Anda di halaman 1dari 139

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KEMATANGAN

KARIR PADA MAHASISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN TINGKAT


AKHIR FAKULTAS PSIKOLOGI UNIBI BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menempuh Ujian Akhir Strata Satu

Disusun Oleh :
Muhsin Taufik Rahman Aska
9882405114411014

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS INFORMATIKA DAN BISNIS INDONESIA
BANDUNG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY


DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA
MAHASISWA LAKI-LAKI DAN
PEREMPUAN TINGKAT AKHIR FAKULTAS
PSIKOLOGI UNIBI BANDUNG
PENYUSUN : MUHSIN TAUFIK RAHMAN ASKA
NPM : 9882405114411014

Telah diperiksa dan disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Anggian Heksa E., M.Psi., Psikolog Nida Muthi Annisa, S. Psi., M.A.
NIDN: 04. 170886.03 NIDN: 04. 090690.04

Disahkan Oleh:
Ketua Program Studi Psikologi
Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia

Pradiptya Septyanti Putri., M.Psi., Psikolog


NIK: 5008. 18.017

i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

JUDUL SKRIPSI : HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY


DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA
MAHASISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
TINGKAT AKHIR FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIBI BANDUNG
PENYUSUN : MUHSIN TAUFIK RAHMAN ASKA
NPM : 9882405114411014

Telah Dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi, direvisi dan disetujui oleh:
No Tim Penguji Skripsi Tanda Tangan

1.

2.

Bandung, 2021

Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II

Anggian Heksa E., M.Psi., Psikolog Nida Muthi Annisa, S. Psi., M. A


NIDN: 04. 170886.03 NIDN: 04. 090690.04

Disahkan oleh:
Ketua Program Studi Psikologi
Universitas Informatika dan Bisnis
Indonesia

Pradiptya SeptyantiMOTTO
Putri, M. Psi., Psikolog
NIK : 5008. 18. 017

ii
“ Jadikanlah Dirimu oleh Diri Sendiri”
(Penulis)

iii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Muhsin Taufik Rahman Aska
NPM : 9882405114411014
Fakultas : Psikologi UNIBI

Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat dengan judul “Hubungan Antara Self-
Efficacy Dengan Kematangan Karir Pada Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan
Tingkat Akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung”, adalah benar-benar hasil karya
saya sendiri baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang
disebutkan sumbernya. Jika dikemudian hari ada klaim dari pihak lain, bukan menjadi
tanggung jawab Dosen Pembimbing dan pihak Fakultas Psikologi UNIBI.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar saya bersedia mendapatkan sanksi.

Bandung, 2021
Penulis,

Muhsin Taufik Rahman Aska


NPM 9882405114411014

iv
ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KEMATANGAN KARIR


PADA MAHASISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN TINGKAT AKHIR
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIBI BANDUNG

Oleh:
Muhsin Taufik Rahman Aska

Kematangan karir adalah kemampuan serta kesiapan individu untuk membuat


keputusan karir. Mahasiswa tingkat akhir dituntut untuk memiliki tingkat kematangan
karir yang matang, karena mahasiswa akan menentukan masa depannya setelah lulus
kuliah. Akan tetapi tidak jarang mahasiswa masih bingung dalam memilih dan
memutuskan pilihan karirnya. Hal tersebut diduga karena tingkat kematangan karir
mahasiswa yang belum sepenuhnya matang. Kematangan karir yang dimiliki mahasiswa
juga diduga memiliki hubungan dengan tingkat keyakinan akan potensi dirinya atau
yang disebut sebagai self-efficacy. Selain itu perbedaan jenis kelamin juga menjadi salah
satu faktor yang dirasa memiliki hubungan dengan tingkat kematangan karir laki-laki
dan perempuan pada mahasiswa.Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara self-efficacy dengan kematangan karir mahasiswa tingkat akhir
Fakultas Psikologi UNIBI Bandung dan mengetahui perbedaan tingkat kematangan
antara mahasiwa laki-laki dan perempuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuantitatif korelasional. Penelitian ini melibatkan sampel penelitian sebanyak 46
responden yang merupakan mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi UNIBI
Bandung. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan skala
self-efficacy dan skala kematangan karir. Analisis data penelitian ini menggunakan
teknik korelasi Rank Spearman dan uji beda U Mann Whitney. Dari penelitian ini
diperoleh nilai koefisien korelasi rxy = 0,774 (p = 0,000) yang artinya semakin tinggi
self-efficacy maka semakin tinggi pula tingkat kematangan karir mahasiswa.
Selanjutnya dari hasil uji perbedaan U Mann Whitney diperoleh nilai signifikansi
sebesar 0.895 yang artinya tidak terdapat perbedaan kematangan karir yang signifikan
pada mahasiswa laki-laki dan perempuan.

Kata Kunci: Self-Efficacy, Kematangan Karir, Mahasiswa Psikologi

v
ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN SELF-EFFICACY AND CAREER MATURITY


MALE AND FEMALE IN FINAL STUDENTS OF THE FACULTY OF
PSYCHOLOGY UNIBI BANDUNG

Author:
Muhsin Taufik Rahman Aska

Career maturity is the ability and readiness of individuals to make career


decisions. Final year students are required to have a mature level of career maturity,
because students will determine their future after graduating from college. However, it
is not uncommon for students to be confused in choosing and deciding their career
choices. This is presumably because the level of student career maturity is not fully
mature. The career maturity of students is also thought to have a relationship with the
level of confidence in their potential or what is known as self-efficacy. In addition,
gender differences are also one of the factors that are considered to have a relationship
with the level of career maturity in students. The purpose of this study was to determine
the relationship between self-efficacy and career maturity of final year students at the
Faculty of Psychology, UNIBI Bandung and to know the differences in maturity levels
between students. male and female. The method used in this research is correlational
quantitative. This study involved a research sample of 46 respondents who were final
year students of the Faculty of Psychology, UNIBI Bandung. Data collection in this
study was carried out by providing a self-efficacy scale and a career maturity scale.
The data analysis of this study used the Spearman Rank correlation technique and the
Mann Whitney U difference test. From this research, the correlation coefficient value
rxy = 0.774 (p = 0.000) which means that the higher the self-efficacy, the higher the
level of student career maturity. Furthermore, the results of the Mann Whitney U
difference test obtained a significance value of 0.895, which means that there is no
significant difference in career maturity for male and female students.

Keyword: Self-Efficacy, Career Maturity, Psychology Student

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan


YME atas segala limpahan rahmat, nikmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Self-Efficacy dengan
Kematangan Karir Pada Mahasiswa Laki-laki dan Perempuan Tingkat Akhir Fakultas
Psikologi UNIBI Bandung”, sebagai syarat mendapatkan gelar Sarjana Psikologi
Program Pendidikan Strata 1 Psikologi Fakultas Psikologi Universitas dan Bisnis
Indonesia.
Karya ini tidak akan pernah ada tanpa bantuan dari berbagai pihak yang terlibat.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan rasa terimakasih yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Bob Foster, M.M., selaku Rektor Universitas Informatika dan Bisnis
Indonesia Bandung.
2. Ibu Evi Srinurhastuti, S.Psi., M.M., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia Bandung yang selalu memberikan
semangat kepada penulis untuk menyelesaikan kuliah dan skripsi ini. Beliau telah
berjasa dalam segala hal selama penulis berkuliah di Fakultas Psikologi UNIBI.
3. Ibu Pradiptya S. Putri., M.Psi., Psikolog selaku Kaprodi Psikologi Fakultas
Psikologi Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia Bandung.
4. Bapak Anggian Heksa E., M.Psi., Psikolog selaku Dosen Pembimbing 1 yang
sudah banyak memberikan nasehat hingga terselesaikannya skripsi ini.
5. Ibu Nida Muthi Annisa, S. Psi., M. A., selaku Dosen Pembimbing 2 yang dengan
sabar memberikan pengarahan, saran dan bimbingan sehingga terselesaikannya
skripsi ini.
6. Ibu Nahda Kurnia Juniati, M.Psi., Psikolog selaku dosen Fakultas Psikologi
Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia Bandung yang telah memberikan
ilmunya kepada penulis selama penulis kuliah di Fakultas Psikologi Universitas
Informatika dan Bisnis Indonesia Bandung.

vii
7. Segenap sivitas akademika Fakultas Psikologi, Universitas Informatika dan Bisnis
Indonesia Bandung terutama seluruh dosen, terima kasih atas segala ilmu dan
bimbingannya.
8. Kepada ibu penulis yang tidak pernah lelah dalam memberikan doa, semangat, serta
motivasi kepada penulis sampai saat ini. Tanpa doa dari beliau, mungkin penulis
tidak akan mampu untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh teman-teman Mahasiswa Psikologi UNIBI baik teman satu angkatan 2014
maupun adik tingkat, terima kasih sudah berjuang bersama dalam meraih mimpi.
10. Para sahabat penulis yang telah membantu memberikan semangat dan
dukungannya. Terimakasih you`re all the best.
11. Serta semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap penyelesaian skripsi ini.
Akhirnya hanya kepada Allah lah, penulis memohon balasan atas amal baik
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Dengan iringan doa,
semoga Allah membalas amal baik mereka dan menjadikannya sebagai amal salih, dan
dengan penuh harapan semoga tulisan ini bermanfaat, sekecil apa pun bagi agama, nusa
dan bangsa. Aamiin.

Bandung, Februrari 2021

Penulis

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI......................................................................................ii
MOTTO.....................................................................................................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN.......................................................................................................iv
ABSTRAK..................................................................................................................................v
ABSTRACT................................................................................................................................vi
KATA PENGANTAR..............................................................................................................vii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL......................................................................................................................xi
DAFTAR BAGAN....................................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah..................................................................................................14
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................................16
1.4 Kegunaan Penelitian.................................................................................................16
1.4.1 Kegunaan Teoritis...........................................................................................16
1.4.2 Kegunaan Praktis............................................................................................17
BAB II LANDASAN TEORI...................................................................................................18
2.1 Self-Efficacy...............................................................................................................18
2.1.1 Pengertian Self-Efficacy..................................................................................18
2.1.2 Dimensi Self-Efficacy......................................................................................19
2.1.3 Sumber-sumber Self-Efficacy.........................................................................21
2.1.4 Proses Yang Mempengaruhi Self-Efficacy....................................................23
2.2 Kematangan Karir....................................................................................................25
2.2.1 Pengertian Kematangan karir.......................................................................25
2.2.2 Aspek Kematangan Karir..............................................................................27
2.2.3 Perkembangan Karir Masa Remaja dan Dewasa.........................................29
2.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kematangan Karir.............................32
2.3 Kerangka Pikir..........................................................................................................35

ix
2.4 Hipotesis.....................................................................................................................40
BAB III METODE PENELITIAN..........................................................................................41
3.1 Rancangan Penelitian...............................................................................................41
3.2 Variabel Penelitian....................................................................................................41
3.3 Definisi Operasional Variabel..................................................................................41
3.3.1 Definisi Operasional Self-Efficacy..................................................................41
3.3.2 Definisi Operasional Kematangan Karir......................................................42
3.4 Populasi dan Sampel.................................................................................................42
3.5 Alat ukur....................................................................................................................43
3.5.1 Alat Ukur Self-Efficacy...................................................................................44
3.5.2 Alat Ukur Kematangan Karir........................................................................45
3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas....................................................................................47
3.6.1 Uji Validitas.....................................................................................................47
3.6.2 Uji Reliabilitas.................................................................................................48
3.6.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Self-Efficacy........................49
3.6.4 Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur Kematangan Karir............50
3.7 Analisis Data..............................................................................................................52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.........................................................54
4.1 Hasil Penelitian..........................................................................................................54
4.1.1 Data Demografi...............................................................................................54
4.1.2 Deskripsi Tingkat Self-Efficacy.......................................................................55
4.1.3 Deskripsi Tingkat Kematangan Karir...........................................................57
4.1.4 Analisis Tingkat Kematangan Karir Berdasarkan Jenis Kelamin...............58
4.1.5 Uji Normalitas.................................................................................................67
4.1.6 Uji Linearitas...................................................................................................67
4.1.7 Uji Korelasi Rank Spearman Antara Self-Efficacy dengan Kematangan
Karir................................................................................................................68
4.1.8 Uji Perbedaan U Mann Whitney.....................................................................68
4.2 Pembahasan...............................................................................................................68
BAB V PENUTUP....................................................................................................................73
5.1 Kesimpulan................................................................................................................73
5.2 Saran..........................................................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................xx

x
LAMPIRAN...........................................................................................................................xxiv
Y

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tabel 3.1 Skala Self-Efficacy............................................................................44


Tabel 3 Tabel 3.2 Kisi-kisi Alat Ukur Self-Efficacy......................................................45
Tabel 4 Tabel 3.3 Skala Kematangan Karir...................................................................46
Tabel 5 Tabel 3.4 Kisi-kisi Alat Ukur Kematangan karir..............................................46
Tabel 6 Tabel 3.5 Kategori Reliabilitas.........................................................................49
Tabel 8 Tabel 3.6 Kisi-kisi Alat Ukur Self-Efficacy Setelah Uji Validitas....................50
Tabel 9 Tabel 3.7 Kisi-kisi Alat Ukur Kematangan Karir Setelah Uji Validitas...........51
Tabel 10 Tabel 3.8 Kategori Derajat Korelasi.................................................................53
Tabel 11 Tabel 4.1 Data Demografi Responden..............................................................54
Tabel 12 Tabel 4.2 Data Deskriptif Self-Efficacy............................................................56
Tabel 13 Tabel 4.3 Gambaran Self-Efficacy Pada Mahasiswa Tingkat Akhir
Fakultas Psikologi UNIBI Bandung Berdasarkan Data Empirik.....56
Tabel 14 Tabel 4.4 Data Deskriptif Kematangan Karir..................................................57
Tabel 15 Tabel 4.5 Gambaran Kematangan Karir Pada Mahasiswa Tingkat
Akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung Berdasarkan
Data Hipotetik.................................................................................57
Tabel 16 Tabel 4.6 Data Kematangan Karir Berdasarkan Jenis Kelamin.......................58
Tabel 17 Tabel 4.7 Data Deskriptif Aspek Perencanaan Karir Pada
Kematangan Karir Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas
Psikologi UNIBI Bandung..............................................................59
Tabel 18 Tabel 4.8 Gambaran Aspek Perencanaan Karir pada Mahasiswa
Tingkat Akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung.........................59
Tabel 19 Tabel 4.9 Data Deskriptif Aspek Eksplorasi Karir Pada Kematangan
Karir Mahasiwa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi
UNIBI Bandung..............................................................................61
Tabel 20 Tabel 4.10 Gambaran Aspek Eksplorasi Karir Pada Mahasiwa
Tingkat Akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung.........................61
Tabel 21 Tabel 4.11 Data Deskriptif Aspek Pengambilan Keputusan Pada
Kematangan Karir Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas
Psikologi UNIBI Bandung.............................................................63
Tabel 22 Tabel 4.12 Gambaran Aspek Pengambilan Keputusan Pada
Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung......63
Tabel 23 Tabel 4.13 Data Deskriptif Aspek Informasi Dunia Kerja Pada
Kematangan Karir Mahasiswa Tingkat Akhir
Fakultas Psikologi UNIBI Bandung................................................65
Tabel 24 Tabel 4.14 Gambaran Aspek Informasi Dunia Kerja Pada
Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung......65

xi
DAFTAR BAGAN

YBagan 1Bagan 2.1 Kerangka pikir................................................................................................


Bagan 2Bagan 3.1 Rancangan Penelitian...................................................................................44

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-kisi Skala Self-Efficacy Sebelum Uji Validitas & Reliabilitas....................xxvi


Lampiran 2 Kisi-kisi Skala Kematangan Karir Sebelum Uji Validitas & Reliabilitas.........xxviii
Lampiran 3 Kisi-kisi Skala Self-Efficacy Setelah Uji Validitas & Reliabilitas......................xxxi
Lampiran 4 Kisi-kisi Skala Kematangan Karir Setelah Uji Validitas & Reliabilitas...........xxxiii
Lampiran 5 Lembar Persetujuan Responden Online...........................................................xxxvi
Lampiran 6 Skala Self-Efficacy Online...............................................................................xxxvii
Lampiran 7 Skala Kematangan Karir Online...........................................................................xli
Lampiran 8 Hasil Uji Validitas & Reliabilitas Skala Self-Efficacy.........................................xliii
Lampiran 9 Hasil Uji Validitas & Reliabilitas Skala Kematangan Karir................................xliv
Lampiran 10 Tabulasi Jawaban Skala Self-Efficacy...............................................................xlviii
Lampiran 11 Tabulasi Jawaban Skala Kematangan Karir.............................................................l
Lampiran 12 Demografi Responden...........................................................................................lii
Lampiran 13 Uji Normalitas....................................................................................................lviii
Lampiran 14 Uji Linearitas........................................................................................................lix
Lampiran 15 Uji Korelasi...........................................................................................................lxi
Lampiran 16 Uji Beda U Mann Whitney..................................................................................lxiii

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Persaingan bebas yang terjadi di saat era globalisasi ini mengharuskan


para mahasiswa sebagai calon tenaga kerja terdidik, berjuang untuk dapat
mengalahkan pesaingnya agar bisa lolos menjadi karyawan di perusahaan atau
menjadi pegawai di lembaga pemerintahan yang dituju. Seringkali banyaknya
jumlah peminat dari suatu perusahaan bisa menjadi sangat membludak tetapi
yang diterima sebagai pegawai hanya sebagian kecil individu saja. Hal tersebut
akan membuat tingkat persaingan menjadi semakin tinggi dan hanya mereka
yang memiliki kriteria berupa spesialisasi atau keahlian tertentu yang akan
dapat bertahan dalam persaingan untuk memperoleh pekerjaan (Julianto, 2019).

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan pada tahun 2019 telah
terjadi kenaikan angka jumlah pengangguran di Indonesia sebesar 10.000
orang, yang didapatkan angka 7,05 juta orang pada Agustus 2019. Sebelumnya
pada periode Agustus 2018 memperoleh angka 7,04 juta orang. Menurut kepala
BPS Suhariyanto mengatakan pertambahan jumlah angka pengangguran
disebabkan oleh meningkatnya jumlah angkatan kerja di Negara Indonesia
(Julianto, 2019). Sementara menurut Kementerian Ketenagakerjaan Republik
Indonesia mencatat bahwa jumlah pengangguran untuk tingkat pendidikan
menengah atas (sarjana) sangat tinggi. Disisi lain jumlah kompetensi angka
tenaga kerja usia produktif berjumlah sebesar 133,6 juta orang dengan 82 juta
orang atau kurang lebih 60 persen dilihat dari pendidikan yang ditempuh hanya
berada di level Sekolah Menengah Pertama (Permana, 2019).

Calon tenaga kerja terdidik seperti mahasiswa pastinya akan menghadapi


tantangan besar untuk berkarir. Seiring dengan berkembangnya kondisi
ekonomi, sosial, dan budaya yang semakin berkembang pesat mengharuskan

1
2

setiap individu untuk berlomba meningkatkan kompetensi keahlian agar


mampu untuk menjawab tantangan karir. Menurut Pinasti (2011) menyebutkan
beberapa tantangan yang akan dihadapi oleh mahasiswa dalam memilih karir,
seperti ketidakpastian karir, mendapatkan akses mengenai informasi dan
program pengembangan karir, serta tantangan-tantangan yang meliputi
ekonomi dan teknologi. Oleh karena itu, mahasiswa sangat perlu memiliki
kesiapan diri untuk menghadapi tantangan dan kesulitan dalam menghadapi
proses penyesuaian diri dengan lingkungan, khususnya kesiapan diri memasuki
dunia pekerjaan untuk berkarir sesuai dengan minat mereka.

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019 disebutkan bahwa
adanya peningkatan angka pengangguran dari tahun ke tahun. Melihat jumlah
pengangguran yang semakin meningkat ditambah membludaknya jumlah
angkatan kerja, dan tantangan dalam mempersiapkan diri untuk memasuki
dunia pekerjaan maka tidak ada cara bagi mahasiswa selain mempersiapkan
karir dengan sebaik mungkin. Persiapan dapat dimulai dengan mencari sumber-
sumber informasi mengenai karir dan dunia kerja yang dipilih melalui proses
eksplorasi yang efektif sehingga ketika mahasiswa harus memilih karir mereka
telah siap, kesiapan itulah yang disebut dengan kematangan karir Umam
(2015).

Menurut Super (2001), kematangan karir merupakan suatu kemampuan


individu untuk berhasil dalam mengatasi (menjalani) tugas-tugas dan
peralihan-peralihan dalam perkembangan karir serta kesiapan untuk memilih
karir yang tepat sesuai dengan usia dan tahap perkembangannya. Kematangan
karir meliputi segala pengetahuan akan diri, pengetahuan tentang pekerjaan,
kemampuan dalam memilih pekerjaan, dan kemampuan-kemampuan individu
untuk menentukan langkah menuju karir yang diharapkan. Kurangnya
kemampuan individu dalam hal-hal yang telah dijelaskan mengindikasikan
bahwa individu memiliki kematangan karir yang rendah atau memiliki
ketidakmatangan karir.
3

Kematangan karir yang rendah akan berdampak pada kesalahan dalam


memilih pekerjaan atau pekerjaan yang dipilih tidak sesuai dengan latar
belakang pendidikan yang sudah ditempuh Pinasti (2011). Saat ini banyak
ditemukan para sarjana yang bekerja atau berprofesi tidak sesuai dan tidak
sejalan dengan latar belakang pendidikannya. Selain dikarenakan lowongan
kerja yang belum memadai dengan jumlah pencari pekerjaan, serta
ketidaksesuaian kriteria pekerjaan yang mencakup latar belakang pendidikan
juga dapat dipicu oleh institusi-institusi maupun lembaga-lembaga pemerintah
dan swasta terkait, ketika membuka lowongan pada satu posisi namun tidak
mempertimbangkan latar belakang pendidikan. Sempitnya lowongan pekerjaan
memaksa para pencari kerja menerima pekerjaan yang ditawarkan daripada
harus menjadi pengangguran (Pinasti, 2011).

Seligman (1994) menjelaskan mengenai pentingnya kematangan karir bagi


kehidupan individu. Kematangan karir dapat meningkatkan level kompetensi,
meningkatkan tujuan karir dan mewujudkan karir bagi individu. Meningkatkan
tujuan karir berkaitan dengan sikap mandiri, perencanaan yang matang,
memiliki komitmen tinggi, motivasi dan efikasi diri. Kematangan karir dapat
meningkatkan kualitas keyakinan diri mengenai berbagai kemampuan dalam
hal minat, nilai dan kepribadian serta mampu mendukung tercapainya
kesuksesan bagi karir individu.

Penelitian mengenai tingkat kematangan karir pada mahasiswa pernah


diteliti oleh Jatmika (2015) pada mahasiswa UBM. Hasil penelitian
membuktikan lebih dari setengah sampelnya menunjukkan kematangan karir
yang rendah sehingga dapat dikatakan belum matang dalam karir. Hal
demikian membuktikan bahwa pengetahuan serta keinginan mahasiswa untuk
memperoleh segala sesuatu mengenai informasi dan wawasan menegenai dunia
kerja serta kemampuan mahasiswa dalam mengambil keputusan secara umum
masih belum dapat dicapai guna menentukan karir yang akan dijalaninya. Di
kalangan mahasiswa kemampuan merencanakan karir masih menjadi masalah,
permasalahan terjadi dikarenakan mahasiswa tidak mengetahui sama sekali apa
4

yang mereka inginkan. Para mahasiswa terkendala dalam mencari informasi


serta kurang mendapat petunjuk dari orang tua dan kurang memiliki keyakinan
dalam mengambil resiko membuat mereka ragu dalam menentukan pilihan
karirnya.

Hal di atas sejalan dengan penelitian Widyatama (2015) yang melakukan


sebuah studi tentang kematangan karir mahasiswa Jurusan Psikologi di salah
satu universitas swasta di Kota Bandung. Hasilnya menunjukkan sebanyak
54% mahasiswa masih berada pada tahap tingkatan kematangan karir yang
dikatakan belum matang. Hal tersebut membuktikan bahwa sebagian besar
mahasiswa yang diteliti belum aktif untuk memanfaatkan dengan menyeluruh
berbagai macam sumber informasi karir yang tersedia sehingga dalam
memutuskan pilihan karir hanya berdasar pada informasi yang diketahui
seadanya. Rendahnya tingkat kematangan karir para mahasiswa tersebut
disebabkan karena beberapa faktor seperti faktor minat, pengalaman, dan
kemampuan eksplorasi karir yang dimiliki oleh mahasiswa. Artinya,
mahasiswa belum mampu mengeksplorasi dengan memanfaatkan berbagai
sumber informasi karir yang tersedia sehingga dalam memutuskan pilihan karir
hanya berdasarkan pada sumber informasi yang kurang luas.

Arnett menyebutkan (Santrock, 2012) berdasarkan tahapan


perkembangannya, mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di
perguruan tinggi dapat digolongkan transisi dari masa remaja ke masa dewasa
yang disebut emerging adulthood yang terjadi dari usia 15 sampai 25 tahun.
Pada usia awal dua puluhan keinginan untuk pengambilan keputusan karir
biasanya menjadi sangat serius seiring dengan eksplorasi mereka terhadap
berbagai kemungkinan karir yang ingin mereka geluti. Di perguruan tinggi hal
demikian sering kali berarti memilih jurusan atau spesialisasi pekerjaan di
bidang tertentu. Memasuki awal hingga pertengahan usia dua puluhan, banyak
individu yang sudah menuntaskan pendidikan atau pelatihan mereka dan mulai
bekerja paruh waktu.
5

Menurut Super (Sharf, 2013) berkenaan dengan karir individu dalam tahap
perkembangannya, mahasiswa berada pada tahap eksplorasi karir yang
berlangsung pada usia 15-25 tahun. Tahap ini mencakup segala usaha individu
untuk mendapatkan segala informasi yang lebih lengkap dan akurat mengenai
hal-hal tentang pekerjaan, memilih alternatif karir, memutuskan karir dan
mulai bekerja. Pada tahapan ini individu memiliki tugas perkembangan karir
yaitu crytallizing di mana individu akan mengklarifikasi tentang apa yang
mereka lakukan, specifying di mana individu akan menentukan pilihan karir
sehingga dapat menemukan pekerjaannya, serta implementing di mana individu
akan membuat perencanaan yang lebih matang dan mendalam untuk dapat
memenuhi tujuan karir mereka. Selanjutnya menurut Super menjelaskan,
bahwa usia mahasiswa (18-25 tahun) telah sampai pada tahap spesifikasi dan
implementasi preferensi dalam bekerja.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Vaillant (Santrock, 2012), yang


menjelaskan bahwa mahasiswa termasuk kategori dewasa awal (sekitar usia
20-30 tahun) merupakan tahap adaptasi dengan kehidupan. Individu dewasa
awal mulai membangun apa yang ada pada dirinya, mencapai kemandirian,
sehingga bisa dianggap mampu dan mempunyai peran atau posisi dalam
masyarakat. Selanjutnya Dariyo (Tangkeallo dkk, 2014) mengatakan bahwa
periode mahasiswa dianggap sebagai periode realistik, masa dewasa awal
ditandai dengan adanya keinginan untuk mengaktualisasikan segala bentuk ide
dan pemikiran yang diperoleh selama menjalankan pembelajaran di tempat
pendidikan untuk persiapan masa depannya nanti. Pada masa dewasa muda,
individu akan menggunakan pengetahuan yang telah diketahui untuk mengejar
tujuan di masa depan seperti berkeluarga, berkarir dan bekerja.

Bekerja merupakan sesuatu yang memiliki berbagai macam fungsi, tidak


hanya sebagai penopang hidup seseorang, tetapi juga supaya berguna bagi
kehidupan masyarakat, dengan bekerja seseorang akan memperoleh hal-hal
mengenai status, afiliasi dan berbagai produk masyarakat Brown & Lent
(2013). Sehingga bekerja merupakan salah satu komponen pokok dalam
6

aktivitas kehidupan seseorang dan bisa mempengaruhi keseluruhan kepuasan


hidup individu. Bekerja sangat berkaitan dengan karir, seperti dikemukakan
oleh Super (Brown & Lent, 2013) yang menyebutkan bahwa karir merupakan
segala rangkaian peristiwa yang berlangsung dalam kehidupan seseorang,
karena dalam kehidupan sebagian besar waktu individu akan digunakan untuk
bekerja. Dengan bekerja individu dapat berinteraksi dengan individu lain
sehingga bekerja sangat berperan dalam proses kehidupan karir individu.

Karir dapat diperoleh melalui pekerjaan (job) seperti tukang jahit; hobi
seperti pebulutangkis; profesi seperti dokter atau guru; dan dapat diperoleh
melalui peran hidup seperti pemimpin masyarakat. Menurut Surya (Indah,
2017) bekerja sebagai apapun yang terpenting ditandai oleh adanya
keberhasilan dan kemakmuran personal dan finansial, maka apa yang individu
kerjakan dapat disebut sebagai karir. Menurut Healy (Indah, 2017) karir dapat
terjadi pada individu yang mencakup sebelum bekerja (preoccupational),
selama bekerja (occupational), dan akhir masa bekerja (postoccupational).
Lebih lanjut ia menjelaskan posisi preoccupational merupakan posisi yang
sangat penting dalam perjalanan karir individu, sebab dapat menjadi awal
menuju kesuksesan karir. Jika pada posisi ini individu mengalami kegamangan
karir, maka ia cenderung mengalami masalah dalam menjalani karirnya. Posisi
preoccupational yang dimaksud dimulai dari orientasi karir, pengambilan
keputusan karir yang diwujudkan dengan adanya pilihan pekerjaan tertentu dan
memulai karir dalam bidang pekerjaan tertentu. Budiman (Indah, 2017)
menyebutkan sesuatu disebut karir jika mengimplikasi adanya pendidikan yang
diwujudkan dengan keahlian tertentu untuk mencapai suatu keberhasilan,
dedikasi atau komitmen serta kebermaknaan personal dan finansial. Karir
terentang sejak sebelum bekerja, ketika bekerja, dan masa-masa mengakhiri
pekerjaan sehingga karir dapat dipersiapkan sepanjang kehidupan seseorang

Menurut Santrock (2012) mempersiapkan diri serta pemilihan dalam


menjalankan suatu pekerjaan atau karir merupakan salah satu tugas
perkembangan yang penting. Untuk dapat melakukan hal tersebut maka
7

individu akan menempuh pendidikan agar mendapatkan pengetahuan yang


mereka minati sehingga dapat mengaplikasikan pengetahuan yang telah
didapat. Salah satu cara individu untuk mendapat pengetahuan yaitu dengan
menempuh pendidikan formal melalui jalur pendidikan terdiri atas pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 disebutkan bahwa, pendidikan tinggi


merupakan jenjang pendidikan setelah meyelesaikan pendidikan menengah
atas mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis,
hingga doktoral yang disediakan oleh perguruan tinggi. Pendidikan tinggi
diselenggarakan untuk mempersiapkan individu terdidik menjadi bagian
masyarakat yang memiliki keahlian akademik sehingga menjadi individu
profesional untuk dapat mengembangkan, menerapkan, hingga menciptakan
sumbangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

Perguruan tinggi bertanggung jawab untuk membantu mahasiswa


membuat pilihan karir yang tepat. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan
mahasiswa dalam dunia kerja dan meningkatkan kemampuan kerja para
mahasiswa. Di antara program yang perlu diberikan kepada mahasiswa adalah
konseling karir atau program pengembangan karir dalam bentuk kegiatan
seperti seminar, talk show, atau workshop yang berkaitan dengan karir
(Nuraini, 2020). Pada setiap perguruan tinggi harus memberikan persiapan
seperti pengetahuan, pembelajaran dan pelatihan kepada para mahasiswanya,
bagaimana cara mendapatkan pekerjaan setelah lulus yang bertujuan agar
mahasiswa akan siap dalam menghadapi tantangan di dunia kerja

Salah satu perguruan tinggi swasta yang terdapat di Kota Bandung yaitu
Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia Bandung (UNIBI). UNIBI
didirikan dengan tujuan menghasilkan pengusaha-pengusaha muda (young
entrepreneur) serta memenuhi tuntutan akan tenaga ahli madya dan sarjana
profesional yang berjiwa entrepreneur di bidang teknologi, komunikasi, seni,
psikologi, dan bisnis. Sebagai universitas pertama yang berwawasan
8

entrepreneur di Indonesia, UNIBI telah merancang kurikulum dan metode


perkuliahan secara khusus berupa kuliah entrepreneurship, wawasan IT
mutakhir, peluang bisnis, dan sejak dini menanamkan semangat
entrepreneurship (Anonim, 2020).

Menurut Kemahasiswaan Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia


Bandung dari wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 1 Juni 2020
menyebutkan, UNIBI adalah universitas yang mengedepankan entrepreneur,
tentunya sangat menunjang para mahasiswa untuk bisa memilih karir setelah
mereka lulus, yaitu dengan memberikan pelajaran berupa mata kuliah yang
berhubungan dengan dunia kerja seperti bimbingan karir, entepreneurship,
character building, global leadership, business plan serta memberikan
seminar, workshop, dan pelatihan-pelatihan yang bertujuan agar mahasiswa
siap ketika terjun di masyarakat ataupun di dunia kerja serta mampu
mempertimbangkan pilihan karirnya di masa depan melalui keilmuannya dan
bimbingan karir yang telah disediakan oleh pihak universitas.

Selanjutnya dari hasil wawancara dengan admin Fakultas Psikologi


Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia Bandung pada tanggal 1 Juni
2020 mengungkapkan bahwa Fakultas Psikologi merupakan salah satu fakultas
yang cukup diminati di Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia Bandung.
Hal tersebut terlihat dari jumlah mahasiswa yang dari tahun-ketahun
mengalami peningkatan yang cukup pesat. Dengan semakin meningkatnya
jumlah mahasiswa psikologi, Fakultas Psikologi UNIBI menerapkan capaian
pembelajaran pada mahasiswa di antaranya berkenaan dengan karir, yaitu pada
bagian keterampilan khusus (pengembangan diri) disebutkan bahwa mahasiswa
Fakultas Psikologi UNIBI harus mampu merencanakan dan mengembangkan
karir dan pengembangan dirinya sendiri (career and personal development).

Untuk tercapainya hal tersebut berdasarkan wawancara peneliti pada


tanggal 1 Juni 2020 dengan admin dan juga dosen Fakultas Psikologi UNIBI
disebutkan bahwa dalam mempersiapkan mahasiswa untuk bisa siap ketika
9

harus masuk ke dalam dunia kerja atau berkarir, Fakultas Psikologi UNIBI
menyelenggarakan berbagai program kegiatan kepada mahasiswa seperti
memberikan seminar, workshop, dan studytour. Fakultas Psikologi UNIBI juga
memberikan kesempatan pada mahasiswa psikologi tingkat akhir yang sudah
lulus mata kuliah tertentu untuk melakukan Kuliah Kerja Lapangan (KKLP)
guna menambah pengalaman dan pengetahuan mahasiswa mengenai dunia
kerja.. Mahasiswa juga secara akademik diberikan mata kuliah bimbingan karir
di mana mata kuliah tersebut mengajarkan tugas-tugas perkembangan karir
sehingga mahasiswa diharapkan memiliki karir yang matang ketika sudah lulus
kuliah.

Meskipun sudah ada program untuk mempersiapkan mahasiswa ke dalam


dunia kerja atau karir seperti yang telah disebutkan di atas, ternyata masih
terdapat mahasiswa psikologi UNIBI yang belum mengetahui bidang pekerjaan
seperti apa yang akan dipilihnya. Berdasarkan hasil wawancara yang telah
dilakukan oleh peneliti kepada 15 mahasiswa tingkat akhir semester VIII
Fakultas Psikologi UNIBI, mereka belum memahami bidang-bidang pekerjaan
yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Bahkan ketika pertama kali
memutuskan untuk memilih jurusan di perguruan tinggi pun tanpa didasari oleh
pertimbangan yang matang. Dari 15 mahasiswa yang diwawancara, 10
mahasiswa mengungkapkan masih merasa bingung dalam memilih dan
menetapkan pekerjaan. Selain itu, terdapat juga mahasiswa yang kurang jelas
mengetahui bidang psikologi apa yang mereka pilih atau mereka minati.
Beberapa mahasiswa psikologi tingkat akhir UNIBI terdapat pula yang belum
dapat menentukan pilihan yang akan dipilih di bidang psikologi. Mereka
sebenarnya memiliki minat di satu bidang psikologi tertentu akan tetapi belum
dapat memutuskan pada bidang psikologi mana yang diminati. Namun ada juga
mahasiswa yang sudah dapat menetapkan tujuan baik pada bidang psikologi
maupun pekerjaan yang akan dipilih.

Fenomena yang ditemukan peneliti di lapangan mengindikasikan adanya


masalah pada mahasiswa UNIBI tingkat akhir yang berkenaan dengan
10

kematangan karir mereka. Kematangan karir yaitu kemampuan untuk membuat


pilihan karir yang sesuai sehingga dalam kematangan karir, individu harus
mampu merencanakan karirnya agar mampu mengambil keputusan karir
dengan tepat serta mampu mengeksplorasi dan memiliki wawasan yang luas
mengenai dunia kerja. Terkait hal yang telah disebutkan berdasarkan
wawancara yang peneliti lakukan kepada mahasiswa psikologi di dapatkan
hasil 6 dari 10 mahasiswa yang belum mampu memilih pekerjaan atau bidang
dalam psikologi dikarenakan mereka tidak yakin apakah akan mampu atau
tidak dalam mengerjakan pekerjaan tersebut. Mahasiswa tidak yakin karena
merasa hanya memiliki kemampuan yang biasa saja sehingga seringkali selalu
melakukan kesalahan dalam mengerjakan tugas dari dosen. Kemudian mereka
merasa memiliki sedikit pengalaman serta tidak yakin apakah berpotensi di
bidang psikologi yang dipilih dan tidak yakin apakah bisa menjalani pilihannya
dengan benar. Namun di sisi lain terdapat juga mahasiswa yang sudah yakin
dengan kemampuan yang telah dimiliki dalam menentukan karir yang akan
dipilihnya. Mereka berusaha untuk selalu mencari informasi terkait dunia kerja
dan terus belajar mengenai bidang psikologi yang menjadi minatnya serta
mencoba beberapa kegiatan yang dapat menunjang karirnya tersebut.

Dari data yang telah dijelaskan menggambarkan bahwa terdapat beberapa


mahasiswa yang tidak yakin terhadap kemampuannya walaupun terdapat juga
sebagian mahasiswa yang sudah yakin dengan kemampuannya. Antara
ketidakyakinan dan keyakinan tersebut merupakan faktor dalam diri individu,
ketidakyakinan dan keyakinan bisa diartikan sebagai self-efficacy. Menurut
Bandura (1997) self efficacy adalah penilaian keyakinan individu tentang
kemampuan dirinya mengorganisasikan dan menjelaskan serangkaian tindakan
yang diperlukan untuk mencapai berbagai bentuk kinerja yang telah ditetapkan.
Self efficacy memiliki peran penting dalam mempengaruhi usaha yang
dilakukan seseorang untuk dapat memiliki kekuatan usaha sehingga seseorang
dapat memprediksi keberhasilan yang akan dicapai. Dengan adanya self
11

efficacy, individu mempunyai dorongan dalam diri untuk berusaha mengatasi


hambatan dalam mencapai mencapai hasil dan keputusan yang diinginkan.

Penelitian yang dilakukan Patton & Creed (Patton, 2019) pada pelajar di
Australia berhasil mengungkap bahwa salah satu faktor yang berhubungan
dengan kematangan karir adalah self-efficacy. Mereka melakukan studi tentang
self-efficacy dan menemukan bahwa pelajar yang memiliki self-efficacy tinggi
akan lebih menguasai berbagai tugas akademis dan setelah lulus akan lebih
mampu untuk matang dalam berkarir daripada pelajar yang memiliki self-
efficacy rendah. Pelajar dengan self-efficacy rendah kurang menguasai tugas-
tugas akademis, mereka menganggap bahwa tugas akademis adalah sebagai
beban yang ingin mereka hindari. Setelah lulus, mereka akan kesulitan dalam
menentukan pilihan karir yang tepat untuk masa depannya. Selain itu hasil
penelitian menunjukkan bahwa self-efficacy merupakan prediktor yang
signifikan untuk memprediksi prestasi dan kematangan karir.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Taylor dan Betz (Safaria, 2016)
menemukan bahwa individu yang memiliki self-efficacy rendah cenderung
ragu-ragu dalam memutuskan karir mereka di masa depan. Hal ini juga
ditegaskan oleh penelitian Luzzo (Safaria, 2016) yang menemukan hubungan
antara efikasi diri dengan kematangan karir. Hasil penelitian ini mendukung
studi yang dilakukan oleh Taylor dan Betz (Safaria, 2016) menunjukkan bahwa
self-efficacy sangat mempengaruhi kematangan karir individu. Hal senada
diungkapkan oleh Lent, Brown, dan Hackett (Safaria, 2016), yang
mengidentifikasikan tiga variabel dominan yang mempengaruhi perkembangan
kematangan karir individu yaitu (1) self-efficacy, adalah keyakinan individu
akan kemampuannya untuk mengorganisasikan dan menyelesaikan sebuah
tugas untuk mencapai kinerja yang diinginkannya, (2) harapan hasil (outcome
expectations), yaitu keyakinan individu tentang hasil yang akan didapatkannya
ketika mencapai sebuah kinerja tertentu. (3) tujuan pribadi (personal goals),
yaitu kemampuan individu dalam merancang tujuan yang ingin dicapainya
sehingga dengan adanya tujuan ini perilaku individu menjadi terarah dan
12

memunculkan motivasi untuk mencapainya, hal ini menunjukkan bahwa self-


efficacy merupakan prediktor dari kematangan karir.

Penelitian-penelitian di atas sejalan dengan pendapat yang diutarakan oleh


Bandura (1997) bahwa orang yang memiliki self-efficacy tinggi akan
mengeluarkan usaha yang besar untuk mengatasi hambatan dalam mencapai
tujuannya. Itulah sebabnya mengapa individu yang mempunyai self-efficacy
tinggi akan lebih siap menentukan karir yang tepat untuk dirinya. Self-efficacy
merujuk pada tingkat kepercayaan dan keyakinan diri individu akan
kemampuan yang dimilikinya, sehingga individu mampu menunjukkan
perilaku yang diinginkan serta dapat menyelesaikan pekerjaan yang diberikan
dan mencapai prestasi yang baik. Ketika individu yakin terhadap kemampuan
yang dimiliki, individu akan merasa mampu menghadapi tantangan dalam hal
yang berkaitan dengan karir. Sebaliknya, individu yang merasa memiliki
keyakinan bahwa kemampuan yang dimiliki rendah maka individu akan kurang
merasa mampu merencanakan masa depannya dalam hal ini berarti
menentukan karir tepat.

Self-efficacy akan mengembangkan usaha untuk meningkatkan dan


mempersiapkan keterampilan dan kemampuan mahasiswa dalam hal meraih
karir yang mereka inginkan, serta berusaha mengatasi hambatan yang
mahasiswa hadapi dalam pencapaian karir. Mahasiswa dengan self-efficacy
tinggi memandang tugas-tugas sulit sebagai tantangan, sementara mahasiswa
dengan self-efficacy rendah akan cenderung menghindari tugas tersebut (Al-
Arifin, 2015). Mahasiswa dengan self-efficacy tinggi akan mempunyai
keyakinan tentang kemampuan dalam melakukan suatu tugas yaitu mencapai
kematangan karir, sebaliknya mahasiswa yang memiliki self-efficacy rendah
akan memiliki keyakinan yang rendah mengenai usaha untuk mencapai
kematangan karirnya.

Dari fenomena-fenomena serta hasil beberapa penelitian sebelumnya yang


telah dipaparkan, menunjukkan bahwa sebagian mahasiswa tingkat akhir
13

psikologi UNIBI secara umum masih berada pada taraf belum siap untuk
menentukan arah karirnya dikarenakan mahasiswa merasa tidak yakin dengan
apa yang ingin dicapainya. Kurangnya keyakinan dalam diri mahasiswa
menjadikan mahasiswa ragu-ragu untuk mengembangkan kemampuannya
dalam melakukan eksplorasi karir, membuat perencanaan karir, mengambil
keputusan karir dan juga wawasan mengenai dunia kerja menjadi sangat
kurang. Padahal menurut teori Super (Sharf, 2013) usia mahasiswa tingkat
akhir (18-25 tahun) seharusnya sudah pada tahap spesifikasi dan implementasi
di mana individu akan mampu dalam membuat perencanaan yang lebih matang
untuk dapat memenuhi tujuan karir mereka serta memiliki keyakinan sehingga
mampu untuk menentukan arah karir yang sesuai dengan keinginannya.

Berdasarkan fenomena yang telah dijelaskan oleh peneliti dan berdasarkan


hasil beberapa penelitian-penelitian yang telah disebutkan, peneliti memandang
bahwa penelitian ini penting untuk dilakukan guna mengetahui apakah subjek
yang akan diteliti yaitu mahasiswa psikologi UNIBI tingkat akhir memiliki
self-efficacy yang akan berdampak pada kematangan karir mereka. Penelitian
mengenai self-efficacy dan kematangan karir pada mahasiswa tingkat akhir
pernah diteliti oleh Putri (2018), namun fokus penelitiannya belum meninjau
dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada penelitian ini, peneliti ingin
melihat hubungan self-efficacy dan kematangan karir serta ingin meninjau
perbedaan kematangan karir dilihat dari faktor eksternal yang
mempengaruhinya yaitu jenis kelamin.

Terdapat faktor-faktor yang memengaruhi kematangan karir salah satunya


yaitu jenis kelamin. Allison & Cosette (2017) menyatakan terdapat hubungan
antara jenis kelamin dan kematangan karir. Berdasarkan temuan mereka,
perempuan harus mempertimbangkan keluarga dan melahirkan anak selama
pengambilan keputusan karir dan bahwa rasa diskriminasi dialami oleh
perempuan ketika mengorbankan karir untuk kehidupan keluarga. Cook
(Nuraini, 2018) perempuan sering dibatasi oleh harapan tradisional dan budaya
14

ketika terkait dengan pengembangan karir, oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa peran jenis kelamin berkaitan dengan kematangan karir.

Menurut Super (2001), jenis kelamin merupakan faktor eksternal individu


untuk mengatasi tugas-tugas perkembangan karir terutama pada usia ketika
akan memilih jurusan hingga memasuki dunia kerja. Dalam memilih jurusan
ataupun pekerjaan (karir) dapat dikatakan bahwa individu baik perempuan
maupun laki-laki yang memiliki kematangan karir akan siap dalam mengatasi
tugas-tugas yang diprediksi dan mereka akan mampu berpartisipasi dalam
pekerjaannya. Menurut penelitian yang dilakukan MacNair dan Brown (Sisca,
2015) kematangan karir perempuan lebih tinggi daripada kematangan karir
laki-laki, hal tersebut dikarenakan dalam menjalin hubungan dengan orang lain
perempuan cenderung berinteraksi secara langsung sehingga akan jauh lebih
mudah untuk mencari dan mendapatkan informasi tentang karir. Pada laki-laki
cenderung berfokus pada dirinya sendiri untuk menjadi lebih mandiri.

Penelitian Patton & Creed (Patton, 2019) juga menemukan bahwa terdapat
faktor eksternal yang mempengaruhi kematangan karir yaitu jenis kelamin.
Hasil penelitian mengenai faktor jenis kelamin ini mengungkapkan hubungan
antara tujuan karir dan eksplorasi karir perempuan yang memiliki self-efficacy,
lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki. Dalam penelitian Patton & Creed
(Patton, 2019) juga ditemukan bahwa perempuan memiliki kematangan karir
yang lebih baik jika dibandingkan dengan kematangan karir laki-laki.

Namun berbeda hal dengan penelitian yang dilakukan oleh Jatmika (2015)
yang membandingkan nilai kematangan karir laki-laki dan perempuan
mahasiswa tingkat akhir Fakultas Sosial dan Humaniora UBM. Hasil penelitian
menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan nilai kematangan karir antara laki-
laki dan perempuan, hal ini menunjukkan bahwa baik laki-laki maupun
perempuan sama-sama memiliki kematangan karir . Begitu juga dengan
penelitian Safaria (2016) dalam penelitiannya mengenai efikasi diri dan
kematangan karir menemukan bahwa efikasi diri berperan dalam memberikan
15

sumbangan terhadap kematangan karir. Pada penelitian Safaria (2016) juga


meneliti tentang perbedaan kematangan karir ditinjau dari jenis kelamin, hasil
penelitian menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan kematangan karir antara
jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Tetapi pada penelitian yang dilakukan
Watson dan Achebe (Safaria, 2016) yang menyebutkan bahwa laki-laki
memiliki kematangan karir lebih tinggi, suatu hal yang sangat kontradiktif
yang didapat dari hasil penelitian-penelitian terdahulu dan tidak menunjukkan
keajegan tingkat kematangan karir antara laki-laki dan perempuan. Oleh karena
itu, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan antara Self-Efficacy
dengan Kematangan Karir serta ingin meneliti perbedaan kematangan karir
antara laki-laki dan perempuan pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas
Psikologi Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia Bandung”.

1.2 Identifikasi Masalah

Mahasiswa tingkat akhir rata rata berada pada umur 21 atau 25 tahun yang
berada di antara masa remaja akhir menuju masa dewasa awal. Menurut Super
(Sharf, 2013), tahap perkembangan karir remaja dan dewasa awal memasuki
tahap eksplorasi yang berlangsung pada usia 15-25 tahun. Di mana tahapan ini
meliputi usaha individu untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan
akurat tentang pekerjaan, memilih alternatif karir, memutuskan dan mulai
bekerja. Akan tetapi, masih terdapat beberapa kelompok mahasiswa tingkat
akhir Fakultas Psikologi UNIBI yang kurang berusaha dalam mencari
informasi pekerjaan serta ragu dalam pengambilan keputusan bidang yang
diminati untuk pekerjaan nantinya. Dengan adanya tugas-tugas tertentu dalam
setiap tahapan perkembangan, maka hal ini berkaitan dengan teori Super
mengenai kematangan karir. Menurut Super kematangan karir didefinisikan
sebagai keberhasilan individu dalam menyelesaikan tugas perkembangan
vokasional yang khas pada tahap perkembangan karir. Kematangan karir dapat
dilihat dari 4 aspek yaitu, perencanaan karir (career planning), eksplorasi karir
16

(career exploration), pengambilan keputusan (decision making), dan informasi


dunia kerja (world of work information).

Salah satu faktor yang mempengaruhi kematangan karir adalah self-


efficacy pada diri individu. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh
Patton & Creed (Patton, 2019) yang mengatakan bahwa salah satu faktor dari
kematangan karir adalah self-efficacy. Hasil penelitian putri (2018) dan Safaria
(2018) pun mendukung adanya hubungan antara self-efficacy dengan
kematangan karir. Mengacu pada data awal yang dikumpulkan peneliti dan
hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan adanya keterkaitan antara
kematangan karir dan self-efficacy. Mahasiswa yang belum dapat menetapkan
pilihan karirnya merasa bahwa dirinya tidak yakin apakah mereka akan mampu
atau tidak dalam mengerjakan suatu pekerjaan atau memilih bidang psikologi.
Adanya ketidakyakinan mahasiswa akan kemampuannya hal ini berkaitan
dengan teori self-efficacy. Bandura (1997) Self-efficacy yaitu keyakinan dalam
kemampuan seseorang untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang
diperlukan untuk menghasilkan suatu pencapaian. Self-efficacy memiliki tiga
dimensi, yaitu level, generality, dan strength.

Jenis kelamin merupakan faktor eksternal individu untuk mengatasi tugas-


tugas perkembangan karir terutama pada usia ketika akan memilih jurusan
hingga memasuki dunia kerja. Pada penelitian ini, peneliti akan meneliti
berdasarkan faktor eksternal yang mempengaruhi kematangan karir yaitu jenis
kelamin. Oleh karena itu peneliti ingin membandingkan tingkat kematangan
karir antara mahasiswa laki-laki dan perempuan pada mahasiswa tingkat akhir
Fakultas Psikologi UNIBI. Berdasarkan dari penelitian-penelitian terdahulu
yang peneliti temukan dijelaskan bahwa terdapat perbedaan tingkat
kematangan karir laki-laki dan perempuan. Penelitian Patton & Creed (Patton,
2019) menemukan bahwa terdapat faktor eksternal yang mempengaruhi
kematangan karir yaitu jenis kelamin. Hasil penelitian mengungkapkan
hubungan antara tujuan karir dan eksplorasi karir perempuan yang memiliki
self-efficacy, lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki. Dalam penelitian Patton
17

& Creed (Patton, 2019) juga ditemukan bahwa perempuan memiliki


kematangan karir yang lebih baik jika dibandingkan dengan kematangan karir
laki-laki

Berbeda hal dengan peneltian Safaria (2016) dalam penelitiannya


menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan kematangan karir antara jenis
kelamin laki-laki dan perempuan. Tetapi pada penelitian Watson (Safaria,
2016) dan Achebe (Safaria, 2016) yang menyebutkan bahwa laki-laki memiliki
kematangan karir lebih tinggi, Karena tidak ada keajegan dalam temuan
beberapa penelitian terdahulu mengenai perbedaan jenis kelamin, maka
penelitian ini juga bertujuan untuk menguji apakah ada perbedaan di tingkat
kematangan karir mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi UNIBI dilihat
dari jenis kelamin. Oleh karena itu berdasarkan pemaparan di atas, maka
perumusan masalah yang disusun oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
ingin melihat hubungan antara self-efficacy dengan kematangan karir pada
mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi UNIBI.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan tingkat kematangan


karir antara mahasiswa laki-laki dan perempuan berdasarkan hubungannya
dengan self efficacy.

1.4 Kegunaan Penelitian


1.4.1 Kegunaan Teoritis

Manfaat teoritis yang dapat diberikan oleh penelitian ini yaitu


sebagai berikut:

a. Untuk memberikan informasi pada pengembangan ilmu psikologi


khususnya psikologi perkembangan dan pendidikan mengenai
18

hubungan self-efficacy dengan kematangan karir pada mahasiswa


tingkat akhir.
b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi dan acuan dalam
mengadakan penelitian selanjutnya yang lebih mendalam.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat membantu memberikan informasi dan


pengetahuan mengenai self-efficacy dan kematangan karir khususnya
bagi mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi UNIBI.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Self-Efficacy
2.1.1 Pengertian Self-Efficacy

Konsep self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura.


Menurut Bandura (1997) self-efficacy yaitu keyakinan individu akan
kemampuannya mengorganisasikan dan melaksanakan serangkaian
tindakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sesuatu yang ingin
dicapai. Bagaimana orang bertingkah laku dalam situasi tertentu
tergantung kepada resiprokal antara lingkungan dengan kondisi kognitif,
khususnya faktor kognitif yang berhubungan dengan keyakinannya
bahwa dia mampu atau tidak mampu melakukan tindakan yang
memuaskan.

Self-efficacy Bandura (1997) memiliki beragam dampak pada


individu. Keyakinan semacam itu mempengaruhi tindakan yang individu
pilih untuk diikuti, berapa banyak usaha yang mereka lakukan dalam
usaha yang diberikan, berapa lama mereka akan bertahan dalam
menghadapi rintangan dan kegagalan, ketahanan mereka terhadap
kesulitan, apakah pola pikir mereka menghalangi diri atau membantu diri
sendiri, serta bagaimana stres dan depresi yang mereka alami dalam
mengatasi tuntutan lingkungan yang membebani, dan tingkat pencapaian
yang mereka sadari. Selanjutnya Bandura (1997), menyatakan bahwa
self-efficacy merupakan sebuah faktor yang penting dalam menentukan
berhasil tidaknya seseorang.

Suharsono dan Istiqomah (2014) juga mengatakan bahwa self-


efficacy merupakan suatu keyakinan seseorang akan kemampuan untuk
berhasil dalam situasi sosial tertentu, self-efficacy memegang peran
utama bagaimna seseorang mencapai tujuan, tugas dan tantangan.

18
19

Kusrieni (2014) mengatakan bahwa efikasi diri merupakan salah satu


aspek pengetahuan tentang diri yang paling berpengaruh dalam
kehidupan manusia sehari hari, karena self-efficacy yang dimiliki oleh
setiap individu sangat berpengaruh dalam menentukan tindakan yang
akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan termasuk berbagai pikiran
tentang kejadian yang akan dihadapi.

Baron dan Greenberg (Rahmawati dkk, 2014) menjelaskan bahwa


self-efficacy sebagai suatu keyakinan seseorang mengenai
kemampuannya untuk melakukan tugas-tugas tertentu yang spesifik dan
self-efficacy lebih bersifat lebih spesifik dan terbatas dibandingkan
dengan kepercayaan diri dan harga diri. Suroso (2014) juga menjelaskan
bahwa self-efficacy mengacu pada seberapa besar keyakinan seseorang
pada kemampuannya melakukan sejumlah aktivitas karir dan
kemampuannya menyelesaikan tugas-tugas karir dan juga self-efficacy
merupakan keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam
menyelesaikan tugas-tugas karir yang didasarkan atas kesadaran diri
terhadap pentingnya pekerjaan, nilai dan harapan pada hasil yang akan
dicapai.
Berdasarkan definisi dan penjelasan yang dirumuskan oleh
beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa self-efficacy merupakan
sikap atau perasaan yakin atas kemampuan diri sendiri sehingga individu
tidak ragu dalam tindakan-tindakannya, dapat merasa bebas untuk
melakukan hal-hal yang disukainya dan bertanggung jawab atas
perbuatannya, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang lain,
dapat menerima dan menghargai orang lain, memiliki dorongan untuk
berprestasi serta mengenal kelebihan dan kekurangannya. Self-efficacy
berperan sebagai keyakinan pada diri individu dalam menentukan suatu
pilihan, dan membuat keputusan. Individu dengan self-efficacy yang kuat
dapat dengan mudah dalam menentukan suatu pilihan dan pengambilan
keputusan untuk menjalankan masa depan.
20

2.1.2 Dimensi Self-Efficacy


Bandura (1997), membagi dimensi self-efficacy menjadi tiga
dimensi yaitu level, generality dan strenght.

1. Level

Keyakinan pada setiap individu berbeda-beda, hal ini mungkin


terbatas pada adanya tuntutan tugas yang sederhana, meluas ke
permintaan yang cukup sulit, atau termasuk tuntutan kinerja yang
paling berat dalam domain fungsi tertentu. Rentang kemampuan
yang dirasakan seseorang diukur terhadap tingkat permintaan tugas
yang menunjukkan berbagai tingkat tantangan atau kesulitan untuk
kinerja yang sukses. Pada suatu tugas atau kegiatan, jika tidak ada
hambatan untuk diatasi, maka kegiatan ini akan mudah untuk
dilakukan, sehingga setiap orang memiliki self-efficacy tinggi untuk
hal ini. Misalnya, dalam mengukur keefektifan lompat tinggi, para
atlet menilai kekuatan dari keyakinannya bahwa mereka dapat
melompati palang pada ketinggian yang berbeda. Seseorang dapat
meningkatkan keyakinannya dengan mencari kondisi yang mana
dapat menambahkan tantangan dan kesulitan terhadap kinerjanya.

2. Generality

Orang-orang dapat menilai diri mereka sendiri berhasil di berbagai


macam aktivitas atau hanya dalam aktivitas tertentu. Generalitas
dapat bervariasi pada sejumlah dimensi yang berbeda, di antaranya
tingkat kesamaan aktivitas, modalitas di mana kemampuan
ditunjukkan (perilaku, kognitif, afektif), ciri kualitatif dari situasi,
dan karakteristik individu kepada siapa perilaku tersebut
ditunjukkan.

3. Strength
21

Hal ini terkait dengan kekuatan dari self-efficacy seseorang ketika


berhadapan dengan tuntutan tugas atau suatu permasalahan. Self-
efficacy yang rendah dapat dengan mudah dilihat ketika individu
menghadapi pengalaman yang menggelisahkan ketika menghadapi
suatu tugas. Orang yang memiliki keyakinan kuat dalam kemampuan
mereka akan bertahan dalam upaya mereka meskipun banyaknya
kesulitan dan rintangan yang dihadapi. Mereka tidak mudah putus
asa dalam menghadapi kesulitan. Semakin kuat rasa keyakinannya,
semakin besar ketekunan dan semakin tinggi kemungkinan bahwa
kegiatan yang dipilih akan berhasil dilakukan.

2.1.3 Sumber-sumber Self-Efficacy


Self-efficacy yang terbentuk dalam diri individu memiliki beberapa
sumber atau hal yang mempengaruhinya. Bandura (1997) menyebutkan
sumber dari self-efficacy ada empat, yaitu:
1. Mastery experience (Pengalaman pribadi)

Pengalaman pribadi adalah sumber informasi efikasi yang paling


berpengaruh karena memberikan bukti yang paling otentik tentang
apakah seseorang dapat melakukan apa pun yang diperlukan untuk
berhasil. Suatu keberhasilan dapat membangun sebuah kekuatan
yang kuat dalam satu keyakinan seseorang. Sedangkan kegagalan
dapat melemahkannya, terutama jika kegagalan terjadi sebelum rasa
keyakinan terbentuk. Jika orang hanya mengalami keberhasilan yang
mudah, mereka mengharapkan hasil yang cepat dan mudah putus asa
oleh suatu kegagalan.

Resiliensi efikasi yang kuat membutuhkan pengalaman dalam


mengatasi rintangan melalui usaha yang gigih. Beberapa kesulitan
dan kemunduran dalam pencapaian manusia menjalani tujuan yang
bermanfaat dalam kesuksesan biasanya membutuhkan usaha yang
22

berkelanjutan. Kesulitan memberikan kesempatan untuk belajar


bagaimana mengubah kegagalan menjadi sukses dengan mengasah
kemampuan seseorang untuk melakukan kontrol yang lebih baik
terhadap kejadian. Setelah orang menjadi yakin bahwa mereka
memiliki apa yang diperlukan untuk berhasil, mereka dapat bertahan
dalam menghadapi kesulitan dan dengan cepat bangkit dari
kemunduran. Dengan bertahan melalui masa-masa sulit, mereka
akan bangkit dari kesulitan dan lebih mampu untuk berhasil.
23

2. Vicarious experience (Pengalaman orang lain)

Seseorang tidak hanya bergantung pada pengalaman aktif sebagai


satu-satunya sumber informasi tentang kemampuan mereka.
Penilaian keyakinan sebagian dipengaruhi oleh pengalaman yang
dilakukan orang lain yang dimediasi melalui pencapaian yang
dimodelkan. Suatu pengalaman orang lain berfungsi sebagai alat
efektif lain untuk mendorong rasa keyakinan seseorang. Seseorang
menilai dirinya dengan mengetahui melalui pengalaman orang lain.

3. Verbal persuasion (Persuasi verbal)

Persuasi verbal atau persuasi sosial berfungsi sebagai sarana lebih


lanjut untuk memperkuat keyakinan seseorang karena mereka
memiliki kemampuan untuk mencapai apa yang mereka cari. Lebih
mudah untuk mempertahankan keyakinan jika orang bisa signifikan
mengekspresikan keyakinan pada kemampuannya dari pada jika
mereka menyampaikan keraguan dalam menghadapi kesulitan.
Persuasi verbal sendiri mungkin terbatas dalam kekuatannya untuk
menciptakan peningkatan yang bertahan lama, tetapi dapat
meningkatkan perubahan diri jika penilaian positif dalam batas-batas
yang realistis. Orang yang terpikat secara verbal mereka memiliki
kemampuan untuk menguasai tugas-tugas yang diberikan dengan
memobilisasi upaya yang lebih besar dan mempertahankannya dari
pada jika mereka memendam keraguan diri dan juga pada
kekurangan pribadi ketika kesulitan muncul.

Persuasi verbal dapat menyebabkan orang berusaha cukup gigih


untuk berhasil, keyakinan yang menguatkan diri mendorong
pengembangan keterampilan dan rasa keyakinan pribadi. Oleh
karena itu, hal ini memiliki dampak terbesar pada orang-orang yang
memiliki beberapa alasan untuk percaya bahwa mereka dapat
24

menghasilkan efek melalui tindakan mereka, Chambliss, & Murray


(Bandura, 1997).
25

4. Physiological and affective states (Keadaan psikologis dan


emosional seseorang)

Dalam menilai kemampuan, individu mengandalkan sebagian


informasi somatik yang disampaikan melalui keadaan fisiologis dan
emosional. Indikator somatik dari keyakinan seseorang sangat
relevan dalam domain yang melibatkan pencapaian fisik, fungsi
kesehatan, dan mengatasi stresor. Seseorang sering membaca
aktivasi fisiologis mereka dalam situasi stres atau berat sebagai tanda
kerentanan terhadap disfungsi. Individu lebih cenderung
mengharapkan kesuksesan ketika mereka tidak dilanda oleh situasi
yang tidak menyenangkan daripada jika mereka dalam keadaan
tegang atau gelisah. Seseorang juga berpengaruh terhadap keyakinan
diri seseorang. Mereka menafsirkan reaksi stres dan ketegangan
sebagai tanda-tanda kerentanan terhadap kinerja yang buruk.

2.1.4 Proses Yang Mempengaruhi Self-Efficacy


Proses-proses yang mempengaruhi self-efficacy menurut Bandura
(1997), proses psikologis dalam self-efficacy yang turut berperan dalam
diri manusia ada 4 yakni proses kognitif, motivasional, afeksi dan proses
seleksi.
1. Proses Kognitif

Keyakinan yang kuat akan mempengaruhi pola pemikiran yang


dapat meningkatkan atau melemahkan performansinya. Orang-orang
yang memiliki self efficacy yang tinggi mengambil perspektif masa
depan dalam menata kehidupan mereka. Banyak perilaku manusia,
yang bertujuan, diatur oleh pemikiran yang mewujudkan tujuan-
tujuan yang diwujudkan. Pengaturan tujuan pribadi dipengaruhi oleh
penilaian kemampuan diri. Semakin kuat self-efficacy yang
dirasakan, semakin tinggi tujuan yang ditetapkan seseorang untuk
26

diri mereka sendiri dan semakin kuat komitmen mereka Bandura &
Wood (Bandura, 1997). Tujuan yang menantang meningkatkan
tingkat motivasi dan pencapaian kinerja.

2. Proses Motivasi

Kemampuan untuk motivasi diri dan tindakan bertujuan berakar


pada aktivitas kognitif. Bayangan masa depan dapat dimulai dari
pemikiran saat ini hingga pemikiran untuk kedepannya. Individu
akan termotivasi untuk menunjukkan perilaku yang sesuai dengan
tujuannya. Kebanyakan motivasi manusia dihasilkan secara kognitif.
Dalam motivasi kognitif, orang memotivasi diri mereka sendiri dan
memandu tindakan mereka secara antisipatif melalui latihan
pemikiran. Mereka membentuk keyakinan tentang apa yang dapat
mereka lakukan, mereka mengantisipasi kemungkinan hasil yang
positif dan negatif dari kegiatan yang berbeda, dan mereka
menetapkan tujuan untuk diri mereka sendiri dan merencanakan
tindakan yang dirancang untuk mewujudkan masa depan yang
berharga dan menghindari tindakan yang tidak menyenangkan. Self-
efficacy memegang peranan penting pada pengaturan kognitif,
khusunya motivasi.

3. Proses Afektif

Self-efficacy memiliki peran penting dalam regulasi afektif pada diri


individu. Tiga cara self-efficacy mempengaruhi besarnya tingkat
emosionalitas individu, yaitu melalui pelatihan pada kontrol diri
individu yaitu melalui pemikiran, tindakan, dan afek. Cara yang
berorientasi pada pemikiran dalam pengaturan afektif mengambil
dua bentuk. Self-efficacy menciptakan bias perhatian dan
mempengaruhi apakah peristiwa kehidupan ditafsirkan, diwakili
secara kognitif, dan diambil dengan cara yang ramah atau emosional
yang mengganggu. Bentuk kedua dari pengaruh pada kemampuan
27

kognitif yang dirasakan untuk mengendalikan emosional yang


mengganggu yaitu melatih pikiran ketika hal tersebut mengganggu
aliran kesadaran.

Dalam cara yang berorientasi pada tindakan, self-efficacy mengatur


keadaan emosional dengan mendukung tindakan yang efektif untuk
mengubah lingkungan dengan cara mengubah potensi emosinya.
Cara yang berorientasi pada afek melibatkan self-efficacy untuk
memperbaiki keadaan emosional yang tidak menyenangkan, seperti
dengan latihan mengendalikan kecemasan, suasana hati yang
depresi, dan reaksi-reaksi stres biologis.

4. Proses Seleksi

Individu merupakan bagian dari produk lingkungan. Individu


memilih lingkungan mereka dengan mempertimbangkan
kemampuan yang dimiliki dan itu akan mempengaruhi gambaran
individu tersebut. Self-efficacy memiliki peran penting dalam
individu untuk memilih jenis aktivitas dan lingkungannya. Individu
akan memilih lingkungan yang mampu meningkatkan potensi yang
dimilikinya. Individu yang memiliki self-efficacy tinggi akan
memilih dan bertahan pada kegiatan yang dirasa sulit.

2.2 Kematangan Karir


2.2.1 Pengertian Kematangan karir

Menurut Super (Sharf, 2013) kematangan karir adalah kesadaran


seseorang akan kemampuan untuk membuat pilihan karir yang sesuai,
termasuk kesadaran akan hal-hal yang dibutuhkan dalam membuat
keputusan karir, serta tingkatan pilihan karir yang realistis dan konsisten
sepanjang tahap perkembangannya. Powell & Luzzo (Patton, 2019)
memandang hal yang sama dengan Super yakni kematangan karir
28

merupakan suatu ukuran dari kesiapan individu untuk membuat


keputusan karir berdasarkan sikap dan pengetahuan dari pembuatan
keputusan karir.

Kemudian Yost & Corbishly (Sharf, 2013) mendefinisikan


kematangan karir sebagai kemampuan untuk bernegosiasi dengan tugas-
tugas dan perubahan-perubahan yang berkaitan dengan perkembangan
karir, serta kesiapan dalam menyelaraskan pilihan karir dengan usia dan
tingkatan perkembangan karir. Sejalan dengan pendapat Yost &
Corbishly, Savickas (Sharf, 2013) menyatakan bahwa kematangan karir
mengarah kepada kesiapan individu untuk mencari informasi, membuat
keputusan karir yang berkaitan dengan usia dan mengatasi tugas
perkembangan karir.

Super (Sharf, 2013) mendeskripsikan lima komponen utama


mengenai kematangan karir, kelima komponen tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Berorientasi pada pilihan pekerjaan, di mana hal ini berkaitan dengan


pilihan karir dan menggunakan informasi mengenai pekerjaan
tersebut.
2. Informasi dan perencanaan mengenai pekerjaan yang diminati, yaitu
informasi yang spesifik terhadap pekerjaan yang ingin digeluti.
3. Konsistensi terhadap pilihan pekerjaan, tidak hanya konsisten
terhadap pilihan pekerjaan dari waktu ke waktu, tetapi juga konsisten
terhadap tingkatan dan bidang pekerjaan tersebut.
4. Kristalisasi dari sifat, termasuk tujuh indeks dari sikap terhadap
pekerjaan.
5. Bijaksana atas pilihan pekerjaan yang mengacu pada hubungan antara
pilihan dan kemampuan, aktivitas dan minat.

Super (Sharf, 2013) memandang bahwa karir sebagai jalan dalam


peristiwa-peristiwa kehidupan, tahapan-tahapan pekerjaan serta peranan
29

kehidupan lainnya yang keseluruhannya menyatakan tanggung jawab


individu pada pekerjaan dalam keseluruhan tugas perkembangannya.
Super membuat tahapan-tahapan perkembangan karir yang dicirikan
dengan tugas-tugas yang spesifik pada masing-masing tahapan
perkembangan karir tersebut. Super kemudian membuat suatu inventori
yang dapat mengukur sejauh mana tugas-tugas perkembangan karir
individu yang sudah dilalui dapat sesuai dengan karakteristik
perkembangan karir yang diharapkan pada usia tertentu yang disebutkan
dengan istilah kematangan karir.

Berdasarkan definisi dan penjelasan yang dirumuskan oleh beberapa


ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kematangan karir adalah
suatu tahap perkembangan karir individu yang ditandai oleh adanya
persiapan untuk meraih masa depan. Persiapan yang dilakukan tersebut
meliputi menacari informasi karir, memahami diri dalam bentuk
menelusuri dan menemukan bakat dan minat, memilih karir di masa
depan dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai
karir yang sesuai dengan tuntutan tugas perkembangan karir pada masa
remaja hingga dewasa awal. Kematangan karir ini secara umum
menggambarkan tentang orientasi karir dari individu yang mencakup
komponen perencanaan karir dan eksplorasi karir serta kemampuan
dalam mengambil keputusan karir dan pengetahuan mengenai dunia
kerja.

2.2.2 Aspek Kematangan Karir

Menurut Super (Sharf, 2013) mengatakan bahwa kematangan karir


dapat diukur berdasarkan aspek sebagai berikut:

1. Perencanaan Karir (Career Planning)


30

Aspek ini mengukur seberapa banyak pemikiran individu yang


diberikan pada berbagai aktivitas mencari informasi dan seberapa
banyak mereka merasa mengetahui tentang berbagai aspek kerja.
Banyaknya perencanaan yang dilakukan seseorang sangat penting
untuk konsep ini. Beberapa aktivitas atau kegiatan yang termasuk
adalah belajar tentang informasi karir, berbicara dengan orang
dewasa mengenai rencana-rencana, mengikuti kursus-kursus yang
akan membantu dalam memutuskan suatu karir, berpartisipasi di
dalam kegiatan ekstrakulikuler atau mencoba pekerjaan-pekerjaan
paruh waktu dan memperoleh pelatihan atau pendidikan untuk suatu
pekerjaan. Selain itu, konsep ini berhubungan dengan pengetahuan
tentang kondisi pekerjaan, syarat pendidikan, pandangan pekerjaan,
perbedaan pendekatan-pendekatan untuk masuk ke dalam pekerjaan
dan kesempatan-kesempatan untuk maju. Perencanaan karir
mengacu pada seberapa banyak individu merasa bahwa dia tahu
tentang kegiatan tersebut, bukan seberapa banyak dia benar-benar
tahu. Skor rendah pada tahapan ini jika individu merasa tidak perlu
memikirkan rencana karir.

2. Eksplorasi Karir (Career Exploration).

Keinginan untuk mengeksplorasi atau mencari informasi adalah


konsep dasar untuk skala eksplorasi karir. Di dalam aspek ini
mencakup keinginan individu untuk menggunakan sumber daya
seperti orang tua, kerabat lainnya, teman, guru, para konselor, buku-
buku dan film-film. Selain keinginan, eksplorasi karir juga berkaitan
dengan seberapa banyak informasi yang telah diperoleh individu dari
sumber tersebut. Eksplorasi karir berbeda dengan perencaan karir,
perencanaan karir fokus dengan pemikiran dan perencanaan
mengenai masa depan sedangkan eksplorasi karir berkaitan dengan
penggunaan sumber daya, tetapi keduanya berfokus pada sikap
terhadap kerja.
31

3. Pengambilan Keputusan (Decision Making)

Merupakan gagasan di mana individu harus mengetahui bagaimana


keputusan karir menjadi penting dalam konsep kematangan
vocational Super. Konsep ini berhubungan mengenai kemampuan
menggunakan pengetahuan dan pemikiran untuk membuat rencana
karir. Dalam pengambilan keputusan, individu diberi situasi di mana
orang lain harus membuat keputusan karir dan diminta untuk
memutuskan keputusan yang terbaik. Sehingga individu harus tahu
bagaimana membuat keputusan karir yang baik untuk dirinya sendiri.

4. Informasi Dunia Kerja (World of Work Information)

Konsep informasi dunia kerja ini memiliki dua komponen dasar.


Pertama berhubungan dengan pengetahuan terhadap tugas-tugas
penting perkembangan seperti, ketika orang lain akan mengeksplor
minat-minat dan kemampuan-kemampuan mereka, bagaimana orang
lain belajar mengenai pekerjaan-pekerjaan mereka dan alasan
mengapa terdapat orang-orang yang merubah pekerjaannya. Konsep
berikutnya mencakup pengetahuan terhadap tugas-tugas pekerjaan
pada beberapa pekerjaan yang dipilih dan juga perilaku bekerja.
Beberapa mahasiswa sering memiliki informasi yang keliru
mengenai bagaimana mendapatkan suatu pekerjaan dan bagaimana
berperilaku sewaktu mereka mendapatkan suatu pekerjaan.

Orientasi karir adalah istilah umum yang mencakup konsep-konsep


perencanaan karir, eksplorasi karir, pengambilan keputusan, dan
informasi dunia kerja. Skor total orientasi karir memberikan satu
ringkasan dari setiap keempat aspek tersebut.
32

2.2.3 Perkembangan Karir Masa Remaja dan Dewasa

Teori Super (Sharf, 2013), roles membentuk konteks untuk melihat


tahap dasar pengembangan karir: exploration, establisment, maintenance,
dan disengagement. Pada tahap exploration terdiri sub tahap yaitu
crystallizing, specifying dan implementation. Pada tahap selanjutnya
yaitu establisment, mempunyai tugas yaitu stablizing, consolidating, dan
advancing. Sub tahap holding, updating dan innovating membentuk
tahap maintenance. Terakhir, pada tahap disengagement yaitu termasuk
deceleration, retirement planning dan retirement living. Aspek kunci dari
teori Super adalah tahapan-tahapan ini tidak sepenuhnya terkait dengan
usia. Individu bisa saja melakukan recycle atau terus melewati tahapan-
tahapan ini pada waktu yang berbeda-beda bagi tiap orang dalam
hidupnya.

Mahasiswa berada pada tahap eksplorasi, di mana menurut Super,


(Sharf, 2013), tahap eksplorasi berlangsung pada usia 15-25 tahun. Tahap
ini meliputi usaha individu untuk mendapatkan ide yang lebih baik dari
informasi pekerjaan, memilih alternatif karir, memutuskan pekerjaan dan
mulai bekerja. Pada tahap ini terdiri dari tiga sub tahapan, yaitu
crystallizing, specifying dan implementing. Berikut penjelasan mengenai
sub tahapan tersebut:
33

a. Tentative (15-17/18 tahun)

Pada tahap ini memiliki tugas perkembangan crystallizing.


Crystallizing adalah tahap di mana seseorang mengklarifikasi
tentang apa yang mereka lakukan. Mereka belajar tentang bagaimana
untuk bisa memasuki jenis pekerjaan yang sesuai dengan mereka dan
mereka mempelajari keterampilan yang dibutuhkan oleh pekerjaan
yang menarik minat mereka. Banyak siswa SMA yang melewati
tahapan ini. Pada tahap ini mereka mulai merealisasikan
kemampuannya, minat-minat dan nilai yang berlaku pada tahap ini.
Pengalaman kerja dan pengetahuannya tentang pekerjaan membuat
orang tersebut memperkecil pilihannya. Ketika orang tersebut ingin
mengubah bidang yang diinginkannya hal ini dapat saja dilakukan
seperti orang dewasa dapat melakukannya kapan saja, dan orang
tersebut mulai lagi dengan mengkaji ulang minat-minatnya,
kemampuan dan nilai-nilai yang dimilikinya.

b. Transition (18 – 21/22 tahun).

Pada tahap ini memiliki tugas perkembangan specifying. Bagi


lulusan perguruan tinggi, spesifikasi terjadi di awal 20-an. Bagi
seseorang yang mencari pekerjaan langsung setelah lulus SMA,
spesifikasi terjadi lebih awal. Karena pada usia ini harus memilih
pekerjaan full-time pertama mereka, mereka diminta untuk
menentukan pilihan mereka sehingga mereka dapat menemukan
pekerjaannya. Bagi mereka yang lulus sekolah atau menempuh
pendidikan khusus seperti pendidikan dokter atau teknik kimia
mereka juga sudah dapat menentukan pilihan mereka. Mereka harus
sudah lebih spesifik dalam memilih karir, maupun jenis pekerjaan
khusus dalam bidang karir yang diminatinya. Hal ini dapat diawali
dengan melakukan kerja paruh waktu saat liburan. Sebagai contoh,
dapat bekerja paruh waktu sebagai asisten perawat di rumah sakit,
34

sehingga dengan demikian ia dapat memperkuat bahwa pilihannya


tersebut tepat atau sesuai.
35

c. Trial-little commitment (22 – 24/25 tahun).

Pada tahapan ini memiliki tugas perkembangan implementing.


Implementing adalah tahapan terakhir sebelum bekerja. Pada tahap
ini, orang membuat perencanaan yang lebih matang untuk memenuhi
tujuan karir mereka. Mereka dapat mulai menghubungi dengan
bertemu orang-orang yang dapat membantu mereka untuk
mendapatkan pekerjaan. Pada tahap ini juga mereka mencoba
berkonsultasi dengan konselor dalam perencanaan karir dan
penempatan dalam suatu pekerjaan. Mereka juga membuat lamaran
pekerjaan, mengikuti tes seleksi atau interview, serta memutuskan
beberapa calon employers.

Transisi dari masa remaja ke dewasa disebut sebagai beranjak


dewasa (emerging adulthood) yang terjadi dari usia 18 sampai 25 tahun
(Arnett, Santrock, 2012). Arnett (Santrock, 2012) mendeskripsikan lima
ciri-ciri orang yang beranjak dewasa sebagai berikut:

1. Eksplorasi identitas, khususnya dalam relasi romantis dan pekerjaan.


2. Ketidakstabilan, Perubahan tempat tinggal sering terjadi selama
masa dewasa awal, sebuah masa di mana juga sering terjadi
ketidakstabilan dalam hal relasi romantis, pekerjaan, dan pendidikan.
3. Self-focused, individu yang berada di masa beranjak dewasa
cenderung terfokus pada diri sendiri, dalam arti mereka kurang
terlibat dalam kewajiban sosial, melakukan tugas dan berkomitmen
terhadap orang lain, serta mengakibatkan mereka memiliki otonomi
yang besar dalam mengatur kehidupannya sendiri.
4. Feeling in-between, banyak orang di masa beranjak dewasa tidak
menganggap dirinya sebagai remaja ataupun sepenuhnya sudah
dewasa dan berpengalaman.
5. Usia dengan berbagai kemungkinan, sebuah masa di mana individu
memiliki peluang untuk mengubah kehidupan mereka.
36

2.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kematangan Karir

Super (Sharf, 2013) mengemukakan kematangan karir dalam


perkembangannya banyak dipengaruhi oleh faktor dari dalam maupun
luar diri remaja, di antaranya sebagai berikut:

a. Faktor Internal
1) Intelegensi
Merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang secara
menyeluruh, salah satunya kemampuan dalam pengambilan
keputusan. Untuk itu intelegensi turut berperan aktif dalam
menentukan keberhasilan individu menentukan pilihan dan
keputusan karirnya.
2) Bakat
Dalam perkembangan karir, individu dapat mengetahui bahwa
dirinya cocok disuatu bidang dari faktor bawaan atau potensi
yang dimilikinya.
3) Minat
Merupakan kecenderungan pada sesuatu yang menarik hati.
Begitu juga jika disangkutkan dengan karir, tentu saja individu
memainkan peran minat dalam ketertarikannya terhadap
pemilihan suatu jurusan atau pekerjaan, dengan minat sesuatu
akan menjadi lebih baik untuk dikerjakan.
4) Kepribadian
Karakteristik seseorang merupakan faktor pendukung, dalam
keberhasilan menyelesaikan tugas perkembangan karirnya,
misalnya dari tes kepribadian seseorang dapat mengetahui
kategori pekerjaaan yang sesuai dengan kepribadiannya.
5) Harga Diri (Self Esteem)
Merupakan faktor yang penting pula dalam menentukan
keberhasilan karir individu, karena dalam menilai sejauh mana
dirinya merasa pantas pada sebuah jabatan, individu bukan
37

hanya melihat dari perilaku yang telah dilakukan sendiri tetapi


juga dipengaruhi oleh hasil interaksinya dengan orang-orang
penting di lingkungannya serta dari sikap penerimaan,
penghargaan dan perlakuan orang lain terhadap dirinya.
6) Nilai
Seseorang beranggapan suatu jabatan itu bernilai tinggi atau
rendah tergantung penilaiannya dalam memandang suatu
pekerjaan yang ingin dicapainya, oleh karena itu nilai dapat
menjadi faktor yang penting dalam memilih suatu pekerjaan.

b. Faktor Eksternal
1) Keluarga
Dari lingkungan keluargalah individu dapat menentukan
keberhasilan karirnya, karena ada beberapa orang disana yang
dapat menjadi inspirasi ataupun pembelajaran yang
mengembangkan dirinya untuk dapat menentukan pilihan
karirnya.
2) Latar Belakang Sosial Ekonomi
Latar belakang sosial mempengaruhi remaja dalam mengambil
keputusan. Begitu juga dalam penentuan karirnya, latar belakang
sosial ekonomi turut menjadi bahan pertimbangan seseorang
dalam menentukan keputusan karirnya. Namun, tidak jarang
semua orang yang dari latar belakang ekonominya tinggi juga
sukses dikehidupan masa depannya, namun tidak menutup
kemungkinan seseorang yang berlatarbelakang ekonominya
rendah dapat hidup sukses di masa depannya, jika individu itu
mau berusaha dan berpikiran maju.
3) Teman Sebaya
Lingkungan teman sebaya juga mempengaruhi individu dalam
penentuan pilihan karirnya, tidak jarang orang yang labil mudah
terpengaruh dengan bujukan teman sebayanya untuk mengikuti
38

jejaknya atau menjadi pilihan yang tepat karena ia merasa


nyaman dengan lingkungan yang lebih banyak teman
seumurannya ataupun sebaliknya.
4) Lingkungan Sekolah
Dari sekolah siswa dapat mengetahui segala informasi
pendidikan yang diberikan oleh guru dan patut untuk
dikembangkan dalam kehidupan di masa depan. Oleh karena itu
Santrock (2012) mengatakan sekolah sebagai satu-satunya
institusi di dalam masyarakat dewasa ini yang sanggup
memberikan sistem yang diperlukan untuk pendidikan mengenai
karir-instruksi, bimbingan, penempatan, dan koneksi sosial.
5) Faktor Realitas
Adalah berbagai hal yang ada di luar pikiran dan yang
seharusnya kita jalani dalam diri kita. Tidak jarang banyak
orang berimajinasi secara berlebihan, sehingga tidak
menggunakan logika dan faktual dalam memandangnya,
sehingga persepsi yang seperti inilah yang menimbulkan
kesalahan dalam menentukan jenjang karir kita. Padahal faktor
realitaslah yang harus kita gunakan dalam penentuan jenjang
karir, dengan melihat kenyataan di mana kemampuan kita yang
sebenarnya.
6) Proses Pendidikan
Merupakan proses pembelajaran seseorang dalam menilai
sesuatu yang bernilai positif untuk bekal di masa depannya.
Oleh karena itu proses pendidikan merupakan faktor penting
dalam keberhasilan individu menyelesaikan tugas
perkembangan karirnya.
7) Jenis Kelamin
Terkadang dalam memandang sebuah jurusan atau pekerjaan,
beberapa dari individu melihatnya dari sudut pandang jenis
kelamin yang mengkualifikasikan pekerjaan mana yang lebih
39

pantas dikerjakan oleh laki-laki dan mana yang pantas


dikerjakan oleh seorang perempuan. Individu dipengaruhi secara
kuat oleh pengharapan sosial untuk memilih tipe pekerjaan yang
sesuai dengan peran laki-laki dan perempuan. Perempuan
terbatas dalam memperoleh kesempatan dan kategori pekerjaan
yang layak didapatkannya. Sebagian besar perempuan terutama
yang tingkat pendidikannya rendah tidak terlalu termotivasi
untuk memilih karir jangka panjang.

Seligman (1994) menyimpulkan beberapa faktor yang


mempengaruhi kematangan karir seseorang, yaitu:

a. Faktor Keluarga
Keluarga memiliki peran penting dalam kematangan karir seseorang.
Keluarga adalah lingkungan sosial pertama di mana pengalaman
masa kecil atau perilaku orang-tua sebagai role model ikut serta
membentuk karakter dan pandangan anak.
b. Faktor Internal Individu
Faktor internal individu terhadap kematangan karir mencakup self
esteem (harga diri), self expectation (pengharapan diri), self efficacy
(keyakinan akan kemampuan diri), locus of control, minat, bakat,
keterampilan, dan kepribadian.
c. Faktor Sosial-Ekonomi
Faktor sosial-ekonomi yang mempengaruhi kematangan karir
individu dibagi lagi menjadi tiga, yaitu lingkungan, status sosial
ekonomi dan jenis kelamin.

2.3 Kerangka Pikir

Mahasiswa tingkat akhir yang akan segera mendapatkan gelar sarjana


maka selanjutnya akan memiliki aktivitas baru yang ingin mereka lakukan.
Berdasarkan hasil wawancara mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi
UNIBI Bandung pada umumnya memiliki keinginan untuk bekerja setelah
40

lulus kuliah. Mahasiswa tingkat akhir secara rata-rata berumur 21-22 tahun,
Super (Sharf, 2013) menyebutkan, tahap perkembangan remaja dan dewasa
awal memasuki tahap eksplorasi karir yang berlangsung pada usia 15-25 tahun.
Dimana tahapan ini meliputi usaha individu untuk memperoleh informasi yang
lebih lengkap dan akurat tentang pekerjaan, memilih alternatif karir,
memutuskan dan mulai bekerja. Dengan begitu hal ini terkait dengan
kematangan karir individu. Mahasiswa pada tahap ini berada pada tahap
eksplorasi karir dan memiliki tugas perkembangan karir yaitu crytallizing
dimana inidividu mengklarifikasi tentang apa yang mereka lakukan, specifying
dimana individu menentukan pilihan karir mereka sehingga dapat menemukan
pekerjaannya, serta implementing dimana individu membuat perencanaan yang
lebih matang untuk memenuhi tujuan karir mereka.

Menurut Seligman (1994) salah satu faktor yang mempengarui


kematangan karir adalah faktor internal individu, dimana salah satunya adalah
self-efficacy. Self efficacy Bandura (1997), yaitu keyakinan individu akan
kemampuannya mengorganisasikan dan melaksanakan serangkaian tindakan
yang dibutuhkan untuk menghasilkan sesuatu yang ingin dicapai. Self-efficacy
Bandura (1997) dapat mempengaruhi tindakan yang orang pilih untuk dikuti,
berapa banyak usaha yang mereka lakukan, berapa lama mereka akan bertahan
dalam menghadapi rintangan , ketahanan mereka terhadap kesulitan,
bagaimana stres yang mereka alami dalam mengatasi tuntutan lingkungan yang
membebani, dan tingkat pencapaian yang mereka sadari. Bandura (Santrock,
2012), menyatakan bahwa self-efficacy merupakan sebuah faktor yang penting
dalam menentukan berhasil tidaknya seseorang.

Self-efficacy menurut Bandura (1997) memiliki 3 dimensi yaitu, level,


general dan strength. Level merujuk pada keyakinan individu atas kemampuan
yang dimiliki terhadap tingkat kesulitan tugas Bandura (1997). Semakin yakin
individu bisa menyelesaikan tugas yang sulit, maka individu akan lebih jelas
dan matang dalam merencanakan karirnya, karena individu tersebut bisa
menyesuaikan pekerjaan yang diinginkan dengan kemampuannya. Generality
41

berkaitan dengan keyakinan individu akan kemampuanya melaksanakan tugas


di berbagai aktivitas Bandura (1997). Individu dengan self-efficacy tinggi akan
lebih mudah merencanakan karirnya dengan jelas dan matang karena dia
memiliki keyakinan bahwa dia mampu bekerja di berbagai aktivitas
dipekerjaan yang dia minati. Terakhir yaitu strength, aspek ini berkaitan
dengan tingkat kekuatan keyakinan atau pengharapan akan kemampuannya
Bandura (1997). Individu yang memiliki pengharapan yang mantap, maka akan
bertahan dalam usahanya mencapai tujuan karirnya yang telah direncanakan.
Kerena dia yakin akan kemampuannya, maka individu tersebut bisa
merencanakan karir dengan matang.

Super (Sharf, 2013) menjelaskan, kematangan karir dapat didefinisikan


sebagai keberhasilan individu dalam menyelesaikan tugas perkembangan karir
yang khas pada tahap perkembangan karir. Kematangan karir menurut Super
(Sharf, 2013) dapat diukur melalui empat aspek, yaitu perencanaan karir
(career planning), eksplorasi karir (career exploration), pengambilan
keputusan dan informasi dunia kerja (world of work information). Career
planning menyatakan bagaimana individu berpikir pada berbagai aktivitas
mencari informasi dan seberapa banyak mereka merasa mengetahui tentang
berbagai aspek kerja. Career exploration merupakan suatu keinginan untuk
mengadakan penyelidikan atau mencari informasi, hal ini mencakup keinginan
untuk menggunakan sumber daya yang ada. Decision making mencakup
kemampuan individu untuk menentukan pilihan karirnya sesuai dengan
kemampuan menggunakan pengetahuan dan pemikirannya. World of work
information yaitu bagaimana individu mempunyai pengetahuan mengenai
tugas pekerjaan yang dipilih dan tugas-tugas perkembangan yang penting
dalam karir.

Berdasarkan hasil penelitian Putri (2018) tentang hubungan self-efficacy


dengan kematangan karir mahasiswa tingkat akhir, diperoleh hasil bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara self-efficacy dengan kematangan
karir. Hal ini menujukkan bahwa semakin tinggi self-efficacy yang dimiliki,
42

maka seseorang akan semakin siap untuk bekerja. Individu yang memiliki self-
eficacy tinggi akan lebih siap untuk menentukan karir yang tepat untuk dirinya
dengan melakukan eksplorasi dan perencanaan karir yang baik. Penelitian lain
dilakukan oleh Patton & Creed (Patton, 2019) pada pelajar di Australia berhasil
mengungkap bahwa salah satu faktor yang berhubungan dengan kematangan
karir adalah self-efficacy. Penelitian yang dilakukan Patton & Creed (Patton,
2019) tentang self-efficacy dan menemukan bahwa individu yang memiliki
self-efficacy tinggi akan lebih menguasai berbagai tugas akademis dan lebih
mampu untuk matang dalam berkarir daripada pelajar yang memiliki self-
efficacy rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-efficacy merupakan
prediktor yang signifikan untuk memprediksi prestasi dan kematangan karir

Penelitian Patton & Creed (Patton, 2019) juga meneliti faktor yang
mempengaruhi kematangan karir berdasarkan faktor eksternal yaitu jenis
kelamin. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan tingkat
kematangan karir antara laki-laki dan perempuan. Bukti yang ada menunjukkan
bahwa perempuan lebih terbuka terhadap informasi dalam kaitannya dengan
pengetahuan karir mereka sedangkan kurang terbuka terhadap informasi,
sebagian besar penelitian juga menemukan bahwa perempuan memiliki skor
kematangan karir yang tinggi dibandingkan laki-laki. Selanjutnya penelitian
MacNair dan Brown (Sisca 2015) juga menemukan bahwa terdapat perbedaan
kematangan karir berdasarkan jenis kelamin dimana perempuan lebih matang
dibanding dengan laki-laki. Perempuan memiliki ketelitian yang tinggi
sehingga tekun terhadap tugas, lebih mengenal suatu pekerjaan yang akan
dilakukan, lebih mengenali diri sendiri, dan mengetahui kemampuan yang
dimiliki. Disisi lain, perempuan lebih mudah menggali tentang karir yang
diminati dibandingkan laki-laki, karena mereka cenderung berinteraksi dengan
banyak orang. Hal ini merupakan akses bagi individu untuk menggali
informasi tentang karir atau pendidikan.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Jatmika (2015) terdapat perbedaan


tingkat kematangan karir antara laki-laki dan perempuan. Penelitian ini
43

membandingkan nilai kematangan karir laki-laki dan perempuan mahasiswa


tingkat akhir. Hasil penelitian menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan nilai
kematangan karir antara laki-laki dan perempuan, hal ini menunjukkan bahwa
baik laki-laki maupun perempuan memiliki kemampuan dalam perencanaan
karirnya. Begitu juga dengan penelitian Safaria (2016) dalam penelitiannya
mengenai efikasi diri dan kematangan karir menemukan bahwa efikasi diri
berperan dalam memberikan sumbangan terhadap kematangan karir. Pada
penelitian Safaria (2016) juga meneliti tentang perbedaan kematangan karir
ditinjau dari jenis kelamin, hasil penelitian menyebutkan bahwa tidak ada
perbedaan kematangan karir antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Tetapi pada penelitian Watson (Safaria, 2016) dan Nigeria Achebe (Safaria,
2016) yang menyebutkan bahwa laki-laki memiliki kematangan karir lebih
tinggi, suatu hal yang sangat kontradiktif yang didapat dari hasil penelitian dan
tidak menunjukkan keajegan tingkat kematangan karir antara laki-laki dan
perempuan.

Dalam usaha untuk mencapai kematangan karir, mahasiswa sering kali


mengalami hambatan sehingga diperlukan usaha dan keyakinan dari
mahasiswa untuk mengatasi hambatan tersebut. Self-efficacy akan
mengembangkan usaha untuk meningkatkan dan mempersiapkan keterampilan
dan kemampuan yang mereka miliki dalam rangka meraih karir yang mereka
inginkan, serta berusaha mengatasi hambatan yang mahasiswa hadapi dalam
rangka pencapaian karir. Mahasiswa dengan self-efficacy tinggi juga berarti
meyakini diri sendiri untuk berhasil dan sukses, memiliki komitmen dalam
memecahkan masalahnya dan tidak akan menyerah ketika menemukan bahwa
strategi yang sedang digunakan itu tidak berhasil. Self-efficacy juga
mempengaruhi besarnya usaha dan ketahanan mahasiswa dalam menghadapi
kesulitan. Selain itu mahasiswa dengan self-efficacy tinggi memandang tugas-
tugas sulit sebagai tantangan untuk dihadapi daripada sebagai beban yang harus
dihindari. Sementara mahasiswa dengan self-efficacy rendah dalam
mengerjakan tugas akan cenderung menghindari tugas tersebut, mahasiswa
44

akan merasa sulit untuk memacu diri dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan (Al-Arifin, 2015). Mahasiswa dengan self-efficacy tinggi akan
mempunyai keyakinan tentang kemampuan dalam melakukan suatu tugas yaitu
mencapai kematangan karir, sebaliknya mahasiswa yang memiliki self-efficacy
rendah akan memiliki keyakinan yang rendah pula mengenai usaha untuk
mencapai kematangan karirnya.

Individu yang memiliki self-efficacy yang rendah maka mereka akan


mengindari tugas yang menantang, memiliki komitmen yang lemah terhadap
karir yang ingin dicapainya, enggan mencoba suatu hal karena memikirkan
kelemahan yang dimiliki, cepat menyerah dalam mencapai karirnya, merasa
gagal atau ingin mundur ketika dalam kesulitan. Akan tetapi individu yang
memiliki self-efficacy yang tinggi akan sangat mudah dalam menghadapi
tantangan, tidak merasa ragu karena mempunyai kepercayaan akan
kemampuannya. Individu yang mempunyai self-efficacy tinggi maka mereka
akan terus berusaha dengan tekun, tidak mudah menyerah dalam suatu
kesulitan dalam mecapai keberhasilan karirnya. Sehingga individu yang
memiliki self-efficacy yang tinggi percaya bahwa dirinya mampu berhasil dan
sukses. Oleh karena itu dengan memiliki self-efficacy yang tinggi maka
mahasiswa diharapkan mampu menentukan keputusan karirnya dimana
mahasiswa dapat memilih pekerjaan yang sesuai dengan minat dan bakat
sehingga nantinya dapat mencari informasi mengenai pekerjaan yang
diinginkan, dimana hal ini terkait dengan kematangan karir (Al-Arifin, 2015).

Kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan dalam uraian bagan berikut:

Laki-laki
Mahasiswa
Fakultas Psikologi Kematangan
Self-Efficacy
UNIBI Karir

Perempuan
45

Bagan 2.1 Kerangka pikir

2.4 Hipotesis

Adapun hipotesis dari penelitian ini yang diajukan sehubungan dengan


kerangka berpikir di atas yaitu:

H1: Terdapat hubungan antara self-efficacy dengan kematangan karir


pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UNIBI.
H2: Terdapat perbedaan kematangan karir pada Mahasiswa Fakultas
Psikologi UNIBI yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena dalam


pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari
hasilnya menggunakan angka-angka (Arikunto, 2015). Pendekatan penelitian
kuantitatif juga dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, di mana pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2017).

Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian studi korelasional.


Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel.
Dengan teknik korelasi dapat mengetahui hubungan variasi dalam sebuah
variabel dengan variabel yang lain. Besarnya atau tingginya hubungan tersebut
dinyatakan dalam bentuk koefesien korelasi (Arikunto, 2015).

3.2 Variabel Penelitian

Variabel pertama yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah self-
efficacy dan variabel kedua yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah
kematangan karir mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi UNIBI. Adapun
variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel bebas (X) : Self-efficacy.


Variabel Terikat (Y) : Kematangan karir.

41
42

3.3 Definisi Operasional Variabel


3.3.1 Definisi Operasional Self-Efficacy

Keyakinan mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi UNIBI akan


kemampuan yang dimiliki untuk menentukan karirnya dilihat dari:
42

1. Seberapa yakin mahasiswa dalam menghadapi tugas karirnya dalam


berbagai tingkat kesulitan.
2. Seberapa yakin mahasiswa dalam menyelesaikan berbagai macam
tugas karir dengan baik.
3. Seberapa yakin mahasiswa dalam menjalankan tugas karirnya
dengan berbagai situasi.
3.3.2 Definisi Operasional Kematangan Karir
Kemampuan mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi UNIBI
dalam menjalankan tugas perkembangan karir sesuai dengan tahap
perkembangan yang sedang dijalani yang dapat terlihat dari:
1. Seberapa mampu mahasiswa memikirkan perencanaan karir dengan
berbagai kegiatan yang dapat menambah pengalamannya dalam
usaha mencari informasi serta mengetahui kondisi mengenai
pekerjaan.
2. Seberapa mampu mahasiswa mencari informasi dari berbagai sumber
yang ada dan memperoleh informasi yang banyak.
3. Seberapa mampu mahasiswa menentukan pilihannya sendiri dengan
membuat keputusan karir berdasarkan pengetahuan dan pemikiran.
4. Seberapa mampu mahasiswa mengetahui tugas penting
perkembangan untuk menunjang pekerjaan atau karir yang akan
ditekuni, mengetahui tugas-tugas dalam pekerjaan yang akan
ditekuni, serta perilaku dalam bekerja.

3.4 Populasi dan Sampel


Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang diteliti. Secara
umum mahasiswa tingkat akhir adalah mahasiswa yang hampir menyelesaikan
semua mata kuliahnya dan sedang mengambil tugas akhir (skripsi). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi
UNIBI angkatan dari 2013, 2014, 2015, 2016, 2017 dan ditambah dengan
mahasiswa konversi pindahan dari universitas lain yang sedang menyusun
skripsi berjumlah 78 orang.
43

Sampel merupakan bagian dari populasi yang merupakan objek penelitian


atau yang diteliti sesuai dengan karakteristik yang dimiliki populasi.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik nonprobability
sampling yang berarti peneliti tidak memberikan peluang atau kesempatan
sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Cara pengambilan sampel yang digunakan yaitu dengan sampling kuota.
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan tercapai
(Sugiyono, 2018).
Kuota sampel ditentukan dengan menyetarakan jumlah sampel mahasiswa
yang berjenis kelamin laki-laki dengan perempuan. Penyetaraan sampel
tersebut dilakukan untuk menyesuaikan dengan tujuan penelitian. Cara
menentukan kuota sampel yang disetarakan tersebut adalah dengan menghitung
jumlah Mahasiswa Fakultas Psikologi UNIBI yang berjenis kelamin laki-laki
dan menetapkan jumlah yang didapatkan sebagai kuota untuk sampel berjenis
kelamin laki-laki, kemudian menggunakan jumlah yang sama untuk sampel
berjenis kelamin perempuan.
Berdasarkan data yang didapat dari Admin Fakultas Psikologi UNIBI,
mahasiswa berjenis kelamin laki-laki yang terdaftar sebagai mahasiswa akhir
aktif di Fakultas Psikologi UNIBI dan termasuk pada angkatan 2013–2017
adalah sebanyak 23 orang. Oleh karena itu, kuota yang ditetapkan adalah 23
orang untuk masing-masing sampel dari jenis kelamin, sehingga total sampel
yang digunakan adalah 46 orang. Dengan demikian, sampel penelitian ini
adalah mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi UNIBI berjumlah 46 orang,
yang diambil dari angkatan 2013-2017 dan mahasiswa konversi dengan
menggunakan teknik sampling kuota.
3.5 Alat ukur
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan dipermudah olehnya (Arikunto, 2015). Dalam penelitian ini,
instrumen yang digunakan yaitu berupa angket atau kuesioner. Jenis angket
44

yang digunakan yaitu tertutup di mana angket disajikan dalam bentuk


sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda pada kolom
yang sesuai (Arikunto, 2015).
3.5.1 Alat Ukur Self-Efficacy
Alat ukur self-efficacy yang digunakan dalam penelitian ini diambil
dan diadaptasi dari Putri (2018) yang menyusun alat ukur berdasarkan
konsep teori self-efficacy dari Bandura (1997). Reliabilitas dari alat ukur
ini sebesar 0,885 artinya alat ukur ini memiliki derajat reliabilitas tinggi.
Alat ukur ini mengukur dimensi-dimensi self-efficacy yang meliputi level,
generality, dan strength. Skala self-efficacy tersebut menggunakan sistem
penilaian skala likert yang terdiri dari empat kategori yaitu SS (Sangat
Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), dan STS (Sangat Tidak Sesuai).
Alat ukur ini memiliki 32 aitem yang terdiri dari pernyataan favorable dan
unfavorable. Pada aitem favorable jawaban SS diberi skor 4, S (Sesuai)
diberi skor 3, TS (Tidak Sesuai) diberi skor 2, dan STS ( Sangat Tidak
Sesuai) diberi skor 1. Sedangkan pada aitem unfavorable diberi skor
dengan urutan sebaliknya yaitu jawaban SS diberi skor 1, S (Sesuai) diberi
skor 2, TS (Tidak Sesuai) diberi skor 3, dan STS ( Sangat Tidak Sesuai)
diberi skor 4.

Tabel 1 LTabel 2Tabel 3.1 Skala Self-Efficacy


Jawaban Skor Aitem
Favorable Unfavorable
SS 4 1
S 3 2
TS 2 3
STS 1 4
45

Tabel 3Tabel 3.2 Kisi-kisi Alat Ukur Self-Efficacy

Aitem
No Dimensi Indikator
.
Favorable Unfavorable

1. Level (Seberapa Keyakinan akan 1, 7, 13 4, 10, 16


yakin mahasiswa kemampuan yang
dalam menghadapi dimiliki dalam
tugas karirnya dalam menghadapi proses
berbagai tingkatkarirnya.
kesulitan). Pemilihan tingkah 19, 25 22, 28, 32
laku berdasarkan
tingkat kesulitan
suatu aktivitas.
2. Generality Keyakinan untuk 2, 8, 14, 20, 5, 11, 17, 23,
(Seberapa yakin menjalani 26 29
mahasiswa dalam serangkaian
menyelesaikan aktivitas yang
berbagai macam bervariasi dalam
tugas karir dengan karirnya.
baik).
3. Strength (Seberapa Bertahan dalam 3, 9, 15 6, 12
yakin mahasiswa mencapai karir
dalam mengatasi yang diinginkan.
masalah mengenai Ulet dalam 21, 27, 31 18, 24, 30
tugas karir yang menghadapi
dihadapi). tuntutan tugas karir

3.5.2 Alat Ukur Kematangan Karir


Alat ukur kematangan karir yang digunakan dalam penelitian ini
diambil dan diadaptasi dari Putri (2018) yang menyusun alat ukur
berdasarkan konsep teori kematangan karir dari Super. Tingkat
reliabilitas dari alat ukur ini sebesar 0,923 artinya alat ukur ini memiliki
derajat reliabilitas tinggi. Alat ukur ini mengukur aspek-aspek
kematangan karir meliputi career planning, career exploration,
decision making, dan world of work information. Skala kematangan
karir tersebut menggunakan sistem penilaian skala likert yang terdiri
dari empat kategori yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak
46

Sesuai), dan STS ( Sangat Tidak Sesuai). Alat ukur ini memiliki 45
aitem yang terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable. Pada
aitem favorable jawaban SS diberi skor 4, S (Sesuai) diberi skor 3, TS
(Tidak Sesuai) diberi skor 2, dan STS ( Sangat Tidak Sesuai) diberi
skor 1. Sedangkan pada aitem unfavorable diberi skor dengan urutan
sebaliknya yaitu jawaban SS diberi skor 1, S (Sesuai) diberi skor 2, TS
(Tidak Sesuai) diberi skor 3, dan STS ( Sangat Tidak Sesuai) diberi
skor 4.

Tabel 4Tabel 3.3 Skala Kematangan Karir


Skor Item
Jawaban
Favorable Unfavorable
SS 4 1
S 3 2
TS 2 3
STS 1 4

Tabel 5Tabel 3.4 Kisi-kisi Alat Ukur Kematangan karir

Aitem
No Dimensi Indikator

Favorable Unfavorable

1. Perencanaan Karir Menyadari untuk 1, 9, 17, 25 5, 13, 21


(Memikirkan melakukan
perencanaan karir persiapan karir.
dengan kegiatan yang Merencanakan 33, 39 29, 37, 42
dapat menambah karir
pengalaman setelah lulus
mahasiswa dalam kuliah.
usaha mencari Mengetahui cara 43 45
informasi serta dan kesempatan
mengetahui kondisi dalam kondisi
mengenai pekerjaan). pekerjaan.
2. Eksplorasi Karir Berusaha menggali 2, 10, 18, 6, 14
(Mahasiswa mencari dan mencari 26
informasi dari informasi tentang
berbagai sumber yang karir dari berbagai
ada dan memperoleh sumber daya.
informasi yang Memiliki cukup 34, 40 22, 30
banyak). banyak informasi
47

karir.
3. Pengambilan Membuat ketetapan 3, 11, 19, 7, 15
Keputusan dalam pilihan 27
(Mahasiswa mampu keputusan karir.
menentukan Membuat 35,41, 44 23, 31, 38
pilihannya sendiri keputusan.
dengan membuat karir secara
keputusan karir mandiri.
berdasarkan
pengetahuan dan
pemikiran).
4. Informasi Dunia Kerja Mengetahui minat 4, 12 8, 16
(Mahasiswa dan kemampuan
mengetahui tugas yang harus dimiliki
penting perkembangan untuk menunjang
untuk menunjang pekerjaan atau
pekerjaan atau karir karir yang akan
yang akan ditekuni, dipilih.
mengetahui tugas- Mengetahui tugas- 20, 28, 36 24, 32
tugas dalam pekerjaan tugas dalam
yang akan ditekuni, pekerjaan yang
serta perilaku dalam akan dipilih dan
bekerja). perilaku dalam
bekerja.

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas


3.6.1 Uji Validitas
Konsep validitas merujuk pada kualitas instrumen. Instrumen yang
valid adalah instrumen yang benar-benar dapat mengukur atribut
psikologis yang akan diukur. Artinya, validitas memiliki pengertian
berupa derajat ketepatan instrumen dalam mengukur atribut psikologis
yang diukur. Pengertian validitas tersebut, mengandung makna bahwa
derajat validitas menunjukkan keterkaitan atau hubungan antara alat ukur
dengan atribut psikologis yang diukur (Hasanuddin, 2009).
Penelitian ini menggunakan metode validitas, construct related,
yaitu dilakukan melalui proses analisis untuk menemukan hubungan
antara instrumen itu dengan konstruk teoritik tentang atribut psikologis
yang akan diukur dengan alat ukur tersebut (Hasanuddin, 2009). Berikut
langkah-langkah untuk mengukur validitas:
48

1. Mengumpulkan data hasil aitem seluruh responden.


2. Memberikan skor terhadap aitem–aitem jawaban dari setiap
responden.
3. Menghitung total skor dari setiap responden.
4. Mengkorelasikan skor aitem dengan skor skala (skor total alat
ukur) pada aitem tersebut dengan menggunakan rumus koefisien
korelasi rank spearman apabila data berdistribusi tidak normal
dan menggunakan pearson product moment apabila data
berdistribusi normal dengan bantuan SPSS windows version 24.0.
Masrun (Sugiyono, 2017) menyatakan “Teknik Korelasi” untuk
menentukan validitas aitem sampai sekarang merupakan teknik yang
paling banyak digunakan”. Selanjutnya dalam memberikan interpretasi
terhadap koefesien korelasi, Masrun (Sugiyono, 2017) menyatakan
“Aitem yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total)
serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa aitem tersebut
mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk
dianggap memenuhi syarat adalah jika r = 0,3. Jadi jika korelasi antara
aitem dengan skor total kurang dari 0,3 maka aitem dalam instrumen
tersebut dinyatakan tidak valid.

3.6.2 Uji Reliabilitas


Pengukuran yang objektif dan akurat hanya akan mungkin dicapai
jika semua komponen dalam sistem pengukuran telah memenuhi
persyaratan yang ditentukan. Salah satu jaminan bahwa pengukuran itu
akan akurat dan objektif jika instrumen yang digunakan menghasilkan
data yang sesuai dengan kondisi objek yang diukur. Termasuk juga jika
dalam beberapa kali pengukuran dengan instrumen yang sama pada
waktu yang berbeda pada objek yang sama menunjukkan hasil ukur yang
tidak berbeda. Konsep yang menunjukkan kondisi alat ukur seperti itu
merupakan gambaran bahwa alat ukur atau instrumen tersebut adalah
stabil dan konsisten. (Hasanuddin, 2009).
49

Konsep reliabilitas berlandaskan pada konsistensi skor yang dicapai


individu yang sama dalam atribut psikologis yang sama, walaupun diukur
dalam waktu yang berbeda ataukah menggunakan instrumen yang
berbeda. Hal ini terjadi karena seharusnya tidak ada kesalahan
pengukuran atas subjek yang ditunjukkan oleh konsistensi skor-skor
tersebut. Lebih luas lagi pengertian reliabilitas tes menunjukkan sejauh
mana perbedaan individual dalam skor tes dapat disebabkan oleh
perbedaan individu pada atribut yang diukur, bukannya disebabkan oleh
faktor instrumen yang buruk atau situasi tes yang tidak kondusif.
Stabilitas dan konsistensi data tes hasil pengukuran merupakan bukti
bahwa instrumen yang digunakan memiliki karakteristik reliabel.
Penelitian ini menggunakan metode single administration, yaitu
teknik yang dilaksanakan melalui proses pengukuran hanya satu kali
kepada sekelompok individu sebagai subjek dengan alasan pendekatan
ini mempunyai nilai praktis dan dipandang lebih efisien. Dalam
penelitian ini digunakan teknik Alpha cronbach untuk menguji
reliabilitas alat ukur tersebut. Data penelitian dihitung menggunakan
bantuan SPSS windows version 24.0.
Parameter untuk menafsirkan tinggi rendahnya koefisien reliabilitas
alat ukur menurut Guilford yaitu:
Tabel 6Tabel 3.5 Kategori Reliabilitas
Koefisien Alpha Kategori
< 0,20 Reliabilitas sangat rendah
0,21 - 0,40 Reliabilitas rendah
0,41 - 0,60 Reliabilitas sedang
0,61 - 0,80 Reliabilitas tinggi
0,81 - 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

3.6.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Self-Efficacy


Berdasarkan perhitungan validitas alat ukur diketahui bahwa nilai
korelasi dari masing-masing aitem instrumen kuesioner lebih besar dari
0,3 sehingga dapat disimpulkan bahwa aitem-aitem pada kuesioner
adalah valid atau layak dalam mendefinisikan variabel self-efficacy maka
50

diperoleh yang dinyatakan valid sebanyak 28 aitem dari 32 aitem. Aitem


yang tidak valid yaitu sebanyak 4 aitem pada nomor 1, 11, 12 dan 26.
Berdasarkan uji perhitungan reliabilitas pada alat ukur self-efficacy
ini diperoleh 0,938 artinya alat ukur ini memiliki derajat reliabilitas
tinggi. Oleh karena itu hasil pengukuran menggunakan alat ukur ini
mampu memberikan hasil yang konsisten atau hasil yang relatif sama
jika dilakukan pengukuran kembali di waktu yang berbeda.
Tabel 7Tabel 3.6 Kisi-kisi Alat Ukur Self-Efficacy Setelah Uji Validitas

Aitem
No Dimensi Indikator
.
Favorable Unfavorable

1. Level (Seberapa Keyakinan akan 6, 10 3, 9, 13


yakin mahasiswa kemampuan yang
dalam menghadapi dimiliki dalam
tugas karirnya dalam menghadapi proses
berbagai tingkatkarirnya.
kesulitan). Pemilihan tingkah 16, 22 19, 24, 28
laku berdasarkan
tingkat kesulitan
suatu aktivitas.
2. Generality Keyakinan untuk 1, 7, 11, 17 4, 14, 20, 25
(Seberapa yakin menjalani
mahasiswa dalam serangkaian
menyelesaikan aktivitas yang
berbagai macam bervariasi dalam
tugas karir dengan karirnya.
baik).
3. Strength (Seberapa Bertahan dalam 2, 8, 12 5
yakin mahasiswa mencapai karir
dalam mengatasi yang diinginkan.
masalah mengenai Ulet dalam 18, 23, 27 15, 21, 26
tugas karir yang menghadapi
dihadapi). tuntutan tugas karir

3.6.4 Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur Kematangan Karir
Berdasarkan perhitungan validitas alat ukur diketahui bahwa nilai
korelasi dari masing-masing aitem instrumen kuesioner lebih besar dari
51

0,3 sehingga dapat disimpulkan bahwa aitem-aitem pada kuesioner


adalah valid aatau layak dalam mendefinisikan variabel kematangan karir
maka diperoleh yang dinyatakan valid sebanyak 41 aitem dari 45 aitem.
Aitem yang tidak valid yaitu sebanyak 4 aitem pada nomor 13, 29, 40
dan 44.
Berdasarkan uji perhitungan reliabilitas pada alat ukur self-efficacy
ini diperoleh 0,943 artinya alat ukur ini memiliki derajat reliabilitas
tinggi. Oleh karena itu hasil pengukuran menggunakan alat ukur ini
mampu memberikan hasil yang konsisten atau hasil yang relatif sama
jika dilakukan pengukuran kembali di waktu yang berbeda.
Tabel 8Tabel 3.7 Kisi-kisi Alat Ukur Kematangan Karir Setelah Uji Validitas

Aitem
No Dimensi Indikator

Favorable Unfavorable

1. Perencanaan Karir Menyadari untuk 1, 9, 16, 24 5, 20


(Memikirkan melakukan
perencanaan karir persiapan karir.
dengan kegiatan yang Merencanakan 31, 37 35, 39
dapat menambah karir
pengalaman setelah lulus
mahasiswa dalam kuliah.
usaha mencari Mengetahui cara 40 41
informasi serta dan kesempatan
mengetahui kondisi dalam kondisi
mengenai pekerjaan). pekerjaan.
2. Eksplorasi Karir Berusaha menggali 2, 10, 17, 6, 13
(Mahasiswa mencari dan mencari 25
informasi dari informasi tentang
berbagai sumber yang karir dari berbagai
ada dan memperoleh sumber daya.
informasi yang Memiliki cukup 32 21, 28
banyak). banyak informasi
karir.
3. Pengambilan Membuat ketetapan 3, 11, 18, 7, 14
Keputusan dalam pilihan 26
(Mahasiswa mampu keputusan karir.
menentukan Membuat 33,38 22, 29, 36
pilihannya sendiri keputusan.
52

dengan membuat karir secara


keputusan karir mandiri.
berdasarkan
pengetahuan dan
pemikiran).
4. Informasi Dunia Kerja Mengetahui minat 4, 12 8, 15
(Mahasiswa dan kemampuan
mengetahui tugas yang harus dimiliki
penting perkembangan untuk menunjang
untuk menunjang pekerjaan atau
pekerjaan atau karir karir yang akan
yang akan ditekuni, dipilih.
mengetahui tugas- Mengetahui tugas- 19, 27, 34 23, 30
tugas dalam pekerjaan tugas dalam
yang akan ditekuni, pekerjaan yang
serta perilaku dalam akan dipilih dan
bekerja). perilaku dalam
bekerja.

3.7 Analisis Data


Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri dan orang lain (Sugiyono, 2017).
Penentuan metode statistik yang digunakan sangat dipengaruhi oleh tujuan
penelitian dan jenis data. Seperti yang telah dikemukakan, tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara self-efficacy dengan
kematangan karir. Sehingga teknik yang digunakan untuk menganalisis data
adalah uji korelasi. Sebelum dilakukan uji korelasi peneliti terlebih dahulu
melaksanakan uji asumsi yang menyangkut uji normalitas dan uji linearitas.
Melalui uji normalitas ini dapat diketahui apakah distribusi kedua variabel
tersebut normal atau tidak. Uji linearitas dilakukan untuk melihat hubungan
antara variabel yang ada. Apabila hasil uji normalitas data berdistribusi normal
dan linear maka digunakan teknik uji korelasi Pearson Product Moment jika
53

data berbentuk ordinal atau tidak normal maka digunakan uji Rank Spearman
(Sugiyono, 2017).
Adapun kriteria dalam menetapkan derajat kekuatan atau keeratan korelasi
dapat digunakan kriteria sebagai berikut (Hasanudin, 2009):

Tabel 9Tabel 3.8 Kategori Derajat Korelasi


Koefisien Alpha Kategori
< 0,20 Tidak ada korelasi
0,21 - 0,40 Korelasi Rendah
0,41 - 0,60 Korelasi Cukup
0,61 - 0,80 Korelasi Tinggi
0,81 - 1,00 Korelasi tinggi sekali

Selanjutnya untuk mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan


kematangan karir diantara kedua jenis kelamin, dilakukan uji U Mann Whitney.
Untuk membantu proses analisis peneliti menggunakan program software
Statistical for Social Science (SPSS) versi 24. Dengan melihat nilai
signifikansinya maka peneliti dapat mengetahui apakah ada atau tidak adanya
perbedaan yang signifikan kematangan karir diantara mahasiswa laki-laki dan
perempuan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Data Demografi

Analisis ini didasarkan pada data yang sudah terkumpul, berupa hasil
tanggapan angket yang diperoleh dari 46 mahasiswa tingkat akhir Fakultas
Psikologi UNIBI Bandung. Analisis deskriptif digunakan peneliti untuk
memberikan informasi mengenai karakteristik demografi subjek. Berikut
ini adalah hasil analisis deskriptif berdasarkan data demografi dari sampel
penelitian yang dijelaskan melalui tabel 4.1:

Tabel 10Tabel. 4.1 Data Demografi Responden

  Kategori Frekuensi Presentase

Jenis Kelamin Laki-laki 23 50%

  Perempuan 23 50%

Usia 20 1 2,17%

21 7 15,21%

22 13 28,26%

23 4 8,69%

24 6 13,04%

25 3 6,52%

26 3 6,52%

27 3 6,52%

29 2 4,34%

30 1 2,17%

31 1 2,17%

54
55

32 1 2,17%

  34 1  2,17%

IPK < 3,00 12 26,08%

> 3,00 34 73,91%

Jumlah   46  

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 46 subjek penelitian


berjenis kelamin laki-laki sebanyak 23 orang dengan presentase sebesar
50% dan subjek penelitian yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 23
orang dengan presentase 50%. Dilihat dari rentang usia, subjek yang
berusia 20 tahun berjumlah 1 orang dengan presentase 2,17%, usia 21
tahun berjumlah 7 orang dengan presentase 15,21%, usia 22 tahun
berjumlah 13 orang dengan presentase 28,26%, usia 23 tahun berjumlah 4
orang dengan presentase 8,69%, usia 24 tahun berjumlah 6 orang dengan
presentase 13,04%, usia usia 25 tahun berjumlah 3 orang dengan
presentase 6,52%, usia 26 tahun berjumlah 3 orang dengan presentase
6,52%, usia 27 tahun berjumlah 3 orang dengan presentase 6,52%, usia 29
tahun berjumlah 2 orang dengan presentase 4,34%, usia 30 tahun
berjumlah 1 orang dengan presentase 2,17%, usia 31 tahun berjumlah 1
orang dengan presentase 2,17, usia 32 tahun berjumlah 1 orang dengan
presentase 2,17 dan usia 34 berjumlah 1 orang dengan presentase 2,17%.
Selain itu berdasarkan IPK, mahasiswa yang memiliki IPK kurang dari
3,00 berjumlah 12 orang dengan presentase 26,08% sedangkan mahasiswa
yang memiliki IPK lebih dari 3,00 berjumlah 34 orang dengan presentase
73, 91%.

4.1.2 Deskripsi Tingkat Self-Efficacy

Untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat self-efficacy pada


subjek penelitian, maka perlu dilakukan pengkategorian pada hasil skor
56

yang didapat dari pengisian skala self-efficacy. Berdasarkan perhitungan


data, diperoleh hasil sebagai berikut:

Jumlah aitem : 28 aitem

Rentang minimum : (jumlah aitem x skor terkecil) 28 x 1 = 28

Rentang maksimum : (jumlah aitem x skor terbesar) 28 x 4 =


112

Mean Teoritis (M) : (skor tertinggi + skor terendah) : 2

(112 + 28) : 2 = 70

Standar Deviasi (SD) : (Skor tertinggi – skor terendah) : 6

(112 – 28) : 6 = 14

Tingkat self-efficacy pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi


UNIBI Bandung dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu
tinggi dan rendah. Penentuan norma penelitian ini dapat dilakukan setelah
mengetahui nilai mean (M) hipotetik, adapun nilai mean (M) hipotetik
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 11Tabel 4.2 Data Deskriptif Self-Efficacy

Data Hipotetik Data Empirik


Variabel
Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD

Self-
28 112 70 14  42  110 86,24  12,58
efficacy

Untuk mengkategorikan subjek ke dalam kelompok tinggi dan rendah


maka yang digunakan adalah data statistik empirik. Setelah diketahui nilai
mean empiriknya, maka langkah selanjutnya yaitu menentukan
kategorisasi untuk mengetahui tingkat self-efficacy dengan menggunakan
standar norma pembagian klasifikasi berikut:
57

Tabel 12 Tabel 4.3 Gambaran Self-Efficacy Pada Mahasiswa Tingkat Akhir


Fakultas Psikologi UNIBI Bandung Berdasarkan Data Empirik

Kategori Norma Interval Frekuens Pro


i

Tinggi X≥µ X ≥ 86,24 24 52,17%

Rendah X<µ X < 86,24 22 47,83%

Berdasarkan kriteria pada tabel tersebut, maka dapat diketahui bahwa


52,17% dari responden penelitian memiliki self-efficacy yang tinggi dan
sisanya sebesar 47,83% memiliki self-efficacy yang rendah. Dari data
tersebut dijelaskan bahwa tingkat self-efficacy mahasiswa dapat dikatakan
tinggi apabila memiliki nilai lebih dari atau sama dengan 86,24. Dalam hal
ini self-efficacy yang tinggi pada mahasiswa juga ditunjukan oleh dimensi-
dimensi self-efficacy yang sebagian besar berada pada kategori tinggi.
Selanjutnya dikatakan rendah apabila memiliki nilai kurang dari 86,24 dan
sebagian besar dimensi-dimensi self-efficacy yang berada pada kategori
rendah.
Data di atas menunjukkan hasil bahwa frekuensi dan prosentase
tingkat self-efficacy pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi
UNIBI Bandung sebagian besar berada pada kategori tinggi. Ini
ditunjukkan dengan hasil skor yang diperoleh, yaitu 52,17% berada pada
kategori tinggi dengan jumlah frekuensi 24 mahasiswa, dan sebesar
47,83% berada pada kategori rendah dengan jumlah frekuensi 22
mahasiswa.

4.1.3 Deskripsi Tingkat Kematangan Karir

Untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat kematangan karir


pada subjek penelitian, maka perlu dilakukan pengkategorian pada hasil
skor yang didapat dari pengisian skala kematangan karir. Berdasarkan
perhitungan data, diperoleh hasil sebagai berikut:
58

Jumlah aitem : 41 aitem

Rentang minimum : (jumlah aitem x skor terkecil) 41 x 1 = 41

Rentang maksimum : (jumlah aitem x skor terbesar) 41 x 4 =


164

Mean Teoritis (M) : (skor tertinggi + skor terendah) : 2

(164 + 41) : 2 = 102,5

Standar Deviasi (SD) : (Skor tertinggi – skor terendah) : 6

(164 – 41) : 6 = 20,5

Tingkat kematangan karir pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas


Psikologi UNIBI Bandung dalam penelitian ini dibagi menjadi dua
kategori, yaitu tinggi dan rendah. Penentuan norma penelitian ini dapat
dilakukan setelah mengetahui nilai mean (M) empirik, adapun nilai mean
(M) empirik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 13Tabel 4.4 Data Deskriptif Kematangan Karir

Data Hipotetik Data Empirik


Variabel
Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD

Kematangan
41 164 102,5 20,5  63  158 110,5  17,23
Karir

Setelah diketahui nilai mean empiriknya, maka langkah selanjutnya


yaitu menentukan kategorisasi untuk mengetahui tingkat kematangan karir
dengan menggunakan standar norma pembagian klasifikasi berikut:

Tabel 14 Tabel 4.5 Gambaran Kematangan Karir Pada Mahasiswa Tingkat Akhir
Fakultas Psikologi UNIBI Bandung Berdasarkan Data Hipotetik

Kategori Norma Interval Frekuens Pro


i
59

Tinggi X≥µ X ≥ 110,5 40 86,95%

Rendah X<µ X < 110,5 6 13.05%

Berdasarkan kriteria pada tabel tersebut, maka dapat diketahui bahwa


86,95% dari responden penelitian memiliki kematangan karir yang tinggi
dan sisanya sebesar 13,05% memiliki kematangan karir yang rendah. Pada
tabel 4.5 dijelaskan bahwa tingkat kematangan karir mahasiswa dapat
dikatakan tinggi apabila memiliki nilai lebih dari atau sama dengan 110,5.
Dalam hal ini kematangan karir yang tinggi pada mahasiswa juga
ditunjukan oleh aspek-aspek kematangan karir yang sebagian besar berada
pada kategori tinggi. Selanjutnya dikatakan rendah apabila memiliki nilai
kurang dari 110,5 dan sebagian besar aspek-aspek kematangan karir yang
berada pada kategori rendah.
Dari data diatas menunjukkan hasil bahwa frekuensi dan prosentase
tingkat kematangan karir pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi
UNIBI Bandung sebagian besar berada pada kategori tinggi. Ini
ditunjukkan dengan hasil skor yang diperoleh, yaitu 86,95% berada pada
kategori tinggi dengan jumlah frekuensi 40 mahasiswa, dan sebesar
13,05% berada pada kategori rendah dengan jumlah frekuensi 6
mahasiswa.

4.1.4 Analisis Tingkat Kematangan Karir Berdasarkan Jenis Kelamin


Untuk dapat mengetahui tingkat kematangan karir berdasarkan
perbedaan jenis kelamin pada mahasiswa tingkat akhir Fakults Psikologi
UNIBI Bandung, maka dilakukan analisis lebih lanjut yang dijelaskan
melalui tabel berikut:

Tabel 15Tabel. 4.6 Data Kematangan Karir Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis F Persentase Kematangan


Kelamin Karir

Tingg Rendah
60

1 Laki-laki 23 50% 19  4

Perempua
2 n 23 50% 21 2

Berdasarkan data pada tabel 4.6 dapat diketahui bahwa kematangan


karir laki-laki maupun perempuan secara umum memiliki tingkat
kematangan karir yang tinggi. Sehingga tidak ada perbedaan yang
signifikan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan dalam kematangan
karir.

Gambaran Spesifik Tingkat Kematangan Karir Ditinjau Setiap Aspek


Selanjutnya peneliti melakukan analisis pada data yang diperoleh dari
skala kematangan karir sesuai dengan aspek-aspek dari kematangan karir
yaitu aspek Perencanaan Karir (Career Planning), Eksplorasi Karir
(Career Exploration), Pengambilan Keputusan (Decision Making) dan
Informasi dunia kerja (World of Work Information). Untuk
menggambarkan secara spesifik tingkat kematangan karir berdasarkan
setiap aspeknya, peneliti melakukan analisis skor pada setiap aspek yang
hendak diukur. Selanjutnya skor tersebut dikelompokan berdasarkan aspek
dan dilakukan perhitungan untuk menentukan kategorinya. Setiap dimensi
dikategorikan kedalam 2 kategori, yaitu tinggi dan rendah. Berdasarkan
hasil perhitungan didapat data sebagai berikut:

1. Gambaran Kematangan Karir Pada Aspek Perencanaan Karir


(Career Planning)
61

Tabel 16 Tabel 4.7 Data Deskriptif Aspek Perencanaan Karir Pada


Kematangan Karir Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi
UNIBI Bandung

Data Hipotetik Data Empirik


Aspek Kematangan
Karir Mak
Min Maks Mean SD Min Mean SD
s

Perencanaan Karir
12 48 30 6 18 47 32,5 5,26
(Career Planning)

Tabel 17 Tabel 4.8 Gambaran Aspek Perencanaan Karir pada Mahasiswa


Tingkat Akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung

Frekuensi Pro
Kategor
Norma Interval
i
Laki-laki Perempuan  

Tinggi X≥µ X ≥ 32,5 18 22 86,95%

Rendah X<µ X < 32,5 5 1 13,05%

Sesuai dengan pernyataan Super (Sharf, 2013) bahwa aspek ini


mengukur seberapa banyak pemikiran individu yang diberikan pada
berbagai aktivitas mencari informasi dan seberapa banyak mereka
merasa mengetahui tentang berbagai aspek kerja. Banyaknya
perencanaan yang dilakukan seseorang sangat penting untuk konsep
ini. Beberapa aktivitas atau kegiatan yang termasuk adalah belajar
tentang informasi karir, berbicara dengan orang dewasa mengenai
rencana-rencana, mengikuti kursus-kursus yang akan membantu
dalam memutuskan suatu karir, berpartisipasi di dalam kegiatan
ekstrakulikuler atau mencoba pekerjaan-pekerjaan paruh waktu dan
memperoleh pelatihan atau pendidikan untuk suatu pekerjaan. Selain
itu, konsep ini berhubungan dengan pengetahuan tentang kondisi
pekerjaan, syarat pendidikan, pandangan pekerjaan, perbedaan
pendekatan-pendekatan untuk masuk ke dalam pekerjaan dan
kesempatan-kesempatan untuk maju. Perencanaan karir mengacu pada
62

seberapa banyak individu merasa bahwa dia tahu tentang kegiatan


tersebut, bukan seberapa banyak dia benar-benar tahu. Skor rendah
pada tahapan ini jika individu merasa tidak perlu memikirkan rencana
karir.

Berdasarkan tabel 4.8 dijelaskan bahwa aspek perencanaan karir


(career planning) mahasiswa dapat dikatakan tinggi apabila memiliki
nilai lebih dari atau sama dengan 32,5. Tingkat perencanaan karir
yang tinggi ini dapat tercermin dalam sikap mahasiswa yang percaya
menyadari untuk melakukan persiapan karir, merencanakan karir
setelah lulus kuliah dan mengetahui cara dan kesempatan dalam
kondisi pekerjaan.

Kemudian dikatakan rendah apabila memiliki nilai kurang dari


32,5. Hal ini dapat tercermin dalam perilaku mahasiswa yang biasanya
kurang sadar akan persiapan karir yang dilakukan, tidak atau belum
merencanakan karir setelah lulus kulian dan kurang mengetahui cara
dan kesempatan pada kondisi pekerjaan.

Dari data yang diperoleh, frekuensi terbesar berada pada


kategorisasi tinggi sebanyak 40 (86,95%) yang terdiri dari 18 orang
laki-laki dan 22 perempuan. Sedangkan kategori rendah sebanyak 6
(13,05%) yang terdiri dari 5 orang laki-laki dan 1 orang perempuan.
Dengan demikian menunjukan bahwa sebagian besar mahasiswa
tingkat akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung memiliki tingkat
perencanaan karir yang tinggi. Mahasiswa berpikir dengan aktif
mengikuti kegiatan yang ada di kampus, menyadari bahwa kegiatan-
kegiatan yang diikuti di kampus memiliki manfaat yang dapat
mempengaruhi persiapan karirnya di masa depan, mengerti bahwa
pengalaman karir tidak hanya didapat pada saat memasuki dunia kerja
saja, banyaknya kegiatan yang diikuti menjadi bekal untuk membuat
arah karir menjadi semakin jelas, seminar dan pelatihan yang diikuti
63

akan menunjang karirnya kelak, memikirkan tujuan karir setelah lulus


kuliah, merancang strategi dalam mencapai karir, telah banyak
mendapatkan gambaran akan langkah selanjutnya setelah lulus kulian
dan mengetahui syarat pendidikan dalam suatu pekerjaan dibidang
psikologi.

2. Gambaran Kematangan Karir Pada Aspek Eksplorasi Karir


(Career Exploration)

Tabel 18 Tabel 4.9 Data Deskriptif Aspek Eksplorasi Karir Pada


Kematangan Karir Mahasiwa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi
UNIBI Bandung

Data Hipotetik Data Empirik


Aspek Kematangan
Karir Mak S Mak
Min Mean Min Mean SD
s D s

Eksplorasi Karir
9 36 22,5 4,5 17 36 26,5 4,45
(Career Exploration)

Tabel 19 Tabel 4.10 Gambaran Aspek Eksplorasi Karir Pada Mahasiwa


Tingkat Akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung

Frekuensi Pro
Kategor
Norma Interval
i
Laki-laki Perempuan  

Tinggi X≥µ X ≥ 26,5 9 8 36,95%

Rendah X<µ X < 26,5 14 15 63,05%

Menurut Super (Sharf, 2013) aspek ini mencakup keinginan


individu untuk menggunakan sumber daya seperti orang tua, kerabat
lainnya, teman, guru, para konselor, buku-buku dan film-film. Selain
keinginan, eksplorasi karir juga berkaitan dengan seberapa banyak
informasi yang telah diperoleh individu dari sumber tersebut.
Eksplorasi karir berbeda dengan perencaan karir, perencanaan karir
fokus dengan pemikiran dan perencanaan mengenai masa depan
64

sedangkan eksplorasi karir berkaitan dengan penggunaan sumber


daya, tetapi keduanya berfokus pada sikap terhadap kerja.

Dalam hal ini eksplorasi karir meliputi usaha dalam menggali dan
mencari informasi tentang karir dari berbagai sumber daya. Selain itu
eksplorasi karir juga dapat berkaitan dengan seberapa banyak
informasi yang dimiliki sebagai cara dalam mencapai karir yang
diinginkan.

Berdasarkan tabel 4.10 dijelaskan bahwa aspek eksplorasi karir


pada mahasiswa dapat dikatakan tinggi apabila memiliki rentang nilai
lebih dari atau sama dengan 26,5. Kesadaran diri yang tinggi juga
dapat ditunjukan melalui perilaku mahasiswa yang berusaha mencari
informasi pekerjaan melalui internet, bertanya kepada alumni
mengenai informasi kerja, sering berdiskusi dengan dosen mengenai
pekerjaan dibidang psikologi, berdiskusi dengan orang tua mengenai
pekerjaan yang ingin dilakukan, tertarik pada suatu pekerjaan
sehingga senantiasa mencari tahu informasi lebih, mengetahui bidang-
bidang yang sejalan dengan kemampuan diri dan memiliki banyak
referensi sebagai dapat mempertimbangkan karir yang akan dijalani.

Kemudian dikatakan rendah apabila memiliki nilai kurang dari


26,5. Pada mahasiswa yang memiliki eksplorasi karir yang rendah
biasanya cenderung memiliki sedikit informasi terkait dunia kerja
yang akan dijalaninya, kurangnya memanfaatkan media informasi
seperti internet dan buku, kurang aktif dalam bertanya kepada alumni
dan dosen, jarang berdiskusi dengan orang tua mengenai keinginan
karir yang ingin dicapai, tidak memiliki ketertarikan pada suatu
bidang tertentu sehingga kurang menggali informasi mengenai tujuan
karirnya dan bingung dengan banyaknya informasi dunia kerja
sehingga sulit untuk memutuskan satu tujuan yang ingin ditetapkan.
65

Dari data yang diperoleh, frekuensi terbesar berada pada


kategorisasi rendah sebanyak 29 (63,05%) yang terdiri dari 14 orang
laki-laki dan 15 perempuan. Sedangkan kategori tinggi sebanyak 17
(36,95%) yang terdiri dari 9 orang laki-laki dan 8 orang perempuan.
Dengan demikian menunjukan bahwa mahasiswa tingkat akhir
Fakultas Psikologi UNIBI Bandung sebagian besar memiliki tingkat
eksplorasi karir yang rendah. Hal ini menunjukan bahwa mahasiswa
tingkat akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung kurang
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk mencari informasi
pekerjaan misalnya internet, buku, mapun media informasi lainnya.
Mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung juga
kurang aktif dalam bertanya mengenai informasi pekerjaan baik
kepada teman, alumni maupun dosen. Selain itu mahasiswa juga
kurang berdiskusi dengan orang tuanya mengenai bidang karir apa
yang ingin dijalani. Banyaknya informasi yang dimiliki terkadang
membuat mahasiswa bingung dalam menentukan pilihan karirnya.

3. Gambaran Kematangan Karir Pada Aspek Pengambilan


Keputusan (Decision Making)

Tabel 20 Tabel 4.11 Data Deskriptif Aspek Pengambilan Keputusan Pada


Kematangan Karir Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi
UNIBI Bandung.

Data Hipotetik Data Empirik


Aspek Kematangan
Karir Mak
Min Maks Mean SD Min Mean SD
s

Pengambilan
Keputusan 11 44 27,5 5,5 16 44 30 4,94
(Decision Making)

Tabel 21 Tabel 4.12 Gambaran Aspek Pengambilan Keputusan Pada


Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung
66

Frekuensi Pro
Kategor
Norma Interval
i
Laki-laki Perempuan  

Tinggi X≥µ X ≥ 30 18 21 84,78%

Rendah X<µ X < 30 5 2 15,22%

Pengambilan keputusan merupakan gagasan di mana individu


harus mengetahui bagaimana keputusan karir menjadi penting dalam
konsep kematangan vocational Super. Konsep ini berhubungan
mengenai kemampuan menggunakan pengetahuan dan pemikiran
untuk membuat rencana karir. Dalam pengambilan keputusan,
individu diberi situasi di mana orang lain harus membuat keputusan
karir dan diminta untuk memutuskan keputusan yang terbaik.
Sehingga individu harus tahu bagaimana membuat keputusan karir
yang baik untuk dirinya sendiri. Dalam hal ini tingkat pengambilan
keputusan mahasiswa berkaitan dengan membuat ketetapan dalam
pilihan keputusan karir dan mampu membuat keputusan karir secara
mandiri.

Berdasarkan tabel 4.12 dijelaskan bahwa aspek pengambilan


keputusan pada mahasiswa dapat dikatakan tinggi apabila memiliki
nilai lebih dari atau sama dengan 30. Salah satu bentuk perilaku
pengambilan keputusan yang tinggi pada mahasiswa dapat
ditunjukkan dengan berusaha mampu memutuskan karir yang dipilih
sesuai dengan informasi dan pengalaman yang dimiliki, tidak ragu
dalam menentukan pilihan karir yang ingin dicapai, telah
mempertimbangkan segala sesuatunya demi kesiapan karir,
memutuskan pekerjaan sesuai dengan potensi yang dimiliki, berusaha
memutuskan pekerjaan yang terbaik bagi diri sendiri, keputusan yang
dipilih merupakan keinginan sendiri, mandiri dalam menentukan
67

pilihan dan memiliki keinginan untuk lepas dari ketergantungan orang


tua.

Kemudian dikatakan rendah apabila memiliki nilai kurang dari 30.


Mahasiswa dengan tingkat pengambilan keputusan yang rendah akan
sulit dalam menentukan karirnya, ragu dalam menentukan pilihan
karirnya, mudah terpengaruh oleh orang lain, sulit mengetahui potensi
yang dimiliki sehingga bingung dengan pilihan karir yang akan
dijalani, kurangnya pertimbangan yang matang dalam menentukan
karir sehingga terpikirkan resiko yang akan dijalani dan masih
membutuhkan bantuan orang lain dalam menentukan pilihan karirnya.

Dari data yang diperoleh, frekuensi tertinggi berada pada


kategorisasi tinggi sebanyak 39 (84,78%) yang terdiri dari 18 orang
laki-laki dan 21 orang perempuan. Sedangkan kategori rendah
sebanyak 7 (15,22%) yang terdiri dari 5 orang laki-laki dan 2
perempuan. Dengan demikian menunjukan bahwa mahasiswa tingkat
akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung mampu membuat keputusan
karirnya dengan melihat potensi yang dimiliki, tidak ragu dalam
mengambil keputusan karena telah mempertimbangkan segala
resikonya, memiliki kemandirian dalam menentukan tujuan karir dan
yakin dengan pilihan karir yang menjadi keinginannya sendiri.

4. Gambaran Kematangan Karir Pada Aspek Informasi Dunia


Kerja (World of Work Informatin)

Tabel 22 Tabel 4.13 Data Deskriptif Aspek Informasi Dunia Kerja Pada
Kematangan Karir Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi
UNIBI Bandung

Data Hipotetik Data Empirik


Aspek
Kematangan
S Mea
Karir Min Maks Mean Min Maks SD
D n

Informasi 9 36 22,5 4,5 12 36 24 4,20


68

Dunia Kerja
(World of
Work
Information)

Tabel 23 Tabel 4.14 Gambaran Aspek Informasi Dunia Kerja Pada


Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung

Frekuensi Pro
Kategor
Norma Interval
i
Laki-laki Perempuan  

Tinggi X≥µ X ≥ 24 20 23 93,48%

Rendah X<µ X < 24 3 - 6,52%

Menurut Super (Sharf, 2013) konsep informasi dunia kerja ini


memiliki dua komponen dasar. Pertama berhubungan dengan
pengetahuan terhadap tugas-tugas penting perkembangan seperti,
ketika orang lain akan mengeksplor minat-minat dan kemampuan-
kemampuan mereka, bagaimana orang lain belajar mengenai
pekerjaan-pekerjaan mereka dan alasan mengapa terdapat orang-orang
yang merubah pekerjaannya. Konsep berikutnya mencakup
pengetahuan terhadap tugas-tugas pekerjaan pada beberapa pekerjaan
yang dipilih dan juga perilaku bekerja. Beberapa mahasiswa sering
memiliki informasi yang keliru mengenai bagaimana mendapatkan
suatu pekerjaan dan bagaimana berperilaku sewaktu mereka
mendapatkan suatu pekerjaan. Dalam hal ini informasi dunia kerja
pada mahasiswa berkaitan dengan mengetahui minat dan kemampuan
yang harus dimiliki untuk menunjang pekerjaan atau karir yang akan
dipilih, mengetahui tugas-tugas pekerjaan yang akan dipilih dan
perilaku dalam bekerja.

Berdasarkan tabel 4.14 dijelaskan bahwa aspek pengembilan


keputusan pada mahasiswa dapat dikatakan tinggi apabila memiliki
69

nilai lebih dari atau sama dengan 24. Salah satu bentuk perilaku
pengambilan keputusan yang tinggi pada mahasiswa dapat ditunjukan
dengan memiliki kemampuan untuk mengetahui kebutuhan yang
menunjang pekerjaannya, memulai pengetahuan seputar dunia kerja
sebelum memasuki dunia kerja, mengetahui tugas-tugas yang akan
dijalani dalam karir yang akan dijalaninya, mengetahui gambaran
umum pekerjaan yang akan dijalaninya dan mengetahui tanggung
jawab dari bidang pekerjaan yang menjadi pilihan karirnya.

Kemudian dikatakan rendah apabila memiliki rentang nilai kurang


dari 24. Mahasiswa dengan tingkat informasi dunia kerja yang rendah
biasanya kurang mengetahui kebutuhan yang menunjang
pekerjaannya, pengetahuan yang seputar dunia kerja umumnya
didapat saat dirinya memasuki dunia kerja, mengetahui apa saja yang
harus dipersiapkan dalam menjalani karirnya dimasa depan,
mengetahui gambaran umum dan tanggung jawab dari pekerjaan yang
akan dipilihnya.

Dari data yang diperoleh, frekuensi tertinggi berada pada


kategorisasi tinggi sebanyak 43 (93,48%) yang terdiri dari 20 orang
laki-laki dan 23 orang perempuan. Sedangkan kategori rendah
sebanyak 3 (6,52%) yang seluruhnya merupakan laki-laki. Dengan
demikian menunjukan bahwa mahasiswa tingkat akhir Fakultas
Psikologi UNIBI Bandung sudah mampu mengetahui kebutuhan apa
saja yang dapat menunjang pekerjaanya, mempersiapkan segala
sesuatunya lebih awal dengan mencari informasi mengenai gambaran
umum dan tanggung jawab dari pekerjaan yang akan dijalaninya suatu
saat.

4.1.5 Uji Normalitas


Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam
variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Uji normalitas ini
70

menggunakan teknik one sample Kolmogorov-Smirnov dan data


dinyatakan berdistribusi normal jika tingkat signifikansi lebih besar dari
0,05 (Priyatno, 2009). Uji normalitas dilakukan dengan bantuan software
SPSS 24. Hasil uji normalitas (uji Kolmogorov-Smirnov) menunjukan
bahwa nilai signifikansi pada variabel self-efficacy sebesar 0,049 dan nilai
signifikansi pada variabel kematangan karir sebesar 0,046 hal ini
menunjukan bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari nilai tingkat
kepercayaan (α=0,05). Sehingga distribusi atau sebaran data dapat
dikatakan tidak normal.

4.1.6 Uji Linearitas


Dari uji linearitas diketahui nilai signifikansi pada linearity untuk
variabel self-efficacy dengan kematangan karir sebesar 0,000. Dari hasil
tersebut dapat dilihat bahwa signifikansi kurang dari 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa antara variabel bebas (independent variable) dan
variabel terikat (dependent variable) terdapat hubungan yang linear.
Berdasarkan uji linearitas yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa asumsi
linier dalam penelitian ini terpenuhi.

4.1.7 Uji Korelasi Rank Spearman Antara Self-Efficacy dengan


Kematangan Karir
Dikarenakan data yang didapat dalam penelitian ini tidak berdistribusi
normal maka uji korelasi yang digunakan menggunakan uji statistik
nonparametrik Rank Spearman. Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi
Rank Spearman diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,774 dengan
signifikansi (p) sebesar 0,000 (<0,01 = siginifikan). Berdasarkan hasil
tersebut dapat dinyatakan bawa terdapat hubungan positif yang tinggi
antara self-efficacy dengan kematangan karir pada mahasiswa tingkat akhir
fakultas psikologi UNIBI Bandung. Sehingga semakin tinggi self-efficacy
maka semakin tinggi kematangan karir pada mahasiswa tingkat akhir
fakultas psikologi UNIBI Bandung, begitupun sebaliknya semakin rendah
self-efficacy maka semakin rendah kematangan karir pada mahasiswa
71

tingkat akhir fakultas psikologi UNIBI Bandung. Dengan demikian


hipotesis (H1) yang menyatakan bahwa “Terdapat hubungan antara self-
efficacy dengan kematangan karir pada Mahasiswa Fakultas Psikologi
UNIBI” dapat diterima.

4.1.8 Uji Perbedaan U Mann Whitney


Berdasarkan hasil perhitungan uji U Mann Whitney diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,895. Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara dua kelompok
sampel laki-laki dan perempuan dalam tingkat kematangan karir. Dengan
demikian hipotesis (H2) yang menyatakan bahwa “Terdapat perbedaan
kematangan karir pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UNIBI yang
berjenis kelamin laki-laki dan perempuan” ditolak.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan didapat dari analisis kedua variabel tersebut


menunjukan bahwa sebanyak 24 orang mahasiswa (52,17%) memiliki self-
efficacy tinggi dan 40 orang mahasiswa (86,95%) juga memiliki tingkat
kematangan karir yang tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar
mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi UNIBI berada pada kategori self-
efficacy dan kematangan karir yang tinggi. Sesuai dengan apa yang dikatakan
oleh Bandura (1997) bahwa self-efficacy merupakan keyakinan individu akan
kemampuannya mengorganisasikan dan melaksanakan serangkaian tindakan
yang dibutuhkan untuk menghasilkan sesuatu yang ingin dicapai. Dalam hal ini
self-efficacy meliputi keyakinan sesorang dalam mempengaruhi tindakan yang
orang pilih untuk diikuti, berapa banyak usaha yang mereka lakukan dalam
usaha yang diberikan, berapa lama mereka akan bertahan dalam menghadapi
rintangan dan kegagalan, ketahanan mereka terhadap kesulitan, apakah pola
pikir mereka menghalangi diri atau membantu diri sendiri, serta bagaimana stres
dan depresi yang mereka alami dalam mengatasi tuntutan lingkungan yang
72

membebani dan tingkat pencapaian yang mereka sadari. Pada penelitian ini
bentuk atau perilaku self-efficacy yang tinggi pada mahasiswa dapat dilihat dari
keyakinan akan kemampuan yang dimilikinya, mampu mengerjakan suatu tugas
seperti yang orang lain kerjakan, tidak ragu dalam menentukan pilihan pekerjaan
sesuai dengan kemampuannya, merasa memiliki kemampuan yang cukup dalam
mencapai karir yang diinginkan, memiliki kelebihan pada suatu bidang tertentu,
menyukai tugas yang menantang sebagai kesempatan untuk maju, berusaha
menyelesaikan pekerjaanya walaupun dalam kesulitan, berani mencoba, tidak
mengeluh dalam melaksanakan pekerjaan, merasa siap dalam menghadapi tugas
dan pekerjaan, tidak mudah putus asa, mengoptimalkan kemampuan sesuai
dengan pilihan karir yang dipilih, tidak menunda pekerjaan dan senantiasa
mengasah kemampuan diri dengan mengikuti berbagai kegiatan yang menunjang
karirnya kelak.

Demikian juga dengan Super (Sharf, 2013) yang menjelaskan bahwa


kematangan karir adalah kesadaran seseorang akan kemampuan untuk membuat
pilihan karir yang sesuai, termasuk kesadaran akan hal-hal yang dibutuhkan
dalam membuat keputusan karir, serta tingkatan pilihan karir yang realistis dan
konsisten sepanjang tahap perkembangannya. Dalam hal ini kematangan karir
meliputi kesadaran seseorang dalam melakukan persiapan karirnya, mengetahui
cara dan kesempatan dalam kondisi pekerjaan, berusaha menggali dan mencari
informasi tentang karir dari berbagai sumber daya, banyaknya informasi yang
didapatkan mengenai karir, kemampuan membuat ketetapan dalam memutuskan
pilihan karir, mandiri dalam menentukan pilihan, mengetahui minat dan
kemmapuan yang harus dimiliki dalam menunjang karir/pekerjaan yang akan
dipilih dan mengetahui tugas-tugas dalam pekerjaan yang akan dipilihnya. Pada
penelitian ini bentuk atau perilaku kematangan karir yang tinggi pada mahasiswa
dapat dilihat dari seringnya mengikuti kegiatan kampus karena dapat membantu
dalam menentukan karirnya suatu saat, pengalaman yang dimiliki dapat menjadi
bekal dalam menentukan tujuan karirnya setelah lulus, mampu membuat strategi
perencanaan setelah lulus kuliah, memiliki gambaran pekerjaan setelah lulus
73

kuliah, mengetahui syarat pendidikan dalam suatu pekerjaan dibidang psikologi,


sering mencari informasi pekerjaan di internet, bertanya mengenai informasi
pekerjaan pada alumni, berdiskusi dengan dosen atau orang tua mengenai
pekerjaan yang diinginkan, tidak ragu dalam menentukan pilihan karirnya,
menekuni pekerjaan sesuai dengan minat dan potensi yang dimiliki, mampu
mempertimbangkan resiko dalam pilihan karirnya, tidak ada paksaan dalam
menentukan pilihan karirnya dan mengetahui tugas-tugas serta tanggung jawab
pada pekerjaannya.

Berdasarkan hasil analisis statistik data terhadap variabel self-efficacy dan


kematangan karir menggunakan uji korelasi rank spearman, nilai koefesien
korelasinya yaitu sebesar 0,774 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara self-efficacy dengan kematangan karir. Dari nilai koefisien korelasi
tersebut dapat diketahui bahwa kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang
positif Sehingga semakin tinggi self-efficacy pada mahasiswa tingkat akhir
Fakultas Psikologi UNIBI Bandung maka semakin tinggi pula kematangan
karirnya. Begitu juga sebaliknya jika semakin rendah self-efficacy pada
mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung maka semakin
rendah pula kematangan karirnya.

Selain itu Super (Sharf, 2013) juga menambahkan bahwa salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi tingkat kematangan karir adalah jenis kelamin. Super
(Sharf, 2013) mengatakan bahwa terkadang dalam memandang sebuah jurusan
atau pekerjaan, beberapa dari individu melihatnya dari sudut pandang jenis
kelamin yang mengkualifikasikan pekerjaan mana yang lebih pantas dikerjakan
oleh laki-laki dan mana yang pantas dikerjakan oleh seorang perempuan.
Individu dipengaruhi secara kuat oleh pengharapan sosial untuk memilih tipe
pekerjaan yang sesuai dengan peran laki-laki dan perempuan. Perempuan
terbatas dalam memperoleh kesempatan dan kategori pekerjaan yang layak
didapatkannya. Sebagian besar perempuan terutama yang tingkat pendidikannya
rendah tidak terlalu termotivasi untuk memilih karir jangka panjang.
74

Sesuai dengan hasil uji perbedaan U Mann Whitney dengan angka


signifikansi sebesar 0,895 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara dua kelompok sampel laki-laki dan perempuan dalam tingkat kematangan
karir. Namun demikian, faktor jenis kelamin juga memberikan sumbangan atas
gambaran dari hasil analisis berdasarkan aspek-aspeknya. Pada aspek
perencanaan karir (career planning), pengambilan keputusan (decision making)
dan informasi dunia kerja (world of work information), sebagian besar responden
perempuan memiliki tingkat kategori yang tinggi yang menunjukan bahwa
kemampuan mahasiswa perempuan dalam merencanakan karirnya telah
dilakukan dengan baik seperti memikirkan tujuan karir setelah lulus kuliah,
merancang strategi dalam mencapai karir, telah banyak mendapatkan gambaran
akan langkah selanjutnya setelah lulus kulian dan mengetahui syarat pendidikan
dalam suatu pekerjaan dibidang psikologi. Akan tetapi pada aspek eksplorasi
karir (career exploration) jika dibandingkan kembali dengan responden laki-
laki, beberapa mahasiswa perempuan masih memiliki sedikit informasi terkait
dunia kerja yang akan dijalaninya, kurangnya memanfaatkan media informasi
seperti internet dan buku, kurang aktif dalam bertanya kepada alumni dan dosen,
jarang berdiskusi dengan orang tua mengenai keinginan karir yang ingin dicapai,
tidak memiliki ketertarikan pada suatu bidang tertentu sehingga kurang menggali
informasi mengenai tujuan karirnya dan bingung dengan banyaknya informasi
dunia kerja sehingga sulit untuk memutuskan satu tujuan yang ingin ditetapkan.

Hal tersebut juga didukung oleh penelitian terdahulu yang pernah dilakukan
oleh Patton & Creed (Patton, 2019) yang mengungkapkan bahwa terdapat
perbedaan tingkat kematangan karir dilihat dari faktor jenis kelamin. Bukti yang
ada menunjukkan bahwa perempuan lebih terbuka terhadap informasi dalam
kaitannya dengan pengetahuan karir mereka sedangkan kurang terbuka terhadap
informasi, sebagian besar penelitian juga menemukan bahwa perempuan
memiliki skor kematangan karir yang tinggi dibandingkan laki-laki.

Dalam penelitian ini secara umum tingkat kematangan karir pada mahasiswa
perempuan lebih tinggi dari pada mahasiswa laki. Dengan melihat hasil
75

perhitungan dan uraian analisis di atas maka dapat diketahui bahwa adanya
perbedaan antara kematangan karir diantara keduanya walaupun tidak signifikan.
Hal ini juga didukung oleh penelitian MacNair dan Brown (Sisca, 2015) juga
menemukan bahwa terdapat perbedaan kematangan karir berdasarkan jenis
kelamin dimana perempuan lebih matang dibandingkan dengan laki-laki.
Perempuan memiliki ketelitian yang tinggi sehingga tekun terhadap tugas, lebih
mengenal suatu pekerjaan yang akan dilakukan, lebih mengenali diri sendiri, dan
mengetahui kemampuan yang dimiliki. Disisi lain, perempuan lebih mudah
menggali tentang karir yang diminati dibandingkan laki-laki, karena mereka
cenderung berinteraksi dengan banyak orang. Hal ini merupakan akses bagi
individu untuk menggali informasi tentang karir atau pendidikan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembaasan yang telah dilakukan mengenai


hubungan self-efficacy dengan kematangan karir pada mahasiswa tingkat akhir
Fakultas Psikologi UNIBI Bandung dapat ditarik kesimpulannya sebagai
berikut:

1. Terdapat hubungan antara self-efficacy dengan kematangan karir pada


mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung, dengan hasil
korelasi yaitu 0,774 yang menunjukkan bahwa keeratan hubungan diantara
kedua variabel tersebut pada kategori tinggi. Artinya, Semakin tinggi
individu yakin akan kemampuan yang dimilikinya maka semakin tinggi
kemampuan individu dalam menjalankan tugas-tugas karir pada tahap
perkembangannya. Sebaliknya, semakin rendah keyakinan akan
kemampuan yang dimilikinya maka semakin rendah kemampuan individu
dalam menjalankan tugas-tugas karir pada tahap perkembangannya.
2. Mahasiswa Fakultas Psikologi UNIBI Bandung masih terdapat bagian yang
memiliki self-efficacy yang rendah yaitu sebanyak 6 orang mahasiswa
(13,03%). Artinya, masih terdapat mahasiswa tingkat akhir Fakultas
Psikologi UNIBI yang memiliki ketidakyakinan akan kemampuan yang
dimilikinya.
3. Mahasiswa Fakultas Psikologi UNIBI Bandung sebagian besar memiliki
kematangan karir yang tinggi yaitu sebanyak 34 orang mahasiswa (73,9%).
Artinya, mayoritas mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi UNIBI telah
mampu menjalankan tugas-tugas karir pada tahap perkembanganya.
4. Mahasiswa Fakultas Psikologi UNIBI Bandung terdapat memiliki self-
efficacy yang rendah dengan kematangan karir yang tinggi sebanyak 2 orang
mahasiswa (4,34%). Artinya, walaupun tidak yakin akan potensi yang

73
74

dimilikinya namun mereka sudah mampu merencanakan karirnya setelah


lulus kuliah dan menetapkan pilihan karirnya.
5. Mahasiswa Fakultas Psikologi UNIBI Bandung terdapat memiliki self-
efficacy yang tinggi dengan kematangan karir yang rendah sebanyak 8 orang
mahasiswa (17,39%). Artinya, walaupun yakin akan potensi yang
dimilikinya namun mereka belum berusaha secara maksimal dalam
menjalankan tugas perkembangan karirnya
5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ada beberapa saran yang dapat
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian selanjutnya, antara lain
adalah:

1. Bagi mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi UNIBI Bandung yang


memiliki self-efficacy yang rendah terutama pada dimensi level dapat
mencoba mengenali kelebihan dan kekurangan yang dimiliki terlebih
dahulu. Sehingga dapat meningkatkan keyakinannya yang terkait dengan
tingkat kesulitan tugas yang mana individu merasa mampu untuk
melakukannya. Selain itu mahasiswa juga dapat melihat pengalaman
keberhasilan orang lain dalam mencapai tujuan atau tugas karirnya.
2. Bagi mahasiswa yang memiliki kematangan karir yang rendah terutama
pada aspek career exploration dapat melakukan sharing atau berdiskusi
dengan dosen-dosen di psikologi atau dosen wali, bertanya dengan alumni,
atau dengan orang yang berpengalaman yang dapat mengarahkan dan
memberikan informasi dan saran yang terbaik. Sehingga dapat memberikan
informasi yang akurat dan mampu menentukan pilihan karirnya sesuai
dengan pengetahun dan informasi yang didapat.
3. Untuk peneliti selanjutnya dapat menggunakan variabel lainnya seperti
keluarga atau lingkungan yang merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kematangan karir.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Arifin, M. A. (2015). Pengaruh Motivasi Belajar dan Efikasi Diri Terhadap


Kematangan Karir Mahasiswa Program Studi Kimia Uny Tahun Angkatan
2009. Psikologi Pendidikan Dan Perkembangan. Retrieved from
http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/16198

Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian : Edisi Revisi. Malang: UMM Press

Amadi, C.C., Joshua, M.T., & Asagwara, C.G. 2007. Assessment of the
Vocational Maturity of Adolescent Students in Owwerri Education Zone of
Imo State, Nigeria. J. Hum. Ecol., 21, 4, 257-263.

Angelia, M. (2012). Hubungan Antara Adaptabilitas Karir dan Prestasi Akademik


Pada Mahasiswa Universitas Indonesia. [Skripsi]. Depok: Universitas
Indonesia.

Arikunto, S. (2015). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

_______ (2013). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

As’ad, M. 1995. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty

Z.A, Asep. (2017). Program Bimbingan Karir Berbasis Web untuk


Mengembangkan Kematangan Karir Siswa Universitas Pendidikan
Indonesia. Bimbingan, Program Berbasis, Karir Mengembangkan, Untuk
Karir, Kematangan, 1–10. Retrieved from http://repository.upi.edu/33774/

Bandura, A. (1997). Self-Efficacy The Exercise of Control. New York: W.H.


Freeman and Company

Baron, R.A. & Byrne, D. 2004. Psikologi Sosial Jilid 1 (penerjemah Ratna
Djuwita, dkk.). Jakarta: Erlangga.

BPS. 2019. Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2019. Internet. www.bps.go.id.


Diakses 2 April 2020.

Brown, S. D., & Lent, R. W. (2013). Career Development and Counseling:


Putting Theory and Research to Work. In John Wiley & Sons (Vol. 53).
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Coertse, S. & Schepers, J.M. 2004. Some Personality and Cognitive Correlates of
Career Maturity. Journal of Industrial Psychology, 30 (2), 56-73.
Dhillon, U. & Kaur, R. 2005. Career Maturity of School Children. Journal of the

xx
xxi

Indian Academy of Applied Psychology. Vol. 31, No. 1-2, 71-76.

Djaali. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: P.T. Bumi Aksara.

Fatmasari, D. (2016). Hubungan antara konsep diri dan dukungan orang tua
dengan kematangan karir pada siswa SMA. Skripsi. Surakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Gloria A. Tangkeallo, Rijanto Purbojo, & Kartika S. Sitorus. (2014). Hubungan


Antara Self-Efficacy Dengan Orientasi Masa Depan Mahasiswa Tingkat
Akhir. Jurnal Psikologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau, 10(Juni), 25–32.

Hurlock, E.B. 2002. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan (penerjemah Istiwidayati dan Soedjarwo). Jakarta:
Erlangga.

Jatmika, D. (2015). Gambaran Kematangan Karir Pada Para Mahasiswa Tingkat


Akhir Fakultas Sosial dan Humaniora Universitas Bunda Mulia. Laporan
Penelitian, 1–35.

Lestari, W.T. (2016). Hubungan Antara Efikasi Diri dengan Kematangan Karir
Pada Mahasiswa Tingkat Akhir [Skripsi]. Yogyakarta: Universitas Ahmad
Dahlan.

Noor, H. (2009). Psikometri: Aplikasi dalam Penyusunan Instrumen Pengukuran


Perilaku. Bandung: Fakultas Psikolgi Universitas Islam Bandung.

Patton, W. (2019). Contributions to Australia and the International Field. In


Career Development as a Partner in Nation Building Australia (pp. 235-262).
Brill Sense.

Pinasti, W. (2011). Pengaruh Self-efficacy , Locus Of Control dan Faktor


Demografis Terhadap Kematangan Karir. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 38. Retrieved from
http://www.repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/1364.

Pravitasari, A. (2014). Hubungan Antara Self Esteem Dengan Kematangan Karir


Pada Siswa Kelas Xi Teknik Gambar Bangunan Smk Negeri 2 Depok
Sleman Yogyakarta [Skripsi]. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Putri, L. C., & Damayanti, T. (2018). Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan


Kematangan Karir Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi
Unisba. Prosiding Psikologi, 4, 924–930.

Santrock, J.W. (2012). Life Span Development Edisi Ketigabelas Jilid II. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
xxii

Sariputri, V. T. (2018). Hubungan antara Self Awareness dengan Kematangan


Karier pada Mahasiswa Tingkat Akhir Program Studi Teknik Pertambangan
Universitas “ X ” (The Relationship between Self Awareness and Career
Maturity at Final Year Students of Mining Engineering Study Progra.
Prosiding Psikologi, 4(2), 943–949.

Seligman, L. (1994). Developmental career counseling and assessment. Sage


Publications, Inc.

Sharf, R.S. (2013). Applying Career Development Theory To Counseling (sixth


edition). Pacific Grove: Brooks/Cole, Cangage Learning. Canada: Nelson
Education.

Sudjani. (2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan karir siswa


sekolah menengah kejuruan negeri di Kota Bandung. Prosiding Konvensi
Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7.
FPTK Universitas Pendidikan Indonesia.

Sugiyono. (2005). Metode Peneliti Administrasi. Bandung: CV. Alfabeta.

______(2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sukardi, D.K. 1987. Bimbingan Karir di Sekolah-Sekolah. Jakarta: Ghalia


Indonesia.

Super, D.E. 1980. A Life-Span, Life-Space Approach to Career Development.


Journal of Vocational Behavior, 16, 282-298.

Super, D. E., & Super, C. M. (2001). Opportunities In Psychology Careers. New


York: McGraw-Hill.

Tangkeallo, G.A., Purbojo, dan Sitorus, (2014). Hubungan Antara Self Efficacy
Dengan Orientasi Masa Depan Mahasiswa Tingkat Akhir. Jurnal Psikologi
Perkembangan.

Umam, N. A. A. (2015). Hubungan Antara Self Efficacy Karir dengan


Kematangan Karir Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Karanganyar
Kab.Demak. Skripsi, 1–184.

Widyatama, T. (2015). Studi Deskriptif Mengenai Kematangan Karir pada


Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi Unisba [Skripsi]. Bandung:
Universitas Islam Bandung.
xxiii

Yunia, E. R. (2012). Hubungan Antara Self Efficacy Dengan Kematangan Karir


Pada Mahasiswa Tingkat Awal Dan Tingkat Akhir Di Universitas
Surabaya. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1
No.1 2012.
LAMPIRAN

xxiv
xxv

Lampiran A
Alat Pengumpul Data
I. Kisi-kisi Skala Self-Efficacy Sebelum Uji Validitas & Reliabilitas
II. Kisi-kisi Skala Kematangan Karir Sebelum Uji Validitas & Reliabilitas
III. Kisi-kisi Skala Self-Efficacy Setelah Uji Validitas & Reliabilitas
IV. Kisi-kisi Skala Kematangan Karir Setelah Uji Validitas & Reliabilitas
V. Lembar Persetujuan Responden Online
VI. Skala Self-Efficacy Online
VII. Skala Kematangan Karir Online
xxvi

L 0Lampiran 1I. Kisi-kisi Skala Self-Efficacy Sebelum Uji Validitas & Reliabilitas

Aitem
No. Dimensi Indikator

Favorable Unfavorable

1. Level Keyakinan 1. Saya percaya dan yakin 4. Saya ragu dalam


(Seberapa akan dengan potensi yang menentukan pilihan
yakin kemampuan saya miliki. pekerjaan yang sesuai
mahasiswa yang dimiliki 7. Jika orang lain mampu untuk saya.
dalam dalam mengerjakan suatu 10. Kemampuan yang saya
menghadapi menghadapi tugas, maka saya pun miliki tidak cukup untuk
tugas karirnya proses mampu mencapai karir yang saya
dalam berbagai karirnya. mengerjakannya. inginkan.
tingkat 13. Saya mampu 16. Saya merasa tidak
kesulitan). mengerjakan tugas yang memiliki kelebihan
akan saya jalani dibidang apapun.
dipekerjaan nanti.
Pemilihan 19. Saya mampu 22. Saat menghadapi tugas
tingkah laku menyelesaikan setiap yang sulit, saya cenderung
berdasarkan tugas yang diberikan. mengurangi usaha saya.
tingkat 25. Mengerjakan tugas yang 28. Saya enggan mencoba
kesulitan menantang bagi saya ketika dituntun dalam
suatu merupakan kesempatan suatu pekerjaan yang
aktivitas. untuk maju. sulit.
32. Saya mengeluh jika
mengerjakan suatu hal
yang menantang.
2. Generality Keyakinan 2. Saya menguasai tugas 5. Saya enggan untuk
(Seberapa untuk karir yang saya mencoba dalam
yakin menjalani inginkan. menguasai tugas karir
mahasiswa serangkaian 8. Saya merasa tertantang yang saya pilih.
dalam aktivitas yang untuk mengerjakan 11. Saya memilih pekerjaan
menyelesaikan bervariasi berbagai macam tugas. yang saya kuasai saja.
berbagai dalam 14. Saya mampu untuk 17. Saya memilih pekerjaan
macam tugas karirnya. mengerjakan aktivitas yang tidak menuntun saya
karir dengan yang belum saya coba untuk melakukan suatu
baik). sebelumnya. hal yang baru.
20. Saya mampu untuk 23. Menjalankan dunia kerja
menghadapi dunia kerja merupakan suatu hal yang
nantinya. membuat saya bimbang
26. Saya dapat mengerjakan untuk mencobanya.
tugas karir saya 29. Saya menghindari suatu
nantinya walaupun saya kegiatan yang tidak
kurang menguasi tugas pernah saya lakukan.
tersebut.
3. Strength Bertahan 3. Saya berusaha 6. Saya mencari tempat
(Seberapa dalam memenuhi kemampuan kerja hanya sebatas
xxvii

yakin mencapai yang harus dimiliki kemampuan yang saya


mahasiswa karir yang dalam karir yang saya miliki.
dalam diinginkan. inginkan. 12. Saya merasa gagal ketika
mengatasi 9. Saya berusaha tidak bisa menyelesaikan
masalah mengikuti kursus agar tugas dengan baik.
mengenai dapat menjalankan karir
tugas karir yang saya inginkan.
yang 15. Ketika gagal untuk
dihadapi). mencapai karir, saya
berusaha untuk mencoba
lagi.
Ulet dalam 21. Saya mampu 18. Saya menunda-nunda
menghadapi mengoptimalkan untuk mencoba berbagai
tuntutan tugas kemampuan saya sesuai aktivitas dalam
karir tuntutan karir yang akan meningkatkan
saya pilih. keterampilan saya.
27. Saya dapat melakukan 24. Saya berhenti berusaha
berbagai aktivitas untuk jika karir yang diinginkan
mencapai karir yang sulit untuk dicapai.
saya inginkan. 30. Saya merubah karir saya
31. Saya dapat menekuni ketika saya mengadapi
karir yang akan saya kesulitan.
pilih.
xxviii

Lampiran 2II. Kisi-kisi Skala Kematangan Karir Sebelum Uji Validitas & Reliabilitas

Aitem
No Dimensi Indikator

Favorable Unfavorable

1. Perencanaan Menyadari 1. Saya berpikir, 5. Saya berpikir


Karir untuk dengan aktif kegiatan-kegiatan
(Memikirkan melakukan mengikuti kegiatan kampus tidak
perencanaan persiapan yang ada di kampus mempengaruhi saya
karir dengan karir. dapat membantu dalam menentukan
kegiatan yang saya dalam karir kedepan.
dapat menentukan karir 13. Menurut saya
menambah saya ke depan. pengalaman karir
pengalaman 9. Saya berpikir didapatkan ketika
mahasiswa dengan mengikuti nanti bekerja.
dalam usaha seminar dapat 21. Banyaknya kegiatan
mencari membantu saya yang saya lakukan,
informasi dalam membuat saya
serta merencanakan karir bingung menentukan
mengetahui yang saya inginkan. tujuan setelah lulus.
kondisi 17. Saya berpikir
mengenai mengikuti kursus
pekerjaan). atau pelatihan dapat
menunjang karir
saya kelak.
25. Dengan
pengalaman yang
saya miliki dapat
menentukan tujuan
saya setelah lulus.
Merencanakan 33. Saya telah
29. Menyusun rencana
karir memikirkan tujuan untuk mendapatkan
setelah lulus saya setelah lulus pekerjaan yang saya
kuliah. kuliah. inginkan akan saya
39. Saya membuat pikirkan setelah lulus
strategi kuliah.
perencanaan 37. Saya belum
setelah lulus kuliah.mempunyai gambaran
pekerjaan apapun
setelah lulus kuliah
nanti.
42. Saya tidak tahu akan
bekerja sebagai apa
setelah lulus kuliah.
Mengetahui 43. Saya mengetahui 45. Saya berpikir belum
cara dan syarat pendidikan saatnya mengetahui
kesempatan dalam suatu syarat apa saja yang
xxix

dalam kondisi pekerjaaan dibutuhkan dalam


pekerjaan. dibidang psikologi. suatu pekerjaan.
2. Eksplorasi Berusaha 2. Saya mencari 6. Saya jarang bertanya
Karir menggali dan informasi pekerjaan mengenai informasi
(Mahasiswa mencari dari internet. pekerjaan yang ingin
mencari informasi 10. Saya bertanya saya lakukan.
informasi dari tentang karir mengenai informasi 14. Saya tertarik pada
berbagai dari berbagai pekerjaan dengan suatu pekerjaan
sumber yang sumber daya. alumni psikologi. namun saya belum
ada dan 18. Saya berdikusi menggali informasi
memperoleh dengan dosen mengenai pekerjaan
informasi mengenai tersebut.
yang banyak). pekerjaan di bidang
psikologi.
26. Saya berdiskusi
dengan orangtua
mengenai
pekerjaan yang
ingin saya lakukan.
Memiliki 34. Saya sudah 22. Saya memiliki
cukup banyak mendapatkan informasi yang sedikit
informasi banyak informasi mengenai pekerjaan di
karir. pekerjaan dari bidang psikologi.
berbagai sumber. 30. Mengetahui banyak
40. Saya mengetahui informasi pekerjaan
mengenai akan membuat saya
pekerjaan di setiap bingung mengenai
bidang psikologi. karir tersebut.
3. Pengambilan Membuat 3. Saya memutuskan 7. Saya ragu dalam
Keputusan ketetapan karir yang saya memutuskan pilihan
(Mahasiswa dalam pilihan pilih sesuai dengan karir saya.
mampu keputusan informasi dan 15. Saya menentukan
menentukan karir. pengalaman yang pilihan karir saya
pilihannya saya miliki. tanpa
sendiri dengan 11. Saya memutuskan mempertimbangkan
membuat pekerjaan yang apa yang akan saya
keputusan ingin saya tekuni hadapi.
karir sesuai dengan
berdasarkan minat saya.
pengetahuan 19. Saya memutuskan
dan pekerjaan yang
pemikiran). ingin saya tekuni
sesuai dengan
potensi yang saya
miliki.
27. Saya
mempertimbangkan
pilihan karir sesuai
dengan resiko yang
akan saya hadapi.
xxx

Membuat 35. Saya sudah dapat 23. Saya membutuhkan


keputusan. memutuskan bantuan orang lain
karir secara pekerjaan apa yang untuk membuat
mandiri. terbaik untuk saya. keputusan akan
41. Keputusan pekerjaan yang ingin
pekerjaan yang saya tekuni.
saya pilih, 31. Saya mudah
merupakan terpengaruh oleh
keinginan saya. pendapat orang lain
44. Saya memilih dalam memilih
pekerjaan tanpa pekerjaan.
pengaruh dari 38. Saya masih mengikuti
orang lain. pekerjaan yang dipilih
oleh orang-tua untuk
saya.
4. Informasi Mengetahui 4. Saya tahu 8. Bagi saya kemampuan
Dunia Kerja minat dan kemampuan apa yang dibutuhkan
(Mahasiswa kemampuan yang dibutukan dalam bekerja
mengetahui yang harus untuk menunjang didapatkan ketika
tugas penting dimiliki untuk pekerjaan saya. saya mulai bekerja.
perkembanga menunjang 12. Saya mengetahui 16. Saya tidak tahu apa
n untuk pekerjaan atau potensi apa yang yang harus saya
menunjang karir yang dibutuhkan dalam persiapkan untuk
pekerjaan atau akan dipilih. pekerjaan yang menunjang pekerjaan
karir yang saya pilih. saya nanti.
akan ditekuni, Mengetahui 20. Saya mengetahui 24. Tugas yang harus saya
mengetahui tugas-tugas tugas apa saja yang lakukan dalam bidang
tugas-tugas dalam harus saya lakukan pekerjaan yang saya
dalam pekerjaan dalam bidang pilih lebih baik
pekerjaan yang akan pekerjan yang saya diketahui setelah saya
yang akan dipilih dan pilih. mendapatkan
ditekuni, serta perilaku 28. Saya mengetahui pekerjaan tersebut.
perilaku dalam bekerja. gambaran umum 32. Tanggung jawab
dalam dalam dunia kerja dalam pekerjaan yang
bekerja). yang saya pilih. saya pilih lebih baik
36. Saya mengetahui diketahui ketika
tanggung jawab waktunya akan
seperti apa dalam bekerja.
pekerjaan yang
saya pilih.
xxxi

Lampiran 3III. Kisi-kisi Skala Self-Efficacy Setelah Uji Validitas & Reliabilitas

Aitem
No. Dimensi Indikator

Favorable Unfavorable

1. Level Keyakinan 6. Jika orang lain mampu 3. Saya ragu dalam


(Seberapa akan mengerjakan suatu menentukan pilihan
yakin kemampuan tugas, maka saya pun pekerjaan yang sesuai
mahasiswa yang dimiliki mampu untuk saya.
dalam dalam mengerjakannya. 9. Kemampuan yang saya
menghadapi menghadapi 10. Saya mampu miliki tidak cukup untuk
tugas karirnyaproses mengerjakan tugas yang mencapai karir yang saya
dalam berbagaikarirnya. akan saya jalani inginkan.
tingkat dipekerjaan nanti. 13. Saya merasa tidak
kesulitan). memiliki kelebihan
dibidang apapun.
Pemilihan 16. Saya mampu 19. Saat menghadapi tugas
tingkah laku menyelesaikan setiap yang sulit, saya cenderung
berdasarkan tugas yang diberikan. mengurangi usaha saya.
tingkat 22. Mengerjakan tugas yang 24. Saya enggan mencoba
kesulitan menantang bagi saya ketika dituntun dalam
suatu merupakan kesempatan suatu pekerjaan yang
aktivitas. untuk maju. sulit.
28. Saya mengeluh jika
mengerjakan suatu hal
yang menantang.
2. Generality Keyakinan 1. Saya menguasai tugas 4. Saya enggan untuk
(Seberapa untuk karir yang saya mencoba dalam
yakin menjalani inginkan. menguasai tugas karir
mahasiswa serangkaian 7. Saya merasa tertantang yang saya pilih.
dalam aktivitas yang untuk mengerjakan 14. Saya memilih pekerjaan
menyelesaikan bervariasi berbagai macam tugas. yang tidak menuntun saya
berbagai dalam 11. Saya mampu untuk untuk melakukan suatu
macam tugas karirnya. mengerjakan aktivitas hal yang baru.
karir dengan yang belum saya coba 20. Menjalankan dunia kerja
baik). sebelumnya. merupakan suatu hal yang
17. Saya mampu untuk membuat saya bimbang
menghadapi dunia kerja untuk mencobanya.
nantinya. 25. Saya menghindari suatu
kegiatan yang tidak
pernah saya lakukan.
3. Strength Bertahan 2. Saya berusaha 5. Saya mencari tempat
(Seberapa dalam memenuhi kemampuan kerja hanya sebatas
yakin mencapai yang harus dimiliki kemampuan yang saya
mahasiswa karir yang dalam karir yang saya miliki.
dalam diinginkan. inginkan.
mengatasi 8. Saya berusaha
xxxii

masalah mengikuti kursus agar


mengenai dapat menjalankan karir
tugas karir yang saya inginkan.
yang 12. Ketika gagal untuk
dihadapi). mencapai karir, saya
berusaha untuk mencoba
lagi.
Ulet dalam 18. Saya mampu 15. Saya menunda-nunda
menghadapi mengoptimalkan untuk mencoba berbagai
tuntutan tugas kemampuan saya sesuai aktivitas dalam
karir tuntutan karir yang akan meningkatkan
saya pilih. keterampilan saya.
23. Saya dapat melakukan 21. Saya berhenti berusaha
berbagai aktivitas untuk jika karir yang diinginkan
mencapai karir yang sulit untuk dicapai.
saya inginkan. 26. Saya merubah karir saya
27. Saya dapat menekuni ketika saya mengadapi
karir yang akan saya kesulitan.
pilih.
xxxiii

Lampiran 4IV. Kisi-kisi Skala Kematangan Karir Setelah Uji Validitas & Reliabilitas

Aitem
No Dimensi Indikator

Favorable Unfavorable

1. Perencanaan Menyadari 1. Saya berpikir, 5. Saya berpikir


Karir untuk dengan aktif kegiatan-kegiatan
(Memikirkan melakukan mengikuti kegiatan kampus tidak
perencanaan persiapan yang ada di kampus mempengaruhi saya
karir dengan karir. dapat membantu dalam menentukan
kegiatan yang saya dalam karir kedepan.
dapat menentukan karir 21. Banyaknya kegiatan
menambah saya ke depan. yang saya lakukan,
pengalaman 9. Saya berpikir membuat saya
mahasiswa dengan mengikuti bingung menentukan
dalam usaha seminar dapat tujuan setelah lulus.
mencari membantu saya
informasi dalam
serta merencanakan karir
mengetahui yang saya inginkan.
kondisi 17. Saya berpikir
mengenai mengikuti kursus
pekerjaan). atau pelatihan dapat
menunjang karir
saya kelak.
24. Dengan
pengalaman yang
saya miliki dapat
menentukan tujuan
saya setelah lulus.
Merencanakan 31. Saya telah 35. Saya belum
karir memikirkan tujuan mempunyai gambaran
setelah lulus saya setelah lulus pekerjaan apapun
kuliah. kuliah. setelah lulus kuliah
37. Saya membuat nanti.
strategi 39. Saya tidak tahu akan
perencanaan bekerja sebagai apa
setelah lulus kuliah. setelah lulus kuliah.
Mengetahui 40. Saya mengetahui 41. Saya berpikir belum
cara dan syarat pendidikan saatnya mengetahui
kesempatan dalam suatu syarat apa saja yang
dalam kondisi pekerjaaan dibutuhkan dalam
pekerjaan. dibidang psikologi. suatu pekerjaan.
2. Eksplorasi Berusaha 2. Saya mencari 6. Saya jarang bertanya
Karir menggali dan informasi pekerjaan mengenai informasi
(Mahasiswa mencari dari internet. pekerjaan yang ingin
mencari informasi 10. Saya bertanya saya lakukan.
xxxiv

informasi dari tentang karir mengenai informasi 13. Saya tertarik pada
berbagai dari berbagai pekerjaan dengan suatu pekerjaan
sumber yang sumber daya. alumni psikologi. namun saya belum
ada dan 17. Saya berdikusi menggali informasi
memperoleh dengan dosen mengenai pekerjaan
informasi mengenai tersebut.
yang banyak). pekerjaan di bidang
psikologi.
25. Saya berdiskusi
dengan orangtua
mengenai
pekerjaan yang
ingin saya lakukan.
Memiliki 32. Saya sudah 21. Saya memiliki
cukup banyak mendapatkan informasi yang sedikit
informasi banyak informasi mengenai pekerjaan di
karir. pekerjaan dari bidang psikologi.
berbagai sumber. 28. Mengetahui banyak
informasi pekerjaan
akan membuat saya
bingung mengenai
karir tersebut.
3. Pengambilan Membuat 3. Saya memutuskan 7. Saya ragu dalam
Keputusan ketetapan karir yang saya memutuskan pilihan
(Mahasiswa dalam pilihan pilih sesuai dengan karir saya.
mampu keputusan informasi dan 14. Saya menentukan
menentukan karir. pengalaman yang pilihan karir saya
pilihannya saya miliki. tanpa
sendiri dengan 11. Saya memutuskan mempertimbangkan
membuat pekerjaan yang apa yang akan saya
keputusan ingin saya tekuni hadapi.
karir sesuai dengan
berdasarkan minat saya.
pengetahuan 18. Saya memutuskan
dan pekerjaan yang
pemikiran). ingin saya tekuni
sesuai dengan
potensi yang saya
miliki.
26. Saya
mempertimbangkan
pilihan karir sesuai
dengan resiko yang
akan saya hadapi.
Membuat 33. Saya sudah dapat 22. Saya membutuhkan
keputusan. memutuskan bantuan orang lain
karir secara pekerjaan apa yang untuk membuat
mandiri. terbaik untuk saya. keputusan akan
38. Keputusan pekerjaan yang ingin
pekerjaan yang saya tekuni.
xxxv

saya pilih, 29. Saya mudah


merupakan terpengaruh oleh
keinginan saya. pendapat orang lain
dalam memilih
pekerjaan.
36. Saya masih mengikuti
pekerjaan yang dipilih
oleh orang-tua untuk
saya.
4. Informasi Mengetahui 4. Saya tahu 8. Bagi saya kemampuan
Dunia Kerja minat dan kemampuan apa yang dibutuhkan
(Mahasiswa kemampuan yang dibutukan dalam bekerja
mengetahui yang harus untuk menunjang didapatkan ketika
tugas penting dimiliki untuk pekerjaan saya. saya mulai bekerja.
perkembanga menunjang 12. Saya mengetahui 15. Saya tidak tahu apa
n untuk pekerjaan atau potensi apa yang yang harus saya
menunjang karir yang dibutuhkan dalam persiapkan untuk
pekerjaan atau akan dipilih. pekerjaan yang menunjang pekerjaan
karir yang saya pilih. saya nanti.
akan ditekuni, Mengetahui 19. Saya mengetahui 23. Tugas yang harus saya
mengetahui tugas-tugas tugas apa saja yang lakukan dalam bidang
tugas-tugas dalam harus saya lakukan pekerjaan yang saya
dalam pekerjaan dalam bidang pilih lebih baik
pekerjaan yang akan pekerjan yang saya diketahui setelah saya
yang akan dipilih dan pilih. mendapatkan
ditekuni, serta perilaku 27. Saya mengetahui pekerjaan tersebut.
perilaku dalam bekerja. gambaran umum 30. Tanggung jawab
dalam dalam dunia kerja dalam pekerjaan yang
bekerja). yang saya pilih. saya pilih lebih baik
34. Saya mengetahui diketahui ketika
tanggung jawab waktunya akan
seperti apa dalam bekerja.
pekerjaan yang
saya pilih.
xxxvi

L
Lampiran 5V. Lembar Persetujuan Responden Online
xxxvii

Lampiran 6VI. Skala Self-Efficacy Online


xxxviii
xxxix
xl
xli

Lampiran 7VII. Skala Kematangan Karir Online


xlii
xliii
xlii

Lampiran B

Uji Validitas dan Reliabilitas

I. Hasil Uji Validitas & Reliabilitas Skala Self Efficacy


II. Hasil Uji Validitas & Reliabilitas Skala Kematangan Karir
xliii

L
Lampiran 8I. Hasil Uji Validitas & Reliabilitas Skala Self-Efficacy

Item-Total Statistics
Scale
Scale Corrected Cronbach's
Mean if
  Variance if Item-Total Alpha if Item
Item
Item Deleted Correlation Deleted
Deleted
X01 939.348 169.351 .098 .940
X02 945.000 164.522 .426 .938
X03 940.217 162.422 .615 .936
X04 945.435 157.765 .594 .936
X05 942.174 159.463 .651 .936
X06 946.304 158.060 .556 .937
X07 940.435 164.087 .357 .939
X08 942.174 160.441 .592 .936
X09 947.174 160.296 .609 .936
X10 947.826 161.507 .523 .937
X11 949.783 165.444 .262 .940
X12 951.304 165.538 .236 .940
X13 940.870 161.814 .635 .936
X14 943.261 160.536 .616 .936
X15 938.913 162.321 .603 .936
X16 941.739 157.702 .671 .935
X17 944.130 157.581 .636 .936
X18 946.087 157.710 .671 .935
X19 942.391 161.208 .627 .936
X20 941.304 156.783 .706 .935
X21 942.174 160.263 .677 .935
X22 943.261 159.069 .584 .936
X23 945.000 157.633 .616 .936
X24 944.130 157.581 .662 .935
X25 940.435 164.131 .454 .937
X26 943.696 170.816 -.001 .941
X27 942.174 161.685 .623 .936
X28 941.087 156.899 .723 .935
X29 943.043 156.350 .748 .934
X30 944.348 160.118 .563 .936
X31 940.435 161.687 .627 .936
X32 945.652 156.073 .648 .935

Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
0,938 32
xliv

Lampiran 9II. Hasil Uji Validitas & Reliabilitas Skala Kematangan Karir

Item-Total Statistics
Scale Scale
Corrected Cronbach's
Mean if Variance if
  Item-Total Alpha if Item
Item Item
Correlation Deleted
Deleted Deleted
1.303.26
Y01 1 315.425 .314 .943
1.302.39
Y02 1 313.386 .444 .942
1.301.95
Y03 7 315.983 .442 .942
1.301.95
Y04 7 308.339 .725 .941
1.305.43
Y05 5 313.009 .400 .943
1.305.65
Y06 2 308.785 .537 .942
1.306.52
Y07 2 304.099 .686 .940
1.309.13
Y08 0 311.237 .451 .942
1.304.34
Y09 8 315.673 .328 .943
1.305.21
Y10 7 312.966 .381 .943
1.300.87
Y11 0 309.014 .706 .941
1.302.39
Y12 1 306.275 .755 .940
1.312.82
Y13 6 321.896 .100 .945
1.310.21
Y14 7 311.488 .426 .943
1.306.30
Y15 4 311.616 .509 .942
1.306.30
Y16 4 309.349 .514 .942
1.302.82
Y17 6 313.674 .519 .942
1.307.82
Y18 6 311.329 .396 .943
1.303.47
Y19 8 310.632 .656 .941
1.303.47
Y20 8 312.454 .654 .941
1.305.00
Y21 0 307.856 .620 .941
1.307.17
Y22 4 313.185 .463 .942
1.308.26
Y23 1 311.036 .501 .942
1.307.60
Y24 9 313.030 .422 .942
1.302.82
Y25 6 313.985 .577 .942
1.305.87
Y26 0 315.626 .352 .943
Y27 1.304.56 313.409 .564 .942
xlv

5
1.303.91
Y28 3 311.843 .673 .941
1.310.43
Y29 5 316.220 .265 .944
1.305.65
Y30 2 305.273 .705 .940
1.307.17
Y31 4 310.118 .538 .942
1.308.26
Y32 1 311.836 .513 .942
1.305.00
Y33 0 308.078 .664 .941
1.306.95
Y34 7 309.816 .605 .941
1.305.00
Y35 0 311.767 .570 .941
1.304.34
Y36 8 311.585 .634 .941
1.305.43
Y37 5 310.431 .547 .942
1.305.21
Y38 7 307.722 .613 .941
1.304.13
Y39 0 312.648 .510 .942
1.305.87
Y40 0 318.426 .272 .943
1.302.17
Y41 4 312.663 .659 .941
1.304.13
Y42 0 309.981 .621 .941
1.303.04
Y43 3 314.839 .546 .942
1.305.87
Y44 0 316.692 .287 .943
1.303.69
Y45 6 302.905 .692 .940

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
0,943 45
xlvi

Lampiran C

Sebaran Nilai
Pengambilan Data
I. Tabulasi Jawaban Skala Self-Efficacy
II. Tabulasi Jawaban Skala Kematangan Karir
III. Demografi Responden Pengambilan Data
xlviii

Lampiran 10I. Tabulasi Jawaban Skala Self-Efficacy


Skor
Nomor Butir Angket
No Total
Resp Jenis Usi 3 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 32
Nama Kelamin a IPK 0 1
3.3
1 IN L 26 4 2 3 1 3 1 3 4 2 2 1 2 4 2 3 2 2 1 4 3 3 2 2 2 4 3 2 3 2 3 4 3 82
1
2 Oma L 25 2.8 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 119
3.3
3 D L 29 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 107
3
3.4
4 M P 24 3 3 4 4 3 2 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 4 4 2 4 3 3 4 3 3 3 4 103
9
5 AB L 32 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 102
6 VU P 24 2.7 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 94
2.7
7 MS L 30 4 2 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 4 3 4 4 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 2 3 4 103
5
3.3
8 L L 26 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 2 4 4 4 4 4 3 2 3 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 4 4 3 111
7
2.8
9 nma P 23 4 3 4 4 4 2 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 122
5
10 Smz P 24 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 91
11 R L 27 2.9 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 118
12 DD P 25 3.2 4 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 101
13 F L 27 2.5 4 3 3 3 4 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 2 96
14 YKP L 29 2.9 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 2 2 4 3 3 4 1 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 4 2 100
2.9
15 V P 22 3 3 4 2 3 1 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 87
3
3.5
16 AS P 23 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 2 4 4 4 4 4 3 3 4 3 2 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 108
4
17 Smz P 24 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 91
18 IW L 24 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 89
3.2
19 m L 25 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 1 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 101
2
3.1
20 BI L 22 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 4 3 4 97
2
3.3
21 fluffy L 21 3 3 4 2 4 3 4 4 2 2 1 2 4 3 4 3 4 4 4 2 4 3 2 3 3 3 3 4 4 1 3 3 98
4
3.4
22 J P 22 3 3 3 1 3 1 3 3 4 1 1 2 4 2 3 4 4 3 4 3 4 4 2 2 3 2 4 3 2 3 4 3 91
6
3.2
23 NM P 22 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 88
6
3.6
24 A P 22 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 86
5
25 NK P 22 339 3 3 4 3 3 3 4 4 2 3 2 2 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 2 108
3.1
26 RO P 22 3 2 3 2 3 3 4 3 3 2 3 1 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 102
5
3.1
27 RO P 22 3 2 3 2 3 3 4 3 3 2 3 1 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 102
5
3.0
28 DA L 24 3 3 4 4 4 2 2 3 3 2 1 4 3 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 107
3
xlix

29 H.K. L 34 3.2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 123


3.0
30 HJB L 22 3 3 4 3 3 2 4 4 3 3 1 3 4 4 4 3 3 2 3 4 4 3 1 2 4 2 4 1 3 2 4 2 95
5
3.2
31 S P 21 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 92
8
3.1
32 NK P 27 4 4 4 2 1 2 3 4 4 2 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 4 4 4 3 3 3 3 3 96
5
3.5
33 L P 22 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 2 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 106
1
3.7
34 SHA P 21 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 107
1
35 O L 21 2.9 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 93
3.5
36 Ay P 20 3 3 3 1 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 1 85
0
3.2
37 S P 21 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 92
8
3.1
38 YS P 22 4 4 3 4 4 4 4 4 3 2 3 2 3 3 4 2 2 3 3 4 3 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 2 100
7
3.1
39 Y P 22 4 4 3 4 4 4 4 4 3 2 3 2 3 3 4 2 2 3 3 4 3 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 2 100
7
3.7
40 SH P 21 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 107
1
41 Am L 21 3.2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 98
42 MI L 23 3.1 4 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 4 2 2 2 2 2 1 63
2.9
43 Zfr L 22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 2 2 3 4 4 1 3 3 3 3 3 3 2 2 4 2 92
9
44 D L 26 3.3 4 2 3 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 4 2 1 1 1 2 1 52
2.7
45 A L 23 4 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 4 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 83
2
2.9
46 I L 31 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 92
9
l

Lampiran 11II. Tabulasi Jawaban Skala Kematangan Karir


N Jeni Skor
Nomor Butir Angket
o Na s Usi Total
IPK
Re ma Kela a 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # #
sp min 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1
1 IN L 26 3.31 4 3 3 3 3 1 2 1 1 1 4 3 1 1 4 2 2 2 3 4 4 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 4 2 3 3 2 4 4 3 118
O
2 L 25 2.8 4 4 4 4 1 4 4 4 1 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 168
ma
3 D L 29 3.33 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 172
4 M P 24 3.49 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 2 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 150
5 AB L 32 3 4 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 1 2 2 3 4 3 4 3 3 2 2 2 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 136
6 VU P 24 2.7 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 123
7 MS L 30 2.75 3 4 3 4 2 4 4 1 2 4 4 4 1 2 1 4 2 3 2 4 4 1 3 3 3 2 2 4 2 2 2 2 3 3 3 4 1 1 3 2 4 2 4 4 1 123
8 L L 26 3.37 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 4 2 4 3 3 2 4 4 3 3 3 4 3 4 3 134
nm
9 P 23 2.85 4 2 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 2 4 4 3 3 2 4 4 3 3 2 3 3 2 4 3 3 3 4 2 4 3 149
a
Sm
10 P 24 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 123
z
11 R L 27 2.9 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 1 4 3 3 4 1 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 161
12 DD P 25 3.2 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 130
13 F L 27 2.5 3 2 3 2 4 4 2 3 3 2 4 4 2 2 3 4 4 1 4 3 3 3 3 3 3 2 2 4 2 3 3 2 3 3 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 133
YK
14 L 29 2.9 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 1 4 129
P
15 V P 22 2.93 3 3 3 3 3 3 2 1 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 126
16 AS P 23 3.54 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 2 3 3 3 2 4 3 2 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 140
Sm
17 P 24 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 123
z
18 IW L 24 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 1 2 2 3 3 3 4 2 2 2 2 4 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 118
19 m L 25 3.22 4 3 3 4 3 3 3 2 2 3 4 3 2 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 2 4 4 4 4 4 142
20 BI L 22 3.12 4 3 2 3 4 3 4 2 3 4 3 3 2 2 4 4 3 3 2 3 2 2 4 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 4 3 2 1 125
fluf
21 L 21 3.34 1 3 4 3 3 3 2 3 4 3 4 3 2 1 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 2 3 1 3 2 2 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3 132
fy
22 J P 22 3.46 1 4 4 4 3 3 2 3 4 4 4 3 3 2 3 1 4 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4 4 1 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 147
NM
23 P 22 3.26 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 127
A
24 A P 22 3.65 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 128
25 NK P 22 339 4 2 4 4 3 3 3 1 4 3 4 4 1 2 2 3 4 1 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 1 4 3 3 3 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 137
26 RO P 22 3.15 2 4 4 4 3 1 3 3 4 4 4 3 4 1 3 3 4 1 3 3 3 2 2 4 3 1 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 135
27 RO P 22 3.15 2 4 4 4 3 1 3 3 4 4 4 3 4 1 3 3 4 1 3 3 3 2 2 4 3 1 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 135
28 DA L 24 3.03 4 4 3 4 3 4 4 2 4 1 4 4 1 3 3 3 4 2 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 1 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 152
H.
29 K. L 34 3.2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 171
K
HJ
30 L 22 3.05 4 4 4 3 1 1 1 2 3 4 3 4 1 1 2 1 4 4 3 3 2 1 1 2 4 3 4 3 1 2 1 2 3 4 4 4 1 1 3 3 4 1 3 3 1 114
B
31 S P 21 3.28 4 4 4 3 3 3 2 3 4 2 3 3 2 2 3 2 4 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 124
li

32 NK P 27 3.15 4 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 122
33 L P 22 3.51 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 155
SH
34 P 21 3.71 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 142
A
35 O L 21 2.9 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 129
36 Ay P 20 3.50 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 116
37 S P 21 3.28 4 4 4 3 3 3 2 3 4 2 3 3 2 2 3 2 4 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 124
38 YS P 22 3.17 3 4 4 4 4 3 4 2 2 4 4 4 2 4 2 2 3 3 3 4 4 4 4 2 3 3 3 3 4 3 2 2 2 3 2 3 4 2 4 4 4 4 3 2 4 143
39 Y P 22 3.17 3 4 4 4 4 3 4 2 2 4 4 4 2 4 2 2 3 3 3 4 4 4 4 2 3 3 3 3 4 3 2 2 2 3 2 3 4 2 4 4 4 4 3 2 4 143
40 SH P 21 3.71 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 142
41 Am L 21 3.2 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 4 3 4 3 3 2 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 2 4 142
MI
42 L 23 3.1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 3 1 1 2 2 1 1 1 3 1 1 2 2 2 2 3 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 72
A
43 Zfr L 22 2.99 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 4 3 2 2 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 2 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 139
44 D L 26 3.3 2 3 3 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 3 3 2 2 2 2 3 2 1 1 2 3 3 3 1 1 1 1 2 2 3 2 2 2 3 3 2 92
45 A L 23 2.72 3 4 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 128
46 I L 31 2.99 3 4 3 3 1 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 1 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 127
lii

Lampiran 12III. Demografi Responden

  Kategori Frekuensi Presentase


Jenis Kelamin Laki-laki 23 50%
  Perempuan 23 50%
Usia 20 1 2,17%
21 7 15,21%
22 13 28,26%
23 4 8,69%
24 6 13,04%
25 3 6,52%
26 3 6,52%
27 3 6,52%
29 2 4,34%
30 1 2,17%
31 1 2,17%
32 1 2,17%
  34 1  2,17%
IPK < 3,00 12 26,08%
> 3,00 34 73,91%
Jumlah   46  100%
lvii

Lampiran D
Uji Asumsi Klasik

I. Uji Normalitas
II. Uji Linearitas
lviii

Lampiran 13I. Uji Normalitas

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
X 0,13 46 0,049 0,916 46 0,003
Y 0,131 46 0,046 0,92 46 0,004
a Lilliefors Significance Correction
lix

Lampiran 14 II. Uji Linearitas

ANOVA Table
Sum of Mean
df F Sig.
  Squares Square
Kematanga Betwee (Combined 11.741.91
n Karir * n ) 7 26 451.612 5.310 .000
Self Groups Linearity 9.612.96
Efficacy 9.612.969 1 9 113.018 .000
Deviation
from
Linearity 2.128.948 25 85.158 1.001 .507
Within Groups 2355,304 1.616.083 19 85.057
Total 7303,618 13.358.00
0 45
lx

Lampiran E
Uji Hipotesis
I. Uji Korelasi
lxi

LLampiran 15I. Uji Korelasi

Correlations
Self Kematangan
      Efficacy Karir
Correlation
Spearman's rho Coefficient 1 ,774**
Self Efficacy
  Sig. (1-tailed) . 0
  N 46 46
Correlation
  Kematangan Coefficient ,774** 1
  Karir Sig. (1-tailed) 0 .
  N 46 46
** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
lxii

Lampiran F
Uji Beda
I. Uji Beda U Mann Whitney
lxiii

Lampiran 16I. Uji Beda U Mann Whitney

Test Statisticsa
  Hasil
258.50
Mann-Whitney U 0
534.50
Wilcoxon W 0
Z -.132
Asymp. Sig. (2-tailed) .895
a Grouping Variable: Jenis Kelamin

Anda mungkin juga menyukai