Anda di halaman 1dari 103

SKRIPSI

PENGARUH TERAPI MUROTTAL TERHADAP PERILAKU ADAPTIF

PADA ANAK TUNAGRAHITA DI SLB NEGERI 2 MAKASSAR

Skripsi ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh

Leni Dirgahayu

C12114319

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2017
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN

iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
ABSTRAK

Leni Dirgahayu, C12114319. PENGARUH TERAPI MUROTTAL TERHADAP PERILAKU


ADAPTIF PADA ANAK TUNAGRAHITA DI SLB NEGERI 2 MAKASSAR. Dibimbing
Oleh Kadek Ayu Erika dan Tuti Seniawati.

Latar Belakang: Anak yang mengalami tunagrahita memiliki dasar kebutuhan fisiologis, sosial,
dan emosional yang tidak sama dengan anak yang tidak berkebutuhan khusus. Anak tunagrahita
juga suka berbuat keributan sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman oleh teman-teman mereka.
Perilaku pada anak tunagrahita dapat dilakukan dengan terapi murottal. Suara yang diterima oleh
telinga kemudian dikirim ke sistem saraf pusat kemudian ditransmisikan ke seluruh organ tubuh.
Terapi murottal ini tidak membutuhkan biaya yang besar, modal yang perlu dikeluarkan oleh
keluarga yaitu laptop atau hp dan speaker sehingga dapat digunakan dari berbagai kalangan.
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi murottal terhadap
perilaku adaptif pada anak tuna grahita.
Metode Penelitian: Desain penelitian quasi experimental. Penelitian dilakukan mulai bulan Juni-
Desember 2017 di SLB Negeri 2 Makassar dengan jumlah sampel 12 responden dengan teknik
sampling total sampling. Instrument yang digunakan yaitu Vineland Adaptive Behavior. Data
analisa menggunakan uji paired sample test dan uji wilcoxon dengan tingkat signifikan =0.05.
Hasil: Hasil uji paired sampel t test diketahui hasil pada pretest -posttest diperoleh perilaku
adaptif p = 0.612 menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh terapi murottal terhadap perilaku
adaptif, komunikasi p = 0.001 menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi murottal terhadap
komunikasi, kehidupan sehari-hari p = 0.082 menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh terapi
murottal terhadap kehidupan sehar-hari, sosialisasi p = 0.000 menunjukkan bahwa ada pengaruh
terapi murottal terhadap sosialisasi, dan uji wilcoxon pretest -posttest kemampuan motorik p =
1.000 menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh terapi murottal terhadap kemampuan motorik.
Kesimpulan dan saran : ada pengaruh terapi murottal terhadap komunikasi dan sosialisasi pada
anak tunagrahita sebelum dan sesudah pemberian terapi murottal dan tidak ada pengaruh terapi
murottal terhadapk perilaku adaptif, kehidupan sehari-hari dan kemampuan motorik. Peneliti
pengembangan terapi murottal Al-Qur’an dengan memfokuskan pada emosi pada anak
tunagrahita.

Kata Kunci : Anak Tunagrahita, Perilaku Adaptif, Terapi Murottal


Sumber Literature : 30 Kepustakaan (2007-2017)

v
ABSTRACT
Leni Dirgahayu, C12114319. EFFECT OF MUROTTAL THERAPY ON ADAPTIVE
BEHAVIOR IN TUNAGRAHITA CHILDREN IN SLB NEGERI 2 MAKASSAR. Guided by
Kadek Ayu Erika and Tuti Seniawati.
Background: Children with tunagrahita have basic physiological, social and emotional needs that
are not the same as children with no special needs. Tunagrahita children also like to make a
commotion so as to cause discomfort by their friends. Behavior in children with tunagrahita can be
done with murottal therapy. The sound received by the ear will be send to the central nervous
system and then transmitted to all organs of the body. Murottal theraphy does not need large cost,
equipment that mainly use by family like laptop or phone and speaker and it could be use by all
circles.
Objectives: This study aims is to determine the effect of murottal therapy on adaptive behavior in
children with visual impairment.
Methods: Design of quasi experimental research. The study was conducted from June to
December 2017 at SLB Negeri 2 Makassar with a total sample of 12 respondents with sampling
total sampling technique. Instrument used is Vineland Adaptive Behavior. Data analysis using
paired sample test and wilcoxon test with significant level  = 0.05.
Result: The result of paired sample t test is known result in pretest -posttest obtained adaptive
behavior p = 0.612 shows that there is no influence of murottal therapy on adaptive behavior,
communication p = 0.001 indicates that there is influence murottal therapy to communication,
daily life p = 0.082 indicates that there is no influence of murottal therapy on daily life,
socialization p = 0.000 indicates that there is influence of murottal therapy on socialization, and
prestest-posttest wilcoxon test of motor ability p = 1,000 indicates that there is no influence of
murottal therapy on motor ability.
Conclusions and suggestions: there is an influence of murottal therapy on communication and
socialization in children with tunagrahita before and after murottal therapy and no influence of
murottal therapy on adaptive behavior, daily life and motor skills. Researcher development of
murottal therapy Al-Qur'an by focusing on emotions in children tunagrahita.
Keywords: Childhood Tunagrahita, Adaptive Behavior, Murottal Therapy
Source Literature: 30 Literature (2007-2017)

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian ini
dengan judul “Pengaruh Terapi Murottal terhadap Perilaku Adaptif pada
Anak Tunagrahita di SLB Negeri 2 Makassar”.
Penyusunan Skripsi ini tentunya menuai banyak hambatan dan kesulitan
sejak awal hingga akhir penyusunan skripsi ini. Namun berkat bimbingan,
bantuan, dan kerjasama dari berbagai pihak akhirnya hambatan dan kesulitan yang
dihadapi peneliti dapat diatasi. Pada kesempatan ini perkenankanlah saya
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada
yang terhormat:
1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu M.A selaku Rektor Universitas
Hasanuddin
2. Ibu Dr. Ariyanti Saleh, S.Kp., M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Hasanuddin.
3. Ibu Dr. Kadek Ayu Erika, S.Kep., M.Kes. selaku pembimbing I yang telah
banyak membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Tuti Seniawati, S.Kep., Ns., M.Kes. selaku pembimbing II yang telah
banyak membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Dr. Elly Lilianty Syattar, S.Kp., M.Kep. selaku penguji I dan Ibu
Mulhaeriah, M.Kep., Ns., Sp. Kep. Mat selaku penguji II yang telah
memberikan arahan dan masukan yang bersifat membangun untuk
penyempurnaan penulisan ini.
6. Segenap dosen, dan staf tata usaha Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Keperawatan Unhas yang telah membantu penulis dala menyelesaikan skripsi
ini.
7. Kepala sekolah SLB Negeri 2 Makassar serta staf yang telah memberi izin dan
membantu dalam penelitian.

vii
8. Kedua orang tua dan keluarga, yang selalu mendoakan dan mendukung segala
kegiatan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Adik-adik saya yang senantiasa memberi semangat dalam proses penyelesaian
studi akhir saya
10. Teman-teman penulis angkatan 2014 “CRAN14L” (Nisa, Mita, Aya, Dila,
Nurul dan Wahda) yang tanpa henti memberikan dukungan dan motivasi
dalam menyusun skripsi ini.
11. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Penulis berharap, dengan adanya skripsi ini pembaca dapat menambah
pengetahuan mengenai manfaat terapi murottal terhadap perilaku adaptif pada
anak tunagrahita. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat konstruktif diterima
dengan senang hati dan sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhirnya
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Makassar, Desember 2017

Peneliti

viii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................................ iv

ABSTRAK .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii

DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiv

BAB 1 Pendahuluan ................................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 4

C. Tujuan penelitian ............................................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 6

BAB II Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 8

A. Tunagrahita ...................................................................................................... 8

1. Definisi Tunagrahita ................................................................................. 8

2. Klasifikasi Tunagrahita ............................................................................. 9

3. Penyebab Tunagrahita ............................................................................. 11

4. Diagnosis Tunagrahita ............................................................................ 15

5. Karakteristik Tunagrahita ....................................................................... 20

B. Perilaku .......................................................................................................... 25

C. Murottal Al-Qur’an ........................................................................................ 28

ix
1. Definisi murottal Al-Qur’an ................................................................... 28

2. Manfaat murottal Al-Qur’an.................................................................. 28

D. Hubungan perilaku adaptif dengan murottal Al-Qur’an............................ 30

BAB III Kerangka Konsep .................................................................................... 33

A. Kerangka Konseptual ..................................................................................... 33

B. Hipotesis ........................................................................................................ 34

BAB IV Metode Penelitian ................................................................................... 35

A. Rancangan penelitian ..................................................................................... 35

B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 35

C. Populasi dan Sampel ...................................................................................... 36

D. Alur Penelitian ............................................................................................... 38

E. Variable Penelitian ......................................................................................... 39

1. Identifikasi variable ................................................................................ 39

2. Definisi operasional ................................................................................ 39

F. Instrument penelitian ..................................................................................... 40

G. Pengumpulan data .......................................................................................... 41

H. Pengolahan dan Analaisis Data...................................................................... 42

I. Masalah Etika ................................................................................................ 43

BAB V Hasil dan Pembahasan ............................................................................. 45

A. Hasil ............................................................................................................... 45

B. Pembahasan .................................................................................................... 49

C. Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 54

BAB VI Kesimpulan dan Saran ............................................................................ 55

x
A. Kesimpulan ................................................................................................ 55

B. Saran ........................................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 56

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 karakteristik responden anak tunagrahita di SLB Negeri 2 Makassar .. 46

Tabel 5.2 Perilaku adaptif anak tunagrahita di SLB Negeri 2 Makassar ............. 47

Tabel 5.3 Pengaruh Terapi Murottal terhadap Perilaku Adaptif (komunikasi,

kehidupan sehari-hari, sosialisasi, kemampuan motorik) pada Anak

Tunagrahita di SLB Negeri 2 Makassar ...................................................... 49

xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Otak ................................................................................................... 32

xiii
DAFTAR BAGAN
Bagan 4.1 Consort Steatment ............................................................................... 37

Bagan 4.2 Alur Penelitian .................................................................................... 38

xiv
BAB 1

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan mahluk sosial, sehingga setiap individu di tuntut

untuk dapat berpartisipasi aktif, kreatif dan berdaya guna dalam

lingkungannya. Perilaku sosial yang sesuai dalam masyarakat merupakan

tuntutan ilmiah setiap individu (Sofinar, 2012), namun ada beberapa anak

yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya sehingga membutuhkan

perhatian khusus, atau biasa disebut anak berkebutuhan khusus atau

disabilitas.

Kemendiknas (2011) menjelaskan anak kebutuhan khusus adalah anak

yang mengalami keterlambatan lebih dari dua aspek yang mengalami

penyimpangan yang terdiri tunanetra, tunarungu, tunadaksa, tunalaras,

tunagrahuta, autisme, dan learning disability. Penyandang Disabilitas adalah

setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau

sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan

dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh

dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak (Undang-

Undang RI no. 8 Tahun 2016). Kelompok anak dengan disabilitas

digolongkan kedalam anak berkebutuhan khusus (ABK) (Zakarya, 2013).

The American Community Survey (ACS) (dikutip dalam Kraus, 2016)

mengestimasi jumlah keseluruhan orang yang mengalami disabilitas di

Amerika yaitu 12.6 %. Data Department for Work & Pensions (DWP) pada

1
tahun 2013 terdapat 11,5 juta orang di Inggris (19% dari populasi) yang

menderita kecacatan. Susenas 2012 (dikutip dalam Kementerian Kesehatan

RI, 2014) mendapatkan 2,45% penduduk Indonesia yang menyandang

disabilitas. Data di Susenas tahun 2012 maupun Riskesdas tahun 2013

menunjukkan 6 provinsi tertinggi penyandang disabilitas, yaitu Gorontalo,

Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan

dan Sulawesi Barat (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).

Hasil Riskesdas 2010 menyebutkan bahwa persentase displasia pada

anak usia 24-59 bulan menunjukkan proporsi terbesar adalah tuna daksa

(cacat tubuh) sebesar 0,17%, tuna wicara sebesar 0,15% dan tuna grahita

sebesar 0,14% (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Hasil wawancara yang

dilakukan ke wakil kepala sekolah bidang kemahasiswa di SLB 2 Negeri

Makassar mengatakan bahwa anak dengan tunagrahita menduduki posisi

pertama yaitu sebanyak 32 orang siswa dari SD-SMA dengan SD sebanyak

21 orang.

American Assocoation on Mental Retardation (AAMR) (di kutip dalam

Raina, Razdan, & Nanda, 2012) mengatakan tunagrahita adalah fungsi

intelektual yang rata-rata signifikan memiliki keterbatasan dua atau lebih dari

adaptif dalam bidang komunikasi, perawatan diri, keterampilan sosial,

pengarahan diri sendiri, fungsional akademis yang keterbatasan dialami

sebelum umur 18 tahun. Karakteristik yang dimiliki anak berbeda-beda setiap

individunya. Anak tunagrahita dan yang memiliki kebutuhan fisiologis, social

dan emosional yang berbeda. Pengalaman setiap anak tunagrahita berbeda

2
didasarkan pada lingkungan yang mendukung, cara mengembangkan perilaku

adaptif (Joseph & Ittyerah, 2014).

Hasil penelitian Sofinar (2012) anak tunagrahita memiliki perilaku

egois, suka berbuat kerusakan, tidak mau dilarang, tidak mau diam, suka

berbuat keributan (mengganggu teman) diantaranya: merebut mainan

temannya; mencoret buku temannya; merebut kue temannya; mengambil

peralatan sekolah temannya; cepat bosan dalam belajar; pendendam,

pendiam, suka jajan, mudah bosan, suka minta uang, namun pada anak

tunagrahita memiliki rasa kasih sayang terhadap anak kecil. Hasil wawancara

yang dilakukan salah satu guru di SLB 2 Negeri Makassar mengatakan bahwa

anak tunagrahita memiliki emosi yang labil.

Terapi pada anak tunagrahita dapat dilakukan dengan beberapa cara.

Penelitian yang dilakukan oleh Masithoh, Asiyah, & Sholihah (2014)

menunjukkan bahwa terapi kelompok suportif mengurangi beban orang tua

dalam merawat anak tunagrahita, sedangkan (Putri, 2012) dalam penelitian

menjelaskan bahwa terapi menggunaan media video dapat meningkatkan

kemampuan mengenal alat musik daerah. Terapi lain yang dapat dilakukan

yaitu terapi murottal Al-Qur’an. Terapi Al-Qur’an yang diteliti yaitu, Mayrani

& Hartati (2013) menjelaskan bahwa terapi audio dengan murottal surah Al-

Ikhlas dapat menurunkan tingkat perilaku anak autis yaitu pada aspek

interaksi sosial, emosi, dan perilaku. Irama murottal Al-Qur’an akan

mempengaruhi cerebral cortex dalam adaptasi kognator (persepsi, informasi,

emosi) dan regulator (kimiawi, saraf, endokrin) (Khashinah, 2015).

3
Terapi murottal memberikan efek suara berkaitan dengan proses impuls

suara ditransmisikan ke dalam tubuh dan mempengaruhi sel-sel tubuh. Suara

yang diterima oleh telinga kemudian dikirim ke sistem saraf pusat kemudian

ditransmisikan ke seluruh organ tubuh. Suara mempengaruhi sel tubuh yang

memiliki vibrasi masing-masing dan menyebabkan sel tubuh menyusun ulang

artikelal di dalamnya. Saraf vagus membantu regulasi kecepatan denyut

jantung, respirasi, kemampuan bicara, membawa impuls sensorik motorik ke

tenggorokan, laring, jantung, dan diafragma, sehingga efek suara pada anak

autis dapat meningkatkan kemampuan komunikasi anak. Saraf vagus dan

sistem limbik mengontol emosi dan gerakan fisik, sehingga pada anak autis

efek suara dapat mempengaruhi emosi dan perilaku motorik anak (Oken,

2004 dikutip dari (Mayrani & Hartati, 2013)).

Anak tunagrahita memiliki masalah dalam bersosialisasi dengan

masyarakat. Hal ini memerlukan perhatian khusus untuk menangani pola

tingkah laku pada anak tuna grahita sehingga dapat berinteraksi dengan baik

dengan lingkungannya. mengontrol emosi. Pengontrolan emosi diperlukan

dalam bersosialisasi agar tidak melukai temansebayanya atau dirinya sendiri.

Hal ini diperlukan dukungan dari guru, keluarga, teman dan lingkungan. Dari

uraian tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh terapi

murottal terhadap perilaku pada anak tunagrahita.

B. Rumusan Masalah

Anak yang mengalami tunagrahita memiliki dasar kebutuhan

fisiologis, sosial, dan emosional yang tidak sama dengan anak yang tidak

4
berkebutuhan khusus. Anak tunagrahita juga suka berbuat keributan sehingga

menimbulkan rasa tidak nyaman oleh teman-teman mereka. Perilaku pada

anak tunagrahita dapat dilakukan dengan terapi murottal. Murottal Al-Qur’an

akan mempengaruhi cerebral cortex sehingga dapat menurunkan tingkat

emosi pada anak tunagrahita. Terapi murottal ini tidak membutuhkan biaya

yang besar, modal yang perlu dikeluarkan oleh keluarga yaitu murottal, Hp

atau laptop dan speaker sehingga dapat digunakan dari berbagai kalangan.

Berdasarkan hal ini peneliti akan meneliti bagaimana pengaruh terapi murottal

terhadap perilaku adaptif pada anak tuna grahita?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum : untuk mengetahui pengaruh terapi murottal terhadap

perilaku adaptif pada anak tuna grahita

2. Tujuan khusus :

a. Diketahui perbedaan perilaku adaptif anak tuna grahita sebelum dan

sesudah di berikan terapi murottal.

b. Diketahui perbedaan komunikasi anak tuna grahita sebelum dan

sesudah di berikan terapi murottal.

c. Diketahui perbedaan kehidupan sehari-hari anak tuna grahita sebelum

dan sesudah di berikan terapi murottal.

d. Diketahui perbedaan sosialisasi anak tuna grahita sebelum dan sesudah

di berikan terapi murottal.

e. Diketahui perbedaan kemampuan motorik anak tuna grahita sebelum

dan sesudah di berikan terapi murottal.

5
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat praktis

Dapat menjadi sumber masukan bagi keluarga penderita anak tunagrahita

bahwa terapi murottal dapat digunakan sebagai salah satu metode non-

farmakologi dalam perilaku adaptif pada anak tunagrahita, sebagai upaya

agar anak dapat bersosialisasi dengan lingkungan.

2. Manfaat Teoritis

a. Bagi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini diharapkan memberikan rekomendasi pilihan terapi

disamping terapi yang lain yang telah dipakai oleh instutusi dengan

meningkatkkan pemberian pelayanan, pengapliakasian atraumatic care

pada anak, dan mengintegrasikan keislaman, yaitu intervensi terapi

mendengarkan murottal Al-Qur’an dalam perilaku adaptif pada anak

tunagrahita.

b. Bagi keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat membantu pasien memberikan

kenyamanan secara psikilogis dan memperkenalkan terapi religius

untuk perilaku adaptif pada anak tunagrahita.

c. Bagi masyarakat

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai ajuan bagi keluarga yang

memilki anak tunagrahita untuk perilaku adaptif dengan mendengarkan

murottal Al-Qur’an. Terapi ini juga membutuhkan alat yang murah

sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat.

6
d. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi penguat penelitian lain

dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dan spiritual pada anak

tunagrahita dalam menurunkan tingkat kecemasan.

7
BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Tunagrahita

1. Definisi Tunagrahita

Tunagrahita adalah istilah yang digunakan pada anak yang memiliki

kemampuan intselektual dibawah rata-rata. Istilah yang sering di gunakan

untuk menyebut ketunagrahitaan dalam kepustakaan asing ada berbagai

macam istilah diantaranya adalah “Feeblemined, mentally Deficient,

Amentia, Mentally Handicapped, Oligaprenia dan Mentally Retarded”

(Kurniawan, 2016). American Assocoation on Mental Retardation

(AAMR) (di kutip dalam Atyanta, Hanum, & Amurwaningsih, 2014)

menjelaskan bahwa tunagrahita adalah seseorang yang mengalami

kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum dibawah rata-rata dan

memiliki IQ 84 ke bawah, yang muncul sebelum usia 16 tahun dan

memiliki hambatan dalam perilaku adaptif.

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (dikutip dalam

Fortinash & Worret, 2012) menjelaskan bahwa tunagrahita adalah anak

yang mengalami kecerdasan intelektual dibawah 70 yang mengganggu

adaptasi dan perkembangan sosial individu yang terjadi pada dua atau

lebih area, misalnya self efficacy, interaksi, dan kognitif. Stuart (2013)

menjelaskan tunagrahita terjadi sebelum umur 18 tahun yang mengalami

kecerdasan atau inteleligen yang rendah sehingga membutuhkan bantuan

khusus dalam menjalani hidupnya.

8
Tunagrahita adalah lambannya fungsi intelektual dengan IQ 70 ke

bawah berdasarkan tes inteligensi baku dan terjadi pada masa

perkembangannya, yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun

dijelaskan oleh Japan League for Mentally Retarded dalam (Purwani,

2015). Tunagrahita adalah sindrom yang dialami oleh seseorang dengan

gangguan klinis yang signifikan dalam kognisi individu, emosi, regulasi

atau perilaku yang mencerminkan ketidakmampuan dalam psikologi,

proses biologi atau perkembangan yang mendasari fungsi mental

dijelaskan oleh DSM V (American Psychiatric Assocoation, 2013)

Pengertian-pengertian yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan

bahwa tunagrahita merupakan suatu kondisi yang dialami pada anak diusia

dibawah 18 tahun yang mengalami gangguan fungsi intelekutual, perilaku

adaptif, kognisi individu, emosi, regulasi atau perilaku yang

mencerminkan ketidakmampuan dalam psikologi selama masa

perkembangan sehingga membutuhkan pengawasan khusus, bimbingan

khusus agar dapat berkembang secara optimal.

2. Klasifikasi Tunagrahita

Kemampuan intelegensi anak tunagrahita biasanya diukur

menggunakan tes Stanford Binet dan Skala Weschler (WISC). PP Tahun

1991 mengklasifikasi anak tunagrahita, yaitu tunagrahita ringan IQ 50-70,

tunagrahita sedang IQ 30-50, tunagrahita berat dan sangat berat IQ kurang

dari 30. Penggolongan tunagrahita menurut para ahli, Klasifikasi anak tuna

grahita yang dikemukakan oleh Diagnostic and Statistical Manual of

9
Mental Disorders 4th edition (DSM IV) (dikutip dalam Suggested citation:

National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine, 2015) ,

sebagai berikut. Mild mental retardation (tunagrahita ringan) IQ-nya 69–

50, Moderate mental retardation (tunagrahita sedang) IQ-nya 49–36,

Severe mental retardation (tunagrahita berat) IQ-nya 35–21, Profound

mental retardation (sangat berat) IQ-nya 20 ke bawah.

DSM V (dikutip dalam Suggested citation: National Academies of

Sciences, Engineering, and Medicine, 2015) mengelompokkan tunagrahita

berdasarkan pada keterampilan sehari-hari.

a. Tunagrahita ringan

85 % penderita tunagrahita adalah tunagrahita ringan.

Tunagrahita ringan mampu melakukan hal sederhana misalnya

membaca, berhitung dan menulis, mengurus diri sendiri dapat

dilakukan independen dengan dukungan minimal.

b. Tunagrahita sedang

Tunagrahita sedang dapat melakukan kegiatan mandiri,

misalnya melakukan perjalanan, mengurus diri, berjalan di jalan raya,

tapi membutuhkan bantuan orang lain.

c. Tunagrahita berat

Tunagrahita berat mampu memahami ucapan tapi tidak

kemampuan untuk komunikasi terbatas, mampu melakukan hal-hal

sederhana namun membutuhkan pengawasan orang lain.

d. Tunagrahita sangat berat

10
Tunagrahita sangat berat kadang disebut juga sindrome down.

Tunagrahita jenis ini membutuhkan pengawasan ketat dalam merawat

diri, memiliki kemampuan komunikasi yang sangat terbatas dan sering

memiliki keterbatasan fisik.

Klasifikasi yang lain menurut Efendi (2006) dalam

(Kurniawan, 2016) mengenai anak tunagrahita yaitu:

a. Anak tunagrahita mampu didik (debil) adalah anak tunagrahita

yang bisa membaca, menulis, mengeja, menyesuaikan diri, tidak

tergantung pada orang lain dan diberi keterampilan sederhana.

Ilmu yang dimiliki dikembangkan tidak maksimal karenatidak

mampu mengikuti program sekolah normal.

b. Anak tunagrahita mampu latih (imbecil) adalah anak tunagrahita

yang mampu mengurus diri sendiri melalui aktivitas kehidupan

sehari-hari dan melakukan fungsi sosial kemasyarakatan menurut

kemampuannya yang dilatih oleh orang lain.

c. Anak tunagrahita mampu rawat (idiot) adalah anak tunagrahita

yang tidak mampu hidup tanpa bantuan orang lain. Anak ini

membutuhkan perawatan sepenuhnya sepanjang hidupnya.

3. Penyebab Tunagrahita

Hasil penelitian Iqbal, Baig, Bhinder, & Zahoor tahun 2016

tunagrahita disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor

lingkungan, paparan penyakit tertentu, genetika, Mikrodelesi

Cytogenetically Invisible

11
a. Faktor lingkungan

1) Masalah prenatal

Trimester pertama sangat penting untuk perkembangan

janin. Demam berkepanjangan yang dialami ibu dapat

menyebabkan tunagrahita, hal ini disebabkan oleh infeksi infeksi

seperti human immunodeficiency virus, Rubella, herpes, sifilis dan

sitomegalovirus, konsumsi alkohol saat hamil,

2) Masalah neonatal

Komplikasi kehamilan, penyakit ginjal, penyakit jantung

dan diabetes pada ibu, penyakit kuning yang parah, hipoglikemia

dan septicemia yang dialami ibu selama masa neonatal, lahir

asfiksia, trauma kelahiran, premature parah, dan berat badan lahir

sangat rendah.

3) Masalah postnatal

Masalah seperti Japanese Encephalitis, meningitis bakteri,

TBC, cedera kepala, malnutrisi berkepanjangan dan paparan timbal

kronis selama periode ini dapat mengakibatkan MR

b. Paparan penyakit atau racun tertentu

1) Akibat kekurangan yodium

Kekurangan yodium mempengaruhi sekitar dua miliar orang di

dunia. Kekurangan ini lebih umum di negara-negara berkembang.

Kekurangan yodium pada ibu selama kehamilan membatasi

pertumbuhan otak janin yang mengarah ke hipotiroidisme dan

12
sebagai akibat dari kekurangan ini, terpengaruh janin akan

mengalami tunagrahita karena pertumbuhan otak dibatasi.

2) Malnutrisi

Penyebab lain yang sangat penting dari tunagrahita adalah

kekurangan gizi. Malnutrisi ini mempengaruhi kemampuan mental

pada orang-orang dari daerah yang terkena bencana kelaparan.

Kelaparan membuat kekurangan gizi yang akhirnya menghasilkan

tunagrahita.

3) Gangguan metabolism

Gangguan metabolisme yang muncul karena hilang dari satu atau

lebih enzim kunci dalam metabolisme zat yang berbeda. Gangguan

metabolisme ini bersama dengan masalah-masalah lain juga dapat

menyebabkan tunagrahita. Misalnya, PKU adalah gangguan

metabolisme yang merupakan hasil dari mutasi titik. Gangguan

metabolisme obat molekul dapat dicegah dengan pengobatan dini.

c. Genetika

1) Kelainan kromosom

Perubahan jumlah kromosom atau penyimpangan

kromosom adalah penyebab utama dari penyakit genetik pada

manusia. Mutasi spontan adalah hasil dari perubahan dalam bahan

genetik. kelainan kromosom hasil dari mutasi spontan sehingga

dalam kasus seperti orang tua bukan dari penyakit operator.

Kelainan kromosom ini bervariasi dari kelainan kromosom

13
numerik yang sangat besar, untuk mikrodelesi sangat kecil.

Kadang-kadang kelainan kromosom parsial juga dapat terjadi.

Kelainan kromosom sekitar 28% dari semua individu yang terkena.

2) Kelainan kromosom numeric

Kelainan kromosom numerik termasuk monosomi yang

merupakan hasil dari hilang dari kromosom dan poliploidi di mana

penambahan kromosom berlangsung. Selain poliploidi lebih dari

dua set homolog dari kromosom terjadi pada sel baru. Perubahan

angka ini mengakibatkan sindrom. Sebagian besar sindrom ini

menyebabkan tunagrahita, misalnya, sindrom Down yang juga

disebut sebagai mongolisme adalah hasil dari trisomi kromosom

nomor 21. Ini hasil dalam bentuk paling umum dari kromosom

nomor 18 dan sindrom Patau ini yang merupakan hasil dari trisomi

kromosom nomor 13. Semua sindrom di atas anak yang baru lahir

memiliki bentuk parah dari tunagrahita.

Devenport yang dikutip Efendi (2006) dalam Purwani (2015)

dapat dirinci melalui jenjang sebagai berikut: kelainan atau keturunan

yang timbul pada benih plasma; kelainan atau keturunan yang

dihasilkan selama penyuburan telur;kelainan atau keturunan yang

diakibatkan dengan implantasi;kelainan atau keturunan yang timbul

dalam embrio; kelainan atau keturunan yang timbul dari luka saat

kelaihiran;kelainan atau keturunan yang timbul dalam janin;kelainan

atau keturunan yang timbul pada masa bayi dan masa kanak-kanak.

14
4. Diagnosis Tunagrahita

Diagnosis tunagrahita secara umum dapat dilakukan dengan 2 cara

(National Information Center for Children and Youth with Disabilities,

n.d.) yaitu: fungsi intelektual (IQ) dan perilaku adaptif atau fungsi adaptif.

DSM IV (Elwyn & Piasecki, 2015) menjelaskan bahwa fungsi intelektual

pada anak tunagrahita secara signifikan dibawah rata-rata atau IQ dibawah

70, dengan tunagrahita ringan IQ-nya 69–50, tunagrahita sedang IQ-nya

49–36, tunagrahita berat IQ-nya 35–21, sangat berat IQ-nya 20 ke bawah.

Gadkari & Mishra, (2001) menjelaskan bahwa diagnosis awal

tunagrahita dapat dilakukan dengan skreaning dan konseling orang tua.

Skrining adalah prosedur awal untuk mendiagnosis tunagrahita

a. Prosedur skreaning

National Institute for the Mentally Handicapped (NIMH)

prosedur diagnostik yaitu pra-kelahiran, neonatal, dan pasca

melahirkan.

1) Pra kelahiran

a) Test darah untuk ibu hamil dengan kondisianemia, diabetes,

sifilis, ketidakcocokan Rh dan cacat tabung saraf pada tahap

janin.

b) Ultrasonografi (selama kehamilan) dilakukan pada trimester

kedua kehamilan untuk mendeteksi gangguan seperti

hidroklorit, microcephaly, hidrencephaly, holoprosencephaly,

prosencephaly dan beberapa lesi cerebellar. Retardasi

15
pertumbuhan intra uterin juga dapat dideteksi melalui

pengukuran seperti diameter biparietal janin dan diameter perut

transversal.

c) Aminosentesis ditunjukkan pada kasus penyimpangan

kromosom janin, kesalahan metabolik bawaan dan terbuka,

cacat tabung saraf, ketidakcocokan Rh dan juga pada kasus usia

lanjut ibu dengan riwayat kelahiran sebelumnya pada anak yang

tidak normal. Aminosentesis adalah prosedur untuk tujuan

identifikasi dini dan pencegahan primer untuk banyak kelainan

genetik.

2) Prosedur Pemeriksaan dan Diagnosis Neonatal dan Pasca

melahirkan

a) Apgar Score setelah melahirkan dilakukan indeks asfiksia dan

kebutuhan akan ventilasi dibantu.

b) Skrining urin untuk kesalahan metabolik PKU (Phenyle

Ketoneuria).

c) Tes biokimia darah untuk kretinisme, rakhitis, sakit kuning.

d) Titer antibodi darah untuk mendeteksi infeksi.

e) Analisis kromosom untuk Down Syndrome.

f) Penilaian perilaku neonatal neuro.

g) EEG (electroencephalogram) untuk gangguan kejang.

h) Skrining untuk gangguan penglihatan (ketajaman visual,

pemeriksaan fundus, retinoskopi).

16
i) Skrining untuk gangguan pendengaran (Tympanogram, BERA)

j) Ultra sonogram.

k) CT scan (computerized tomography).

l) MRI (Magnetic Resonance Imaging) untuk patologi dan

kelainan struktural intra-tengkorak.

m) Ultra Sound Examination: Teknik ini bisa digunakan untuk

mendeteksi perpindahan struktur garis tengah otak, ketebalan zat

otak, rongga patologis di otak. Pemeriksaan ultrasound real-time

pada kepala dapat mengungkapkan hemorohage intrakranial

pada bayi baru lahir.

n) Tes biokimia dalam skrining neonatal untuk mengidentifikasi

kelainan metabolik.

o) Electro Encephalography (EEG): EEG berguna tidak hanya

pada epilepsi, tapi banyak kasus lain tunagrahita dan lesi otak

organik. Dalam kasus tertentu itu juga membantu dalam

pelokalisasi lesi dan tingkat keparahan kerusakan serebral.

p) Insiden EEG abnormal lebih tinggi pada kasus retardasi mental

yang terkait dengan epilepsi, ensefalitis, tingkat parah

tunagrahita dan kerusakan otak bertahan sebelum kelahiran atau

saat kelahiran atau pada masa awal masa bayi.

Kriteria diagnosis tunagrahita menurut DSM IV adalah sebagai

berikut:

17
a. Fungsi intelektual yang secara signifikan di bawah rata-rata atau IQ

kira-kira 70 atau di bawahnya pada anak yang dilakukan tes IQ.

Tingkat kecerdasan atau intelegensia bukanlah satu-satunya

karakteristik, melainkan harus dinilai berdasarkan sejumlah besar

ketrampilan spesifik yang berbeda. Penilaian tingkat kecerdasan harus

berdasarkan semua informasi yang tersedia, termasuk temuan klinis,

perilaku adaptif, dan hasil tes psikometrik. Untuk diagnosis pasti,

harus ada penurunan tingkat kecerdasan yang mengakibatkan

berkurangnya kemampuan adaptasi terhadap tuntutan dari lingkungan

sosial sehari-hari.

b. Gangguan terhadap fungsi adaptif paling sedikit berjumlah dua,

misalnya komunikasi,kemampuan menolong diri sendiri atau

perawatan diri, berumah tangga, sosial, pendidikan, pekerjaan,

kesehatan dankeamanan.

Pada pemeriksaan fisik anak dengan tunagrahita dapat dengan

mudah dikenali, misalnya mikrosefali, hidrosefali, mongoloid,

hipertelorisme, lidah menjulur keluar, gangguan pertumbuhan gigi, dan

ekspresi wajah tampak tumpul.

c. Muncul sebelum usia 18 tahun.

Diagnosis lain menurut Sularyo dan Kadim (2000), tunagrahita

tidak hanya didasarkan atas tes intelegensia, melainkan juga dari

riwayat penyakit, laporan dari orangtua, laporan dari sekolah,

pemeriksaan fisik, laboratorium, pemeriksaan penunjang.

18
d. Pemeriksaan fisik pada anak tunagrahita biasanya lebih sulit

dibandingkan pada anak normal, karena anak tunagrahita kurang

kooperatif. Selain pemeriksaan fisis secara umum (adanya tanda-tanda

dismorfik dari sindrom-sindrom tertentu) perlu dilakukan pemeriksaan

neurologis, serta penilaian tingkat perkembangan. Pada anak yang

berumur diatas 3 tahun dilakukan tes intelegensia.

e. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) kepala dapat membantu menilai

adanya kalsifikasi serebral, perdarahan intra kranial pada bayi dengan

ubun-ubun masih terbuka. Pemeriksaan laboratorium dilakukan atas

indikasi, pemeriksaan ferriklorida dan asam amino urine dapat

dilakukan sebagai screening PKU.

f. Pemeriksaan analisis kromosom dilakukan bila dicurigai adanya

kelainan kromosom yang mendasari tunagrahita tersebut.

g. Pemeriksaan penunjang lain dapat dilakukan untuk membantu seperti

pemeriksaan BERA, CT-Scan, dan MRI.

h. Kesulitan yang dihadapi adalah kalau penderita masih dibawah umur

2-3 tahun, karena kebanyakan tes psikologis ditujukan pada anak yang

lebih besar.s

i. Pada bayi dapat dinilai perkembangan motorik halus maupun kasar,

serta perkembangan bicara dan bahasa. Biasanya penderita tunagrahita

juga mengalami keterlambatan motor dan bahasa.

19
5. Karakteristik Tunagrahita

Individu dengan tunagrahita yang berat dan mendalam hampir

selalu diidentifikasi pada saat lahir atau sesudahnya. Sebagian besar bayi

ini mengalami kerusakan sistem saraf pusat yang signifikan, dan banyak

memiliki cacat tambahan dan / atau kondisi kesehatan. Meski skor IQ

dapat dijadikan sebagai dasar untuk membedakan tunagrahita berat dan

mendalam dari satu sama lain, perbedaan terutama salah satu dari

gangguan fungsional (W.L. Heward, 2014) .

a. Fungsi kognitif

Fungsi kognitif dan belajar gaya karakteristik individu dengan

tunagrahita termasuk memori yang buruk, tingkat pembelajaran

lambat, masalah perhatian, kesulitan generalisasi apa yang telah

mereka pelajari, dan kurangnya motivasi.

1) Memori

Siswa dengan tunagrahita memiliki kesulitan mengingat, semakin

parah gangguan kognitif, memori semakin kurang. Siswa dengan

tunagrahita memiliki kesulitan mengingat informasi. Penelitian

telah menemukan bahwa siswa dengan tunagrahita mengalami

kesulitan mempertahankan informasi dalam memori jangka pendek

(Bray, Fletcher, & Turner, 1997). memori jangka pendek adalah

kemampuan untuk mengingat dan menggunakan informasi yang

ditemui hanya beberapa detik untuk beberapa jam sebelumnya-

misalnya, mengingat urutan tertentu dari tugas-tugas pekerjaan

20
majikan menyatakan hanya beberapa menit sebelumnya. Merrill

(1990) melaporkan bahwa siswa dengan tunagrahita membutuhkan

waktu lebih dari rekan-rekan nondisabled mereka untuk secara

otomatis mengingat informasi dan karena itu memiliki lebih

banyak kesulitan menangani jumlah yang lebih besar dari

informasi kognitif pada satu waktu. Penelitian yang lebih baru

tentang kemampuan memori orang dengan tunagrahita telah

difokuskan pada pengajaran strategi pengendalian metakognitif

atau eksekutif, seperti berlatih dan mengorganisir informasi ke

dalam set terkait, yang banyak anak tanpa cacat belajar melakukan

secara alami (Bebko & Luhaorg, 1998). Siswa dengan tunagrahita

tidak cenderung menggunakan strategi seperti spontan tetapi dapat

diajarkan untuk melakukannya dengan peningkatan kinerja pada

tugas-tugas memori-terkait dan pemecahan masalah sebagai hasil

dari instruksi strategi tersebut.

2) Learning rate

Tunagrahita dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan di

bawah anak biasa. Ukuran yang sering digunakan dari tingkat

belajar adalah uji coba untuk kriteria-jumlah praktek atau

percobaan instruksional diperlukan sebelum mahasiswa dapat

merespon dengan benar tanpa petunjuk atau bantuan. Sebagai

contoh, sementara hanya 2 atau 3 uji coba dengan umpan balik

mungkin diperlukan untuk anak biasa belajar membedakan antara

21
dua bentuk geometris, anak dengan tunagrahuta perlu 20 sampai 30

atau lebih uji coba untuk mempelajari diskriminasi yang sama.

b. Perilaku adaptif

Keterbatasan ini dapat mengambil banyak bentuk dan

cenderung terjadi di seluruh domain fungsi. Keterbatasan dalam

keterampilan perawatan diri dan hubungan sosial serta ekses perilaku

adalah karakteristik umum dari individu dengan tunagrahita.

1) Perawatan diri dan Keterampilan Hidup Harian

Individu dengan tunagrahita yang membutuhkan dukungan yang

luas harus sering diajarkan keterampilan perawatan diri dasar

seperti berpakaian, makan, dan kebersihan. instruksi langsung dan

lingkungan mendukung seperti menambahkan petunjuknya dan

rutinitas sederhana yang diperlukan untuk memastikan bahwa

defisit di daerah-daerah adaptif tidak datang untuk serius

membatasi kualitas hidup seseorang. Kebanyakan anak-anak

dengan bentuk yang lebih ringan dari tunagrahita belajar

bagaimana mengurus kebutuhan dasar mereka, tetapi mereka

sering membutuhkan pelatihan dalam keterampilan manajemen diri

untuk mencapai tingkat kinerja yang diperlukan untuk hidup

mandiri akhirnya.

2) Perkembangan sosial

Membuat dan mempertahankan persahabatan dan hubungan

pribadi tantangan yang signifikan hadir untuk banyak orang dengan

22
tunagrahita. Terbatas keterampilan kognitif pengolahan,

perkembangan bahasa yang buruk, dan perilaku yang tidak biasa

atau tidak pantas serius dapat menghambat berinteraksi dengan

orang lain. Seseorang yang tidak profesional mendidik atau orang

staf ingin menghabiskan waktu yang diperlukan untuk mengenal

seseorang yang berdiri terlalu dekat, sering menyela, tidak

mempertahankan kontak mata, dan piatu dari topic percakapan.

Mengajar siswa dengan tunagrahita membutuhkan keterampilan

sosial dan interpersonal yang tepat adalah salah satu fungsi yang

paling penting dari pendidikan khusus.

3) Behavioral Excesses and Challenging Behavior.

Siswa dengan tunagrahita lebih mungkin untuk menunjukkan

masalah perilaku daripada anak-anak tanpa cacat. Kesulitan

menerima kritik, terbatas pengendalian diri, dan perilaku aneh dan

tidak pantas seperti agresi atau cedera diri sering diamati pada anak

dengan tunagrahita. Beberapa sindrom genetik yang terkait dengan

tunagrahita cenderung untuk memasukkan perilaku abnormal

(misalnya, anak-anak dengan sindrom Prader-Willi sering terlibat

dalam perilaku yang merugikan diri sendiri atau obsesif-

kompulsif). Secara umum, lebih parah keterbelakangan, semakin

tinggi kejadian masalah perilaku. Individu dengan tunagrahita dan

kondisi kejiwaan yang membutuhkan dukungan kesehatan mental

yang dikenal sebagai “diagnosis ganda” kasus. Data dari satu

23
laporan menunjukkan bahwa sekitar 10% dari semua orang dengan

tunagrahita dilayani oleh negara bagian California yang dually

didiagnosis (Borthwick-Duffy & Eyman, 1990). Meskipun ada

pedoman komprehensif yang tersedia untuk mengobati masalah

kejiwaan dan perilaku orang dengan tunagrahita (Rush & Francis,

2000), lebih banyak penelitian diperlukan tentang cara terbaik

untuk mendukung populasi ini.

c. Perilaku positif

Deskripsi dari fungsi intelektual dan perilaku adaptif individu dengan

retardasi fokus mental pada keterbatasan dan defisit dan melukis

gambar dari kelompok monolitik orang-orang yang paling penting

karakteristik berkisar pada tidak adanya sifat yang diinginkan. Tapi

individu dengan tunagrahita adalah kelompok besar dan berbeda terdiri

dari orang-orang dengan kepribadian yang sangat individual (Smith &

Mitchell, 2001b). Banyak anak-anak dan orang dewasa dengan jiwa

layar keterbelakangan kegigihan dan rasa ingin tahu dalam belajar,

bergaul baik dengan orang lain, dan pengaruh positif pada orang-orang

di sekitar mereka (Reiss & Reiss, 2004; Smith, 2000).

(Poopedi Molepo Hope, 2012) menjelaskan beberapa karakteristik

yang sering nampak pada anak tunagrahita yaitu: keterlambatan fungsi

kecerdasan secara umum atau dibawah rata-rata, ketidakmampuan dalam

perilaku sosial, hambatan perilaku adaptif terjadi pada usia

perkembanagan yaitu sampai dengan usia 18 tahun.

24
Karakteristik tunagrahita berdasarkan sosiokultural, psikologik,

dan lingkungan

a. Adanya tunagrahita ringan (kedunguan) yang terdapat pada anggota

keluarga lain (cultular familiar retardates). Indonesia terjadi karena

struktur masyarakat Indonesia banyak berasal dari golongan

sosioekonomi rendah. Kurangnya kepandaian mereka, maka secara

automatis jatuh pada suatu tingkatan yang paling bawah, yakni taraf

kehidupannya berjalan sangat sederhana.

b. Adanya gangguan emosi pada anak, sehingga anak berfungsi di bawah

potensi sebenarnya. Misalanya: karena penolakan orang tua iri

terhadap saudaranya, ditinggal ibu, ayah, atau kedua orang tua, anak

terpaksa dirawat dalam suatu institusi (rumah sakit, rumah yatim piatu,

yayasan), anak kurang mendapat perhatian dan kasih sayang. Hal ini

menyebabkan retradasi pertumbuhan dari fungsifungsi jasmani dan

fungsi kejiwaan anak. Seorang bayi yang tidak pernah menerima kasih

sayang dari orangtua, tidak akan mampu menjalin hubungan antar

kemanusian dengan orang lain pada usia dewasa.

c. Kurangnya stimulasi pada anak, misalnya: kurangnya rangsangan

belajar.

B. Perilaku

Perilaku adalah hasil dari segala pengalaman serta interaksi dengan

lingkungannya (Noorkasiani, Heryati, & Ismail, 2007). Perilaku merupakan

respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun

25
dalam dirinya (Noorkasiani et al., 2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) menjelaskan perilaku adalah anggapan atau reaksi individu terhadap

rangsangan atau lingkungan.

1. Perilaku Adaptif Anak Tunagrhita

Istilah mengenai perilaku adaptif, misalnya kompetensi sosial

(social competency), kapasitas adaptif (adaptive capacity), ketepatan

menyesuaikan diri (adaptive fitting) dsb, namun istilah-istilah tersebut

bermuara pada satu sebuah kunci yaitu kemampuan menyesuaikan diri.

perilaku adaptif merupakan keterampilan konseptual, sosial, dan praktis

bahwa orang-orang telah belajar sehingga dapat berfungsi dalam

kehidupan sehari-hari mereka (American Association on Intellectual and

Developmental Disabilities, 2008).

Hunt dan Marshall telah mencatat bahwa keterampilan perilaku

adaptif seperti kompetensi pribadi dan sosial, lebih lemah dalam populasi

kekurangan mental, dan individu-individu, mengalami kesulitan dalam

adaptasi dengan kebutuhan hidup sehari-hari (Sadrossadat, Moghaddami,

& Sadrossadat, 2010). Perilaku ini termasuk dengan kebutuhan hidup

sehari-hari. Perilaku ini termasuk dengan kebutuhan hidup sehari-hari.

Perilaku ini termasuk sesuatu yang lebih dari adaptasi dan mengatasi

“lingkungan sekolah keluar” dan mereka berubah sesuai dengan usia dan

status individu (Sadrossadat et al., 2010). Melihat disebut dengan usia dan

status individuMelihat disebut “persyaratan” dan tren, yang mereka

mengubah sepanjang hidup, mengungkapkan perubahan dramatis dan

26
cepat di masa bayi dan prasekolah usia. Seseorang dikatakan memiliki

hambatan perilaku adaptif bila terdapat hambatan dalam tiga hal

yaitu: perkembangan, kemampuan belajar, Social adjusment, penyesuaian

perilaku sosial termasuk kebebasan pribadi dan rasa tanggung jawab social

(Sadrossadat et al., 2010).

Anak tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan perilaku

adaptif, karena mempunyai kemampuan intelektual yang rendah

(Sadrossadat et al., 2010). Kemampuan yang rendah menyebabkan anak

yang menderita tunagrahita tidak dapat mengartikan norma lingkungan.

Metode atau threatment yang cocok dengan metode sendiri (Texas

Departement of Aging and Disability Services, 2016).

Perilaku adaptif hendaknya berfokus pada kebutuhan khusus anak

tunagrahita seperti dalam kehidupan sehari-hari dan berdasarkan atas

tuntutan lingkunagan yang mereka hadapi. Fokus perilaku adaptif

diklarifikasi oleh meliputi hal-hal berikut ini :

a. Menolong diri, penampilan pribadi (makan, minum, pergi ke toilet,

berpakaian, berhias diri, dan memelihara kesehatan.

b. Perkembangan fisik (keterampilan motorik kasar dan motorik halus)

c. Komunikasi (bahasa reseptif dan ekspresif)

d. Keterampilan sosial (bermain, berinteraksi, bersosialisasi, perilaku

seksual, bertanggung jawab, mengekspresikan emosi)

e. Fungsi kognitif yang meliputi (pengetahuan akademik)

f. Memelihara kesehatan dan keselamatan diri (pencegahan terhadap

27
masalah kesehatan dan luka, memelihara diri, latihan merawat anak)

g. Keterampilan berbelanja (penggunaan uang, belanja)

h. Keterampilan domestik (kebersihan dan perawatan rumah)

i. Keterampilan vokasional.

C. Murottal Al-Qur’an

1. Definisi murottal Al-Qur’an

Heru (2008) dalam Siswantinah (2011) murotal adalah rekaman

suara Al-Qu’an yang dilakukan oleh seorang qori’ (pembaca Al-Qur’an).

Lantunan Al-Qur’an secara fisik mengandung unsur suara manusia,

sedangkan suara manusia merupakan instrumen penyembuhan yang

menakjubkan dan alat yang paling mudah dijangkau. Hadi, Wahyuni

dan Purwaningsih (2012), menjelaskan terapi murottal Al-Qur’an adalah

terapi bacaan Al-Qur’an yang merupakan terapi religi dimana seseorang

dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an selama beberapa menit atau jam sehingga

memberikan dampak positif bagi tubuh seseorang.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa murottal

Al-Qur’a merupakan rekaman suara ayat-ayat Al-Qur’an oleh qori yang

memberikan dampak positif bagi tubuh.

2. Manfaat murottal Al-Qur’an

Manfaat dari murottal (mendengarkanbacaan ayat-ayat suci Al-

Qur’an) menurut Heru (2008) dalam Siswantinah (2011):

28
a. Mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an dengan tartil akan

mendapatkan ketenangan jiwa.

b. Lantunan Al-Qur’an secara fisik mengandung unsur suara manusia,

suara manusia merupakan instrumen penyembuhan yang

menakjubkan dan alat yang paling mudah dijangkau. Suara dapat

menurunkan hormon-hormon stres, mengaktifkan hormon endorfin

alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian

dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh

sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat

pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang

otak. Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat tersebut

sangat baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran

yanglebihdalamdanmetabolismeyanglebihbaik.

Mustamir (2009) dalam Siswantinah (2011) bacaan surat Al-

Qur’an yang terbaik adalah Al-Faatihah, karena intisari dari Al-Qur’an

adalah surat Al-Faatihah, dan pemahaman terhadap Al-Qur’an diawali

dengan pemahaman terhadap Al-Ikhlas. Surat tersebut juga dapat

digunakan untuk mengurangi /menurunkan kecemasan. Keseluruhan

efeknya telah menjadikan Al-Ikhlas sangat selaras dengan nuansa

sholat dan ibadah. Uraiannya yang singkat dan jelas, serta kualitasnya

dan hurufnya yang tinggi membuat Al-Ikhlas mudah dibaca dan dihafal

semuaorang dengan latar belakang apa pun. Al-Ikhlas merupakan surat

29
yang paling banyak dibaca oleh umat manusia, karena Al-Ikhlas harus

dibaca dalam setiap sholat.

Penelitian manfaat Al-Qur’an diantaranya terapi murottal

berpengaruh terhadap tingkat kecemasan anak presirkumisi (Silviani,

2015), pemberian intervensi terapi audio dengan murottal surah Al-

Ikhlas dapat menurunkan tingkat perilaku anak autis yaitu pada aspek

interaksi sosial, emosi, dan perilaku (Mayrani & Hartati, 2013).

D. Hubungan perilaku adaptif dengan murottal Al-Qur’an

Suara pada murottal Al-Qur’an dapat menurunkan hormon-hormon

stres, mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks,

dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang,

memperbaiki sistem kimia tubuhsehingga menurunkan tekanan darah serta

memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas

gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat

tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran

yang lebih dalam dan metabolismeyanglebihbaik.

Al Qadhi (Syakir, 2014), melalui penelitiannya yang panjang dan

serius di Klinik Besar Florida Amerika Serikat, berhasil membuktikan hanya

dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur’-an, baik mereka yang bisa

berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan psikologis yang

sangat besar. Penurunan depresi, kesedihan, ktenangan jiwa, menangkal

berbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakan orang-

orang yang menjadi objek penelitiannya.

30
Terapi murottal memberikan efek suara berkaitan dengan proses

impuls suara ditransmisikan ke dalam tubuh dan mempengaruhi sel-sel tubuh.

Suara yang diterima oleh telinga kemudian dikirim ke sistem saraf pusat

kemudian ditransmisikan ke seluruh organ tubuh. Suara mempengaruhi sel

tubuh yang memiliki vibrasi masing-masing dan menyebabkan sel tubuh

menyusun ulang artikelal di dalamnya.

Saraf vagus dan sistem limbik mengontol emosi dan gerakan fisik,

sehingga efek suara dapat mempengaruhi emosi dan perilaku motorik anak

(Oken, 2004 dikutip dari (Mayrani & Hartati, 2013)). Vibrasi suara dapat

meningkatkan kemampuan komunikasi, mengontrol emosi dan gerakan tubuh

serta mengekspresikan emosi secara tepat. Stimulan murottal Al-Qur’an

sebagai terapi audio dapat memunculkan gelombang delta di daerah frontal

dan sentral sebelah kanan dan kiri otak. Daerah frontal sebagai pusat

intelektual umum dan pengontrol emosi, sedangkan daerah sentral sebagai

pusat pengontrol gerakan yang dilakukan (Abdurrachman & Andhika, 2008

dikutip dari (Mayrani & Hartati, 2013)). Anak dapat mengontrol emosi lebih

baik dengan adanya pengaruh gelombang delta di frontal yang dapat

memberikan ketenangan, dan kenyamanan, sedangkan gelombang delta di

daerah sentral yang dihasilkan mampu mempengaruhi gerakan motorik

dengan pengontrolan gerakan-gerakan tubuh.

Beberapa proses dan area otak yang terlibat ketika individu membaca

Al Quran yaitu (Julianto & Etsem, 2011):

31
Gambar 1. Area otak

a. Visualisasi. Area yang terlibat padaproses visualisasi pembacaan Al

Quranini antara lain pada primary visual area (area 17) dan area

asosiasi visual (area18 dan area 19) di occipital lobe. Dalam membaca

Al Quran, seseorang harus berkonsentrasi dan fokus pada apa yang

dibaca. Mulai dari melihat huruf, tanda baca dan panjang

pendeknya,harus diperhatikan dengan seksama. Hal ini dapat membuat

seseorang bisa lebih fokus pada perhatian dan berkonsentrasi.

b. Pendengaran. Area yang terlibat padaproses pendengaran pembacaan

Al -Quran ini antara lain pada area primaryauditory area (area 41 dan

42) dan areaasosiasi pendengaran (area 22) yang berada di temporal

lobe. Penelitian dari Abdurrochman (2007) menunjukkan bahwa

mendengarkan murotal AlQuran bisa meningkatkan ketenangan. Hal

ini terbukti dari terjadi peningkatan signifikan pada gelombang delta.

c. Aspek Bahasa. Pada saat membaca dengan mengaluarkan suara maka

areayang aktif adalah area Brocha (area 44dan 45) dan area Wernicke.

32
Saifuddin (1983) menyatakan di dalam Al-Quranterdapat keindahan

bahasa, ketelitian, dan keseimbangannya, dengan kedalamanmakna,

kekayaan dan kebenarannya, kemudahan pemahaman, dan kehebatan

kesan yang ditimbulkannya.

d. Fungsi kognitif yang lebih kompleks. Proses ini terjadi di daerah

cortex prefrontal (CPF). Saat membaca Al Quran yang disertai

pemahaman arti makaakan menimbulkan interpretasi dan pemikiran

dari ayat yang dibaca.

e. Ketuhanan. Aspek ketuhanan masihsebuah misteri bagi dunia

neurosains.Namun beberapa ilmuan meyakini bahwa ada area yang

terlibat saat manusia berhubungan dengan tuhannya. Ada sebuah area

yang diyakini titik tuhan (God Spot) pada diri manusia yakni diarea

parietal dan temporal (Zohar danMarshall, 2000; Pasiak, 2003)

BAB III

Kerangka Konsep

A. Kerangka Konseptual

Terapi murottal Perilaku Adaptif

a. Komunikasi
b. Kehidupan Sehari-hari
c. Sosialisasi
d. Kemampuan motorik

33
B. Hipotesis

Ada pengaruh terapi murottal terhadap perilaku adaptif (Komunikasi,

Kehidupan sehari-hari, Sosialisasi dan Kemampuan motorik) pada anak tuna

grahita.

34
BAB IV

Metode Penelitian

A. Rancangan penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi experimen.

Rancangan ini merupakan suatu bentuk penelitian eksperimen pemelihan

subjek penelitian dilakukan dengan non random, dan tidak memiliki control

group. Jenis rancangan yang akan dilakukan adalah the one group pretest-

posttest design, sehingga penelitian ini menggunakan satu sampel yang

dilakukan pretest, kemudian dilakukan intervensi mendengarkan murottal Al-

Qur’an, kemudian dilakukan pengkajian setelah posttest setelah intervensi,

kemudian dilakukan membandingkan perilaku pada anak tunagrahita sebelum

dan sesudah diberi murottal surat Al-Ikhlas.

Desain penelitian digambarkan

O1 X O2

Ket.

O1 : Nilai pretest

O2 : Nilai posttest

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SLB NEGERI 2 Makassar, yang dilakukan pada

bulan Juni-Desember 2017.

35
C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh anak didik di SLB NEGERI 2

Makassar yang mengalami tunagrahita, tempat ini diambil karena tempat

ini merupakan salah satu tempat sekolah luar biasa dengan jumlah

penderita anak tunagrahita yaitu 21 orang.

2. Sampel

Pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling sehingga populasi

dijadikan sampel dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah

ditetapkan. Jumlah populasi anak tunagrahita di SLB NEGERI 2 Makassar

adalah 21 orang.

3. Kriteria inklusi dan eklusi

Inklusi

a. Siswa di SLB NEGERI 2 Makassar

b. Bersedia menjadi responden

c. Anak-anak kelas 1-6 SD

d. Beragama Islam

e. Tunagrahita ringan dan sedang

Kriteria eksklusi

a. Pernah menjalani terapi Murottal

b. Tidak mampu mendengar

36
Sampel (n=21)

a. Tidak memenuhi kriteria


inklusi (n=1)
b. Tidak pernah datang ke
sekolah (n = 8)

Total sampling
(n=12)

Menerima untuk
diberikan intervensi
(n=12)

Sampel (n=12)

Bagan 4.1 consort steatment

37
D. Alur Penelitian Populasi

Skrininig kriteria
inklusi dan eksklusi

Sampel

Informed consent

Kelompok terapi murottal

Observasi perilaku (pretest)

Pemberian intervensi terapi murottal


selama 10 hari dan pengumpulan data

Observasi perilaku (postest)

Pengolahan data

Hasil dan pembahasan

Kesimpulan dan saran 38


Bagan 4.2 Alur Penelitian
E. Variable Penelitian

1. Identifikasi variable

a. Variabel Independen dalam penelitian ini adalah terapi murottal

b. Variabel Dependen dari penelitian ini adalah perilaku adaptif

2. Definisi operasional

a. Terapi murottal yaitu mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (Murottal)

surah Al-Ikhlas selama lima menit melalui pemutaran MP4 yang berisi

video menggunakan laptop dan speaker 1 kali sehari selama 10 hari

dan yang dilakukan pretest dan posttest.

b. Perilaku adaptif yaitu perilaku yang dialam oleh anak tunagrahita yang

meliputi komunikasi, keterampilan hidup sehari-hari, sosialisasi, dan

keterampilan motorik. komunikasi dengan jumlah item 7 soal,

keterampilan hidup sehari-hari sebanyak 8 soal, sosialisasi sebanyak 11

soal, dan keterampilan motorik sebanyak 10 soal. Pada skala ini ada 3

item, yaitu, 0 apabila tidak pernah, 1 apabila kadang-kadang, dan 2 apabila

sering. Dengan skor maksimal 60 dan rendah 0.

Tingkat Adaptif Standar skor


Tinggi 40-60
Cukup Tinggi 24-39
Cukup rendah 10-23
Rendah 9-0

39
c. Komunikasi

Komunikasi adalah perilaku pada anak tunagrahita dalam mengidentifikasi

nama, menceritakan hal kecil dan komunikasi yang baik dengan orang

lain.

d. Keterampilan sehari-hari

Keterampilan sehari-hari yaitu keterampilan dasar yang dilakukan oleh

anak tunagrahita

e. Sosialisasi

Sosialisasi yaitu hubungan dengan orang lain atau kemampuan

bersosialisasi dengan orang lain

f. Keterampilan motorik

Keterampilan motorik yaitu kemampuan fisik anak yang melibatkan oto

kecil.

F. Instrument penelitian

Pada penelitian ini menggunakan laptop dan speaker sebagai alat yang

digunakan untuk mendengarkan Murottal Al-Qur’an, lembar observasi dengan

Vineland Adaptive Behavior (Sparrow, Cicchetti, & Saulnier, 2016). Vineland

Adaptive Behavior menggambarkan perilaku adaptif pada anak tunagrahita

dengan skor dalam menganalisis. Lembar observasi ini diterjemahkan oleh

Leni Dirgahayu dan dibantu oleh Tuti Irawati, S.Pd. Lembar observasi ini

telah lulus uji validitas dengan menggunakan nilai r dan telah lulus uji

reabilitas dengan nilai cronbach’s alpha sebesar 0.767 dan dikatakan reliable

dengan kategori reabilitas tinggi (Sugiono,2016).

40
Lembar observasi ini menggambarkan ukuran fungsi adaptif, dengan

mengelompokkan pada masing-masing perilaku, misalnya komunikasi dengan

jumlah item 7 soal, keterampilan hidup sehari-hari sebanyak 8 soal, sosialisasi

sebanyak 11 soal, dan keterampilan motorik sebanyak 10 soal. Menggunakan

skala Likerd pada skala ini ada 3 item, yaitu, 0 apabila tidak pernah, 1 apabila

kadang-kadang, dan 2 apabila sering. Dengan skor maksimal 60 dan rendah 0.

Lembar observasi ini terdapat 30 pertanyaan dimana jumlah pertanyaan positif

(favorable) ialah 27 pertanyaan diantaranya no. 1, 2, 3, 4, 5, 6 7, 8, 9, 10, 11,

12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30 dan pertanyaan

negative (unfavorable) yaitu 3 pertanyaan diantaranya 20, 21, 22.

G. Pengumpulan data

Penelitian dilakukan di awal yaitu mengurus etik, kemudian

menentukan populasi, banyak anak yang menderita tunagrahita, lalu

menentukan sample dilakuan dengan total sampling yang telah di inklusi dan

eklusi, kemudian dilakukan pretest terhadap anak-anak, setelah itu anak-anak

digabung dalam satu ruangan setiap setiap 3 orang anak akan di damping 1

orang guru. kemudian melakukan intervensi yaitu mendengarkan murottal Al-

Qur’an surah Al-Ikhlas selama 2 menit, kemudian menceritakan makna yang

akan dilakukan oleh peneliti dengan alat laptop dan speaker selama 10 hari.

Setelah pengumpulan data, data akan dikelolah dan menyimpulkan hasil dari

data yang ditemukan di lapangan.

41
H. Pengolahan dan Analaisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan program SPSS (Statistical Product and

Service Solutions) yang terlebih dahulu melalui beberapa tahap yaitu :

1. Editing : Penyuntingan data dimulai di lapangan dan setelah data

terkumpul, maka data diperiksa kelengkapannya

2. Coding : Pengklasifikasian jawaban menurut kriteria tertentu. Klasifikasi

ini ditandai dengan memindahkan data dari daftar yang akan memberikan

informasi data yang diubah menjadi bentuk angka untuk mempermudah

penghitungan selanjutnya

3. Entry Data :Data selanjutnya diinput ke dalam lembar kerja SPSS untuk

masing-masing variabel. Urutan input data berdasarkan nomor responden

dalam lembar check list

4. Cleaning Data : Dilakukan pada semua lembar kerja untuk membersihkan

kesalahan yang mungkin terjadi selama proses input data. Proses ini

dilakukan melalui analisis frekuensi pada semua variabel. Adapun data

missing dibersihkan dengan menginput data yang benar.

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah

1. Analisis univariat

Tujuan analisis ini adalah untuk mendeskripsikan karaketristik

masing-masing variable yang diteliti. Hasil univariat terdiri dari distribusi

frekuensi dan presentasi data demografi usia anak, jenis tunagrahita, lama

sekolah dan perilaku adaptif anak sebelum dan sesudah intervensi.

2. Analisis bivariat

42
Analisis ini digunakan untuk membandingkan tingkat emosi pada

anak tunagrahita sebelum dan sesudah diperdengarkan murottal Al-Qur’an

serta pretest dan posttest. Penelitian ini menggunakan uji paired sampel t

test jika data berdistrubusi normal dan uji Wilcoxon jika data tidak

berdistribusi normal. Prinsip ini adalah menguji dua data berpasangan

yakni membandingkan data pengamatan yang berasal dari satu sampel

(Hidayat, 2014). Analisa bivariat diperlukan untuk menjelaskan

hubungangan dua variable, yaitu antara variablle dependen dan

independen (Budiharto, 2014).

I. Masalah Etika

1. Autonomy : Prinsip Autonomy yaitu menghormati keputusan responden

untuk ikut berpartisipasi atau tidak tanpa paksaan. Responden yang setuju

diberikan lembar persetujuan serta judul dan manfaat penelitian untuk

ditandatangani. Apabila tidak setuju maka peneliti tidak berhak untuk

memaksa responden.

2. Beneficiency : prinsip ini melahirkan norma-norma yang mewajibkan agar

resiko diminimalisir dan manfaat yang diharapkan tercapai. Menjelaskan

kepada responden tentang manfaat dan didapatkan responden serta

potensial resiko yang dapat terjadi.

3. Justice : Memperlakukan orang lain secara adil tanpa membedakan status

sosial, ras, dan sebagainya. Pada kelompok yang tidak diberikan intervensi

(control) juga diberikan terapi murottal, tetapi tidak di maukkan sebagai

hasil data.

43
4. Anonymity : Peneliti wajib menjaga kerahasiaan dan privasi responden

dengan cara tidak mencantumkan nama responden dalam pengisian

kuesioner dan pada saat tabulasi data. Peneliti hanay memberikan kode

pada setiap responden.

5. Confidentiality : Kerahasiaan informasi dan data yang Diperdengarkan

responden dalam informed consent wajib dijamin peneliti. Segala

informasi yang Diperdengarkan oleh responden tidak dapat disebarluaskan

oleh peneliti untuk kepentingan apapun.

6. Veracity : subyek mempunyai kewajiban untuk menyatakan tentang

kebenara dan tidak berbohong atau menipu.

44
BAB V

Hasil dan Pembahasan

A. Hasil

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh terapi murottal

terhadap perilaku adaptif pada anak tunagrahita di SLB Negeri 2 Makassar

yang dilaksanakan mulai 5 November 2017 sampai dengan 19 November

2017 dengan menggunakan metode pre experimen. Data diperoleh dengan

lembar observasi perilaku adaptif yang dilakukan oleh peneliti. Teknik

sampling pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling, dimana

jumlah sampel ialah 12 orang.

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti menjelaskan maksud

dan tujuan penelitian kepada calon responden dan guru kemudian melakukan

pre test untuk mengetahui data awal sebelum diberikan intervensi, kemudian

anak-anak tunagrahita diberikan dikumpulkan di ruang terapi untuk diberikan

murottal selama 10 hari. Setelah itu, dilakukan post test pada responden yang

kemudian diolah menjadi hasil penelitian. Peneliti di bantu oleh guru dan

enumerator saat memberikan terapi murottal. Hasil data yang ditampilkan

berupa analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat meliputi

karakteristik demografi responden yang terdiri dari jenis kelamin, umur, jenis

tunagrahita, riwayat keluarga, lama sekolah, lama tunagrahita, penyebab

tunagrahita, terapi yang pernah dilakukan sedangkan analisis bivariat

dilakukan untuk mengetahui pengaruh terapi murottal terhadap perilaku

45
adaptif pada anak tunagrahita. Hasil penelitian kemudian disajikan dalam

bentuk tabel, distribusi univariat dan bivariat sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

a. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Demografi Responden

Gambaran karakteristik responden penelitian akan diuraikan

berdasarkan jenis kelamin, umur, jenis tunagrahita, riwayat keluarga,

lama sekolah, lama tunagrahita, penyebab tunagrahita, terapi yang

pernah dilakukan.

1) Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis

kelamin dan kelas

Tabel 5.1
karakteristik responden anak tunagrahita di SLB Negeri 2 Makassar

(n=12)

Karakteristik n Persentasi (%)

Jenis kelamin:
S
Laki-laki 9 75,0
3 25,0
u Perempuan
Umur
m
14 tahun 1 8.3
b 11 tahun 5 41.7
10 tahun 4 33.3
e 15 tahun 1 8.3
8 tahun 1 8.3
r
Jenis Tunagrahita :
Tunagrahita sedang 7 58.3
Tunagrahita ringan 5 41.7
:
Lama sekolah :
6 bulan 2 16,7
4 tahun 6 50,0
D 2 tahun 2 16,7
5 tahun 2 16,7
a 3 tahun 2 16,7

ta Primer (2017)

46
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan jenis kelamin lebih

laki-laki banyak daripada perempuan. Responden dengan jenis

kelamin laki-laki berjumlah 9 orang (75,0%) sedangkan responden

yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 3 orang (25,0%).

umur anak-anak yang paling banyak yaitu 11 tahun. Responden

dengan umur 14 tahun berjumlah 1 orang (8.3%), 11 tahun

berjumlah 5 orang (41.7%), 10 tahun berjumlah 4 orang (33.3%),

15 tahun berjumlah 1 orang (8.3%), 8 tahun berjumlah 1 orang

(8.3%). Jenis tunagrahita yang paling banyak yaitu tunagrahita

sedang. Responden dengan tunagrahita sedang berjumlah 7 orang

(58.3%), tunagrahita ringan berjumlah 5 orang (41.7%). lama

sekolah anak-anak yang paling banyak yaitu 4 tahun. Responden

dengan lama sekolah 6 bulan berjumlah 2 orang (16,7%), 4 tahun

berjumlah 6 orang (50,0%), 2 tahun berjumlah 2 orang (16,7%), 5

tahun berjumlah 2 orang (16,7%), 3 tahun berjumlah 2 orang

(16,7%).

b. Perilaku adaptif pada anak tunagrahita

Tabel 5.2

Perilaku adaptif anak tunagrahita di SLB Negeri 2 Makassar (n= 12)

Perilaku Adaptif Kategori


Tinggi Cukup Tinggi Cukup Rendah Rendah
n % n % n % n %
Pretest Terapi Murottal 5 41,7 6 50,0 1 8,3 0 0
Posttest Terapi Murottal 7 58,3 4 33,3 1 8,3 0 0
Sumber : Data Primer,2017

47
Dari tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebelum diberikan terapi murottal

sebagian besar responden sebanyak 6 orang (50 %) masih memiliki

perilaku adaptif yang cukup tinggi, dan setelah diberikan terapi

murottal sebagian besar responden memiliki perilaku adaptif yang

tinggi yaitu sebanyak 7 responden (58,3%).

2. Analisis Bivariat

Pengaruh terapi murottal terhadap perilaku adaptif pada anak

tunagrahita uji normalitas shaviro-wilk dan uji statistik paired sampel t

test dan uji wilcoxon.

Setelah dilakukan uji normalitas data dengan mengunakan shaviro-

wilk, didapatkan data nilai signifikan posttest perilaku adaptif adalah

0.077, komunikasi adalah 0.544, posttest kehidupan sehari-hari adalah

0.826, posttest sosialisasi adalah 0.809, dan posttest adalah 0.001 karena

nilai p>0.05, maka data yang berdistribusi normal adalah perilaku adaptif,

komunikasi, kehidupan sehari-hari, dan sosialisasi sedangkan data yang

tidak berdistribusi normal adalah kemampuan motorik. Data yang

berdistribusi normal uji statistik yang digunakan adalah uji paired t test

dan data yang tidak berdistribusi normal uji statistikk yang digunakan

adalah uji Wilcoxon. Karena data tersebut berdistribusi normal sehingga

uji statistik yang ddigunakan adalah uji paired sampel t test.

48
Tabel 5.3
Pengaruh Terapi Murottal terhadap Perilaku Adaptif
(komunikasi, kehidupan sehari-hari, sosialisasi, kemampuan motorik)
pada Anak Tunagrahita di SLB Negeri 2 Makassar
Variabel Pre-post Min. Max. Mean SD 95 % Confidence p
Interval of the
Difference
Lower Upper
Perilaku Adaptif Pretest 10 51 38.25 11.145 -1.304 0.804 0.612*
Posttest 10 52 38.50 11.158
Komunikasi Pretest 0 13 7.5833 3.825 -1.58716 -0.57951 0.001*
Posttest 0 14 8.6667 3.822
Kehidupan Pretest 2 11 7.5000 2.876 -0.53736 0.03736 0.082*
sehari-hari Posttest 2 12 7.7500 3.018
Sosialisasi Pretest 5 13 8.9167 2.644 -4.64207 -2.19126 0.000*
Posttest 7 17 12.3333 2.964
Kemampuan Pretest 2 16 12.667 3.651 1.000**
motorik Posttest 2 16 12.667 3.651
*Uji paired t test **Uji wilcoxon

Dari tabel uji paired sampel t test pada tabel 5.3 dibawah ini

diketahui hasil pada pretest -posttest diperoleh perilaku adaptif p = 0.612

komunikasi p = 0.001, kehidupan sehari-hari p = 0.082, sosialisasi p =

0.000 dan uji wilcoxon pretest -posttest kemampuan motorik p = 1.000

karena nilai p<0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada ada pengaruh

terapi murottal terhadap komunikasi dan sosialisasi pada anak tunagrahita

sebelum dan sesudah pemberian terapi murottal dan tidak ada pengaruh

terapi murottal terhadapk perilaku adaptif, kehidupan sehari-hari dan

kemampuan motorik.

B. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi murottal

terhadap perilaku adaptif pada komunikasi, kehidupan sehari-hari, sosialisasi,

49
dan kemampuan motrik pada anak tunagrahita di SLB Negeri 2 Makassar, dari

hasil penelitian ini didapatkan 12 responden.

Hasil penelitian yang telah diuraikan, membahas secara sistematis hasil

dari data univariat dan bivariat tentang pengaruh terapi murottal terhadap

perilaku adaptif pada anak tunagrahita di SLB Negeri 2 Makassar. Adapun

sistematis pembahasan terdiri dari dua bagian yaitu pembahasan hasil dan

keterbatasan penelitian. Penelitian ini melibatkan responden sebanyak 12

siswa kelas 1 sampai 6 di SLB Negeri 2 Makassar. Pada bab ini akan

dijelaskan lebih lanjut mengenai pengaruh terapi murottal terhadap perilaku

adaptif pada anak tunagrahita di SLB Negeri 2 Makassar.

Berikut ini peneliti akan membahas tentang perilaku adaptif pada anak

tunagrahita.

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur, Jenis

Tunagrahita, Lama Sekolah dan Lama menderita Tunagrahita

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh terapi murottal

terhadap perilaku adaptif pada anak tunagrahita di SLB Negeri 2 Makassar

dengan jumlah responden 12 orang maka di peroleh sebagian besar

responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 9 orang dan perempuan

sebanyak 3 orang. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh (Faikoh, Alfiyanti, & Nurullita, 2012; Panjaitan, 2011; Rini, 2012)

yang menunjukkan bahwa rasio laki-laki yang menderita tunagrahita lebih

banyak dibandingkan perempuan.

50
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa lama sekolah dan

usia mempengaruhi perilaku adaptif pada anak tunagrahita. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Nida (2013) yang menyatakan

bahwa oleh pengalaman mereka, perlakuan yang diterima, dan melalui

kemampuan berkembang mereka sendiri mengungkapkan perasaan

mereka, keinginan, dan kebutuhan untuk memahami perasaan orang lain.

2. Pengaruh Terapi Murottal terhadap Perilaku Adaptif pada Anak

Tunagrahita

Terapi audio dapat menghilangkan tegangan otot dan stress,

mengurangi rasa sakit, kecemasan, menstimulasi sistem imun,

menurunkan tekanan darah, mengurangi kesedihan, mempengaruhi

suasana hati serta meningkatkan komunikasi pada pasien dengan autisme,

gangguan pendengaran, dan penyakit Alzheimer (Kemper & Suzanne,

2004; Gray, 2012 dalam Mayrani & Hartati, 2013; Hanser & Mark, 2013)

Dari data hasil penelitian terhadap 12 responden menunjukkan

tidak adanya pengaruh terhadap perilaku adaptif pada anak tunagrahita.

Dalam lembar observasi perilaku adaptif terdapat beberapa yang diteliti,

yaitu komunikasi, keterampilan sehari-hari, sosialisasi dan keterampilan

motorik. Hasil yang didapatkan yaitu perilaku adaptif yang dipengaruhi

oleh terapi murottal yaitu komunikasi dan sosialisasi sedangkan

keterampilan motorik dan keterampilan sehari-hari tidak berpengaruh.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terdapat peningkatan

komunikasi pada anak tunagrahita, yaitu kemampuan komunikasi baik

51
terhadap orang lain. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mayrani & Hartati (2013) bahwa terdapa pengaruh terapi murottal Al-

Qur’an terhadap kemaampuan komunikasi pada anak autis.

Hasil penelitian yang dilakukan terapi murottal juga berpengaruh

terhadap sosialisasi dari segi emosi, perilaku egois, mengganggu teman.

Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahjoob (2014)

mengatakan bahwa terdapat efek positif terhadap perilaku anak-anak

khususnya di bidang kecemasan, gangguan tidur, depresi, dan fungsi

social. Awa (2014) juga mengatakan bahwa terapi Murottal memberikan

efek pada tingkat stress pada pasien di perawatan intensif. (Darabinia,

Heidari Gorji, & Afzali, 2017) menyatakan bahwa terdapat efek positif

pada kesehatan mental dan emosi pada pasien hal ini juga sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh (Hady & Purwaningsih, 2012) yang

menyatakan bahwa Al-Qur’an mempengaruhi kecerdasan intelektual (IQ),

Kecerdasan emosi (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ).

Kekhawatiran, kesedihan dan depresi dapat dikurang melalui terapi

murottal (al-Domi, 2015). Khashinah (2015) menyatakan bahwa irama

murottal Al-Qur’an akan mempengaruhi cerebral cortex dalam adaptasi

kognator (persepsi, informasi, emosi) dan regulator (kimiawi, saraf,

endokrin).

Terapi murottal memberikan efek suara berkaitan dengan proses

impuls, perjalanan impuls berupa elektron yang berpindah dari ekstrasel

yang bermuatan positif dan kelebihan kation atom Na+ ke intrasel yang

52
bemuatan negatif dan banyak mengandung ion K+. Impuls ini akan sampai

di otak dan akan diolah pada otak (Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan

FIP-UPI, 2007). Suara yang diterima oleh telinga kemudian dikirim ke

sistem saraf pusat kemudian ditransmisikan ke seluruh organ tubuh. Suara

mempengaruhi sel tubuh yang memiliki vibrasi masing-masing dan

menyebabkan sel tubuh menyusun ulang artikelal di dalamnya.

Saraf vagus dan sistem limbik mengontol emosi dan gerakan fisik,

sehingga efek suara dapat mempengaruhi emosi dan perilaku motorik anak

(Oken, 2004 dikutip dari (Mayrani & Hartati, 2013)). Vibrasi suara dapat

meningkatkan kemampuan komunikasi, mengontrol emosi dan gerakan

tubuh serta mengekspresikan emosi secara tepat. Stimulan murottal Al-

Qur’an sebagai terapi audio dapat memunculkan gelombang delta di

daerah frontal dan sentral sebelah kanan dan kiri otak. Daerah frontal

sebagai pusat intelektual umum dan pengontrol emosi, sedangkan daerah

sentral sebagai pusat pengontrol gerakan yang dilakukan (Abdurrachman

& Andhika, 2008 dikutip dari (Mayrani & Hartati, 2013)). Anak dapat

mengontrol emosi lebih baik dengan adanya pengaruh gelombang delta di

frontal yang dapat memberikan ketenangan, dan kenyamanan, sedangkan

gelombang delta di daerah sentral yang dihasilkan mampu mempengaruhi

gerakan motorik dengan pengontrolan gerakan-gerakan tubuh.

Dalam Al-Qur’an Allah SWT. Berfirman

‫رت و ُْ آْ وق ُْت اَحُع ََح نت م رو َْحهت اَُحُِ ن‬


‫ْ َْرو َْحمَح كَّ لْ عُت َْ ُو َحمْ َح‬ ‫ن‬
(24)‫رُت‬ ‫ُ ْ ْ َح‬ ُ ‫َحا ذ إَح و َْون َح‬

53
“Dan apabila dibacakan Alquran, simaklah dengan baik dan

perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat” (Q.S. Al-A’raf:

204).

“Dan Kami telah menurunkan dari Alquran, suatu yang menjadi

penawar (obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Alquran

itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”

(Q.S.Al-Isra’:82).

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan, proses pengumpulan

data dalam penelitian ini dilakukan dengan lembar observasi. Keterbatasan

yang ada pada penelitian ini yaitu tersedianya LCD tidak ada sehingga ada

anak yang tidak bisa melihat video yang diperlihatkan. Ada beberapa anak

yang kurang fokus selama penelitian. Ada beberapa anak yang tidak pernah

datang ke sekolah selama penelitian sehingga peneliti hanya mengambil anak-

anak yang selalu datang.

54
BAB VI

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Hasil penelitian ini yang telah dilakukan tentang pengaruh terapi

murottal terhadap perilaku adaptif pada anak tunagrahita yaitu menunjukkan

tidak ada pengaruh terapi murottal terhadap perilaku adaptif pada anak

tunagrahita, tetapi terapi murottal berpengaruh terhadap sub komunikasi dan

sosialisasi, dan tidak berpengaruh terhadap kemampuan motorik dan

kehidupan sehari-hari.

B. Saran

1. Bagi sekolah

Sebaiknya memberikan terapi murottal sebagai salah satu terapi yang

diberikan kepada anak-anak

2. Bagi orang tua

Menyediakan waktu khusus untuk memberikan terapi murottal surah Al-

Ikhlas di rumah bagi anak yang memiliki komunikasi dan sosialisasi yang

kurang

3. Bagi peneliti lain

Pengembangan terapi murottal Al-Qur’an dengan memfokuskan pada

emosi pada anak tunagrahita.

55
DAFTAR PUSTAKA
al-Domi, M. (2015). The Cry in the Holy Quran and the Effect on the Human
Behavior. Journal of Education and Practice, 6(20), 52–61. Retrieved from
http://eric.ed.gov/?id=EJ1079060

American Association on Intellectual and Developmental Disabilities. (2008).


Frequently asked questions on intellectual disability. Aaidd. Retrieved from
http://aaidd.org/intellectual-disability/definition/faqs-on-intellectual-
disability#.Ve8sV_9RGUk

Darabinia, M., Heidari Gorji, A. M., & Afzali, M. A. (2017). The effect of the
Quran recitation on mental health of the Iranian medical staff. Journal of
Nursing Education and Practice, 7(11), 30.
https://doi.org/10.5430/jnep.v7n11p30

Elwyn, T., & Piasecki, M. (2015). Presiding over a Capital Case: A Benchbook
for Judges. United States: The National Judicial College. Retrieved from
https://www.judges.org/capitalcasesresources/bookintro.html

Faikoh, N. E., Alfiyanti, D., & Nurullita, U. (2012). Pengaruh Modelling Media
Video terhadap Peningkatan Kemampuan Toilet Training pada Anak
Retardasi Mental Usia 5-7 Tahun Di SLB N Semarang.

Gadkari, J. P., & Mishra, S. K. (n.d.). Experts who contributed to the section on
Mental Retardation. (P. Jeyachandran, Ed.). India: Rehabilitation Council of
India. Retrieved from www.rehabcouncil.nic.in/writereaddata/mr.pdf

Hady, N. A., & Purwaningsih, W. (2012). Perbedaan efektifitas terapi musik


klasik dan terapi musik murrotal terhadap perkembangan kognitif anak autis
di slb autis kota surakarta. Gaster, 9(2), 72–81.

Hanser, W. E., & Mark, R. E. (2013). Music influences ratings of the affect of
visual stimuli. Psihologijske Teme, 22(2), 305–324.

Iqbal, M., Baig, M. A., Bhinder, M. A., & Zahoor, M. Y. (2016). Factors causing
mental retardation. Asian Journal of Natural & Applied Sciences, 5, 27–37.

Joseph, L., & Ittyerah, M. (2014). Recognition and Understanding of Emotions in


Persons with Mild to Moderate Mental Retardation.
https://doi.org/10.1007/s40737-014-0019-9

56
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). (n.d.). Kamus versi online. Retrieved
from https://kbbi.web.id/perilaku

Khashinah, N. (2015). Pengaruh Terapi Murottal Juz ‘Amma terhadap Tingkat


Nyeri Pada Pasien Post Open Reduction Internal Fixation (Orif) Di Rs Pku
Muhammadiyah Yogyakarta.

Kraus, L. (2016). 2016 Disability Statistics Annual Report. Durham, New


Hampshire.

Masithoh, A. R., Asiyah, N., & Sholihah. (2014). Pengaruh Terapi Terapi
Kelompok Suportif terhadap Beban Keluarga dalam Merawat Anak
Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Kaliwungu dan Purwosari Kabupaten
Kudus. JIKK, 5(1), 1–13. Retrieved from
http://ejr.stikesmuhkudus.ac.id/index.php/jikk/article/view/211/142

Mayrani, E. D., & Hartati, E. (2013). Intervensi Terapi Audio dengan Murottal
Surah Ar-Rahman terhadap Perilaku Anak Autis. Jurnal Keperawatan
Soedirman, 8(2), 69–76.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.20884/1.jks.2013.8.2.470

National Information Center for Children and Youth with Disabilities. (n.d.).
Mental Reterdation (Vol. 20013). Washington, DC. Retrieved from
http://homepages.wmich.edu/~rmckinn2/6640/Supplemental
Readings/mental retardation.pdf

Nida, F. L. K. (2013). Komunikasi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. At-Tabsyir,


Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, 1(2), 163–189.

Noorkasiani, Heryati, & Ismail, R. (2007). Sosiologi Keperawatan. Jakarta: EGC.


Retrieved from https://books.google.co.id/books?id=LWQF-
z493bsC&pg=PA145&dq=Pengantar+pendidikan+Kesehatan+dan+Ilmu+Per
ilaku+Kesehatan&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjeh_aPi8nWAhXCVrwKHU
omD2YQ6AEIKjAB#v=onepage&q=perilaku&f=false

Panjaitan, F. S. (2011). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kemampuan


Perawatan Diri Anak Retardasi Mental Tingkat Sd Di Slb Bhakti Kencana Ii
Berbah Yogyakarta. Sekolah Tinggii Ilmu Kesehatan ’Aisyiyah. Retrieved
from http://digilib.unisayogya.ac.id/1059/1/NASKAH PUBLIKASI
FEBRINA SAPUTRI PANJAITAN.pdf

Poopedi Molepo Hope. (2012). Characteristics of Those Persons With Mental


Retardation Registered (Vol. 9). Afrika: UNIVERSITY OF LIMPOPO.
Retrieved from

57
http://ul.netd.ac.za/bitstream/handle/10386/838/poopedi_m_2012.pdf?sequen
ce=1

Putri, N. (2012). Efektifitas Penggunaan Media Video Untuk Pada Pembelajaran


Ips Bagi Anak Tunagrahita Ringan, 1, 318–328. Retrieved from
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu/article/viewFile/858/715

Raina, S. K., Razdan, S., & Nanda, R. (2012). Prevalence of mental retardation
among children in RS Pura town of Jammu and Kashmir. Annals of Indian
Academy of Neurology, 15(1), 23–2. https://doi.org/10.4103/0972-
2327.93271

Rini, R. P. (2012). Hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan tingkat
kemandirian anak retardasi mental dalam personal hygiene di sdlb negeri
colomadu. Universitas Muhammadiyah Makassar. Retrieved from
http://eprints.ums.ac.id/21978/13/NASKAH_PUBLIKASI.pdf

Sadrossadat, L., Moghaddami, A., & Sadrossadat, S. J. (2010). A comparison of


adaptive behaviors among mentally retarded and normal individuals: A guide
to prevention and treatment. International Journal of Preventive Medicine,
1(1), 34–38.

Sofinar. (2012). Perilaku sosial anak tunagrahita sedang. Jurnal Ilmiah


Pendidikan Khusus, 1, 133–141. Retrieved from
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=24377&val=1496

Sparrow, S. S., Cicchetti, D. V, & Saulnier, C. A. (2016). Vineland Adaptive


Behavior Scales, Third Edition (VinelandTM-3). psychCorp, 1–16.

Texas Departement of Aging and Disability Services. (2016). Determination of


Intellectual Disability : Best Practice Guidelines. Retrieved from
https://hhs.texas.gov/doing-business-hhs/provider-portals/long-%0Aterm-
care-providers/local-intellectual-and-developmentaldisability-authority-
lidda/become-a-certified-authorized-%0Aprovider-conduct-a-did

W.L. Heward. (2014). Characteristics of Children with Mental Retardation.


Retrieved from https://www.education.com/reference/article/characteristics-
children-mental-retardation/

Zakarya, Y. N. (2013). Pengaruh Pelatihan Cuci Tangan Bersih dengan Metode


Bermain Puzzle terhadap Kemampuan melakukan Cuci Tangan Anak
Tunagrahita di Sdlb-C Tpa Kabupaten Jember. Pp.

58
Lampiran 1 Informed consent
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Calon Responden

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Leni Dirgahayu

Nim : C12114319

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Asrama Yongkav 10/serbu Makassar

Bermaksud akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Terapi Murottal

terhadap Perilaku Adaptif pada Anak Tunagrahita Di SLB Negeri 2 Makassar”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Terapi Murottal terhadap

Perilaku Adaptif pada Anak Tunagrahita Di SLB Negeri 2 Makassar. Penelitian

ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi Anda sebagai responden

maupun keluarga. Kerahasiaan semua informasi akan dijaga dan dipergunakan

untuk kepentingan penelitian. Jika Anda tidak bersedia menjadi responden, maka

tidak ada ancaman bagi Anda maupun keluarga. Jika Anda bersedia menjadi

responden, maka saya mohon kesediaan untuk menandatangani lembar

persetujuan yang saya lampirkan dan pertanyaan-pertanyaan yang saya sertakan.

Atas perhatian dan kesediaannya menjadi responden saya ucapkan terima kasih.

Hormat peneliti,

Leni Dirgahayu

NIM. C12114319

59
Lampiran 2 Lembar consent

SURAT PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Nama anak :

Alamat :

Agama :

Setelah mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan serta memahami


penelitian yang dilakukan dengan judul :

PENGARUH TERAPI MUROTTAL TERHADAP PERILAKU ADAPTIF


PADA ANAK TUNAGRAHITA DI SLB NEGERI 2 MAKASSAR

Yang dibuat oleh :

Nama : Leni Dirgahayu

NIM : C12114319

Dengan ini saya menyatakan kesediaan untuk anak saya berperan serta menjadi
subjek penelitian dan bersedia melakukan pemeriksaan sesuai dengan data yang

diperlukan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran tanpa ada paksaan dari

pihak manapun.

Makassar, …………………………… 2017

Yang membuat pernyataan,

( )

60
Lampiran 3 Lembar Observasi

Lembar Observasi Perilaku Adaptif

Kode Responden :

Identitas Siswa :

Jenis Kelamin :

Tanggal Pengisian :

Tempat, Tanggal Lahir :

Jenis Tunagrahita :

Lama sekolah :

Lama tunagrahita :

PETUNJUK UMUM
1. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh terapi murottal terhadap

perilaku pada anak tuna grahita

2. Respon yang anda berikan akan membantu dalam terapi pada anak tunagrahita

3. Pilih salah satu alternatif yang disediakan dengan melingkari jawaban yang
tersedia

0 = tidak pernah

1 = kadang-kadang

2 = sering

No Pernyataan Skor
Komunikasi
1 Mengetahui nama depan atau nama belakang 0 1 2
2 Mengetahui 3 nama teman 0 1 2

61
3 Mengidentifikasi satu atau lebih huruf alfabeth 0 1 2
4 Mampu menceritakan hal dasar apa bila ditanya 0 1 2
5 Menulis baik nama pertama dan terakhir 0 1 2
6 Mampu bertanya dengan baik 0 1 2
7 Menjalin komunikasi baik dengan orang lain 0 1 2
Keterampilan hidup sehari-hari
8 Cuci tangan saat ingin makan 0 1 2
9 Memahami jam yang digunakan 0 1 2
10 Menjaga milik pribadi di sekolah 0 1 2
11 Mengidentifikasi angka yang tertulis 1-9 0 1 2
12 Membersihkan meja atau tempat bermain setelah 0 1 2
menggunakan
13 Menggunakan penggaris, untuk mengukur 0 1 2
Sosialisasi
13 Mengakui jenis kelamin dirinya dan orang lain 0 1 2
14 Memperkenalkan identitas diri 0 1 2
15 Meminta maaf saat melakukan kesalahan 0 1 2
16 Membantu orang lain ketika bertanya 0 1 2
17 Menyimpan mainan ketika diberitahu 0 1 2
18 Sopan terhadap guru dan teman 0 1 2
19 Mengontrol marah 0 1 2
20 Perilaku egois 0 1 2
21 Mengganggu teman 0 1 2
22 Mencoret buku teman 0 1 2
Keterampilan Motorik
23 Melempar bola dari berbagai ukuran dalam arah 0 1 2
tertentu
24 Melompat dari tanah dengan kedua kaki tanpa 0 1 2
jatuh
25 Berdiri dengan satu kaki selama minimal 2 detik 0 1 2

62
26 Menggunakan gerakan memutar tangan 0 1 2
pergelangan
27 Menggunakan gunting untuk memotong kertas 0 1 2
sepanjang garis lurus
28 Menarik lebih dari satu bentuk dikenali 0 1 2
29 Potongan bentuk keluar sederhana 0 1 2
30 Menggunakan penghapus tanpa merobek kertas 0 1 2

63
Lampiran 4

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


TERAPI MUROTTAL PADA ANAK TUNAGRAHITA

A. Pengertian

Terapi murottal adalah rekaman suara Al-Qur’an yang dilagukan oleh seorang

qori’ (pembaca Al-Qur’an), lantunan Al-Qur’an secara fisik mengandung

unsur suara manusia dengan menggunakan surah Al-Ikhlas.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum : untuk mengetahui pengaruh terapi murottal terhadap

perilaku adaptif pada anak tuna grahita

2. Tujuan khusus :

a. Untuk mengetahui perilaku adaptif pada tunagrahita sebelum diberikan

terapi murottal.

b. Untuk mengetahui perilaku adaptif anak tuna grahita setelah diberikan

terapi murottal.

c. Untuk mengetahui perbedaan perilaku adaptif anak tuna grahita

sebelum dan sesudah di berikan terapi murottal.

C. Persiapan

1. Persiapan anak

Anak tunagrahita, keluarga dan guru diberikan penjelasan tentang hal-hal

yang akan dilakukan

2. Persiapan alat

Speaker dan laptop berisi murottal AlQur’an (surah Al-Ikhlas)

3. Persiapan peneliti

64
Mempersiapkan alat yang akan digunakan, wudhu, mempersiapkan orang-

orang yang akan membantu, membagi kelompok dan guru yang akan

mengawasi anak tunagrahita (3 anak, 1 guru).

4. Persiapan lingkungan

Menutup pintu

D. Pelaksanaan

Cara melakukan terapi murottal

1. Mencuci tangan

2. Menghubungkan speaker dengan laptop yang berisi Murottal (Al-Ikhlas)

3. Anak duduk ditempat yang telah ditentukan, dan setiap 3 anak akan ada

guru yang mendampingi

4. Mendengarkan murottal Al-Qur’an selama 5 menit

5. Memberitahukan makna surah yang diberikan selama 5 menit yaitu

tentang kisah Nabi Muhammad SAW. (laba-laba pelindung Nabi di Gua

Hira) , Nabi Yusuf as., Nabi Ayub as., Nabi Yunus as., dan Nabi Ishaq as.

65
Lampiran 5
Master Tabel Observasi Perilaku Adaptif PreTest

No. Jenis Jenis Lama Lama Jawaban


Umur
R Kelamin Tunagrahita Sekolah Tunagrahita P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15
14 tunagrahita
1 L 6 bulan 14 tahun 2 1 0 1 0 0 1 1 0 2 0 1 0 1 0
tahun sedang
11 tunagrahita 4
2 L 11 tahun 2 2 0 1 0 0 1 2 1 1 0 2 1 2 0
tahun sedang Tahun
10 tunagrahita
3 P 2 tahun 10 tahun 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
tahun sedang
10 tunagrahita
4 L 4 tahun 10 tahun 2 2 1 0 1 0 1 1 1 1 2 2 0 2 1
tahun sedang
15 tunagrahita
5 P 6 bulan 15 tahun 2 1 0 2 0 0 1 2 0 2 0 2 0 1 1
tahun ringan
11 tunagrahita
6 L 5 tahun 11 tahun 2 2 2 1 2 0 0 1 1 2 2 2 2 2 0
tahun ringan
11 tunagrahita
7 L 4 tahun 11 tahun 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1
tahun ringan
11 tunagrahita
8 P 4 tahun 11 tahun 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2
tahun ringan
11 tunagrahita
9 L 4 tahun 11 Tahun 2 2 0 2 0 2 2 0 1 2 0 2 1 2 2
Tahun sedang
10 tunagrahita 4
10 L 10 tahun 2 2 0 1 0 1 1 1 1 2 0 2 2 2 1
tahun sedang Tahun

66
10 tunagrahita
11 L 5 tahun 10 Tahun 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2
Tahun ringan
tunagrahita
12 L 8 tahun 3 tahun 8 tahun 2 2 0 0 0 0 0 1 1 2 0 2 1 2 1
sedang

No.
P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25 P26 P27 P28 P29 P30 Ʃ
R
1 0 2 1 1 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 10
2 1 1 0 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 1 2 15
3 0 1 2 2 0 1 0 0 0 0 0 0 2 0 0 2
4 1 2 0 0 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2 17
5 1 2 2 1 0 0 1 2 1 2 1 0 2 1 2 14
6 0 2 2 1 1 0 0 2 2 2 2 2 2 1 2 21
7 1 2 2 2 1 1 0 2 2 2 2 1 2 2 2 27
8 2 2 2 1 0 0 0 2 2 2 2 2 2 1 2 28
9 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 20
10 2 2 2 1 0 1 0 2 2 2 2 1 1 1 2 18
11 2 2 2 1 1 1 0 2 2 2 2 1 1 1 2 26
12 0 1 1 1 2 1 0 2 2 2 2 0 1 1 2 14

67
Master Tabel Observasi Perilaku Adaptif PostTest

No. Jawaban
P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P
R P30 Ʃ
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
1 2 1 0 1 0 0 1 1 0 2 0 1 0 1 0 0 2 1 1 1 1 0 2 2 2 2 2 2 2 2 32
2 2 2 0 1 0 0 1 2 1 1 0 2 1 2 0 1 1 0 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 1 2 38
3 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 2 2 0 1 0 0 0 0 0 0 2 0 0 10
4 2 2 1 0 1 1 2 2 1 1 2 2 0 2 1 2 2 2 0 0 0 0 2 2 2 2 1 2 1 2 40
5 2 1 0 2 0 0 2 2 0 2 0 2 0 2 2 1 2 2 0 0 0 0 2 1 2 1 0 2 1 2 33
6 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 0 1 2 2 1 0 0 0 2 2 2 2 2 2 1 2 44
7 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 0 0 0 2 2 2 2 1 2 2 2 52
8 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 0 0 0 2 2 2 2 2 2 1 2 50
9 2 2 0 2 0 2 2 0 1 2 0 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 44
10 2 2 0 1 0 2 2 2 1 2 0 2 2 2 1 2 2 2 0 0 1 0 2 2 2 2 1 1 1 2 41
11 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 0 0 2 2 2 2 1 1 1 2 46
12 2 2 0 0 0 1 1 1 1 2 0 2 1 2 1 0 1 1 1 1 0 0 2 2 2 2 0 1 1 2 32

68
Lampiran 6

Frequency Table
Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki-laki 9 75.0 75.0 75.0

perempuan 3 25.0 25.0 100.0

Total 12 100.0 100.0

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 14 tahun 1 8.3 8.3 8.3

11 tahun 5 41.7 41.7 50.0

10 tahun 4 33.3 33.3 83.3

15 tahun 1 8.3 8.3 91.7

8 tahun 1 8.3 8.3 100.0

Total 12 100.0 100.0

Jenis Tunagrahita

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tunagrahita sedang 7 58.3 58.3 58.3

tunagrahita ringan 5 41.7 41.7 100.0

Total 12 100.0 100.0

Lama Sekolah

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 6 bulan 2 16.7 16.7 16.7

4 tahun 6 50.0 50.0 66.7

2 tahun 2 16.7 16.7 83.3

5 tahun 2 16.7 16.7 100.0

Total 12 100.0 100.0

1
Lama Tunagrahita

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 14 tahun 1 8.3 8.3 8.3

11 tahun 5 41.7 41.7 50.0

11 tahun 4 33.3 33.3 83.3

15 tahun 1 8.3 8.3 91.7

8 tahun 1 8.3 8.3 100.0

Total 12 100.0 100.0

Explore
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pre Test 12 100.0% 0 0.0% 12 100.0%


Post Test 12 100.0% 0 0.0% 12 100.0%

2
Descriptives

Statistic Std. Error

Pre Test Mean 38.25 3.217

95% Confidence Interval for Lower Bound 31.17


Mean Upper Bound 45.33

5% Trimmed Mean 39.11

Median 38.50

Variance 124.205

Std. Deviation 11.145

Minimum 10

Maximum 51

Range 41

Interquartile Range 15

Skewness -1.416 .637

Kurtosis 3.103 1.232


Post Test Mean 38.50 3.218

95% Confidence Interval for Lower Bound 31.42


Mean Upper Bound 45.58

5% Trimmed Mean 39.33

Median 40.50

Variance 124.273

Std. Deviation 11.148

Minimum 10

Maximum 52

Range 42

Interquartile Range 13

Skewness -1.505 .637

Kurtosis 3.313 1.232

3
Pretest komunikasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid .00 1 8.3 8.3 8.3

4.00 1 8.3 8.3 16.7

5.00 1 8.3 8.3 25.0

6.00 2 16.7 16.7 41.7

7.00 2 16.7 16.7 58.3

9.00 1 8.3 8.3 66.7

10.00 1 8.3 8.3 75.0

11.00 1 8.3 8.3 83.3

13.00 2 16.7 16.7 100.0

Total 12 100.0 100.0

Posttest komunikasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid .00 1 8.3 8.3 8.3

5.00 1 8.3 8.3 16.7

6.00 2 16.7 16.7 33.3

7.00 1 8.3 8.3 41.7

9.00 2 16.7 16.7 58.3

10.00 1 8.3 8.3 66.7

11.00 1 8.3 8.3 75.0


12.00 1 8.3 8.3 83.3

13.00 1 8.3 8.3 91.7

14.00 1 8.3 8.3 100.0

Total 12 100.0 100.0

4
Pretest kehidupan sehari-hari

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 2.00 1 8.3 8.3 8.3

4.00 1 8.3 8.3 16.7

6.00 2 16.7 16.7 33.3

7.00 3 25.0 25.0 58.3

8.00 1 8.3 8.3 66.7

10.00 1 8.3 8.3 75.0

11.00 3 25.0 25.0 100.0

Total 12 100.0 100.0

posttest kehidupan sehari-hari

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 2.00 1 8.3 8.3 8.3

4.00 1 8.3 8.3 16.7

6.00 2 16.7 16.7 33.3

7.00 2 16.7 16.7 50.0

8.00 1 8.3 8.3 58.3

9.00 1 8.3 8.3 66.7

10.00 1 8.3 8.3 75.0

11.00 2 16.7 16.7 91.7

12.00 1 8.3 8.3 100.0


Total 12 100.0 100.0

5
Pretest Sosialisasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 6.00 1 8.3 8.3 8.3

8.00 1 8.3 8.3 16.7

9.00 4 33.3 33.3 50.0

11.00 2 16.7 16.7 66.7

12.00 2 16.7 16.7 83.3

13.00 1 8.3 8.3 91.7

17.00 1 8.3 8.3 100.0

Total 12 100.0 100.0

Posttest Sosialisasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 6.00 1 8.3 8.3 8.3

7.00 2 16.7 16.7 25.0

8.00 1 8.3 8.3 33.3

9.00 2 16.7 16.7 50.0

10.00 2 16.7 16.7 66.7

11.00 2 16.7 16.7 83.3

12.00 1 8.3 8.3 91.7

15.00 1 8.3 8.3 100.0

Total 12 100.0 100.0

6
Pretest Kemampuan Motorik

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 2.00 1 8.3 8.3 8.3

11.00 1 8.3 8.3 16.7

12.00 1 8.3 8.3 25.0

13.00 4 33.3 33.3 58.3

14.00 1 8.3 8.3 66.7

15.00 3 25.0 25.0 91.7

16.00 1 8.3 8.3 100.0

Total 12 100.0 100.0

Posttest Kemampuan Motorik

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 2.00 1 8.3 8.3 8.3

11.00 1 8.3 8.3 16.7

12.00 1 8.3 8.3 25.0

13.00 4 33.3 33.3 58.3

14.00 1 8.3 8.3 66.7

15.00 3 25.0 25.0 91.7

16.00 1 8.3 8.3 100.0

Total 12 100.0 100.0

7
T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre Test 38.25 12 11.145 3.217

Post Test 38.50 12 11.148 3.218

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pre Test & Post Test 12 .989 .000

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence

Std. Interval of the

Std. Error Difference Sig. (2-


Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 Pre Test -


-.250 1.658 .479 -1.304 .804 -.522 11 .612
Post Test

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pretest komunikasi 12 100.0% 0 0.0% 12 100.0%


posttest komunikasi 12 100.0% 0 0.0% 12 100.0%

8
Descriptives

Statistic Std. Error

pretest komunikasi Mean 7.5833 1.10411

95% Confidence Interval for Lower Bound 5.1532


Mean Upper Bound 10.0135

5% Trimmed Mean 7.7037

Median 7.0000

Variance 14.629

Std. Deviation 3.82476

Minimum .00

Maximum 13.00
Range 13.00

Interquartile Range 5.50

Skewness -.259 .637

Kurtosis -.038 1.232


posttest komunikasi Mean 8.6667 1.10326

95% Confidence Interval for Lower Bound 6.2384


Mean Upper Bound 11.0949

5% Trimmed Mean 8.8519

Median 9.0000

Variance 14.606
Std. Deviation 3.82179

Minimum .00

Maximum 14.00

Range 14.00

Interquartile Range 5.50

Skewness -.807 .637

Kurtosis 1.193 1.232


Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

pretest komunikasi .144 12 .200* .960 12 .786


posttest komunikasi .159 12 .200* .943 12 .544

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

9
Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 pretest komunikasi 7.5833 12 3.82476 1.10411

posttest komunikasi 8.6667 12 3.82179 1.10326

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 pretest komunikasi & posttest


12 .978 .000
komunikasi

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence

Std. Interval of the

Std. Error Difference Sig. (2-


Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 pretest komunikasi -


-1.08333 .79296 .22891 -1.58716 -.57951 -4.733 11 .001
posttest komunikasi

10
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pretest kehidupan 12 100.0% 0 0.0% 12 100.0%


posttest kehidupan 12 100.0% 0 0.0% 12 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

pretest kehidupan Mean 7.5000 .83030

95% Confidence Interval for Lower Bound 5.6725


Mean Upper Bound 9.3275

5% Trimmed Mean 7.6111

Median 7.0000

Variance 8.273

Std. Deviation 2.87623

Minimum 2.00

Maximum 11.00

Range 9.00

Interquartile Range 4.75

Skewness -.330 .637

Kurtosis -.431 1.232


posttest kehidupan Mean 7.7500 .87148

95% Confidence Interval for Lower Bound 5.8319


Mean Upper Bound 9.6681
5% Trimmed Mean 7.8333

Median 7.5000

Variance 9.114

Std. Deviation 3.01888

Minimum 2.00

Maximum 12.00

Range 10.00
Interquartile Range 4.75

Skewness -.379 .637


Kurtosis -.452 1.232

11
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

pretest kehidupan .152 12 .200* .921 12 .295


posttest kehidupan .114 12 .200* .963 12 .826

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 pretest kehidupan 7.5000 12 2.87623 .83030

posttest kehidupan 7.7500 12 3.01888 .87148

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 pretest kehidupan & posttest


12 .989 .000
kehidupan

Paired Samples Test

Paired Differences

Std. 95% Confidence Interval

Std. Error of the Difference Sig. (2-


Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 pretest kehidupan -


-.25000 .45227 .13056 -.53736 .03736 -1.915 11 .082
posttest kehidupan

12
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pretest sosialisasi 12 100.0% 0 0.0% 12 100.0%


posttest sosialisasi 12 100.0% 0 0.0% 12 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

pretest sosialisasi Mean 8.9167 .76335

95% Confidence Interval for Lower Bound 7.2365


Mean Upper Bound 10.5968

5% Trimmed Mean 8.9074

Median 8.5000

Variance 6.992

Std. Deviation 2.64432

Minimum 5.00

Maximum 13.00

Range 8.00

Interquartile Range 4.50

Skewness .249 .637

Kurtosis -.888 1.232


posttest sosialisasi Mean 12.3333 .85576

95% Confidence Interval for Lower Bound 10.4498


Mean Upper Bound 14.2168

5% Trimmed Mean 12.3704

Median 12.0000

Variance 8.788

Std. Deviation 2.96444

Minimum 7.00

Maximum 17.00

Range 10.00

Interquartile Range 3.75

Skewness -.264 .637


Kurtosis -.194 1.232

13
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

pretest sosialisasi .154 12 .200* .935 12 .434


posttest sosialisasi .160 12 .200* .962 12 .809

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 pretest sosialisasi 8.9167 12 2.64432 .76335

posttest sosialisasi 12.3333 12 2.96444 .85576

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 pretest sosialisasi & posttest


12 .769 .003
sosialisasi

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence

Std. Interval of the

Std. Error Difference Sig. (2-


Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 pretest sosialisasi -


-3.41667 1.92865 .55675 -4.64207 -2.19126 -6.137 11 .000
posttest sosialisasi

14
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pretest motorik 12 100.0% 0 0.0% 12 100.0%


posttest motorik 12 100.0% 0 0.0% 12 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

pretest motorik Mean 12.6667 1.05409

95% Confidence Interval for Lower Bound 10.3466


Mean Upper Bound 14.9867

5% Trimmed Mean 13.0741

Median 13.0000

Variance 13.333

Std. Deviation 3.65148

Minimum 2.00

Maximum 16.00

Range 14.00

Interquartile Range 2.75

Skewness -2.556 .637

Kurtosis 7.639 1.232


posttest motorik Mean 12.6667 1.05409

95% Confidence Interval for Lower Bound 10.3466


Mean Upper Bound 14.9867

5% Trimmed Mean 13.0741

Median 13.0000

Variance 13.333

Std. Deviation 3.65148

Minimum 2.00

Maximum 16.00

Range 14.00

Interquartile Range 2.75

Skewness -2.556 .637


Kurtosis 7.639 1.232

15
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

pretest motorik .286 12 .007 .697 12 .001


posttest motorik .286 12 .007 .697 12 .001

a. Lilliefors Significance Correction

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

posttest motorik - pretest Negative Ranks 0a .00 .00


motorik Positive Ranks 0b .00 .00

Ties 12c

Total 12

a. posttest motorik < pretest motorik


b. posttest motorik > pretest motorik
c. posttest motorik = pretest motorik

Test Statisticsa

posttest motorik -
pretest motorik

Z .000b
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. The sum of negative ranks equals the sum
of positive ranks.

16
17
18
19
20
21

Anda mungkin juga menyukai