DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS BONTOKASSI
Jalan Sidayu Desa Bontokassi Kec. Galesong Selatan Takalar 92254
Phone (+62) 81340508995 Email puskesmasbontokassi.takalar@gmail.com
I. PENDAHULUAN
Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah
kesehatan, salah satu diantaranya adalah cacingan yang ditularkan
melalui tanah. Cacingan ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi
kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktifitas penderitanya. Cacingan
menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan
darah, sehingga menurunkan kualitas sumber daya manusia.
WHO menyatakan lebih dari separuh kesakitan penduduk di
negara berkembang disebabkan oleh infeksi parasitik cacing (Kemenkes,
2012). WHO memperkirakan 42% sasaran beresiko cacingan di dunia
berada di regional negara Asia tenggara (Data 2009). Di Indonesia pada
tahun 2002 - 2009 berdasarkan hasil pemeriksaan tinja pada SD/MI yang
dilakukan oleh Sub Dit Diare di 398 SD/MI yang tersebar di 33 provinsi
menunjukkan bahwa rata-rata prevalensi cacingan adalah 31,8%.
Sampai tahun 2013, survey yang dilakukan pada anak sekolah dasar
menunjukkan prevalensi cacingan antara 0-85,9%, dan survey ini
dilakukan di 175 kab/ kota. Dan rata-rata prevalensi 28,12% dan ini
adalah angka nasional. Proporsi cacing ditemukan pada survey
kecacingan adalah sebagai berikut :cacing gelang mencapai 60%, cacing
cambuk mencapai 16% dan cacing tambang mencapai 7%.
Di Provinsi Sulawesi Selatan rata-rata angka prevalensi cacingan
berdasarkan hasil survey cacingan tahun 2009-2010 sebesar 27,8%
(Kemenkes RI, 2012). Sedangkan di KabupatenTakalar pada tahun 2014
sebanyak 324 orang. Untuk mengakselerasikan pengendalian
kecacingan WHO dalam road mapnya menetapkan target cakupan
pemberian obat cacing minimal 75% pada populasi beresiko.
Kementerian RI telah menetapkan tujuan program pengendalian
kecacingan pada anak usia sekolah dan anak balita sehingga
menurunkan angka kecacingan dan tidak menjadi masalah kesehatan di
masyarakat. Sampai saat ini pemberian obat cacing di Indonesia belum
mencapai target yang ditetapkan. Oleh karena itu perlu adanya program
kecacingan. Saat ini kementerian RI menggunakan Albendazole 400 mg
sebagai obat program pengendalian kecacingan karena obat ini relatif
aman, pemberian dosis tunggal, tidak mahal dan mudah dalam
pendistribusian
II. LATAR BELAKANG
Data WHO tahun 2009 menunjukkan di Regional Asia Tenggara
memiliki 42% proporsi sasaran anak diseluruh dunia yang membutuhkan
pengobatan cacing, dimana Indonesia diperkirakan memilki 15% dari
anak sekolah dan prasekolah yang memerlukan pengobatan. Dengan
adanya program wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan pemerintah
Indonesia maka diasumsikan semua anak sekolah dasar/MI mewakili
semua anak usia sekolah.
UPT Puskesmas Bontokassi Kec. Galesong Selatan Kab. Takalar
terletak di ibu kota kecamatan. Dalam wilayah kerja UPT Puskesmas
Bontokassi memiliki 6 desa dengan jumlah posyandu sebanyak 20 dan
memiliki 9 Sekolah Dasar (SD) serta 11 TK/PAUD dimana semua lokasi
tersebut akan dilaksanakan kegiatan pemberian POPM kecacingan.
III. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Meningkatkan cakupan program pengendalian kecacingan pada anak
usia pra-sekolah dan usia sekolah sehingga menuunkan angka
kecacingan dan tidak menjadi masalah kesehatan di masyarakat.
B. Tujuan Khusus :
1. Untuk meningkatkan cakupan program pengendalian kecacingan
2. Untuk memberikan obat cacing agar anak terhindar dari cacing
VI. SASARAN
Anak usia 1 – 5 tahun (posyandu) sebanyak 1222 orang, anak usia
pra-sekolah di TK/PAUD sebanyak 267 orang dan anak usia sekolah di
Sekolah Dasar (SD) sebanyak 1322 orang.
No Kegiatan 2023
Ja Fe M A Me Ju Jul Ag Se Ok No De
n b a p i ni i s p t v s
r r
1. Pemberian - √ √ - - - - √ √ - - -
Obat
POPM