Anda di halaman 1dari 5

Kesembuhan luka merupakan proses pengambilan kondisi jaringan dari tidak normal

menjadi normal kembali. Kondisi ini melibatkan berbagai komponen jaringan tubuh, yang
bekerja secara terus menerus sampai kesembuhan benar-benar terjadi. Terdapat empat
tahapan dalam proses kesembuhan luka, yaitu : (1) fase hemostasis, (2) fase inflamasi, (3)
fase proliferasi, (4) fase remodelling

Gambar 1 grafik perjalanan kesembuhan luka

Proses Kesembuhan Luka

1. Fase hemostasis

Proses kesembuhan yang normal dimulai dari jaringan yang mengalami kerusakan.
Darah yang keluar dari pembuluh darah yang rusak selanjutnya menggenangi celah luka.
Platelet yang ikut serta keluar dari pembuluh darah akan kontak dengan kolagen dan elemen-
elemen lain dari matriks ekstraseluler. Kontak ini akan memicu platelet untuk memproduksi
faktor penjendalan darah, growth factor antara lain platelet derived growth factor (PDGF)
dan transforming growth factor β (TGF β). Mengikuti proses hemostasis, neutrofil
selanjutnya masuk ke dalam luka untuk memfagositosis material asing, bakteri dan jaringan
mati yang ada padaluka tersebut.
Gambar 2 fase hemostasis, darah menggenangi celah luka (Diegelmann and Evans, 2004)

2. Fase inflamasi

Sebagai bagian dari proses inflamasi, makrofag selanjutnya muncul untuk melanjutkan
proses fagositosis seperti proses produksi PDGF dan TGF β yang juga terus berjalan,,
proses fagositosis ini berlangsung hingga kondisi luka benar-benar bersih. Selanjutnya
fobroblast akan bermigrasi untuk memulai proses proliferasi dan mengumpulkan matriks
ekstraseluler yang baru.

Gambar 3. Berbagai sel terlibat dalam proses inflamasi, sebagai bagian dari kerusakan
pembuluh darah
Gambar 4. pengaturan matrix metalloproteinase, MMP ditimulasi growth factor, sitokin,
tumor promoter, stimulasi dihambat oleh steroid dan TGFβ, enzim diskresikan dalam
bentuk laten dan diaktifkan oleh plasmin. Aktivitas enzim pada ECM dapat juga diblok
oleh Tissue inhibitor specific metalloproteinase (TIMP). Garis hitam: stimulasi, merah:
inhibisi
3. Fase proliferasi

Fase proliferasi dimulai pada hari ke 3 dan hampir bersamaan dengan fase terakhir dari
inflamasi. Matrix collagen yang baru kemudian membentuk anyaman dan berkoordinasi
terus menerus selama proses remodeling berakhir, untuk mengontrol proses perbaikan.
Dalam peristiwa ini beberapa sinyal sel dibutuhkan untuk keberlangsungan fase.
Fibroblast yang dihasilkan juga berfungsi dalam proses angiogenesis berperan untuk
pembentukan pembuluh darah baru yang sangat penting dalam meneruskan pembentukan
jaringan granulasi baru. Proses angiogenesis dihentikan melalui mekanisme apoptosis.
Fase ini berlangsung dalam 2-4 minggusetelah terjadinya luka
Gambar 5. Fase proliferasi

4. Fase remodeling / fase maturasi

Merupakan fase terpanjang dalam kesembuhan luka dan dapat berlangsung hingga 2
tahun lamanya. Dalam fase ini akan terjadi kontraksi luka yang merupakan suatu proses
dimana kulit disekitar luka akan tertarik menuju kedaerah luka, sehingga ukuran luka
akan mengecil tanpa pembentukan jaringan baru. Kontraksi luka tersebut melibatkan
serangkaian interaksi antar sel, matrix ekstrasluler dan sitokinin. Pada fase ini, fibroblast
akan berubah menjadi myofibroblast yang mengekspresikan aktin otot polos-α yang
selanjutnya berinteraksi dengan myosin untuk menambah daya regang luka.
Myofibroblast selanjutnya akan menghasilkan kolagen tipe-1. Kolagen tipe-3 yang
disintesis pada fase proliferasi akan digantikan oleh kolagen tipe-1, sehingga daya regang
luka menjadi lebih kuat. Serat-serat kolagen makin lama makin kuat dan bersama-sama
dengan myofibroblast akan menempati dasar luka secara parallel, sehingga alur jaringan
parut tampak pada daerah luka. Setelah peristiwa inil, myofibroblast menjadi tidak aktif
dan sel berlebihan akan mengalami apoptosis. Jaringan yang kaya akan sel-sel akan
bergranulasi kemudian berubah menjadi jaringan parut yang mengandung banyak matriks
ekstraseluler. Pada saat yang bersamaan, kepadatan pembuluh darah akan menurun
sehingga daerah luka akan berwarna lebih pucat. Kemudian regang jaringan parut hanya
mencapai 70-80% dari normalnya, struktur dermis seperti folikel rambut, kelenjer
keringat dan kelenjar sebasea yang hilang atau rusak pada saat kejadian luka tidak akan
mengalami regenerasi. Pada kesembuhan primer, biasanya remodeling hanya terjadi
sedikit saja, karena kurangnnya produksi matrix akstraseluler pada fase sebelumya,
sehingga jaringan parut yang terbentuk juga hanya sedikit, dan hampir menyerupai
jaringan normalnya. Sedangkan pada kesembuhan sekunder, karena kebutuhan matrix
ekstraseluler lebih banyak, maka pada akhir kesembuhan, jaringan parut yang terbentuk
juga banyak dan visualisasi menjadi berbeda dengan struktur jaringan aslinya.

Gambar 6. Mekanisme kesembuhan luka secara keseluruhan

Gambar 7. Fase remodelling

Anda mungkin juga menyukai