Anda di halaman 1dari 133

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KEMATANGAN

KARIR PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR FAKULTAS


PSIKOLOGI UNIBI BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menempuh Ujian Akhir Strata Satu

Disusun Oleh :
Muhsin Taufik Rahman Aska
9882405114411014

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS INFORMATIKA DAN BISNIS INDONESIA
BANDUNG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY


DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA
MAHASISWA TINGKAT AKHIR
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIBI BANDUNG
PENYUSUN : MUHSIN TAUFIK RAHMAN ASKA
NPM : 9882405114411014

Telah diperiksa dan disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Anggian Heksa E., M.Psi., Psikolog Nida Muthi Annisa, S.Psi., M.A.
NIDN: 04. 170886.03 NIDN: 04. 090690.04

Disahkan Oleh:
Ketua Program Studi Psikologi
Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia

Pradiptya Septyanti Putri., M.Psi., Psikolog


NIK: 5008. 18.017

i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

JUDUL SKRIPSI : HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY


DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA
MAHASISWA TINGKAT AKHIR FAKULTAS
PSIKOLOGI UNIBI BANDUNG
PENYUSUN : MUHSIN TAUFIK RAHMAN ASKA
NPM : 9882405114411014

Telah Dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi, direvisi dan disetujui oleh:
No Tim Penguji Skripsi Tanda Tangan

1. Devi Febriyani, M. Psi., Psikolog

2. Evi Sri Nurhastuti, S. Psi., M.M., Psikolog

Bandung, Juli 2021

Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II

Anggian Heksa E. S., M. Psi., Psikolog Nida Muthi Annisa, S. Psi., M. A


NIDN: 04. 170886.03 NIDN: 04. 090690.04

Disahkan oleh:
Ketua Program Studi Psikologi
Universitas Informatika dan Bisnis
Indonesia

Pradiptya Septyanti Putri, M. Psi., Psikolog


NIK : 5008. 18. 017

ii
MOTTO

“ Aku Ramah Bukan Berarti Takut, Aku Tunduk Bukan Berarti Takluk dan Jadikanlah
Dirimu oleh Diri Sendiri”
(AA BOXER)

iii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Muhsin Taufik Rahman Aska
NPM : 9882405114411014
Fakultas : Psikologi UNIBI

Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat dengan judul “Hubungan Antara Self-
Efficacy Dengan Kematangan Karir Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas
Psikologi UNIBI Bandung”, adalah benar-benar hasil karya saya sendiri baik sebagian
maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang disebutkan sumbernya. Jika
dikemudian hari ada klaim dari pihak lain, bukan menjadi tanggung jawab Dosen
Pembimbing dan pihak Fakultas Psikologi UNIBI.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar saya bersedia mendapatkan sanksi.

Bandung, Juli 2021


Penulis,

Muhsin Taufik Rahman Aska


NPM 9882405114411014

iv
ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KEMATANGAN KARIR


PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR FAKULTAS PSIKOLOGI UNIBI
BANDUNG

Oleh:
Muhsin Taufik Rahman Aska

Kematangan karir adalah kemampuan serta kesiapan individu untuk membuat


keputusan karir. Kematangan karir pada mahasiswa juga memiliki hubungan dengan
tingkat keyakinan akan potensi dirinya atau yang disebut sebagai self-efficacy. Tujuan
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara self-efficacy dengan
kematangan karir mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif korelasional. Penelitian ini
melibatkan sampel penelitian sebanyak 46 responden yang merupakan mahasiswa
tingkat akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung. Pengambilan data dalam penelitian
ini dilakukan dengan memberikan skala self-efficacy dan skala kematangan karir.
Analisis data penelitian ini menggunakan teknik korelasi Rank Spearman. Dari
penelitian ini diperoleh nilai koefisien korelasi rxy = 0,774 (p = 0,000) yang artinya
semakin tinggi self-efficacy maka semakin tinggi pula tingkat kematangan karir
mahasiswa.

Kata Kunci: Self-Efficacy, Kematangan Karir, Mahasiswa Psikologi

v
ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN SELF-EFFICACY AND CAREER MATURITY


IN FINAL STUDENTS OF THE FACULTY OF PSYCHOLOGY UNIBI
BANDUNG

Author:
Muhsin Taufik Rahman Aska

Career maturity is the ability and readiness of individuals to make career


decisions. Career maturity in students also has a relationship with the level of
confidence in their potential or what is known as self-efficacy. The purpose of this study
was to determine the relationship between self-efficacy and career maturity of the final
year students of the Faculty of Psychology, UNIBI Bandung. The method used in this
research is correlational quantitative. This study involved a research sample of 46
respondents who were final year students of the Faculty of Psychology, UNIBI
Bandung. Data collection in this study was carried out by providing a self-efficacy
scale and a career maturity scale. Analysis of the research data using the Spearman
Rank correlation technique. From this research, the correlation coefficient value rxy =
0.774 (p = 0.000), which means that the higher the self-efficacy, the higher the level of
student career maturity.

Keyword: Self-Efficacy, Career Maturity, Psychology Student

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT atas segala limpahan rahmat, nikmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Self-Efficacy dengan
Kematangan Karir Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi UNIBI
Bandung”, sebagai syarat mendapatkan gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan
Strata 1 Psikologi Fakultas Psikologi Universitas dan Bisnis Indonesia.
Karya ini tidak akan pernah ada tanpa bantuan dari berbagai pihak yang terlibat.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan rasa terimakasih yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Bob Foster, M.M., selaku Rektor Universitas Informatika dan Bisnis
Indonesia Bandung.
2. Ibu Evi Sri Nurhastuti, S.Psi., M.M., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia Bandung yang selalu memberikan
semangat kepada penulis untuk menyelesaikan kuliah dan skripsi ini. Beliau telah
berjasa dalam segala hal selama penulis berkuliah di Fakultas Psikologi UNIBI.
3. Ibu Pradiptya S. Putri., M.Psi., Psikolog selaku Kaprodi Psikologi Fakultas
Psikologi Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia Bandung.
4. Bapak Anggian Heksa E., M.Psi., Psikolog selaku Dosen Pembimbing 1 yang
sudah banyak memberikan nasehat hingga terselesaikannya skripsi ini.
5. Ibu Nida Muthi Annisa, S. Psi., M. A., selaku Dosen Pembimbing 2 yang dengan
sabar memberikan pengarahan, saran dan bimbingan sehingga terselesaikannya
skripsi ini.
6. Ibu Nahda Kurnia Juniati, M.Psi., Psikolog selaku dosen Fakultas Psikologi
Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia Bandung yang telah memberikan
ilmunya kepada penulis selama penulis kuliah di Fakultas Psikologi Universitas
Informatika dan Bisnis Indonesia Bandung.
7. Segenap sivitas akademika Fakultas Psikologi, Universitas Informatika dan Bisnis
Indonesia Bandung terutama seluruh dosen, terima kasih atas segala ilmu dan
bimbingannya.

vii
8. Kepada ibu penulis yang tidak pernah lelah dalam memberikan doa, semangat, serta
motivasi kepada penulis sampai saat ini. Tanpa doa dari beliau, mungkin penulis
tidak akan mampu untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh teman-teman Mahasiswa Psikologi UNIBI baik teman satu angkatan 2014
maupun adik tingkat, terima kasih sudah berjuang bersama dalam meraih mimpi.
10. Para sahabat penulis yang telah membantu memberikan semangat dan
dukungannya. Terimakasih you`re all the best.
11. Serta semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap penyelesaian skripsi ini.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT lah, penulis memohon balasan atas amal
baik semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Dengan iringan
doa, semoga Allah membalas amal baik mereka dan menjadikannya sebagai amal
shalih, dan dengan penuh harapan semoga tulisan ini bermanfaat, sekecil apa pun bagi
agama, nusa dan bangsa. Aamiin.

Bandung, Juli 2021

Penulis

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI......................................................................................ii
MOTTO.....................................................................................................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN.......................................................................................................iv
ABSTRAK..................................................................................................................................v
ABSTRACT................................................................................................................................vi
KATA PENGANTAR..............................................................................................................vii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL......................................................................................................................xi
DAFTAR BAGAN....................................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah..................................................................................................10
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................................11
1.4 Kegunaan Penelitian.................................................................................................11
1.4.1 Kegunaan Teoritis...........................................................................................11
1.4.2 Kegunaan Praktis............................................................................................12
BAB II LANDASAN TEORI...................................................................................................13
2.1 Self-Efficacy...............................................................................................................13
2.1.1 Pengertian Self-Efficacy..................................................................................13
2.1.2 Dimensi Self-Efficacy......................................................................................14
2.1.3 Sumber-sumber Self-Efficacy.........................................................................16
2.1.4 Proses Yang Mempengaruhi Self-Efficacy....................................................18
2.2 Kematangan Karir....................................................................................................20
2.2.1 Pengertian Kematangan karir.......................................................................20
2.2.2 Aspek Kematangan Karir..............................................................................22
2.2.3 Perkembangan Karir Masa Remaja dan Dewasa.........................................24
2.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kematangan Karir.............................27
2.3 Kerangka Pikir..........................................................................................................30

ix
2.4 Hipotesis.....................................................................................................................37
BAB III METODE PENELITIAN..........................................................................................38
3.1 Rancangan Penelitian...............................................................................................38
3.2 Variabel Penelitian....................................................................................................38
3.3 Definisi Operasional Variabel..................................................................................38
3.3.1 Definisi Operasional Self-Efficacy..................................................................38
3.3.2 Definisi Operasional Kematangan Karir......................................................39
3.4 Populasi dan Sampel.................................................................................................39
3.5 Alat ukur....................................................................................................................40
3.5.1 Alat Ukur Self-Efficacy...................................................................................41
3.5.2 Alat Ukur Kematangan Karir........................................................................42
3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas....................................................................................44
3.6.1 Uji Validitas.....................................................................................................44
3.6.2 Uji Reliabilitas.................................................................................................45
3.6.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Self-Efficacy........................46
3.6.4 Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur Kematangan Karir............47
3.7 Analisis Data..............................................................................................................49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.........................................................51
4.1 Hasil Penelitian..........................................................................................................51
4.1.1 Data Demografi...............................................................................................51
4.1.2 Deskripsi Tingkat Self-Efficacy.......................................................................52
4.1.3 Deskripsi Tingkat Kematangan Karir...........................................................59
4.1.4 Uji Normalitas.................................................................................................68
4.1.5 Uji Linearitas...................................................................................................69
4.1.6 Uji Korelasi Rank Spearman Antara Self-Efficacy dengan Kematangan
Karir................................................................................................................69
4.2 Pembahasan...............................................................................................................70
BAB V PENUTUP....................................................................................................................75
5.1 Kesimpulan................................................................................................................75
5.2 Saran..........................................................................................................................76
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................77
LAMPIRAN..............................................................................................................................81

x
DAFTAR TABEL
Tabel 1 LTabel 2Tabel 3.1 Skala Self-Efficacy..........................................................................44
Tabel 3Tabel 3.2 Kisi-kisi Alat Ukur Self-Efficacy....................................................................44
Tabel 4Tabel 3.3 Skala Kematangan Karir.................................................................................46
Tabel 5Tabel 3.4 Kisi-kisi Alat Ukur Kematangan karir............................................................46
Tabel 6Tabel 3.5 Kategori Reliabilitas.......................................................................................49
Tabel 8Tabel 3.6 Kisi-kisi Alat Ukur Self-Efficacy Setelah Uji Validitas..................................50
Tabel 9Tabel 3.7 Kisi-kisi Alat Ukur Kematangan Karir Setelah Uji Validitas.........................51
Tabel 10Tabel 3.8 Kategori Derajat Korelasi.............................................................................52
11Tabel. 4.1 Data Demografi Responden Berdasarkan Usia......................................................54
Tabel 12Tabel 4.2 Data Deskriptif Self-Efficacy........................................................................55
Tabel 13 Tabel 4.3 Gambaran Self-Efficacy Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi
UNIBI Bandung Berdasarkan Data Empirik..............................................................................56
Tabel 16Tabel 4.4 Data Deskriptif Dimensi Level Pada Self-efficacy Mahasiswa Tingkat Akhir
Fakultas Psikologi UNIBI Bandung...........................................................................................57
Tabel 17Tabel 4.5 Gambaran Dimensi Level pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi
UNIBI Bandung.........................................................................................................................57
Tabel 18Tabel 4.6 Data Deskriptif Dimensi Generality Pada Self-efficacy Mahasiwa Tingkat
Akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung.................................................................................58
Tabel 19Tabel 4.7 Gambaran Dimensi Generality pada Mahasiwa Tingkat Akhir Fakultas
Psikologi UNIBI Bandung.........................................................................................................58
Tabel 20Tabel 4.8 Data Deskriptif Dimensi Strength Pada Self-efficacy Mahasiswa Tingkat
Akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung.................................................................................60
Tabel 21Tabel 4.9 Gambaran Dimensi Strength pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas
Psikologi UNIBI Bandung.........................................................................................................60
Tabel 14Tabel 4.10 Data Deskriptif Kematangan Karir.............................................................62
Tabel 15 Tabel 4.11 Gambaran Kematangan Karir Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas
Psikologi UNIBI Bandung Berdasarkan Data Hipotetik............................................................63
Tabel 17 Tabel 4.12 Data Deskriptif Aspek Perencanaan Karir Pada Kematangan Karir
Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung.................................................64
Tabel 18 Tabel 4.13 Gambaran Aspek Perencanaan Karir pada Mahasiswa Tingkat Akhir
Fakultas Psikologi UNIBI Bandung...........................................................................................64
Tabel 19 Tabel 4.14 Data Deskriptif Aspek Eksplorasi Karir Pada Kematangan Karir Mahasiwa
Tingkat Akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung....................................................................66
Tabel 20 Tabel 4.15 Gambaran Aspek Eksplorasi Karir Pada Mahasiwa Tingkat Akhir Fakultas
Psikologi UNIBI Bandung.........................................................................................................66
Tabel 21 Tabel 4.16 Data Deskriptif Aspek Pengambilan Keputusan Pada Kematangan Karir
Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung.................................................68
Tabel 22 Tabel 4.17 Gambaran Aspek Pengambilan Keputusan Pada Mahasiswa Tingkat Akhir
Fakultas Psikologi UNIBI Bandung...........................................................................................68
Tabel 23 Tabel 4.18 Data Deskriptif Aspek Informasi Dunia Kerja Pada Kematangan Karir
Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung.................................................70
Tabel 24 Tabel 4.19 Gambaran Aspek Informasi Dunia Kerja Pada Mahasiswa Tingkat Akhir
Fakultas Psikologi UNIBI Bandung...........................................................................................70

xi
DAFTAR BAGAN

Bagan 1Bagan 2.1 Kerangka pikir...............................................................................................37


Bagan 2Bagan 3.1 Rancangan Penelitian.....................................................................................44

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-kisi Skala Self-Efficacy Sebelum Uji Validitas & Reliabilitas.......................97


Lampiran 2 Kisi-kisi Skala Kematangan Karir Sebelum Uji Validitas & Reliabilitas..............99
Lampiran 3 Kisi-kisi Skala Self-Efficacy Setelah Uji Validitas & Reliabilitas........................102
Lampiran 4 Kisi-kisi Skala Kematangan Karir Setelah Uji Validitas & Reliabilitas..............104
Lampiran 5 Lembar Persetujuan Responden Online................................................................107
Lampiran 6 Skala Self-Efficacy Online....................................................................................108
Lampiran 7 Skala Kematangan Karir Online...........................................................................112
Lampiran 8 Hasil Uji Validitas & Reliabilitas Skala Self-Efficacy..........................................116
Lampiran 9 Hasil Uji Validitas & Reliabilitas Skala Kematangan Karir.................................117
Lampiran 10 Tabulasi Jawaban Skala Self-Efficacy...................................................................120
Lampiran 11 Tabulasi Jawaban Skala Kematangan Karir.........................................................122
Lampiran 12 Demografi Responden.........................................................................................124
Lampiran 13 Uji Normalitas.......................................................................................................126
Lampiran 14 Uji Linearitas........................................................................................................127
Lampiran 15 Uji Korelasi...........................................................................................................129

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Persaingan bebas yang terjadi di saat era globalisasi ini mengharuskan
para mahasiswa sebagai calon tenaga kerja terdidik, berjuang untuk dapat
mengalahkan pesaingnya agar bisa lolos menjadi karyawan di perusahaan atau
menjadi pegawai di lembaga pemerintahan yang dituju. Seringkali banyaknya
jumlah peminat dari suatu perusahaan bisa menjadi sangat membludak tetapi
yang diterima sebagai pegawai hanya sebagian kecil individu saja. Hal tersebut
akan membuat tingkat persaingan menjadi semakin tinggi dan hanya mereka
yang memiliki kriteria berupa spesialisasi atau keahlian tertentu yang akan
dapat bertahan dalam persaingan untuk memperoleh pekerjaan (Hasan, 2020).
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan Jumlah angkatan kerja
pada Februari 2020 sebanyak 137,91 juta orang, naik 1,73 juta orang dibanding
Februari 2019. Berbeda dengan naiknya jumlah angkatan kerja, Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) turun sebesar 0,15 persen poin. Dalam
setahun terakhir, pengangguran bertambah 60 ribu orang. Sementara menurut
Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia mencatat bahwa jumlah
pengangguran untuk tingkat pendidikan menengah atas (sarjana) sangat tinggi.
Disisi lain jumlah kompetensi angka tenaga kerja usia produktif berjumlah
sebesar 133,6 juta orang dengan 82 juta orang atau kurang lebih 60 % dilihat
dari pendidikan yang ditempuh hanya berada di level Sekolah Menengah
Pertama (Hasan, 2020).
Calon tenaga kerja terdidik seperti mahasiswa pastinya akan menghadapi
tantangan besar untuk berkarir. Seiring dengan berkembangnya kondisi
ekonomi, sosial, dan budaya yang semakin berkembang pesat mengharuskan
setiap individu untuk berlomba meningkatkan kompetensi keahlian agar
mampu untuk menjawab tantangan karir. Menurut Pinasti (2011) menyebutkan
beberapa tantangan yang akan dihadapi oleh mahasiswa dalam memilih karir,
seperti ketidakpastian karir, mendapatkan akses mengenai informasi dan

1
2

program pengembangan karir, serta tantangan-tantangan yang meliputi


ekonomi dan teknologi. Oleh karena itu, mahasiswa sangat perlu memiliki
kesiapan diri untuk menghadapi tantangan dan kesulitan dalam menghadapi
proses penyesuaian diri dengan lingkungan, khususnya kesiapan diri memasuki
dunia pekerjaan untuk berkarir sesuai dengan minat mereka.
Menurut Super (2001), kematangan karir merupakan suatu kemampuan
individu untuk berhasil dalam mengatasi (menjalani) tugas-tugas dan
peralihan-peralihan dalam perkembangan karir serta kesiapan untuk memilih
karir yang tepat sesuai dengan usia dan tahap perkembangannya. Kematangan
karir meliputi segala pengetahuan akan diri, pengetahuan tentang pekerjaan,
kemampuan dalam memilih pekerjaan, dan kemampuan-kemampuan individu
untuk menentukan langkah menuju karir yang diharapkan. Kurangnya
kemampuan individu dalam hal-hal yang telah dijelaskan mengindikasikan
bahwa individu memiliki kematangan karir yang rendah atau memiliki
ketidakmatangan karir.
Kematangan karir yang rendah akan berdampak pada kesalahan dalam
memilih pekerjaan atau pekerjaan yang dipilih tidak sesuai dengan latar
belakang pendidikan yang sudah ditempuh, (Pinasti, 2011). Saat ini banyak
ditemukan para sarjana yang bekerja atau berprofesi tidak sesuai dan tidak
sejalan dengan latar belakang pendidikannya. Selain dikarenakan lowongan
kerja yang belum memadai dengan jumlah pencari pekerjaan, serta
ketidaksesuaian kriteria pekerjaan yang mencakup latar belakang pendidikan
juga dapat dipicu oleh institusi-institusi maupun lembaga-lembaga pemerintah
dan swasta terkait, ketika membuka lowongan pada satu posisi namun tidak
mempertimbangkan latar belakang pendidikan. Sempitnya lowongan pekerjaan
memaksa para pencari kerja menerima pekerjaan yang ditawarkan daripada
harus menjadi pengangguran (Pinasti, 2011).
Seligman (1994) menjelaskan mengenai pentingnya kematangan karir bagi
kehidupan individu. Kematangan karir dapat meningkatkan level kompetensi,
meningkatkan tujuan karir dan mewujudkan karir bagi individu. Meningkatkan
tujuan karir berkaitan dengan sikap mandiri, perencanaan yang matang,
3

memiliki komitmen tinggi, motivasi dan efikasi diri. Kematangan karir dapat
meningkatkan kualitas keyakinan diri mengenai berbagai kemampuan dalam
hal minat, nilai dan kepribadian serta mampu mendukung tercapainya
kesuksesan bagi karir individu.
Penelitian mengenai tingkat kematangan karir pada mahasiswa pernah
diteliti oleh Jatmika (2015) pada mahasiswa Universitas Bunda Mulia. Hasil
penelitian membuktikan lebih dari setengah sampelnya menunjukkan
kematangan karir yang rendah sehingga dapat dikatakan belum matang dalam
karir. Hal demikian membuktikan bahwa pengetahuan serta keinginan
mahasiswa untuk memperoleh segala sesuatu mengenai informasi dan
wawasan menegenai dunia kerja serta kemampuan mahasiswa dalam
mengambil keputusan secara umum masih belum dapat dicapai guna
menentukan karir yang akan dijalaninya. Di kalangan mahasiswa kemampuan
merencanakan karir masih menjadi masalah, permasalahan terjadi dikarenakan
mahasiswa tidak mengetahui sama sekali apa yang mereka inginkan. Para
mahasiswa terkendala dalam mencari informasi serta kurang mendapat
petunjuk dari orang tua dan kurang memiliki keyakinan dalam mengambil
resiko membuat mereka ragu dalam menentukan pilihan karirnya.
Hal di atas sejalan dengan penelitian Widyatama (2015) yang melakukan
sebuah studi tentang kematangan karir mahasiswa Jurusan Psikologi di salah
satu universitas swasta di Kota Bandung. Hasilnya menunjukkan sebanyak
54% mahasiswa masih berada pada tahap tingkatan kematangan karir yang
dikatakan belum matang. Hal tersebut membuktikan bahwa sebagian besar
mahasiswa yang diteliti belum aktif untuk memanfaatkan dengan menyeluruh
berbagai macam sumber informasi karir yang tersedia sehingga dalam
memutuskan pilihan karir hanya berdasar pada informasi yang diketahui
seadanya. Perilaku tersebut dapat dilihat dari kurangnya mahasiswa mengikuti
acara yang berkaitan dengan peluang kerja, tanya jawab seputar dunia kerja,
diskusi dengan dosen atau alumni yang telah bekerja, jarang membaca
selebaran yang menyediakan info kerja, tayangan-tayangan mengenai dunia
kerja dan kurangnya kunjungan ke perusahaan-perusahaan. Berbagai
4

narasumber yang ada juga kurang dimanfaatkan dengan baik oleh mahasiswa
baik dari kampus sendiri ataupun kampus lain dan dari lembaga-lembaga
pemerintah maupun dari berbagai kalangan yang telah memiliki pengalaman
bekerja.
Rendahnya tingkat kematangan karir para mahasiswa tersebut disebabkan
karena beberapa faktor seperti faktor minat, pengalaman, dan kemampuan
eksplorasi karir yang dimiliki oleh mahasiswa. Artinya, mahasiswa belum
mampu mengeksplorasi dengan memanfaatkan berbagai sumber informasi
karir yang tersedia sehingga dalam memutuskan pilihan karir hanya
berdasarkan pada sumber informasi yang kurang luas.
Arnett menyebutkan (Santrock, 2012) berdasarkan tahapan
perkembangannya, mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di
perguruan tinggi dapat digolongkan transisi dari masa remaja ke masa dewasa
yang disebut emerging adulthood yang terjadi dari usia 15 sampai 25 tahun.
Pada usia awal dua puluhan keinginan untuk pengambilan keputusan karir
biasanya menjadi sangat serius seiring dengan eksplorasi mereka terhadap
berbagai kemungkinan karir yang ingin mereka geluti. Di perguruan tinggi hal
demikian sering kali berarti memilih jurusan atau spesialisasi pekerjaan di
bidang tertentu. Memasuki awal hingga pertengahan usia dua puluhan, banyak
individu yang sudah menuntaskan pendidikan atau pelatihan mereka dan mulai
bekerja paruh waktu.
Menurut Super (Sharf, 2013) berkenaan dengan karir individu dalam tahap
perkembangannya, mahasiswa tingkat akhir berada pada tahap eksplorasi karir
yang berlangsung pada usia 15-25 tahun. Tahap ini mencakup segala usaha
individu untuk mendapatkan segala informasi yang lebih lengkap dan akurat
mengenai hal-hal tentang pekerjaan, memilih alternatif karir, memutuskan karir
dan mulai bekerja. Pada tahapan ini individu memiliki tugas perkembangan
karir yaitu crytallizing di mana individu akan mengklarifikasi tentang apa yang
mereka lakukan, specifying di mana individu akan menentukan pilihan karir
sehingga dapat menemukan pekerjaannya, serta implementing di mana individu
akan membuat perencanaan yang lebih matang dan mendalam untuk dapat
5

memenuhi tujuan karir mereka. Selanjutnya menurut Super menjelaskan bahwa


usia mahasiswa tingkat akhir (18-25 tahun) telah sampai pada tahap spesifikasi
dan implementasi preferensi dalam bekerja. Demikian juga dengan gambaran
perilaku yang terjadi dalam fenomena penelitian ini, pada mahasiswa tingkat
akhir Fakultas Psikologi Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia (UNIBI)
yang umumnya berada pada usia 18 sampai 25 tahun, mereka memiliki
keinginan untuk mandiri dengan berusaha mencari kesesuaian antara
kompetensi yang dimiliki dengan karirnya. Hanya saja pengalaman berbeda
yang dimiliki setiap mahasiswa mempengaruhi tingkat perkembangan karirnya.
Sebagai salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Bandung yang
bertujuan menghasilkan pengusaha-pengusaha muda (young entrepreneur)
serta memenuhi tuntutan akan tenaga ahli madya dan sarjana profesional yang
berjiwa entrepreneur di bidang teknologi, komunikasi, seni, psikologi, dan
bisnis, UNIBI telah merancang kurikulum dan metode perkuliahan secara
khusus berupa kuliah entrepreneurship, wawasan IT mutakhir, peluang bisnis,
dan sejak dini menanamkan semangat entrepreneurship (Anonim, 2020).
Kepala bagian Kemahasiswaan juga menuturkan bahwa UNIBI adalah
universitas yang mengedepankan entrepreneur, tentunya sangat menunjang
para mahasiswa untuk bisa memilih karir setelah mereka lulus, yaitu dengan
memberikan pelajaran berupa mata kuliah yang berhubungan dengan dunia
kerja seperti bimbingan karir, entepreneurship, character building, global
leadership, business plan serta memberikan seminar, workshop, dan pelatihan-
pelatihan yang bertujuan agar mahasiswa siap ketika terjun di masyarakat
ataupun di dunia kerja serta mampu mempertimbangkan pilihan karirnya di
masa depan melalui keilmuannya dan bimbingan karir yang telah disediakan
oleh pihak universitas.
Selanjutnya dari hasil wawancara dengan admin Fakultas Psikologi UNIBI
pada tanggal 1 Juni 2020 mengungkapkan bahwa Fakultas Psikologi
merupakan salah satu fakultas yang cukup diminati di UNIBI. Hal tersebut
terlihat dari jumlah mahasiswa yang dari tahun-ketahun mengalami
peningkatan yang cukup pesat. Dengan semakin meningkatnya jumlah
6

mahasiswa psikologi, Fakultas Psikologi UNIBI menerapkan capaian


pembelajaran pada mahasiswa di antaranya berkenaan dengan karir, yaitu pada
bagian keterampilan khusus (pengembangan diri) disebutkan bahwa mahasiswa
Fakultas Psikologi UNIBI harus mampu merencanakan dan mengembangkan
karir dan pengembangan dirinya sendiri (career and personal development).
Dalam wawancara peneliti bersama admin dan dosen Fakultas Psikologi
UNIBI pada tanggal 1 Juni 2020 menyebutkan bahwa untuk mempersiapkan
mahasiswa agar siap ketika memasuki dunia kerja/berkarir, Fakultas Psikologi
UNIBI seringkali mengadakan berbagai program kegiatan pada mahasiswanya
seperti penyelenggaraan seminar terkait dunia kerja, pelatihan kompetensi
sesuai dengan keterampilan di bidangnya, dan sebagainya. Fakultas Psikologi
UNIBI juga memberikan kesempatan pada mahasiswa psikologi tingkat akhir
yang sudah lulus mata kuliah tertentu untuk melakukan Kuliah Kerja Lapangan
(KKLP) guna menambah pengalaman dan pengetahuan mahasiswa mengenai
dunia kerja. Mahasiswa juga secara akademik diberikan mata kuliah bimbingan
karir di mana mata kuliah tersebut mengajarkan tugas-tugas perkembangan
karir sehingga mahasiswa diharapkan memiliki karir yang matang ketika sudah
lulus kuliah.
Meskipun sudah ada program untuk mempersiapkan mahasiswa ke dalam
dunia kerja atau karir seperti yang telah disebutkan di atas, dari hasil
wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti kepada 15 mahasiswa tingkat
akhir semester VIII Fakultas Psikologi UNIBI masih ada mahasiswa yang
belum mengetahui bidang pekerjaan seperti apa yang akan dipilihnya. Mereka
belum memahami bidang-bidang pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang
pendidikannya. Bahkan mereka masih tidak yakin dengan minat dan
keputusannya untuk memilih salah satu bidang psikologi yang akan dipelajari
lebih lanjut seperti psikologi klinis, industri, pendidikan dan sebagainya. Dari
15 mahasiswa yang diwawancara, 7 mahasiswa mengungkapkan masih merasa
bingung serta tidak yakin dalam memilih dan menetapkan pekerjaan. Tidak
hanya itu, beberapa mahasiswa diantaranya juga belum memiliki gambaran
akan tugas dan pekerjaan dari bidang psikologi yang mereka pilih. Bahkan ada
7

mahasiswa psikologi tingkat akhir UNIBI yang belum bisa menentukan


pilihannya terkait bidang psikologi. Namun demikian, ada juga mahasiswa
yang sudah dapat menetapkan tujuan, baik pada bidang psikologi maupun
pekerjaan yang akan dipilih. Mereka telah memiliki informasi dan gambaran
tugas yang akan dijalani sesuai dengan bidang psikologi yang dipilih. Mereka
percaya bahwa dengan banyaknya informasi yang didapat mengenai bidang
studi yang diminatinya maka akan mempermudah dirinya dalam menjalani
kesiapan kerja.
Dari pernyataan di atas, kesiapan mahasiswa dalam menjalani karir secara
tidak langsung berkaitan dengan keyakinan yang dimilikinya. Fenomena
tersebut mengindikasikan adanya kesenjangan pada mahasiswa psikologi
UNIBI tingkat akhir berkenaan dengan kematangan karirnya. Kematangan
karir yaitu kemampuan untuk membuat pilihan karir yang sesuai sehingga
dalam kematangan karir, individu harus mampu merencanakan karirnya agar
mampu mengambil keputusan karir dengan tepat serta mampu mengeksplorasi
dan memiliki wawasan yang luas mengenai dunia kerja. Terkait hal yang telah
disebutkan berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan kepada mahasiswa
psikologi di dapatkan hasil 7 dari 15 mahasiswa yang belum mampu memilih
pekerjaan atau bidang dalam psikologi dikarenakan mereka tidak yakin apakah
akan mampu atau tidak dalam mengerjakan pekerjaan tersebut. Mahasiswa
tidak yakin karena merasa hanya memiliki kemampuan yang biasa saja
sehingga seringkali selalu melakukan kesalahan dalam mengerjakan tugas dari
dosen. Kemudian mereka merasa memiliki sedikit pengalaman serta tidak
yakin apakah berpotensi di bidang psikologi yang dipilih dan tidak yakin
apakah bisa menjalani pilihannya dengan benar. Ketidakyakinan tersebut
terlihat pada mahasiswa yang mengatakan bahwa dirinya seringkali malu untuk
mengeluarkan pendapat terkait perencanaan karir yang ingin dicapainya,
merasa takut untuk memasuki dunia pekerjaan nanti karena merasa bahwa
dunia kerja akan lebih sulit untuk dijalani, merasa tidak memiliki kemampuan
prestasi yang menonjol jika dibandingkan dengan teman yang lain, merasa
belum memiliki cukup bekal untuk persiapan karir nanti dan tidak yakin akan
8

mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan yang diinginkan. Namun di sisi


lain terdapat juga mahasiswa yang sudah yakin dengan kemampuan yang telah
dimiliki dalam menentukan karir yang akan dipilihnya. Mereka berusaha untuk
selalu mencari informasi terkait dunia kerja dan terus belajar mengenai bidang
psikologi yang menjadi minatnya serta mencoba beberapa kegiatan yang dapat
menunjang karirnya tersebut.
Dari data yang telah dijelaskan menggambarkan bahwa terdapat beberapa
mahasiswa yang tidak yakin terhadap kemampuannya walaupun ada juga
sebagian mahasiswa yang sudah yakin dengan kemampuannya. Antara
ketidakyakinan dan keyakinan tersebut merupakan faktor dalam diri individu,
ketidakyakinan dan keyakinan bisa diartikan sebagai self-efficacy. Menurut
Bandura (1997) self efficacy adalah penilaian keyakinan individu tentang
kemampuan dirinya mengorganisasikan dan menjelaskan serangkaian tindakan
yang diperlukan untuk mencapai berbagai bentuk kinerja yang telah ditetapkan.
Self efficacy memiliki peran penting dalam mempengaruhi usaha yang
dilakukan seseorang untuk dapat memiliki kekuatan usaha sehingga seseorang
dapat memprediksi keberhasilan yang akan dicapai. Dengan adanya self
efficacy, individu mempunyai dorongan dalam diri untuk berusaha mengatasi
hambatan dalam mencapai hasil dan keputusan yang diinginkan.
Penelitian yang dilakukan Patton & Creed (Patton, 2019) pada pelajar di
Australia berhasil mengungkap bahwa salah satu faktor yang berhubungan
dengan kematangan karir adalah self-efficacy. Mereka melakukan studi tentang
self-efficacy dan menemukan bahwa pelajar yang memiliki self-efficacy tinggi
akan lebih menguasai berbagai tugas akademis dan setelah lulus akan lebih
mampu untuk matang dalam berkarir daripada pelajar yang memiliki self-
efficacy rendah. Pelajar dengan self-efficacy rendah kurang menguasai tugas-
tugas akademis, mereka menganggap bahwa tugas akademis adalah sebagai
beban yang ingin mereka hindari. Setelah lulus, mereka akan kesulitan dalam
menentukan pilihan karir yang tepat untuk masa depannya. Selain itu hasil
penelitian menunjukkan bahwa self-efficacy merupakan prediktor yang
signifikan untuk memprediksi prestasi dan kematangan karir.
9

Penelitian lain yang dilakukan oleh Taylor dan Betz (Safaria, 2016)
menemukan bahwa individu yang memiliki self-efficacy rendah cenderung
ragu-ragu dalam memutuskan karir mereka di masa depan. Hal ini juga
ditegaskan oleh penelitian Putri (2018) yang menemukan hubungan antara
efikasi diri dengan kematangan karir. Hasil penelitian ini mendukung studi
yang dilakukan oleh Taylor dan Betz (Safaria, 2016) menunjukkan bahwa self-
efficacy sangat mempengaruhi kematangan karir individu. Hal senada
diungkapkan oleh Lent, Brown, dan Hackett (Safaria, 2016), yang
mengidentifikasikan tiga variabel dominan yang mempengaruhi perkembangan
kematangan karir individu yaitu (1) self-efficacy, adalah keyakinan individu
akan kemampuannya untuk mengorganisasikan dan menyelesaikan sebuah
tugas untuk mencapai kinerja yang diinginkannya, (2) harapan hasil (outcome
expectations), yaitu keyakinan individu tentang hasil yang akan didapatkannya
ketika mencapai sebuah kinerja tertentu. (3) tujuan pribadi (personal goals),
yaitu kemampuan individu dalam merancang tujuan yang ingin dicapainya
sehingga dengan adanya tujuan ini perilaku individu menjadi terarah dan
memunculkan motivasi untuk mencapainya, hal ini menunjukkan bahwa self-
efficacy merupakan prediktor dari kematangan karir.
Penelitian-penelitian di atas sejalan dengan pendapat yang diutarakan oleh
Bandura (1997) bahwa orang yang memiliki self-efficacy tinggi akan
mengeluarkan usaha yang besar untuk mengatasi hambatan dalam mencapai
tujuannya. Itulah sebabnya mengapa individu yang mempunyai self-efficacy
tinggi akan lebih siap menentukan karir yang tepat untuk dirinya. Self-efficacy
merujuk pada tingkat kepercayaan dan keyakinan diri individu akan
kemampuan yang dimilikinya, sehingga individu mampu menunjukkan
perilaku yang diinginkan serta dapat menyelesaikan pekerjaan yang diberikan
dan mencapai prestasi yang baik. Ketika individu yakin terhadap kemampuan
yang dimiliki, individu akan merasa mampu menghadapi tantangan dalam hal
yang berkaitan dengan karir. Sebaliknya, individu yang merasa memiliki
keyakinan bahwa kemampuan yang dimiliki rendah maka individu akan kurang
10

merasa mampu merencanakan masa depannya dalam hal ini berarti


menentukan karir tepat.
Berdasarkan fenomena yang terjadi dan beberapa hasil penelitian
sebelumnya terkait self-efficacy dan kematangan karir, peneliti memandang
bahwa hal ini penting untuk diteliti guna mengetahui apakah subjek yang akan
diteliti yaitu mahasiswa psikologi UNIBI tingkat akhir memiliki self-efficacy
yang akan berdampak pada kematangan karir mereka. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan antara Self-Efficacy
dengan Kematangan Karir pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi
Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia Bandung”.

1.2 Identifikasi Masalah


Mahasiswa tingkat akhir rata rata berada pada umur 21 atau 25 tahun yang
berada di antara masa remaja akhir menuju masa dewasa awal. Menurut Super
(Sharf, 2013), tahap perkembangan karir remaja dan dewasa awal memasuki
tahap eksplorasi yang berlangsung pada usia 15-25 tahun. Di mana tahapan ini
meliputi usaha individu untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan
akurat tentang pekerjaan, memilih alternatif karir, memutuskan dan mulai
bekerja. Akan tetapi, masih terdapat beberapa kelompok mahasiswa tingkat
akhir Fakultas Psikologi UNIBI yang kurang berusaha dalam mencari
informasi pekerjaan serta ragu dalam pengambilan keputusan bidang yang
diminati untuk pekerjaan nantinya. Dengan adanya tugas-tugas tertentu dalam
setiap tahapan perkembangan, maka hal ini berkaitan dengan teori Super
mengenai kematangan karir. Menurut Super kematangan karir didefinisikan
sebagai keberhasilan individu dalam menyelesaikan tugas perkembangan
vokasional yang khas pada tahap perkembangan karir. Kematangan karir dapat
dilihat dari 4 aspek yaitu, perencanaan karir (career planning), eksplorasi karir
(career exploration), pengambilan keputusan (decision making), dan informasi
dunia kerja (world of work information).
Salah satu faktor yang mempengaruhi kematangan karir adalah self-
efficacy pada diri individu. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh
11

Patton & Creed (Patton, 2019) yang mengatakan bahwa salah satu faktor dari
kematangan karir adalah self-efficacy. Hasil penelitian putri (2018) dan Taylor
& Betz (Safaria 2016) pun mendukung adanya hubungan antara self-efficacy
dengan kematangan karir. Mengacu pada data awal yang dikumpulkan peneliti
dan hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan adanya keterkaitan antara
kematangan karir dan self-efficacy. Mahasiswa yang belum dapat menetapkan
pilihan karirnya merasa bahwa dirinya tidak yakin apakah mereka akan mampu
atau tidak dalam mengerjakan suatu pekerjaan atau memilih bidang psikologi.
Adanya ketidakyakinan mahasiswa akan kemampuannya hal ini berkaitan
dengan teori self-efficacy. Bandura (1997) Self-efficacy yaitu keyakinan dalam
kemampuan seseorang untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang
diperlukan untuk menghasilkan suatu pencapaian. Self-efficacy memiliki tiga
dimensi, yaitu level, generality, dan strength.
Oleh karena itu berdasarkan pemaparan di atas, maka perumusan masalah
yang disusun oleh peneliti dalam penelitian ini adalah ingin melihat hubungan
antara self-efficacy dengan kematangan karir pada mahasiswa tingkat akhir
Fakultas Psikologi UNIBI.

1.3 Tujuan Penelitian


Sesuai dengan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara self-efficacy dengan kematangan karir pada mahasiswa tingkat akhir
Fakultas Psikologi UNIBI.

1.4 Kegunaan Penelitian


1.4.1 Kegunaan Teoritis
Manfaat teoritis yang dapat diberikan oleh penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
a. Untuk memberikan informasi pada pengembangan ilmu psikologi
khususnya psikologi perkembangan dan pendidikan mengenai
12

hubungan self-efficacy dengan kematangan karir pada mahasiswa


tingkat akhir.
b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi dan acuan dalam
mengadakan penelitian selanjutnya yang lebih mendalam.

1.4.2 Kegunaan Praktis


Hasil penelitian diharapkan dapat membantu memberikan informasi dan
sumbangan pengetahuan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi
mahasiswa serta memberikan pandangan pada mahasiswa mengenai
self-efficacy dan kematangan karir khususnya bagi mahasiswa tingkat
akhir Fakultas Psikologi UNIBI.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Self-Efficacy
2.1.1 Pengertian Self-Efficacy
Konsep self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura.
Menurut Bandura (1997) self-efficacy yaitu keyakinan individu akan
kemampuannya mengorganisasikan dan melaksanakan serangkaian
tindakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sesuatu yang ingin
dicapai. Bagaimana orang bertingkah laku dalam situasi tertentu
tergantung kepada resiprokal antara lingkungan dengan kondisi kognitif,
khususnya faktor kognitif yang berhubungan dengan keyakinannya
bahwa dia mampu atau tidak mampu melakukan tindakan yang
memuaskan.
Self-efficacy Bandura (1997) memiliki beragam dampak pada
individu. Keyakinan semacam itu mempengaruhi tindakan yang individu
pilih untuk diikuti, berapa banyak usaha yang mereka lakukan dalam
usaha yang diberikan, berapa lama mereka akan bertahan dalam
menghadapi rintangan dan kegagalan, ketahanan mereka terhadap
kesulitan, apakah pola pikir mereka menghalangi diri atau membantu diri
sendiri, serta bagaimana stres dan depresi yang mereka alami dalam
mengatasi tuntutan lingkungan yang membebani, dan tingkat pencapaian
yang mereka sadari. Selanjutnya Bandura (1997), menyatakan bahwa
self-efficacy merupakan sebuah faktor yang penting dalam menentukan
berhasil tidaknya seseorang.
Suharsono dan Istiqomah (2014) juga mengatakan bahwa self-
efficacy merupakan suatu keyakinan seseorang akan kemampuan untuk
berhasil dalam situasi sosial tertentu, self-efficacy memegang peran
utama bagaimana seseorang mencapai tujuan, tugas dan tantangan.
Kusrieni (2014) mengatakan bahwa efikasi diri merupakan salah satu
aspek pengetahuan tentang diri yang paling berpengaruh dalam

13
14

kehidupan manusia sehari hari, karena self-efficacy yang dimiliki oleh


setiap individu sangat berpengaruh dalam menentukan tindakan yang
akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan termasuk berbagai pikiran
tentang kejadian yang akan dihadapi.
Baron dan Greenberg (Rahmawati dkk, 2014) menjelaskan bahwa
self-efficacy sebagai suatu keyakinan seseorang mengenai
kemampuannya untuk melakukan tugas-tugas tertentu yang spesifik dan
self-efficacy lebih bersifat lebih spesifik dan terbatas dibandingkan
dengan kepercayaan diri dan harga diri. Suroso (2014) juga menjelaskan
bahwa self-efficacy mengacu pada seberapa besar keyakinan seseorang
pada kemampuannya melakukan sejumlah aktivitas karir dan
kemampuannya menyelesaikan tugas-tugas karir dan juga self-efficacy
merupakan keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam
menyelesaikan tugas-tugas karir yang didasarkan atas kesadaran diri
terhadap pentingnya pekerjaan, nilai dan harapan pada hasil yang akan
dicapai.
Berdasarkan definisi dan penjelasan yang dirumuskan oleh
beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa self-efficacy merupakan
sikap atau perasaan yakin atas kemampuan diri sendiri sehingga individu
tidak ragu dalam tindakan-tindakannya, dapat merasa bebas untuk
melakukan hal-hal yang disukainya dan bertanggung jawab atas
perbuatannya, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang lain,
dapat menerima dan menghargai orang lain, memiliki dorongan untuk
berprestasi serta mengenal kelebihan dan kekurangannya. Self-efficacy
berperan sebagai keyakinan pada diri individu dalam menentukan suatu
pilihan, dan membuat keputusan. Individu dengan self-efficacy yang kuat
dapat dengan mudah dalam menentukan suatu pilihan dan pengambilan
keputusan untuk menjalankan masa depan.

2.1.2 Dimensi Self-Efficacy


Bandura (1997), membagi dimensi self-efficacy menjadi tiga
dimensi yaitu level, generality dan strenght.
15

1. Level
Keyakinan pada setiap individu berbeda-beda, hal ini mungkin
terbatas pada adanya tuntutan tugas yang sederhana, meluas ke
permintaan yang cukup sulit, atau termasuk tuntutan kinerja yang
paling berat dalam domain fungsi tertentu. Rentang kemampuan
yang dirasakan seseorang diukur terhadap tingkat permintaan tugas
yang menunjukkan berbagai tingkat tantangan atau kesulitan untuk
kinerja yang sukses. Pada suatu tugas atau kegiatan, jika tidak ada
hambatan untuk diatasi, maka kegiatan ini akan mudah untuk
dilakukan, sehingga setiap orang memiliki self-efficacy tinggi untuk
hal ini. Misalnya, dalam mengukur keefektifan lompat tinggi, para
atlet menilai kekuatan dari keyakinannya bahwa mereka dapat
melompati palang pada ketinggian yang berbeda. Seseorang dapat
meningkatkan keyakinannya dengan mencari kondisi yang mana
dapat menambahkan tantangan dan kesulitan terhadap kinerjanya.
2. Generality
Orang-orang dapat menilai diri mereka sendiri berhasil di berbagai
macam aktivitas atau hanya dalam aktivitas tertentu. Generalitas
dapat bervariasi pada sejumlah dimensi yang berbeda, di antaranya
tingkat kesamaan aktivitas, modalitas di mana kemampuan
ditunjukkan (perilaku, kognitif, afektif), ciri kualitatif dari situasi,
dan karakteristik individu kepada siapa perilaku tersebut
ditunjukkan.
3. Strength
Hal ini terkait dengan kekuatan dari self-efficacy seseorang ketika
berhadapan dengan tuntutan tugas atau suatu permasalahan. Self-
efficacy yang rendah dapat dengan mudah dilihat ketika individu
menghadapi pengalaman yang menggelisahkan ketika menghadapi
suatu tugas. Orang yang memiliki keyakinan kuat dalam kemampuan
16

mereka akan bertahan dalam upaya mereka meskipun banyaknya


kesulitan dan rintangan yang dihadapi. Mereka tidak mudah putus
asa dalam menghadapi kesulitan. Semakin kuat rasa keyakinannya,
semakin besar ketekunan dan semakin tinggi kemungkinan bahwa
kegiatan yang dipilih akan berhasil dilakukan.

2.1.3 Sumber-sumber Self-Efficacy


Self-efficacy yang terbentuk dalam diri individu memiliki beberapa
sumber atau hal yang mempengaruhinya. Bandura (1997) menyebutkan
sumber dari self-efficacy ada empat, yaitu:
1. Mastery Experience (Pengalaman Pribadi)
Pengalaman pribadi adalah sumber informasi efikasi yang paling
berpengaruh karena memberikan bukti yang paling otentik tentang
apakah seseorang dapat melakukan apa pun yang diperlukan untuk
berhasil. Suatu keberhasilan dapat membangun sebuah kekuatan
yang kuat dalam satu keyakinan seseorang. Sedangkan kegagalan
dapat melemahkannya, terutama jika kegagalan terjadi sebelum rasa
keyakinan terbentuk. Jika orang hanya mengalami keberhasilan yang
mudah, mereka mengharapkan hasil yang cepat dan mudah putus asa
oleh suatu kegagalan.
Resiliensi efikasi yang kuat membutuhkan pengalaman dalam
mengatasi rintangan melalui usaha yang gigih. Beberapa kesulitan
dan kemunduran dalam pencapaian manusia menjalani tujuan yang
bermanfaat dalam kesuksesan biasanya membutuhkan usaha yang
berkelanjutan. Kesulitan memberikan kesempatan untuk belajar
bagaimana mengubah kegagalan menjadi sukses dengan mengasah
kemampuan seseorang untuk melakukan kontrol yang lebih baik
terhadap kejadian. Setelah orang menjadi yakin bahwa mereka
memiliki apa yang diperlukan untuk berhasil, mereka dapat bertahan
dalam menghadapi kesulitan dan dengan cepat bangkit dari
17

kemunduran. Dengan bertahan melalui masa-masa sulit, mereka


akan bangkit dari kesulitan dan lebih mampu untuk berhasil.
18

2. Vicarious Experience (Pengalaman Orang lain)


Seseorang tidak hanya bergantung pada pengalaman aktif sebagai
satu-satunya sumber informasi tentang kemampuan mereka.
Penilaian keyakinan sebagian dipengaruhi oleh pengalaman yang
dilakukan orang lain yang dimediasi melalui pencapaian yang
dimodelkan. Suatu pengalaman orang lain berfungsi sebagai alat
efektif lain untuk mendorong rasa keyakinan seseorang. Seseorang
menilai dirinya dengan mengetahui melalui pengalaman orang lain.
3. Verbal Persuasion (Persuasi Verbal)
Persuasi verbal atau persuasi sosial berfungsi sebagai sarana lebih
lanjut untuk memperkuat keyakinan seseorang karena mereka
memiliki kemampuan untuk mencapai apa yang mereka cari. Lebih
mudah untuk mempertahankan keyakinan jika orang bisa signifikan
mengekspresikan keyakinan pada kemampuannya dari pada jika
mereka menyampaikan keraguan dalam menghadapi kesulitan.
Persuasi verbal sendiri mungkin terbatas dalam kekuatannya untuk
menciptakan peningkatan yang bertahan lama, tetapi dapat
meningkatkan perubahan diri jika penilaian positif dalam batas-batas
yang realistis. Orang yang terpikat secara verbal mereka memiliki
kemampuan untuk menguasai tugas-tugas yang diberikan dengan
memobilisasi upaya yang lebih besar dan mempertahankannya dari
pada jika mereka memendam keraguan diri dan juga pada
kekurangan pribadi ketika kesulitan muncul.
Persuasi verbal dapat menyebabkan orang berusaha cukup gigih
untuk berhasil, keyakinan yang menguatkan diri mendorong
pengembangan keterampilan dan rasa keyakinan pribadi. Oleh
karena itu, hal ini memiliki dampak terbesar pada orang-orang yang
memiliki beberapa alasan untuk percaya bahwa mereka dapat
menghasilkan efek melalui tindakan mereka, Chambliss, & Murray
(Bandura, 1997).
19

4. Physiological and Affective States (Keadaan Psikologis dan


Emosional Seseorang)
Dalam menilai kemampuan, individu mengandalkan sebagian
informasi somatik yang disampaikan melalui keadaan fisiologis dan
emosional. Indikator somatik dari keyakinan seseorang sangat
relevan dalam domain yang melibatkan pencapaian fisik, fungsi
kesehatan, dan mengatasi stresor. Seseorang sering membaca
aktivasi fisiologis mereka dalam situasi stres atau berat sebagai tanda
kerentanan terhadap disfungsi. Individu lebih cenderung
mengharapkan kesuksesan ketika mereka tidak dilanda oleh situasi
yang tidak menyenangkan daripada jika mereka dalam keadaan
tegang atau gelisah. Seseorang juga berpengaruh terhadap keyakinan
diri seseorang. Mereka menafsirkan reaksi stres dan ketegangan
sebagai tanda-tanda kerentanan terhadap kinerja yang buruk.

2.1.4 Proses Yang Mempengaruhi Self-Efficacy


Proses-proses yang mempengaruhi self-efficacy menurut Bandura
(1997), proses psikologis dalam self-efficacy yang turut berperan dalam
diri manusia ada 4 yakni proses kognitif, motivasional, afeksi dan proses
seleksi.
1. Proses Kognitif
Keyakinan yang kuat akan mempengaruhi pola pemikiran yang
dapat meningkatkan atau melemahkan performansinya. Orang-orang
yang memiliki self-efficacy yang tinggi mengambil perspektif masa
depan dalam menata kehidupan mereka. Banyak perilaku manusia,
yang bertujuan, diatur oleh pemikiran yang mewujudkan tujuan-
tujuan yang diwujudkan. Pengaturan tujuan pribadi dipengaruhi oleh
penilaian kemampuan diri. Semakin kuat self-efficacy yang
dirasakan, semakin tinggi tujuan yang ditetapkan seseorang untuk
diri mereka sendiri dan semakin kuat komitmen mereka Bandura &
20

Wood (Bandura, 1997). Tujuan yang menantang meningkatkan


tingkat motivasi dan pencapaian kinerja.
2. Proses Motivasi
Kemampuan untuk motivasi diri dan tindakan bertujuan berakar
pada aktivitas kognitif. Bayangan masa depan dapat dimulai dari
pemikiran saat ini hingga pemikiran untuk kedepannya. Individu
akan termotivasi untuk menunjukkan perilaku yang sesuai dengan
tujuannya. Kebanyakan motivasi manusia dihasilkan secara kognitif.
Dalam motivasi kognitif, orang memotivasi diri mereka sendiri dan
memandu tindakan mereka secara antisipatif melalui latihan
pemikiran. Mereka membentuk keyakinan tentang apa yang dapat
mereka lakukan, mereka mengantisipasi kemungkinan hasil yang
positif dan negatif dari kegiatan yang berbeda, dan mereka
menetapkan tujuan untuk diri mereka sendiri dan merencanakan
tindakan yang dirancang untuk mewujudkan masa depan yang
berharga dan menghindari tindakan yang tidak menyenangkan. Self-
efficacy memegang peranan penting pada pengaturan kognitif,
khusunya motivasi.
3. Proses Afektif
Self-efficacy memiliki peran penting dalam regulasi afektif pada diri
individu. Tiga cara self-efficacy mempengaruhi besarnya tingkat
emosionalitas individu, yaitu melalui pelatihan pada kontrol diri
individu yaitu melalui pemikiran, tindakan, dan afek. Cara yang
berorientasi pada pemikiran dalam pengaturan afektif mengambil
dua bentuk. Self-efficacy menciptakan bias perhatian dan
mempengaruhi apakah peristiwa kehidupan ditafsirkan, diwakili
secara kognitif, dan diambil dengan cara yang ramah atau emosional
yang mengganggu. Bentuk kedua dari pengaruh pada kemampuan
kognitif yang dirasakan untuk mengendalikan emosional yang
mengganggu yaitu melatih pikiran ketika hal tersebut mengganggu
aliran kesadaran.
21

Dalam cara yang berorientasi pada tindakan, self-efficacy mengatur


keadaan emosional dengan mendukung tindakan yang efektif untuk
mengubah lingkungan dengan cara mengubah potensi emosinya.
Cara yang berorientasi pada afek melibatkan self-efficacy untuk
memperbaiki keadaan emosional yang tidak menyenangkan, seperti
dengan latihan mengendalikan kecemasan, suasana hati yang
depresi, dan reaksi-reaksi stres biologis.
4. Proses Seleksi
Individu merupakan bagian dari produk lingkungan. Individu
memilih lingkungan mereka dengan mempertimbangkan
kemampuan yang dimiliki dan itu akan mempengaruhi gambaran
individu tersebut. Self-efficacy memiliki peran penting dalam
individu untuk memilih jenis aktivitas dan lingkungannya. Individu
akan memilih lingkungan yang mampu meningkatkan potensi yang
dimilikinya. Individu yang memiliki self-efficacy tinggi akan
memilih dan bertahan pada kegiatan yang dirasa sulit.

2.2 Kematangan Karir


2.2.1 Pengertian Kematangan karir
Menurut Super (Sharf, 2013) kematangan karir adalah kesadaran
seseorang akan kemampuan untuk membuat pilihan karir yang sesuai,
termasuk kesadaran akan hal-hal yang dibutuhkan dalam membuat
keputusan karir, serta tingkatan pilihan karir yang realistis dan konsisten
sepanjang tahap perkembangannya. Powell & Luzzo (Patton, 2019)
memandang hal yang sama dengan Super yakni kematangan karir
merupakan suatu ukuran dari kesiapan individu untuk membuat
keputusan karir berdasarkan sikap dan pengetahuan dari pembuatan
keputusan karir.
Kemudian Yost & Corbishly (Sharf, 2013) mendefinisikan
kematangan karir sebagai kemampuan untuk bernegosiasi dengan tugas-
tugas dan perubahan-perubahan yang berkaitan dengan perkembangan
22

karir, serta kesiapan dalam menyelaraskan pilihan karir dengan usia dan
tingkatan perkembangan karir. Sejalan dengan pendapat Yost &
Corbishly, Savickas (Sharf, 2013) menyatakan bahwa kematangan karir
mengarah kepada kesiapan individu untuk mencari informasi, membuat
keputusan karir yang berkaitan dengan usia dan mengatasi tugas
perkembangan karir.
Super (Sharf, 2013) mendeskripsikan lima komponen utama
mengenai kematangan karir, kelima komponen tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Berorientasi pada pilihan pekerjaan, di mana hal ini berkaitan dengan
pilihan karir dan menggunakan informasi mengenai pekerjaan
tersebut.
2. Informasi dan perencanaan mengenai pekerjaan yang diminati, yaitu
informasi yang spesifik terhadap pekerjaan yang ingin digeluti.
3. Konsistensi terhadap pilihan pekerjaan, tidak hanya konsisten
terhadap pilihan pekerjaan dari waktu ke waktu, tetapi juga konsisten
terhadap tingkatan dan bidang pekerjaan tersebut.
4. Kristalisasi dari sifat, termasuk tujuh indeks dari sikap terhadap
pekerjaan.
5. Bijaksana atas pilihan pekerjaan yang mengacu pada hubungan antara
pilihan dan kemampuan, aktivitas dan minat.
Super (Sharf, 2013) memandang bahwa karir sebagai jalan dalam
peristiwa-peristiwa kehidupan, tahapan-tahapan pekerjaan serta peranan
kehidupan lainnya yang keseluruhannya menyatakan tanggung jawab
individu pada pekerjaan dalam keseluruhan tugas perkembangannya.
Super membuat tahapan-tahapan perkembangan karir yang dicirikan
dengan tugas-tugas yang spesifik pada masing-masing tahapan
perkembangan karir tersebut. Super kemudian membuat suatu inventori
yang dapat mengukur sejauh mana tugas-tugas perkembangan karir
individu yang sudah dilalui dapat sesuai dengan karakteristik
23

perkembangan karir yang diharapkan pada usia tertentu yang disebutkan


dengan istilah kematangan karir.
Berdasarkan definisi dan penjelasan yang dirumuskan oleh beberapa
ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kematangan karir adalah
suatu tahap perkembangan karir individu yang ditandai oleh adanya
persiapan untuk meraih masa depan. Persiapan yang dilakukan tersebut
meliputi mencari informasi karir, memahami diri dalam bentuk
menelusuri dan menemukan bakat dan minat, memilih karir di masa
depan dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai
karir yang sesuai dengan tuntutan tugas perkembangan karir pada masa
remaja hingga dewasa awal. Kematangan karir ini secara umum
menggambarkan tentang orientasi karir dari individu yang mencakup
komponen perencanaan karir dan eksplorasi karir serta kemampuan
dalam mengambil keputusan karir dan pengetahuan mengenai dunia
kerja.

2.2.2 Aspek Kematangan Karir


Menurut Super (Sharf, 2013) mengatakan bahwa kematangan karir
dapat diukur berdasarkan aspek sebagai berikut:
1. Perencanaan Karir (Career Planning)
Aspek ini mengukur seberapa banyak pemikiran individu yang
diberikan pada berbagai aktivitas mencari informasi dan seberapa
banyak mereka merasa mengetahui tentang berbagai aspek kerja.
Banyaknya perencanaan yang dilakukan seseorang sangat penting
untuk konsep ini. Beberapa aktivitas atau kegiatan yang termasuk
adalah belajar tentang informasi karir, berbicara dengan orang
dewasa mengenai rencana-rencana, mengikuti kursus-kursus yang
akan membantu dalam memutuskan suatu karir, berpartisipasi di
dalam kegiatan ekstrakulikuler atau mencoba pekerjaan-pekerjaan
paruh waktu dan memperoleh pelatihan atau pendidikan untuk suatu
pekerjaan. Selain itu, konsep ini berhubungan dengan pengetahuan
24

tentang kondisi pekerjaan, syarat pendidikan, pandangan pekerjaan,


perbedaan pendekatan-pendekatan untuk masuk ke dalam pekerjaan
dan kesempatan-kesempatan untuk maju. Perencanaan karir
mengacu pada seberapa banyak individu merasa bahwa dia tahu
tentang kegiatan tersebut, bukan seberapa banyak dia benar-benar
tahu. Skor rendah pada tahapan ini jika individu merasa tidak perlu
memikirkan rencana karir.
2. Eksplorasi Karir (Career Exploration).
Keinginan untuk mengeksplorasi atau mencari informasi adalah
konsep dasar untuk skala eksplorasi karir. Di dalam aspek ini
mencakup keinginan individu untuk menggunakan sumber daya
seperti orang tua, kerabat lainnya, teman, guru, para konselor, buku-
buku dan film-film. Selain keinginan, eksplorasi karir juga berkaitan
dengan seberapa banyak informasi yang telah diperoleh individu dari
sumber tersebut. Eksplorasi karir berbeda dengan perencaan karir,
perencanaan karir fokus dengan pemikiran dan perencanaan
mengenai masa depan sedangkan eksplorasi karir berkaitan dengan
penggunaan sumber daya, tetapi keduanya berfokus pada sikap
terhadap kerja.
3. Pengambilan Keputusan (Decision Making)
Merupakan gagasan di mana individu harus mengetahui bagaimana
keputusan karir menjadi penting dalam konsep kematangan
vocational Super. Konsep ini berhubungan mengenai kemampuan
menggunakan pengetahuan dan pemikiran untuk membuat rencana
karir. Dalam pengambilan keputusan, individu diberi situasi di mana
orang lain harus membuat keputusan karir dan diminta untuk
memutuskan keputusan yang terbaik. Sehingga individu harus tahu
bagaimana membuat keputusan karir yang baik untuk dirinya sendiri.
4. Informasi Dunia Kerja (World of Work Information)
Konsep informasi dunia kerja ini memiliki dua komponen dasar.
Pertama berhubungan dengan pengetahuan terhadap tugas-tugas
25

penting perkembangan seperti, ketika orang lain akan mengeksplor


minat-minat dan kemampuan-kemampuan mereka, bagaimana orang
lain belajar mengenai pekerjaan-pekerjaan mereka dan alasan
mengapa terdapat orang-orang yang merubah pekerjaannya. Konsep
berikutnya mencakup pengetahuan terhadap tugas-tugas pekerjaan
pada beberapa pekerjaan yang dipilih dan juga perilaku bekerja.
Beberapa mahasiswa sering memiliki informasi yang keliru
mengenai bagaimana mendapatkan suatu pekerjaan dan bagaimana
berperilaku sewaktu mereka mendapatkan suatu pekerjaan.
Orientasi karir adalah istilah umum yang mencakup konsep-konsep
perencanaan karir, eksplorasi karir, pengambilan keputusan, dan
informasi dunia kerja. Skor total orientasi karir memberikan satu
ringkasan dari setiap keempat aspek tersebut.

2.2.3 Perkembangan Karir Masa Remaja dan Dewasa


Teori Super (Sharf, 2013), roles membentuk konteks untuk melihat
tahap dasar pengembangan karir: exploration, establisment, maintenance,
dan disengagement. Pada tahap exploration terdiri sub tahap yaitu
crystallizing, specifying dan implementation. Pada tahap selanjutnya
yaitu establisment, mempunyai tugas yaitu stablizing, consolidating, dan
advancing. Sub tahap holding, updating dan innovating membentuk
tahap maintenance. Terakhir, pada tahap disengagement yaitu termasuk
deceleration, retirement planning dan retirement living. Aspek kunci dari
teori Super adalah tahapan-tahapan ini tidak sepenuhnya terkait dengan
usia. Individu bisa saja melakukan recycle atau terus melewati tahapan-
tahapan ini pada waktu yang berbeda-beda bagi tiap orang dalam
hidupnya.
Mahasiswa berada pada tahap eksplorasi, di mana menurut Super,
(Sharf, 2013), tahap eksplorasi berlangsung pada usia 15-25 tahun. Tahap
ini meliputi usaha individu untuk mendapatkan ide yang lebih baik dari
informasi pekerjaan, memilih alternatif karir, memutuskan pekerjaan dan
26

mulai bekerja. Pada tahap ini terdiri dari tiga sub tahapan, yaitu
crystallizing, specifying dan implementing. Berikut penjelasan mengenai
sub tahapan tersebut:
27

a. Tentative (15-17/18 tahun)


Pada tahap ini memiliki tugas perkembangan crystallizing.
Crystallizing adalah tahap di mana seseorang mengklarifikasi
tentang apa yang mereka lakukan. Mereka belajar tentang bagaimana
untuk bisa memasuki jenis pekerjaan yang sesuai dan mereka
mempelajari keterampilan yang dibutuhkan oleh pekerjaan yang
menarik minat mereka. Banyak siswa SMA yang melewati tahapan
ini. Pada tahap ini mereka mulai merealisasikan kemampuannya,
minat-minat dan nilai yang berlaku pada tahap ini. Pengalaman kerja
dan pengetahuannya tentang pekerjaan membuat orang tersebut
memperkecil pilihannya. Ketika orang tersebut ingin mengubah
bidang yang diinginkannya hal ini dapat saja dilakukan seperti orang
dewasa dapat melakukannya kapan saja, dan orang tersebut mulai
lagi dengan mengkaji ulang minat-minatnya, kemampuan dan nilai-
nilai yang dimilikinya.
b. Transition (18 – 21/22 tahun).
Pada tahap ini memiliki tugas perkembangan specifying. Bagi
lulusan perguruan tinggi, spesifikasi terjadi di awal 20-an. Bagi
seseorang yang mencari pekerjaan langsung setelah lulus SMA,
spesifikasi terjadi lebih awal. Karena pada usia ini harus memilih
pekerjaan full-time pertama mereka, mereka diminta untuk
menentukan pilihan mereka sehingga mereka dapat menemukan
pekerjaannya. Bagi mereka yang lulus sekolah atau menempuh
pendidikan khusus seperti pendidikan dokter atau teknik kimia
mereka juga sudah dapat menentukan pilihan mereka. Mereka harus
sudah lebih spesifik dalam memilih karir, maupun jenis pekerjaan
khusus dalam bidang karir yang diminatinya. Hal ini dapat diawali
dengan melakukan kerja paruh waktu saat liburan. Sebagai contoh,
dapat bekerja paruh waktu sebagai asisten perawat di rumah sakit,
sehingga dengan demikian ia dapat memperkuat bahwa pilihannya
tersebut tepat atau sesuai.
28
29

c. Trial-little commitment (22 – 24/25 tahun).


Pada tahapan ini memiliki tugas perkembangan implementing.
Implementing adalah tahapan terakhir sebelum bekerja. Pada tahap
ini, orang membuat perencanaan yang lebih matang untuk memenuhi
tujuan karir mereka. Mereka dapat mulai menghubungi dengan
bertemu orang-orang yang dapat membantu mereka untuk
mendapatkan pekerjaan. Pada tahap ini juga mereka mencoba
berkonsultasi dengan konselor dalam perencanaan karir dan
penempatan dalam suatu pekerjaan. Mereka juga membuat lamaran
pekerjaan, mengikuti tes seleksi atau interview, serta memutuskan
beberapa calon employers.
Transisi dari masa remaja ke dewasa disebut sebagai beranjak
dewasa (emerging adulthood) yang terjadi dari usia 18 sampai 25 tahun
(Arnett, Santrock, 2012). Arnett (Santrock, 2012) mendeskripsikan lima
ciri-ciri orang yang beranjak dewasa sebagai berikut:
1. Eksplorasi identitas, khususnya dalam relasi romantis dan pekerjaan.
2. Ketidakstabilan, Perubahan tempat tinggal sering terjadi selama
masa dewasa awal, sebuah masa di mana juga sering terjadi
ketidakstabilan dalam hal relasi romantis, pekerjaan, dan pendidikan.
3. Self-focused, individu yang berada di masa beranjak dewasa
cenderung terfokus pada diri sendiri, dalam arti mereka kurang
terlibat dalam kewajiban sosial, melakukan tugas dan berkomitmen
terhadap orang lain, serta mengakibatkan mereka memiliki otonomi
yang besar dalam mengatur kehidupannya sendiri.
4. Feeling in-between, banyak orang di masa beranjak dewasa tidak
menganggap dirinya sebagai remaja ataupun sepenuhnya sudah
dewasa dan berpengalaman.
5. Usia dengan berbagai kemungkinan, sebuah masa di mana individu
memiliki peluang untuk mengubah kehidupan mereka.
30

2.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kematangan Karir


Super (Sharf, 2013) mengemukakan kematangan karir dalam
perkembangannya banyak dipengaruhi oleh faktor dari dalam maupun
luar diri remaja, di antaranya sebagai berikut:
a. Faktor Internal
1) Intelegensi
Merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang secara
menyeluruh, salah satunya kemampuan dalam pengambilan
keputusan. Untuk itu intelegensi turut berperan aktif dalam
menentukan keberhasilan individu menentukan pilihan dan
keputusan karirnya.
2) Bakat
Dalam perkembangan karir, individu dapat mengetahui bahwa
dirinya cocok disuatu bidang dari faktor bawaan atau potensi
yang dimilikinya.
3) Minat
Merupakan kecenderungan pada sesuatu yang menarik hati.
Begitu juga jika disangkutkan dengan karir, tentu saja individu
memainkan peran minat dalam ketertarikannya terhadap
pemilihan suatu jurusan atau pekerjaan, dengan minat sesuatu
akan menjadi lebih baik untuk dikerjakan.
4) Kepribadian
Karakteristik seseorang merupakan faktor pendukung, dalam
keberhasilan menyelesaikan tugas perkembangan karirnya,
misalnya dari tes kepribadian seseorang dapat mengetahui
kategori pekerjaaan yang sesuai dengan kepribadiannya.
5) Harga Diri (Self Esteem)
Merupakan faktor yang penting pula dalam menentukan
keberhasilan karir individu, karena dalam menilai sejauh mana
dirinya merasa pantas pada sebuah jabatan, individu bukan
hanya melihat dari perilaku yang telah dilakukan sendiri tetapi
31

juga dipengaruhi oleh hasil interaksinya dengan orang-orang


penting di lingkungannya serta dari sikap penerimaan,
penghargaan dan perlakuan orang lain terhadap dirinya.
6) Nilai
Seseorang beranggapan suatu jabatan itu bernilai tinggi atau
rendah tergantung penilaiannya dalam memandang suatu
pekerjaan yang ingin dicapainya, oleh karena itu nilai dapat
menjadi faktor yang penting dalam memilih suatu pekerjaan.
7) Jenis Kelamin
Terkadang dalam memandang sebuah jurusan atau pekerjaan,
beberapa dari individu melihatnya dari sudut pandang jenis
kelamin yang mengkualifikasikan pekerjaan mana yang lebih
pantas dikerjakan oleh laki-laki dan mana yang pantas
dikerjakan oleh seorang perempuan. Individu dipengaruhi secara
kuat oleh pengharapan sosial untuk memilih tipe pekerjaan yang
sesuai dengan peran laki-laki dan perempuan. Perempuan
terbatas dalam memperoleh kesempatan dan kategori pekerjaan
yang layak didapatkannya. Sebagian besar perempuan terutama
yang tingkat pendidikannya rendah tidak terlalu termotivasi
untuk memilih karir jangka panjang.

b. Faktor Eksternal
1) Keluarga
Dari lingkungan keluargalah individu dapat menentukan
keberhasilan karirnya, karena ada beberapa orang disana yang
dapat menjadi inspirasi ataupun pembelajaran yang
mengembangkan dirinya untuk dapat menentukan pilihan
karirnya.
2) Latar Belakang Sosial Ekonomi
Latar belakang sosial mempengaruhi remaja dalam mengambil
keputusan. Begitu juga dalam penentuan karirnya, latar belakang
32

sosial ekonomi turut menjadi bahan pertimbangan seseorang


dalam menentukan keputusan karirnya. Namun, tidak jarang
semua orang yang dari latar belakang ekonominya tinggi juga
sukses dikehidupan masa depannya, namun tidak menutup
kemungkinan seseorang yang berlatarbelakang ekonominya
rendah dapat hidup sukses di masa depannya, jika individu itu
mau berusaha dan berpikiran maju.
3) Teman Sebaya
Lingkungan teman sebaya juga mempengaruhi individu dalam
penentuan pilihan karirnya, tidak jarang orang yang labil mudah
terpengaruh dengan bujukan teman sebayanya untuk mengikuti
jejaknya atau menjadi pilihan yang tepat karena ia merasa
nyaman dengan lingkungan yang lebih banyak teman
seumurannya ataupun sebaliknya.
4) Lingkungan Sekolah
Dari sekolah siswa dapat mengetahui segala informasi
pendidikan yang diberikan oleh guru dan patut untuk
dikembangkan dalam kehidupan di masa depan. Oleh karena itu
Santrock (2012) mengatakan sekolah sebagai satu-satunya
institusi di dalam masyarakat dewasa ini yang sanggup
memberikan sistem yang diperlukan untuk pendidikan mengenai
karir-instruksi, bimbingan, penempatan, dan koneksi sosial.
5) Faktor Realitas
Adalah berbagai hal yang ada di luar pikiran dan yang
seharusnya kita jalani dalam diri kita. Tidak jarang banyak
orang berimajinasi secara berlebihan, sehingga tidak
menggunakan logika dan faktual dalam memandangnya,
sehingga persepsi yang seperti inilah yang menimbulkan
kesalahan dalam menentukan jenjang karir kita. Padahal faktor
realitaslah yang harus kita gunakan dalam penentuan jenjang
33

karir, dengan melihat kenyataan di mana kemampuan kita yang


sebenarnya.
6) Proses Pendidikan
Merupakan proses pembelajaran seseorang dalam menilai
sesuatu yang bernilai positif untuk bekal di masa depannya.
Oleh karena itu proses pendidikan merupakan faktor penting
dalam keberhasilan individu menyelesaikan tugas
perkembangan karirnya.
Seligman (1994) menyimpulkan beberapa faktor yang
mempengaruhi kematangan karir seseorang, yaitu:
a. Faktor Keluarga
Keluarga memiliki peran penting dalam kematangan karir seseorang.
Keluarga adalah lingkungan sosial pertama di mana pengalaman
masa kecil atau perilaku orang-tua sebagai role model ikut serta
membentuk karakter dan pandangan anak.
b. Faktor Internal Individu
Faktor internal individu terhadap kematangan karir mencakup self
esteem (harga diri), self expectation (pengharapan diri), self efficacy
(keyakinan akan kemampuan diri), locus of control, minat, bakat,
keterampilan, kepribadian dan jenis kelamin.
c. Faktor Sosial-Ekonomi
Faktor sosial-ekonomi yang mempengaruhi kematangan karir
individu dibagi lagi menjadi tiga, yaitu lingkungan, status sosial
ekonomi.

2.3 Kerangka Pikir


Mahasiswa tingkat akhir yang akan segera mendapatkan gelar sarjana
maka selanjutnya akan memiliki aktivitas baru yang ingin mereka lakukan.
Berdasarkan hasil wawancara mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi
UNIBI Bandung pada umumnya memiliki keinginan untuk bekerja setelah
lulus kuliah. Mahasiswa tingkat akhir secara rata-rata berumur 20-25 tahun,
Super (Sharf, 2013) menyebutkan, tahap perkembangan remaja dan dewasa
34

awal memasuki tahap eksplorasi karir yang berlangsung pada usia 15-25 tahun.
Dimana tahapan ini meliputi usaha individu untuk memperoleh informasi yang
lebih lengkap dan akurat tentang pekerjaan, memilih alternatif karir,
memutuskan dan mulai bekerja. Dengan begitu hal ini terkait dengan
kematangan karir individu. Super (Sharf, 2013) menjelaskan, kematangan karir
dapat didefinisikan sebagai keberhasilan individu dalam menyelesaikan tugas
perkembangan karir yang khas pada tahap perkembangan karir. Kematangan
karir menurut Super (Sharf, 2013) dapat diukur melalui empat aspek, yaitu
perencanaan karir (career planning), eksplorasi karir (career exploration),
pengambilan keputusan (career decision making) dan informasi dunia kerja
(world of work information). Career planning menyatakan bagaimana individu
berpikir pada berbagai aktivitas mencari informasi dan seberapa banyak
mereka merasa mengetahui tentang berbagai aspek kerja. Career exploration
merupakan suatu keinginan untuk mengadakan penyelidikan atau mencari
informasi, hal ini mencakup keinginan untuk menggunakan sumber daya yang
ada. Career decision making mencakup kemampuan individu untuk
menentukan pilihan karirnya sesuai dengan kemampuan menggunakan
pengetahuan dan pemikirannya. World of work information yaitu bagaimana
individu mempunyai pengetahuan mengenai tugas pekerjaan yang dipilih dan
tugas-tugas perkembangan yang penting dalam karir.
Menurut Seligman (1994) salah satu faktor yang mempengarui
kematangan karir adalah faktor internal individu, dimana salah satunya adalah
self-efficacy. Self-efficacy Bandura (1997), yaitu keyakinan individu akan
kemampuannya mengorganisasikan dan melaksanakan serangkaian tindakan
yang dibutuhkan untuk menghasilkan sesuatu yang ingin dicapai. Self-efficacy
Bandura (1997) dapat mempengaruhi tindakan yang orang pilih untuk diikuti,
berapa banyak usaha yang mereka lakukan, berapa lama mereka akan bertahan
dalam menghadapi rintangan, ketahanan mereka terhadap kesulitan, bagaimana
stres yang mereka alami dalam mengatasi tuntutan lingkungan yang
membebani, dan tingkat pencapaian yang mereka sadari. Bandura (Santrock,
35

2012), menyatakan bahwa self-efficacy merupakan sebuah faktor yang penting


dalam menentukan berhasil atau tidaknya seseorang.
Self-efficacy menurut Bandura (1997) memiliki 3 dimensi yaitu, level,
general dan strength. Level merujuk pada keyakinan individu atas kemampuan
yang dimiliki terhadap tingkat kesulitan tugas (Bandura, 1997). Semakin yakin
individu bisa menyelesaikan tugas yang sulit, maka individu akan lebih jelas
dan matang dalam merencanakan karirnya, karena individu tersebut bisa
menyesuaikan pekerjaan yang diinginkan dengan kemampuannya. Generality
berkaitan dengan keyakinan individu akan kemampuanya melaksanakan tugas
di berbagai aktivitas (Bandura, 1997). Individu dengan self-efficacy tinggi akan
lebih mudah merencanakan karirnya dengan jelas dan matang karena dia
memiliki keyakinan bahwa dia mampu bekerja di berbagai aktivitas
dipekerjaan yang dia minati. Terakhir yaitu strength, aspek ini berkaitan
dengan tingkat kekuatan keyakinan atau pengharapan akan kemampuannya
(Bandura, 1997). Individu yang memiliki pengharapan yang mantap, maka
akan bertahan dalam usahanya mencapai tujuan karirnya yang telah
direncanakan. Kerena dia yakin akan kemampuannya, maka individu tersebut
bisa merencanakan karir dengan matang.
Dalam penelitian ini peneliti mengidentifikasi bahwa ketiga dimensi self-
efficacy memiliki hubungan yang berkaitan secara tidak langsung dengan
empat aspek kematangan karir. Pertama, pada aspek perencanaan karir (career
planning) menjelaskan bahwa banyaknya perencanaan yang dilakukan oleh
seseorang dapat menentukan kemampuan dirinya dalam mengelola berbagai
macam aktifitas atau situasi yang beragam seperti menentukan target yang
ingin dicapai, menyusun visi, meningkatkan keterampilan yang dikuasai,
mencari peluang karir, dan sebagainya. Oleh karena itu banyaknya
perencanaan karir yang dilakukan oleh mahasiswa dapat dipengaruhi oleh
tingkat kemampuan generalisasinya (generality) dalam menghadapi suatu
aktivitas atau situasi tertentu. Banyaknya perencanaan karir yang dilakukan
oleh mahasiswa juga akan membuat mahasiswa menghadapi berbagai tingkat
kesulitan (level) yang harus dihadapi. Oleh karena itu kekuatan (strength) dari
36

keyakinan atau pengharapan individu mengenai kemampuannya juga dapat


mempengaruhi proses perencanaan karirnya.
Pada aspek yang kedua yaitu eksplorasi karir (career exploration)
menjelaskan bahwa hal ini berhubungan dengan keinginan individu untuk
menggunakan sumber daya seperti orang tua, kerabat lainnya, teman, guru,
para konselor, buku-buku dan film-film. Berbagai sumber daya yang dimiliki
oleh mahasiswa tersebut dapat menjadi sumber informasi yang bermanfaat
dalam melakukan ekplorasi karir, walaupun demikian kemampuan dalam
memilih dan menyaring informasi yang didapat juga berhubungan dengan
tingkat generalisasi (generality) pada setiap individu. Akan tetapi dengan
sumber daya yang dimiliki tersebut tidak selalu mampu memberikan informasi
karir yang dibutuhkan, keterbatasan pengalaman dan pengetahuan akan
menjadi kesulitan (level) dalam mengeksplorasi karirnya. Selain itu kuat atau
lemahnya (strength) suatu pengharapan individu dalam mendapatkan
kebutuhan eksplorasi karirnya juga dapat dipengaruhi oleh keyakinan diri.
Kemudian pada aspek pengambilan keputusan (decision making) yang
merupakan situasi dimana seseorang harus membat keputusan karir dan
diminta untuk memutuskan keputusan yang terbaik, mahasiswa tingkat akhir
dituntut untuk mampu menentukan pilihan terbaiknya sebelum memulai karir.
Dalam hal ini mahasiswa akan dihadapkan pada berbagai pilihan yang
mungkin membingungkan, itu sebabnya kemampuan generalisasi (generality)
pada mahasiswa tingkat akhir merupakan hal yang penting untuk dimiliki
sebagai pertimbangan dari banyaknya pilihan yang akan diambil. Disamping
itu situasi sulit (level) dan kuat-lemahnya (strength) keyakinan yang dihadapi
oleh mahasiswa dalam menentukan pilihan juga dapat mempengaruhi
keputusan yang diambil.
Selain itu pada aspek dunia kerja (world of work information) yang
mencakup pengetahuan terhadap tugas-tugas pekerjaan pada beberapa
pekerjaan yang dipilih dan juga perilaku bekerja, menjelaskan bahwa dunia
kerja memiliki uraian tugas yang beragam sesuai dengan bidang usaha dan
jabatan yang di duduki. Maka dari itu mahasiswa tingkat akhir dengan tingkat
37

kematangan karir yang tinggi umumnya memiliki gambaran mengenai uraian


tugas (job description) terkait karir yang diminatinya. Kemampuan untuk
mengenali berbagai aktivitas dan situasi ini dapat berkenaan dengan tingkat
generalisasi (generality) pada setiap mahasiswa. Banyaknya informasi
mengenai tugas dan tanggung jawab didunia kerja juga akan memungkinkan
berpengaruh kemampuan mahasiswa dalam menghadapi kesulitan (level) serta
keyakinan (strength) dalam menghadapinya.
Dengan melihat hubungan antar dimensi dan aspek dari kedua variabel
tersebut yang saling berkaitan, maka sejalan dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Putri (2018) tentang hubungan self-efficacy dengan kematangan
karir mahasiswa tingkat akhir, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara self-efficacy dengan kematangan karir. Hal ini menujukkan
bahwa semakin tinggi self-efficacy yang dimiliki, maka seseorang akan
semakin siap untuk bekerja. Individu yang memiliki self-efficacy tinggi akan
lebih siap untuk menentukan karir yang tepat untuk dirinya dengan melakukan
eksplorasi dan perencanaan karir yang baik. Penelitian lain dilakukan oleh
Patton & Creed (Patton, 2019) pada pelajar di Australia berhasil mengungkap
bahwa salah satu faktor yang berhubungan dengan kematangan karir adalah
self-efficacy. Penelitian yang dilakukan Patton & Creed (Patton, 2019) tentang
self-efficacy dan menemukan bahwa individu yang memiliki self-efficacy tinggi
akan lebih menguasai berbagai tugas akademis dan lebih mampu untuk matang
dalam berkarir daripada pelajar yang memiliki self-efficacy rendah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa self-efficacy merupakan prediktor yang
signifikan untuk memprediksi prestasi dan kematangan karir
Dalam usaha untuk mencapai kematangan karir, mahasiswa sering kali
mengalami hambatan sehingga diperlukan usaha dan keyakinan dari
mahasiswa untuk mengatasi hambatan tersebut. Self-efficacy akan
mengembangkan usaha untuk meningkatkan dan mempersiapkan keterampilan
dan kemampuan yang mereka miliki dalam rangka meraih karir yang mereka
inginkan, serta berusaha mengatasi hambatan yang mahasiswa hadapi dalam
rangka pencapaian karir. Mahasiswa dengan self-efficacy tinggi juga berarti
38

meyakini diri sendiri untuk berhasil dan sukses, memiliki komitmen dalam
memecahkan masalahnya dan tidak akan menyerah ketika menemukan bahwa
strategi yang sedang digunakan itu tidak berhasil. Hal ini ditunjukkan dengan
beberapa perilaku mahasiswa yang diantaranya yakin dengan kemampuan
untuk menyelesaikan tugasnya dengan berbekal pengalaman yang dimiliki,
dapat menilai kemampuan diri, tidak mudah menyerah saat mengalami
kegagalan, merasa termotivasi untuk mengikuti keberhasilan orang lain,
terbuka pada saran orang lain yang memberi arahan dan perubahan untuk masa
depannya, senantiasa menyeimbangkan keadaan fisiologis dan emosinya
dengan menjaga kesehatan dan mengurangi tingkat stres. Self-efficacy juga
mempengaruhi besarnya usaha dan ketahanan mahasiswa dalam menghadapi
kesulitan. Selain itu mahasiswa dengan self-efficacy tinggi memandang tugas-
tugas sulit sebagai tantangan untuk dihadapi daripada sebagai beban yang harus
dihindari. Sementara mahasiswa dengan self-efficacy rendah dalam
mengerjakan tugas akan cenderung menghindari tugas tersebut, mahasiswa
akan merasa sulit untuk memacu diri dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan (Al-Arifin, 2015). Mahasiswa dengan self-efficacy tinggi akan
mempunyai keyakinan tentang kemampuan dalam melakukan suatu tugas yaitu
mencapai kematangan karir, sebaliknya mahasiswa yang memiliki self-efficacy
rendah akan memiliki keyakinan yang rendah pula mengenai usaha untuk
mencapai kematangan karirnya.
Individu yang memiliki self-efficacy yang rendah maka mereka akan
mengindari tugas yang menantang, memiliki komitmen yang lemah terhadap
karir yang ingin dicapainya, enggan mencoba suatu hal karena memikirkan
kelemahan yang dimiliki, cepat menyerah dalam mencapai karirnya, merasa
gagal atau ingin mundur ketika dalam kesulitan. Akan tetapi individu yang
memiliki self-efficacy yang tinggi akan sangat mudah dalam menghadapi
tantangan, tidak merasa ragu karena mempunyai kepercayaan akan
kemampuannya. Individu yang mempunyai self-efficacy tinggi maka mereka
akan terus berusaha dengan tekun, tidak mudah menyerah dalam suatu
kesulitan dalam mecapai keberhasilan karirnya. Sehingga individu yang
39

memiliki self-efficacy yang tinggi percaya bahwa dirinya mampu berhasil dan
sukses. Oleh karena itu dengan memiliki self-efficacy yang tinggi maka
mahasiswa diharapkan mampu menentukan keputusan karirnya dimana
mahasiswa dapat memilih pekerjaan yang sesuai dengan minat dan bakat
sehingga nantinya dapat mencari informasi mengenai pekerjaan yang
diinginkan, dimana hal ini terkait dengan kematangan karir (Al-Arifin, 2015).

Dari uraian permasalahan di atas maka jika dirumuskan dalam bentuk


skema, adalah sebagai berikut:
40

Mahasiswa Tingkat
Akhir Fakultas
Psikologi UNIBI

Kematangan Karir
Self-Efficacy
1. Perencanaan Karir
1. Level
2. Eksplorasi Karir
2. Strength
3. Pengambilan Keputusan
3. Generality
4. Informasi Dunia Kerja

Tingkat Self-Efficacy &


Kematangan Karir Pada
Mahasiswa Tingkat Akhir

Hubungan Self-Efficacy &


Kematangan Karir Pada
Mahasiswa Tingkat Akhir

Bagan 2.1 Kerangka pikir


2.4 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “adanya hubungan antara self-
efficacy dengan kematangan karir pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas
Psikologi UNIBI”.
.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena dalam
pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan
dari hasilnya menggunakan angka-angka (Arikunto, 2015). Pendekatan
penelitian kuantitatif juga dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, di mana pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan
tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2017).
Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian studi korelasional.
Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel.
Dengan teknik korelasi dapat mengetahui hubungan variasi dalam sebuah
variabel dengan variabel yang lain. Besarnya atau tingginya hubungan
tersebut dinyatakan dalam bentuk koefesien korelasi (Arikunto, 2015).

3.2 Variabel Penelitian


Variabel pertama yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah self-
efficacy dan variabel kedua yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah
kematangan karir mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi UNIBI.
Adapun variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel bebas (X) : Self-efficacy.
Variabel Terikat (Y) : Kematangan karir.

3.3 Definisi Operasional Variabel


3.3.1 Definisi Operasional Self-Efficacy
Keyakinan mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi UNIBI akan
kemampuan yang dimiliki untuk menentukan karirnya dilihat dari:

38
39

1. Seberapa yakin mahasiswa dalam menghadapi tugas karirnya dalam


berbagai tingkat kesulitan.
2. Seberapa yakin mahasiswa dalam menyelesaikan berbagai macam
tugas karir dengan baik.
3. Seberapa yakin mahasiswa dalam menjalankan tugas karirnya
dengan berbagai situasi.
3.3.2 Definisi Operasional Kematangan Karir
Kemampuan mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi UNIBI
dalam menjalankan tugas perkembangan karir sesuai dengan tahap
perkembangan yang sedang dijalani yang dapat terlihat dari:
1. Seberapa mampu mahasiswa memikirkan perencanaan karir dengan
berbagai kegiatan yang dapat menambah pengalamannya dalam
usaha mencari informasi serta mengetahui kondisi mengenai
pekerjaan.
2. Seberapa mampu mahasiswa mencari informasi dari berbagai sumber
yang ada dan memperoleh informasi yang banyak.
3. Seberapa mampu mahasiswa menentukan pilihannya sendiri dengan
membuat keputusan karir berdasarkan pengetahuan dan pemikiran.
4. Seberapa mampu mahasiswa mengetahui tugas penting
perkembangan untuk menunjang pekerjaan atau karir yang akan
ditekuni, mengetahui tugas-tugas dalam pekerjaan yang akan
ditekuni, serta perilaku dalam bekerja.

3.4 Populasi dan Sampel


Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang diteliti.
Secara umum mahasiswa tingkat akhir adalah mahasiswa yang hampir
menyelesaikan semua mata kuliahnya dan sedang mengambil tugas akhir
(skripsi). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tingkat
akhir Fakultas Psikologi UNIBI angkatan dari 2013, 2014, 2015, 2016,
2017 dan ditambah dengan mahasiswa konversi pindahan dari universitas
lain yang sedang menyusun skripsi berjumlah 78 orang.
40

Sampel merupakan bagian dari populasi yang merupakan objek


penelitian atau yang diteliti sesuai dengan karakteristik yang dimiliki
populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
nonprobability sampling yang berarti peneliti tidak memberikan peluang
atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel. Cara pengambilan sampel yang digunakan yaitu
dengan sampling kuota. Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan
sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah
(kuota) yang diinginkan tercapai (Sugiyono, 2018).
Kuota sampel ditentukan dengan menyetarakan jumlah sampel
mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki dengan perempuan.
Penyetaraan sampel tersebut dilakukan untuk menyesuaikan dengan tujuan
penelitian. Cara menentukan kuota sampel yang disetarakan tersebut
adalah dengan menghitung jumlah Mahasiswa Fakultas Psikologi UNIBI
yang berjenis kelamin laki-laki dan menetapkan jumlah yang didapatkan
sebagai kuota untuk sampel berjenis kelamin laki-laki, kemudian
menggunakan jumlah yang sama untuk sampel berjenis kelamin
perempuan.
Berdasarkan data yang didapat dari Admin Fakultas Psikologi UNIBI,
mahasiswa berjenis kelamin laki-laki yang terdaftar sebagai mahasiswa
akhir aktif di Fakultas Psikologi UNIBI dan termasuk pada angkatan
2013–2017 adalah sebanyak 23 orang. Oleh karena itu, kuota yang
ditetapkan adalah 23 orang untuk masing-masing sampel dari jenis
kelamin, sehingga total sampel yang digunakan adalah 46 orang. Dengan
demikian, sampel penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir Fakultas
Psikologi UNIBI berjumlah 46 orang, yang diambil dari angkatan 2013-
2017 dan mahasiswa konversi dengan menggunakan teknik sampling
kuota.
3.5 Alat ukur
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan
41

tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Arikunto, 2015).


Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan yaitu berupa angket atau
kuesioner. Jenis angket yang digunakan yaitu tertutup di mana angket
disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal
memberikan tanda pada kolom yang sesuai (Arikunto, 2015).
3.5.1 Alat Ukur Self-Efficacy
Alat ukur self-efficacy yang digunakan dalam penelitian ini
diambil dan diadaptasi dari Putri (2018) yang menyusun alat ukur
berdasarkan konsep teori self-efficacy dari Bandura (1997).
Reliabilitas dari alat ukur ini sebesar 0,885 artinya alat ukur ini
memiliki derajat reliabilitas tinggi. Alat ukur ini mengukur dimensi-
dimensi self-efficacy yang meliputi level, generality, dan strength.
Skala self-efficacy tersebut menggunakan sistem penilaian skala likert
yang terdiri dari empat kategori yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai),
TS (Tidak Sesuai), dan STS (Sangat Tidak Sesuai). Alat ukur ini
memiliki 32 aitem yang terdiri dari pernyataan favorable dan
unfavorable. Pada aitem favorable jawaban SS diberi skor 4, S
(Sesuai) diberi skor 3, TS (Tidak Sesuai) diberi skor 2, dan STS
( Sangat Tidak Sesuai) diberi skor 1. Sedangkan pada aitem
unfavorable diberi skor dengan urutan sebaliknya yaitu jawaban SS
diberi skor 1, S (Sesuai) diberi skor 2, TS (Tidak Sesuai) diberi skor 3,
dan STS ( Sangat Tidak Sesuai) diberi skor 4.

Tabel 1 LTabel 2Tabel 3.1 Skala Self-Efficacy


Jawaban Skor Aitem
Favorable Unfavorable
SS 4 1
S 3 2
TS 2 3
STS 1 4

Tabel 3Tabel 3.2 Kisi-kisi Alat Ukur Self-Efficacy


42

Aitem
No Dimensi Indikator
.
Favorable Unfavorable

1. Level (Seberapa Keyakinan akan 1, 7, 13 4, 10, 16


yakin mahasiswa kemampuan yang
dalam menghadapi dimiliki dalam
tugas karirnya dalam menghadapi proses
berbagai tingkatkarirnya.
kesulitan). Pemilihan tingkah 19, 25 22, 28, 32
laku berdasarkan
tingkat kesulitan
suatu aktivitas.
2. Generality Keyakinan untuk 2, 8, 14, 20, 5, 11, 17, 23,
(Seberapa yakin menjalani 26 29
mahasiswa dalam serangkaian
menyelesaikan aktivitas yang
berbagai macam bervariasi dalam
tugas karir dengan karirnya.
baik).
3. Strength (Seberapa Bertahan dalam 3, 9, 15 6, 12
yakin mahasiswa mencapai karir
dalam mengatasi yang diinginkan.
masalah mengenai Ulet dalam 21, 27, 31 18, 24, 30
tugas karir yang menghadapi
dihadapi). tuntutan tugas karir

3.5.2 Alat Ukur Kematangan Karir


Alat ukur kematangan karir yang digunakan dalam penelitian
ini diambil dan diadaptasi dari Putri (2018) yang menyusun alat ukur
berdasarkan konsep teori kematangan karir dari Super. Tingkat
reliabilitas dari alat ukur ini sebesar 0,923 artinya alat ukur ini
memiliki derajat reliabilitas tinggi. Alat ukur ini mengukur aspek-
aspek kematangan karir meliputi career planning, career exploration,
decision making, dan world of work information. Skala kematangan
karir tersebut menggunakan sistem penilaian skala likert yang terdiri
dari empat kategori yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak
Sesuai), dan STS ( Sangat Tidak Sesuai). Alat ukur ini memiliki 45
43

aitem yang terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable. Pada


aitem favorable jawaban SS diberi skor 4, S (Sesuai) diberi skor 3, TS
(Tidak Sesuai) diberi skor 2, dan STS ( Sangat Tidak Sesuai) diberi
skor 1. Sedangkan pada aitem unfavorable diberi skor dengan urutan
sebaliknya yaitu jawaban SS diberi skor 1, S (Sesuai) diberi skor 2, TS
(Tidak Sesuai) diberi skor 3, dan STS ( Sangat Tidak Sesuai) diberi
skor 4.

Tabel 4Tabel 3.3 Skala Kematangan Karir


Skor Item
Jawaban
Favorable Unfavorable
SS 4 1
S 3 2
TS 2 3
STS 1 4

Tabel 5Tabel 3.4 Kisi-kisi Alat Ukur Kematangan karir

Aitem
No Dimensi Indikator

Favorable Unfavorable

1. Perencanaan Karir Menyadari untuk 1, 9, 17, 25 5, 13, 21


(Memikirkan melakukan
perencanaan karir persiapan karir.
dengan kegiatan yang Merencanakan 33, 39 29, 37, 42
dapat menambah karir
pengalaman setelah lulus
mahasiswa dalam kuliah.
usaha mencari Mengetahui cara 43 45
informasi serta dan kesempatan
mengetahui kondisi dalam kondisi
mengenai pekerjaan). pekerjaan.
2. Eksplorasi Karir Berusaha menggali 2, 10, 18, 6, 14
(Mahasiswa mencari dan mencari 26
informasi dari informasi tentang
berbagai sumber yang karir dari berbagai
ada dan memperoleh sumber daya.
informasi yang Memiliki cukup 34, 40 22, 30
banyak). banyak informasi
karir.
44

3. Pengambilan Membuat ketetapan 3, 11, 19, 7, 15


Keputusan dalam pilihan 27
(Mahasiswa mampu keputusan karir.
menentukan Membuat 35,41, 44 23, 31, 38
pilihannya sendiri keputusan.
dengan membuat karir secara
keputusan karir mandiri.
berdasarkan
pengetahuan dan
pemikiran).
4. Informasi Dunia Kerja Mengetahui minat 4, 12 8, 16
(Mahasiswa dan kemampuan
mengetahui tugas yang harus dimiliki
penting perkembangan untuk menunjang
untuk menunjang pekerjaan atau karir
pekerjaan atau karir yang akan dipilih.
yang akan ditekuni, Mengetahui tugas- 20, 28, 36 24, 32
mengetahui tugas- tugas dalam
tugas dalam pekerjaan pekerjaan yang
yang akan ditekuni, akan dipilih dan
serta perilaku dalam perilaku dalam
bekerja). bekerja.

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas


3.6.1 Uji Validitas
Konsep validitas merujuk pada kualitas instrumen. Instrumen yang
valid adalah instrumen yang benar-benar dapat mengukur atribut
psikologis yang akan diukur. Artinya, validitas memiliki pengertian
berupa derajat ketepatan instrumen dalam mengukur atribut psikologis
yang diukur. Pengertian validitas tersebut, mengandung makna bahwa
derajat validitas menunjukkan keterkaitan atau hubungan antara alat ukur
dengan atribut psikologis yang diukur (Hasanuddin, 2009).
Penelitian ini menggunakan metode validitas, construct related,
yaitu dilakukan melalui proses analisis untuk menemukan hubungan
antara instrumen itu dengan konstruk teoritik tentang atribut psikologis
yang akan diukur dengan alat ukur tersebut (Hasanuddin, 2009). Berikut
langkah-langkah untuk mengukur validitas:
1. Mengumpulkan data hasil aitem seluruh responden.
45

2. Memberikan skor terhadap aitem–aitem jawaban dari setiap


responden.
3. Menghitung total skor dari setiap responden.
4. Mengkorelasikan skor aitem dengan skor skala (skor total alat
ukur).
Masrun (Sugiyono, 2017) menyatakan “Teknik Korelasi” untuk
menentukan validitas aitem sampai sekarang merupakan teknik yang
paling banyak digunakan”. Selanjutnya dalam memberikan interpretasi
terhadap koefesien korelasi, Masrun (Sugiyono, 2017) menyatakan
“Aitem yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total)
serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa aitem tersebut
mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk
dianggap memenuhi syarat adalah jika r = 0,3. Jadi jika korelasi antara
aitem dengan skor total kurang dari 0,3 maka aitem dalam instrumen
tersebut dinyatakan tidak valid.

3.6.2 Uji Reliabilitas


Pengukuran yang objektif dan akurat hanya akan mungkin dicapai
jika semua komponen dalam sistem pengukuran telah memenuhi
persyaratan yang ditentukan. Salah satu jaminan bahwa pengukuran itu
akan akurat dan objektif jika instrumen yang digunakan menghasilkan
data yang sesuai dengan kondisi objek yang diukur. Termasuk juga jika
dalam beberapa kali pengukuran dengan instrumen yang sama pada
waktu yang berbeda pada objek yang sama menunjukkan hasil ukur yang
tidak berbeda. Konsep yang menunjukkan kondisi alat ukur seperti itu
merupakan gambaran bahwa alat ukur atau instrumen tersebut adalah
stabil dan konsisten. (Hasanuddin, 2009).
Konsep reliabilitas berlandaskan pada konsistensi skor yang dicapai
individu yang sama dalam atribut psikologis yang sama, walaupun diukur
dalam waktu yang berbeda ataukah menggunakan instrumen yang
berbeda. Hal ini terjadi karena seharusnya tidak ada kesalahan
pengukuran atas subjek yang ditunjukkan oleh konsistensi skor-skor
46

tersebut. Lebih luas lagi pengertian reliabilitas tes menunjukkan sejauh


mana perbedaan individual dalam skor tes dapat disebabkan oleh
perbedaan individu pada atribut yang diukur, bukannya disebabkan oleh
faktor instrumen yang buruk atau situasi tes yang tidak kondusif.
Stabilitas dan konsistensi data tes hasil pengukuran merupakan bukti
bahwa instrumen yang digunakan memiliki karakteristik reliabel.
Pengambilan data penelitian ini menggunakan metode tryout
terpakai (uji coba terpakai). Hal ini dilakukan mengingat sibuknya
mahasiswa tingkat akhir atau responden yang sibuk menghadapi tugas
dan mempersiapkan diri untuk menghadapi kelulusan. Dalam penelitian
ini digunakan teknik Alpha cronbach untuk menguji reliabilitas alat ukur
tersebut. Data penelitian dihitung menggunakan bantuan SPSS windows
version 24.0.
Parameter untuk menafsirkan tinggi rendahnya koefisien reliabilitas
alat ukur menurut Guilford yaitu:
Tabel 6Tabel 3.5 Kategori Reliabilitas
Koefisien Alpha Kategori
< 0,20 Reliabilitas sangat rendah
0,21 - 0,40 Reliabilitas rendah
0,41 - 0,60 Reliabilitas sedang
0,61 - 0,80 Reliabilitas tinggi
0,81 - 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

3.6.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Self-Efficacy


Berdasarkan perhitungan validitas alat ukur diketahui bahwa nilai
korelasi dari masing-masing aitem instrumen kuesioner lebih besar dari
0,3 sehingga dapat disimpulkan bahwa aitem-aitem pada kuesioner
adalah valid atau layak dalam mendefinisikan variabel self-efficacy maka
diperoleh yang dinyatakan valid sebanyak 28 aitem dari 32 aitem. Aitem
yang tidak valid yaitu sebanyak 4 aitem pada nomor 1, 11, 12 dan 26.
Berdasarkan uji perhitungan reliabilitas pada alat ukur self-efficacy
ini diperoleh 0,938 artinya alat ukur ini memiliki derajat reliabilitas
tinggi. Oleh karena itu hasil pengukuran menggunakan alat ukur ini
47

mampu memberikan hasil yang konsisten atau hasil yang relatif sama
jika dilakukan pengukuran kembali di waktu yang berbeda.

Tabel 7Tabel 3.6 Kisi-kisi Alat Ukur Self-Efficacy Setelah Uji Validitas

Aitem
No Dimensi Indikator
.
Favorable Unfavorable

1. Level (Seberapa Keyakinan akan 6, 10 3, 9, 13


yakin mahasiswa kemampuan yang
dalam menghadapi dimiliki dalam
tugas karirnya dalam menghadapi proses
berbagai tingkatkarirnya.
kesulitan). Pemilihan tingkah 16, 22 19, 24, 28
laku berdasarkan
tingkat kesulitan
suatu aktivitas.
2. Generality Keyakinan untuk 1, 7, 11, 17 4, 14, 20, 25
(Seberapa yakin menjalani
mahasiswa dalam serangkaian
menyelesaikan aktivitas yang
berbagai macam bervariasi dalam
tugas karir dengan karirnya.
baik).
3. Strength (Seberapa Bertahan dalam 2, 8, 12 5
yakin mahasiswa mencapai karir
dalam mengatasi yang diinginkan.
masalah mengenai Ulet dalam 18, 23, 27 15, 21, 26
tugas karir yang menghadapi
dihadapi). tuntutan tugas karir

3.6.4 Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur Kematangan Karir
Berdasarkan perhitungan validitas alat ukur diketahui bahwa nilai
korelasi dari masing-masing aitem instrumen kuesioner lebih besar dari
0,3 sehingga dapat disimpulkan bahwa aitem-aitem pada kuesioner
adalah valid aatau layak dalam mendefinisikan variabel kematangan karir
maka diperoleh yang dinyatakan valid sebanyak 41 aitem dari 45 aitem.
48

Aitem yang tidak valid yaitu sebanyak 4 aitem pada nomor 13, 29, 40
dan 44.
Berdasarkan uji perhitungan reliabilitas pada alat ukur self-efficacy
ini diperoleh 0,943 artinya alat ukur ini memiliki derajat reliabilitas
tinggi. Oleh karena itu hasil pengukuran menggunakan alat ukur ini
mampu memberikan hasil yang konsisten atau hasil yang relatif sama
jika dilakukan pengukuran kembali di waktu yang berbeda.
Tabel 8Tabel 3.7 Kisi-kisi Alat Ukur Kematangan Karir Setelah Uji Validitas

Aitem
No Dimensi Indikator

Favorable Unfavorable

1. Perencanaan Karir Menyadari untuk 1, 9, 16, 24 5, 20


(Memikirkan melakukan
perencanaan karir persiapan karir.
dengan kegiatan yang Merencanakan 31, 37 35, 39
dapat menambah karir
pengalaman setelah lulus
mahasiswa dalam kuliah.
usaha mencari Mengetahui cara 40 41
informasi serta dan kesempatan
mengetahui kondisi dalam kondisi
mengenai pekerjaan). pekerjaan.
2. Eksplorasi Karir Berusaha menggali 2, 10, 17, 6, 13
(Mahasiswa mencari dan mencari 25
informasi dari informasi tentang
berbagai sumber yang karir dari berbagai
ada dan memperoleh sumber daya.
informasi yang Memiliki cukup 32 21, 28
banyak). banyak informasi
karir.
3. Pengambilan Membuat ketetapan 3, 11, 18, 7, 14
Keputusan dalam pilihan 26
(Mahasiswa mampu keputusan karir.
menentukan Membuat 33,38 22, 29, 36
pilihannya sendiri keputusan.
dengan membuat karir secara
keputusan karir mandiri.
berdasarkan
pengetahuan dan
49

pemikiran).
4. Informasi Dunia Kerja Mengetahui minat 4, 12 8, 15
(Mahasiswa dan kemampuan
mengetahui tugas yang harus dimiliki
penting perkembangan untuk menunjang
untuk menunjang pekerjaan atau karir
pekerjaan atau karir yang akan dipilih.
yang akan ditekuni, Mengetahui tugas- 19, 27, 34 23, 30
mengetahui tugas- tugas dalam
tugas dalam pekerjaan pekerjaan yang
yang akan ditekuni, akan dipilih dan
serta perilaku dalam perilaku dalam
bekerja). bekerja.

3.7 Analisis Data


Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri dan orang lain (Sugiyono, 2017).
Penentuan metode statistik yang digunakan sangat dipengaruhi oleh tujuan
penelitian dan jenis data. Seperti yang telah dikemukakan, tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara self-efficacy dengan
kematangan karir. Sehingga teknik yang digunakan untuk menganalisis data
adalah uji korelasi. Sebelum dilakukan uji korelasi peneliti terlebih dahulu
melaksanakan uji asumsi yang menyangkut uji normalitas dan uji linearitas.
Melalui uji normalitas ini dapat diketahui apakah kedua variabel tersebut
berdistribusi normal atau tidak dan uji linearitas bertujuan untuk mengetahui
apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear secara signifikan atau
tidak. Sedangkan uji korelasi yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah
Rank Spearman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sugiyono (2010:356):
“Korelasi Rank Spearman digunakan mencari hubungan atau untuk
menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang
dihubungkan berbentuk ordinal, dan sumber data antar variabel tidak
harus sama.”
50

Adapun kriteria dalam menetapkan derajat kekuatan atau keeratan korelasi


dapat digunakan kriteria sebagai berikut (Hasanudin, 2009):

Tabel 9Tabel 3.8 Kategori Derajat Korelasi


Koefisien Alpha Kategori
< 0,20 Tidak ada korelasi
0,21 - 0,40 Korelasi Rendah
0,41 - 0,60 Korelasi Cukup
0,61 - 0,80 Korelasi Tinggi
0,81 - 1,00 Korelasi tinggi sekali

Dari analisis perbedaan tingkat kematangan karir tersebut didapatkan


sebuah hipotesis statistik yaitu:

H0: Tidak ada hubungan antara self-efficacy dengan kematangan


karir
H1: Ada hubungan antara self-efficacy dengan kematangan karir

Kriteria Uji :
Menerima H0, jika P = α, dengan α = 0,000
Tolak H0, jika P > α atau P < α, dengan α = 0,0000
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Data Demografi
Analisis ini didasarkan pada data yang sudah terkumpul, berupa hasil
tanggapan angket yang diperoleh dari 46 mahasiswa tingkat akhir Fakultas
Psikologi UNIBI Bandung. Analisis deskriptif digunakan peneliti untuk
memberikan informasi mengenai karakteristik demografi subjek. Berikut
ini adalah hasil analisis deskriptif berdasarkan data demografi dari sampel
penelitian yang dijelaskan melalui tabel 4.1:
Tabel
10Tabel. 4.1 Data Demografi Responden Berdasarkan Usia
Kategori Frekuensi Presentase
Usia 20 1 2,17%
21 7 15,21%
22 13 28,26%
23 4 8,69%
24 6 13,04%
25 3 6,52%
26 3 6,52%
27 3 6,52%
29 2 4,34%
30 1 2,17%
31 1 2,17%
32 1 2,17%
34 1 2,17%
Jumlah 46 100%

Dilihat dari rentang usia, subjek yang berusia 20 tahun berjumlah 1


orang dengan presentase 2,17%, usia 21 tahun berjumlah 7 orang
dengan presentase 15,21%, usia 22 tahun berjumlah 13 orang dengan
presentase 28,26%, usia 23 tahun berjumlah 4 orang dengan presentase
8,69%, usia 24 tahun berjumlah 6 orang dengan presentase 13,04%,
usia usia 25 tahun berjumlah 3 orang dengan presentase 6,52%, usia 26

51
52

tahun berjumlah 3 orang dengan presentase 6,52%, usia 27 tahun


berjumlah 3 orang dengan presentase 6,52%, usia 29 tahun berjumlah 2
orang dengan presentase 4,34%, usia 30 tahun berjumlah 1 orang
dengan presentase 2,17%, usia 31 tahun berjumlah 1 orang dengan
presentase 2,17, usia 32 tahun berjumlah 1 orang dengan presentase
2,17 dan usia 34 berjumlah 1 orang dengan presentase 2,17%.

4.1.2 Deskripsi Tingkat Self-Efficacy


Untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat self-efficacy pada
subjek penelitian, maka perlu dilakukan pengkategorian pada hasil skor
yang didapat dari pengisian skala self-efficacy. Berdasarkan perhitungan
data, diperoleh hasil sebagai berikut:

Jumlah aitem : 28 aitem


Rentang minimum : (jumlah aitem x skor terkecil) 28 x 1 = 28
Rentang maksimum : (jumlah aitem x skor terbesar) 28 x 4 =
112

Median :
n
2
n
2( )
data ke + data ke + 1
= 87,50
2
Standar Deviasi (SD) : (Skor tertinggi – skor terendah) : 6
(112 – 28) : 6 = 14
Tingkat self-efficacy pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi
UNIBI Bandung dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu
tinggi dan rendah. Penentuan norma penelitian ini dapat dilakukan setelah
mengetahui nilai median, adapun nilai median dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 11Tabel 4.2 Data Deskriptif Self-Efficacy
Data Empirik
Variabel
Min Maks Median SD
Self-
42 110 87,50 12,58
efficacy
53

Untuk mengkategorikan subjek ke dalam kelompok tinggi dan rendah


maka yang digunakan adalah data statistik empirik. Setelah diketahui nilai
mediannya, maka langkah selanjutnya yaitu menentukan kategorisasi
untuk mengetahui tingkat self-efficacy dengan menggunakan standar
norma pembagian klasifikasi berikut:
Tabel 12 Tabel 4.3 Gambaran Self-Efficacy Pada Mahasiswa Tingkat
Akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung Berdasarkan Data
Empirik
Kategori Norma Interval Frekuensi Pro
Tinggi X ≥ µ X ≥ 87,50 26 56,52%
Rendah X < µ X < 87,50 20 43,47%

Berdasarkan kriteria pada tabel tersebut, maka dapat diketahui bahwa


56,52% dari responden penelitian memiliki self-efficacy yang tinggi dan
sisanya sebesar 43,47% memiliki self-efficacy yang rendah. Dari data
tersebut dijelaskan bahwa tingkat self-efficacy mahasiswa dapat dikatakan
tinggi apabila memiliki nilai lebih dari atau sama dengan 87,50. Dalam hal
ini self-efficacy yang tinggi pada mahasiswa juga ditunjukkan oleh
dimensi-dimensi self-efficacy yang sebagian besar berada pada kategori
tinggi. Selanjutnya dikatakan rendah apabila memiliki nilai kurang dari
87,50 dan sebagian besar dimensi-dimensi self-efficacy yang berada pada
kategori rendah.
Data di atas menunjukkan hasil bahwa frekuensi dan prosentase
tingkat self-efficacy pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi
UNIBI Bandung sebagian besar berada pada kategori tinggi. Ini
ditunjukkan dengan hasil skor yang diperoleh, yaitu 56,52% berada pada
kategori tinggi dengan jumlah frekuensi 26 mahasiswa, dan sebesar
47,83% berada pada kategori rendah dengan jumlah frekuensi 20
mahasiswa.

Gambaran Spesifik Tingkat Self-efficacy Ditinjau Setiap Dimensi


Selanjutnya peneliti melakukan analisis pada data yang diperoleh
dari skala self-efficacy sesuai dengan dimensi-dimensi dari self-efficacy
yaitu dimensi level, generality dan strength. Untuk menggambarkan
54

secara spesifik tingkat self-efficacy berdasarkan setiap dimensinya,


peneliti melakukan analisis skor pada setiap dimensi yang hendak
diukur. Selanjutnya skor tersebut dikelompokan berdasarkan dimensi
dan dilakukan perhitungan untuk menentukan kategorinya. Setiap
dimensi dikategorikan kedalam 2 kategori, yaitu tinggi dan rendah.
Berdasarkan hasil perhitungan didapat data sebagai berikut:

1. Gambaran Self-efficacy pada Dimensi Level


Tabel 13Tabel 4.4 Data Deskriptif Dimensi Level Pada Self-efficacy
Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung
Dimensi Data Empirik
Self- Mi Mak Media S
efficacy n s n D
Level 16 39 30 5

Tabel 14Tabel 4.5 Gambaran Dimensi Level pada Mahasiswa Tingkat


Akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung
Kategori Norma Interval Frekuens Pro
i
Tinggi X ≥ µ X ≥ 30 28 60,87%
Rendah X < µ X < 30 18 39,13%

Sesuai dengan pernyataan Bandura (1997) bahwa level


merupakan tingkat keyakinan seseorang dalam menghadapi
tuntutan kerjanya. Hal ini berarti berhubungan dengan
keyakinan mahasiswa dalam kesanggupannya untuk
melaksanakan dan menyelesaikan tuntutan tugas yang
diberikan. Mahasiswa yang memiliki tingkat level tinggi juga
yakin dengan kemampuan dirinya sehingga tantangan dan
kesulitan yang dihadapi dapat diselesaikan.
Berdasarkan tabel 4.5 dijelaskan bahwa dimensi level
mahasiswa dapat dikatakan tinggi apabila memiliki rentang
nilai antara 30 sampai 39. Tingkat level yang tinggi ini dapat
tercermin dalam sikap mahasiswa yang percaya pada potensi
dirinya, tidak ragu-ragu dalam menentukan pilihan pekerjaan
55

yang sesuai, mampu mengimbangi orang lain dalam


mengerjakan suatu tugas, yakin bahwa kemampuan yang
dimilikinya cukup dalam mencapai karir yang diinginkan dan
merasa memiliki kelebihan pada suatu bidang tertentu.
Kemudian dikatakan rendah apabila memiliki rentang nilai
antara 16 sampai kurang dari 30. Hal ini dapat tercermin dalam
perilaku mahasiswa yang biasanya kurang yakin dengan
kemampuan diri sendiri, ragu-ragu dalam menentukan pilihan
pekerjaan, merasa tidak memiliki bekal yang cukup dalam
menjalani karirnya dan merasa tidak memiliki kelebihan di
bidang apapun.
Dari data yang diperoleh, frekuensi terbesar berada pada
kategorisasi tinggi sebanyak 28 (60,87%) dan kategori rendah
sebanyak 18 (39,13%). Dengan demikian menunjukkan bahwa
sebagian besar mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi
UNIBI Bandung memiliki tingkat level yang tinggi.
Mahasiswa percaya dan yakin dengan potensi yang dimiliki,
tidak ragu-ragu dalam menentukan pilihan pekerjaan yang
sesuai untuk dirinya, mampu mengejakan tugas seperti yang
orang lain kerjakan, merasa bahwa kemampuan yang dimiliki
dapat dijadikan bekal yang cukup dalam mencapai karirnya,
mampu mengerjakan tugas yang suatu saat akan dijalani di
pekerjaan nanti dan merasa memiliki kelebihan pada suatu
bidang.

2. Gambaran Self-efficacy pada Dimensi Generality


Tabel 15Tabel 4.6 Data Deskriptif Dimensi Generality Pada Self-
efficacy Mahasiwa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi UNIBI
Bandung
Dimensi Data Empirik
Self- Mi Mak Media S
efficacy n s n D
Generality 10 32 25 4
56

Tabel 16Tabel 4.7 Gambaran Dimensi Generality pada Mahasiwa


Tingkat Akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung
Kategori Norma Interval Frekuens Pro
i
Tinggi X ≥ µ X ≥ 25 26 56,52%
Rendah X < µ X < 25 20 43,48%

Menurut Bandura (1997) generality merupakan bagaimana


seseorang menilai tingkat kemampuan diri sendiri dalam
melaksanakan suatu aktifitas tertentu. Penilaian ini dapat
didasarkan pada kesamaan aktifitas yang dilakukan oleh orang
lain dan menjadi modalitas yang ditunjukan melalui perilaku,
kognitif dan afektif
Dalam hal ini generality kesadaran diri pada mahasiswa
meliputi usaha seorang mahasiswa untuk menguasai tugas
karir yang diinginkan, keberanian dalam mencoba tugas karir
yang dipilih, tertantang dalam mengerjakan berbagai macam
tugas, kesiapan menjalani dunia kerja, merasa yakin dengan
tugas yang diberikan walaupun kurang menguasai tugas
tersebut, tidak bimbang dalam mencoba suatu pekerjaan.
Berdasarkan tabel 4.7 dijelaskan bahwa dimensi generality
pada mahasiswa dapat dikatakan tinggi apabila memiliki
rentang nilai antara 25 sampai 32. Kesadaran diri yang tinggi
juga dapat ditunjukkan melalui perilaku mahasiswa yang
menguasai tugas karir yang diinginkan, berani mencoba tugas
karir yang dipilih, menyukai tantangan dalam melaksanakan
tugas, berani mencoba tugas yang baru, tidak ragu dalam
mencoba suatu tugas walaupun belum menguasainya.
Kemudian dikatakan rendah apabila memiliki rentang nilai
antara 10 sampai kurang dari 25. Pada mahasiswa yang
memiliki generality rendah menganggap bahwa dirinya tidak
mampu menguasai tugas karir yang diinginkan, enggan
57

mencoba menguasai tugas karir yang dipilih, tidak menyukai


tantangan dalam mengerjakan suatu tugas, tidak berani
mencoba tugas-tugas baru, hanya memilih pekerjaan yang
dikuasai saja, memilih pekerjaan yang tidak menuntun untuk
melakukan hal baru, bimbang dalam mencoba dan
menghindari kegiatan yang tidak pernah dilakukan.
Dari data yang diperoleh, frekuensi terbesar berada pada
kategorisasi tinggi sebanyak 26 (56,52%) dan kategori rendah
sebanyak 20 (43,48%). Dengan demikian menunjukan bahwa
mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung
sebagian besar memiliki tingkat generality yang tinggi. Hal ini
menunjukan bahwa mahasiswa tingkat akhir Fakultas
Psikologi UNIBI Bandung menguasai tugas karir yang
diinginkan, merasa tertantang untuk mengerjakan berbagai
macam tugas, berani mencoba tugas karir yang dipilih, berani
mencoba aktifitas yang belum pernah dilakukan, tidak
bimbang dalam menjalani dunia kerja, dan dapat mencoba hal-
hal baru walaupun kurang menguasai hal tersebut.

3. Gambaran Self-efficacy pada Dimensi Strength


Tabel 17Tabel 4.8 Data Deskriptif Dimensi Strength Pada Self-efficacy
Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung
Dimensi Data Empirik
Self- Mi Mak Media S
efficacy n s n D
Strength 16 40 25 5

Tabel 18Tabel 4.9 Gambaran Dimensi Strength pada Mahasiswa


Tingkat Akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung
Kategori Norma Interval Frekuens Pro
i
Tinggi X ≥ µ X ≥ 25 43 93,48%
Rendah X < µ X < 25 3 6,52%
58

Sesuai dengan pernyataan Bandura (1997) bahwa dimensi


ini berkaitan dengan kekuatan dari self-efficacy seseorang
ketika berhadapan dengan tuntutan tugas atau suatu
permasalahan. Self-efficacy yang rendah dapat dengan mudah
dilihat ketika individu menghadapi pengalaman yang
menggelisahkan ketika menghadapi suatu tugas. Orang yang
memiliki keyakinan kuat dalam kemampuan mereka akan
bertahan dalam upaya mereka meskipun banyaknya kesulitan
dan rintangan yang dihadapi. Mereka tidak mudah putus asa
dalam menghadapi kesulitan. Semakin kuat rasa keyakinannya,
semakin besar ketekunan dan semakin tinggi kemungkinan
bahwa kegiatan yang dipilih akan berhasil dilakukan.
Dalam hal ini tingkat strength mahasiswa berkaitan dengan
kemampuan bertahan dalam mencapai karir yang diinginkan,
keuletan dalam menghadapi tuntutan tugas dan tidak mudah
putus asa dalam menjalani aktifitasnya.
Berdasarkan tabel 4.9 dijelaskan bahwa dimensi strength
pada mahasiswa dapat dikatakan tinggi apabila memiliki
rentang nilai antara 25 sampai 40. Salah satu bentuk perilaku
strength yang tinggi pada mahasiswa dapat ditunjukkan
dengan berusaha memenuhi kemampuan yang harus dimiliki
dalam karir yang diinginkan, mencari tempat kerja walaupun
di luar bidangnya, berusaha menambah bekal kemampuan
dengan berbagai cara, tidak mudah putus asa, tidak pernah
berhenti mencoba, selalu memanfaatkan waktu dan peluang
demi meningkatkan kemampuan diri dan bersungguh-sungguh
dalam menjalani karir yang dipilih.
Kemudian dikatakan rendah apabila memiliki rentang nilai
antara 16 sampai kurang dari 25. Mahasiswa dengan tingkat
strength yang rendah akan cenderung merasa puas dengan
kemampuan yang dimiliki, mencari kerja sebatas dengan
59

kemampuannya saja, tidak berusaha melatih dan mengasah


kemampuannya, putus asa dan sering merasa gagal, takut
dalam mencoba, kurang memanfaatkan waktu dan peluang
dalam meningkatkan keterampilan, kurang menekuni karir
yang hendak dipilih. Dari data yang diperoleh, frekuensi
tertinggi berada pada kategorisasi tinggi sebanyak 43 (93,48%)
dan kategori rendah sebanyak 3 (6,52%). Dengan demikian
menunjukkan bahwa mahasiswa tingkat akhir Fakultas
Psikologi UNIBI Bandung senantiasa berusaha memenuhi
kemampuan yang harus dimiliki dalam karir yang
diinginkannya, berusaha mengikuti berbagai kegiatan yang
mendukung karirnya, tidak mudah putus asa, berani mencoba
walaupun pernah gagal, mengoptimalkan kemampuan sesuai
tuntutan yang akan dipilih, memanfaatkan waktu dan peluang
untuk meningkatkan keterampilan, tekun dan ulet dalam
mencapai karirnya.

4.1.3 Deskripsi Tingkat Kematangan Karir


Untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat kematangan karir
pada subjek penelitian, maka perlu dilakukan pengkategorian pada hasil
skor yang didapat dari pengisian skala kematangan karir. Berdasarkan
perhitungan data, diperoleh hasil sebagai berikut:
Jumlah aitem : 41 aitem
Rentang minimum : (jumlah aitem x skor terkecil) 41 x 1 = 41
Rentang maksimum : (jumlah aitem x skor terbesar) 41 x 4 =
164
data ke ( n+1 )
Median : = 121
2
Standar Deviasi (SD) : (Skor tertinggi – skor terendah) : 6
(164 – 41) : 6 = 20,5
Tingkat kematangan karir pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas
Psikologi UNIBI Bandung dalam penelitian ini dibagi menjadi dua
60

kategori, yaitu tinggi dan rendah. Penentuan norma penelitian ini dapat
dilakukan setelah mengetahui nilai median, adapun nilai median dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 19Tabel 4.10 Data Deskriptif Kematangan Karir
Data Empirik
Variabel
Min Maks Median SD
Kematanga
63 158 111 17,23
n Karir

Setelah diketahui nilai mediannya, maka langkah selanjutnya yaitu


menentukan kategorisasi untuk mengetahui tingkat kematangan karir
dengan menggunakan standar norma pembagian klasifikasi berikut:
Tabel 20 Tabel 4.11 Gambaran Kematangan Karir Pada Mahasiswa
Tingkat Akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung
Berdasarkan Data Hipotetik
Kategori Norma Interval Frekuensi Pro
Tinggi X ≥ µ X ≥ 111 40 86,95%
Rendah X < µ X < 111 6 13.05%

Berdasarkan kriteria pada tabel tersebut, maka dapat diketahui bahwa


86,95% dari responden penelitian memiliki kematangan karir yang tinggi
dan sisanya sebesar 13,05% memiliki kematangan karir yang rendah. Pada
tabel 4.11 dijelaskan bahwa tingkat kematangan karir mahasiswa dapat
dikatakan tinggi apabila memiliki nilai lebih dari atau sama dengan 111.
Dalam hal ini kematangan karir yang tinggi pada mahasiswa juga
ditunjukkan oleh aspek-aspek kematangan karir yang sebagian besar
berada pada kategori tinggi. Selanjutnya dikatakan rendah apabila
memiliki nilai kurang dari 111 dan sebagian besar aspek-aspek
kematangan karir yang berada pada kategori rendah.
Dari data di atas menunjukkan hasil bahwa frekuensi dan prosentase
tingkat kematangan karir pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi
UNIBI Bandung sebagian besar berada pada kategori tinggi. Ini
ditunjukkan dengan hasil skor yang diperoleh, yaitu 86,95% berada pada
kategori tinggi dengan jumlah frekuensi 40 mahasiswa, dan sebesar
61

13,05% berada pada kategori rendah dengan jumlah frekuensi 6


mahasiswa.

Gambaran Spesifik Tingkat Kematangan Karir Ditinjau Setiap Aspek


Selanjutnya peneliti melakukan analisis pada data yang diperoleh dari
skala kematangan karir sesuai dengan aspek-aspek dari kematangan karir
yaitu aspek Perencanaan Karir (Career Planning), Eksplorasi Karir
(Career Exploration), Pengambilan Keputusan (Decision Making) dan
Informasi dunia kerja (World of Work Information). Untuk
menggambarkan secara spesifik tingkat kematangan karir berdasarkan
setiap aspeknya, peneliti melakukan analisis skor pada setiap aspek yang
hendak diukur. Selanjutnya skor tersebut dikelompokan berdasarkan aspek
dan dilakukan perhitungan untuk menentukan kategorinya. Setiap dimensi
dikategorikan kedalam 2 kategori, yaitu tinggi dan rendah. Berdasarkan
hasil perhitungan didapat data sebagai berikut:

1. Gambaran Kematangan Karir Pada Aspek Perencanaan Karir


(Career Planning)
Tabel 21 Tabel 4.12 Data Deskriptif Aspek Perencanaan Karir Pada
Kematangan Karir Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi
UNIBI Bandung
Aspek Kematangan Data Empirik
Karir Min Maks Median SD
Perencanaan Karir
18 47 33,5 5,26
(Career Planning)

Tabel 22 Tabel 4.13 Gambaran Aspek Perencanaan Karir pada Mahasiswa


Tingkat Akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung
Frekuensi Pro
Kategori Norma Interval

Tinggi X≥µ X ≥ 33,5 40 86,95%


Rendah X<µ X < 33,5 6 13,05%

Sesuai dengan pernyataan Super (Sharf, 2013) bahwa aspek ini


mengukur seberapa banyak pemikiran individu yang diberikan pada
berbagai aktivitas mencari informasi dan seberapa banyak mereka
62

merasa mengetahui tentang berbagai aspek kerja. Banyaknya


perencanaan yang dilakukan seseorang sangat penting untuk konsep
ini. Beberapa aktivitas atau kegiatan yang termasuk adalah belajar
tentang informasi karir, berbicara dengan orang dewasa mengenai
rencana-rencana, mengikuti kursus-kursus yang akan membantu
dalam memutuskan suatu karir, berpartisipasi di dalam kegiatan
ekstrakulikuler atau mencoba pekerjaan-pekerjaan paruh waktu dan
memperoleh pelatihan atau pendidikan untuk suatu pekerjaan. Selain
itu, konsep ini berhubungan dengan pengetahuan tentang kondisi
pekerjaan, syarat pendidikan, pandangan pekerjaan, perbedaan
pendekatan-pendekatan untuk masuk ke dalam pekerjaan dan
kesempatan-kesempatan untuk maju. Perencanaan karir mengacu pada
seberapa banyak individu merasa bahwa dia tahu tentang kegiatan
tersebut, bukan seberapa banyak dia benar-benar tahu. Skor rendah
pada tahapan ini jika individu merasa tidak perlu memikirkan rencana
karir.
Berdasarkan tabel 4.13 dijelaskan bahwa aspek perencanaan karir
(career planning) mahasiswa dapat dikatakan tinggi apabila memiliki
nilai lebih dari atau sama dengan 33,5. Tingkat perencanaan karir
yang tinggi ini dapat tercermin dalam sikap mahasiswa yang percaya
menyadari untuk melakukan persiapan karir, merencanakan karir
setelah lulus kuliah dan mengetahui cara dan kesempatan dalam
kondisi pekerjaan.
Kemudian dikatakan rendah apabila memiliki nilai kurang dari
33,5. Hal ini dapat tercermin dalam perilaku mahasiswa yang biasanya
kurang sadar akan persiapan karir yang dilakukan, tidak atau belum
merencanakan karir setelah lulus kulian dan kurang mengetahui cara
dan kesempatan pada kondisi pekerjaan.
Dari data yang diperoleh, frekuensi terbesar berada pada
kategorisasi tinggi sebanyak 40 (86,95%) orang. Sedangkan kategori
rendah sebanyak 6 (13,05%) orang. Dengan demikian menunjukan
63

bahwa sebagian besar mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi


UNIBI Bandung memiliki tingkat perencanaan karir yang tinggi.
Mahasiswa berpikir dengan aktif mengikuti kegiatan yang ada di
kampus, menyadari bahwa kegiatan-kegiatan yang diikuti di kampus
memiliki manfaat yang dapat mempengaruhi persiapan karirnya di
masa depan, mengerti bahwa pengalaman karir tidak hanya didapat
pada saat memasuki dunia kerja saja, banyaknya kegiatan yang diikuti
menjadi bekal untuk membuat arah karir menjadi semakin jelas,
seminar dan pelatihan yang diikuti akan menunjang karirnya kelak,
memikirkan tujuan karir setelah lulus kuliah, merancang strategi
dalam mencapai karir, telah banyak mendapatkan gambaran akan
langkah selanjutnya setelah lulus kulian dan mengetahui syarat
pendidikan dalam suatu pekerjaan dibidang psikologi.

2. Gambaran Kematangan Karir Pada Aspek Eksplorasi Karir


(Career Exploration)
Tabel 23 Tabel 4.14 Data Deskriptif Aspek Eksplorasi Karir Pada Kematangan
Karir Mahasiwa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung
Data Empirik
Aspek Kematangan
Karir Mak
Min Median SD
s
Eksplorasi Karir
17 36 27 4,45
(Career Exploration)

Tabel 24 Tabel 4.15 Gambaran Aspek Eksplorasi Karir Pada Mahasiwa


Tingkat Akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung
Frekuensi Pro
Kategori Norma Interval

Tinggi X≥µ X ≥ 27 17 36,95%


Rendah X<µ X < 27 29 63,05%

Menurut Super (Sharf, 2013) aspek ini mencakup keinginan


individu untuk menggunakan sumber daya seperti orang tua, kerabat
lainnya, teman, guru, para konselor, buku-buku dan film-film. Selain
64

keinginan, eksplorasi karir juga berkaitan dengan seberapa banyak


informasi yang telah diperoleh individu dari sumber tersebut.
Eksplorasi karir berbeda dengan perencaan karir, perencanaan karir
fokus dengan pemikiran dan perencanaan mengenai masa depan
sedangkan eksplorasi karir berkaitan dengan penggunaan sumber
daya, tetapi keduanya berfokus pada sikap terhadap kerja.
Dalam hal ini eksplorasi karir meliputi usaha dalam menggali dan
mencari informasi tentang karir dari berbagai sumber daya. Selain itu
eksplorasi karir juga dapat berkaitan dengan seberapa banyak
informasi yang dimiliki sebagai cara dalam mencapai karir yang
diinginkan.
Berdasarkan tabel 4.15 dijelaskan bahwa aspek eksplorasi karir
pada mahasiswa dapat dikatakan tinggi apabila memiliki rentang nilai
lebih dari atau sama dengan 27. Kesadaran diri yang tinggi juga dapat
ditunjukkan melalui perilaku mahasiswa yang berusaha mencari
informasi pekerjaan melalui internet, bertanya kepada alumni
mengenai informasi kerja, sering berdiskusi dengan dosen mengenai
pekerjaan di bidang psikologi, berdiskusi dengan orang tua mengenai
pekerjaan yang ingin dilakukan, tertarik pada suatu pekerjaan
sehingga senantiasa mencari tahu informasi lebih, mengetahui bidang-
bidang yang sejalan dengan kemampuan diri dan memiliki banyak
referensi sebagai dapat mempertimbangkan karir yang akan dijalani.
Kemudian dikatakan rendah apabila memiliki nilai kurang dari 27.
Pada mahasiswa yang memiliki eksplorasi karir yang rendah biasanya
cenderung memiliki sedikit informasi terkait dunia kerja yang akan
dijalaninya, kurangnya memanfaatkan media informasi seperti internet
dan buku, kurang aktif dalam bertanya kepada alumni dan dosen,
jarang berdiskusi dengan orang tua mengenai keinginan karir yang
ingin dicapai, tidak memiliki ketertarikan pada suatu bidang tertentu
sehingga kurang menggali informasi mengenai tujuan karirnya dan
65

bingung dengan banyaknya informasi dunia kerja sehingga sulit untuk


memutuskan satu tujuan yang ingin ditetapkan.
Dari data yang diperoleh, frekuensi terbesar berada pada
kategorisasi rendah sebanyak 29 (63,05%) orang. Sedangkan kategori
tinggi sebanyak 17 (36,95%) orang. Dengan demikian menunjukkan
bahwa mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung
sebagian besar memiliki tingkat eksplorasi karir yang rendah. Hal ini
menunjukkan bahwa mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi
UNIBI Bandung kurang memanfaatkan sumber daya yang dimiliki
untuk mencari informasi pekerjaan misalnya internet, buku, maupun
media informasi lainnya. Mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi
UNIBI Bandung juga kurang aktif dalam bertanya mengenai informasi
pekerjaan baik kepada teman, alumni maupun dosen. Selain itu
mahasiswa juga kurang berdiskusi dengan orang tuanya mengenai
bidang karir apa yang ingin dijalani. Banyaknya informasi yang
dimiliki terkadang membuat mahasiswa bingung dalam menentukan
pilihan karirnya.

3. Gambaran Kematangan Karir Pada Aspek Pengambilan


Keputusan (Decision Making)
Tabel 25 Tabel 4.16 Data Deskriptif Aspek Pengambilan Keputusan Pada
Kematangan Karir Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi
UNIBI Bandung.
Data Empirik
Aspek Kematangan Karir
Min Maks Median SD
Pengambilan Keputusan
16 44 31,5 4,94
(Decision Making)

Tabel 26 Tabel 4.17 Gambaran Aspek Pengambilan Keputusan Pada


Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung
Frekuensi Pro
Kategori Norma Interval

Tinggi X≥µ X ≥ 31,5 39 84,78%


Rendah X<µ X < 31,5 7 15,22%
66

Pengambilan keputusan merupakan gagasan di mana individu


harus mengetahui bagaimana keputusan karir menjadi penting dalam
konsep kematangan vocational Super. Konsep ini berhubungan
mengenai kemampuan menggunakan pengetahuan dan pemikiran
untuk membuat rencana karir. Dalam pengambilan keputusan,
individu diberi situasi di mana orang lain harus membuat keputusan
karir dan diminta untuk memutuskan keputusan yang terbaik.
Sehingga individu harus tahu bagaimana membuat keputusan karir
yang baik untuk dirinya sendiri. Dalam hal ini tingkat pengambilan
keputusan mahasiswa berkaitan dengan membuat ketetapan dalam
pilihan keputusan karir dan mampu membuat keputusan karir secara
mandiri.
Berdasarkan tabel 4.17 dijelaskan bahwa aspek pengambilan
keputusan pada mahasiswa dapat dikatakan tinggi apabila memiliki
nilai lebih dari atau sama dengan 31,5. Salah satu bentuk perilaku
pengambilan keputusan yang tinggi pada mahasiswa dapat
ditunjukkan dengan berusaha mampu memutuskan karir yang dipilih
sesuai dengan informasi dan pengalaman yang dimiliki, tidak ragu
dalam menentukan pilihan karir yang ingin dicapai, telah
mempertimbangkan segala sesuatunya demi kesiapan karir,
memutuskan pekerjaan sesuai dengan potensi yang dimiliki, berusaha
memutuskan pekerjaan yang terbaik bagi diri sendiri, keputusan yang
dipilih merupakan keinginan sendiri, mandiri dalam menentukan
pilihan dan memiliki keinginan untuk lepas dari ketergantungan orang
tua.
Kemudian dikatakan rendah apabila memiliki nilai kurang dari
31,5. Mahasiswa dengan tingkat pengambilan keputusan yang rendah
akan sulit dalam menentukan karirnya, ragu dalam menentukan
pilihan karirnya, mudah terpengaruh oleh orang lain, sulit mengetahui
potensi yang dimiliki sehingga bingung dengan pilihan karir yang
akan dijalani, kurangnya pertimbangan yang matang dalam
67

menentukan karir sehingga terpikirkan resiko yang akan dijalani dan


masih membutuhkan bantuan orang lain dalam menentukan pilihan
karirnya.
Dari data yang diperoleh, frekuensi tertinggi berada pada
kategorisasi tinggi sebanyak 39 (84,78%) orang. Sedangkan kategori
rendah sebanyak 7 (15,22%) orang. Dengan demikian menunjukan
bahwa mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung
mampu membuat keputusan karirnya dengan melihat potensi yang
dimiliki, tidak ragu dalam mengambil keputusan karena telah
mempertimbangkan segala resikonya, memiliki kemandirian dalam
menentukan tujuan karir dan yakin dengan pilihan karir yang menjadi
keinginannya sendiri.

4. Gambaran Kematangan Karir Pada Aspek Informasi Dunia


Kerja (World of Work Informatin)
Tabel 27 Tabel 4.18 Data Deskriptif Aspek Informasi Dunia Kerja Pada
Kematangan Karir Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi
UNIBI Bandung
Data Empirik
Aspek Kematangan Karir
Min Maks Median SD
Informasi Dunia Kerja
12 36 25,5 4,2
(World of Work Information)

Tabel 28 Tabel 4.19 Gambaran Aspek Informasi Dunia Kerja Pada


Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung
Frekuensi Pro
Kategori Norma Interval

Tinggi X≥µ X ≥ 25,5 43 93,48%


Rendah X<µ X < 25,5 3 6,52%

Menurut Super (Sharf, 2013) konsep informasi dunia kerja ini


memiliki dua komponen dasar. Pertama berhubungan dengan
pengetahuan terhadap tugas-tugas penting perkembangan seperti,
ketika orang lain akan mengeksplor minat-minat dan kemampuan-
kemampuan mereka, bagaimana orang lain belajar mengenai
68

pekerjaan-pekerjaan mereka dan alasan mengapa terdapat orang-orang


yang merubah pekerjaannya. Konsep berikutnya mencakup
pengetahuan terhadap tugas-tugas pekerjaan pada beberapa pekerjaan
yang dipilih dan juga perilaku bekerja. Beberapa mahasiswa sering
memiliki informasi yang keliru mengenai bagaimana mendapatkan
suatu pekerjaan dan bagaimana berperilaku sewaktu mereka
mendapatkan suatu pekerjaan. Dalam hal ini informasi dunia kerja
pada mahasiswa berkaitan dengan mengetahui minat dan kemampuan
yang harus dimiliki untuk menunjang pekerjaan atau karir yang akan
dipilih, mengetahui tugas-tugas pekerjaan yang akan dipilih dan
perilaku dalam bekerja.
Berdasarkan tabel 4.19 dijelaskan bahwa aspek pengembilan
keputusan pada mahasiswa dapat dikatakan tinggi apabila memiliki
nilai lebih dari atau sama dengan 25,5. Salah satu bentuk perilaku
pengambilan keputusan yang tinggi pada mahasiswa dapat
ditunjukkan dengan memiliki kemampuan untuk mengetahui
kebutuhan yang menunjang pekerjaannya, memulai pengetahuan
seputar dunia kerja sebelum memasuki dunia kerja, mengetahui tugas-
tugas yang akan dijalani dalam karir yang akan dijalaninya,
mengetahui gambaran umum pekerjaan yang akan dijalaninya dan
mengetahui tanggung jawab dari bidang pekerjaan yang menjadi
pilihan karirnya.
Kemudian dikatakan rendah apabila memiliki rentang nilai kurang
dari 25,5. Mahasiswa dengan tingkat informasi dunia kerja yang
rendah biasanya kurang mengetahui kebutuhan yang menunjang
pekerjaannya, pengetahuan yang seputar dunia kerja umumnya
didapat saat dirinya memasuki dunia kerja, mengetahui apa saja yang
harus dipersiapkan dalam menjalani karirnya dimasa depan,
mengetahui gambaran umum dan tanggung jawab dari pekerjaan yang
akan dipilihnya.
69

Dari data yang diperoleh, frekuensi tertinggi berada pada


kategorisasi tinggi sebanyak 43 (93,48%) orang. Sedangkan kategori
rendah sebanyak 3 (6,52%) orang. Dengan demikian menunjukkan
bahwa mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung
sudah mampu mengetahui kebutuhan apa saja yang dapat menunjang
pekerjaanya, mempersiapkan segala sesuatunya lebih awal dengan
mencari informasi mengenai gambaran umum dan tanggung jawab
dari pekerjaan yang akan dijalaninya suatu saat.

4.1.4 Uji Normalitas


Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam
variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Uji normalitas ini
menggunakan teknik one sample Kolmogorov-Smirnov dan data
dinyatakan berdistribusi normal jika tingkat signifikansi lebih besar dari
0,05 (Priyatno, 2009). Uji normalitas dilakukan dengan bantuan software
SPSS 24. Hasil uji normalitas (uji Kolmogorov-Smirnov) menunjukkan
bahwa nilai signifikansi pada variabel self-efficacy sebesar 0,049 dan nilai
signifikansi pada variabel kematangan karir sebesar 0,046 hal ini
menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari nilai tingkat
kepercayaan (α=0,05). Sehingga distribusi atau sebaran data dapat
dikatakan tidak normal.

4.1.5 Uji Linearitas


Dari uji linearitas diketahui nilai signifikansi pada linearity untuk
variabel self-efficacy dengan kematangan karir sebesar 0,000. Dari hasil
tersebut dapat dilihat bahwa signifikansi kurang dari 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa antara variabel bebas (independent variable) dan
variabel terikat (dependent variable) terdapat hubungan yang linear.
Berdasarkan uji linearitas yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa asumsi
linearr dalam penelitian ini terpenuhi.
70

4.1.6 Uji Korelasi Rank Spearman Antara Self-Efficacy dengan


Kematangan Karir
Dikarenakan data yang didapat dalam penelitian ini tidak berdistribusi
normal maka uji korelasi yang digunakan menggunakan uji statistik
nonparametrik Rank Spearman. Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi
Rank Spearman diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,774 dengan
signifikansi (p) sebesar 0,000 (<0,01 = siginifikan). Berdasarkan hasil
tersebut dapat dinyatakan bawa terdapat hubungan positif yang tinggi
antara self-efficacy dengan kematangan karir pada mahasiswa tingkat akhir
Fakultas Psikologi UNIBI Bandung. Sehingga semakin tinggi self-efficacy
maka semakin tinggi kematangan karir pada mahasiswa tingkat akhir
fakultas psikologi UNIBI Bandung, begitupun sebaliknya semakin rendah
self-efficacy maka semakin rendah kematangan karir pada mahasiswa
tingkat akhir fakultas psikologi UNIBI Bandung. Dengan demikian
hipotesis (H1) yang menyatakan bahwa “Terdapat hubungan antara self-
efficacy dengan kematangan karir pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas
Psikologi UNIBI” dapat diterima.

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan didapat dari analisis kedua variabel tersebut
menunjukkan bahwa sebanyak 26 orang mahasiswa (56,52%) memiliki self-
efficacy tinggi dan 40 orang mahasiswa (86,95%) juga memiliki tingkat
kematangan karir yang tinggi. Sedangkan sisanya sebanyak 20 orang mahasiswa
(47,83%) memiliki self-efficacy rendah dan 6 orang mahasiswa (13,05%) juga
memiliki tingkat kematangan karir yang rendah. Hal tersebut menunjukkan
bahwa sebagian besar mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi UNIBI berada
pada kategori self-efficacy dan kematangan karir yang tinggi. Sesuai dengan apa
yang dikatakan oleh Bandura (1997) bahwa self-efficacy merupakan keyakinan
individu akan kemampuannya mengorganisasikan dan melaksanakan
serangkaian tindakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sesuatu yang ingin
dicapai.
71

Sesuai dengan uraian dikerangka pikir yang menjelaskan hubungan antara


self-efficacy dengan kematangan karir dapat dilihat dari keterkaitan antar
aspek/dimensi pada masing-masing variabel. Dalam penelitian ini, prosentase
tingkat tinggi-rendah yang didapat dari masing-masing aspek/dimensi dari kedua
variabel tersebut akan memberikan interpretasi yang menggambarkan hubungan.
Self-efficacy meliputi keyakinan sesorang dalam mempengaruhi tindakan yang
orang pilih untuk diikuti, berapa banyak usaha yang mereka lakukan dalam
usaha yang diberikan, berapa lama mereka akan bertahan dalam menghadapi
rintangan dan kegagalan, ketahanan mereka terhadap kesulitan, apakah pola
pikir mereka menghalangi diri atau membantu diri sendiri, serta bagaimana stres
dan depresi yang mereka alami dalam mengatasi tuntutan lingkungan yang
membebani dan tingkat pencapaian yang mereka sadari. Sedangkan kematangan
karir adalah kesadaran seseorang akan kemampuan untuk membuat pilihan karir
yang sesuai, termasuk kesadaran akan hal-hal yang dibutuhkan dalam membuat
keputusan karir, serta tingkatan pilihan karir yang realistis dan konsisten
sepanjang tahap perkembangannya. Kematangan karir meliputi kesadaran
seseorang dalam melakukan persiapan karirnya, mengetahui cara dan
kesempatan dalam kondisi pekerjaan, berusaha menggali dan mencari informasi
tentang karir dari berbagai sumber daya, banyaknya informasi yang didapatkan
mengenai karir, kemampuan membuat ketetapan dalam memutuskan pilihan
karir, mandiri dalam menentukan pilihan, mengetahui minat dan kemampuan
yang harus dimiliki dalam menunjang karir/pekerjaan yang akan dipilih dan
mengetahui tugas-tugas dalam pekerjaan yang akan dipilihnya.
Hasil perhitungan kategorisasi aspek perencanaan karir menunjukan bahwa
sebagian besar mahasiswa berada pada tingkat tinggi sebanyak 40 orang
(86,95%). Dari data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa
tingkat akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung memiliki tingkat perencanaan
karir yang tinggi. Mahasiswa berpikir dengan aktif mengikuti kegiatan yang ada
di kampus, menyadari bahwa kegiatan-kegiatan yang diikuti di kampus memiliki
manfaat yang dapat mempengaruhi persiapan karirnya di masa depan, mengerti
bahwa pengalaman karir tidak hanya didapat pada saat memasuki dunia kerja
72

saja, banyaknya kegiatan yang diikuti menjadi bekal untuk membuat arah karir
menjadi semakin jelas, seminar dan pelatihan yang diikuti akan menunjang
karirnya kelak, memikirkan tujuan karir setelah lulus kuliah, merancang strategi
dalam mencapai karir, telah banyak mendapatkan gambaran akan langkah
selanjutnya setelah lulus kuliah dan mengetahui syarat pendidikan dalam suatu
pekerjaan dibidang psikologi. Selain itu, dimensi level yang berada pada
kategori tinggi sebanyak 28 (60,87%) juga menunjukan bahwa sebagian besar
mahasiswa mampu menghadapi berbagai kesulitan (level) dalam merencanakan
karirnya. Tingkat dimensi generality yang berada kategori tinggi sebanyak 36
(56,52%) menunjukkan sebagian besar mahasiswa mampu menghadapi suatu
aktivitas atau situasi tertentu dalam merencanakan karir. Selain itu mahasiswa
tingkat akhir juga memiliki keyakinan yang kuat atas pengharapannya dalam
merencanakan karir yang dibuktikan dengan dimensi strength yang berada pada
tingkat tinggi sebanyak 43 orang (93,48%).
Kemudian dari hasil perhitungan kategorisasi aspek eksplorasi karir
menunjukan bahwa sebagian besar mahasiswa berada pada tingkat rendah
sebanyak 29 orang (63,05%). Dari data tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa
belum sepenuhnya memanfaatkan sumber daya yang ada seperti orang tua,
kerabat lainnya, teman, guru, para konselor, buku-buku dan film-film. Berbagai
sumber daya yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut belum bisa dijadikan
sumber informasi yang bermanfaat dalam melakukan ekplorasi karir, walaupun
demikian kemampuan dalam memilih dan menyaring informasi yang dimiliki
oleh mahasiswa cukup tinggi karena dibuktikan dengan tingkat generality yang
tinggi sebanyak 26 (56,52%). Dimensi level yang berada pada kategori tinggi
sebanyak 28 (60,87%) juga menunjukkan bahwa sebenarnya mahasiswa tidak
mengalami kesulitan dalam melakukan eksplorasi karir hanya saja berbagai
sumberdaya yang dimiliki tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan. Selain itu
sesuai dengan hasil perhitungan aspek strength sebesar 43 (93,48%) yang
menunjukkan bahwa sebagian besar berada pada kategori tinggi, menunjukkan
bahwa kuatnya harapan mahasiswa dalam mendapatkan kebutuhan karirnya,
akan tetapi kurangnya pengalaman yang dimiliki mahasiswa dalam
73

mengeksplorasi karir dapat menjadi salah satu penyebab tingkat eksplorasi karir
yang rendah.
Dari hasil perhitungan kategorisasi aspek pengambilan keputusan
menunjukan bahwa sebagian besar mahasiswa berada pada tingkat tinggi
sebanyak 39 orang (84,78%). Dari data tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa
telah mampu membuat keputusan karir dan menentukan pilihan yang terbaik.
Dengan didukung kemampuan generality yang tinggi sebanyak 26 (56,52%)
menunjukkan bahwa walaupun banyaknya pilihan yang harus diambil namun
tidak membuatnya bingung untuk mempertimbangkan keputusannya. Selain itu
mahasiswa juga mampu menghadapi situasi sulit (level) dengan tingginya
keyakinan (strength) yang dimiliki dalam menentukan pilihan karirnya.
Selain itu dari hasil perhitungan kategorisasi aspek informasi dunia kerja
sebagian besar mahasiswa juga berada pada kategori tinggi sebanyak 43 orang
(93,48%). Dari data tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan yang dimiliki
mahasiswa cukup tinggi mengenai uraian tugas sesuai dengan bidang yang
hendak dijalani, dengan didukung oleh kemampuan generality yang tinggi
mahasiswa juga mampu mengenali berbagai aktivitas dan situasi yang suatu saat
akan berhubungan dengan dunia kerjanya. Banyaknya informasi mengenai tugas
dan tanggung jawab di dunia kerja juga bukanlah hal yang menyulitkan bagi
mahasiswa karena memiliki tingkat level self-efficacy yang cukup tinggi bahkan
mahasiswa juga yakin dan mampu untuk menghadapinya karena tingkat strength
yang dimiliki cukup tinggi.
Berdasarkan hasil analisis statistik data terhadap variabel self-efficacy dan
kematangan karir menggunakan uji korelasi rank spearman, nilai koefesien
korelasinya yaitu sebesar 0,774 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara self-efficacy dengan kematangan karir. Dari nilai koefisien korelasi
tersebut dapat diketahui bahwa kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang
positif Sehingga semakin tinggi self-efficacy pada mahasiswa tingkat akhir
Fakultas Psikologi UNIBI Bandung maka semakin tinggi pula kematangan
karirnya. Begitu juga sebaliknya jika semakin rendah self-efficacy pada
mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung maka semakin
74

rendah pula kematangan karirnya. Dari hasil analisis tersebut menunjukkan


bahwa sebagian besar mahasiswa yakin akan potensi yang dimilikinya, yakin
dengan tugas yang diberikan karena baginya merupakan kesempatan untuk
maju, yakin bahwa dirinya mampu melakukan berbagai macam kegiatan, serta
yakin bahwa dirinya akan mampu mencapai tujuan yang diinginkannya
walaupun mendapatkan kesulitan. Dengan keyakinan yang dimilikinya membuat
mereka berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sehingga mereka
mampu merencanakan tujuan karir selanjutnya, mereka juga menjadi lebih
berusaha untuk mencari informasi mengenai karir yang diinginkan dengan
demikian mereka mampu membuat keputusan karir sesuai dengan informasi dan
pengetahuan yang didapat dan mengetahui informasi mengenai dunia kerja
seperti tugas dan kemampuan apa yang dibutuhkan.
Self-efficacy memiliki hubungan terhadap kematangan karir. Individu dengan
tingkat efikasi diri yang tinggi memiliki kemampuan untuk merencanakan suatu
hal secara lebih matang, lebih termotivasi, dan siap untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Selain itu, mereka juga mampu untuk menetapkan komitmen dan
mampu memandang kesuksesan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Self-
efficacy juga dapat memotivasi individu untuk mencapai suatu tujuan dan tahan
terhadap stres. Hal tersebut tidak terlepas dari keyakinan diri individu tentang
potensi dirinya serta berbagai pengalaman keberhasilan dan kegagalan yang
telah dilalui. Pengalaman-pengalaman tersebut, dapat memberi petunjuk kepada
individu untuk berperilaku searah dan sesuai dengan tujuan hidupnya.
Jika dikaitkan dengan kematangan karir, self-efficacy mampu menentukan
aspirasi terkait bidang karir yang diinginkan dan sesuai dengan dirinya.
Kematangan karir tidak hanya menuntut kesiapan untuk merancang karir dan
menjalankan karirnya kelak. Diperlukan keyakinan akan kemampuan yang
dimiliki untuk mencapai bidang karir, keyakinan bahwa potensi yang dimiliki
sesuai dengan kriteria bidang karir, serta keyakinan bahwa dirinya mampu
belajar dan mengembangkan dirinya pada bidang karir yang diinginkan.
Menurut Bandura (1994), self-efficacy berhubungan dengan kompetensi dan
kesuksesan remaja yang beranjak dewasa terkait dengan salah satunya pekerjaan
75

atau karir berupa persiapan merancang dan menentukan karir, memantapkan


keyakinan untuk mencapai karir, serta motivasi untuk beradaptasi dengan karir
yang nantinya dipilih. Hacket (1995) juga menyebutkan bahwa efikasi diri juga
berpengaruh terhadap kematangan karir, yaitu membentuk nilai-nilai yang akan
digunakan untuk mencapai karir, cara pandang individu untuk menentukan
tujuan dalam berkarir, serta mengambil keputusan atas karir yang akan dijalani.
Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian Putri (2018) yang menjelaskan
bahwa terdapat hubungan signifikan antara self-efficacy dengan kematangan
karir. Dalam penelitiannya menujukkan bahwa semakin tinggi self-efficacy yang
dimiliki, maka seseorang akan semakin siap untuk bekerja. Individu yang
memiliki self-eficacy tinggi akan lebih siap untuk menentukan karir yang tepat
untuk dirinya dengan melakukan eksplorasi dan perencanaan karir yang baik.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai
hubungan self-efficacy dengan kematangan karir pada mahasiswa tingkat akhir
Fakultas Psikologi UNIBI Bandung dapat ditarik kesimpulannya sebagai
berikut:
1. Terdapat hubungan antara self-efficacy dengan kematangan karir pada
mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung, dengan hasil
korelasi yaitu 0,774 yang menunjukkan bahwa hubungan diantara kedua
variabel tersebut berada pada kategori tinggi. Dengan demikian semakin
tinggi individu yakin akan kemampuan yang dimilikinya maka semakin
tinggi kemampuan individu dalam menjalankan tugas-tugas karir pada tahap
perkembangannya. Sebaliknya, semakin rendah keyakinan akan
kemampuan yang dimilikinya maka semakin rendah kemampuan individu
dalam menjalankan tugas-tugas karir pada tahap perkembangannya.
2. Sebagian besar mahasiswa Fakultas Psikologi tingkat akhir UNIBI Bandung
memiliki tingkat self-efficacy yang tinggi sebanyak 24 orang (52,17%) dan
kematangan karir yang tinggi sebanyak 40 orang (86,95%). Artinya,
sebagian besar mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung
yakin dengan kemampuan diri yang dimiliki dan telah mampu membuat
pilihan karir yang sesuai.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ada beberapa saran yang dapat
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian selanjutnya, antara lain
adalah:
1. Bagi mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung yang
memiliki self-efficacy yang rendah terutama pada dimensi level dapat
mencoba mengenali kelebihan dan kekurangan yang dimiliki terlebih

75
76

dahulu. Sehingga dapat meningkatkan keyakinannya yang terkait dengan


tingkat kesulitan tugas yang mana individu merasa mampu untuk
melakukannya. Selain itu mahasiswa juga dapat melihat pengalaman
keberhasilan orang lain dalam mencapai tujuan atau tugas karirnya.
2. Bagi mahasiswa yang memiliki kematangan karir yang rendah terutama
pada aspek career exploration dapat melakukan sharing atau berdiskusi
dengan dosen-dosen di psikologi atau dosen wali, bertanya dengan alumni,
atau dengan orang yang berpengalaman yang dapat mengarahkan dan
memberikan informasi dan saran yang terbaik. Sehingga dapat memberikan
informasi yang akurat dan mampu menentukan pilihan karirnya sesuai
dengan pengetahun dan informasi yang didapat.
3. Untuk peneliti selanjutnya dapat menggunakan variabel lainnya seperti
keluarga atau lingkungan yang merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kematangan karir.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Arifin, M. A. (2015). Pengaruh Motivasi Belajar dan Efikasi Diri Terhadap


Kematangan Karir Mahasiswa Program Studi Kimia Uny Tahun Angkatan
2009. Psikologi Pendidikan Dan Perkembangan. Retrieved from
http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/16198

Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian : Edisi Revisi. Malang: UMM Press

Amadi, C.C., Joshua, M.T., & Asagwara, C.G. 2007. Assessment of the
Vocational Maturity of Adolescent Students in Owwerri Education Zone of
Imo State, Nigeria. J. Hum. Ecol., 21, 4, 257-263.

Angelia, M. (2012). Hubungan Antara Adaptabilitas Karir dan Prestasi Akademik


Pada Mahasiswa Universitas Indonesia. [Skripsi]. Depok: Universitas
Indonesia.

Arikunto, S. (2015). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

_______ (2013). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

As’ad, M. 1995. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty

Z.A, Asep. (2017). Program Bimbingan Karir Berbasis Web untuk


Mengembangkan Kematangan Karir Siswa Universitas Pendidikan
Indonesia. Bimbingan, Program Berbasis, Karir Mengembangkan, Untuk
Karir, Kematangan, 1–10. Retrieved from http://repository.upi.edu/33774/

Bandura, A. (1997). Self-Efficacy The Exercise of Control. New York: W.H.


Freeman and Company

Baron, R.A. & Byrne, D. 2004. Psikologi Sosial Jilid 1 (penerjemah Ratna
Djuwita, dkk.). Jakarta: Erlangga.

BPS. 2019. Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2019. Internet. www.bps.go.id.


Diakses 2 April 2020.

Brown, S. D., & Lent, R. W. (2013). Career Development and Counseling:


Putting Theory and Research to Work. In John Wiley & Sons (Vol. 53).
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Coertse, S. & Schepers, J.M. 2004. Some Personality and Cognitive Correlates of
Career Maturity. Journal of Industrial Psychology, 30 (2), 56-73.
Dhillon, U. & Kaur, R. 2005. Career Maturity of School Children. Journal of the

77
78

Indian Academy of Applied Psychology. Vol. 31, No. 1-2, 71-76.

Djaali. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: P.T. Bumi Aksara.

Fatmasari, D. (2016). Hubungan antara konsep diri dan dukungan orang tua
dengan kematangan karir pada siswa SMA. Skripsi. Surakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Gloria A. Tangkeallo, Rijanto Purbojo, & Kartika S. Sitorus. (2014). Hubungan


Antara Self-Efficacy Dengan Orientasi Masa Depan Mahasiswa Tingkat
Akhir. Jurnal Psikologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau, 10(Juni), 25–32.

Hurlock, E.B. 2002. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan (penerjemah Istiwidayati dan Soedjarwo). Jakarta:
Erlangga.

Jatmika, D. (2015). Gambaran Kematangan Karir Pada Para Mahasiswa Tingkat


Akhir Fakultas Sosial dan Humaniora Universitas Bunda Mulia. Laporan
Penelitian, 1–35.

Lestari, W.T. (2016). Hubungan Antara Efikasi Diri dengan Kematangan Karir
Pada Mahasiswa Tingkat Akhir [Skripsi]. Yogyakarta: Universitas Ahmad
Dahlan.

Noor, H. (2009). Psikometri: Aplikasi dalam Penyusunan Instrumen Pengukuran


Perilaku. Bandung: Fakultas Psikolgi Universitas Islam Bandung.

Patton, W. (2019). Contributions to Australia and the International Field. In


Career Development as a Partner in Nation Building Australia (pp. 235-262).
Brill Sense.

Pinasti, W. (2011). Pengaruh Self-efficacy , Locus Of Control dan Faktor


Demografis Terhadap Kematangan Karir. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 38. Retrieved from
http://www.repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/1364.

Pravitasari, A. (2014). Hubungan Antara Self Esteem Dengan Kematangan Karir


Pada Siswa Kelas Xi Teknik Gambar Bangunan Smk Negeri 2 Depok
Sleman Yogyakarta [Skripsi]. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Putri, L. C., & Damayanti, T. (2018). Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan


Kematangan Karir Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi
Unisba. Prosiding Psikologi, 4, 924–930.

Santrock, J.W. (2012). Life Span Development Edisi Ketigabelas Jilid II. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
79

Sariputri, V. T. (2018). Hubungan antara Self Awareness dengan Kematangan


Karier pada Mahasiswa Tingkat Akhir Program Studi Teknik Pertambangan
Universitas “ X ” (The Relationship between Self Awareness and Career
Maturity at Final Year Students of Mining Engineering Study Progra.
Prosiding Psikologi, 4(2), 943–949.

Seligman, L. (1994). Developmental career counseling and assessment. Sage


Publications, Inc.

Sharf, R.S. (2013). Applying Career Development Theory To Counseling (sixth


edition). Pacific Grove: Brooks/Cole, Cangage Learning. Canada: Nelson
Education.

Sudjani. (2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan karir siswa


sekolah menengah kejuruan negeri di Kota Bandung. Prosiding Konvensi
Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7.
FPTK Universitas Pendidikan Indonesia.

Sugiyono. (2005). Metode Peneliti Administrasi. Bandung: CV. Alfabeta.

______(2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sukardi, D.K. 1987. Bimbingan Karir di Sekolah-Sekolah. Jakarta: Ghalia


Indonesia.

Super, D.E. 1980. A Life-Span, Life-Space Approach to Career Development.


Journal of Vocational Behavior, 16, 282-298.

Super, D. E., & Super, C. M. (2001). Opportunities In Psychology Careers. New


York: McGraw-Hill.

Tangkeallo, G.A., Purbojo, dan Sitorus, (2014). Hubungan Antara Self Efficacy
Dengan Orientasi Masa Depan Mahasiswa Tingkat Akhir. Jurnal Psikologi
Perkembangan.

Umam, N. A. A. (2015). Hubungan Antara Self Efficacy Karir dengan


Kematangan Karir Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Karanganyar
Kab.Demak. Skripsi, 1–184.

Widyatama, T. (2015). Studi Deskriptif Mengenai Kematangan Karir pada


Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi Unisba [Skripsi]. Bandung:
Universitas Islam Bandung.
80

Yunia, E. R. (2012). Hubungan Antara Self Efficacy Dengan Kematangan Karir


Pada Mahasiswa Tingkat Awal Dan Tingkat Akhir Di Universitas
Surabaya. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1
No.1 2012.
LAMPIRAN

81
82

Lampiran A
Alat Pengumpul Data
I. Kisi-kisi Skala Self-Efficacy Sebelum Uji Validitas & Reliabilitas
II. Kisi-kisi Skala Kematangan Karir Sebelum Uji Validitas & Reliabilitas
III. Kisi-kisi Skala Self-Efficacy Setelah Uji Validitas & Reliabilitas
IV. Kisi-kisi Skala Kematangan Karir Setelah Uji Validitas & Reliabilitas
V. Lembar Persetujuan Responden Online
VI. Skala Self-Efficacy Online
VII. Skala Kematangan Karir Online
83

L 1Lampiran 1I. Kisi-kisi Skala Self-Efficacy Sebelum Uji Validitas & Reliabilitas

Aitem
No. Dimensi Indikator

Favorable Unfavorable

1. Level Keyakinan 1. Saya percaya dan yakin 4. Saya ragu dalam


(Seberapa akan dengan potensi yang menentukan pilihan
yakin kemampuan saya miliki. pekerjaan yang sesuai
mahasiswa yang dimiliki 7. Jika orang lain mampu untuk saya.
dalam dalam mengerjakan suatu 10. Kemampuan yang saya
menghadapi menghadapi tugas, maka saya pun miliki tidak cukup untuk
tugas karirnya proses mampu mencapai karir yang saya
dalam berbagai karirnya. mengerjakannya. inginkan.
tingkat 13. Saya mampu 16. Saya merasa tidak
kesulitan). mengerjakan tugas yang memiliki kelebihan
akan saya jalani dibidang apapun.
dipekerjaan nanti.
Pemilihan 19. Saya mampu 22. Saat menghadapi tugas
tingkah laku menyelesaikan setiap yang sulit, saya
berdasarkan tugas yang diberikan. cenderung mengurangi
tingkat 25. Mengerjakan tugas yang usaha saya.
kesulitan menantang bagi saya 28. Saya enggan mencoba
suatu merupakan kesempatan ketika dituntun dalam
aktivitas. untuk maju. suatu pekerjaan yang
sulit.
32. Saya mengeluh jika
mengerjakan suatu hal
yang menantang.
2. Generality Keyakinan 2. Saya menguasai tugas 5. Saya enggan untuk
(Seberapa untuk karir yang saya mencoba dalam
yakin menjalani inginkan. menguasai tugas karir
mahasiswa serangkaian 8. Saya merasa tertantang yang saya pilih.
dalam aktivitas yang untuk mengerjakan 11. Saya memilih pekerjaan
menyelesaikan bervariasi berbagai macam tugas. yang saya kuasai saja.
berbagai dalam 14. Saya mampu untuk 17. Saya memilih pekerjaan
macam tugas karirnya. mengerjakan aktivitas yang tidak menuntun saya
karir dengan yang belum saya coba untuk melakukan suatu
baik). sebelumnya. hal yang baru.
20. Saya mampu untuk 23. Menjalankan dunia kerja
menghadapi dunia kerja merupakan suatu hal yang
nantinya. membuat saya bimbang
26. Saya dapat mengerjakan untuk mencobanya.
tugas karir saya nantinya 29. Saya menghindari suatu
walaupun saya kurang kegiatan yang tidak
menguasi tugas tersebut. pernah saya lakukan.
3. Strength Bertahan 3. Saya berusaha 6. Saya mencari tempat
(Seberapa dalam memenuhi kemampuan kerja hanya sebatas
84

yakin mencapai yang harus dimiliki kemampuan yang saya


mahasiswa karir yang dalam karir yang saya miliki.
dalam diinginkan. inginkan. 12. Saya merasa gagal ketika
mengatasi 9. Saya berusaha tidak bisa menyelesaikan
masalah mengikuti kursus agar tugas dengan baik.
mengenai dapat menjalankan karir
tugas karir yang saya inginkan.
yang 15. Ketika gagal untuk
dihadapi). mencapai karir, saya
berusaha untuk mencoba
lagi.
Ulet dalam 21. Saya mampu 18. Saya menunda-nunda
menghadapi mengoptimalkan untuk mencoba berbagai
tuntutan tugas kemampuan saya sesuai aktivitas dalam
karir tuntutan karir yang akan meningkatkan
saya pilih. keterampilan saya.
27. Saya dapat melakukan 24. Saya berhenti berusaha
berbagai aktivitas untuk jika karir yang diinginkan
mencapai karir yang sulit untuk dicapai.
saya inginkan. 30. Saya merubah karir saya
31. Saya dapat menekuni ketika saya mengadapi
karir yang akan saya kesulitan.
pilih.
85

Lampiran 2II. Kisi-kisi Skala Kematangan Karir Sebelum Uji Validitas & Reliabilitas

Aitem
No Dimensi Indikator

Favorable Unfavorable

1. Perencanaan Menyadari 1. Saya berpikir, 5. Saya berpikir


Karir untuk dengan aktif kegiatan-kegiatan
(Memikirkan melakukan mengikuti kegiatan kampus tidak
perencanaan persiapan yang ada di kampus mempengaruhi saya
karir dengan karir. dapat membantu dalam menentukan
kegiatan yang saya dalam karir kedepan.
dapat menentukan karir 13. Menurut saya
menambah saya ke depan. pengalaman karir
pengalaman 9. Saya berpikir didapatkan ketika
mahasiswa dengan mengikuti nanti bekerja.
dalam usaha seminar dapat 21. Banyaknya kegiatan
mencari membantu saya yang saya lakukan,
informasi dalam membuat saya
serta merencanakan karir bingung menentukan
mengetahui yang saya inginkan. tujuan setelah lulus.
kondisi 17. Saya berpikir
mengenai mengikuti kursus
pekerjaan). atau pelatihan dapat
menunjang karir
saya kelak.
25. Dengan
pengalaman yang
saya miliki dapat
menentukan tujuan
saya setelah lulus.
Merencanakan 33. Saya telah
29. Menyusun rencana
karir memikirkan tujuan untuk mendapatkan
setelah lulus saya setelah lulus pekerjaan yang saya
kuliah. kuliah. inginkan akan saya
39. Saya membuat pikirkan setelah lulus
strategi kuliah.
perencanaan 37. Saya belum
setelah lulus kuliah.mempunyai gambaran
pekerjaan apapun
setelah lulus kuliah
nanti.
42. Saya tidak tahu akan
bekerja sebagai apa
setelah lulus kuliah.
Mengetahui 43. Saya mengetahui 45. Saya berpikir belum
cara dan syarat pendidikan saatnya mengetahui
kesempatan dalam suatu syarat apa saja yang
86

dalam kondisi pekerjaaan dibutuhkan dalam


pekerjaan. dibidang psikologi. suatu pekerjaan.
2. Eksplorasi Berusaha 2. Saya mencari 6. Saya jarang bertanya
Karir menggali dan informasi pekerjaan mengenai informasi
(Mahasiswa mencari dari internet. pekerjaan yang ingin
mencari informasi 10. Saya bertanya saya lakukan.
informasi dari tentang karir mengenai informasi 14. Saya tertarik pada
berbagai dari berbagai pekerjaan dengan suatu pekerjaan
sumber yang sumber daya. alumni psikologi. namun saya belum
ada dan 18. Saya berdikusi menggali informasi
memperoleh dengan dosen mengenai pekerjaan
informasi mengenai tersebut.
yang banyak). pekerjaan di bidang
psikologi.
26. Saya berdiskusi
dengan orangtua
mengenai
pekerjaan yang
ingin saya lakukan.
Memiliki 34. Saya sudah 22. Saya memiliki
cukup banyak mendapatkan informasi yang sedikit
informasi banyak informasi mengenai pekerjaan di
karir. pekerjaan dari bidang psikologi.
berbagai sumber. 30. Mengetahui banyak
40. Saya mengetahui informasi pekerjaan
mengenai akan membuat saya
pekerjaan di setiap bingung mengenai
bidang psikologi. karir tersebut.
3. Pengambilan Membuat 3. Saya memutuskan 7. Saya ragu dalam
Keputusan ketetapan karir yang saya memutuskan pilihan
(Mahasiswa dalam pilihan pilih sesuai dengan karir saya.
mampu keputusan informasi dan 15. Saya menentukan
menentukan karir. pengalaman yang pilihan karir saya
pilihannya saya miliki. tanpa
sendiri dengan 11. Saya memutuskan mempertimbangkan
membuat pekerjaan yang apa yang akan saya
keputusan ingin saya tekuni hadapi.
karir sesuai dengan
berdasarkan minat saya.
pengetahuan 19. Saya memutuskan
dan pekerjaan yang
pemikiran). ingin saya tekuni
sesuai dengan
potensi yang saya
miliki.
27. Saya
mempertimbangkan
pilihan karir sesuai
dengan resiko yang
akan saya hadapi.
87

Membuat 35. Saya sudah dapat 23. Saya membutuhkan


keputusan. memutuskan bantuan orang lain
karir secara pekerjaan apa yang untuk membuat
mandiri. terbaik untuk saya. keputusan akan
41. Keputusan pekerjaan yang ingin
pekerjaan yang saya tekuni.
saya pilih, 31. Saya mudah
merupakan terpengaruh oleh
keinginan saya. pendapat orang lain
44. Saya memilih dalam memilih
pekerjaan tanpa pekerjaan.
pengaruh dari 38. Saya masih mengikuti
orang lain. pekerjaan yang dipilih
oleh orang-tua untuk
saya.
4. Informasi Mengetahui 4. Saya tahu 8. Bagi saya kemampuan
Dunia Kerja minat dan kemampuan apa yang dibutuhkan
(Mahasiswa kemampuan yang dibutukan dalam bekerja
mengetahui yang harus untuk menunjang didapatkan ketika
tugas penting dimiliki untuk pekerjaan saya. saya mulai bekerja.
perkembanga menunjang 12. Saya mengetahui 16. Saya tidak tahu apa
n untuk pekerjaan atau potensi apa yang yang harus saya
menunjang karir yang dibutuhkan dalam persiapkan untuk
pekerjaan atau akan dipilih. pekerjaan yang menunjang pekerjaan
karir yang saya pilih. saya nanti.
akan ditekuni, Mengetahui 20. Saya mengetahui 24. Tugas yang harus saya
mengetahui tugas-tugas tugas apa saja yang lakukan dalam bidang
tugas-tugas dalam harus saya lakukan pekerjaan yang saya
dalam pekerjaan dalam bidang pilih lebih baik
pekerjaan yang akan pekerjan yang saya diketahui setelah saya
yang akan dipilih dan pilih. mendapatkan
ditekuni, serta perilaku 28. Saya mengetahui pekerjaan tersebut.
perilaku dalam bekerja. gambaran umum 32. Tanggung jawab
dalam dalam dunia kerja dalam pekerjaan yang
bekerja). yang saya pilih. saya pilih lebih baik
36. Saya mengetahui diketahui ketika
tanggung jawab waktunya akan
seperti apa dalam bekerja.
pekerjaan yang
saya pilih.
88

Lampiran 3III. Kisi-kisi Skala Self-Efficacy Setelah Uji Validitas & Reliabilitas

Aitem
No. Dimensi Indikator

Favorable Unfavorable

1. Level Keyakinan 6. Jika orang lain mampu 3. Saya ragu dalam


(Seberapa akan mengerjakan suatu menentukan pilihan
yakin kemampuan tugas, maka saya pun pekerjaan yang sesuai
mahasiswa yang dimiliki mampu untuk saya.
dalam dalam mengerjakannya. 9. Kemampuan yang saya
menghadapi menghadapi 10. Saya mampu miliki tidak cukup untuk
tugas karirnyaproses mengerjakan tugas yang mencapai karir yang saya
dalam berbagaikarirnya. akan saya jalani inginkan.
tingkat dipekerjaan nanti. 13. Saya merasa tidak
kesulitan). memiliki kelebihan
dibidang apapun.
Pemilihan 16. Saya mampu 19. Saat menghadapi tugas
tingkah laku menyelesaikan setiap yang sulit, saya
berdasarkan tugas yang diberikan. cenderung mengurangi
tingkat 22. Mengerjakan tugas yang usaha saya.
kesulitan menantang bagi saya 24. Saya enggan mencoba
suatu merupakan kesempatan ketika dituntun dalam
aktivitas. untuk maju. suatu pekerjaan yang
sulit.
28. Saya mengeluh jika
mengerjakan suatu hal
yang menantang.
2. Generality Keyakinan 1. Saya menguasai tugas 4. Saya enggan untuk
(Seberapa untuk karir yang saya mencoba dalam
yakin menjalani inginkan. menguasai tugas karir
mahasiswa serangkaian 7. Saya merasa tertantang yang saya pilih.
dalam aktivitas yang untuk mengerjakan 14. Saya memilih pekerjaan
menyelesaikan bervariasi berbagai macam tugas. yang tidak menuntun saya
berbagai dalam 11. Saya mampu untuk untuk melakukan suatu
macam tugas karirnya. mengerjakan aktivitas hal yang baru.
karir dengan yang belum saya coba 20. Menjalankan dunia kerja
baik). sebelumnya. merupakan suatu hal yang
17. Saya mampu untuk membuat saya bimbang
menghadapi dunia kerja untuk mencobanya.
nantinya. 25. Saya menghindari suatu
kegiatan yang tidak
pernah saya lakukan.
3. Strength Bertahan 2. Saya berusaha 5. Saya mencari tempat
(Seberapa dalam memenuhi kemampuan kerja hanya sebatas
yakin mencapai yang harus dimiliki kemampuan yang saya
mahasiswa karir yang dalam karir yang saya miliki.
dalam diinginkan. inginkan.
89

mengatasi 8. Saya berusaha


masalah mengikuti kursus agar
mengenai dapat menjalankan karir
tugas karir yang saya inginkan.
yang 12. Ketika gagal untuk
dihadapi). mencapai karir, saya
berusaha untuk mencoba
lagi.
Ulet dalam 18. Saya mampu 15. Saya menunda-nunda
menghadapi mengoptimalkan untuk mencoba berbagai
tuntutan tugas kemampuan saya sesuai aktivitas dalam
karir tuntutan karir yang akan meningkatkan
saya pilih. keterampilan saya.
23. Saya dapat melakukan 21. Saya berhenti berusaha
berbagai aktivitas untuk jika karir yang diinginkan
mencapai karir yang sulit untuk dicapai.
saya inginkan. 26. Saya merubah karir saya
27. Saya dapat menekuni ketika saya mengadapi
karir yang akan saya kesulitan.
pilih.
90

Lampiran 4IV. Kisi-kisi Skala Kematangan Karir Setelah Uji Validitas & Reliabilitas

Aitem
No Dimensi Indikator

Favorable Unfavorable

1. Perencanaan Menyadari 1. Saya berpikir, 5. Saya berpikir


Karir untuk dengan aktif kegiatan-kegiatan
(Memikirkan melakukan mengikuti kegiatan kampus tidak
perencanaan persiapan yang ada di kampus mempengaruhi saya
karir dengan karir. dapat membantu dalam menentukan
kegiatan yang saya dalam karir kedepan.
dapat menentukan karir 21. Banyaknya kegiatan
menambah saya ke depan. yang saya lakukan,
pengalaman 9. Saya berpikir membuat saya
mahasiswa dengan mengikuti bingung menentukan
dalam usaha seminar dapat tujuan setelah lulus.
mencari membantu saya
informasi dalam
serta merencanakan karir
mengetahui yang saya inginkan.
kondisi 17. Saya berpikir
mengenai mengikuti kursus
pekerjaan). atau pelatihan dapat
menunjang karir
saya kelak.
24. Dengan
pengalaman yang
saya miliki dapat
menentukan tujuan
saya setelah lulus.
Merencanakan 31. Saya telah 35. Saya belum
karir memikirkan tujuan mempunyai gambaran
setelah lulus saya setelah lulus pekerjaan apapun
kuliah. kuliah. setelah lulus kuliah
37. Saya membuat nanti.
strategi 39. Saya tidak tahu akan
perencanaan bekerja sebagai apa
setelah lulus kuliah. setelah lulus kuliah.
Mengetahui 40. Saya mengetahui 41. Saya berpikir belum
cara dan syarat pendidikan saatnya mengetahui
kesempatan dalam suatu syarat apa saja yang
dalam kondisi pekerjaaan dibutuhkan dalam
pekerjaan. dibidang psikologi. suatu pekerjaan.
2. Eksplorasi Berusaha 2. Saya mencari 6. Saya jarang bertanya
Karir menggali dan informasi pekerjaan mengenai informasi
(Mahasiswa mencari dari internet. pekerjaan yang ingin
mencari informasi 10. Saya bertanya saya lakukan.
91

informasi dari tentang karir mengenai informasi 13. Saya tertarik pada
berbagai dari berbagai pekerjaan dengan suatu pekerjaan
sumber yang sumber daya. alumni psikologi. namun saya belum
ada dan 17. Saya berdikusi menggali informasi
memperoleh dengan dosen mengenai pekerjaan
informasi mengenai tersebut.
yang banyak). pekerjaan di bidang
psikologi.
25. Saya berdiskusi
dengan orangtua
mengenai
pekerjaan yang
ingin saya lakukan.
Memiliki 32. Saya sudah 21. Saya memiliki
cukup banyak mendapatkan informasi yang sedikit
informasi banyak informasi mengenai pekerjaan di
karir. pekerjaan dari bidang psikologi.
berbagai sumber. 28. Mengetahui banyak
informasi pekerjaan
akan membuat saya
bingung mengenai
karir tersebut.
3. Pengambilan Membuat 3. Saya memutuskan 7. Saya ragu dalam
Keputusan ketetapan karir yang saya memutuskan pilihan
(Mahasiswa dalam pilihan pilih sesuai dengan karir saya.
mampu keputusan informasi dan 14. Saya menentukan
menentukan karir. pengalaman yang pilihan karir saya
pilihannya saya miliki. tanpa
sendiri dengan 11. Saya memutuskan mempertimbangkan
membuat pekerjaan yang apa yang akan saya
keputusan ingin saya tekuni hadapi.
karir sesuai dengan
berdasarkan minat saya.
pengetahuan 18. Saya memutuskan
dan pekerjaan yang
pemikiran). ingin saya tekuni
sesuai dengan
potensi yang saya
miliki.
26. Saya
mempertimbangkan
pilihan karir sesuai
dengan resiko yang
akan saya hadapi.
Membuat 33. Saya sudah dapat 22. Saya membutuhkan
keputusan. memutuskan bantuan orang lain
karir secara pekerjaan apa yang untuk membuat
mandiri. terbaik untuk saya. keputusan akan
38. Keputusan pekerjaan yang ingin
pekerjaan yang saya tekuni.
92

saya pilih, 29. Saya mudah


merupakan terpengaruh oleh
keinginan saya. pendapat orang lain
dalam memilih
pekerjaan.
36. Saya masih mengikuti
pekerjaan yang dipilih
oleh orang-tua untuk
saya.
4. Informasi Mengetahui 4. Saya tahu 8. Bagi saya kemampuan
Dunia Kerja minat dan kemampuan apa yang dibutuhkan
(Mahasiswa kemampuan yang dibutukan dalam bekerja
mengetahui yang harus untuk menunjang didapatkan ketika
tugas penting dimiliki untuk pekerjaan saya. saya mulai bekerja.
perkembanga menunjang 12. Saya mengetahui 15. Saya tidak tahu apa
n untuk pekerjaan atau potensi apa yang yang harus saya
menunjang karir yang dibutuhkan dalam persiapkan untuk
pekerjaan atau akan dipilih. pekerjaan yang menunjang pekerjaan
karir yang saya pilih. saya nanti.
akan ditekuni, Mengetahui 19. Saya mengetahui 23. Tugas yang harus saya
mengetahui tugas-tugas tugas apa saja yang lakukan dalam bidang
tugas-tugas dalam harus saya lakukan pekerjaan yang saya
dalam pekerjaan dalam bidang pilih lebih baik
pekerjaan yang akan pekerjan yang saya diketahui setelah saya
yang akan dipilih dan pilih. mendapatkan
ditekuni, serta perilaku 27. Saya mengetahui pekerjaan tersebut.
perilaku dalam bekerja. gambaran umum 30. Tanggung jawab
dalam dalam dunia kerja dalam pekerjaan yang
bekerja). yang saya pilih. saya pilih lebih baik
34. Saya mengetahui diketahui ketika
tanggung jawab waktunya akan
seperti apa dalam bekerja.
pekerjaan yang
saya pilih.
93

L
Lampiran 5V. Lembar Persetujuan Responden Online
94

Lampiran 6VI. Skala Self-Efficacy Online


95
96
97
98

Lampiran 7VII. Skala Kematangan Karir Online


99
100
Lampiran B

Uji Validitas dan Reliabilitas

I. Hasil Uji Validitas & Reliabilitas Skala Self Efficacy


II. Hasil Uji Validitas & Reliabilitas Skala Kematangan Karir

101
102

L
Lampiran 8I. Hasil Uji Validitas & Reliabilitas Skala Self-Efficacy

Item-Total Statistics
Scale
Scale Corrected Cronbach's
Mean if
Variance if Item-Total Alpha if Item
Item
Item Deleted Correlation Deleted
Deleted
X01 939.348 169.351 .098 .940
X02 945.000 164.522 .426 .938
X03 940.217 162.422 .615 .936
X04 945.435 157.765 .594 .936
X05 942.174 159.463 .651 .936
X06 946.304 158.060 .556 .937
X07 940.435 164.087 .357 .939
X08 942.174 160.441 .592 .936
X09 947.174 160.296 .609 .936
X10 947.826 161.507 .523 .937
X11 949.783 165.444 .262 .940
X12 951.304 165.538 .236 .940
X13 940.870 161.814 .635 .936
X14 943.261 160.536 .616 .936
X15 938.913 162.321 .603 .936
X16 941.739 157.702 .671 .935
X17 944.130 157.581 .636 .936
X18 946.087 157.710 .671 .935
X19 942.391 161.208 .627 .936
X20 941.304 156.783 .706 .935
X21 942.174 160.263 .677 .935
X22 943.261 159.069 .584 .936
X23 945.000 157.633 .616 .936
X24 944.130 157.581 .662 .935
X25 940.435 164.131 .454 .937
X26 943.696 170.816 -.001 .941
X27 942.174 161.685 .623 .936
X28 941.087 156.899 .723 .935
X29 943.043 156.350 .748 .934
X30 944.348 160.118 .563 .936
X31 940.435 161.687 .627 .936
X32 945.652 156.073 .648 .935

Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
0,938 32

Lampiran 9II. Hasil Uji Validitas & Reliabilitas Skala Kematangan Karir
103

Item-Total Statistics
Scale Scale
Corrected Cronbach's
Mean if Variance if
Item-Total Alpha if Item
Item Item
Correlation Deleted
Deleted Deleted
1.303.26
Y01 1 315.425 .314 .943
1.302.39
Y02 1 313.386 .444 .942
1.301.95
Y03 7 315.983 .442 .942
1.301.95
Y04 7 308.339 .725 .941
1.305.43
Y05 5 313.009 .400 .943
1.305.65
Y06 2 308.785 .537 .942
1.306.52
Y07 2 304.099 .686 .940
1.309.13
Y08 0 311.237 .451 .942
1.304.34
Y09 8 315.673 .328 .943
1.305.21
Y10 7 312.966 .381 .943
1.300.87
Y11 0 309.014 .706 .941
1.302.39
Y12 1 306.275 .755 .940
1.312.82
Y13 6 321.896 .100 .945
1.310.21
Y14 7 311.488 .426 .943
1.306.30
Y15 4 311.616 .509 .942
1.306.30
Y16 4 309.349 .514 .942
1.302.82
Y17 6 313.674 .519 .942
1.307.82
Y18 6 311.329 .396 .943
1.303.47
Y19 8 310.632 .656 .941
1.303.47
Y20 8 312.454 .654 .941
1.305.00
Y21 0 307.856 .620 .941
1.307.17
Y22 4 313.185 .463 .942
1.308.26
Y23 1 311.036 .501 .942
1.307.60
Y24 9 313.030 .422 .942
1.302.82
Y25 6 313.985 .577 .942
1.305.87
Y26 0 315.626 .352 .943
1.304.56
Y27 5 313.409 .564 .942
1.303.91
Y28 3 311.843 .673 .941
104

1.310.43
Y29 5 316.220 .265 .944
1.305.65
Y30 2 305.273 .705 .940
1.307.17
Y31 4 310.118 .538 .942
1.308.26
Y32 1 311.836 .513 .942
1.305.00
Y33 0 308.078 .664 .941
1.306.95
Y34 7 309.816 .605 .941
1.305.00
Y35 0 311.767 .570 .941
1.304.34
Y36 8 311.585 .634 .941
1.305.43
Y37 5 310.431 .547 .942
1.305.21
Y38 7 307.722 .613 .941
1.304.13
Y39 0 312.648 .510 .942
1.305.87
Y40 0 318.426 .272 .943
1.302.17
Y41 4 312.663 .659 .941
1.304.13
Y42 0 309.981 .621 .941
1.303.04
Y43 3 314.839 .546 .942
1.305.87
Y44 0 316.692 .287 .943
1.303.69
Y45 6 302.905 .692 .940

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
0,943 45
105

Lampiran C

Sebaran Nilai
Pengambilan Data
I. Tabulasi Jawaban Skala Self-Efficacy
II. Tabulasi Jawaban Skala Kematangan Karir
III. Demografi Responden Pengambilan Data
106

Lampiran 10I. Tabulasi Jawaban Skala Self-Efficacy


No Nomor Butir Angket Skor
Jenis
Resp Nama Kelamin Usia IPK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Total
1 IN L 26 3.31 4 2 3 1 3 1 3 4 2 2 1 2 4 2 3 2 2 1 4 3 3 2 2 2 4 3 2 3 2 3 4 3 82
2 Oma L 25 2.8 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 119
3 D L 29 3.33 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 107
4 M P 24 3.49 3 3 4 4 3 2 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 4 4 2 4 3 3 4 3 3 3 4 103
5 AB L 32 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 102
6 VU P 24 2.7 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 94
7 MS L 30 2.75 4 2 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 4 3 4 4 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 2 3 4 103
8 L L 26 3.37 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 2 4 4 4 4 4 3 2 3 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 4 4 3 111
9 nma P 23 2.85 4 3 4 4 4 2 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 122
10 Smz P 24 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 91
11 R L 27 2.9 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 118
12 DD P 25 3.2 4 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 101
13 F L 27 2.5 4 3 3 3 4 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 2 96
14 YKP L 29 2.9 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 2 2 4 3 3 4 1 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 4 2 100
15 V P 22 2.93 3 3 4 2 3 1 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 87
16 AS P 23 3.54 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 2 4 4 4 4 4 3 3 4 3 2 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 108
17 Smz P 24 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 91
18 IW L 24 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 89
19 m L 25 3.22 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 1 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 101
20 BI L 22 3.12 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 4 3 4 97
21 fluffy L 21 3.34 3 3 4 2 4 3 4 4 2 2 1 2 4 3 4 3 4 4 4 2 4 3 2 3 3 3 3 4 4 1 3 3 98
22 J P 22 3.46 3 3 3 1 3 1 3 3 4 1 1 2 4 2 3 4 4 3 4 3 4 4 2 2 3 2 4 3 2 3 4 3 91
23 NM P 22 3.26 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 88
24 A P 22 3.65 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 86
25 NK P 22 339 3 3 4 3 3 3 4 4 2 3 2 2 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 2 108
26 RO P 22 3.15 3 2 3 2 3 3 4 3 3 2 3 1 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 102
27 RO P 22 3.15 3 2 3 2 3 3 4 3 3 2 3 1 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 102
28 DA L 24 3.03 3 3 4 4 4 2 2 3 3 2 1 4 3 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 107
29 H.K. L 34 3.2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 123
30 HJB L 22 3.05 3 3 4 3 3 2 4 4 3 3 1 3 4 4 4 3 3 2 3 4 4 3 1 2 4 2 4 1 3 2 4 2 95
31 S P 21 3.28 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 92
32 NK P 27 3.15 4 4 4 2 1 2 3 4 4 2 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 4 4 4 3 3 3 3 3 96
33 L P 22 3.51 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 2 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 106
34 SHA P 21 3.71 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 107
35 O L 21 2.9 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 93
36 Ay P 20 3.50 3 3 3 1 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 1 85
37 S P 21 3.28 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 92
38 YS P 22 3.17 4 4 3 4 4 4 4 4 3 2 3 2 3 3 4 2 2 3 3 4 3 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 2 100
107

39 Y P 22 3.17 4 4 3 4 4 4 4 4 3 2 3 2 3 3 4 2 2 3 3 4 3 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 2 100
40 SH P 21 3.71 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 107
41 Am L 21 3.2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 98
42 MI L 23 3.1 4 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 4 2 2 2 2 2 1 63
43 Zfr L 22 2.99 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 2 2 3 4 4 1 3 3 3 3 3 3 2 2 4 2 92
44 D L 26 3.3 4 2 3 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 4 2 1 1 1 2 1 52
45 A L 23 2.72 4 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 4 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 83
46 I L 31 2.99 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 92
108

Lampiran 11II. Tabulasi Jawaban Skala Kematangan Karir


N Jeni Nomor Butir Angket
o Na s Usi Skor
IPK 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 4
Re ma Kela a 1 2 3 4 5 6 7 8 9 # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # Total
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1
sp min
1 IN L 26 3.31 4 3 3 3 3 1 2 1 1 1 4 3 1 1 4 2 2 2 3 4 4 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 4 2 3 3 2 4 4 3 118
O
2 L 25 2.8 4 4 4 4 1 4 4 4 1 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 168
ma
3 D L 29 3.33 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 172
4 M P 24 3.49 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 2 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 150
5 AB L 32 3 4 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 1 2 2 3 4 3 4 3 3 2 2 2 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 136
6 VU P 24 2.7 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 123
7 MS L 30 2.75 3 4 3 4 2 4 4 1 2 4 4 4 1 2 1 4 2 3 2 4 4 1 3 3 3 2 2 4 2 2 2 2 3 3 3 4 1 1 3 2 4 2 4 4 1 123
8 L L 26 3.37 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 4 2 4 3 3 2 4 4 3 3 3 4 3 4 3 134
nm
9 P 23 2.85 4 2 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 2 4 4 3 3 2 4 4 3 3 2 3 3 2 4 3 3 3 4 2 4 3 149
a
Sm
10 P 24 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 123
z
11 R L 27 2.9 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 1 4 3 3 4 1 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 161
12 DD P 25 3.2 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 130
13 F L 27 2.5 3 2 3 2 4 4 2 3 3 2 4 4 2 2 3 4 4 1 4 3 3 3 3 3 3 2 2 4 2 3 3 2 3 3 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 133
YK
14 L 29 2.9 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 1 4 129
P
15 V P 22 2.93 3 3 3 3 3 3 2 1 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 126
16 AS P 23 3.54 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 2 3 3 3 2 4 3 2 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 140
Sm
17 P 24 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 123
z
18 IW L 24 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 1 2 2 3 3 3 4 2 2 2 2 4 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 118
19 m L 25 3.22 4 3 3 4 3 3 3 2 2 3 4 3 2 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 2 4 4 4 4 4 142
20 BI L 22 3.12 4 3 2 3 4 3 4 2 3 4 3 3 2 2 4 4 3 3 2 3 2 2 4 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 4 3 2 1 125
fluf
21 L 21 3.34 1 3 4 3 3 3 2 3 4 3 4 3 2 1 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 2 3 1 3 2 2 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3 132
fy
22 J P 22 3.46 1 4 4 4 3 3 2 3 4 4 4 3 3 2 3 1 4 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4 4 1 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 147
NM
23 P 22 3.26 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 127
A
24 A P 22 3.65 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 128
25 NK P 22 339 4 2 4 4 3 3 3 1 4 3 4 4 1 2 2 3 4 1 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 1 4 3 3 3 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 137
26 RO P 22 3.15 2 4 4 4 3 1 3 3 4 4 4 3 4 1 3 3 4 1 3 3 3 2 2 4 3 1 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 135
27 RO P 22 3.15 2 4 4 4 3 1 3 3 4 4 4 3 4 1 3 3 4 1 3 3 3 2 2 4 3 1 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 135
28 DA L 24 3.03 4 4 3 4 3 4 4 2 4 1 4 4 1 3 3 3 4 2 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 1 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 152
H.
29 K. L 34 3.2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 171
K
HJ
30 L 22 3.05 4 4 4 3 1 1 1 2 3 4 3 4 1 1 2 1 4 4 3 3 2 1 1 2 4 3 4 3 1 2 1 2 3 4 4 4 1 1 3 3 4 1 3 3 1 114
B
31 S P 21 3.28 4 4 4 3 3 3 2 3 4 2 3 3 2 2 3 2 4 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 124
32 NK P 27 3.15 4 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 122
109

33 L P 22 3.51 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 155
SH
34 P 21 3.71 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 142
A
35 O L 21 2.9 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 129
36 Ay P 20 3.50 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 116
37 S P 21 3.28 4 4 4 3 3 3 2 3 4 2 3 3 2 2 3 2 4 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 124
38 YS P 22 3.17 3 4 4 4 4 3 4 2 2 4 4 4 2 4 2 2 3 3 3 4 4 4 4 2 3 3 3 3 4 3 2 2 2 3 2 3 4 2 4 4 4 4 3 2 4 143
39 Y P 22 3.17 3 4 4 4 4 3 4 2 2 4 4 4 2 4 2 2 3 3 3 4 4 4 4 2 3 3 3 3 4 3 2 2 2 3 2 3 4 2 4 4 4 4 3 2 4 143
40 SH P 21 3.71 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 142
41 Am L 21 3.2 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 4 3 4 3 3 2 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 2 4 142
MI
42 L 23 3.1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 3 1 1 2 2 1 1 1 3 1 1 2 2 2 2 3 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 72
A
43 Zfr L 22 2.99 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 4 3 2 2 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 2 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 139
44 D L 26 3.3 2 3 3 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 3 3 2 2 2 2 3 2 1 1 2 3 3 3 1 1 1 1 2 2 3 2 2 2 3 3 2 92
45 A L 23 2.72 3 4 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 128
46 I L 31 2.99 3 4 3 3 1 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 1 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 127
110

Lampiran 12III. Demografi Responden

Kategori Frekuensi Presentase


Jenis Kelamin Laki-laki 23 50%
Perempuan 23 50%
Usia 20 1 2,17%
21 7 15,21%
22 13 28,26%
23 4 8,69%
24 6 13,04%
25 3 6,52%
26 3 6,52%
27 3 6,52%
29 2 4,34%
30 1 2,17%
31 1 2,17%
32 1 2,17%
34 1 2,17%
IPK < 3,00 12 26,08%
> 3,00 34 73,91%
Jumlah 46 100%
111

Lampiran D
Uji Asumsi Klasik

I. Uji Normalitas
II. Uji Linearitas
112

Lampiran 13I. Uji Normalitas

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
X 0,13 46 0,049 0,916 46 0,003
Y 0,131 46 0,046 0,92 46 0,004
a Lilliefors Significance Correction
113

Lampiran 14 II. Uji Linearitas

ANOVA Table
Sum of Mean
df F Sig.
Squares Square
Kematanga Betwee (Combined 11.741.91
n Karir * n ) 7 26 451.612 5.310 .000
Self Groups Linearity 9.612.96
Efficacy 9.612.969 1 9 113.018 .000
Deviation
from
Linearity 2.128.948 25 85.158 1.001 .507
Within Groups 2355,304 1.616.083 19 85.057
Total 7303,618 13.358.00
0 45
114

Lampiran E
Uji Hipotesis
I. Uji Korelasi
115

LLampiran 15I. Uji Korelasi

Correlations
Self Kematangan
Efficacy Karir
Correlation
Spearman's rho Coefficient 1 ,774**
Self Efficacy
Sig. (1-tailed) . 0
N 46 46
Correlation
Kematangan Coefficient ,774** 1
Karir Sig. (1-tailed) 0 .
N 46 46
** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Anda mungkin juga menyukai