Anda di halaman 1dari 40

PANGERAN DIPONEGORO

Alberta (1), Charles (6), Felisha (11), Jesslyn (16)


Daftar Isi

Biodata Tokoh Inspirasi dan


(1) Nilai Kristiani
(28)
Peran Perjuangan
(10)
2
01
Biodata
Tokoh 3
Alkisah di Keraton Yogyakarta, lahirlah seorang anak bernama
Bendara Raden Mas Mustahar pada 11 November 1785. Ia
adalah putra dari Gusti Raden Mas Surojo, yang di kemudian
hari naik tahta bergelar Hamengkubuwono III. Ibunya
merupakan seorang garwa ampeyan (selir) bernama Raden Ayu
Mangkarawati yang berasal dari Pacitan.

4
Menginjak dewasa, Mustahar diubah namanya menjadi Bendara
Raden Mas Ontowiryo. Nama Islamnya adalah Abdul Hamid.
Setelah ayahnya naik takhta pada 1812, Ontowiryo diberi gelar
pangeran dengan nama Bendara Pangeran Harya Diponegoro, atau
yang lebih dikenal dengan Pangeran Diponegoro.

5
Sang ayah meminta Pangeran Diponegoro untuk menjadi raja, namun ia menolak
keinginan ayahnya tersebut lantaran ibunya bukanlah seorang istri permaisuri sehingga
ia merasa tidak layak untuk menduduki jabatan tersebut. Pasalnya, di lingkungan
kerajaan pada saat itu yang biasa dinobatkan menjadi raja hanyalah anak dari
permaisuri, bukan dari selir.

Diponegoro dikenal sebagai pribadi yang


cerdas, banyak membaca, dan ahli di
bidang hukum Islam-Jawa. Dia juga tertarik
kepada masalah-masalah keagamaan
daripada masalah pemerintahan keraton.
Itulah yang membuatnya dapat membaur
dengan rakyat.

6
Sejak kecil, ia telah dibimbing oleh pejuang wanita berpengalaman, taat beragama, serta
berkemauan baja. Kepribadian itu telah menjadi bagian dari Pangeran Diponegoro kecil
hingga terbawa saat dewasa. Pangeran Diponegoro dididik dalam satu lingkungan
keagamaan dan ditengah masyarakat, jauh dari keraton.

Daripada tinggal di Keraton, ia malah


lebih memilih tinggal di Tegalrejo,
berdekatan dengan tempat tinggal eyang
buyut putrinya, yakni Gusti Kangjeng Ratu
Tegalrejo, permaisuri dari Sultan
Hamengkubuwono I.

7
Pangeran Diponegoro mendapatkan pendidikan
kesastraan Islam-Jawa sehingga tak heran ia
pakar dalam bidang tersebut. Pengajaran bergaya
pesantren lebih formal tentang Al Quran dan
Hadis didapat dari ulama yang berkunjung ke
Tegalrejo.

Pangeran Diponegoro juga pernah belajar agama


pada Kyai Taftayani, salah satu dari keturunan
dari keluarga asal Sumatra Barat, yang bermukim
dekat Tegalrejo. Selain mengenyam pendidikan
agama dari Kyai Taftayani, Pangeran diponegoro
juga pernah menyantri di Melangi, yang diasuh
oleh Kyai Gede Dadaban.

8
Diponegoro mulai menaruh perhatian kepada masalah keraton ketika dirinya ditunjuk
menjadi salah satu anggota perwalian untuk mendampingi Sultan Hamengkubuwono V
yang saat itu baru berusia tiga tahun. Dikarenakan masih kecil, pemerintahan keraton
sehari-hari dikendalikan oleh Patih Danurejo IV dan Residen Belanda. Dia tidak
menyetujui cara perwalian seperti itu, sehingga melakukan protes.

9
02
Peran
10
Perjuangan
Partisipasi Pangeran Diponegoro dalam masalah-masalah keraton terus
membesar karena ia mengetahui berbagai penderitaan yang dirasakan rakyat
akibat pengaruh modernisasi Belanda. Berawal dari keputusan dan tindakan
pihak Hindia Belanda memasang patok tanah Diponegoro di Desa Tegalrejo,
hingga fakta bahwa Hindia Belanda beberapa kali tidak menghormati adat
istiadat setempat dan mengeksploitasi rakyat secara berlebihan dengan
pajak yang tinggi, membuat Pangeran Diponegoro semakin muak dan
memicu perlawanan sang pangeran.

Selain itu, para petinggi Belanda di Jawa telah memutuskan untuk


memperbaiki jalan, yang termasuk dalam wilayah kekuasaan
Diponegoro dengan memasang patok-patok di atasnya.
Pembangunan jalan tersebut melintang di area pemakaman
keluarga besar Kerajaan Mataram yang disakralkan oleh setiap
rakyat Jawa, termasuk Pangeran Diponegoro.
11
Selain itu, kebijakan Van der Kapellen yang memaksa
rakyat untuk mengembalikan semua tanah yang disewa
oleh orang Eropa dan Cina juga menjadi pemicu perang.
Mereka harus mengembalikan tanah, serta diwajibkan
memberikan kompensasi kepada pemilik tanah Eropa.

Akhirnya, pada 21 Juli 1825, protes terbesarnya terjadi


ketika ia sudah tidak tahan dengan campur tangan
Belanda. Ia memerintahkan patok-patok jalan diganti
dengan tombak sebagai pernyataan Perang Diponegoro,
atau Perang Jawa karena terjadi di Pulau Jawa.
Pertempuran tersebut adalah salah satu pertempuran
terbesar yang akan dialami Belanda selama pendudukan
mereka di Nusantara.

12
Pangeran Diponegoro secara terbuka menentang keputusan dan sikap Hindia Belanda.
Tindakannya yang frontal ini mendapatkan simpati dan dukungan dari masyarakat dari
berbagai lapisan. Mulai dari kelompok petani, santri, bupati, hingga para bangsawan
kerajaan, semuanya turut menyumbangkan uang dan barang-barang berharga lainnya
sebagai dana perang.. Ia juga didukung oleh ulama besar seperti Kyai Mojo, yang memiliki
banyak pengikut sehingga pengaruhnya bagi perlawanan Diponegoro sangatlah kuat.

i aka n
Kam u!
ku ng m
ndu
me

13
Sentot
Atas saran pamannya, G. P. H Mangkubumi, Pangeran Diponegoro Alibasah
meninggalkan Tegalrejo dan mendirikan markas di Gua Selarong untuk
membuat basis perlawanan. Diponegoro mengatakan bahwa
pemberontakannya adalah jihad (melawan orang kafir). Semangat
“jihad” yang diusung Diponegoro berdampak luas di wilayah Pacitan
dan Kedu.

Pangeran Mangkubumi, Pangeran Ngabehi Jayakusuma, I.S.K.S.


Pakubuwono VI, serta Raden Tumenggung Prawirodigdoyo-pun
turut ikut mendukung Diponegoro. ia juga merekrut Bandit
profesional untuk bergabung melawan Belanda. Perjuangan ini
dibantu oleh Kyai Mojo selaku pemimpin spiritual perang dan
Sentot Alibasah sebagai panglima perang.

14
Pakubuwono Pangeran Pangeran
VI Jayakusuma Mangkubumi

Pendukung
Pangeran
Diponegoro

15
Pangeran Diponegoro bersama para panglimanya menerapkan strategi perang gerilya
yang selalu berpindah-pindah. Markasnya di Selarong sering kali kosong ketika pasukan
Belanda menyerang lokasi tersebut. Sang Pangeran dan pasukannya baru kembali ke
Selarong setelah pasukan Belanda pergi meninggalkan Selarong.

Strategi
Bergerilya

16
Senopati menggunakan strategi yang
memanfaatkan kondisi alam sebagai
“senjata” dan tameng tak terkalahkan. Ini
dicapai dengan melakukan razia besar-
besaran selama musim hujan. Hujan tropis
yang lebat sering menghambat pergerakan
pasukan Hindia Belanda, sehingga para
gubernur Hindia Belanda melakukan
berbagai upaya gencatan senjata dan
perundingan. Ancaman lain datang dari
malaria, disentri, dan lain-lain, yang menjadi
“musuh tak terlihat” Tentara Hindia Belanda,
sering melemahkan semangat dan kondisi
fisik, bahkan merenggut nyawa pasukan.
17
Masing-masing pihak juga menggunakan mata-
mata untuk melihat kelemahan dan peluang untuk
menyerbu musuh. Setelah mengusahakan taktik
gencatan senjata, Belanda mengambil kesempatan
untuk mengatur kembali tentara, mengerahkan
provokator di desa-desa dan kota-kota, menghasut,
memecah belah, bahkan menindas anggota
keluarga pangeran dan para pemimpin perjuangan
rakyat yang berjuang di bawah komando mereka.
Namun, para pejuang pribumi tidak terpengaruh
dan terus melawan Belanda.

18
Perang Diponegoro perang berasa stagnan sampai dengan tahun
1828 ketika Gubernur Jenderal de Kock diangkat menjadi
Panglima seluruh Hindia Belanda. Demi membatasi aksi dan
strategi gerilya Pangeran Diponegoro, Jenderal de Kock
mengadopsi strategi benteng pertahanan (Benteng Stelsel) yang
berfungsi untuk menjepit pasukan Pangeran Diponegoro.

19
20
Hal ini bertujuan untuk memutus jaringan kerja sama pasukan
Pangeran Diponegoro, serta agar pasukan Diponegoro tidak
bisa kembali karena ruang geraknya dipersempit. Bentang
tersebut berjarak dekat dan dihubungkan oleh pasukan yang
bergerak cepat. Belanda mendatangkan bala bantuan pasukan
dari Sumatra Barat untuk melakukan taktik Benteng Stelsel.
Penerapan strategi Benteng Stelsel berhasil memukul mundur
tentara Diponegoro pada tahun 1827.

21
Perang mulai berakhir ketika satu per satu
tokoh penting dari pihak Pangeran Diponegoro
mulai ditangkap. Karena kesulitan keuangan,
Sentot Prawirodirdjo dan pasukannya
ditangkap pada 16 Oktober 1828, dan pada 14
Oktober 1829, istri pangeran RA Ratnaningsih
dan anaknya. Pemimpin spiritual
pemberontakan, Kiai Mojo, menyerahkan diri
pada 12 Oktober 1828 karena merasa
Diponegoro hanya ingin mendirikan suatu
kerajaan baru di Jawa, dan tujuannya atas
nama Islam dalam Perang Jawa mulai
melemah. Menyusul tahun 1829 Pangeran
Mangkubumi dan Sentot alibasah menyerah
kepada Belanda pada 28 Maret 1830.
22
Ketika Jenderal de Kock menerima laporan bahwa Pangeran Diponegoro dan sisa-sisa
pasukannya berada di hutan jati Remojatinegoro, ia segera mengambil keputusan untuk
mengundang Pangeran Diponegoro untuk bernegosiasi. Saat itu, Ramadhan sedang
berlangsung, dan Pangeran Diponegoro menegaskan kepada de Kock bahwa pertemuan
selama Ramadhan tidak akan ada diskusi serius, hanya silaturahmi biasa. Jenderal de Kock
setuju. Akhirnya pada tanggal 28 Maret 1830 yang bertepatan dengan Idul Fitri, Jenderal de
Kock bertemu dengan Pangeran Diponegoro. Perundingan dilakukan atas upaya Jenderal
de Kock untuk menjebak dan menangkap Pangeran Diponegoro.

23
Pertemuan tersebut dianggap Diponegoro sebagai proses tawar-menawar untuk
mengakhiri Perang Jawa dan keinginan adanya kesultanan di Selatan Jawa. Namun
sayangnya, niat baik Pangeran Diponegoro tidak disambut baik. Ia dijebak di
Karesidenan Kedu. Pangeran Diponegoro bersedia menyerahkan diri dengan syarat
sisa anggota laskarnya dilepaskan.

24
Setelah ditangkap di Magelang, Pangeran Diponegoro diasingkan ke Gedung Karesidenan
Semarang, di Ungaran, lalu dibawa ke Batavia pada 5 April 1830 dengan menggunakan
kapal Pollux. Pangeran Diponegoro tiba di Batavia pada 11 April 1830 dan ditawan di
Stadhuis (Gedung Museum Fatahillah).

25
Selanjutnya pada 30 April 1830, Pangeran
Diponegoro diasingkan ke Manado,
bersama istri keenamnya, Tumenggung
Dipasena dan istrinya, serta para pengikut
lainnya seperti Mertaleksana, Banteng
Wereng, dan Nyai Sotaruna. Mereka tiba di
Manado pada 3 Mei 1830 dan ditawan di
Benteng Nieuw Amsterdam. Tahun 1834,
Diponegro dipindahkan ke Makassar
hingga wafatnya di Benteng Rotterdam
pada tanggal 8 Januari 1855.

26
Pasukan-pasukannya yang tidak lagi memiliki pemimpin kehilangan semangat untuk
berjuang. Berakhirnya Perang Jawa ini membawa pemimpin-pemimpin di tanah Jawa
juga kehilangan harapan untuk melawan Belanda. Setelah perang berakhir, populasi
Yogyakarta menyusut separuhnya. Meski begitu, perang ini mampu mengalahkan 7000
serdadu Belanda yang membuatnya semakin kesulitan untuk memenangkan Perang
Padri kedua di Minangkabau.

27
03
Inspirasi &
28
Nilai Kristiani
Berjuangnya Pangeran Diponegoro dalam merebut kembali Pulau Jawa
merupakan bentuk perwujudan dari perilaku cinta tanah air dan rela
berkorban. Kolonialisme Belanda melahirkan penderitaan rakyat,
seperti monopoli SDA dan SDM, kerja rodi, kekerasan dan tindakan
asusila, dan kenaikan pajak. Selain itu, perilaku licik dan semena-mena
yang dilakukan Belanda juga membuat Pangeran Diponegoro geram
dan mengambil tindakan. Dengan kata lain, ia rela mengorbankan
tenaga, waktu, dan hartanya demi kepentingan umum. Walaupun
melawan kolonial tidaklah mudah, tetapi rasa cinta tanah air yang
tertanam dalam dirinya membuatnya turun langsung ke dalam perang
untuk mengusir Belanda.

29
Jiwa kepemimpinan yang dimiliki oleh Pangeran
Diponegoro adalah kunci dari keberanian dari
Pangeran Diponegoro melawan kolonialisme
Belanda. Tentunya, hal ini harus dijadikan sebuah
teladan khususnya bagi pemuda Indonesia di
zaman ini. Pangeran Diponegoro berhasil
membuktikan dirinya sebagai pemimpin yang
cakap dan cerdik dalam mengelola strategi.

30
Ia juga penuh tenggang rasa kepada orang yang menyewa dan
menggarap tanah. Tanpa adanya rasa kepedulian, Pangeran
Diponegoro tidak akan berusaha untuk berjuang membela kaum
lemah. Selain memiliki jiwa kepemimpinan, Pangeran
Diponegoro memiliki hati yang sangat besar untuk mengampuni
dan bersikap baik kepada pada tawanannya. Meskipun ada
beberapa orang yang mengkhianatinya, ia tetap menganggap
mereka sebagai salah satu kaumnya. Jiwa kepemimpinan yang
ada dalam dirinya membuat ia dicintai oleh rakyatnya.

31
Pangeran Diponegoro juga memiliki perilaku berani dan jujur. Pangeran Diponegoro
berani membela kebenaran, walaupun akan mengancam nyawanya. Disebutkan bahwa
Pangeran Diponegoro tak segan beradu fisik dengan orang yang menyalahi kebenaran,
bersikap rakus, dan menggangu kepentingan rakyat jelata. Selain itu, ia juga tidak
mengambil apa yang bukan miliknya. Misalnya, ia mengelola daerahnya dengan jujur,
tanpa menyalahgunakan statusnya sebagai pangeran. Pangeran Diponegoro juga
membenci pejabat atau pemimpin yang melakukan korupsi, hedonis, dan culas.

32
Tekun dalam belajar dan taat dalam agama yang dianutnya juga merupakan hal yang
dapat diteladani dari Pangeran Diponegoro. Ia merupakan seorang santri yang serius dan
tekun dan akrab dengan para ulama. Dari situlah ia mempelajari banyak hal yang
berguna dalam kehidupan dan perlawanannya. Perjuangan yang ia lakukan juga tidak
lepas dari Belanda yang ingin merusak tatanan moral dan melahirkan perilaku yang
bertentangan dengan agama Islam.

33
Yohanes 13:14
“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu
supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah
mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling
mengasihi”.

Pangeran Diponegoro mengasihi sesamanya dengan cara


berjuang membela ketidakadilan yang diterima oleh
rakyat. Ia berjuang tanpa pamrih dan menyelamatkan
rakyat yang tertindas akibat kolonialisme Belanda.
Sebagai remaja kristen yang tinggal di Indonesia, kita
harus mengasihi sesama, sama seperti apa yang Tuhan
ajarkan kepada kita. Kita harus dapat menyebarkan kasih
tersebut, misalnya dengan menunjukan sikap tolong
menolong, menghormati, dan toleransi antar sesama.
34
Mazmur 116:6
“TUHAN memelihara orang-orang sederhana; aku sudah lemah,
tetapi diselamatkan-Nya aku”.

Kesederhanaan seperti Yesus juga telah tercermin dalam kehidupan


Pangeran Diponegoro. Ia memilih untuk hidup di masyarakat biasa
di Tegalrejo dan meninggalkan statusnya yang merupakan bagian
dari Kerajaan Keraton. Kepedulian dan kesederhanaan di dalam
dirinyalah yang membuat perjuangan melawan Belanda pun
dimulai. Sebagai manusia, Pangeran Diponegoro pasti memiliki
kelemahan. Maka dari itu, ia meyakinkan masyarakat untuk bekerja
sama melakukan perlawanan kepada Belanda di Pulau Jawa. Tuhan
akan senantiasa memelihara orang-orang yang rendah hati dan
sederhana di hadapan-Nya.
35
Firman Tuhan melalui Yeremia 22:3 berkata:

“Beginilah firman TUHAN: Lakukanlah keadilan dan kebenaran, lepaskanlah dari


tangan pemerasnya orang yang dirampas haknya, janganlah engkau menindas
dan janganlah engkau memperlakukan orang asing, yatim dan janda dengan
keras, dan janganlah engkau menumpahkan darah orang yang tak bersalah di
tempat ini!”.

36
Keadilan dan kebenaran telah diperjuangkan oleh Pangeran Diponegoro. Ia selalu
berusaha untuk melepaskan kolonialisme Belanda dari rakyat Indonesia saat itu.
Pangeran Diponegoro juga mengasihi dan tidak menindas atau menghukum para
tawanan nya, justru ia berbaik hati, mengampuni, serta mengayomi. Sebagai pemuda
Indonesia, kita harus berani membela kebenaran dan keadilan, sama seperti apa yang
telah diajarkan Alkitab dan pahlawan di masa lampau.

37
Roma 10:17
"Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh
firman Kristus."

Firman ini berkata, bahwa kita harus dengar-dengaran akan


Tuhan. Sama seperti yang dilakukan oleh Pangeran
Diponegoro terhadap agamanya, yakni Islam. Ia merupakan
santri yang taat dan menekuni agama. Di dalam proses
perjuangan melawan Belanda, Pangeran Diponegoro pasti
meminta bantuan dari Tuhan agar dapat senantiasa disertai.
Dengan mendengar apa yang Tuhan katakan melalui Alkitab
dan berdoa, pemuda Indonesia akan senantiasa dijaga,
diberikan kekuatan, dan hikmat kebijaksanaan dalam
mempertahankan negara Indonesia dari serangan yang dapat
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
38
Daftar Pustaka
https://www.kompas.com/skola/read/2021/11/17/110000169/meneladani-sikap-pangeran-diponegoro?
page=alljdishdjsa
https://nasional.tempo.co/read/1655974/237-tahun-lalu-kelahiran-pangeran-diponegoro-dari-yogyakarta-
berpulang-di-
makassar#:~:text=Pangeran%20Diponegoro%20memiliki%20nama%20asli,Mangkarawati%20yang%20berasal%2
0dari%20Pacitan.
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6084169/benteng-stelsel-taktik-belanda-selama-perang-
diponegoro
https://ditsmp.kemdikbud.go.id/pangeran-diponegoro-dalam-melawan-penjajahan-di-tanah-
jawa/#:~:text=Sosok%20Pangeran%20Diponegoro%20dikenal%20secara,selama%20masa%20pendud
ukannya%20di%20Nusantara.
https://www.biografiku.com/biografi-pangeran-diponegoro/
https://www.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-014637163/profil-pangeran-diponegoro-pahlawan-nasional-
yang-melawan-penjajahan-di-tanah-jawa
39
"Hidup dan mati ada dalam genggaman
Illahi. Takdir adalah kepastian, tapi
hidup harus tetap berjalan. Proses
kehidupan adalah hakikat, sementara
hasil akhir hanyalah syariat. Gusti Allah
akan menilai ketulusan perjuangan
manusia, bukan hasil akhirnya.
Kalaupun harus menjumpai kematian,
itu artinya mati syahid di jalan Tuhan.”

Pangeran
Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai