Anda di halaman 1dari 4

Topik: Reformasi Peran Hukum Islam di Indonesia

Resensi
Judulbuku Dekonstruksi dan Rekonstruksi
Hukum Islam
Penulis llyas Supena dan M. Fauzi
Penerbit Gama Media
Tebalbuku xvl + 301 halaman
Cetakan/tahun Pertama/tahun 2002

Membongkar dan Menata


Ulang Kejumudan Hukum
Islam

Salahsatu keungguianHukumIslam
adalah elastisitas dan keuniver-
muncul tidak bisa diselesalkan dengan
Qur*an dan Hadlts, maka ditempuh dengan
saiannya. Hukum Islam selalu jalan Ijtihad.
sejalan dengan pergantlan ruang dan Al-Qur'an dan Al-Sunnah merupakan
perjalanan waktu, dan mampu survive dua sumber utama dalam pemlkiran Hukum
memenuhl kebutuhan umat Islam dan Islam. Apabila dl dalam Al-Qur'an ditemukan
menjawab tantangan zaman sepanjang ketentuan hukum yang jelas, maka hukum
masa. Ketlka Rosululiah maslh hidup hukum itulah yang harus diambll, namun bila tIdak
Islam selalu menjadi pelopor untuk ditemukan dl dalamnya, maka dicari dalam
menjawab segala tantangan dan mampu al-Sunnah, jika dl dalam keduanya tidak
member! solusl setiap masalah yang terdapat ketentuan hukum atau hanya
muncul dipermukaan, balk yang berkenaan disinggung secara samar, maka pencahan
dengan masalah ibadah maupun yang hukumnya "melalul ijtihad atau ra'yi.
berkenaan dengan masalah muamalah. (hal.167).
Setelah Rosululiah meninggal dan
Pemakalan ketlga sumber tersebut
kepemlmplnan diteruskan oleh Khula-
harus diapllkaslkan secara urut, artlnya
fa'urrosyidin muncullah perbedaan pendapat
selama dl dalam al-Qur'an teiah ditemukan
dikalangan Ulama' dalam menslkapl rumusan hukum yang jelas, maka tidak
masalah yang muncul dl permukaan diperbplehkan mencarlnya balk dl dalam al-
walaupun bisa dikompromlkan.
Sunnah maupun dengan cara ijtihad.
Secara sunnatullah waktu terus beijalan Demikian juga blla al-sunnah telah menunjuk
dan pemlmpin Islampun slllh bergantl. pada ketentuan hukum yang jelas,
Permasalahan yang muncul juga berkem- pemakalan Ijtihad tidaklah diperbolehkan.
bang dengan pesat, sementara pedoman (hal. 127). Jadi ijtihad merupakan alternatif
untuk menyelesalkannya tetap AI-Qur'an terakhir metode penggallan hukum, apabila
dan Al-Sunnah, apabila masalah yang al-Qur'an dan al-sunnah sama sekall tidak

210 UNISIANO. 48/XXVI/II/2002


Resensi

menyebut ketentuan hukumnya, dan atau dilakukan sebagai tuntutan reaiitas zaman,
hanya menyinggungnya secara samar. setelah Islam berkenalan dan bersentuhan
Pemikiran ini didasarkan atas hadits tentang dengan kebudayaan dan peradaban asing
pengangkatan Mu'adz bin Jabal menjadi (h.170).
Qodii (Hakim) di kota Yaman, sebagai Buku ini terdiri dari 10 bab, dan di
berikut: "Sesungguhnya Rosuluilah saw daiamnya dibagimenjadi dua bagian. Bagian
ketlka hendak mengutus Muadz ke Negerl pertama tentang Dekonstruksi Hukum Is
Yaman berkata kepadanya: Bagaimanakah lam, terdiri dari lima bab. Bgian kedua
cara kamu menyelesaikan perkara yang tentang Rekonstruksl Hukum Islam, terdiri
diajukan kepadamu? Muadz menjawab, limabab puia, yang memuat sejak dari latar
akan aku putuskan menurut ketentuan belakang pemikiran para ahli, metodologi
hukum yang ada dalam al-Qur'an. Rosul pemikiran, formulasi epistemologi,
kemudian bertanya , kalau di dalam ai- dekostruksl hukum Islam sampai dengan
Qur'an kamu tidak mendapatkan, akan aku memperbaiki kembaii hukum Islam yang
putuskan menurut hukum yang ada pada telah didekostruksi dengan menggunakan
sunnah Rosul. Rosul bertanya lagi, kalau metodologi yang benar sesuai tuntutan
tidak juga kamu temukan balk dalam sunnah zaman. Buku tersebut secara universal
Rosul maupun dalam kitab Allah? Muadz menyoroti adanya kejumudan perkem-
menjawab: aku akan berijtihad dengan bangan hukum Islam, dari analisis dan
seksama. Setelah itu Rosul mengakhiri temuan yang dihasilkan adalah bahwa untuk
dialognya sambil menepuk-nepuk dada mendobrak sfagnas/berfikir ini setidaknya
Muadz seraya berkata: segala puji hanya diperiukan adanya iangkah yang cukup
untukAllah yang telah memberikan petunjuk radikai, yaknl hukum Islam yang harus
kepada utusan RosulNyajalan yang diridloi dibongkar (didekonstruksi) untuk selan-
Rosuluilah". (HR. Abu Dawud). jutnya diperbaiki kembaii (direkonstruksi).
; Praktek ijtihad telah dimulai sejak Gerakan bongkar pasang ini dilakukan tidak
Rosuluilah maslh hidup, balk oleh Rosul semata-mata untuk mengakselerasikan
sendirl maupun para sahabatnya. Pada hukum Islam yang seringkall dituduh rigid
umumnya ijtihadyang dilakukan Rosuluilah (kaku) dan tidak antisipatif terhadap
adalah ketika terjadi suatu peristiwa, dan perkembangan zaman. Lebih dari itu bahwa
wahyu belum turun, hasil ijtihad itu ada terjadinya kegagapan hukum islam dalam
kalanya dibenarkan ai-Qur'an dan ada juga mengikuti irama perkembangan zaman ini
yang disalahkan Sedangkan ijtihad yang dikarenakan adanya kekeliruan metodologis.
dilakukan para sahabatnya semasa hidup Hal ini sebagaimanayangtelah diungkapkan
Rosul adalah, dengan cara memahami dan penulisyang memulai tulisannya dengan ide
menafsirkan ayat al-Qur'an dan atau pembongkaran hukum Islam kaitannya pada
petunjuk Rosul yang masih interpretable persoalan epistemologi. Menuru llyas
(hal. 170). Pada masa generasi awal Islam persoalan epistemologi dalam kaitannya
ijtihad\e\ah dipraktekkan tanpa ada teoridan sebuah dislplin iimu merupakan persoalan
aturan formal yang mengikatnya. Setelah yang sangat /rrt/s/a/dalam menentukan for
Rosul wafat bentuk ijtihad dikembangkan mat dislplin iimu tersebut, termasuk
dan dimodifikasi oleh para sahabat, dan didaiamnya hukum Islam. Epistemologi
diteruskan oleh Tabl'len dan generasi akan sangat menentukan format dislplin iimu
berikutnya. Pengembangan tersebut tersebut terhadap hakekat, sumber dan

UNISIA NO. 48/XXVI/II/2003 211


Topik:Reformasi PeranHukum Islamdi Indonesia

faliditas ilmu pengetahuan yang pada Namun dalam perkembangan ulama ushul
gilirannya menentukan cara pandang orang flqlh membuat aturan-aturan yang
yang menganut sistem ep/sfemo/og/dalam dlantaranya berupa pembatasan {limitation)
disiplin ilmu tersebut terhadap iingkungan Ruang llngkup dan syarat-syarat Ijtihad.
dan dunia sekitamya. Berkaitan dengan ha! Para Ulama' ushul selanjutnya membuat
tersebut penulis menyatakan bahwa pemlllhan antara hukum-hukum yang
sangatlah penting untuk membongkar menjadi wllayah ijtihad dan tidak menjadi
epistemologihukum Islamyang menyellmuti wllayah ijtihad.Secara garls besar wllayah
umat Islam sejak episteme abad klasik ijtihadInl mellputi dua hal. Pertama hukum-
hlngga abad modern sekarang Inl, dl mana hukum yang tIdak ada petunjuk nasnya
problemyang dihadapiumat Islamsekarang sama sekall. Kedua hukum-hukum yang
Ini jauh leblh complicated. Dengan strategl ditunjuk oleh nash dzonni. Sedangkan
dekonstruksi \n\ Arkaun misalnya, seorang hukum-hukum yang telah ditunjuk dengan
pemlkir kelahlranAl-JazairIngin membuka qot'ie dalalah tak ada sedikltpun peluang
tablryang membungkus kelahlran eplsteme- bagi ijtihad.
eplsteme tersebut dengan membaca ulang Menurut Fauzl, Imam Al- Syafi'ie
{I'adah ai-qiraah/re-reading) (hal. 117) atas sebagai the founding fathers ushul flqh,
teks-teks yang melahlrkan formulasi sedikit banyak telah mewarnal pemlkiran
epistemologi hukum Islam, seperti contoh ushuliyyin generasi berlkutnya. Salah satu
al-Rlsaiah karya al-Syafl'ie. Dengan cara Ide side effect pengaruh Imam al-Syafl'le
demiklan diharapkan umat Islam dapat adalah munculnya limltasi syarat-syarat
membedakan antara Islam yang normatif ijtihad.
dan historls, atau dalam Istllah Mohammad Aturan yang dicetuskan oleh Imam al-
Arkoun antara kebenaran sosiologis (a/- Syafi'l Inl mengharuskan adanya kemam-
haqiqah al-suslulugiyyah) dan kebenaran puan kellmuan yang harus dimillkl seorang
haklkl {al-haqiqahal-haqiqiyyah)(hal. 149). yang akan melakukan Qiyas, yang dliden-
Sehingga fenomena sakralisasi pemlkiran tlkkan dengan Ijtihad. DIsamping Itu doktrin
(taqdis al-afkar), dan secara khusus teologi ternyata Ikut ambll baglan dalam
fenomena "taqlidisme" dan bermazhab mempengaruhl pembatasan ruang llngkup
ansich yang mewarnal dalam kehidupan ijtihad yang dibuat oleh Ushuliyyin.
umat islam, akan dapat dimlnlmallslr. Inllah Pengaruh tersebut terefleksl dalam definlsl
gagasan pertama yang coba dipotret dalam Ijtihad yang diberlkan oleh Ushuliyyin. Darl
buku Inl.
definlsl tersebut misalnya, bahwa ijtihad
Gagasan ke dua merupakan tindak tIdakboleh menyentuh pada hal yang qoth'iy
lanjut pasca dibongkarnya hukum Islam, (hal. 225). DIantara term-term tersebut
yakni dengan merekonstrukslnya. Gagasan adalah: Al-hukmu aZ-syarf'atau al-ahkam al-
yang ditulis oleh Fauzl Ini memberlkan salah syari', dan dzat yang dimaksudkan adalah
satu jawaban yang selama Inl dlper- untuk mengeluarkan masalah-masalah
tanyakan, yaknl pembaharuan limltasi dan aqliyat, kalam, hukum-hukum qath'iy dan
ruang llngkup Ijtihad. Menurut Fauzl leblh ruang llngkup garapan ijtihad.
lanjut dinyatakan bahwa ijtihad sebagai Rumusan definlsl yang sudah
media dinamlsasi hukum Islam, pada masa mengarah pada pemlllhan lapangan ijtihad,
generasi awai sangat progresif, bebas tanpa diperjelas lagi ketlka ushuliyyin membahas
adanya aturan formal yang menglkutlnya.

212 UNISIA NO. 48/XXVI/II/2003


Resensi

masalah mujtahid fihi {ruang lingkup ijtihad). menyentuh na$ qath'iy daiaiah teiah
Dalam hal ini masalah-masalah yang menyebabkan pembaharuan hukum Islam
dikecualikan tersebut {aqliyat, kalam, dan yang berslfat parsiai ad hoc. (hal. 290).
hukum qath'iy) secara tegas dinyatakan Karena untuk mewujudkan pembaharuan
tidak boleh disentuh untuk diljtihadi {un secara universal dalam buku In! ditawarkan
touchable ijtihad). Hal ini menunjukkan adanya pemberian ruang gerak Ijtihad
adanya pengaruh teologi, khususnya sunni seluas-iuasnya, termasuk yang Qath'iy
yang lebih cenderung menginginkan daiaiah sekaiipun. Sehingga sebagai
persamaan persepsi dalam masalah- akibatnya rumusan-rumusan syarat-syarat
masalah tersebut. Ijtihad harus fleksibei elastis dinamis sesuai
Pengaruh llmltasidari doktrin teologi ini dengan kebutuhan mujtahid. Terlebih dalam
juga nampak daiam pembahasan masalah- era sekarang Ini yang memungkinkan orang
masalah taswibah wa takhti'ah (benar atau bisa saling kerjasama dalam berijtihad.
salahnya ijtihad). Daiam konteks ini Dua gagasan Ini memang sengaja
Ushuiiyyin sepakat bahwa daiam bidang untuk digabungkan menjadi satu tema, dan
termasuk Qot'iyyah kebenaran hanya satu, sebagai karya yang diambll dari hasii the
dan Mujtahid yang benar hanya satu, sis dapat disebut iangka dan unik, yakni
sedangkan yang bersalah akan berdosa. keberaniannya untuk membongkar tradisi
Pembahasan konsep Ini jelas mempenga- pemikiran yang teiah termapankan dengan
ruhi gerak dinamika ijtihad, dengan tidak menggantikannya pada paradigma yang
memperbolehkanijtihad padawWayah qath'iy serba baru, yakni cara merujuk hukum is
dimana kalam dan aqidah masuk dida- lam pada epistemoiogi baru yang teiah
lamnya. Sedangkan untuk pengaruh doktrin terpetakan makna wilayah islam historis dan
teologi terhadap syarat-syarat Ijtihad, normatif, serta terbebaskannya mujtahid
tercermln dalam kekhawatiran akan pada syarat-syarat ijtihad yang terlalu ketat
terjadinya kefakuman mujtahid, dan dan iimitatif.
mengakui kepunahannya pasca imam Buku inibermanfaat untuk dibaca, dan
Madzhab. Keyakinan ini didasarkan atas untuk dijadikan pegangan bagl mahasiswa,
aiasan sudah dekatnya kiamat yang ditandai dosen, pembaharu dan caion pembaharu
dengan lahirnya orang-orang tidak cerdas. hukum Islam, sebagai salah satu rujukan
Diakul atau tidak pembuatan iimitasi untuk menentukan secara tepat paradigma
ijtihad tersebut ternyata membawa dampak berfikiriogis dan universal.
terhadap perkembangan pemikiran hukum
Ibnu Hadjar.
Islam. Dibatasinyaijtihad dengan tidakboieh

•••

UNISIA NO. 48/XXVI/II/2003 213

Anda mungkin juga menyukai