian ini membatasi sikap Ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan

kebersihan lingkungan, dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pemeliharaan

kebersihan lingkungan meliputi:

Pengelolaan terhadap pengelolaan jamban sehat, pengelolaan terhadap

tersedianya air bersih, pengelolaan tersedianya tempat sampah, pengelolaan

pengaliran Air Limbah, dan pengelolaan kebersihan dan kesehatan rumah (ventilasi,

lubang pencahayaan sinar matahari, kebersihan lantai).

1. Pengelolaan jamban keluarga


53

Jamban adalah sarana kebersihan yang sederhana yang digunakan

untuk membuang sisa-sisa metabolisme tubuh. Beberapa jenis kakus atau

jamban yaitu : kakus duduk model leher angsa, kakus jongkok model

leher angsa, dan kakus tradisional. Jamban atau kakus atau water

closet (WC) yang baik adalah :

a) terbuat dari porselin atau teraso.

b) sumur pembuangan (septic tank) yang tertutup.

c) ruang jamban tertutup dan beratap tetapi mempunyai lubang

angin (ventilasi) dan usahakan untuk mendapat cahaya.

Syarat jamban yang baik dan sehat adalah cukup penerangan, cukup

lubang angin, tidak menjadi sarang serangga, dan jarak septictank

sekurang- kurangnya 10 meter dari sumber air bersih dan selalu

dibersihkan agar tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Persyaratan

tersebut dapat terpenuhi dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a) Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban

terlindung dari panas dan hujan, serangga, dan binatang-binatang

lain, terlindung dari pandangan orang.

b) Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat

berpijak yang kuat.

c) Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang

tidak mengganggu pandangan, dan tidak menimbulkan bau.

d) Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau

kertas pembersih (Notoadmodjo, 1997 : 160).


54

2. Sarana Air Bersih

Peran air dalam kehidupan sangatlah penting, kita bisa menahan

diri dari kelaparan, tapi tidak bisa menahan rasa haus. Hal ini terjadi

karena tubuh kita sebagian besar terdiri dari cairan. Bila kita melihat dari

sifatnya, air sangat mudah tercemar. Dengan demikian tubuh kita pun

menjadi sangat rawan terhadap penyakit yang dibawa oleh air yang kita

gunakan, baik untuk diminum maupun untuk keperluan lain. Oleh karena

itu mendapatkan air yang sehat mutlak bagi kehidupan kita.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 416/MenKes/per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat Dan Pengawasan

Kualitas Air yang dimaksud air bersih adalah air bersih yang digunakan

untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan

dan dapat diminum apabila telah dimasak.

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk

memenuhi standar kehidupan manusia secara sehat. (Alamsyah dan

Muliawati 2013:173)

Menurut Departemen Kesehatan RI dalam (Sucipto dan Asmadi,

2011) yang dimaksud dengan Air Sehat adalah air bersih yang dapat

digunakan untuk kegiatan manusia dan harus terhindar dari kuman-kuman

penyakit dan bebas dari bahan-bahan kimia yang dapat mencamari air

bersih tersebut, dengan akibat orang yang memanfaatkannya

bisa jatuh sakit.


55

Menurut Soemarwoto (2004:268) pencemaran paling utama di

Indonesia ialah pencemaran akibat limbah domestik, oleh karena luasnya

daerah pencemaran dan besarnya jumlah korban. Karena itu

penanggulangannya harus diberi prioritas utama. Akan tetapi

umumnya masyarakat, pers dan pemerintah lebih memberi perhatian pada

limbah industri. Mungkin orang sudah terbiasa dengan pencemaran oleh

limbah domestik. Rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan banyak

orang tidak menyadari adanya pencemaran, baik dikota maupun didesa.

Orang menjadi terbiasa untuk menggunakan air yang tercemar untuk

memasak, mandi dan gosok gigi.

Air merupakan suatu saran utama untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari

berbagai macam penularan. Ketersediaan air bersih menjadi bagian

terpenting bagi setiap individu baik yang tinggal diperkotaan atau

pedesaan.

Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan manusia,

maka Sucipto dan Asmadi (2011:125-126) menyebutkan bahwa kualitas

air bersih harus memenuhi persyaratan, yaitu:

1) Syarat Fisik, antara lain: air harus bersih dan tidak keruh,

tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau dan suhu antara 10º-

25°C (sejuk)

2) Syarat Kimiawi, antara lain: tidak mengandung bahan

kimiawi yang mengandung racun, tidak mengandung zat-zat


56

kimiawi yang berlebihan, cukup yodium dan pH air antara 6,5-

9,2

3) Syarat Bakteriologi, antara lain: tidak mengandung kuman-

kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera dan

bakteri patogen panyebab penyakit.

Alamsyah dan Muliawati (2013 : 174) menyebutkan

bahwa Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air menurut

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

416/MenKes/Per/IX/1990 adalah sebagai berikut:

1) Parameter Fisik

Air yang mempengaruhi persyaratan fisik yaitu air yang tidak

berbau, tidak berasa, tidak berwarna, tidak keruh atau jernih,

dan dengan suhu dibawah suhu udara, serta memiliki jumlah

zat padat terlarut (TDS) yang rendah.

2) Parameter Mikrobiologis

Sumber air yang ada dialam pada umumnya mengandung

bakteri. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan

tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Oleh karena

itu, air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus

bebas dari bakteri patogen. Bakteri golongan koliform

merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri

patogen.

3) Parameter Radioaktivitas
57

Air yang memiliki bentuk radioaktivitas dalam bentuk

apapun memiliki efek yang sama, yaitu menimbulkan

kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan tersebut dapat

berupa kematian sel dan perubahan komposisi genetik.

4) Parameter Kimia

Air yang baik dari segi parameter kimia adalah air yang

tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang

berbahaya bagi kesehatan antara lain air raksa (Hg),

alumunium (Al), Arsen (As). Barium (Ba), Besi (Fe),

Flourida (F), Kalsium (Ca), derajat keasaman (pH), dan zat

kimia lainnya. Air sebaiknya dalam keadaan netral (tidak

asam dan tidak basa) untuk mencegah terjadinya pelarutan

logam berat dan korosi jaringan distribusi air.

3. Pengelolaan Sampah

Sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari

sumber hasil aktivitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai

ekonomis. (Alamsyah dan Muliawati, 2013 : 159). Sampah yang dimaksud

disini adalah sampah benda padat. Sedangkan pengertian Sampah menurut

DPU (1990) dalam (Sucipto dan Asmadi,2011 hlm 128-129) adalah

sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau

pemakai semula, sumberdaya yang tidak siap pakai, limbah yang bersifat

padat, yang terdiri dari zat organik dan zat anorganik, yang dianggap
58

tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan

lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.

Sampah seringkali menjadi persoalan rumit dalam masyarakat.

Sampah merupakan masalah lingkungan hidup yang sampai sekarang ini

belum dapat ditangani secara baik, terutama di negara berkembang.

Ketidakdisiplinan mengenai kebersihan dapat menciptakan suasana

kumuh akibat timbunan sampah. Begitu banyak kondisi tidak

menyenangkan akan muncul, seperti bau tidak sedap, lalat beterbangan,

dan gangguan berbagai penyakit. Tidak hanya itu, sampahpun dapat

menjadi peluang terjadinya pencemaran lingkungan disertai penurunan

estetika lingkungan. Pada musim hujan, tumpukan sampah yang tidak

tertangani dengan baik dapat menyumbat saluran drainase. Pembuangan

sampah tidak pada tempatnya, terutama di sungai, akan menghambat laju

air hujan dipermukaan sehingga ketika curah hujan meningkat, kondisi

semacam ini dapat mengakibatkan banjir.

Agar sampah tidak membahayakan kesehatan manusia, maka perlu

pengaturan pembuangannya. Dari sampah ini perlu diperhatikan cara

penyimpanannya, pengumpulannya, dan pembuangannya.

Menurut Sucipto dan Asmadi (2011:130) menyebutkan bahwa

untuk tempat sampah di tiap-tiap rumah isinya cukup satu meter

kubik. Tempat sampah janganlah ditempatkan didalam rumah atau di

pojok dapur, karena akan merupakan gudang makanan bagi vektor

penyakit. Penyakit bawaan sampah sangat luas, dan dapat berupa penyakit
59

menular dan tidak menular. Beberapa penyakit bawaan sampah antara

lain cholera, pest, thypus abdominalis, dysenterie basillaris, ascariasis,

ancylostomiasis, dan lain-lain.

Mekanisme pengelolaan sampah menurut Undang-undang Nomor 18

Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dalam (Alamsyah dan

Muliawati, 2013 : 160) meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) Pengurangan sampah, yaitu kegiatan untuk mengatasi timbulnya

sampah sejak dari produsen sampah (rumah tangga, pasar, dan

lainnya), mengguna ulang sampah dari sumbernya

dan/atau ditempat pengolahan, dan daur ulang sampah

disumbernya dan atau ditempat pengolahan.

2) Penanganan sampah, yaitu rangkaian kegiatan penanganan

sampah yang mencakup pemilahan (pengelompokan dan

pemisahan sampah menurut jenis dan sifatnya), pengumpulan

(memindahkan sampah dari sumber sampah ke TPS atau

tempat pengolahan sampah terpadu), pengangkutan (kegiatan

memindahkan sampah dari sumber, TPS atau tempat pengolahan

sampah terpadu), pengolahan hasil akhir (mengubah bentuk,

komposisi, karakteristik dan jumlah sampah agar diproses lebih

lanjut, dimanfaatkan atau dikembalikan alam dan pemrosesan

aktif kegiatan pengolahan sampah atau residu hasil pengolahan

sebelumnya agar dapat dikembalikan ke media lingkungan.

4. Air Limbah Rumah Tangga


60

Menurut Notoatmodjo dalam (Sucipto dan Asmadi 2011:128) Air

limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga,

industri dan pada umumnya mengandung bahan atau zat yang

membahayakan. Sesuai dengan zat yang terkandung didalam air limbah

maka limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan

gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara lain limbah

sebagai media penyebaran berbagai penyakit.

Bahan sisa secara umum disebut dengan limbah. Limbah cair ini

dapat berasal dari industri maupun rumah tangga. Limbah cair yang

mengandung senyawa berbahaya dan beracun mempunyai sifat yang

berbeda dengan air murni. Limbah air yang tercemar memberikan

ciri yang dapat diidentifikasi. Secara visual dapat diketahui dari:

kekeruhan, warna air, rasa, bau yang ditimbulkan. (Neolaka, 2008:77)

Limbah dari rumah tangga sering disebut dengan limbah domestik.

Masalah limbah domestik di Indonesia sangatlah luas, oleh karena

produsen limbah itu adalah manusia yang jumlahnya sekitar 200 juta

orang. Orang ini tersebar dikota dan di daerah pedesaan. Penelitian

menunjukan, didaerah pedesaan di pegunungan pun banyak badan air

yang tercemar oleh limbah domestik, antara lain sungai dan sumur.

Karena itu tidaklah mengherankan orang yang sakit karena

pencemaran oleh limbah domestik tiap tahunnya mencapai jutaan

orang, diantaranya banyak yang meninggal (Soemarwoto, 2004:260)


61

Pencemaran oleh limbah domestik mempunyai banyak akibat buruk.

Yang paling ringan adalah menurunya keindahan lingkungan. akibat yang

lebih buruk adalah terganggunya kesehatan. Gangguan itu dapat terjadi

karena air untuk keperluan rumah tangga tercemar, sehingga pencemaran

air itu akan menyebabkan timbulnya wabah penyakit. Comberan air yang

tercemar merupakan tempat hidup yang baik untuk brbagai jenis hewan

yang menularkan penyakit, antara lain nyamuk, lalat, dan tikus.

Menurut Entjang (2000) dalam (Sucipto dan Asmadi,

2011:129) maksud pengaturan pembuangan air limbah adalah:

1) Untuk mencegah pengotoran sumber air rumah tangga

2) Menjaga makanan, misalnya sayuran yang dicuci dengan

air permukaan

3) Perlindungan terhadap ikan yang hidup dalam kolam ataupun

kali

4) Menghindari pengotoran tanah permukaan

5) Perlindungan air untuk ternak

6) Menghilangkan tempat berkembang biaknya bibit-bibit

penyakit (cacing dan sebagainya) dan vektor penyebar

penyakit (nyamuk, lalat dan sebagainya)

7) Menghilangkan adanya bau-bauan dan pemandangan yang

tidak sedap.

Pengolahan air limbah bertujuan untuk menjaga kelestarian

lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat. Neolaka (2008:78)


62

menyebutkan bahwa secara umum ada dua tahap proses pengolahan

limbah cair yang bisa dipergunakan, yaitu:

1) Pengolahan Primer.

Proses pengolahan primer yang biasa digunakan adalah: (1)

Equalisasi, maksudnya mengontrol karakteristik limbah cair

agar fluktuasi kualitasnya dapat dikurangi. (2) Sedimentasi/

pengendapan, maksudnya untuk menghilangkan atau

memisahkan padatan tersuspensi dengan limbah dengan adanya

gaya gravitasi.

2) Pengolahan Sekunder.

Terdiri dari proses aerobik dan anaerobik, digunakan untuk

mendegradasi senyawa-senyawa organik yang terlarut

dalam limbah cair. Proses pengurainnya memerlukan

mikroorganisme untuk mendegradasikan bahan organik yang

terkandung didalam limbah cair

5. Kebersihan dalam rumah

Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi

sebagai tempat tinggal atau hunian. Rumah memiliki fungsi antara lain:

1) Tempat untuk melepas lelah, beristirahat setelah penat bekerja

atau melaksanakan kewajiban sehari-hari.

2) Tempat untuk bergaul dengan keluarga atau membina

rasa kekeluargaan bagi seluruh anggota keluarga yang ada.

3) Lambang status sosial.


63

4) Tempat untuk meletakan atau menyimpan barang-barang

berharga yang dimiliki, sebagai modalnya yaitu dapat dijual

ketika dalam keadaan memaksa, dan sebagainya.

Pembangunan perumahan memeberikan pengaruh yang besar

terhadap peningkatan derajat kesehatan keluarga, oleh karena itu pemerintah

merasakan perlu untuk menetapkan persyaratan kesehatan perumahan dan

kesehatan lingkungan perumahan. Adapun ketentuan persayaratan kesehatan

rumah tinggal menurut Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Nomor

829/Menkes/SK/1990 dalam (Alamsyah dan Muliawati 2013:169) adalah

sebagai berikut:

1) Bahan bangunan

a) Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat

membahyakan kesehatan, antara lian debutotal kurang dari 150

ug/m², asbestos kurang dari 0,5 serat/m³ per 24 jam, plumbum (Pb)

kurang dari 300/mg/kg bahan.

b) Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan

berkembangnya mikroorganisme patogen

2) Komponen dan penataan ruang

a) Lantai kedap air dan mudah dibersihkan

b) Dinding rumah memiliki ventilasi, dikamar mandi dan kamar cuci

kedap air dan mudah dibersihkan

c) Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan

kecelakaan
64

d) Bumbungan rumah 10m dan ada penangkal petir

e) Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya f) Dapur harus

memiliki saranan pembuangan asap

3) Pencahayaan

Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung

dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60

lux dan tidak meyilaukan mata

4) Kualitas udara

a) Suhu udara nyaman antara 18-30°C

b) Kelembaban udara 40-70%

c) Gas SO² kurang dari 0,10 ppm/24 jam

d) Pertukaran udara 5 kaki³/menit/penghuni

e) Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam

f) Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m³

5) Ventilasi

Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.

6) Vektor penyakit

Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang didalam rumah.

7) Penyediaan air

a) Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas

minimal 60 liter/orang/hari
65

b) Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau

air minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907

tahun 2002.

8) Sarana penyimpanan makanan

Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman.

9) Pembuangan limbah

a) Limbah cair yang berasal dari rumah tangga tidak mencemari sumber

air, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah.

b) Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak

menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah.

10) Kepadatan hunian

Luas kamar tidur minimal 8 m² dan dianjurkan tidak untuk lebih dari

2 orang tidur.
66

D. Kerangka Berfikir

Ibu Rumah Tangga

 Faktual
Pengetahuan Tentang  Konseptual
Lingkungan Hidup  Prosedural
 Metakognitif

 Sikap terhadap pengelolaan


Sikap Ibu Rumah Tangga jamban sehat
Dalam Pemeliharaan  Sikap terhadap tersedianya
Kebersihan Lingkungan air bersih
 Sikap tersedianya tempat
sampah
 Sikap Dalam Pengelolaan
Saluran Pengaliran Air
Limbah
 Sikap kebersihan dan
kesehatan rumah (ventilasi,
lubang pencahayaan sinar
matahari, kebersihan lantai).

Pengaruh Pengetahuan Tentang Lingkungan Hidup Terhadap


Sikap Ibu Rumah Tangga Dalam Pemeliharaan Kebersihan
Lingkungan.

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian


67

Pembangunan rumah susun saat ini memiliki peranan penting dalam memenuhi

kebutuhan tempat tinggal di Ibu Kota Jakarta dan khususnya di Jakarta Pusat. Rumah

susun merupakan salah satu hunian massal yang tentunya setiap ada sebuah

perubahan lingkungan akan mempengaruhi seluruh penghuninya. Lingkungan akan

berubah secara alamiah, baik secara alami atau karena dampak dari perilaku manusia

yang didasari oleh pengetahuan mengenai pemeliharaan kelestarian lingkungan

hidup. Ketika pemahaman masyarakat tentang lingkungan hidup baik, maka akan

memberikan dampak baik bagi lingkungannya dengan perilaku pemeliharaan

kebersihan dan kesehatan lingkungan yang pada akhirnya membawa masyarakat

dalam kondisi yang baik. Selain itu masih ada beberapa faktor pendukung lainnya

yang mempengaruhi pengetahuan masyarakat terhadap lingkungan yaitu kemampuan

Faktual, Konseptual, Prosedural dan Metakognitif.


68

E. Penelitian Relevan

Tabel 2.1 Penelitian Relevan

No. Nama Judul Metode Teknik Hasil


Penelitian Analisis
1 Anisa Pengaruh Kuantitatif Analisis Ada
Anggraeni Pengetahuan pengaruh pengaruh
(Skripsi, Tentang Lingkungan dengan antara
Universitas Terhadap Perilaku metode pengetahuan
Negeri Sehat di Rumah regresi linear tentang
Jakarta Susun Sindang lingkungan
2015) Kelurahan Koja, terhadap
Kecamatan Koja, perilaku
Jakarta Utara sehat
2 Putri Hubungan Antara Korelasi Analisis Korelasi
Rahmalila Tingkat Pemahaman dengan korelasi negative
(Skripsi, Kesehatan pendekatan dengan yang rendah
Universitas Lingkungan Dengan survai rumus dan memiliki
Negeri Kesehatan Keluarga koefisien arti
Jakarta Di Kelurahan korelasi hubungan
2008) Mustika Sari Dan peringkat yang tidak
Kelurahan Mustika spearman signifikan
Jaya antara
tingkat
pemahaman
dengan
kesehatan
keluarga
tersebut.
69

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu, apabila pengetahuan Ibu Rumah Tangga

tentang pemeliharaan kebersihan lingkungan hidup baik, maka sikap Ibu Rumah

Tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingungan akan baik, sebaliknya jika

pengetahuan Ibu Rumah Tangga tentang lingkungan hidup buruk, maka sikapnya

juga akan buruk.

H0 : Tidak terdapat pengaruh pengetahuan tentang lingkungan hidup dengan sikap

Ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan Rumah Susun

Karang Anyar.

H1 : Terdapat pengaruh antara pengetahuan tentang lingkungan hidup dengan sikap

Ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan Rumah Susun

Karang Anyar.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan tentang

lingkungan hidup terhadap sikap ibu rumah tangga dalam pemeliharaan kebersihan

lingkungan di rumah susun Karang Anyar Jakarta Pusat.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Susun Karang Anyar Jakarta Pusat

dengan alamat Jalan G Karang Anyar, Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Sawah

Besar Kotamadya Jakarta Pusat. Sedangkan waktu penelitian ini dilaksanakan dari

bulan April - Juni tahun 2016. Proses penelitian ini dimulai dari penyusunan proposal

penelitian, pencarian data penelitian hingga penyusunan hasil penelitian.

C. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini membutuhkan metode penelitian untuk menentukan

pengolahan data, maka peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan

pendekatan survei.

70
71

D. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu rumah tangga yang

bermukim di rumah susun Karang Anyar, Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan

Sawah Besar, Kotamadya Jakarta Pusat yang berjumlah 326. Sampel dalam

penelitian ini yaitu ibu rumah tangga baik yang bekerja maupun yang tidak

bekerja. Untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

Teknik Simple Random Sampling (Sampel Acak). Dalam pengambilan sampel

peneliti menggunakan rumus yang ditentukan (Slovin dalam Burhan Bungin :

2014 : 115).

Keterengan :

n = Jumlah sampel yang dicari

N = Jumlah populasi

d = Nilai presisi (ditentukan sebesar 90% atau a = 0,1)

n= N n= 326

N(d)2 + 1 326(0.01) + 1

n= 326 n= 326

326(0.1)2 + 1 3.26 + 1

n= 76.5258216

Dari hasil perhitungan, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah

76.5258216 ibu rumah tangga atau dibulatkan menjadi 77 ibu rumah tangga.
72

E. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan bentuk yang memberikan gambar atau arah

dalam suatu penelitian sehingga dari hipotesis yang diajukan “adakah

hubungan antara variabel bebas (pengetahuan tentang lingkungan hidup)

terhadap variabel terikat (sikap pemeliharaan kebersihan lingkungan )”, desain

penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Pengetahuan Tentang Sikap Pemeliharaan


Lingkungan Hidup Kebersihan Lingkungan
X Y

Gambar 3.1. Desain Penelitian Variabel X dan Variabel Y

F. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini diambil dari :

1) Data Primer dalam penelitian ini didapatkan dari hasil kuesioner dan hasil

survei di lapangan.

2) Data Sekunder dalam penelitian ini berupa data monografi yang diperoleh dari

secretariat rumah susun Karang Anyar dan Kelurahan Karang Anyar, Jakarta

Pusat.
73

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2009 : 102). Instrumen

penelitian yang digunakan berupa test dan angket. Test ini mengkaji tentang

pengetahuan lingkungan hidup dengan sikap ibu rumah tangga dalam

pemeliharaan kebersihan lingkungan di Rumah Susun Karang Anyar Jakarta

Pusat.

Pada penelitian ini dipergunakan instrumen untuk mengukur pengetahuan

tentang lingkungan hidup digunakan instrument berupa yang test dengan

alternatif jawaban, yaitu A, B, C, D, dan E. Untuk jawaban yang benar diberi

skor 1 dan untuk jawaban yang salah diberi skor 0.

Pengetahuan Tentang Lingkungan Hidup Dalam Penelitian Ini Adalah Sebagai

Variabel X Dengan Kisi-Kisi Instrumen Sebagai Berikut (Tabel 3.1)

Dimensi Indikator No Soal


Pengetahuan
Faktual Menunjukkan unsur-unsur terkait 1
lingungan hidup
Menunujukkan ciri-ciri kualitas 2
lingkungan hidup
Menunjukkan penyebab pencemaran 3
lingkungan hidup.
Menunjukkan penyebab perusakan 4, 5
lingkungan hidup.
Menunjukkan cara melestarikan 6
lingkungan hidup.
Menunjukkan penerapan pembangunan 7
74

berkelanjutan.
Konseptual Menjelaskan unsur-unsur lingkungan 8, 9
hidup
Menjelaskan baku mutu lingkungan hidup. 10
Menjelaskan penyebab pencemaran 11
lingkungan hidup.
Menjelaskan penyebab perusakan 12
lingkungan hidup.
Menjelaskan penyebab resiko lingkungan 13
hidup.
Menjelaskan pengertian pembangunan 14, 15
berkelanjutan.
Prosedural Mengidentifikasi baku mutu kualitas 16
lingkungan hidup.
Mengidentifikasi serta menganalisis 17, 18
pencemaran, perusakan, risiko lingkungan
dan usaha pelestarian lingkungan hidup
Memasangkan penanggulangan 19
pencemaran lingkungan hidup.
Metakognitif Mengenali Strategi Penanggulangan 20, 21
pencemaran lingkungan hidup.
Mengambil pengetahuan yang relevan 22
mengenai penanggulangan pencemaran
lingkungan hidup

Untuk mengukur sikap ibu rumah tangga dalam pemeliharaan kebersihan

lingkungan, digunakan instrumen berupa angket dengan skala likert, dan dengan

lima alternatif jawaban, yaitu : sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (RR),

tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Masing-masing alternatif jawaban

tersebut secara berturut-turut diberikan skor 5, 4, 3, 2, dan 1.


75

Sikap Ibu Rumah Tangga Dalam Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan

Pada Penelitian Ini Adalah Sebagai Variabel Y Dengan Kisi-Kisi Instrument

Sebagai Berikut (Tabel 3.2)

Variabel Y Indikator Nomor Soal


Sikap Ibu Rumah
Tangga Dalam 1. Sikap Terhadap Pengelolaan
Pemeliharaan Jamban Sehat 1, 2, 3
Kebersihan
Lingkungan
2. Sikap Terhadap Tersedianya Air
Bersih 4, 5, 6

3. Sikap Terhadap Pengolaan


7, 8, 9, 10, 11, 12,
Sampah
13,

4. Sikap Dalam Pengelolaan


Saluran Pengaliran Air Limbah 14, 15, 16

5. Sikap Kebersihan Dan


Kesehatan Rumah (Ventilasi,
Lubang Pencahayaan Sinar 17, 18, 19, 20
Matahari, Kebersihan Lantai).

H. Uji Coba Instrumen

1. Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2010: 211). Suatu instrument

dikatakan valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya,


76

instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah

instrument dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang

diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrument menunjukkan

sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran

tentang validitas yang dimaksud. Ketentuan instrument yang valid

dinyatakan kurang valid apabila nilai r hitung > dari nilai r tabel,

sedangkan instrument yang dinyatakan kurang valid dinyatakan apabila nilai

r hitung < r tabel. Dalam penelitian ini validitas instrument kuesioner diuji

dengan perhitungan SPSS VERSI 23.0.

Sebelum dilakukan penelitian kepada ibu rumah tangga butir soal

dilakukan uji validitas yang dilakukan terhadap 77 responden dengan jumlah

pertanyaan 28 untuk variabel X dan 24 pertanyaan untuk variabel Y. Dari

hasil perhitungan diketahui bahwa :

a. Dari 28 butir soal, pertanyaan yang valid untuk variabel X sebanyak

22 pertanyaan. Butir pertanyaan dinyatakan valid apabila hasil

perhitungan lebih besar dari r tabel (0,2231) N=77. Hasil pengujian

dapat dilihat pada lampiran 6.

b. Dari 24 butir soal, pertanyaan yang valid untuk variabel Y sebanyak

20 pertanyaan. Butir pertanyaan dinyatakan valid apabila hasil

perhitungan lebih besar dari r tabel (0,2231) N=77. Hasil pengujian

dapat dilihat pada lampiran 6.


77

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrument

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah baik tidak akan bersifat

tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban

tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan

menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Untuk mengetahui reliabilitas

dengan cara menganalisis data menggunakan teknik alpha cronbach, kategori

reliabilitas dapat dilihat dari tabel yang mengacu pada kaidah Guiford, terlihat

pada tabel dibawah ini.

Setelah butir soal dilakukan uji validitas data, selanjutnya butir soal di uji

reliabilitasnya dengan berdasarkan Cronbach’s Alpha. Dari perhitungannya

diperoleh hasil reliabilitas :

a. Untuk variabel X sebesar 0,806. Dari hasil yang diperoleh maka

dicocokkan dengan tabel kaidah reliabilitas Guilford didapat bahwa

data termasuk dalam kategori reliabel yakni dengan koefisien

reliabilitas antara 0,700- 0,900. Hasil pengujian reliabilitas pada

variabel X dapat dilihat pada lampiran 6.

b. Untuk variabel X sebesar 0,787. Dari hasil yang diperoleh maka

dicocokkan dengan tabel kaidah reliabilitas Guilford didapat bahwa

data termasuk dalam kategori reliabel yakni dengan koefisien


78

reliabilitas antara 0,700 – 0,900. Hasil pengujian reliabilitas pada

variabel X dapat dilihat pada lampiran 6.

Tabel 3.3 Reliabilitas Kaidah Guiford

Koefisien Reliabilitas Kategori

>0,9 Sangat reliabel

0,7 – 0,9 Reliabel

0,4 – 0,7 Cukup Reliabel

0,2 – 0,4 Kurang Reliabel

<0,2 Tidak Reliabel


Sumber : Sugiyono (2009)

I. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil penelitian, selanjutnya dilakukan

analisis data. Data yang telah terkumpul akan dianalisis secara kuantitatif.

Untuk rentang skor menggunakan rumus di bawah ini :

Tabel. 3.4 Tabel Rumus Rentang Skor


Kategori Rumus Tinggi
Tinggi X ≤ M + SD
Sedang M – SD ≤ X ≤ M + SD
Rendah X < M – SD
79

Keterangan: M : Mean
SD : Standar Deviasi
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik uji regresi dengan

langkah- langkah sebagai berikut :

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui distribusi data penelitian

normal atau tidak. Hal ini penting untuk menentukan jenis statistik yang digunakan,

jika data tersebut tidak berdistribusi normal, maka digunakan metode statistik non-

parametrik. Sedangkan jika data tersebut berdistribusi normal, maka dapat

menggunakan statistik parametrik. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan

perbandingan skewness dan kurtosis harus berada pada jangkauan -2 sampai 2 agar

data berdistribusi normal, diluar itu maka data tidak berdistribusi normal. Untuk lebih

memperkuat pengujian normalitas dilakukan juga pengujian dengan menggunakan

One Sample Kolmogorv- Smirnov. Kriteria normalitas pada One Sample

Kolmogorv-Smirnov adalah jika Asymp sig (2-tailed) > ∝ (0.05), maka sampel

berdistribusi normal. Jika Asymp sig (2-tailed) < ∝ (0.05), maka sampel tidak

berdistribusi normal.

2. Uji Linearitas Data

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua variabel mempunyai

regresi yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan

sebagaipersyaratan dalam analisis korelasi atau regresi linear. Pengujian pada SPSS
80

dengan menggunakan Test For Linearity dengan taraf signifikansi (∝) sebesar 5%

atau 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear apabila

signifikansi

(linearity) kurang dari 0,05. Dengan ketentuannya adalah : Jika nilai Sig < ∝

(0.05), maka regresi linear Jika nilai Sig > ∝ (0.05), maka regresi tidak linear.

3. Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas bertujuan untuk mencari tahu apakah dari beberapa kelompok

data penelitian memiliki varians yang sama atau tidak. Dengan menggunakan

software SPSS versi 23.0 ketentuannya adalah :

Jika Sig > α (0.05), maka data homogen

Jika Sig < α (0.05), maka data tidak homogen

4. Analisis Regresi

a. Regresi Linear Sederhana

Menurut Sugiyono (2009: 204) regresi sederhana merupakan perhitungan yang

didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen

dengan satu variabel dependen. Sebelum data penelitian ini di uji menggunakan

regresi linier sederhana, data di ubah terlebih dahulu menjadi bentuk skala interval

dengan bantuan software MSI (methods of successive interval). Rumus regresi linear

sederhana sebagai berikut :


81

Y’=a+bX

Keterangan :

Y’ = regresi Y atas X
a = konstanta regresi
b = koefisien regresi

Dengan ketentuan sebagai berikut :

 Sig < ∝ (0,05), Ho ditolak dan H1 diterima (koefisien regresi signifikan)

 Sig > ∝ (0,05), Ho diterima dan H1 ditolak (koefisien regresi tidak

signifikan)

Untuk membaca persamaan regresi maka melihat Tabel Coefficients pada

lampiran 11 dengan membaca konstanta, dan nilai t sehingga akan memperoleh

persamaan regresi Y’ = a+ bX.

b. Uji Koefisien Regresi Sederhana (Uji-t)

Uji-t berfungsi untuk melihat pengaruh variabel independen (X) berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel dependen (Y). Untuk mengetahui

terdapatnya pengaruh positif atau negatif serta signifikansi antara variabel

pengetahuan lingkungan hidup dengan perilaku masyarakat dalam menjaga

kebersihan permukiman maka dihitung dengan menggunakan uji t. Uji ini dilakukan
82

dengan penentuan signifikan (The Test Of Significance Approach). Tes ini menguji

hipotesis dengan menentukan taraf signifikansi kesalahan (∝) sebesar 5% atau 0,05.

Dengan menggunakan software SPSS versi 23.0, maka ketentuannya, jika :

 Sig < ∝ (0,05), maka Ho ditolak dan H1 diterima (ada

pengaruh secara signifikan)

 Sig > ∝ (0,05), maka Ho diterima dan H1 ditolak (tidak ada pengaruh

secara signifikan)Atau dengan cara memperbandingkan t tabel dengan t

hitung :

 t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima (ada pengaruh

secara signifikan)

 t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan H1 ditolak (tidak ada pengaruh

secara signifikan)

t hitung dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

t hitung = =

c. Koefisien Determinasi

Untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan

variasi variabel terikat maka digunakan perhitungan Koefisien Determinasi (R2).

Besarnya nilai koefisien determinasi adalah di antara nol dan satu (0< R2 <1). R2

menunjukkan seberapa besar kemiringan atau Slope (pengaruh X) terhadap Y. Untuk


83

menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X terhadap Y dapat ditentukan

dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut :

KD = r2 x 100%

Keterangan :

KD = Nilai koefisien determinan

r = Nilai koefisien korelasi


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum Wilayah Penelitian

a. Letak, Luas dan Batas Wilayah

Rumah Susun Karang Anyar merupakan rumah susun yang terletak di Kelurahan

Karang Anyar, Kecamatan Sawah Besar, Kotamadya Jakarta Pusat, DKI Jakarta.

Rumah Susun Karang Anyar memiliki luas 7.285 m2 dengan 1 RW dan 16 RT. Rumah

Susun Ini didirikan pada tahun 1994 dan dikelola oleh Dinas Perumahan dan Gedung

Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta. Rumah Susun Karang Anyar memiliki batas-

batas administratif sebagai berikut :

Sebelah Utara : Jalan Ekonomi.

Sebelah Timur : Kelurahan Kartini, Kecamatan Sawah Besar Jakarta Pusat.

Sebelah Selatan : Jalan B Karang Anyar.

Sebelah Barat : Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Sawah Besar Jakarta

Pusat.

84
85

Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian Di Rumah Susun Karang Anyar Jakarta Pusat
86

b. Kependudukan

Rumah Susun Karang Anyar memiliki 1 Rukun Warga (RW) dan 16 Rukun

Tetangga (RT). Jumlah penduduk di Rumah Susun Karang Anyar pada Tahun 2016

sejumlah 1.121 Jiwa dengan komposisi penduduk lebih banyak laki-laki dibanding

penduduk perempuan. Penduduk laki-laki berjumlah 573 jiwa atau sekitar 51,11 % dan

penduduk perempuan berjumlah 548 jiwa atau sekitar 48,89 % untuk lebih jelasnya

dapat dilihat di Tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Laki-Laki dan Perempuan

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase


Responden (%)
1 Laki-Laki 573 51.11
2 Perempuan 548 48.89
Total 1.121 100
Sumber : Sekretariat Rumah Susun Karang Anyar 2016

B. Deskripsi Identitas Responden

a. Latar Belakang Responden

Data latar belakang responden didasarkan pada identitas yang tercantum dalam

kuisioner penelitian yaitu :

1. Umur responden

Semua responden adalah seorang Ibu Rumah Tangga di Rumah Susun

Karang Anyar Jakarta Pusat dikelompokkan berdasarkan usia dapat dilihat

pada Tabel 4.2 sebagai berikut :


87

Tabel 4.2 Jumlah Responden Berdasarkan Kelompok Umur

No Kelompok Umur Jumlah Persentase


Responden (%)
1 19 – 24 8 10.39
2 25 – 30 11 14.29
3 31 – 36 15 19.48
4 37 – 42 10 12.98
5 42 – 48 13 16.88
6 49 - 54 13 16.88
7 55 - 60 5 6.49
8 ≥ 61 2 2.61
Total 77 100
Sumber : Hasil Penelitian Mei 2016

Berdasarkan tabel 4.2 responden terbanyak yaitu di rentang umur 31

- 36 dengan persentase berjumlah 19,48 %. Untuk responden terendah

yaitu di rentang umur ≥ 61 dengan persentase berjumlah 2,61 %. Untuk

kategori responden paling tua dengan umur ≥ 61 sedangkan untuk

kategori ibu rumah tangga paling muda berjumlah 8 atau 10,39 % dari

total jumlah keseluruhan responden. Untuk kategori berdasarkan umur,

nilai perolehan untuk tingkat pengetahuan tertinggi didapatkan pada

rentang umur 25-30 dan terendah pada rentang umur ≥ 61 dikarenakan

pada umur 25-30 disini adalah ibu rumah tangga masih bisa berpikir

dalam bidang pengetahuan khususnya lingkungan hidup dan faktor

pendidikan yang masih belum terlepas dari memori mereka. Sedangkan

pada umur 61 keatas merupakan umur untuk para ibu rumah tangga

beristirahat, memori mereka tentang pengetahuan biasanya sudah


88

terlepas sehingga mereka tidak mampu lagi mengenali soal-soal

pengetahuan tersebut. Untuk rentang umur dengan perolehan sikap

dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan berada pada kelompok

umur 42-48 dikarenakan pada umur tersebut ibu rumah tangga sudah

berpengalaman untuk membersihkan dan mereka juga turut

mengajarkan pada anak-anak mereka tentang bagaimana menjaga

kebersihan di rumah dan di sekitar. Untuk kategori terendah disini

ditemukan pada kelompok umur 19 – 24 yaitu ibu rumah tangga yang

masih dalam usia perkawinan muda biasanya belum terlalu mengerti

bagaimana bersikap sebagai ibu rumah tangga yang baik dalam

menjaga kebersihan lingkungannya karena mungkin juga dipengaruhi

oleh umur yang masih muda sehingga belum berpengalaman dalam

memelihara kebersihan lingkungan di sekitar dan kurang pekanya

terhadap kondisi kebersihan di Rumah Susun tersebut.

2. Pendidikan Terakhir Responden

Tingkat pendidikan terakhir adalah jenjang pendidikan terakhir

yang ditamatkan oleh responden diantaranya SD, SMP, SMA, dan

Perguruan Tinggi. Untuk rincian pendidikan terakhir responden dapat

dilihat pada tabel 4.3 berikut :


89

Tabel 4.3 Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Pendidikan Jumlah Persentase


Terakhir Responden (%)
1 SD / Sederajat 16 20.78
2 SMP / Sederajat 20 25.98
3 SMA /Sederajat 29 37.66
4 Perguruan Tinggi 12 15.58
Total 77 100
Sumber : Hasil Penelitian Mei 2016

Berdasarkan tabel 4.3 terlihat bahwa mayoritas tingkat pendidikan

responden adalah jenjang SMA / Sederajat yaitu berjumlah 29 atau

sebesar 37,66 %, kemudian SMP berjumlah 20 atau sebesar 25,98 % ,

SD berjumlah 16 atau sebesar 20,78 % dan paling sedikit yaitu tamatan

Perguruan Tinggi berjumlah hanya 12 atau sebesar 15.58 %. Dari data

di atas diperoleh bahwa responden yang memliki nilai pengetahuan

tentang lingkungan hidup paling tinggi berada pada jenjang Perguruan

Tinggi dengan perolehan skor sebesar 22 dari 22 pertanyaan yang

diberikan. Untuk kategori nilai pengeteahuan terendah pada jenjang

Sekolah Dasar dengan perolehan skor 3 dari 22 soal yang diberikan.

Sedangkan untuk perolehan nilai sikap dalam pemeliharaan kebersihan

lingkungan perolehan skor tertinggi terdapat pada jenjang Perguruan

Tinggi dengan perolehan skor sebesar 100 dari total maksimal 100.

Untuk nilai sikap terendah juga terdapat pada kategori jenjang

pendidikan Sekolah Dasar dengan perolehan skor sebesar 7. Mengapa


90

nilai skor pada jenjang Perguruan Tinggi paling baik itu semua karena

proses pengalaman yang telah ditempuh dari Sekolah Dasar hingga

Perguruan Tinggi mereka diajarkan untuk berpikir dan bersikap lebih

baik terhadap keadaan sekitarnya sehingga jenjang tersebut lebih baik

dibanding jenjang pendidikan lainnya dalam pengetahuan tentang

lingkungan hidup serta sikap mereka dalam pemeliharaan kebersihan

lingkungan di Rumah Susun Karang Anyar.

3. Pekerjaan Responden

Di Rumah Susun Rumah Karang Anyar, Kelurahan Karang Anyar

Kecamatan Sawah Besar Jakarta Pusat memiliki jenis pekerjaan yang

beragam. Untuk rincian pekerjaan responden Ibu Rumah Tangga dapat

dilihat pada tabel 4.4 berikut :

Tabel 4.4 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase


Responden (%)
1 Ibu Rumah Tangga 25 32.47
2 Karyawan 19 24.67
3 Wiraswasta 15 19.48
4 PNS 8 10.39
5 Tenaga Kesehatan 10 12.99
Total 77 100
Sumber : Hasil Penelitian Mei 2016

Berdasarkan tabel 4.4. sebagian besar responden bekerja sebagai

Ibu Rumah Tangga dengan jumlah 32,47 %. Kemudian Ibu Rumah


91

Tangga yang bekerja sebagai Karyawan berjumlah 24,67 % (masing-

masing bekerja di Kantor, Pertokoan, Sekolah dan Rumah Sakit),

Wiraswasta berjumlah 19,48 %, PNS berjumlah 10,39 dan semua

merupakan Guru yang sekolah Negeri. Dan yang terakhir responden

bekerja sebagai tenaga kesehatan di Rumah Sakit dengan jumlah 12.99

%. Untuk nilai pengetahuan tentang lingkungan hidup dengan skor

tertinggi terdapat pada kategori responden yang bekerja sebagai Ibu

Rumah Tangga dengan perolehan skor sebesar 22 dan untuk kategori

terendah terdapat pada Ibu Rumah Tangga pula itu semua disebabkan

karena adanya faktor lain seperti dua hal diatas yaitu umur maupun

tingkat pendidikan yang membuat Ibu Rumah Tangga antara satu dan

lainnya memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal pengetahuan.

Sedangkan untuk sikap ibu rumah tangga dalam pemeliharaan

kebersihan lingkungan skor tertinggi terdapat pada responden yang

bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga dan untuk kategori sikap terendah

terdapat pada Responden Ibu Rumah Tangga pula seperti yang

disampaikan diatas bahwa terdapat faktor lain penyebab mengapa

terdapat perbedaan antara sikap ibu yang satu dengan yang lainnya. Dan

ditemukan keunikan khusus bahwa tenaga kesehatan disini berada

dalam pengetahuan dan sikap tingkat sedang atau cukup. Seharusnya

tenaga kesehatan itu harus lebih baik karena mereka bekerja sebagai

medis mengingat bahwa tenaga medis terdapat etika yang menjaga


92

suatu tempat dan perlengkapan secara steril agar tidak terjadi penyakit,

karena suatu tempat yang tidak bersih dapat menyebabkan kuman-

kuman penyakit.

C. Deskripsi Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini seluruh responden adalah seluruh Ibu Rumah Tangga di

Rumah Susun Karang Anyar, Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Sawah Besar

Jakarta Pusat dengan jumlah 77 responden. Memiliki dua variabel, variabel pertama

dalam penelitian ini adalah Pengetahuan Lingkungan Hidup (X) dan variabel kedua

dalam penelitian ini adalah Sikap Ibu Rumah Tangga Dalam Pemeliharaan Kebersihan

Lingkungan (Y). Data diperoleh melalui penyebaran Kuisioner dan Angket kepada 77

responden Ibu Rumah Tangga di Rumah Susun Karang Anyar Jakarta Pusat.

Berdasarkan hasil perhitungan data pengetahuan lingkungan hidup dari 77

responden diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Pada variabel pengetahuan tentang lingkungan hidup (X) diperoleh skor

terendah adalah 1 dan skor tertinggi adalah 22 sedangkan skor rata-rata sebesar

13.7922 dan standar deviasi sebesar 5.38843. Perhitungan analisis deskriptif

variabel (X) dengan SPSS 23.0 dapat dilihat pada lampiran 7.

2. Pada variabel sikap ibu dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan (Y) skor

terendah adalah 70 dan skor tertinggi adalah 100 sedangkan skor rata-rata

sebesar 85.8961 dan standar deviasi sebesar 7.11112. Perhitungan analisis

deskriptif variabel (Y) dengan SPSS 23.0 dapat dilihat pada lampiran 7.
93

D. Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Lingkungan Hidup (Variabel X)

Data pengetahuan lingkungan hidup (Variabel X) dalam penelitian ini diperoleh

melalui pengisian kuisioner. Variabel pengetahuan lingkungan hidup diukur

menggunakan tes yang berupa pertanyaan dengan pilihan ganda berjumlah 22 butir

soal dengan 5 alternatif pilihan jawaban yaitu a, b, c, d, dan e. Diantara kelima

alternatif jawaban tersebut, hanya ada satu jawaban yang benar. Jika responden

memilih satu jawaban yang benar maka akan diberi skor 1 per butir pertanyaan, jika

jawaban tersebut salah makan akan diberi skor 0 per butir pertanyaan. Dalam

penelitian ini peneliti mengambil sampel sebanyak 77 orang sebagai responden.

Kuisioner pengetahuan tentang lingkungan hidup per butir pertanyaan memiliki

skor terendah 0 (0 x 22) dan skor tertinggi 22 (1 x 22). Dengan demikian rentang

persentase dimulai dari 0% (0/22) hingga 100% (22/22). Dari hasil kuisioner yang

disebarkan kepada responden diperoleh skor terendah yaitu 5, dan skor tertinggi adalah

22. Sedangkan skor rata-rata sebesar 13.7922 dan standar deviasi sebesar 5.38843.

Pengetahuan tentang lingkungan hidup dikelompokkan berdasarkan Teori

Anderson, yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan

prosedural, dan pengetahuan metakognitif. Dari 22 pertanyaan yang diujikan kepada

responden di Rumah Susun Karang Anyar Jakarta Pusat. Pada dimensi pengetahuan

faktual di bagi menjadi enam indikator yaitu menunjukkan unsur-unsur terkait

lingungan hidup, menunujukkan ciri-ciri kualitas lingkungan hidup, menunjukkan

penyebab pencemaran lingkungan hidup, menunjukkan penyebab perusakan

lingkungan hidup, menunjukkan cara melestarikan lingkungan hidup, dan


94

menunjukkan penerapan pembangunan berkelanjutan. Pada dimensi pengetahuan

konseptual dibagi menjadi enam indikator yaitu menjelaskan unsur-unsur lingkungan

hidup, menjelaskan baku mutu lingkungan hidup, menjelaskan penyebab pencemaran

lingkungan hidup, menjelaskan penyebab perusakan lingkungan hidup, menjelaskan

penyebab resiko lingkungan hidup, dan yang terakhir menjelaskan pengertian

pembangunan berkelanjutan. Kemudian pada dimensi pengetahuan prosedural dibagi

menjadi tiga indikator yaitu mengidentifikasi baku mutu kualitas lingkungan hidup,

mengidentifikasi serta menganalisis pencemaran, perusakan, risiko lingkungan dan

usaha pelestarian lingkungan hidup, dan mengetahui faktor-faktor penyebab

pemanasan global. Selanjutnya untuk dimensi pengetahuan metakognitif dibagi

menjadi dua indikator yaitu mengenali strategi penanggulangan pencemaran

lingkungan hidup, dan Mengambil pengetahuan yang relevan mengenai

penanggulangan pencemaran lingkungan hidup.

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan di lapangan maka diperoleh

gambaran pengetahuan tentang lingkungan sebagai berikut :

Tabel 4.5 Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Lingkungan


Hidup

Kategori Rumus Rentang Skor Jumlah Persentase


Responden (%)
Tinggi X > M + Sd > 19.18063 14 18.18
Sedang M – Sd ≤ X ≤ M + Sd 8.40377 – 19.18063 46 59.74
Rendah X < M − Sd < 8.40377 17 22.08
Total 77 100
Sumber : Hasil Penelitian, Mei 2016
95

Keterangan: M : Mean

Sd : Standar Deviasi

Dari tabel 4.5, didapatkan pada variabel pengetahuan tentang lingkungan, Ibu

Rumah Tangga yang memiliki pengetahuan tinggi persentase nya sebesar 18,18 %.

Selanjutnya untuk kategori sedang persentase nya sebesar 59,74 %, dan pada kategori

rendah persentase nya sebesar 22,08 %. Artinya dari penjelasan diatas tersebut bahwa

Ibu Rumah Tangga sama sekali tidak buta mengenai pengetahuan tentang lingkungan

hidup.

Pengetahuan Ibu Rumah Tangga tentang lingkungan hidup didapat dari hasil

proses belajar, keyakinan, cakrawala dan pengalaman dari diri mereka sendiri terhadap

lingkungan sekitar tempat mereka tinggal. Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan Ibu Rumah Tangga di Rumah Susun Karang Anyar tentang lingkungan

hidup adalah sedang atau cukup, yang dapat mempengaruhi sikap mereka dalam

pemeliharaan kebersihan lingkungan.

Hasil penelitian dari variabel pengetahuan masyarakat tentang lingkungan hidup

terdiri dari empat dimensi pengetahuan menurut Anderson maka didapatkan hasil

sebagai berikut :

1. Dimensi Pengetahuan Faktual

Dimensi pengetahuan faktual adalah yang berisi unsur-unsur dasar yang harus

diketahui seseorang atau ibu rumah tangga yang berisi informasi penting untuk
96

memecahkan suatu masalah tertentu. Indikator pada dimensi ini terdiri atas

menunjukkan unsur-unsur terkait lingungan hidup, menunujukkan ciri-ciri kualitas

lingkungan hidup, menunjukkan penyebab pencemaran lingkungan hidup,

menunjukkan penyebab perusakan lingkungan hidup, menunjukkan cara

melestarikan lingkungan hidup, dan menunjukkan penerapan pembangunan

berkelanjutan. Ada 7 pertanyaan yang disediakan pada dimensi pengetahuan ini.

Perolehan sebaran respondennya pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang


Lingkungan Hidup Pada Dimensi Faktual
Kategori Rentang Skor Jumlah Persentase
Responden (%)
Tinggi > 5.56162 21 27.27
Sedang 3.23838 – 5.56162 33 42.86
Rendah < 3.23838 23 29.87
Total 77 100
Sumber : Hasil Penelitian, Mei 2016

Dari tabel 4.6 didapatkan bahwa variabel pengetahuan tentang lingkungan

hidup pada dimensi pengetahuan faktual, Ibu Rumah Tangga yang memiliki

pengetahuan dengan kategori tinggi persentasenya sebesar 27,27 %. Selanjutnya

kategori sedang dengan jumlah persentasenya 42,86 %, dan kategori rendah

sebesar 29,87 %. Artinya Ibu Rumah Tangga sama sekali tidak buta mengenai

pengetahuan tentang lingkungan hidup khususnya dalam dimensi faktual. Ibu

Rumah Tangga sudah cukup mengetahui unsur-unsur terkait lingungan hidup, lalu

ciri-ciri kualitas lingkungan hidup, mereka juga sudah cukup atau sedang dalam

menyebutkan apa saja penyebab pencemaran lingkungan hidup dan menunjukkan

penyebab perusakan lingkungan hidup, selanjutnya mereka juga cukup untuk


97

mampu menunjukkan bagaimana cara melestarikan lingkungan hidup, dan

menunjukkan penerapan pembangunan berkelanjutan.

2. Dimensi Pengetahuan Konseptual

Dimensi pengetahuan konseptual adalah pengetahuan yang meliputi skema

model mental, atau teori yang implisit dan eksplisit dalam berbagai model

psikologi kognitif. Skema, model, dan teori ini mempresentasikan pengetahuan

manusia tentang bagaimana suatu materi kajian ditata dan distrukturkan,

bagaimana bagian- bagian atau bit-bit informasi saling berkaitan secara

sistematis, dan bagaimana bagian-bagian ini berfungsi bersama. Pada

pengetahuan ini terdiri dari 6 indikator yaitu menjelaskan unsur-unsur lingkungan

hidup, menjelaskan baku mutu lingkungan hidup, menjelaskan penyebab

pencemaran lingkungan hidup, menjelaskan penyebab perusakan lingkungan

hidup, menjelaskan penyebab resiko lingkungan hidup, dan yang terakhir

menjelaskan pengertian pembangunan berkelanjutan. Ada 8 pertanyaan yang

disediakan dalam dimensi ini. Perolehan skor sebaran respondennya dapat dilihat

pada tabel 4.7.

Tabel 4.7 Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang


Lingkungan Hidup Pada Dimensi Konseptual
Kategori Rentang Skor Jumlah Persentase
Responden (%)
Tinggi > 7.14197 11 14.29
Sedang 2.75423 – 7.14197 57 74.02
Rendah < 2.75423 9 11.69
Total 77 100
Sumber : Hasil Penelitian, Mei 2016
98

Dari tabel 4.6 didapatkan bahwa variabel pengetahuan tentang lingkungan

hidup pada dimensi pengetahuan faktual, Ibu Rumah Tangga yang memiliki

pengetahuan dengan kategori tinggi persentasenya sebesar 14,29 %. Selanjutnya

kategori sedang dengan jumlah persentasenya 74,02 %, dan kategori rendah

sebesar 11,69 %. Artinya Ibu Rumah Tangga secara keseluruhan sama sekali tidak

buta mengenai pengetahuan tentang lingkungan hidup dalam dimensi konseptual.

Hal tersebut juga menunjukkan bahwa Ibu Rumah Tangga di Rumah Susun Karang

Anyar dapat menjelaskan pengertian lingkungan hidup, unsur-unsur lingkungan

hidup, dan baku mutu lingkungan hidup. Mereka juga mampu menjelaskan apa

saja penyebab terjadinya pencemaran lingkungan hidup, apa saja yang

menyebabkan terjadinya perusakan lingkungan hidup, apa saja yang menjadi

penyebab resiko lingkungan hidup, dan yang terakhir mereka mampu menjelaskan

pengertian pembangunan berkelanjutan.

3. Dimensi Pengetahuan Prosedural

Dimensi pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana

melakukan sesuatu Ini melingkupi pengetahuan perihal keterampilan dan

algoritme, teknik dan metode, juga mengenai kriteria-kriteria yang digunakan

untuk menentukan dan/ atau menjustifikasi “kapan harus melakukan sesuatu”

dalam ranah-ranah dan disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan prosedural juga

didefinisikan sebagai pengetahuan tentang keterampilan, algoritme, teknik dan


99

metode pada disiplin ilmu tertentu. Pada dimensi ini tersedia 4 pertanyaan yang

disediakan. Perolehan skor pada sebaran respondennya dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8 Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang


Lingkungan Hidup Pada Dimensi Prosedural

Kategori Rentang Skor Jumlah Persentase


Responden (%)
Tinggi > 3.73744 21 27.27
Sedang 1.17156 – 3.73744 32 41.56
Rendah < 1.17156 24 31.17
Total 77 100
Sumber : Hasil Penelitian, Mei 2016

Dari tabel 4.8 diatas, sebaran skor pengetahuan lingkungan hidup pada dimensi

pengetahuan prosedural mayoritas didominasi oleh responden yang berada di

kategori sedang dengan persentase 41,56 %. Untuk kategori tinggi 27,27 % dan

untuk kategori rendah sebesar 31,17 %. Hal ini menunjukkan atau dapat

disimpulkan bahwa Ibu Rumah Tangga di Rumah Susun Karang Anyar rata-rata

sangat mengetahui pengetahuan tentang lingkungan hidup dalam dimensi

prosedural, dimana pengetahuan prosedural adalah sebagai Ibu Rumah Tangga

mereka mampu mengidentifikasi baku mutu kualitas lingkungan hidup. Kemudian

mereka dapat mengidentifikasi serta menganalisis pencemaran, perusakan, risiko

lingkungan dan usaha pelestarian lingkungan hidup, lalu mereka dapat mengetahui

faktor-faktor penyebab pemanasan global, dan memasangkan penanggulangan

pencemaran lingkungan hidup. Memasangkan disini berarti kita sebagai

masyarakat dapat mengetahui bagaimana cara mengatasi adanya pencemaran yang

terjadi di sekitar lingkungan hidup tempat tinggal kita berada. Dan kita mengetahui
100

bagaimana cara menanggulangi ketika pencemaran lingkungan tersebut sudah

terjadi di sekitar tempat tinggal.

4. Dimensi Pengetahuan Metakognitif

Dimensi pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan pengetahuan mengenai

kognisi secara umum, kesadaran akan dan pengetahuan mengenai kognisi diri

sendiri. Pengetahuan jenis ini meliputi pengetahuan strategis, pengetahuan tentang

proses-proses kognitif termasuk pengetahuan kontekstual dan kondisional serta

pengetahuan diri. Pada dimensi ini peneliti menyediakan 3 butir pertanyaan.

Perolehan skor pada respondennya dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9 Sebaran Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang


Lingkungan Hidup Pada Dimensi Metakognitif
Kategori Rentang Skor Jumlah Persentase
Responden (%)
Tinggi > 2.30343 10 12.99
Sedang 0.76157 – 2.30343 60 77.92
Rendah < 0.76157 7 9.09
Total 77 100
Sumber : Hasil Penelitian, Mei 2016

Dari tabel 4.8 di atas, sebaran skor pada pengetahuan tentang lingkungan hidup

pada dimensi metakognitif mayoritas responden berada pada kategori sedang

dengan persentase sebesar 77,92 %, untuk kategori tinggi sebesar 12,99 % dan

untuk kategori rendah sebesar 9,09%. Hal ini menunjukkan bahwa Ibu Rumah

Tangga di Rumah Susun tidak buta terhadap pengetehuan tentang lingkungan

hidup secara dimensi metakognitif. Pengetahuan metakognitif meliputi


101

penegetahuan umum yang dapat diapakai untuk beragam tugas, kondisi-kondisi

yang memungkinkan pemakaian stretegi, tingkat efektivitas stretegi, dan

pengetahuan diri (self-knowledge). Dalam hal ini Ibu Rumah Tangga yang

memiliki pengetahuan kognitif berarti mengetahui bermacam-macam strategi

untuk penanggulangan dalam pencemaran lingkungan hidup, dan mengambil

pengetahuan yang relevan mengenai penanggulangan pencemaran lingkungan

hidup.

Ibu Rumah Tangga juga mengerti bagaimana cara mendaur ulang sampah.

Kemudian mereka juga mengerti apa saja sampah yang berpotensi mencemari

lingkungan dan mengganggu keindahan serta bagaimana caranya untuk

menanggulangi nya agar tidak terjadi banjir.

E. Sikap Ibu Rumah Tangga Dalam Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan

(Variabel Y)

Data sikap Ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan

(variabel Y) dalam penelitian ini diperoleh melalui pengisian angket yang berisi 20

butir pertanyaan, dengan 5 pilihan opsi jawaban yaitu Sangan Setuju, Setuju, Ragu-

Ragu, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju. Ada dua cara dalam pengisian skor

untuk pernyataan positif skor jawaban ; Sangat Setuju memiliki skor 5, Setuju

memiliki skor 4, Ragu-Ragu memiliki skor 3, Tidak Setuju memiliki skor 2, dan

Sangat Tidak Setuju memiliki skor 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif untuk skor

pernyataan Sangat Setuju memiliki skor 1, Setuju memiliki skor 2. Ragu-Ragu


102

memiliki skor 3, Tidak Setuju memiliki skor 4, dan Sangat Tidak Setuju memiliki skor

5.

Angket sikap Ibu Rumah Tangga Dalam Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan per

butir pertanyaan memiliki skor terendah 20 (1 x 20) dan skor tertinggi 100 (5 x 20).

Dengan demikian persentase dimulai dari 22 % (20/100) hingga 100 % (100/100).

Dalam hasil penelitian didapat skor terendah adalah 70 dan skor tertinggi adalah 100

sedangkan skor rata-rata sebesar 85.8961 dan standar deviasi sebesar 7.11112.

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat sikap Ibu Rumah Tangga dalam

pemeliharaan kebersihan lingkungan digambarkan sebagai berikut.

Tabel 4.10 Sebaran Responden Berdasarkan Sikap Ibu Rumah Tangga Dalam
Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan

Kategori Rumus Rentang Skor Jumlah Persentase


Responden (%)
Tinggi X > M + Sd > 93.00722 13 16.88
Sedang M – Sd ≤ X ≤ M + Sd 78.78498 – 93.00732 55 71.43
Rendah X < M − Sd < 78.78498 9 11.69
Total 77 100
Sumber : Hasil Penelitian, Mei 2016

Keterangan: M : Mean
SD : Standar Deviasi

Dari tabel 4.10 diatas, didapatkan bahwa pada variabel sikap Ibu Rumah Tangga

dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan memiliki kategori tinggi dengan jumlah

persentase sebesar 16,88 % atau berjumlah 13 responden. Selanjutnya untuk kategori


103

sedang berjumlah 71,43 % atau 55 responden dan untuk kategori rendah sebesar 11,69

% atau 9 responden.

Artinya pengetahuan dan sikap Ibu Rumah Tangga memiliki posisi yang sama-

sama memiliki persentase yang mayoritas berada di tingkat sedang. Yang dapat

disimpulkan bahwa ketika pengetahuan mereka berada di tingkat sedang atau cukup,

maka sikap mereka dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan tidak jauh berbeda

dengan pengetahuan yang dimiliki. Hasil ini menunjukkan bahwa pengetahuan cukup

berperan dalam sikap Ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan

di Rumah Susun Karang Anyar Jakarta Pusat.

Selanjutnya hasil penelitian pada variabel sikap Ibu Rumah Tangga dalam

pemeliharaan kebersihan lingkungan dari 5 indikator didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Indikator Sikap Ibu Rumah Tangga Terhadap Pengelolaan Jamban Sehat

Yang dimaksud sikap Ibu Rumah Tangga terhadap pengelolaan jamban sehat

adalah mereka mengerti akan Syarat jamban yang baik dan sehat yaitu cukup

penerangan, cukup lubang angin, tidak menjadi sarang serangga, dan jarak

septictank sekurang- kurangnya 10 meter dari sumber air bersih dan selalu

dibersihkan agar tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Dan itu semua mereka

ketahui dari diri sendiri tanpa ada paksaan ataupun perintah dari orang lain. Pada

indikator ini tersedia 3 pertanyaan yang disediakan. Perolehan skor nya dapat

dilihat pada tabel 4.11.


104

Tabel 4.11 Sebaran Responden Berdasarkan Sikap Ibu Rumah Tangga


Terhadap Pengelolaan Jamban Sehat
Kategori Rentang Skor Jumlah Persentase
Responden (%)
Tinggi > 14.0638 6 7.79
Sedang 11.7024 – 14.0638 62 80.52
Rendah < 11.7024 9 11.69
Total 77 100
Sumber : Hasil Penelitian, Mei 2016

Menurut data yang disajikan pada tabel 4.11, sebaran skor pada indikator sikap

Ibu Rumah Tangga terhadap pengelolaan jamban sehat, mayoritas responden

berada pada kategori sedang atau cukup baik dengan jumlah persentase 80,52 %.

Sedangkan sisanya berada pada kategori tinggi dan rendah, pada kategori tinggi

yaitu dengan jumlah persentase sebesar 7,79 % dan untuk kategori rendah

berjumlah 11,69 % persentase. Ini mengindikasikan bahwa Ibu Rumah Tangga di

Rumah Susun Karang Anyar memiliki sikap yang cukup baik dalam menjaga dan

mengelola jamban sehat. Cara mereka mengelola dengan baik yaitu dengan

menjaga agar sekitar jamban tidak berbau dengan cara memberi pengharum

ruangan dan membersihkan jamban secara berkala. Itu semua dilakukan agar

jamban tidak kotor dan berbau, karena jika sekitar jamban kotor dan berbau pasti

akan menimbulkan bakteri dan sumber penyakit. Tetapi masih ditemui beberapa

jamban yang tidak memenuhi standar kesehatan dan kebersihan. Hal ini

disebabkan karena adanya faktor lain yang menyebabkan selain pengetahuan

tentang pengelolaan jamban sehat yang tidak diteliti dalam penelitian ini

diantaranya, tingkat pendidikan dari masyarakat yang dapat mempengaruhi


105

perilaku dan pengetahuan dari seseorang tentang sanitasi lingkungan. Hasil

dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dari masyarakat

sudah sebagian besar baik tetapi dalam tindakannya tidak melakukan

pengelolaan jamban yang baik, hal ini bisa disebabkan karena kesibukan

masyarakat sehingga tidak melihat sanitasi lingkungan yang ada di sekitar tempat

tinggal responden.

2. Indikator Sikap Ibu Rumah Tangga Terhadap Tersedianya Air Bersih

Yang dimaksud dalam sikap Ibu Rumah Tangga terhadap tersedianya air bersih

adalah mereka tahu apa itu air bersih. Air bersih adalah air bersih yang digunakan

untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat

diminum apabila telah dimasak. Dan Mereka Menyadari bahwa air bersih

merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk memenuhi standar kehidupan

manusia secara sehat. Pada indikator ini tersedia 3 pertanyaan yang disediakan,

perolehan sebaran skor nya dapat dilihat pada tabel 4.12.

Tabel 4.12 Sebaran Responden Berdasarkan Sikap Ibu Rumah Tangga


Terhadap Tersedianya Air Bersih
Kategori Rentang Skor Jumlah Persentase
Responden (%)
Tinggi > 14.58696 20 25.97
Sedang 11.95844 – 14.58696 52 67.53
Rendah < 11.95844 5 6.5
Total 77 100
Sumber : Hasil Penelitian, Mei 2016

Menurut data yang disajikan pada tabel 4.12, sebaran skor pada indikator sikap

Ibu Rumah Tangga terhadap tersedianya air bersih mayoritas responden pada
106

kategori sedang dengan jumlah persentase 67,53 % atau sekitar 55 responden, lalu

untuk kategori tinggi sebesar 25,97 % dan untuk kategori rendah sebesar 6,5 %. Ini

dapat mengindikasikan bahwa sikap Ibu Rumah Tangga terhadap kesediaan air

bersih adalah cukup baik. Dalam hal ini Air merupakan suatu saran utama

untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah

satu media dari berbagai macam penularan. Ketersediaan air bersih menjadi

bagian terpenting bagi setiap individu baik yang tinggal diperkotaan atau pedesaan.

Ibu rumah tangga juga mengerti bahwa air bersih tersebut digunakan untuk

kehidupan sehari-hari mulai dari air minum, mandi dan mencuci serta

meyelesaikan pekerjaan rumah. Tetapi masih ditemui banyak yang tidak

mengetahui tentang standar kesehatan dan kebersihan air. Hal ini disebabkan

karena adanya faktor lain yang menyebabkan selain pengetahuan tentang

tersedianya air bersih yang tidak diteliti dalam penelitian ini diantaranya, tingkat

pendidikan dari masyarakat yang dapat mempengaruhi sikap dan pengetahuan dari

seseorang tentang bagaimana menyikapi terhadap tersedianya air bersih di tempat

tinggalnya. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan

dari masyarakat tentang lingkungan hiduo sudah sebagian besar baik tetapi dalam

tindakannya kurang peduli terhadap tersedianya air bersih, hal ini bisa disebabkan

karena kesibukan masyarakat sehingga tidak melihat sanitasi lingkungan yang ada

di sekitar tempat tinggal responden.


107

3. Indikator Sikap Ibu Rumah Tangga Terhadap Pengelolaan Sampah.

Gambar 4.2 Foto Tempat Sampah Di Rumah Susun Karang Anyar

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa masih terdapat sampah berserakan di

sekitar tempat sampah, padahal sudah diberi tempat. Dapat dilihat pula bahwa Ibu

Rumah Tangga di Rumah Susun masih belum bisa membedakan jenis sampah

baik organik maupun non organik dan B3.

Yang dimaksud sikap ibu rumah tangga terhadap pengelolaan sampah adalah

sebagai ibu rumah tangga mereka mengerti bagaimana cara mengurangi sampah

yaitu dengan cara mengelola sampah baik itu sampah dari pasar, rumah tangga dan

lain-lain. Lalu mereka juga dapat menangani sampah dengan cara memilah sampah

baik organik maupun anorganik. Pada indikator ini tersedia 9 pertanyaan yang

disediakan. Perolehan sebaran skor nya dapat dilihat pada tabel 4.13.

Tabel 4.13 Sebaran Responden Berdasarkan Sikap Ibu Rumah Tangga


Terhadap Pengelolaan Sampah
Kategori Rentang Skor Jumlah Persentase
Responden (%)
Tinggi > 32.34119 14 18.18
Sedang 27.32121 – 32.34119 46 59.74
Rendah < 27.32121 17 22.08
Total 77 100
Sumber : Hasil Penelitian, Mei 2016
108

Menurut data yang disajikan pada tabel 4.12 diatas pada indikator sikap Ibu

Rumah Tangga terhadap pengelolaan sampah mayoritas responden berada pada

kategori sedang dengan jumlah persentase sebesar 59,74 % atau sebanyak 46

responden. Perilaku pada kategori tinggi sebesar 18,18 % dan untuk kategori

rendah sebesar 22,08 %. Ini mengindikasikan para Ibu Rumah Tangga mereka

cukup dalam sikap dalam mengelola sampah. Mereka mengerti bagaimana cara

mengelola sampah yaitu dengan mengatasi timbulnya sampah sejak dari produsen

sampah (rumah tangga, pasar, dan lainnya), mengguna ulang sampah dari

sumbernya dan/atau ditempat pengolahan, dan daur ulang sampah disumbernya

dan atau ditempat pengolahan. Mereka juga dapat menangani sampah yaitu yang di

dalamnya terdapat rangkaian kegiatan penanganan sampah yang mencakup

pemilahan (pengelompokan dan pemisahan sampah menurut jenis dan

sifatnya), pengumpulan (memindahkan sampah dari sumber sampah ke TPS

atau tempat pengolahan sampah terpadu). Tetapi fakta yang ditemukan di

lapangan sangat berbeda dari hasil angket yang diberikan pada indikator ini. Masih

banyak ditemukan sampah berserakan dan Ibu Rumah Tangga belum mengerti cara

membedakan jenis-jenis sampah. Itu semua disebabkan karena kurang nya

pengetahuan dan bisa juga disebabkan oleh faktor-faktor lain di luar peneliti.

Sebagai Ibu Rumah Tangga mereka juga mengingatkan pada anggota keluarga

agar tidak membuang sampah sembarangan dan memberika penutup pada sampah

agar terhindar dari gangguan binatang dan bau tidak sedap. Tetapi masih ditemui

banyak terjadinya sampah yang berseraan di sekitar lingkungan tempat tinggal. Hal
109

ini disebabkan karena adanya faktor lain yang menyebabkan selain pengetahuan

tentang pengelolaan sampah yang tidak diteliti dalam penelitian ini diantaranya,

tingkat pendidikan dari masyarakat yang dapat mempengaruhi sikap dan

pengetahuan dari seseorang tentang bagaimana menyikapi terhadap pengelolaan

sampah yang ada di lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Hasil dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dari masyarakat tentang lingkungan

hidup sudah sebagian besar baik tetapi dalam sikapnya mereka masih kurang

peduli terhadap pengelolaan sampah, hal ini bisa disebabkan karena kesibukan

masyarakat dan kurangnya penyuluhan terhadap Ibu Rumah Tangga di Rumah

Susun Karang Anyar sehingga tidak melihat sanitasi lingkungan yang ada di

sekitar tempat tinggal responden.

4. Sikap Ibu Rumah Tangga Dalam Pengelolaan Limbah Saluran Rumah

Tangga

Gambar 4.3 Foto Di Sekitar Selokan (Tempat Pengaliran Air Limbah)


110

Dari gambar diatas dapat dilihat tempat pengaliran air limbah kurang terawat

masih ditemukan sampah di dalam saluran dan tidak tertutup nya saluran tersebut

sehingga menyebabkan bau yang tidak sedap di sekitar selokan tersebut.

Yang dimaksud sikap Ibu Rumah Tangga dalam pengelolaan limbah saluran

rumah tangga adalah mereka mengerti cara mengatur air limbah, karena

pengolahan air limbah bertujuan untuk menjaga kelestarian dan kesehatan

masyarakat. Pada indikator ini terdapat 3 pertanyaan yang disediakan. Perolehan

skor nya dapat dilihat pada tabel 4.14.

Tabel 4.14 Sebaran Responden Berdasarkan Sikap Ibu Rumah Tangga


Dalam Pengelolaan Limbah Saluran Rumah Tangga

Kategori Rentang Skor Jumlah Persentase


Responden (%)
Tinggi > 14.72332 21 27.27
Sedang 11.79608 – 14.72332 49 63.64
Rendah < 11.79608 7 9.09
Total 77 100
Sumber : Hasil Penelitian, Mei 2016

Menurut data yang disajikan pada tabel 4.14, pada indikator sikap Ibu

Rumah Tangga dalam pengeleloaan limbah saluran rumah tangga mayoritas

responden pada kategori sedang yaitu sebesar 63,64 %. Selanjutnya untuk

kategori tinggi sebesar 27,27 %, dan untuk kategori rendah hanya sebesar 9,09

%. Ini mengindikasikan bahwasanya sikap Ibu Rumah Tangga dalam

pengelolaan limbah saluran rumah tangga sudah cukup baik, hanya sedikit

sekali Ibu Rumah Tangga yang belum mengerti tentang pengelolaan saluran

limbah rumah tangga. Mereka menyadari bahwa Pencemaran oleh limbah


111

domestik mempunyai banyak akibat buruk. Yang paling ringan adalah

menurunya keindahan lingkungan. akibat yang lebih buruk adalah

terganggunya kesehatan. Gangguan itu dapat terjadi karena air untuk keperluan

rumah tangga tercemar, sehingga pencemaran air itu akan menyebabkan

timbulnya wabah penyakit. Comberan air yang tercemar merupakan tempat

hidup yang baik untuk brbagai jenis hewan yang menularkan penyakit, antara

lain nyamuk, lalat, dan tikus. Fakta di lapangan sangat berbeda dari hasil test

dan angket yang disebar oleh peneliti. Masih banyak ditemui got-got yang

terdapat berbagai macam sampah atau limbah rumah tangga. Hal ini

disebabkan karena adanya faktor lain yang menyebabkan selain pengetahuan

tentang pengelolaan limbah saluran rumah tangga yang tidak diteliti dalam

penelitian ini diantaranya, tingkat pendidikan dari masyarakat yang dapat

mempengaruhi sikap dan pengetahuan dari seseorang tentang bagaimana

menyikapi terhadap pengelolaan limbah rumah tangga yang ada di lingkungan

sekitar tempat tinggalnya. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

tingkat pengetahuan dari masyarakat tentang lingkungan hidup sudah

sebagian besar baik tetapi dalam sikapnya mereka masih kurang peduli

terhadap pengelolaan limbah rumah tangga dan ketidak-pekaan terhadap

lingkungan sekitar. Mereka tidak mengetahui dampak atau efek tersumbatnya

saluran pengaliran air limbah buangan rumah tangga. Hal ini bisa disebabkan

karena kesibukan masyarakat dan kurangnya penyuluhan terhadap Ibu Rumah

Tangga di Rumah Susun Karang Anyar sehingga tidak melihat saluran got yang
112

ada di sekitar tempat tinggal responden. Dan kurangnya juga bentuk dukungan

dari pemerintah maupun dinas pengelola Rumah Susun Karang Anyar untuk

memperbaiki saluran got tempat pengaliran air limbah dan kurangnya pula

pengetahuan bagaimana standar saluran pengaliran air limbah yang baik karena

sumber penyakit bisa muncul dari saluran pengaliran air limbah yang tidak

ditutup.

5. Sikap Ibu Rumah Tangga Dalam Kebersihan Dan Kesehatan Rumah

(Ventilasi, Lubang Pencahayaan Sinar Matahari, Kebersihan Lantai).

Gambar 4.4 Suasana Di Dalam Rumah Responden


Gambar diatas menunjukkan suasana di dalam rumah responden Ibu

Rumah Tangga yang belum bisa menjaga kebersihan dan kesehatan rumah,

dapat dilihat terlalu banyak barang perabotan di ruang tamu. Ruang tamu yang

disalahgunakan sebagai tempat tidur dan lantai yang belum diberi keramik

sehingga menjadi tidak nyaman dan sulit dibersihkan jika kotor.

Yang dimaksud sikap Ibu Rumah Tangga dalam kebersihan dan kesehatan

rumah (ventilasi, lubang pencahayaan sinar matahari dan kebersihan lantai


113

adalah mereka bisa menjaga kebersihan serta kesehatan rumah sesuai dengan

fungsi rumah yaitu sebagai tempat untuk melepas lelah, berkumpul dengan

keluarga atau membina keluarga, tempat untuk menyimpan barang berharga

dan sebagai tempat tinggal hunian. Karena jika kebersihan dan kesehatan

rumah tidak dijaga dengan baik maka rumah menjadi tidak nyaman dan rumah

menjadi sarang dari sumber segala penyakit. Pada indikator ini tersedia 6

pertanyaan yang disediakan. Perolehan skornya dapat dilihat pada tabel 4.15.

Tabel 4.15 Sebaran Responden Berdasarkan Sikap Ibu Rumah Tangga


Dalam Kebersihan Dan Kesehatan Rumah (Ventilasi, Lubang
Pencahayaan Sinar Matahari, Kebersihan Lantai).
Kategori Rentang Skor Jumlah Persentase
Responden (%)
Tinggi > 18.42471 14 18.18
Sedang 14.87409 – 18.42471 52 67.53
Rendah < 14.87409 11 14.29
Total 77 100
Sumber : Hasil Penelitian, Mei 2016

Menurut data yang disajikan pada tabel 4.14 diatas, pada indikator sikap

Ibu Rumah Tangga dalam kebersihan dan kesehatan rumah (ventilasi, lubang

pencahayaan sinar matahari dan kebersihan lantai) mayoritas responden berada

pada tingkat sedang dengan persentase sebanyak 67.53 % atau sekitar 52

responden. Selanjutnya untuk kategori tinggi sebanyak 18,18 % dan untuk

kategori rendah sebanyak 14,29 %. Ini dapat mengindikasikan bahwa Ibu

Rumah Tangga di Rumah Susun Karang Anyar memiliki perilaku yang cukup

baik dalam menjaga kebersihan dan kesehatan rumah. Mereka mengerti dengan

benar fungsi rumah yaitu sebagai Tempat untuk melepas lelah, beristirahat
114

setelah penat bekerja atau melaksanakan kewajiban sehari-hari, tempat untuk

bergaul dengan keluarga atau membina rasa kekeluargaan bagi seluruh

anggota keluarga yang ada, Lambang status sosial, dan tempat untuk meletakan

atau menyimpan barang-barang berharga yang dimiliki, sebagai modalnya

yaitu dapat dijual ketika dalam keadaan memaksa, dan sebagainya. Kemudian

sebagai Ibu Rumah Tangga mereka sadar akan kewajibannya menjaga

kesehatan dan kebersihan rumah karena sangat penting agar rumah tetep

nyaman untuk tempat tinggal dan agar anggota keluarga terhindar dari segala

jenis sumber penyakit. Tidak lupa pula Ibu Rumah Tangga saling

mengingatkan kepada anggota keluarga untuk senantiasa menjaga kesehatan

dan kebersihan rumah karena itu merupakan bentuk suatu pendidikan dan

pembinaan bagi anggota keluarga demi tercapainya rumah yang asri. Masih

banyak ditemui rumah-rumah responden yang tidak memenuhi kriteria dalam

kebersihan dan kesehatan rumah. Hal ini disebabkan karena adanya faktor lain

yang menyebabkan selain pengetahuan sikap dalam menjaga kebersihan dan

kesehatan rumah yang tidak diteliti dalam penelitian ini diantaranya, tingkat

pendidikan dari masyarakat yang dapat mempengaruhi sikap dan pemahaman

dari seseorang tentang bagaimana menyikapi kebersihan dan kesehatan di dalam

ruma. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dari

masyarakat tentang lingkungan hidup sudah sebagian besar baik tetapi dalam

sikapnya mereka masih kurang peduli dalam menjaga kebersihan dan kesehatan

di dalam rumah. Mereka tidak mengetahui dampak dari rumah yang kurang
115

bersih dan tidak sehat. Kurangnya pula dukungan dari pemerintah maupun dinas

pengelola Rumah Susun Karang Anyar untuk memberikan penyuluhan mengenai

standard tempat tinggal yang bersih dan sehat. Rumah yang tidak bersih dan

sehat akan menggagu kenyamanan anggota keluarga.

F. Hasil Uji Instrument Penelitian

1. Uji Validitas Data

Sebelum dilakukan penelitian kepada ibu rumah tangga butir soal dilakukan

uji validitas yang dilakukan terhadap 77 responden dengan jumlah pertanyaan 28

untuk variabel X dan 24 pertanyaan untuk variabel Y. Dari hasil Perhitungan

diketahui bahwa :

a. Dari 28 butir soal, pertanyaan yang valid untuk variabel X sebanyak

22 pertanyaan. Butir pertanyaan dinyatakan valid apabila hasil

perhitungan lebih besar dari r tabel (0,2231) N=77. Hasil pengujian

dapat dilihat pada lampiran 6

b. Dari 24 butir soal, pertanyaan yang valid untuk variabel Y sebanyak

20 pertanyaan. Butir pertanyaan dinyatakan valid apabila hasil

perhitungan lebih besar dari r tabel (0,2231) N=77. Hasil pengujian

dapat dilihat pada lampiran 6

2. Uji Reliabilitas Data


116

Setelah butir soal dilakukan uji validitas data, selanjutnya butir soal di uji

reliabilitasnya dengan berdasarkan Cronbach’s Alpha. Dari perhitungannya

diperoleh hasil reliabilitas :

a. Untuk variabel X sebesar 0,806. Dari hasil yang diperoleh maka

dicocokkan dengan tabel kaidah reliabilitas Guilford didapat bahwa data

termasuk dalam kategori reliabel yakni dengan koefisien reliabilitas antara

0,700- 0,900. Hasil pengujian reliabilitas pada variabel X dapat dilihat

pada lampiran 6.

b. Untuk variabel X sebesar 0,787. Dari hasil yang diperoleh maka

dicocokkan dengan tabel kaidah reliabilitas Guilford didapat bahwa data

termasuk dalam kategori reliabel yakni dengan koefisien reliabilitas antara

0,700 – 0,900. Hasil pengujian reliabilitas pada variabel X dapat dilihat

pada lampiran 6.

G. Pengujian Persyaratan Analisis

1. Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui data sampel yang digunakan

berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas

One-Sample Kolmogorv Smirnov dapat dilihat pada lampiran 8.

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data

yang didapatkan mengikuti atau mendekati hokum sebaran normal buku gauss.

Distribusi data yang normal jika digambarkan dengan grafik polygon akan
117

menyerupai bentuk bel, lonceng atau genta. Data dapat dikatakan normal apabila

jika sig (α) > 0,05 dan data dikatakan tidak normal apabila sig (α) < 0,05. Pada

tabel hasil uji normalitas (lihat lampiran 6) menggunakan menu One-Sample

Kolmogorv Smirnov test, nilai signifikansi pada normalitas pada variabel

pengetahuan tentang lingkungan hidup (X) sebesar 0,418 > 0,05 maka variabel ini

memiliki distribusi data yang normal. Dan untuk signifikansi normalitas data pada

variabel Sikap Ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan (Y)

sebesar 0,302 > 0,05 maka variabel ini pun memiliki distribusi data yang normal.

Hasil uji normalitas diperkuat dengan tampilan histogram normal dimana

berbentuk garis yang menyerupai seperti lonceng, bel dan genta, yang

menunjukkan bahwa data yang ada berdistribusi normal. Dengan hasil uji

normalitas ini, data penelitian sudah memenuhi syarat untuk dilakukan uji regresi

untuk diuji pengaruhnya.

2. Uji Linearitas

Untuk mengetahui apakah kedua variabel memiliki regresi yang linear atau

tidak signifikan maka dalam penelitian perlu diadakan uji linearitas. Uji ini

biasanya digunakan sebagai persyaratan dalam analisis korelasi atau regresi linear.

Uji linearitas dalam penelitian menggnakan ANOVA, dapat dilihat signifikansi

dalam linearity, apabila signifikansi < 0,05 dapat disimpulkan bahwa hubungan

bersifat linear. Hasil uji linearitas dapa dilihat pada lampiran 10.

Berdasarkan perhitungan menggunakan spss versi 23.0, diketahui bahwa pada

tabel ANOVA menunjukkan angka signifikansi hitung dengan sig (α) 0,05 adalah
118

0,005 (lihat lampiran 7). Angka signifikansi hitung (0,004) < α (0,05), sehingga

H0 diterima yang artinya data linear atau terpenuhi kelinearannya. Penggunaan

tabel ANOVA adalah untuk memudahkan analisa atas beberapa kelompok sampel

yang berada dengan resiko kesalahan terkecil, dan untuk mengetahui signifikansi

perbedaan rata-rata antara kelompok sampel dengan kelompok lainnya. Dengan

hasil uji linearitas ini, data penelitian sudah memenuhi syarat untuk dilakukan uji

regresi untuk diuji pengaruhnya.

3. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mencari tahu apakah beberapa dari data

kelompok penelitian memiliki varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang diuji

adalah :

 H0 = variansi tiap kelompok sama

 H1 = variansi tiap kelompok tidak sama

 Alpha = 0,05

Dengan menggunakan software SPSS 23.0 maka ketentuannya adalah :

 Jika sig > α (0,05) maka data homogen

 Jika sig < α (0,05) maka data tidak homogen

Berdasarkan output pada tabel test of homogenity menggunakan SPSS 23.0

diketahui bahwa taraf signifikansi hitung 0,265. Angka 0,265 > 0,05 maka H0

diterima artinya variansi tiap kelompok sama (lihat lampiran 9).


119

H. Pengajuan Hipotesis Penelitian

1. Regresi Linear Sederhana

Berdasarkan hasi pengolahan data regresi linear sederhana maka diperoleh

persamaan regresi sederhana pengaruh pengetahuan tentang lingkungan hidup (X)

terhadap sikap Ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan (Y),

menghasilkan koefisien regresi dengan nilai signifikansi sebesar 0,005.

 Jika sig > α (0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima (Koefisien Regresi

Sederhana)

 Jika sig < α (0,05) maka H0 diterima dan H1 ditolak (Koefisien Regresi Tidak

Signifikan)

Dalam nilai sig = 0,005, karena 0,005 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima,

artinya koefisien regresi signifikan dan dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh

yang signifikan dari pengaruh pengetahuan tentang lingkungan hidup terhadap

sikap Ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan.

Y’ = a + bX

Y’ = 80,156 + 0,416 X

Berdasarkan persamaan regresi diatas, diketahui nilai konstanta sebesar

80,156 dan koefisien beta untuk variabel X 0,416. Hubungan antara variabel X

dan Y adalah bersifat positif yang artinya apabila terjadi kenaikan 1 satuan pada

variabel X, maka akan meningkatkan variabel Y sebesar 0,416.

Koefisien bersifat positif artinya terjadi hubungan positif antara pengetahuan

tentang lingkungan hidup dan sikap Ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan
120

kebersihan lingkungan. Jika pengetahuan tentang lingkungan hidup Ibu Rumah

Tangga Tinggi maka sikap pemeliharaan kebersihan lingkungan pun akan tinggi,

sebaliknya jika pengetahuan tentang lingkungan hidup Ibu Rumah Tangga rendah

maka sikap pemeliharaan kebersihan lingkungan pun akan rendah atau tidak akan

lebih baik. Hasil uji regresi linear dapat dilihat pada lampiran 11.

2. Koefisien Regresi (Uji t)

Untuk mengetahui terdapatnya pengaruh positif atau negatifserta signifikansi

antara variabel X (Pengetahuan Tentang Lingkungan Hidup) dan variabel Y (Sikap

Ibu Rumah Tangga Dalam Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan), maka

dilakukanlah perhitungan dengan menggunakan uji t.

Dengan kriteria pengujian jika :

 t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima (ada pengaruh secara

signifikan)

 t hitung < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak (tidak ada pengaruh

secara signifikan)

Dari tabel hipotesis, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pada koefisien

regresi sebesar 2,878. Untuk mencari t hitung, maka t hitung dengan rumus t

hitung pada analisis regresi adalah :

t hitung = =

t hitung = = 19,848

Maka didapat t hitung 19,848. Dengan nilai t tabel df= n-1, maka diperoleh t

tabel sebesar 1.66543. Dari perhitungan oleh karena t hitung > t tabel (19,848 >
121

1,66543) maka H0 ditolak dan H1diterima, artinya bahwa ada pengaruh signifikan

antara variabel pengetahuan tentang lingkungan hidup terhadap sikap Ibu Rumah

Tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa pengetahuan tentang lingkungan hidup berpengaruh terhadap sikap Ibu

Rumah Tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan.

I. Koefisien determinasi

Untuk mengetahui bahwa besarnya pengaruh antara variabel X dan variabel Y,

maka digunakan rumus koefisein determinasi sebagai berikut :

KD = R2 x 100 %

KD = (0.315)2 x 100 %

KD = 0,09225 x 100 %

KD = 9,9225 %

Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa koefisien determinasi adalah 9,9225

%. Hal ini berarti bahwa 9,9225 % merupakan kontribusi pengetahuan tentang

lingkungan hidup terhadap sikap Ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan kebersihan

lingkungan. Sedangkan 90,0775 % sikap Ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan

kebersihan lingkungan dipengaruhi oleh faktor lain di luar variabel yang diteliti.

Nilai R koefisien korelasi pearson product moment 0,315 antara pengetahuan

tentang lingkungan hidup terhadap sikap Ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan

kebersihan lingkungan dapat dilihat pada lampiran 11.


122

J. Pengaruh Pengetahuan Tentang Lingkungan Hidup Terhadap Sikap Ibu

Rumah Tangga Dalam Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan.

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh pengetahuan tentang lingkungan

hidup (X) terhadap sikap Ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan kebersihan

lingkungan di Rumah Susun Karang Anyar Jakarta Pusat. Di dapat koefisien

determinasi (KD) diperoleh dari nilai koefisiennya sebesar 9,9225 %. Hal ini berarti

bahwa 9,9225 % merupakan kontribusi pengetahuan tentang lingkungan hidup

terhadap sikap Ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan.

Sedangkan 90,0775 % sikap Ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan kebersihan

lingkungan dipengaruhi oleh faktor lain di luar variabel yang diteliti.

Hasil penelitian pada variabel X (Pengetahuan Tentang Lingkungan Hidup)

diketahui didapatkan pada variabel pengetahuan tentang lingkungan, Ibu Rumah

Tangga yang memiliki pengetahuan tinggi persentase nya sebesar 18,18 %.

Selanjutnya untuk kategori sedang persentase nya sebesar 59,74 %, dan pada kategori

rendah persentase nya sebesar 22,08 %.

Artinya pengetahuan dan sikap Ibu Rumah Tangga memiliki posisi yang sama-

sama memiliki persentase yang mayoritas berada di tingkat sedang. Yang dapat

disimpulkan bahwa ketika pengetahuan mereka berada di tingkat sedang atau cukup,

maka sikap mereka dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan tidak jauh berbeda

dengan pengetahuan yang dimiliki. Hasil ini menunjukkan bahwa pengetahuan cukup

berperan dalam sikap Ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan

di Rumah Susun Karang Anyar Jakarta Pusat.


123

Dari keempat dimensi pengethuan tentang lingkungan hidup, hasil skor tertinggi

pada kategori pengetahuan tinggi berada pada dimensi Faktual dan dimensi Prosedural

yang hasilnya sebesar 27,27 % atau sebanyak 21 responden. Artinya Ibu Rumah

Tangga sama sekali tidak buta mengenai pengetahuan tentang lingkungan hidup

khususnya dalam dimensi faktual dan juga prosedural. Ibu Rumah Tangga sudah

cukup mengetahui unsur-unsur terkait lingungan hidup, lalu ciri-ciri kualitas

lingkungan hidup, mereka juga sudah cukup atau sedang dalam menyebutkan apa saja

penyebab pencemaran lingkungan hidup dan menunjukkan penyebab perusakan

lingkungan hidup, selanjutnya mereka juga cukup untuk mampu menunjukkan

bagaimana cara melestarikan lingkungan hidup, dan menunjukkan penerapan

pembangunan berkelanjutan, lalu ibu rumah tangga mampu mengidentifikasi baku

mutu kualitas lingkungan hidup. Kemudian mereka dapat mengidentifikasi serta

menganalisis pencemaran, perusakan, risiko lingkungan dan usaha pelestarian

lingkungan hidup, lalu mereka dapat mengetahui faktor-faktor penyebab pemanasan

global, dan memasangkan penanggulangan pencemaran lingkungan hidup.

Memasangkan disini berarti kita sebagai masyarakat dapat mengetahui bagaimana cara

mengatasi adanya pencemaran yang terjadi di sekitar lingkungan hidup tempat tinggal

kita berada.. Sedangkan skor terendah pada kategori pengetahuan tinggi berada pada

dimensi metakognitif yaitu sebesar 12,99 %. Pada dimensi ini membahas

penegetahuan umum yang dapat diapakai untuk beragam tugas, kondisi-kondisi yang

memungkinkan pemakaian stretegi, tingkat efektivitas stretegi, dan pengetahuan diri

(self-knowledge). Dalam hal ini Ibu Rumah Tangga yang memiliki pengetahuan
124

kognitif berarti mengetahui bermacam-macam strategi untuk penanggulangan dalam

pencemaran lingkungan hidup, dan mengambil pengetahuan yang relevan mengenai

penanggulangan pencemaran lingkungan hidup.

Pada variabel Y (Sikap Ibu Rumah Tangga Dalam Pemeliharaan Kebersihan

Lingkungan). Pada variabel ini terbagi menjadi 5 indikator. Dapat diketahui secara

garis besar memiliki kategori sedang yang berjumlah 71,43 % atau 55 didapatkan

bahwa pada variabel sikap Ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan kebersihan

lingkungan. Selanjutnya untuk responden memiliki kategori tinggi dengan jumlah

persentase sebesar 16,88 % atau berjumlah 13 responden dan untuk kategori rendah

sebesar 11,69 % atau 9 responden.

Artinya pengetahuan dan sikap Ibu Rumah Tangga memiliki posisi yang sama-

sama memiliki persentase yang mayoritas berada di tingkat sedang yaitu sebesar 59,74

% dan sikap dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan sebesar 71,43 %. Yang dapat

disimpulkan bahwa ketika pengetahuan mereka berada di tingkat sedang atau cukup,

maka sikap mereka dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan tidak jauh berbeda

dengan pengetahuan yang dimiliki. Hasil ini menunjukkan bahwa pengetahuan cukup

berperan dalam sikap Ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan

di Rumah Susun Karang Anyar Jakarta Pusat.

Dari kelima indikator yaitu Sikap Terhadap Pengelolaan Jamban Sehat, Sikap

Terhadap Tersedianya Air Bersih, Sikap Terhadap Pengolaan Sampah, Sikap Dalam

Pengelolaan Saluran Pengaliran Air Limbah, dan Sikap Kebersihan Dan Kesehatan

Rumah (Ventilasi, Lubang Pencahayaan Sinar Matahari, Kebersihan Lantai). Nilai


125

tertinggi dalam kategori tinggi yaitu terletak pada indikator ke empat yaitu sikap

dalam pengelolaan saluran pengaliran air limbah yaitu sebesar 27,27 % atau sebanyak

21 responden. Untuk kategori sedang pada indikator ini sebesar 63,64 % dan kategori

rendah sebesar 9,09 %. Ini mengindikasikan bahwasanya sikap Ibu Rumah Tangga

dalam pengelolaan limbah saluran rumah tangga sudah cukup baik, hanya sedikit

sekali Ibu Rumah Tangga yang belum mengerti tentang pengelolaan saluran limbah

rumah tangga. Mereka menyadari bahwa Pencemaran oleh limbah domestik

mempunyai banyak akibat buruk. Yang paling ringan adalah menurunya keindahan

lingkungan. akibat yang lebih buruk adalah terganggunya kesehatan. Gangguan itu

dapat terjadi karena air untuk keperluan rumah tangga tercemar, sehingga pencemaran

air itu akan menyebabkan timbulnya wabah penyakit. Comberan air yang tercemar

merupakan tempat hidup yang baik untuk brbagai jenis hewan yang menularkan

penyakit, antara lain nyamuk, lalat, dan tikus. Sedangkan skor terendah dalam

kategori tinggi terdapat pada sikap terhadap pengelolaan jamban sehat yaitu sebesar

7,79 % atau berjumlah 6 responden. Untuk indikator pertama sikap terhadap

pengelolaan jamban sehat untuk kategori sedang berjumlah 80,52 % dan kategori

rendah 11,69 %. Ini mengindikasikan bahwa Ibu Rumah Tangga di Rumah Susun

Karang Anyar memiliki sikap yang cukup baik dalam menjaga dan mengelola jamban

sehat. Cara mereka mengelola dengan baik yaitu dengan menjaga agar sekitar jamban

tidak berbau dengan cara memberi pengharum ruangan dan membersihkan jamban

secara berkala. Itu semua dilakukan agar jamban tidak kotor dan berbau, karena jika
126

sekitar jamban kotor dan berbau pasti akan menimbulkan bakteri dan sumber

penyakit.

Nilai R koefisien korelasi pearson product moment 0,315 antara pengetahuan

tentang lingkungan hidup terhadap sikap Ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan

kebersihan lingkungan dengan tingkat hubungan rendah.

Hal ini menyatakan bahwa pengaruh pengetahuan tentang lingkungan hidup

terhadap Sikap Ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan

sebesar 9,9225 %, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor atau hal-hal lain diluar

pengetahuan seperti kondisi sosial budaya, ekonomi, kondisi kepribadian dan lain

sebagainya.

Nilai signifikansi pada normalitas pada variabel pengetahuan tentang lingkungan

hidup (X) sebesar 0,418 > 0,05 maka variabel ini memiliki distribusi data yang

normal. Dan untuk signifikansi normalitas data pada variabel Sikap Ibu Rumah

Tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan (Y) sebesar 0,302 > 0,05 maka

variabel ini pun memiliki distribusi data yang normal.

Untuk Uji Linearitas berdasarkan perhitungan menggunakan spss versi 23.0,

diketahui bahwa pada tabel ANOVA menunjukkan angka signifikansi hitung dengan

sig (α) 0,05 adalah 0,005 (lihat lampiran 7). Angka signifikansi hitung (0,004) < α

(0,05), sehingga H0 diterima yang artinya data linear atau terpenuhi kelinearannya.

Untuk Uji Homogenitas berdasarkan output pada tabel test of homogenity

menggunakan SPSS 23.0 diketahui bahwa taraf signifikansi hitung 0,265. Angka
127

0,265 > 0,05 maka H0 diterima artinya variansi tiap kelompok sama (lihat lampiran

9).

Berdasarkan hasil pengolahan data regresi linear sederhana maka diperoleh

persamaan regresi sederhana pengaruh pengetahuan tentang lingkungan hidup (X)

terhadap sikap Ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan (Y),

menghasilkan koefisien regresi dengan nilai signifikansi sebesar 0,005.

 Jika sig > α (0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima (Koefisien Regresi

Sederhana)

 Jika sig < α (0,05) maka H0 diterima dan H1 ditolak (Koefisien Regresi

Tidak Signifikan)

Dalam nilai sig = 0,005, karena 0,005 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima,

artinya koefisien regresi signifikan dan dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh

yang signifikan dari pengaruh pengetahuan tentang lingkungan hidup terhadap sikap

Ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan.

Y’ = a + bX

Y’ = 80,156 + 0,416 X

Berdasarkan persamaan regresi diatas, diketahui nilai konstanta sebesar 80,156

dan koefisien beta untuk variabel X 0,416. Hubungan antara variabel X dan Y adalah

bersifat positif yang artinya apabila terjadi kenaikan 1 satuan pada variabel X, maka

akan meningkatkan variabel Y sebesar 0,416.

Koefisien bersifat positif artinya terjadi hubungan positif antara pengetahuan

tentang lingkungan hidup dan sikap Ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan
128

kebersihan lingkungan. Jika pengetahuan tentang lingkungan hidup Ibu Rumah

Tangga Tinggi maka sikap pemeliharaan kebersihan lingkungan pun akan tinggi,

sebaliknya jika pengetahuan tentang lingkungan hidup Ibu Rumah Tangga rendah

maka sikap pemeliharaan kebersihan lingkungan pun akan rendah atau tidak akan

lebih baik. Hasil uji regresi linear dapat dilihat pada lampiran 11.

Untuk mengetahui terdapatnya pengaruh positif atau negatifserta signifikansi

antara variabel X (Pengetahuan Tentang Lingkungan Hidup) dan variabel Y (Sikap Ibu

Rumah Tangga Dalam Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan), maka dilakukanlah

perhitungan dengan menggunakan uji t.

Dengan kriteria pengujian jika :

 t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima (ada pengaruh secara

signifikan)

 t hitung < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak (tidak ada pengaruh

secara signifikan)

Dari tabel hipotesis, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pada koefisien

regresi sebesar 2,878. Untuk mencari t hitung, maka t hitung dengan rumus t hitung

pada analisis regresi adalah :

t hitung = =

t hitung = = 19,848

Maka didapat t hitung 19,848. Dengan nilai t tabel df= n-1, maka diperoleh t

tabel sebesar 1.66543. Dari perhitungan oleh karena t hitung > t tabel (19,848 >

1,66543) maka H0 ditolak dan H1diterima, artinya bahwa ada pengaruh signifikan
129

antara variabel pengetahuan tentang lingkungan hidup terhadap sikap Ibu Rumah

Tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa pengetahuan tentang lingkungan hidup berpengaruh terhadap sikap Ibu Rumah

Tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa pengetahuan tentang lingkungan hidup berpengaruh terhadap sikap Ibu Rumah

Tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan. Semakin tinggi pengetahuan Ibu

Rumah Tangga maka semakin baik pula sikap mereka terhadap pemeliharaan

kebersihan lingkungan, dan sebaliknya jika semakin rendah pengetahuan Ibu Rumah

Tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan maka sikap mereka terhadap

pemeliharaan kebersihan lingkungan tidak mungkin akan lebih baik.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh pengetahuan tentang lingkungan

hidup (X) terhadap sikap Ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan kebersihan

lingkungan di Rumah Susun Karang Anyar Jakarta Pusat. Di dapat koefisien

determinasi (KD) diperoleh dari nilai koefisiennya sebesar 9,9225 %. Hal ini berarti

bahwa 9,9225 % merupakan kontribusi pengetahuan tentang lingkungan hidup

terhadap sikap Ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan.

Sedangkan 90,0775 % sikap Ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan kebersihan

lingkungan dipengaruhi oleh faktor lain di luar variabel yang diteliti.

Hasil penelitian pada variabel X (Pengetahuan Tentang Lingkungan Hidup)

diketahui didapatkan pada variabel pengetahuan tentang lingkungan, Ibu Rumah

Tangga yang memiliki pengetahuan tinggi persentase nya sebesar 18,18 %.

Selanjutnya untuk kategori sedang persentase nya sebesar 59,74 %, dan pada kategori

rendah persentase nya sebesar 22,08 %.

Artinya pengetahuan dan sikap Ibu Rumah Tangga memiliki posisi yang sama-

sama memiliki persentase yang mayoritas berada di tingkat sedang. Yang dapat

disimpulkan bahwa ketika pengetahuan mereka berada di tingkat sedang atau cukup,

maka sikap mereka dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan tidak jauh berbeda

dengan pengetahuan yang dimiliki. Hasil ini menunjukkan bahwa pengetahuan cukup

130
131

berperan dalam sikap Ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan

di Rumah Susun Karang Anyar Jakarta Pusat.

Dari keempat dimensi pengethuan tentang lingkungan hidup, hasil skor tertinggi

pada kategori pengetahuan tinggi berada pada dimensi faktual dan dimensi Prosedural

yang hasilnya sebesar 27,27 % atau sebanyak 21 responden. Artinya Ibu Rumah

Tangga sama sekali tidak buta mengenai pengetahuan tentang lingkungan hidup

khususnya dalam dimensi faktual dan juga prosedural. Ibu Rumah Tangga sudah

cukup mengetahui unsur-unsur terkait lingungan hidup, lalu ciri-ciri kualitas

lingkungan hidup, mereka juga sudah cukup atau sedang dalam menyebutkan apa saja

penyebab pencemaran lingkungan hidup dan menunjukkan penyebab perusakan

lingkungan hidup, selanjutnya mereka juga cukup untuk mampu menunjukkan

bagaimana cara melestarikan lingkungan hidup, dan menunjukkan penerapan

pembangunan berkelanjutan, lalu ibu rumah tangga mampu mengidentifikasi baku

mutu kualitas lingkungan hidup. Kemudian mereka dapat mengidentifikasi serta

menganalisis pencemaran, perusakan, risiko lingkungan dan usaha pelestarian

lingkungan hidup, lalu mereka dapat mengetahui faktor-faktor penyebab pemanasan

global, dan memasangkan penanggulangan pencemaran lingkungan hidup.

Memasangkan disini berarti kita sebagai masyarakat dapat mengetahui bagaimana cara

mengatasi adanya pencemaran yang terjadi di sekitar lingkungan hidup tempat tinggal

kita berada.. Sedangkan skor terendah pada kategori pengetahuan tinggi berada pada

dimensi metakognitif yaitu sebesar 12,99 %. Pada dimensi ini membahas

penegetahuan umum yang dapat diapakai untuk beragam tugas, kondisi-kondisi yang

memungkinkan pemakaian stretegi, tingkat efektivitas stretegi, dan pengetahuan diri


132

(self-knowledge). Dalam hal ini Ibu Rumah Tangga yang memiliki pengetahuan

kognitif berarti mengetahui bermacam-macam strategi untuk penanggulangan dalam

pencemaran lingkungan hidup, dan mengambil pengetahuan yang relevan mengenai

penanggulangan pencemaran lingkungan hidup.

Pada variabel Y (Sikap Ibu Rumah Tangga Dalam Pemeliharaan Kebersihan

Lingkungan). Pada variabel ini terbagi menjadi 5 indikator. Dapat diketahui secara

garis besar memiliki kategori sedang yang berjumlah 71,43 % atau 55 didapatkan

bahwa pada variabel sikap Ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan kebersihan

lingkungan. Selanjutnya untuk responden memiliki kategori tinggi dengan jumlah

persentase sebesar 16,88 % atau berjumlah 13 responden dan untuk kategori rendah

sebesar 11,69 % atau 9 responden.

Artinya pengetahuan dan sikap Ibu Rumah Tangga memiliki posisi yang sama-

sama memiliki persentase yang mayoritas berada di tingkat sedang. Yang dapat

disimpulkan bahwa ketika pengetahuan mereka berada di tingkat sedang atau cukup,

maka sikap mereka dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan tidak jauh berbeda

dengan pengetahuan yang dimiliki. Hasil ini menunjukkan bahwa pengetahuan cukup

berperan dalam sikap Ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan

di Rumah Susun Karang Anyar Jakarta Pusat.

Dari kelima indikator yaitu Sikap Terhadap Pengelolaan Jamban Sehat, Sikap

Terhadap Tersedianya Air Bersih, Sikap Terhadap Pengolaan Sampah, Sikap Dalam

Pengelolaan Saluran Pengaliran Air Limbah, dan Sikap Kebersihan Dan Kesehatan

Rumah (Ventilasi, Lubang Pencahayaan Sinar Matahari, Kebersihan Lantai). Nilai

tertinggi dalam kategori tinggi yaitu terletak pada indikator ke empat yaitu sikap
133

dalam pengelolaan saluran pengaliran air limbah yaitu sebesar 27,27 % atau sebanyak

21 responden. Untuk kategori sedang pada indikator ini sebesar 63,64 % dan kategori

rendah sebesar 9,09 %. Ini mengindikasikan bahwasanya sikap Ibu Rumah Tangga

dalam pengelolaan limbah saluran rumah tangga sudah cukup baik, hanya sedikit

sekali Ibu Rumah Tangga yang belum mengerti tentang pengelolaan saluran limbah

rumah tangga. Mereka menyadari bahwa Pencemaran oleh limbah domestik

mempunyai banyak akibat buruk. Yang paling ringan adalah menurunya keindahan

lingkungan. akibat yang lebih buruk adalah terganggunya kesehatan. Gangguan itu

dapat terjadi karena air untuk keperluan rumah tangga tercemar, sehingga pencemaran

air itu akan menyebabkan timbulnya wabah penyakit. Comberan air yang tercemar

merupakan tempat hidup yang baik untuk brbagai jenis hewan yang menularkan

penyakit, antara lain nyamuk, lalat, dan tikus. Sedangkan skor terendah dalam

kategori tinggi terdapat pada sikap terhadap pengelolaan jamban sehat yaitu sebesar

7,79 % atau berjumlah 6 responden. Untuk indikator pertama sikap terhadap

pengelolaan jamban sehat untuk kategori sedang berjumlah 80,52 % dan kategori

rendah 11,69 %. Ini mengindikasikan bahwa Ibu Rumah Tangga di Rumah Susun

Karang Anyar memiliki sikap yang cukup baik dalam menjaga dan mengelola jamban

sehat. Cara mereka mengelola dengan baik yaitu dengan menjaga agar sekitar jamban

tidak berbau dengan cara memberi pengharum ruangan dan membersihkan jamban

secara berkala. Itu semua dilakukan agar jamban tidak kotor dan berbau, karena jika

sekitar jamban kotor dan berbau pasti akan menimbulkan bakteri dan sumber

penyakit. Dari penelitian di Rumah Susun Karang Anyar peneliti mendapatkan sikap

Ibu Rumah Tangga yang khas dari data diatas dapat dilihat bahwa pengetahuan
134

mereka tentang lingkungan hidup berada di jenjang sedang sedangkan dalam

menjawab angket yang berisi sikap mengenai pemeliharaan kebersihan lingkungan

yang mencakup sikap terhadap pengelolaan jamban sehat, sikap terhadap pengelolaan

sarana air bersih, sikap terhadap pengelolaan sampah rumah tangga, sikap terhadap

pengelolaan limbah, dan sikap terhadap pengelolaan kebersihan dan kesehatan rumah

(ventilasi, pencahayaan sinar matahari, dan kebersihan lantai) mereka sudah cukup

memahami bagaimana bersikap terhadap sesuatu lingkungan di sekitarnya yang

berhubungan dengan pemeliharaan kebersihan lingkungan. Tetapi masih ada saja

beberapa yang tidak peduli terhadap kebersihan lingkungannya. Dapat dikatakan

bahwa dengan pengetahuan yang mereka miliki baik itu pengetahuan yang didapatkan

pada masa pendidikan ataupun secara turun-temurun dari keluarga lalu kaitannya

dengan menjawab angket sikap yang diberikan masih banyak ditemukan kondisi yang

tidak sesuai dengan test dan angket yang diberikan oleh peneliti. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat faktor-faktor lain diluar pengetahuan dan sikap mereka

dalam melihara kebersihan lingkungan sekitar di tempat mereka tinggal.


135

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis mengajukan saran-saran yang

berguna bagi pihak yang terkait dalam pembahasan tersebut :

1. Bagi pihak pengelola Rumah Susun Karang Anyar, agar mengadakan

penyuluhan mengenai kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan hidup.

Mengundang dinas kebersihan lingkungan untuk mengadakan penyuluhan baik

dalam bentuk lisan maupun tulisan.

2. Mengadakan kerja bakti massal untuk seluruh warga untuk membersihkan

lingkungan, melakukan penanaman pohon, membersihkan selokan, dan mengisi

kegiatan dalam cara mengelola sampah.

3. Menambah kapasistas pembuangan sampah seperti tong sampah karena

jumlah nya yang sangat sedikit. Lalu menyediakan tempat pembuangan sampah

yang tertutup agar tidak timbul sumber penyakit dan bau yang menyengat.

4. Bagi Ibu Rumah Tangga agar meningkatkan kesadaran akan pentingnya

menjaga dan memlihara kebersihan lingkungan, terutama dimulai dari dalam

rumah. Kemudian saling mengingatkan antar tetangga dalam menjaga kebersihan

lingkungan sekitar.

5. Untuk peneliti selanjutnya agar memperluas objek penelitian, menambah

variabel, serta menambah jumlah responden agar mendapatkan hasil yang

signifikan.
136

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. 1983. Pengantar Hukum Lingkungan Indonesia. Bandung: Alumni.

Alamsyah, Dedi dan Muliawati Ratna. 2013. Pilar Dasar Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Yogyakarta : Nuha Medika.

Amran YS Chaniago; Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. (Cet. V; Bandung: Pustaka


Setia, 2002).h. 427 – 428

Anderson, Lorin W dan David R Krathwohl.(2010). Kerangka Landasan Untuk


Pembelajaran, Pengajaran, Dan Asesmen (Penterjemah: Prihantoro, A. dari A
Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing: A Revision of Bloom’s
Taxonomy of Educational Objectives A Bridged Eddition: Addison Wesley
Longman, Inc. 2001).Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arif Sukadi Sadiman. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. (Cet.I;


Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa, 1946) h.109

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi


Revisi). Jakarta : Rineka Cipta

Badan Pusat Statistik (BPS). 2003. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2002-2003.

Budiyanto, M. 2003. Mikrobiologi Terapan. Edisi 3. UMM-Press, Malang.

Dwijayanti, J.E. 1999, Perbedaan motif antara ibu rumah tangga yang bekerja dan
yang tidak bekerja dalam mengikuti sekolah pengembangan pribadi dari Jhon
Robert Powers. Media Psikologi Indonesia. Vol 14, No 55. Surabaya:
Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.

Effendi. (1998). Dasar-dasar kesehatan masyarakat. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Farmono, Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup, Jakarta: UI Press, 1995.

Gunarsa, Y Singgih D dan Singgih D Gunarsa, 1990, Psikologi Untuk Keluarga,


Jakarta : PT BPK Mulia

Harun M. Husein, Lingkungan Hidup Masalah Pengelolaan dan Penegakan


Hukumnya, Bumi Aksara, Jakarta, 1992
137

Jungreis, Ervin, Spot Test Analisis :clinical, environmental, forensic, and


geochemical applications, News York: A Wiley Interscience publication,
1996

Krech dan Crutchfield; 2001. Proses dan Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi.

Marzali, A., Achadiat, A., Mahar, A. I., Widiyanto, B., Pramaribo, C. M., Anwar, J.,
et al. (2002). Pengelolaan Lingkungan Sosial. Jakarta: Obor Indonesia.

Mukono, Muk. 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga


University Press
Michael, P. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium, terj

Yanti R Koestoer, Jakarta: UI Press, 1995.

Munandar. 1997. Dinamika Masyarakat Transisi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Neolaka, A; 2008. Kesadaran Lingkungan. Jakarta. Rineka Cipta.

Ningsih, Murni Iriani, Pencemaran, Bandung: Pringgandani, 2010.

Notoatmodjo, Soekidjo, 1993. Pengantar Pendidikan dan Imu Perilaku Kesehatan.


Andi Offset. Yogyakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar.


Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta

Nursalam. (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan, Jakarta :


Sagung Seto

Renda O.H, La. 2005. Kesadaran Ibu Rumah Tangga Terhadap Kebersihan
Lingkungan (Studi Deskriptif di Kota Kendari). Jakarta : Tesis, Program
Pascasarjana UNJ

Secord P.F., Backman C.W., 2001. Social Psychology. New York: McGraw Hill.

Slamet, Juli Soemirat. 1994. Kesehatan Lingkungan. Bandung: Gadjah Mada


University Press.
138

Soemarwoto, Otto; 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta:


Djambatan.
Soemartono, Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 1996.
Soerjani; 1987. Lingkungan Sumberdaya Alam dan Kependudukan Dalam
Pembangunan. Jakarta: Universitas Indonesia Press
Subiyanto; 1988, Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Dirjendikti
Depdikbud.

Sucipto, C. D., & Asmadi. 2011. Aspek kesehatan masyarakat dalam AMDAL,
Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D). Bandung : Alfabeta.

Suharsimi Arikunto; Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). (Cet.IX;


Jakarta: Bumi Aksara, 2009) h. 118 – 137.

Supardi, Imam, Kimia dan Pencemaran Lingkungan, Bandung: Alumni, 1994.

Suwondo, Nani. 1981. Dari Hukum Antar Golongan Ke Hukum. Alumni. Bandung.

Walgito, Bimo. 2002. Pengantar Psikologi Umum.Ed.3.Yogyakarta: Adi.

Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Social Suatu Pengantar. Yogyakarta: Andi


Yogyakarta.
139

Lampiran 1

INSTRUMEN PENELITIAN

Kepada Yth.

Ibu

Dengan Hormat,

Saya, mahasiswa Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri


Jakarta, bermaksud mengadakan penelitian di wilayah ini untuk memperoleh data
yang digunakan untuk kepentingan skripsi, dengan judul “Pengaruh Pengathuan
Tentang Lingkungan Hidup Terhadap Sikap Ibu Rumah Tangga Dalam Pemeliharaan
Kebersihan Lingkungan”.

Untuk itu, saya mengharapkan kesedian Ibu untuk mengisi dan menjawab
kuisioner ini dengan baik, dan sejujur-jujurnya, demi terwujudnya informasi yang
valid dan terpercaya. Atas segala waktu dan partisipasinya, Peneliti mengucapkan
banyak sekali terima kasih.

Peneliti

Stefanus Sweko
140

A. Identitas Responden
 Nama Responden :
 Umur :

B. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda (x)
pada huruf a, b, c atau d!

Variabel Pengetahuan Tentang Lingkungan Hidup

1. Faktor utama dalam pencemaran lingkungan permukiman adalah….


a. Limbah cair buangan pabrik
b. Sampah logam hasil industri
c. Kotoran binatang
d. Limbah dari aktivitas mandi cuci kakus
e. Gas dari gunung meletus

2. Polinator banyak terjadi di sektor pertanian dan perkebunan di belahan dunia


akibat dari penggunaan pestisida, untuk mengurangi dampak pestisida terhadap
angka polinator ini, upaya yang dapat di lakukan adalah..
a. Penggunaan pestisida pada tanaman tertentu
b. Penyemprotan pestisida melalui pesawat
c. Menambah peternakan lebah
d. Melakukan penyerbukan secara manual oleh manusia
e. Mengurangi jumlah pemakaian dan ketergantungan pada pestisida

3. Dampak pencemaran air yaitu….


a. Jumlah air berkurang
b. Menganggu kesehatan manusia
c. Jumlah air bersih bertambah
d. Jumlah pamakaian air bertambah
e. Menggangu kesehatan manusia
141

4. Fenomena yang termasuk kerusakan lingkungan hidup akibat peristiwa alam


adalah....
a. Banjir
b. Erupsi gunung
c. Kerusakan hutan
d. Kebakaran
e. Pencemaran sungai

5. Pencemaran air sungai merupakan kerusakan lingkungan akibat faktor....


a. Banjir d. Aktivitas Manusia
b. Letusan Gunung e. Hujan Asam
c. Banjir lahar dingin

6. Akibat dari pembuangan limbah pabrik tekstil ke Sungai Citarum adalah....


a. Matinya perekonomian masyarakat
b. Hilang dan punahnya biota Sungai Citarum
c. Penurunan kualitas hasil produksi tekstil
d. Pencemaran udara di atas Sungai Citarum
e. Peningkatan kualitas air Sungai Citarum

7. Pembangunan Blue Mall Bekasi yang dibangun di atas lahan yang berupa rawa-
rawa sebagai lahan resapan air di tidak hanya mendatangkan manfaat bagi sektor
ekonomi sebagai pemasukan daerah, tatapi juga membawa resiko kerusakan
lingkungan. Maka penghilangan lahan resapan air untuk di jadikan mall akan
berakibat....
a. Naiknya tingkat perekonomian daerah sekitar
b. Menggenangnya air jika hujan turun
c. Tingkat kemacetan yang semakin meningkat
d. Air akan cepat meresap ke dalam tanah
e. Berkurangnya aliran air di permukaan tanah
142

8. Aspek yang merupakan semua fenomena alam yang dapat diamati secara
langsung, adalah aspek....
a. Aspek Sosial d. Aspek Fisik
b. Aspek Politis e. Aspek Ekonomis
c. Aspek Antropologis

9. Suatu kawasan alam yang di dalamnya terdapat unsur-unsur hayati (organisme)


dan unsur-unsur nonhayati (abiotik) terjadi hubungan timbal balik disebut….
a. Ekosistem d. Biosfer
b. Habitat e. Biotik
c. Populasi

10. 1) Tanah 4)Manusia


2) Tumbuhan 5) Air
3) Udara 6) Hewan
Komponen biotik ditunjukkan oleh nomor…..
a. 1), 2), dan 3) d.2), 5), dan 6)
b. 1), 2), dan 4) e. 4), 5), dan 6)
c. 2), 4), dan 6)

11. Pencemaran air sungai merupakan kerusakan lingkungan akibat faktor....


a. Banjir d. Aktivitas Manusia
b. Letusan Gunung e. Hujan Asam
c. Banjir lahar dingin

12. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi kerusakan lapisan ozon, yaitu….
a. Memaksimalkan penggunaan bensin
b. Memakai kosmetik berbahan kimia
c. Memakai spray parfum secara berlebihan
d. Menyalakan AC selama 24 jam
e. Menanam tanaman di halaman rumah
143

13. Fenomena yang termasuk kerusakan lingkungan hidup akibat peristiwa alam
adalah....
a. Banjir
b. Erupsi gunung
c. Kerusakan hutan
d. Kebakaran
e. Pencemaran sungai

14. I. Pembangunan yang berbasis inisiatif rakyat (People Centered Development)


II. Pembangunan secara besar – besaran
III.Pembangunan atas kekuatan sendiri yang dipagari oleh daya dukung
lingkungan
IV. Eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam secara menyeluruh
V. Perbaikan Lingkungan kesehatan serta penyediaan air bersih dan tempat
tinggal untuk setiap manusia
Dari pernyataan – pernyataan di atas manakah yang merupakan tujuan pokok
pembangunan berkelanjutan dalam program lingkungan PBB....
a. I, II, dan III d. II, IV, dan V
b. I, III, dan IV e. I, III, dan V
c. III, IV, dan V

15. Mengapa sumber daya lingkungan harus di lestarikan dan digunakan dengan
bijak...
a. Karena sumber daya alam bisa di perbaharui dengan cepat
b. Karena sumber daya alam ada yang tidak dapat diperbaharui
c. Karena sumber daya alam sangat berlimpah
d. Karena sumber daya alam mempunyai keterbatasan manfaat
e. Karena sumber daya alam dapat bertambah

16. Baku mutu lingkungan terdiri dari dua sistem yaitu...


144

a. Infuent Standart dan Stream Standart d. Stream Standart dan System


Standart
b. Effluent Standart dan Stream Standart e. System Standart dan Effluent
Standart
c. Influent Standart dan Effluent Standart

17. Keterbatasan lahan hunian manusia dapat ditangani dengan dua cara, yaitu
pertambahan lahan kearah horizontal dan vertikal. Salah satu contoh pertambahan
lahan kearah vertikal dilakukan dengan….
a. Pengubahan fungsi pertambangan
b. Pembangunan rumah susun
c. Pengubahan peggunaan lahan pertanian
d. Reklamasi pantai
e. Pengurukan rawa

18. Penanaman atau penghijauan kembali lahan yang semula berupa hutan tetapi
gundul dan gersang karena adanya pembalakan liar disebut?
a. Dekomposisi d. Rehabilitasi
b. Reboisasi e. Rotasi
c. Reklamasi

19. Dalam kehidupan bermasyarakat, yang berkewajiban menjaga lingkungan tetap


bersih dan sehat adalah….
a. aparat kelurahan
b. hansip atau petugas keamanan
c. semua lapisan masyarakat
d. staff RT dan RW
e. ibu rumah tangga

20. Upaya pencegahan pencemaran lingkungan hidup adalah….

a. Menanam pohon
145

b. Menggalakan industri daur ulang

c. Mengadakan kerja bakti secara rutin

d. Semua benar

e. Membuang sampah pada tempatnya

21. Upaya pencegahan pencemaran lingkungan hidup adalah….

a. Menanam pohon

b. Menggalakan industri daur ulang

c. Mengadakan kerja bakti secara rutin

d. Semua benar

e. Membuang sampah pada tempatnya

22. Jenis penanggulangan pencemaran lingkungan tempat tinggal (pencegahan)


dengan menggunakan kembali sampah yang berpotensi mencemari lingkungan
yang akan mengganggu keindahan lingkungan adalah….
a. Mendaur ulang (recycle)
b. Menggunakan kembali (reuse)
c. Mengurangi (reduce)
d. Semua salah.
e. A,b, dan c benar.
146

Lampiran 2
ANGKET SIKAP IBU RUMAH TANGGA DALAM PEMELIHARAAN KEBERSIHAN
LINGKUNGAN

Petunjuk Pengisian :

1. Sebelum mengisi angket, terlebih dahulu tuliskan identitas anda pada kolom
yang telah disediakan.
2. Cara pengisian dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang
sesuai.
3. Atas kerjasamanya saya ucapkan terimakasih.

IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama :

2. Alamat :

3. Umur :
147

1. Dalam menjaga kesehatan, bagaimana pendapat ibu apabila jamban tersedia obat
pembersih dan pengharum.

a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-Ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju

2. Bagaimana menurut ibu apabila setiap pagi ibu menyediakan air dalam bak dan
membersihkan jamban.

a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-Ragu
d. Tidak Setuju’
e. Sangat Tidak Setuju

3. Bagaimanakah pendapat ibu dalam mengingatkan keluarga agar jamban tidak


menimbulkan bau.

a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-Ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju

4. Bagaimanakah pendapat ibu ketika pagi hari menyediakan air untuk


kebutuhan masak dan aktivitas lain.

a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-Ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju

5. Bagaimakah pendapat ibu tentang mengingatkan keluarga untuk membersihkan


bak mandi setiap satu minggu sekali.

a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-Ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
148

6. Bagaimanakah pendapat ibu dan keluarga tentang menggunakan air bersih untuk
masak dan minum.

a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-Ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju

7. Bagaimana pendapat ibu apabila tempat sampah ada di setiap ruangan rumah

a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-Ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju

8. Bagaimanakah pendapat ibu apabila memisahkan antara sampah kering dengan


sampah basah.

a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-Ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju

9. Bagaimanakah pendapat ibu mengenai membuang sampah di aliran sungai


apabila tempat sampah sudah penuh.

a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-Ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju

10. Bagaimanakah pendapat ibu apabila diadakan sosialisasi dari pemerintah agar
masyarakat tidak membuang sampah di sembarang tempat.

a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-Ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
149

11. Bagaimanakah pendapat ibu tentang sikap disiplin ibu rumah tangga sebagai
upaya kesadaran dalam membuang sampah pada tempatnya.
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-Ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju

12. Bagaimanakah pendapat ibu mengenai menempatkan kantong plastik


didalam tempat sampah.

a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-Ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju

13. Bagaimanakah pendapat ibu untuk memberikan penutup pada tempat sampah
untuk menjaga gangguan binatang seperti kecoa, lalat, dan semut.

a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-Ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju

14. Bagaimanakah pendapat ibu apabila saluran pengaliran air limbah di daerah anda
yang mengakibatkan pencemaran udara dan air.

a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-Ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju

15. Bagaimanakah pendapat ibu untuk saling mengingatkan tetangga sekitar agar
saluran pengaliran air limbah tidak menjadi tempat pembuangan sampah.

a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-Ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
150

16. Bagaimanakah pendapat ibu apabila hanya ibu rumah tangga saja dalam upaya
pemeliharaan kebersihan lingkungan rumah.

a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-Ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju

17. Bagaimanakah pendapat ibu untuk membuka ventilasi setiap pagi sebagai dasar
terciptanya rumah sehat.

a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-Ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju

18. Bagaimanakah pendapat ibu apabila rumah kurang mendapatkan


pencahayaan sinar matahari saat siang hari.

a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-Ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju

19. Bagaimanakah tanggapan ibu bahwa setiap hari setiap anggota keluarga
wajib menjaga kebersihan agar rumah tetap bersih dan sehat.

a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-Ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju

20. Bagaimanakah sikap ibu dalam mengingatkan keluarga untuk menjaga


kebersihan rumah setiap harinya.

a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-Ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju
151

Lampiran 3

Kunci Jawaban
Kuisioner Variabel X
Kunci Jawaban Angket Variabel Y

No Jawaban Sangat
Soal Sangat Ragu- Tidak
No Setuju Tidak
1 D Setuju Ragu Setuju
Setuju
2 E 1 5 4 3 2 1
3 B 2 5 4 3 2 1
4 B 3 5 4 3 2 1
5 D
4 5 4 3 2 1
6 B
5 5 4 3 2 1
7 B
8 D 6 5 4 3 2 1
9 A 7 5 4 3 2 1
10 B 8 5 4 3 2 1
11 D 9 1 2 3 4 5
12 E 10 5 4 3 2 1
13 B 11 5 4 3 2 1
14 E 12 5 4 3 2 1
15 B 13 1 2 3 4 5
16 C 14 1 2 3 4 5
17 B 15 5 4 3 2 1
18 B
16 1 2 3 4 5
19 C
17 5 4 3 2 1
20 B
21 A 18 1 2 3 4 5
22 C 19 5 4 3 2 1
20 5 4 3 2 1
152

Lampiran 4

Meta
Nomor
Faktual Konseptual Prosedural kognitif
Respon
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2
den
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 Total
1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 21
3 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 12
4 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 16
5 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 8
6 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 18
7 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 16
8 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 13
9 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 8
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
11 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 16
12 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 11
13 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 14
14 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 15
15 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 8
16 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 15
17 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
18 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
19 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21
21 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19
22 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 8
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
24 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21
25 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 10
26 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 17
27 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 6
28 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 7
29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
30 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 15
31 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 6
32 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 13
33 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 9
34 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 8
35 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 17
36 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 17
153

37 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
38 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19
39 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 7
40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
41 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21
42 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 10
43 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 17
44 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 5
45 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 7
46 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
47 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 14
48 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 5
49 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 13
50 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 9
51 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 9
52 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 17
53 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18
54 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 21
55 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 12
56 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 15
57 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 7
58 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 17
59 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 17
60 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 12
61 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 9
62 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21
63 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 16
64 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 11
65 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 13
66 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 13
67 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 10
68 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 16
69 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 17
70 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3
71 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 20
72 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 15
73 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4
74 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 14
75 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 9
76 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 11
77 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 16
154

Lampiran 5

No 1 2 3 4 5
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 Total
Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
1 4 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 5 5 88
2 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 4 5 5 5 5 95
3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 4 3 4 5 3 5 2 88
4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 81
5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 5 4 4 90
6 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 3 5 4 93
7 5 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 4 90
8 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 4 87
9 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 81
10 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 99
11 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 95
12 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 86
13 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4 88
14 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 3 5 5 5 5 5 5 5 4 94
15 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 4 3 5 5 4 4 4 5 4 4 86
16 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4 88
17 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 82
18 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 82
19 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 100
20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 82
21 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 82
22 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 97
23 4 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 87
24 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 85
25 5 4 5 5 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 90
26 4 4 5 5 4 5 4 3 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4 86
27 5 4 5 5 5 4 4 3 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 4 4 89
28 5 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 4 4 91
29 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 97
30 5 5 5 5 5 3 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 5 5 5 94
31 4 2 5 5 5 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 82
32 5 4 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 97
33 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 82
34 5 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 89
35 5 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 4 4 92
36 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 83
37 5 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 4 4 92
155

38 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 82
39 5 4 4 4 5 3 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 84
40 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 100
41 5 4 5 5 5 5 4 5 5 1 5 4 5 4 5 5 4 5 5 1 87
42 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 94
43 4 4 4 4 4 4 4 4 5 2 4 4 4 4 4 4 4 4 5 2 78
44 4 4 4 4 4 4 4 4 5 2 4 4 4 4 3 4 4 4 5 2 77
45 4 4 5 5 4 5 3 5 5 2 5 5 5 5 3 4 3 5 5 2 84
46 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 89
47 5 5 5 5 4 4 4 5 4 2 4 5 5 5 5 5 4 5 4 2 87
48 5 4 4 4 4 4 4 4 4 2 5 4 4 4 5 5 4 4 4 2 80
49 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 97
50 5 4 3 4 5 4 5 4 4 2 5 4 4 4 5 5 5 4 4 2 82
51 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 82
52 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 76
53 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 89
54 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 80
55 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 81
56 5 4 3 4 5 4 5 4 4 1 4 5 4 5 5 5 5 4 4 1 81
57 5 4 4 4 5 4 5 4 4 2 4 4 4 4 5 5 5 4 4 2 82
58 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 95
59 5 4 4 4 5 4 5 4 4 2 4 4 4 4 5 5 5 4 4 2 82
60 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 5 4 5 4 4 4 4 4 2 77
61 5 4 3 5 5 5 5 5 5 4 4 3 5 3 5 5 5 5 5 3 89
62 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 86
63 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 86
64 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 76
65 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 5 4 5 4 4 4 4 4 2 78
66 4 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 92
67 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 5 4 5 4 4 4 4 4 2 78
68 5 4 5 5 5 5 5 5 4 2 5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 92
69 5 4 5 5 5 5 5 5 4 2 4 5 5 5 5 5 5 5 4 2 90
70 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 74
71 5 5 3 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 92
72 3 4 3 4 3 4 4 4 4 2 5 4 4 4 3 3 4 4 4 2 72
73 3 4 5 5 3 5 4 5 4 2 5 5 5 5 3 3 4 5 4 2 81
74 3 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 3 4 4 4 2 72
75 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 74
76 3 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 3 3 3 4 3 4 4 4 2 70
77 3 4 4 4 3 4 4 4 5 2 4 4 4 4 5 3 4 4 5 2 76
156

Lampiran 6

A. Hasil Uji Coba Instrument Variabel (X)

a. Hasil uji validitas pengetahuan tentang lingkungan hidup

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Hasil Uji
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Alpha if Item Validitas
Deleted
s_1 15.9870 26.592 .349 .801 VALID
s_2 16.4416 26.066 .239 .804 VALID
s_3 16.2727 25.438 .388 .797 VALID
s_4 16.3377 26.069 .243 .803 VALID
s_5 16.2468 25.504 .382 .797 VALID
s_6 16.4805 24.832 .495 .792 VALID
s_7 16.2857 24.865 .507 .791 VALID
s_8 16.4286 28.222 -.174 .822 TIDAK VALID
s_9 16.4935 25.148 .430 .795 VALID
s_10 16.2208 25.859 .315 .800 VALID
s_11 16.2857 28.496 -.229 .823 TIDAK VALID
s_12 16.3636 24.577 .549 .789 VALID
s_13 16.3247 24.827 .503 .791 VALID
s_14 16.2727 25.806 .309 .800 VALID
s_15 15.9870 26.197 .507 .797 VALID
s_16 16.5195 24.279 .622 .786 VALID
s_17 16.0260 26.026 .455 .797 VALID
s_18 16.3247 23.959 .692 .782 VALID
s_19 16.5325 27.805 -.096 .818 TIDAK VALID
s_20 16.3766 24.922 .474 .793 VALID
s_21 16.2597 25.274 .428 .795 VALID
s_22 16.3896 26.873 .081 .811 TIDAK VALID
s_23 16.0779 25.757 .447 .796 VALID
s_24 16.3506 27.046 .049 .812 TIDAK VALID
s_25 16.4156 25.430 .367 .798 VALID
s_26 16.3247 23.959 .692 .782 VALID
s_27 16.5325 27.673 -.071 .817 TIDAK VALID
s_28 16.3377 24.858 .494 .792 VALID
Sumber : Hasil Pengolahan Data , Mei 2016
157

b. Hasil uji reliabilitas variabel pengetahuan tentang lingkungan hidup

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.806 28

Dalam mengetahui tingkat reliabilitas, yaitu dengan membandingkan

reliabilitas dengan kriteria reliabel sebagai berikut :

Reliabilitas Kaidah Guiford

Koefisien Reliabilitas Kategori

>0,9 Sangat Reliabel

0,7 – 0,9 Reliabel

0,4 – 0,7 Cukup Reliabel

0,2 – 0,4 Kurang Reliabel

<0,2 Tidak Reliabel


Sumber : Sugiyono (2009)
Berdasarkan hasil output diatas dapat diketahui bahwa tingkat

reliabilitas pada variabel pengetahuan tentang lingkungan hidup berada

pada kategori reliabel yaitu 0,806.


158

B. Hasil Uji Coba Instrument Variabel (Y)

1. Hasil Uji Validitas Instrumen Sikap Ibu Rumah Tangga Dalam

Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Hasil Uji
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Alpha if Item Validitas
Deleted
s_1 97.4156 41.746 .373 .778 VALID
s_2 97.7013 42.528 .446 .777 VALID
s_3 97.7662 43.734 .116 .791 TIDAK VALID
s_4 97.3247 40.959 .620 .769 VALID
s_5 97.4156 41.167 .447 .774 VALID
s_6 98.0000 42.579 .108 .801 TIDAK VALID
s_7 97.4805 42.884 .314 .781 VALID
s_8 97.7662 43.734 .116 .791 TIDAK VALID
s_9 97.4935 41.437 .584 .771 VALID
s_10 98.2208 38.674 .316 .788 VALID
s_11 97.4675 41.831 .506 .774 VALID
s_12 97.3377 42.779 .330 .781 VALID
s_13 97.3896 41.478 .542 .772 VALID
s_14 97.2987 42.239 .415 .777 VALID
s_15 97.9610 41.485 .233 .788 VALID
s_16 97.4026 41.612 .389 .777 VALID
s_17 97.4675 42.752 .331 .780 VALID
s_18 97.7532 43.609 .128 .790 TIDAK VALID
s_19 97.4935 41.437 .584 .771 VALID
s_20 98.2078 38.377 .341 .786 VALID
s_21 97.4675 41.831 .506 .774 VALID
s_22 97.3377 42.779 .330 .781 VALID
s_23 97.3766 41.317 .534 .772 VALID
s_24 97.2727 42.596 .360 .779 VALID
Sumber : Hasil Pengolahan Data , Mei 2016
159

2. Hasil Uji Reliabilitas Instrument Sikap Ibu Rumah Tangga Dalam

Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.787 24

Untuk variabel Y, sebesar 0,787. Dari hasil yang dicocokkan dengan

kaidah Guilford maka untuk variabel sikap ibu rumah tangga dalam

pemeliharaan kebersihan lingkungan, termasuk dalam kategori reliabel.


160

Lampiran 7

Output Analisis Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pengetahuan 77 1.00 22.00 13.7922 5.38843

Sikap 77 70.00 100.00 85.8961 7.11112

Valid N (listwise) 77
161

Lampiran 8

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pengetahuan Sikap

N 77 77
a
Normal Parameters Mean 13.7922 85.8961

Std. Deviation 5.38843 7.11112

Most Extreme Differences Absolute .101 .111

Positive .086 .111

Negative -.101 -.051

Kolmogorov-Smirnov Z .882 .972

Asymp. Sig. (2-tailed) .418 .302

a. Test distribution is Normal.

Dari histogram diatas terdapat garis sebuah kurva yang berbentuk seperti
lonceng, artinya data terdistribusi dengan normal.
162

Lampiran 9

Uji Homogenitas

ANOVA

Pengetahuan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 797.248 24 33.219 1.226 .265

Within Groups 1409.427 52 27.104

Total 2206.675 76
163

Lampiran 10

Uji Linearitas

ANOVA Table

Sum of
Squares df Mean Square F Sig.

Sikap * Between (Combined) 1411.285 20 70.564 1.625 .079


Pengetahuan Groups
Linearity 382.179 1 382.179 8.801 .004

Deviation from
1029.107 19 54.164 1.247 .256
Linearity

Within Groups 2431.883 56 43.426

Total 3843.169 76

Berdasarkan hasil diatas, menunjukkan angka signifikansi hitung dengan sig α

(0,05) adalah 0,004. Angka signifikansi hitung 0,004 < α (0,05), sehinggi H0 diterima

yang artinya data linear atau kelinearan terpenuhi.


164

Pada kurva P-Plot diatas menggambarkan bahwa data terlihat tersebar

mendekati garis lurus yang dapat disimpulkan bahwa data tersebar secara linear,

dan ini terbukti bahwa syarat linearitas terpenuhi.


165

Lampiran 11

Uji Regresi Linear Sederhana

b
Variables Entered/Removed

Variables Variables
Model Entered Removed Method
a
1 Pengetahuan . Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Sikap

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
a
1 .315 .099 .087 6.79312

a. Predictors: (Constant), Pengetahuan

b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 382.179 1 382.179 8.282 .005

Residual 3460.990 75 46.147

Total 3843.169 76

a. Predictors: (Constant), Pengetahuan

b. Dependent Variable: Sikap


166

a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 80.156 2.139 37.465 .000

Pengetahuan .416 .145 .315 2.878 .005

a. Dependent Variable: Sikap

H0 : Tidak terdapat pengaruh pengetahuan tentang lingkungan hidup dengan sikap

Wanita dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan Rumah Susun Karang

Anyar.

H1 : Terdapat pengaruh antara pengetahuan tentang lingkungan hidup dengan sikap

Wanita dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan Rumah Susun Karang

Anyar.

 Jika sig > α (0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima (Koefisien Regresi

Sederhana)

 Jika sig < α (0,05) maka H0 diterima dan H1 ditolak (Koefisien Regresi

Tidak Signifikan)

Dalam nilai sig = 0,005, karena 0,005 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima,

artinya koefisien regresi signifikan dan dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh

yang signifikan dari pengaruh pengetahuan tentang lingkungan hidup terhadap sikap

Ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan.


167

Untuk mengetahui bahwa besarnya pengaruh antara variabel X dan variabel

Y, maka digunakan rumus koefisein determinasi sebagai berikut :

KD = R2 x 100 %

KD = (0.315)2 x 100 %

KD = 0,09225 x 100 %

KD = 9,9225 %

Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa koefisien determinasi adalah

9,9225 %. Hal ini berarti bahwa 9,9225 % merupakan kontribusi pengetahuan

tentang lingkungan hidup terhadap sikap Ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan

kebersihan lingkungan. Sedangkan 90,0775 % sikap Ibu Rumah Tangga dalam

pemeliharaan kebersihan lingkungan dipengaruhi oleh faktor lain di luar variabel

yang diteliti.

No. Interval Koefisien Tingkat Hubungan


1 0,00 – 0,199 Sangat Rendah
2 0,20 – 0,399 Rendah
3 0,40 – 0,599 Sedang
4 0,60 – 0,799 Kuat
5 0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber : (Sugiyono, 2011 : 231)
Nilai R koefisien korelasi pearson product moment 0,315 antara pengetahuan

tentang lingkungan hidup terhadap sikap Ibu Rumah Tangga dalam pemeliharaan

kebersihan lingkungan maka korelasi berada dalam tingkat hubungan rendah.


168

Lampiran 12

Dokumentasi Penelitian

Ventilasi Di Salah Satu Rumah Responden Yang Sampah Yang Berserakan Di Sekitar Pekarangan
Kurang Terawat Dan Ditutup Dengan Jaring Besi Rumah Susun

Lokasi Rumah Susun Karang Anyar Jakarta Pusat


Salah Satu Jamban Yang Ada Di Rumah Responden

Lokasi Rumah Susun Karang Anyar Jakarta Pusat Foto Keadaan Suasana Rumah Responden
169

Responden yang sedang mengisi kuisioner Responden yang sedang mengisi kuisioner

Akses Jalan Yang Disalahgunakan Sebagai Dapur Lokasi Pintu Utama Rumah Susun Karang Anyar
Jakarta Pusat

Sepeda Anak-Anak Yang Digantung Di Tangga Tempat Akses Jalan


RIWAYAT HIDUP

Stefanus Sweko, Anak ke 1 dari 2 bersaudara, dari Bapak

Yustinus Widada dan Ibu Christiana Titik Budiati. Penulis

lahir di Jakarta, 20 Desember 1991, menamatkan Pendidikan

Sekolah Dasar Budi Mulia pada tahun 2004, Sekolah

Menengah Pertama Budi Mulia Jakarta Pusat pada tahun

2007, Sekolah Menengah Atas Budi Mulia Jakarta Pusat pada tahun 2011,

melanjutkan kuliah di Jurusan Geografi Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas

Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta melalui jalur SNMPTN 2011. Pengalaman

Praktek Keterampilan Mengajar (PKM/PPL) di SMAN 98 Jakarta, dan pernah

bekerja di Restoran sebagai waiters di PT Sushi Ya Primasaji dan PT Trada Prima

Persada. Sebagai sarana komunikasi, peneliti dapat dihubungi melalui E-mail :

Stefanussweko@ymail.com, stefanusweko@gmail.com, No Hp : 085714844886

Anda mungkin juga menyukai